Anda di halaman 1dari 14

BAB 12

PEMBANGUNAN DAN OTONOMI DAERAH

OLEH :

KELAS VI F

NI PUTU NOVIYANTINI NIM. 1617051022

KETUT PUTRI KHARISMA ARYANI NIM. 1617051043

AYU PUTU YULIA KUSUMA WARDANI NIM. 1617051208

KADEK KRISNA DESIANTINI NIM. 1617051224

PRODI AKUNTANSI PROGRAM S1

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2019
A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi sesungguhnya diambil dari bahasa Yunani, dari kata “autos” yang bisa diterjemahkan
sebagai sendiri, dan “namos” yang berarti undang – undang atau peraturan. Jika disambung dan
diartikan berarti maknanya adalah aturan sendiri. Sehingga maksud dari Otonomi Daerah adalah
wilayah dengan batas – batas tertentu yang mempunyai aturannya sendiri. Menurut UU No.32
tahun 2004, arti dari Otonomi Daerah adalah “hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
guna mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya serta kepentingan masyarakat
seseuai dengan undang – undang yang berlaku”

Tidak jauh dari arti yang sudah disebutkan dalam Undang – Undang, di dalam Kamus Hukum
dan Glosarium, Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang bertujuan untuk
melakukan pengaturan serta pengurusan kepentingan masyarakat sesuai dengan karsa sendiri,
yang didasari oleh aspirasi dari masyarakat sesuai dengan Undang – Undang yang berlaku.

Menurut para ahli, definisi Otonomi Daerah adalah sebagai berikut ini:

1. Widjadja

Merupakan sebuah bentuk dari desentralisasi pemerintah yang tujuannya untuk pemenuhan
kepentingan negara dengan menggunakan upaya yang dibuat lebih baik untuk mendekatkan
tujuan dari pemerintah supaya cita – cita masyarakat yang adil dan makmur bisa terwujud.
Desentralisasi sendiri bisa diartikan sebagai wewenang oleh pemerintah pusat untuk pemerintah
daerah agar mengurus wilayahnya sendiri.

2. Syarif Saleh

Beliau mengartikan Otonomi Daerah sebagai hak yang mengatur dan memerintah wilayahnya
sendiri, dimana hal itu merupakan pemberian hak dari pemerintah pusat.
3. Benyamin Hoesein

Menurutnya, Otonomi Daerah itu adalah pemerintahan yang diselenggarakan oleh dan untuk
rakyat, yang termasuk ke dalam wilayah nasional suatu negara namun secara informal
pemerintahannya berada di luar dari pemerintah pusat.

4. Vincent Lemius

Dalam pengartiannya, Otonomi Daerah merupakan sebuah kebebasan atau kewenangan untuk
pembuatan keputusan politik dan administrasi yang semuanya berlandaskan pada peraturan yang
ada pada Undang – Undang.

Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan yang dimaksud dengan
kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah selain
berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus
diberdayakan dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan
bertanggung jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber
potensi yang ada di daerahnya.

Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Ini merupakan
kesempatan yang sangat baik bagi pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam
melaksanakan kewenangan yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah.
Pemerintah daerah bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu
saja dengan tidak melanggar ketentuan hukum yaitu perundang-undangan
B. Prinsip Otonomi Daerah

Terdapat tiga butir prinsip yang diterapkan untuk menjalankan Otonomi Daerah.
Selengkapnya adalah sebagai berikut ini:

1. Otonomi Seluas – Luasnya

Prinsip ini dimaksudkan agar daerah diberikan wewenang untuk melakukan pengurusan serta
pengaturan terhadap urusan pemerintahan yang mencakup semua bidang. Akan tetapi masih ada
batasan tertentu yang bukan merupakan ranahnya karena sudah melampaui dari urusan yang
bukan sekedar urusan daerah, misalnya politik luar negeri dan urusan keamanan nasional. Pusat
wajib andil untuk hal ini.

2. Otonomi Nyata

Adalah prinsip otonomi yang dimana setiap daerah diberi kewenangan untuk penanganan urusan
pemerintahan yang didasari oleh wewenang, tugas, dan juga kewajiban yang telah ada. Hal ini
berpotensi agar daerah tersebut dapat tumbuh, terus hidup, dan dengan potensi serta ciri khasnya
ia dapat berkembang.

3. Otonomi Bertanggung Jawab

Dalam penyelenggaraannya, prinsip tanggung jawab wajib untuk diberdayakan. Semuanya


sesuai dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonom pada daerah yang bersangkutan guna
mensejahterkan rakyatnya.

C. Asas Otonomi Daerah

Agar Otonomi Daerah dapat berjalan sesuai dengan Undang – Undang dan peraturan yang
berlaku, perlu adanya asas yang diterapkan, diantaranya adalah sebagai berikut ini:
1. Tugas Pembantuan (Medebewind)

Asas ini berdasarkan pada penugasan suatu urusan dari pusat ke daerah yang lebih rendah
tingkatannya. Misalnya dari pemerintah pusat ke kabupaten atau kota untuk melakukan
kewenangan pusat yang juga sudah menjadi kewenangan daerah. Tentang Tugas Pembantuan ini
semua sudah diatur dalam undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974, (desa membantu dalam
urusan pemerintahan yang ditugaskan daerah).

Ada dua hal yang terkandung dalam tugas pembantuan ini, yaitu adanya penyiratan antara
hubungan atasan dan bawahan. Dimana atasan adalah pemerintaha pusat, dan pemerintahan
daerah berlaku sebagai bawahan yang membantu pusat untuk melaksanakan tugasnya dalam
menyelenggarakan negara.

2. Dekonsentrasi

Maksud dari asas ini ialah pemberian wewenang dari pemerintahan pusat kepada alat – alat
mereka yang berada di daerah untuk melakukan penyelenggaraan urusan tertentu yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, wewenang didelegasikan.

Dalam otonomi daerah, selain dikenal adanya desentralisasi, juga dikenal adanya konsep
dekonsentrasi. Adapun pengertian dekonsentrasi berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 adalah
bentuk pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat, kepada instansi vertikal yang berada di
wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab
urusan pemerintahan umum.

Tanpa kehilangan wewenangnya, pemerintah daerah akan melaksanakan tugas atas nama
pemerintah pusat. Penyebaran wewenang diberikan pada petugas – petugas yang telah ditunjuk
di setiap wilayah untuk selanjutnya diberikan tugas administratif atau tata usaha untuk
keberlangsungan penyelenggaraan negara.
3. Desentralisasi

Pengertian desentralisasi berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom
guna mengatur serta mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Proses pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat kepada daerah-daerah otonom yang ada di
dalam sistem desentralisasi ini tidak cuma karena negara Indonesia menganut konsep negara
kesatuan, melainkan karena juga diamanatkan oleh undang-undang tentang Pemerintah Daerah.

Merupakan wewenang yang diberikan oleh pemerintahan pusat untuk pemerintahan daerah
dalam mengurus rumah tangganya sendiri. desentralisasi ini telah diatur dalam Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004. Dengan adanya asas ini maka:

 Hubungan antara daerah dan pusat bisa mewujudkan kesejahteraan sosial di daerah yang
bersangkutan
 Hubungan antara daerah dan pusat antar satu dengan yang lainnya bisa berbeda – beda
 Hubungan antara daerah dan pusat yang terjalin tidak boleh membuat hak – hak rakyat
menjadi berkurang, malahan rakyat turut serta dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah
 Hak – hal daerah tidak boleh untuk berprakarsa dalam hubungan antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah

D. Dasar Hukum Otonomi Daerah

Penyelenggaraan Otonomi Daerah bukan semata – mata atas kemauan daerah atau pusat saja.
semua telah diatur dan disepakati di dalam hukum. Ini pula yang dijadikan sebagai dasar dalam
menjalankannya. Adapun dasar – dasar hukum untuk melaksanakan Otonomi Daerah adalah
sebagai berikut ini:
1. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, yakni tentang pemerintahan daerah (Revisi dari
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004)
2. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Pusat
3. Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Ketetapan MPR RI Nomor IV / MPR / 2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah
5. Ketetapan MPR Ri Nomor XV / MPR 1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pembagian, Pengaturan, serta Pemanfaatan Sumber Daya nasional yang Berkeadilan, dan
juga Perimbangan Keuangan dari Pusatdan Daerah pada Kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
6. Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pada pasal 18 ayat 1 –
7, Pasal 18 A ayat 1 – 2, Pasal 18B ayat 1 – 2

E. Tujuan Otonomi Daerah

1. Pelayanan Kepada Masyarakat Menjadi Semakin Baik

Apabila segala macam hal hanya bisa dilakukan dalam pemerintahan pusat, coba bayangkan
betapa repotnya orang – orang dan pemerintah itu sendiri. Orang di daerah harus pergi ke Jakarta
hanya untuk mengurus dokumen – dokumen sederhana seperti dokumen kependudukan.
Bayangkan juga seberapa banyak antriannya jika semua orang di Indonesia ini harus mengurus
segala hal dalam satu tempat saja.

Dengan adanya Otonomi Daerah, segala hal bisa menjadi lebih mudah untuk masyarakat.
Pemerintah pun lebih mudah dalam melakukan pengontrolan karena sudah dibantu oleh alat –
alat kelengkapan yang ada di daerah.

2. Kehidupan Demokrasi Berkembang

Demokrasi sendiri bisa diartikan penyelenggaraan suatu negara berpusat dari, untuk, dan oleh
rakyat. Dengan adanya otonomi, demokrasi lebih mudah untuk diterapkan. Apalagi dengan
kondisi wilayah Indonesia yang sangat besar. Jika ada aspirasi dari rakyat semua bisa ditampung
di pemerintahan daerah terlebih dahulu untuk selanjutnya bisa disampaikan ke pusat untuk
ditindak lanjuti.

3. Mewujudkan Keadilan Nasional

Rasanya seperti tidak mungkin untuk mewujudkan keadilan nasional seadil – adilnya di negara
ini jika hanya dilakukan oleh pemerintah pusat saja. Berdasarkan latar belakang, geografis, dan
masyarakat yang beraneka ragam, untuk mewujudkan keadilan nasional bukan perkara yang
mudah.

Dengan adanya Otonomi Daerah, pemerintah daerah bisa lebih terfokus untuk daerahnya masing
– masing keadilan seperti apa yang diinginkan dari setiap masing – masing daerah dapat
terwujud perlahan – lahan, karena memang antara satu daerah satu dan yang lainnya berbeda.
Misalnya, keadilan untuk masyarakat di Yogyakarta akan berbeda dengan rasa keadilan
Masyarakat di Papua.

4. Pemerataan Wilayah Daerah

Maksudnya dari pemerataan adalah usaha yang dilakukan pemerintah pusat untuk membuat
semua daerah di Indonesia ini tidak timpang jauh antara satu dan yang lainnya. Ini bukan perkara
yang mudah. Nyatanya, dalam satu daerah saja belum pasti pembangunannya bisa merata.

Untuk itu, diberikanlah wewenang kepada pemerintahan daerah untuk mengelola daerahnya dan
melakukan pemerataan. Meskipun misalnya pembangunan di Kota Kediri akan berbeda dengan
Kota Tangerang, tetapi setidaknya pemerintah daerah setempat tahu bagaimana memaksimalkan
sumber daya yang ada untuk mensejahterakan masyarakatnya.

5. Memelihara Hubungan Pusat dan Daerah dalam NKRI


Otonomi Daerah memudahkan masyarakat untuk berhubungan dengan pemerintah pusat melalui
pemerintahan daerah. Yang mana disini pemerintah daerah akan membantu masyarakat dalam
menyampaikan aspirasi rakyat kepada pusat dan sebagai jembatan agar pemerintah pusat dapat
memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
6. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat

Dengan adanya Otonomi Daerah, masyarakat daerah dapat berpartisipasi dalam pengelolaan
daerahnya dengan lebih bebas di berbagai bidang. Jadi, segala sesuatu tidak bergantung kepada
pusat dan meghindari pengontrolan terlalu banyak dari pemerintahan pusat sehingga masyarakat
merasa terkekang di daerah asal mereka sendiri. Masyarakat dan tokoh daerah juga akan merasa
lebih diberdayakan.

Tujuan – tujuan di atas diharapkan dapat memenuhi tujuan utama Otonomi Daerah dalam politik,
administratif, dan ekonomi. Melalui Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilah Rakyat
Daerah diharapkan dapat terwujud untuk Indonesia yang lebih baik dan pembangunan yang lebih
merata. Dengan demikian masyarakat akan menjadi lebih sejahtera dan indeks pembangunan
manusia juga meningkat.

7. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.

8.Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat,


mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

F. Perkembangan otonomi daerah


Sebelum tahun 1945
Undang undang ini dimaksudkan hanya mencakup wilayah jawa dan madura saja. Sebelum
tahun 1903, seluruh wilayah indonesia dipemerintah secara sentral dibawah gubernur jenderal
sebagai wakil raja belanda ditanah jajahan.kemudian raja raja tersebut diberi kewenangan
untuk diberi kewenangan untuk memerintah wilayahnya berdasarkan kontrak politik yang
ditandatangani oleh pemerintah belanda dan raja diberikan tugas untuk menjalankan beberapa
tugas pusat atas nama pemerintah kolonial. Beberapa antara kerajaan tersebut adalah
Yogyakarta, Surakarta, Deli Dan Bone.
Setelah tahun 1945
Adapun sekuen perubahan tersebut adalah sebagaimana terurai berikut ini:
1. Undang undang No 1 tahun 1945
Pada dasarnya pengaturan pengaturan yang dimuat dalam undang undang 1/1945
tersebut, meneruskan sitem yang diwariskan oleh pemerintah kolonial belanda.
Sistem ini mencerminkan kehendak pemerintah untuk menerapkan prisip
desentralisasi dan dekonsentrasisasi dalam sitem pemerintahan daerah, namun
penekanan lebih diberikan kepada prinsip dekonstrasi. Hal tersebut terlihat dari
dualisme fungsi yang diberikan kepada figur kepala daerah.
2. Undang undang no 22 tahun 1948
Undang undang no 22/1948 hanya mengatur daerah tif. Uu tersebut hanya
mengakui 3 tingkatan daerah otonomi yaitu : provinsi, kabupaten atau kotamadya
dan terakhir desa atau kota kecil.
3. Undang undang no 1 tahun 1957
Uu 1/1957 adalah produk dari sistem parlemen liberal hasil Pemilihan umum
pertamatahun 1955.
4. Penetapan presiden (penpers) nomor 6 tahun 1959
Pemerintah mengeluarkan penpers 1959 6/1959 untuk mengaturpemerintahan
daerah agar sejalan dengan Uud 1945. Dalam penpers tersebut diatur bahwa
pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan dprd. Kepala daerah mengemban
dua fungsi yaitu sebagai eksekutif daerah dan wakil pusat di daerah.
5. Undang undang no 18 tahun 1965
Berdasarkan UU 18/1965, kepala daerah tetap memegang peran ganda yaitu
sebagai pimpinan daerah dan wakil pusat didaerah.
6. Undang undang no 5 tahun 1974
Adapun pokok pokok pikiran yang tertuang dalam UU 5/1974 adalah sebagai
berikut:
 Otonomi daerah hendaknya memperkuat persatuan bangsa dan mendukung
pencapaian kesejahteraan rakyat
 Otonomi yang diberikan bersifak riil, dinamis dan bertanggung jawab.
 Desentaralisasi dan dekosentrasasi diterapkan secara bersamaan dan tugas
perbuatan dapat dilaksanakan apabila diperlukan
 Pemberian otonomi adalah untuk tujuan yang bersifat administratif maupun
demokratis
 Pemberian otonomi ditujukan untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas
pemerintah
 Titik berat ekonomi diletakkan pada daerah tingkat II yiatu di kabupaten
maupun kotamadya Dati II.

G. Pengertian pembangunan daerah


Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja,
lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun
peningkatan indeks pembangunan manusia

H. Tujuan pembangunan daerah adalah:


1. Meningkatkan keadaan ekonomi daerah sehingga mandiri di dalam bidang ekonomi untuk
daerah sehingga mandiri di dalam bidang ekonomi untuk penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah.
2. Meningkatkan keadaan sosial daerah unutk mencapai kesejahteraan sosial secara adil dan
merata bagi seluruh anggota masyarakat di daerah.
3. Mengembangkan setiap ragam budaya daerah sehingga menjamin kelestarian budaya daerah
di antara budaya-budaya nasional Indonesia lainnya.
4. Meningkatkan dan memelihara keamanan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan
peningkatan kegiatan ekonomi, sosial, budaya, kualitas lingkungan hidup dan meningkatkan
kesejahteraan seluruh anggota masyarkat seutuhnya.
5. Membantu pemerintah pusat dalam mempertahankan, memelihara dan meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara RI.

I. Prinsip Pembangunan Daerah


1. Tetap berada di dalam kerangka NKRI.
2. Tetap menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
3. Demokrasi dalam setiap bidang kehidupan bernegara.
4. Pemerataan dan keadilan dalam berperan serta pada pembangunan daerah.
5. Masyarakat, kelompok usaha kecil dan kelompok usaha kecil dan kelompok menengah lebih
dipacu untnuk berperan aktif.
6. Memanfaatkan secara ijaksana semua potensi sumberdaya nasional yang berada di daerah
sesuai dengan fungsi dan keadaan masing-masing sumberdaya.
7. Sesuai dengan keragaman keadaan daerah.
8. Sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat, baik secara desentralisasi,
dekonsentrasi maupun dalam rangka pembantuan.
9. Bekerjasama di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang kegiatan yang lain dengan semua
daerah lainnya.
10. Pemerintah yang baik, berarti pemerintah daerah otonom harus dilaksanakan secara tepat
guna, efisien dan mmemiliki produktifitas yang tinggi serta lepas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme.
11. Investasi disertai ketentuan unutk meningkatkan penggunaan sumber daya yang dihasilkan.
12. Pelaku pembangunan daerah.

J. Perencanaan Pembangunan daerah


Berdasarkan UU nomor 25 Tahun 2001, perencanaan pembangunan terdiri dan empat tahapan,
yakni:
1. Tahap penyusunan
2. Penetapan rencana
3. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan
4. Evaluasi pelaksanaan rencana

Unsur-unsur Perencanaan
1. Persiapan perencanaan
2. Pengumpulan dan analisis data
3. Penentuan hasil yang diharapkan yang diharapkan dari pembangunan daerah secara
keseluruhan
4. Penentuan strategi pembangunan daerah
5. Penentuan sasaran-sasaran pada setiap sektor pembangunan
6. Penentuan strategi pelaksanaan unutk mencapai hasil yang diharapkan
7. Penentuan tahapan-tahapan pembangunan dan hasil yang ingin dicapai
8. Penyusunan rencana pembangunan daerah
9. Penetapan rencana pembangunan daerah dalam peraturan daerah (PERDA) menjadi program
pembangunan daerah (PROPERDA) dan penjabaran unutk pelaksanaannya.

K. Penyelenggaran pembangunan daerah


a) Tahapan penyelenggaraan meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Persiapan
2. Pelaksanaan penyelengaraan
3. Pengendalian pelaksanaan
4. Menyusun laporan pelaksanaan dan Menyelesaikan semua pertanggungjawaban pelaksanaan
sesuai dengan ketentuan.
b) Topografi lapangan yang bergunung dan berbukit-bukit terjal, sehingga sukar dicapai dan
pembangunan jalan umum sukar dilaksanakan;
c) Jumlah penduduk yang sangat terbatas sehingga peranannya dalam pembangunan lebih
terbatas;
d) Letak geografi yang demikian jauh dari kegiatan ekonomi dan sosial yang berada di
daerah lain
e) Persiapan pelaksanaan pembangunan daerah dapat meliputi berbagai kegiatan, antara
lain: Kelembagaan dan Pendanaan
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. OTONOMI DAERAH : Pengertian, Tujuan, Prinsip, Asas, Contoh (Lengkap). Diakses
pada https://thegorbalsla.com/otonomi-daerah/

Kuncoro. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi dan
Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai