Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Faqihudin 11170110000084
i
KATA PENGANTAR
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II 2
BAB III 16
Kesimpulan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
2
BAB I
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima
2
Nurkholis, “Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi”, Jurnal Kependidikan, Vol. 1
No. 1, 2013, h. 25.
3
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima
4
Ning Mukarommah, “Subjek Pendidikan Menurut Perspektif Al-Qur’an”, Jurnal Studi
Pendidikan Islami, Vol. 4, 2017, h. 3.
5
Ibid.
3
4
Oleh karena itu, seorang guru dituntut harus memiliki berbagai sifat dan sikap
antara lain:
1. Seorang guru harus manusia pilihan
2. Seorang guru hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin
3. Seorang guru juga hendaknya tidak pernah tamak dan bathil dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari
4. Seorang guru hendaknya dapat menyakini Islam sebagai konsep Ilahi dimana
dia hidup dengan konsep itu
5. Seorang guru harus memiliki sikap yang terpuji
6. Penampilan seorang guru hendaknya selalu sopan dan rapi
7. Serorang guru seyogyanya juga mampu menjadi pemimpin yang shalih
8. Seruan dan ajaran seorang guru hendaknya tercermin pula dalam sikap
keluarganya dan atau para sahabatnya
9. Seorang guru harus menyukai dan mencintai muridnya6
Kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua kategori yaitu:
1. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua. Orang tua sebagai pendidik
menurut kodrat adalah pendidik pertama dan utama, karena secara kodrat anak
manusia dilahirkan oleh orang tuanya (ibunya) dalam keadaan tidak berdaya hanya
dengan pertolongan dan layanan orang tua (terutama ibu) bayi (anak manusia) itu
dapat hidup dan berkembang semakin dewasa. Hubungan orang tua dengan anaknya
dalam hubungan edukatif, mengandung dua unsur dasar, yaitu: 1) Unsur kasih sayang
pendidik terhadap anak 2) Unsur kesadaran dan tanggung jawab dari pendidik untuk
menuntun perkembangan anak
2. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru. Guru adalah pendidik kedua setelah
orang tua. Mereka tidak bisa disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik,
karena mereka mendapat tugas dari orang tua, sebagai pengganti orang tua. Mereka
menjadi pendidik karena profesinya menjadi pendidik, guru di sekolah misalnya.
Dalam Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah
pendidk profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak
usia dini, jalur pendidikan formanl, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7
6
Ibid.
7
Ibid., h. 4.
5
oleh objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami kebanyakan para ahli
pendidikan adalah Orang tua, guru-guru di institusi formal (disekolah) maupun non-
formal dan lingkungan masyarakat. Sedangkan pendidikan pertama ( tarbiyatul
awwal) yang kita pahami selama ini adalah rumah tangga (orang tua). Sebagai
seorang muslim kita harus menyatakan bahwa pendidik pertama manusia adalah
Allah dan yang kedua adalah Rasulullah.8
8
Ibid.
6
takuti. Kedua, nama itu menarik hati mereka, karena dinyatakan sebagai “Yang
Mahakasih” yang menyejukan hati mereka.9
َعلَّ َم ۡٱلقُ ۡر َءان
َ
Mengajarkan Al-Qur’an
Allah mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi-Nya Muhammad SAW. Cara
mengajarinya: Allah mula-mula mengajarkanya kepada Jibril a.s. lalu Jibril
menyampaikanya kepada beliau. Kemudian beliau menyampaikanya kepada para
sahabat, dan para sahabat menyampaikanya kepada umat manusia.
Mengapa Al-Qur’an disebut pertama sekali? Hal itu karena dalam surah ini
Allah menyebut-menyebut banyak sekali Nikmat-Nya kepada manusia, sedangkan
Al-Qur’an adalah nikmat-Nya terbesar karena berisi ajaran-ajaran yang perlu sekali di
pedomani untuk keselamatan hidup baik di dunia maupun di akhirat.10
ِ ۡ ََخلَق
َ َٰ ٱۡلن
َسن
Menciptakan manusia
Begitu juga penciptaan manusia khusus disebutkan disini dan juga di awal
karena manusia adalah mahluk-Nya yang paling mulia. Hanya manusia yang
memiliki jasmani yang paling sempurna dengan otak dan panca indera yang
sempurrna pula. Disamping itu hanya manusia yang berdiri tegak dan tangan nya
lepas. Dengan berdiri tegak kepala keatas, maka manusia dapat berfikir yang
melahirkan ilmu pengetahuan. Dan tangan lepas manusia dapat merealisasikan ilmu
pengetahuanya, yang melahirkan teknologi. Terlebih lagi hanya manusia yang
memiliki qalbu dengan qalbu manusia dapat menerima agama lalu bermoral dan
bertuhan. Hanya manusia yang memiliki kecerdasan sehingga mengembangkan ilmu
dan teknologi dan hanya manusia yang beragama lalu bertuhan dan bermoral. 11
9
Salman Harun, Tafsir Tarbawi: Nilai-Nilai Pendidikan dalam al-Qurán, (Banten: UIN
Jakarta Press, 2013), Cet. I., h. 53-54.
10
Ibid.
11
Ibid.
12
Ibid., h. 54-55.
7
Nilai Pendidikan:
a. Allah adalah Maha Guru pertama dan utama umat manusia.
b. Setelah al-Qurán maka yang diajarkan Allah pertama kali kepada manusia
adalah kemampuan menjelaskan atau ekspresi (al-bayan).13
Tafsir ayat 5:
Dalam buku Tafsir Ath-Thabari, Abu Ja’far berkata bahwa ayat ini adalah Al-
Qur’an yang disampaikan oleh Nabi SAW diajarkan oleh Malaikat Jibril
(pelafalannya).14 Menurut tafsir Ibnu Katsir, dalam ayat ini Allah SWT berfirman
memberitahukan tentang hamba dan Rasul-Nya, Muhammad SAW, bahwa ش ِديْدُ ُ ْالق ٰوى
َ
"Yang sangat kuat". Yakni Jibril AS telah mengajarkan kepadanya apa yang harus
disampaikan kepada manusia, sebagaimana firman Allah:
َ ِي قُ َّوة ِع ْندَ ذِى ْالعَ ْر ِش َم ِكيْن ُّم
طاع ث َ َّم ا َ ِميْن ُ اِنَّهٖ لَقَ ْو ُل َر
ْ س ْول َك ِريْم ذ
Artinya: "sesungguhnya (Al-Qur'an) itu benar-benar firman (Allah yang
dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang memiliki kekuatan,
memiliki kedudukan tinggi di sisi (Allah) yang memiliki `Arsy, yang di
13
Ibid., h. 55.
14
Fathurrozi, Tafsir Ath-Thabari, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), h. 93.
8
sana (di alam malaikat) ditaati dan dipercaya." (QS. At-Takwir: 19-
21).15
Dalam ayat ini, selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa Muhammad SAW
(kawan mereka itu) diajari oleh Jibril AS. Jibril itu sangatlah kuatnya, baik ilmunya
maupun amalnya. Ayat ini merupakan jawaban dari perkataan mereka yang
mengatakan bahwa Muhammad itu hanyalah tukang dongeng yang mendongengkan
dongeng-dongengan (legenda-legenda) orang-orang dahulu. Jelaslah bahwa
Muhammad SAW itu bukan diajari oleh seorang manusia, tetapi ia diajari oleh Jibril
AS yang kuat.16
Tafsir ayat 6:
Allah SWT menerangkan lagi dalam ayat ini, bahwa Jibril itu mempunyai
kecerdasan dan kekuatan yang luar biasa. Seperti dalan riwayat bahwa ia telah pernah
membalikkan perkampungan Nabi Lut kemudian mereka diangkat ke langit lalu
dijatuhkan ke bumi. Juga ia pernah menghembus kaum Samud hingga berterbanglah
mereka. Dan apabila ia turun ke bumi hanya dibutuhkan waktu sekejap mata.
Lagipula ia dapat berubah bentuk dengan berbagai rupa.18
15
Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Pustaka Ibnu
Katsir, 2017), jilid 8, h. 589.
16
Sonhadji, Al-Qur'an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, tth), h. 555-556.
17
Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri, op.cit., h. 588-589.
18
Al-Qur'an dan Tafsirnya, (Yogyakarta: PT Dana Bakti Wakaf, tth), h. 555-556.
9
Kata (ٖ ) ِم َّرةmirrah terambil dari kalimat amrartu al-haba yang berati
melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata ٖ ذُٖ و ِم َّرةdigunakan untuk
menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang. Al-
biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah
kepada tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga yang
memahaminya dalam arti kekuatan fisik, akal dan nalar.
Ada lagi ulama’ yang memahami ayat di atas sebagai berbicara tentang nabi
muhammad saw., yakni nabi agung itu adalah seorang tokoh yang kuat
kepribadiaannya serta matang pikiran dan akalnya lagi sangat tegas dalam
membela agama Allah.19
Menurut pemakalah, ayat 5 dan 6 surat An-Najm ini bebicara mengenai
seorang pendidik yang harus berpenampilan sebaik-baiknya di hadapan muridnya.
Pendidik juga harus memiliki kondisi fisik yang baik, sehat saat mengajar, begitupun
ilmu yang dibawakan harus dipersiapkan dengan matang.
Nilai Pendidikan:
Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai subjek
pendidikan kita harus:
1. Dapat menjadi model dan teladan bagi murid-murid kelak
2. Menguasai materi yang akan diajarkan.
3. Bersikap sewajarnya seorang guru tanpa ada sesuatu yang menyimpang.20
3. Q. S At-Tahrim (66): 6
19
Ning Mukarommah, Op.cit., h. 10-11.
20
Ibid., h. 11.
10
Ali, Qotadah dan Mujtahid berkata, “Peliharalah diri kalian dengan perbuatan
kalian, dan peliharalah keluarga kalian dengan wasiat kalian.” Ibnu al Arobi berkata,
“Pendapat inilah yang benar.” Pemahaman yang diperoleh dari 'athaf yang
menghendaki adanya perserikatan antara Ma'thuf dan Ma'thuf alaih pada makna fi'il
adalah seperti ucapan penyair:“Aku memberikan jerami kepada binatang itu sebagai
makanan, dan (aku memberinya) air yang dingin sebagai minuman.” Juga seperti
ucapan penyair:“Dan aku melihat suamimu medan tempur, berselendang pedang dan
menenteng tombak.”22
21
Syaih Imam Al Qurthubi, Tafsir Al Qurthubi, (Jakarta: Pustaka AZZAM, 2009), Cetakan
pertama, h. 744
22
Ibid., h. 744-745.
11
diungkapkan oleh Al Hasan tentang ayat ini dengan ucapannya, “Dia harus
memerintahkan dan melarang mereka.”23
Ketika Allah berfirman, َ ُ“ قُ َٰٓواْ أَنفpeliharalah dirimu,” para ulama berkata,
س ُك ۡم
“anak termasuk ke dalam firman Allah itu, sebab anak adalah bagian darinya,
sebagaimana dia termasuk ke dalam firman Allah ta'ala , “Dan tidak (pula) bagi
dirimu sendiri, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu sendiri,” (Q.s an Nur
24: 61). Tidak disebutkan sebagaimana semua kerabat lainnya disebutkan. Dengan
demikian, seseorang harus mengajari anaknya sesuatu yang halal dan yang haram,
sekaligus menjauhkannya dari kemaksiatan dan dosa, serta hukum-hukum yang
lainnya.”24
23
Ibid., h. 745-746.
24
Ibid., h. 746.
25
Ibid., h. 746-747.
26
Mahmud Yunus, Tafsir Quran Karim, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung Jakarta, 2004), Cet.
LXXIII, h. 839.
12
27
Ibid.
28
Syaih Imam Al Qurthubi, Op.cit., h. 748.
29
Ibid., h. 749
30
Ibid.
13
ُعلَ ۡي َها َّل ن َۡسٖ َٖلُ َك ِر ۡزقٖا نَّ ۡح ُن ن َۡر ُزقُ َك َو ۡٱل َٰ َع ِق َبة َّ َو ۡأ ُم ۡر أ َ ۡهلَ َك ِبٱل
َ ۡصلَ َٰو ِة َوٱص
َ ط ِب ۡر
ِللت َّ ۡق َو َٰى
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya,” (Q.s Thaha 20: 132).
Juga Firman Allah ta'ala yang ditujukan kepada Nabi Shallallahu Alaihi
kerabatmu yang terdekat.” (Q.s Asy Syuara 26: 214.) Dalam hadits dinyatakan:
“Mereka untuk salat saat mereka berusia 7 tahun.”31
Menurut pendapat yang lain lagi, yang dimaksud dengan Al Ghilazaah adalah
besarnya tubuh mereka, sedangkan yang dimaksud dengan Asy Syiddah
adalah kekuatan (mereka). Ibnu Abbas berkata, “Jarak diantara kedua bahu
salah seorang dari mereka (maksudnya jarak bahu kanan ke kiri atau
sebaliknya) adalah perjalanan satu tahun. Kekuatan salah seorang dari mereka
31
Ibid. h. 794-750.
32
Ibid. h. 750.
14
adalah, jika dia memukul dengan godam (palu besar) dapat mendorong 70.000
manusia ke dalam neraka jahanam dengan pukulan itu.” 33
33
Ibid., h. 750
34
Ibid., h. 752.
15
penghuni neraka. “dan mereka” senantiasa dan dari saat kesaat “mengerjakan dengan
mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka”.35
Menurut pemakalah, seseorang yang beriman hendaklah memberitahukan
kepada yang lainnya, apa yang dapat menjaga diri dari api neraka dan menjauhkan
kita dari pada-Nya, yaitu dengan mengikuti segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya. Dan hendaklah kita mengajarkan kepada keluarga kita perbuatan baik
yang dapat menjaga diri kita dari api neraka. Dan bawalah mereka kepada yang
demikian ini melalui nasehat dan pengajaran.
Nilai Pendidikan:
Berdasarkan penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebagai subjek
pendidikan kita harus:
1. Terlepas dari apakah diri sendiri sudah mengenal dan menjalankan nilai-nilai
yang baik dan buruk itu, kepala keluarga harus mengajari dan mendidik
keluarganya agar mengenal dan menjalankan nilai-nilai yang baik dan buruk
tersebut. Kepatuhan anak tidak mesti sama dengan kepatuhan orang tua.
2. Pendidik harus mampu memberikan penghayatan tentang kerasnya azab
neraka, galaknya penjaganya, serta diterapkannya hukum secara konsekuen,
supaya orang terdidik merasa takut lalu terdorong berbuat baik, menjauhi
yang buruk, dan berakhlak mulia.36
35
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta:2003, Lentera Hati), Cet. 1, h. 176.
36
Salman Harun, Op.cit., h. 75.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
َسنَ َعلَّ َمهُ ۡٱلبَيَان ِ ۡ َٱلر ۡح َٰ َمنُ َعلَّ َم ۡٱلقُ ۡر َءانَ َخلَق
َ َٰ ٱۡلن َّ
Arti: “Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang
mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang
asli.
c. Q. S At-Tahrim (66): 6
َٰٓ
ُ ۡارة ُ َعلَ ۡي َها َم َٰلَئِكَة ِغ ََلظ ِشدَاد َّّل يَع
َصون ُ ََّٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ قُ َٰٓواْ أَنفُ َس ُك ۡم َوأ َ ۡه ِلي ُك ۡم نَارا َوقُودُهَا ٱلن
َ اس َو ۡٱل ِح َج
َٱَّللَ َما َٰٓ أ َ َم َره ُۡم َويَ ۡفعَلُونَ َما ي ُۡؤ َم ُرون َّ
Arti: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat
16
17
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
DAFTAR PUSTAKA
Bashri, Abu Ahsan Sirojuddin Hasan. 2017. Shahih Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta:
Pustaka Ibnu Katsir.
Yunus, Mahmud. Tafsir Quran Karim. Jakarta: PT. Hidakarya Agung Jakarta, 2004. Cet.
LXXIII
18