Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN PRINSIP KNOW YOUR CUSTOMER (KYC) DALAM

MENCEGAH TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Perbankan Dan Akad Syariah

OLEH:
Zahren Zukri Alyafie
NIM : 21301800092

PROGRAM MAGISTER (S2) KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat,
berperan sangat strategis dalam pemerataan pembangunan, pertumbuhan
ekonomi, stabilitas nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Sebagai lembaga keuangan untuk memobilisasi dana, perbankan memberikan
dan menawarkan kemudahan dalam mekanisme lalulintas dana yang tidak saja
pada satu wilayah melainkan antar negara yang dapat dilakukan dalam waktu
singkat.
Dengan kondisi serta kemudahan seperti ini tidak mengherankan
perbankan sebagai lembaga keuangan yang diminati sesuai dengan kebutuhan
masyarakat saat ini. Namun, dengan berkembangnya perbankan juga
dibarengai dengan bentuk kejahatan bisnis yang telah memiliki karingan
internasional yang menggunakan perbankan menjadi sasaran empuk tindak
kejahatan bisnis. Dengan kemudahan yang dimiliki perbankan ini menjadi
sarana yang subur bagi berkembangnya kejahatan berupa kejahatan kerah
putih, penyuapan, perdagangan narkotika, dan sebagainya yang melibatkan
atau menghasilkan harta kekayaan yang sangat besar jumlahnya dengan
memasukkannya dalam sistem keuangan pada sistem perbankan dengan
maksud untuk mengaburkan atau menyamarkan asal-usul hasil kejahatan
tersebut seolah berasal dari hasil usaha yang sahllegal yang lebih dikenal
dengan pencucian uang.
Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang
mempunyai peran penting dalam perekonomian suatu negara. Dalam
menjalankan tugasnya, lembaga perbankan berperan sebagai intermediary
(perantara) antara para pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of
funds) dengan para pihak yang kekurangan/memerlukan dana (lack of funds).
Dalam menjalankan kegiatan usahaya, bank tentu akan menghadapi berbagai
macam resiko usaha. Untuk mengurangi risiko usaha, bank wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian. Hal ini sejalan dengan Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan yang menyatakan bahwa “Perbankan Indonesia dalam
melakukan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan
prinsip kehati-hatian.” Penerapan prinsip kehati-hatian dalam dunia perbankan
ini dimaksud untuk menjaga kepercayaan masyarakat penyimpan dana dan
terciptanya perbankan yang sehat. Salah satu cara melaksanakan prinsip
kehati-hatian yaitu dengan menerapkan prinsip mengenal nasabah, yang
dikenal juga dengan istilah “know your customer principle”. Penerapan
prinsip mengenal nasabah dianggap penting sebagai salah satu cara untuk
melindungi kesehatan bank.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis merasa


tertarik mengkaji permasalahan tersebut dalam suatu karya ilmiah berbentuk
Paper yang diberi judul “PENERAPAN PRINSIP KNOW YOUR
CUSTOMER (KYC) DALAM MENCEGAH TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan di atas dapat diajukan rumusan


masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan Prinsip Know Your Customers (KYC) dalam
mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan di


atas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan Prinsip Know Your Customers (KYC)
dalam mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang.
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
Adanya suatu harapan bahwa dari hasil penelitian yang penulis lakukan
dapat memberi masukan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
semua pihak mengenai penerapan Prinsip Know Your Customers (KYC)
dalam mencegah Tindak Pidana Pencucian Uang.

2. Manfaat praktis
Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti kuliah untuk diterapkan
dalam kehidupan nyata pada bidang hukum acara khususnya mengenai
penerapan Prinsip Know Your Customers (KYC) dalam mencegah
Tindak Pidana Pencucian Uang.

E. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum
normatif. Penelitian hukum normatif merupakan suatu proses untuk
menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-
doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi demi
menghasilkan argumentasi, teori dan konsep baru sebagai preskripsi
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.1

2. Metode Pendekatan
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-
undangan (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual
approach) serta pendekatan kasus (case approach):
a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan
dengan menelaah semua undang-undang dengan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

1
Peter Mahmud Marzuki, 2005. Penelitian Hukum. Prenada Media Group : Jakarta. Hlm. 35.
Pendekatan perundang-undangan adalah pendekatan dengan
menggunakan legislasi dan regulasi.2
b. Pendekatan konseptual (conceptual approach) yaitu pendekatan
yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
yang berkembang di dalam ilmu hukum.3
c. Pendekatan kasus (case approach) yaitu dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.4 Maka yang perlu
di pahami adalah alasan hukum yang digunakan oleh hakim
untuk sampai kepada putusannya.

3. Sumber Bahan Hukum


Sumber bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terkait
dangan isu hukum yang akan ditelaah sebagai berikut:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang
bersifat autoritatif artinya bahan hukum yang mempunyai
otoritas.5
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu berupa semua publikasi
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen
resmi.sebagai bahan hukum sekunder yang terutama adalah
buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertai hukum
dan jurnal-jurnal hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus
hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.6

2
Ibid. Hlm. 133.
3
Ibid. Hlm. 135.
4
Ibid. Hlm. 134.
5
Ibid. Hlm. 181.
6
Ibid. Hlm. 195-196.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Know Your Customer (KYC)

Know Your Customer Principles (KYCP) adalah prinsip yang diterapkan


bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi
nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan dan sudah menjadi
kewajiban bank untuk menerapkannya.7
Di Indonesia, prinsip mengenal nasabah pertama kali diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) sebagaimana terakhir
diubah dengan PBI No. 5/21/PBI/2003. Yang dimaksud dengan Prinsip
Mengenal Nasabah dalam PBI ini adalah “prinsip yang diterapkan bank untuk
mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk
pelaporan transaksi yang mencurigakan. Adapun yang dimaksud dengan
transaksi yang mencurigakan adalah:
1. transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakterisitik, atau
kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan;
2. transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang
wajib dilakukan oleh bank sesuai dengan ketentuan dalam Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun
2003; atau
3. transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana.8

7
Zulkarnain Sitompul, 2004. Upaya Mencegah dan Pemberatas Tindak Pidana Pencucian
Uang, Sinar Grafika : Jakarta. Hlm. 29
8
http://business-law.binus.ac.id/2016/12/29/prinsip-mengenal-nasabah-dalam-perbankan/
diakses pada tanggal 4 februari 2019 pukul 15.56 wita
Berdasarkan ketentuan di atas dapat dipahami bahwa melalui penerapan
prinsip mengenal nasabah diharapkan bank secara dini dapat mengidentifikasi
transaksi yang mencurigakan, untuk meminalisir berbagai risiko, seperti risiko
operasional (operasional risk), risiko hukum (legal risk), risiko
terkonsentrasinya transaksi (concentration risk), dan risiko reputasi
(reputational risk). Di samping itu, dengan menerapkan prinsip ini, bank
diharapkan tidak hanya mengenal nasabah secara harfiah saja, tapi bisa
mengenal lebih konfrehensif lagi, tidak hanya mengetahui identitas nasabah
tapi juga berkaitan dengan profil dan karakter transaksi nasabah, yang
dilakukan melalui jasa perbankan. 9
Terkait dengan pembahasahan di atas, pada tahun 2009, PBI No.
5/21/PBI/2003 tentang Penerapan Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Principles), disempurnakan dengan PBI No. 11/28/PBI/2009 tentang
Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme Bagi Bank Umum, yang diperbahuri dengan PBI No.
14/27/PBI/2012. PBI ini mengadopsi rekomendasi yang dikeluarkan oleh
Financial Action Task Force (FATF) terkait dengan upaya pencegahan tindak
pidana pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme dengan
menggunakan fasiltas dan produk perbankan. Menariknya, dalam Peraturan
ini, terminologi know your customer diubah dengan terminologi customer due
diligence (CDD). Yang dimaksud dengan CDD adalah ‘kegiatan berupa
identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk
memastikan bahwa transaksi tersebut sesuai dengan profil calon nasabah, WIC
(walk in customer), atau nasabah. Di samping terminologi CDD, terdapat juga
terminologi enhanced due diligence (EDD). EDD adalah ‘tindakan CDD
lebih mendalam yang dilakukan Bank pada saat berhubungan dengan calon
nasabah, WIC, atau nasabah yang tergolong berisiko tinggi, termasuk
politically exposed person, terhadap kemungkinan pencucian uang dan
pendanaan terorisme.”

9
Nindyo pramono,2006. hukum perbankan,fakultas hukum universitas indonesia : jakarta. Hlm.
218-219
penerapan prinsip mengenal nasabah (know your customer principle)
sangat penting dalam industri perbankan guna menjaga stabilitas kesehatan
bank. Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, semakin
kompleksnya produk dan aktivitias perbankan, maka risiko yang dihadapi
oleh bank juga akan semakin meningkat. Peningkatan risiko ini mesti
diimbangi dengan peningkatan kualitas manajemen risiko. Pengaturan
penerapan prinsip mengenal nasabah juga disempurnakan berdasarkan standar
internasioanl dengan menggunakan istilah baru customer due diligence dan
enhanced due diligence.
B. Penerapan Prinsip Know Your Customers (KYC) dalam mencegah Tindak
Pidana Pencucian Uang.
Perbankan merupakan salah satu lembaga Penyedia Jasa Keuangan
(PJK) yang memiliki peran yang sangat penting bagi perekonomian suatu
negara sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan pun memberikan pengaruh
terhadap kehidupan perekonomian. Kondisi ini menunjukan posisi perbankan
yang sangat riskan apalagi bila digunakan oleh pihak tidak bertanggungjawab
yang menggunakannya sebagai media untuk melakukan kejahatan.
Berkaitan dengan potensi meningkatnya kejahatan di bidang keuangan
tersebut, diperkenalkan prinsip-prinsip pengawasan bank yang efektif oleh
Basel Committee on Banking Supervision dalam Core Principles for Effective
Banking Supervision bahwa penerapan prinsip mengenal nasabah merupakan
faktor yang penting dalam melindungi kesehatan bank dan terhindar dari
berbagai risiko. Dengan penerapan prinsip tersebut maka bank dapat terhindar
dari berbagai risiko yaitu risiko operasional, risiko hukum, risiko
terkonsentrasinya transaksi dan risiko reputasi karena bank tidak lagi
digunakan sebagai sarana dan sasaran oleh pelaku kejahatan untuk mencuci
uang hasil kejahatannya.
Prinsip mengenal nasabah, tidak sekadar berarti mengenal nasabah
secara harfiah tetapi prinsip mengenal nasabah ini menginginkan informasi
yang lebih menyeluruh di samping identitas nasabah, yaitu hal-halyang
berkaitan dengan profil dan karakter transaksi nasabah yangdilakukan melalui
jasa perbankan. Oleh sebab itu, dari segi operasionalperbankan bukan
pekerjaan yang mudah untuk melaksanakanprinsip mengenal nasabah ini.
Untuk melakukan due diligence atau proses penilaian terhadap nasabah, baik
kepada nasabah baru maupun lama tentang asaldana atau sumber dana yang
dimilikinya yang disimpan atau akan disimpan di bank tertentu, tanpa
membuat dia tersinggung atau tergangguprivacy-nya, bukan pekerjaan mudah.
Hal tersebut bisa membuat nasabahtersinggung dan memindahkan dananya ke
lembaga investasi yang lain. Dengan demikian, penerapan prinsip mengenal
nasabah memerlukan etika dan kebijakan dan prosedur khusus karena
pekerjaan ini telah memasuki privacy seorang nasabah atau calon nasabah
bank.
Disamping melakukan KYC, salah satu elemen penting dalam
mengantisipasi kejahatan pencucian uang (Anti Money Laundering) dan
pencegahan internal fraud di dalam dunia perbankan adalah penerapan Know
Your Employee. Kebijakan Know Your Employee sebaiknya diterapkan
dengan meliputi kebijakan-kebijakan proses rekrutmen, rotasi dan mutasi
karyawan, pengaturan cuti karyawan serta kebijakan yang terkait dengan
pemberian hadiah dan/atau sumbangan kepada karyawan. Pemantauan
perilaku dan gaya hidup karyawan pun diperlukan untuk memastikan bahwa
tidak terjadi perubahan yang tidak wajar sehubungan dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan seorang karyawan.
Dalam menerapkan prinsip Know Your Customer bank wajib :
1. Menetapkan kebijakan penerimaan nasabah ;
2. Menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengindentifikasi nasabah.
3. Menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan
transaksi nasabah ;
4. Menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan
dengan prinsip mengenal nasabah ;
5. Membentuk unit kerja khusus dan/ atau menunjuk pejabat bank yang
bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah ;
6. Melaporkan transaksi yang mencurigakan ke Bank Indonesia selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah diketahui oleh bank ;
7. Menerapkan prinsip mengenal nasabah yang berlaku di suatu negara
bagi kantor cabang bank yang berada di luar negeri, sepanjang standar
prinsip mengenal nasabahnya sama atau lebih ketat daripada yang diatur
dalam Peraturan BI. Jika ketentuan setempat lebih longgar, maka yang
wajib diterapkan adalah PBI KYC. Peneran ini yang mengakibatkan
pelanggaran ketentuan negara setempat wajib dilaporkan ke kantor pusat
bank tersebut dan BI.
Sesuai PBI tentang KYC dalam hal bank tidak menetapkan dan
menyampaikan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
kepada Bank Indonesiadan tidak melaporkan perubahan Pedoman Pelaksanaan
Prinsip Mengenal Nasabah selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak
ditetapkannya perubahan tersebut serta tidak melaporkan kepada Bank
Indonesia transaksi yang mencurigakan yang terjadi di bank yang
bersangkutan selamba tlambatnya 7 hari kerja sejak transaksi tersebut
diketahui oleh bank, dikenakan sanksiberupa kewajiban membayar sebesar
Rp.1 juta per hari keterlambatan dan setinggi-tingginya Rp.30 juta.
Disamping sanksi tersebut diatas, terhadap anggota Dewan Komisaris,
Direksi atau pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-
langkahyang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan
dalam Undang-undang Perbankan dan peraturan perundang-undangan lainnya
yang berlaku bagi bank (termasuk PBI KYC), diancam dengan pidana penjara
minimal 3 tahun dan maksimal 8 tahun serta denda minimal Rp. 5 miliar dan
maksimal Rp.100 miliar.10
Selama ini, concern terhadap masalah money laundering telah dijalankan
dengan baik oleh Bank Indonesia. Jauh sebelum langkah-Iangkah yang
dilakukan dalam konteks FATF (Financial Action Task Force) dan APG (Asia
Pacific Group on Money Laundering). Bank Indonesia telah mengeluarkan

10
Pasal 49 ayat (2) huruf b Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No.10 tahun 1998
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/501KEP/DIR dan Surat
Edaran No. 32/6/UPPB masing-masing tanggal 14 Mei 1999 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pembelian Saham Bank Umum yang mengatur
bahwa sumber dana yang digunakan untuk pembelian saham Bank dalam
rangka kepemilikan dilarang berasal dari dan untuk tujuan pencucian uang
(money laundering). Dalam pada itu, ketentuan mengenai setoran modal bank
secara spesifik juga mengatur larangan sumber dana yang berasal dari
kegiatan money laundering.
Selanjutnya, Undang-undang No. 23 Tahun 1999 Tentang Bank
Indonesia dalam Pasal 31 ayat (1) menetapkan bahwa “Bank Indonesia dapat
memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh
kegiatan transaksi tertentu apabila menurut penilaian BI terhadap suatu
transaksi patut diduga merupakan tindak pidana di bidang perbankan”. Dalam
hal ini yang dimaksud dengan transaksi tertentu antara lain adalah transaksi
dalam jumlah besar yang diduga berasal dari kegiatan melanggar hukum.
Pasal 3 ayat (1) mengatur bahwa “uang rupiah dalamjumlah tertentu dilarang
dibawa keluar atau masuk wilayah pabean RI kecuali dengan izin BI”.
Berdasarkan pasal ini BI berusaha membatasi jumlah uang rupiah yang
dapat dibawa keluar atau masuk wilayah pabean RI dalam upaya antara lain
mencegah terjadinya transaksi uang palsu dan transaksi lainnya seperti
pemutihan uang. Hal ini diatur di dalam Peraturan Pemerintah No. 18 tahun
1998 jo Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/271A1KEPIDIR
tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
30/191A1KEP/SIR tentang Pengeluaran atau Pemasukan Mata Uang Rupiah
dari atau ke dalam Wilayah Republik Indonesia.
Undang-undang No. 24 tahun 1999 tentang Lalu Lmtas Devlsa dan
Sistem Nilai Tukar, dalam Pasal 3 ayat (2) mengatur bahwa “setiap penduduk
wajib memberikan keterangan dan data mengenai kegiatan lalu lintas devisa
yang dilakukannya, secara langsung atau melalui pihak lain yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia”. Keterangan/data yang diminta antara lain meliputi nilai
dan jenis transaksi, tujuan at au maksud transaksi, pelaku transaksi, dan
Negara tujuan atau asal pelaku transaksi. Dalam kaitan ini Bank Indonesia
telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 1/9/PBI tahun 1999
tentang Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga
Keuangan Non Bank beserta peraturan pelaksanaannya, Surat Edaran No.
1I9/DSM tanggal 28 Desember 1999 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas
Devisa oleh Bank. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka bank wajib
melaporkan data keterangan meliputi laporan transaksi dan laporan posisi.
Sejalan dengan tuntutan dan kebutuhan untuk melakukan penyesuaian
terhadap standar internasional sebagaimana direkomendasikan oleh BIS (Bank
for International Settlement), Basle Committee, Bank Indonesia menerbitkan
ketentuan Know Your Customer Principle (Prinsip Mengenal Nasabah)
dengan PBI No. 3/10/PBII2001 tanggal 28 Juni 2001 jo. PBI No.
3/23/PBI/2001 tanggal 19 Desember 2001 dan Surat Edaran No. 3129/DPNP
tanggal 19 Desember 2001 mengenai Pedoman Standar Penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah.
Rekomendasi Committee on Banking Regulation and Supervisory
Practices mengenai prinsip-prinsip pedoman dalam permasalahan money
laundering adalah :
1) Semua bank sebaiknya menciptakan prosedur yang efektif dalam
memperoleh identitas yang benar atas nasabah barn;
2) Manajemen bank sebaiknya menjamin bahwa kegiatan bisnis yang
dilakukannya didasarkan pada standar etika yang tinggi, dan semua
peraturan perundangundangan yang mengatur transaksi keuangan benar-
benar dijalankan;
3) Bank-bank bekerjasama secara penuh dengan pihak yang berwenang
dalam bidang penegakan hukum, sampai batas-batas maksimal yang
diijinkan oleh ketentuan-ketentuan kerahasiaan nasabah yang ada di
masing-masing negara;
4) Bank-bank mempunyai kebijakan yang konsisten dalam hal pelaporan
dan mengkomunikasikan kebijakan tersebut ke seluruh karyawannya
yaitu dengan melakukan pelatihan staf, pengembangan prosedur spesifik
dalam pengidentifikasian nasabah, penyimpangan internal, dan
pengembangan prosedur audit internal.
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles)
dimaksudkan dapat mendorong terselenggaranya prinsip kehatihatian dalam
rangka mengurangi risiko usaha yang dihadapi bank dalam menjalankan
kegiatan usaha yaitu operational risk, legal risk, concentration risk, dan
reputational risk. Prinsip Mengenal Nasabah merupakan salah satu upaya
untuk mencegah agar system perbankan tidak digunakan sebagai sarana
kejahatan pencucian uang, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung oleh pelaku kejahatan.
Bank Indonesia mewajibkan bank untuk menerapkan Prinsip Mengenal
Nasabah yang terdiri dari kebijakan dan prosedur penerimaan dan identifikasi
nasabah, pemantauan rekening nasabah serta kebijakan dan prosedur
manajemen risiko. Melalui kebijakan ini, bank diharapkan dapat mengenali
profil nasabah maupun karakteristik setiap transaksi nasabah sehingga pada
gilirannya Bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan
(suspicious transactions) dan selanjutnya untuk sementara sebelum PPATK
beroperasi sebagai mestinya pelaporannya masih kepada Bank Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah merupakan langkah serius yang


harus diambil baik oleh pemerintah, maupun masyarakat luas, mengingat
dampaknya tidak hanya terhadap individu, melainkan Negara dan masyarakat
luas. Salah satu dampaknya adalah timbulnya distorsi dan ketidak stabilan
ekonomi, dimana para pencuci uang lebih tertarik untuk menginvestasikan
dana mereka yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang
bersangkutan. Dalam pelaksanaannya praktik pencucian uang tergolong
kejahatan kerah putih yang berarti adanya keterlibatan pihak-pihak secara
structural, strata pendidikan, sosial masyarakat, sehingga ini harus dipandang
sebagai suatu kejahatan yang dapat merongrong kewibawaan pemerintah dan
masyarakat.
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles)
dimaksudkan dapat mendorong terselenggaranya prinsip kehatihatian dalam
rangka mengurangi risiko usaha yang dihadapi bank dalam menjalankan
kegiatan usaha yaitu operational risk, legal risk, concentration risk, dan
reputational risk. Prinsip Mengenal Nasabah merupakan salah satu upaya
untuk mencegah agar system perbankan tidak digunakan sebagai sarana
kejahatan pencucian uang, baik yang dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung oleh pelaku kejahatan.
Bank Indonesia mewajibkan bank untuk menerapkan Prinsip Mengenal
Nasabah yang terdiri dari kebijakan dan prosedur penerimaan dan identifikasi
nasabah, pemantauan rekening nasabah serta kebijakan dan prosedur
manajemen risiko. Melalui kebijakan ini, bank diharapkan dapat mengenali
profil nasabah maupun karakteristik setiap transaksi nasabah sehingga pada
gilirannya Bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan
(suspicious transactions) dan selanjutnya untuk sementara sebelum PPATK
beroperasi sebagai mestinya pelaporannya masih kepada Bank Indonesia.
B. Saran
1. Perlunya pengawasan yang lebih intensif dari lembaga yang berwenang
dalam mengawasi pelaksanaan prinsip mengenal nasabah yang dilakukan
oleh setiap bank dalam setiap transaksi perbankan.
2. Perlunya sosialisasi tentang pentingnya penerapan prinsip mengenal
nasabah dalam transaksi perbankan, tidak hanya pada para nasabah bank
saja, tetapi pada seluruh masyarakat dan seluruh instansi yang terkait.
3. Dalam melaksanakan prinsip mengenal nasabah ini, bank bekerja sama
denga Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan ( PPATK) agar
dapat bekerja sama dengan baik maka bebepara hal yang dapat
menghambat kenerja PPATK, maka bank sebaiknya tidak secara kaku
menerpakan prinsip rahasia bank. Demikian juga nanti ketika penelitian ini
dilakukann hendaknya bank dapat bekerja sama dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:

Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Prenada Media Group :


Jakarta.

Pramono, Nindyo. 2006. Hukum Perbankan. Fakultas Hukum Universitas


Indonesia : Jakarta.

Sitompul, Zulkarnain. 2004. Upaya Mencegah dan Pemberatas Tindak Pidana


Pencucian Uang, Sinar Grafika : Jakarta.

Undang-undang:

PBI No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your


Customer Principles), PBI No.3/23/PBI/2001 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bank Indonesia No.3/1/PBI/2001 tentang tentang Penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) dan PBI No.
5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia
No.3/1/PBI/2001 tentang tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
(Know Your Customer Principles)

Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah


dengan Undang-undang No.10 tahun.

Jurnal:

Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Penerapan Prinsip Mengenal


Nasabah Oleh : Yunus Husein, SH,LLM

Website:
http://business-law.binus.ac.id/2016/12/29/prinsip-mengenal-nasabah-dalam-
perbankan/

Anda mungkin juga menyukai