Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
2. Ciri
a. Warna bunyi bisa saja sejenis atau terdiri dari berbagai jenis
b. Memiliki notasi musik yang hanya dapat dimengerti oleh pemusik karena notasinya
ditulisan dengan simbol atau tanda
c. Improvisasi dari musik kontemporer sangat bervariasi dan biasanya mengikuti
keinginan dari penciptanya
d. Suara atau bunyi yang tercipta bisa didapat dari sumber yang beragam (Elektronik)
tidak hanya dari instrumen musik
e. Memakai tangga nada yang lebih bervariasi
f. Birama tidak terpaku pada satu birama saja
g. Memiliki dinamik dan tempo yang lebih bervariasi
3. Fungsi
Fungsi seni musik juga dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu kategori
umum dan kategori secara spesifik. Secara umum, fungsi seni musik kontemporer
diantaranya :
a. Fungsi religi atau keagamaan, seperti telah disinggung sebelumnya bahwa musik
kontemporer juga telah masuk ke dunia musik religi. Sehingga karya seni musik
kontemporer juga dapat memiliki fungsi untuk menyebarkan nilai-nilai keagamaan.
b. Fungsi Pendidikan, setiap cabang seni memiliki fungsi pendidikannya sendiri.
Dalam musik group atau sebut saja ansambel, diperlukan kerjasama tim agar musik
yang tercipta harmonis.
c. Fungsi Komunikasi, beberapa seniman atau penyanyi menggunakan musik untuk
mengkomunikasikan gagasannya kepada masyarakat. Baik itu berupa ide, krtitik
sosial, dan lain sebagainya.
d. Fungsi Rekreasi/Hiburan, merupakan fungsi yang tidak lepas dari sebuah karya seni
pertunjukan.
e. Fungsi Artistik, adalah fungsi yang ditujukan sebagai media ekspresi sehiman dalam
menyajikan karyanya.
Sedangkan fungsi seni musik kontemporer secara spesifik adalah :
a. Mengembangkan jenis musik baru baik yang berakar pada tradisi maupun tidak
b. Aktualisasi gata bermusik para komponis
c. sebagai bentuk ditemukan dan berkembangnya gramatika musik
Secara umum, menurut kajian Prof Dieter Mack - komposer, pianis, dan pakar tentang
budaya Musik Indonesia dari Universitas Freiburg Jerman, keberadaan musik kontemporer di
Indonesia dapat dibagi menjadi:
1. Musik Kontemporer dalam idiom tradisi barat
Termasuk dalam kategori ini adalah komponis Amir Pasaribu, Dua Srikandi piano:
Trisutji Kamal dan Marusya Nainggolan Abdullah. Materi garapannya dapat berupa
Musik Tradisional. Namun teknik garapannya memakai prinsip-prinsip yang lazim di kenal
pada Musik Barat. Misalnya: nuansa gendhing gamelan Jawa yang ditranskripsikan ke dalam
piano. Sudah tentu, masalah laras dan alur musiknya bukan lagi pelog,
slendro, ataupun ladrang. Melainkan misalnya mengambil bentuk sonata, prelude, dan
semacamnya.
2. Musik Kontemporer yang bersumber dari unsur etnik
Kategori ini dimotori oleh nama-nama seperti: A.W. Sutrisna, Rahayu Supanggah, Wayan
Sadra, Dody Satya Ekagust Diman – seorang komponis muda yang banyak mendapat
pujian di Jerman. Karya dalam kategori ini dapatlah dikatakan sebuahrevitalisasi Musik
Tradisi. Misalnya Degung Sunda yang diberi “baju” baru. Berupa cara menabuh dengan
teknik baru misalnya dengan sendok makan, cara memetik kecapi dengan menggunakan
gesekan kuku jari. Tata gramatik musikpun mendapat pakem baru. Misalnya perubahan
fungsi tiap instrumen. Juga kemungkinan peran sebagai solis pada tiap instrumen. Degung
klasik yang murni adalah sebuah ensemble permainan musik bersama.
3. Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat
Komponis terkemuka dalam kategori ini adalah: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Sapto
Ragardjo, Alm. Ben Pasaribu, Tony Prabowo, dan Otto Sidharta. Ciri garapan kategori
ini adalah mixed culture - percampuran dua macam budaya. Misalnya karya Slamet Abdul
Sjukur yang berjudul “Tetabuhan Sungut” adalah sebuah canon vocal, namun strukturnya
mengambil teknik garapan gendhing.