Anda di halaman 1dari 18

BAB 5

BAB 5
Inflasi
Inflasi indeks harga konsumen (IHK) 2017 terkendali dan
kembali berada dalam rentang sasaran sebesar 4,0±1%.
Pencapaian inflasi dalam rentang sasaran selama 3 tahun
berturut-turut tidak terlepas dari dampak positif konsistensi
kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
makroekonomi dan didukung koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 | 73
Inflasi indeks harga konsumen (IHK) 2017 tetap Grafik 5.2.
Grafik 5.2. PolaPola
Historis Inflasi
Inflasi IHK IHK
Bulanan
terkendali dalam rentang sasaran sebesar 4,0±1%.
Inflasi IHK 2017 yang tercatat rendah yakni sebesar Persen, mtm

3,61% menandai pencapaian sasaran inflasi dalam 1,4

tiga tahun berturut-turut (Grafik 5.1). Inflasi yang rendah 1,2

terjadi secara merata di seluruh wilayah Indonesia. 1,0

Perkembangan positif inflasi 2017 terlihat dari dinamika 0,8

inflasi bulanan yang tercatat lebih rendah dari rata- 0,6

rata inflasi bulanan tiga tahun terakhir terutama pada 0,4

semester II (Grafik 5.2). Berdasarkan komponen, inflasi 0,2

yang berada dalam rentang sasaran disumbang oleh 0

inflasi inti yang terkendali dan inflasi volatile food yang -0,2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
rendah. Sementara itu, inflasi administered prices tercatat
meningkat yang didorong oleh kebijakan subsidi tepat Realisasi Inflasi 2017 Historis 3 tahun terakhir

sasaran pada listrik, namun dampak lanjutan terhadap


Sumber: BPS, diolah
kenaikan harga komoditas lain relatif terbatas.

Tekanan inflasi yang terkendali didorong oleh Pencapaian inflasi 2017 didukung pula oleh konsistensi
perkembangan positif faktor domestik dan eksternal kebijakan moneter Bank Indonesia serta koordinasi
(Gambar 5.1). Di sisi domestik, ekspektasi inflasi yang kebijakan dengan Pemerintah. Konsistensi kebijakan
terjangkar, tekanan permintaan yang terkelola dengan moneter Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
baik, serta pasokan pangan yang terjaga, mendukung makroekonomi mendorong tren penurunan ekspektasi
rendahnya tekanan inflasi. Di sisi eksternal, nilai tukar inflasi sehingga terjangkar dalam sasaran 4,0±1%.
yang cukup stabil disertai oleh harga komoditas global Koordinasi kebijakan Bank Indonesia bersama
yang masih rendah, khususnya komoditas impor pangan, Pemerintah khususnya terkait dari sisi penawaran.
mendorong minimalnya tekanan inflasi. Berbagai kondisi Kebijakan pemerintah terutama diarahkan untuk menjaga
tersebut menyebabkan rendahnya inflasi inti dan inflasi ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan
volatile food pada tahun 2017. Selain itu, dampak stabilisasi harga pangan guna mendukung terkendalinya
lanjutan (second-round effect) kebijakan administered inflasi. Koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara
prices terkait subsidi listrik tepat sasaran terhadap Bank Indonesia dengan Pemerintah yang semakin kuat
kenaikan harga komoditas lain dapat diminimalkan diwujudkan melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) baik
sehingga tekanan inflasi tetap terkendali. di pusat maupun daerah.

5.1. Inflasi Inti


Grafik 5.1.
Grafik 5.1. Realisasi Inflasi
Realisasi IHK IHK
Inflasi dan dan
Sasaran InflasiInflasi
Sasaran
Tekanan inflasi IHK 2017 yang terkendali tidak terlepas
dari dukungan inflasi inti yang berada dalam tren
Persen, yoy
12 menurun. Inflasi inti pada akhir tahun 2017 tercatat
11,06 2,95%, lebih rendah dibandingkan dengan level
10
8,38
tahun sebelumnya yang mencapai 3,07%. Dengan
8,36
8 6,96 capaian tersebut, inflasi inti dalam dua tahun terakhir
6 6,59 telah memasuki rezim inflasi inti yang lebih rendah
4,30 3,61
dibandingkan dengan perilaku historis (lihat Boks 5.1.
4 3,35
3,79 Rezim Rendah Inflasi Inti). Perkembangan inflasi inti
2 2,78 3,02
yang positif didukung oleh konsistensi kebijakan moneter
0 dalam mengarahkan inflasi sesuai dengan sasaran
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 yang ditetapkan.
Rentang Sasaran Inflasi Realisasi Inflasi
Tekanan inflasi inti yang terkendali terlihat dari
Sumber: BPS dan Kementerian Keuangan, diolah
perkembangan inflasi pada komponen inti barang dan

74 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Gambar 5.1.
Gambar 5.1. Determinan
DeterminanInflasi 2017
Inflasi 2017

Kondisi Pasokan yang Mendukung


• Inflasi pangan global melambat
• Pasokan meningkat (dalam dan luar negeri)
Tekanan Domestik Tekanan Eksternal
Minimal Minimal
• Permintaan • Nilai tukar stabil Inflasi Volatile Food 0,71% (yoy)
agregat terkelola • Inflasi nonmigas Reformasi Subsidi Energi
dengan baik global melambat Berlanjut
• Ekspektasi inflasi terutama didorong
menurun oleh rendahnya Inflasi Inti IHK Inflasi Administered • Kebijakan subsidi
harga komoditas 2,95% (yoy) 3,61% (yoy) Prices 8,70% (yoy) tepat sasaran daya
pangan global 900 VA
Inflasi IHK 2017 Dalam Sasaran Inflasi

Kebijakan Bank Indonesia Kebijakan Pemerintah (Tingkat Pusat Dan Daerah)


1. Menempuh kebijakan moneter yang konsisten dengan sasaran inflasi 1. Keterjangkauan harga
2. Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya 2. Ketersediaan pasokan
Koordinasi Pengendalian Inflasi dengan
3. Memperkuat efektivitas transmisi kebijakan moneter dan memperkuat Pemerintah (Pusat dan Daerah) 3. Kelancaran distribusi
pengelolaan likuiditas rupiah 4. Komunikasi yang efektif
dalam Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP)
4. Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valas / Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)
5. Menempuh langkah-langkah lanjutan untuk pendalaman pasar uang
6. Memperkuat pengendalian inflasi dan mendorong sektor rill dari
sisi penawaran

jasa selama 2017. Inflasi inti jasa dan inflasi inti barang tahun terakhir (Grafik 5.5). Secara bulanan, inflasi inti
masing-masing tercatat 3,07% dan 2,88% (Grafik 5.3). hanya meningkat tinggi pada awal tahun dipengaruhi
Inflasi inti barang yang rendah terutama disumbang oleh beberapa faktor temporer dan selanjutnya kembali
oleh rendahnya tekanan inflasi pada komponen durable lebih rendah dari pola historis, dimulai sejak Maret
goods.1 Komponen durable goods hanya mencatat inflasi 2017. Kenaikan inflasi inti pada awal 2017 didorong
sebesar 1,17%, sementara komponen nondurable goods oleh meningkatnya tekanan inflasi inti di sektor jasa,
mencatat inflasi sebesar 3,61% (Grafik 5.4). Inflasi inti khususnya jasa telekomunikasi dan jasa sektor perumahan
durable goods yang tercatat rendah disebabkan oleh (Grafik 5.6). Kenaikan inflasi jasa sektor perumahan
terkelolanya tekanan permintaan, nilai tukar rupiah yang terkait dengan kenaikan tarif sewa rumah dan kontrak
stabil, dan tekanan harga komoditas global yang moderat. rumah, sementara kenaikan inflasi jasa telekomunikasi
disebabkan oleh kenaikan tarif pulsa ponsel. Kenaikan
Terkendalinya inflasi inti tercermin pula dari pergerakan inflasi jasa sektor perumahan turut dipengaruhi oleh
inflasi inti bulanan selama 2017 yang cenderung lebih dampak lanjutan (second-round effect) kenaikan tarif
rendah dibandingkan dengan pola historis dalam tiga listrik 900 VA pada sebagian kelompok pelanggan.

Grafik 5.3.
Grafik 5.3. Inflasi Inti Inti
Inflasi Barang Dan dan
Barang Inflasi Inti Jasa
Inflasi Inti Jasa Grafik 5.4.
Grafik 5.4. Inflasi inti Inti
Inflasi Durable Good
Durable Goods dan
dan Non Durable Good
Nondurable Goods
Persen, yoy Persen, yoy
6 8

7
5
6
4
5

3 4

3
2
2
1
1

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017

Inflasi Inti Barang Inflasi Inti Durable Goods


Inflasi Inti Inflasi Inti Jasa Inflasi Inti Barang
Inflasi Inti Nondurable Goods

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

1 Komoditas durable goods adalah komoditas dalam keranjang IHK yang sifatnya tahan
lama, sementara komoditas nondurable goods adalah komoditas dalam keranjang IHK
yang sifatnya tidak tahan lama.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 75


Grafik 5.5.
Grafik 5.5. PolaPola
Historis Inflasi
Inflasi Inti Bulanan
Inti Bulanan Tabel 5.1. Penyumbang Inflasi Kelompok Inti
Persen
Persen, mtm
0,6
No Komoditas 2016 2017

0,5
Inflasi

1 Tarif Pulsa Ponsel 0,10 0,16


0,4
2 Emas Perhiasan 0,07 0,12
0,3
3 Nasi dengan Lauk 0,09 0,09
0,2
4 Sewa Rumah 0,09 0,08

0,1 5 Upah Pembantu Rumah Tangga 0,04 0,08

0 6 Mie 0,04 0,05


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 7 Akademi/Perguruan Tinggi 0,04 0,05

2017
Realisasi Inflasi Historis
Inti 20173 tahun terakhir
Historis 3 tahun terakhir 8 Sekolah Menengah Atas 0,04 0,04

Deflasi
Sumber: BPS, diolah
9 Gula Pasir 0,06 -0,07

10 Semen -0,03 -0,03


Secara keseluruhan, sumbangan inflasi sewa dan kontrak Sumber: BPS, diolah

rumah pada triwulan pertama 2017 tercatat 0,08%,


sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sumbangan
inflasi pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Uang beredar dan kredit konsumsi masing-masing
0,04%.2 Meningkatnya tekanan inflasi pada sektor jasa tumbuh 8,3% dan 11,0%. Sementara, angka penjualan
perumahan dan tarif pulsa ponsel pada awal tahun ritel tetap tumbuh 3,1% selama 2017. Selain beberapa
menyebabkan komoditas-komoditas tersebut termasuk indikator tersebut di atas, indikator permintaan lain yang
dalam penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok inti mengonfirmasi tekanan permintaan yang masih moderat
(Tabel 5.1). adalah indikator demand sensitive to inflation dan core
flexible price.3 Indikator demand sensitive to inflation
Inflasi inti yang rendah didukung oleh sisi permintaan dan core flexible price tumbuh stabil dalam dua tahun
yang masih dapat direspons oleh sisi penawaran. Hal ini terakhir (Grafik 5.7). Tekanan permintaan yang moderat
tercermin dari perkembangan uang beredar, kredit, dan tersebut sejalan dengan konsumsi masyarakat yang
penjualan ritel selama 2017 yang masih tumbuh moderat. belum kuat.

Grafik 5.6.
Grafik 5.6. Inflasi Inti Inti
Inflasi JasaJasa Grafik 5.8.
Grafik 5.7. Indikator Tekanan
Indikator Permintaan
Tekanan Permintaan

Persen, yoy Persen, yoy Persen, yoy Persen, yoy


7 19 25 7,0

6 20
6,0
14
5
15
5,0
4
9 10
3
4,0
5
2
4
3,0
1 0

0 -1 -5 2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017

Inflasi Inti Jasa kecuali Pulsa dan Jasa Perumahan Penjualan Ritel Core Flexible Price (skala kanan)
Inflasi Sektor Jasa Perumahan Inflasi Tarif Pulsa Ponsel (skala kanan) Demand Sensitive to Inflation (skala kanan)

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah

3 Demand sensitive to inflation adalah komoditas inti nonfood dalam keranjang


2 Berdasarkan pola historis, penyesuaian tarif sewa rumah dan kontrak rumah terutama IHK sementara core flexible price adalah komoditas inti yang sering mengalami
dilakukan pada awal tahun. perubahan harga signifikan.

76 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Faktor lain yang berperan penting dalam pengendalian Grafik 5.12.
Grafik 5.9. Consensus
Consensus Forecast, IHKIHK
Forecast, Sticky Price
Sticky Price,
inflasi inti 2017 adalah terjangkarnya ekspektasi inflasi dan Inti Sticky Price
dan Inti Sticky Price
dalam kisaran sasaran inflasi. Pada semester I 2017, Persen, yoy

ekspektasi inflasi mengalami kenaikan seiring dengan 7

penerapan kebijakan subsidi tepat sasaran untuk 6

komoditas listrik. Namun demikian, seiring dengan 5

terbatasnya dampak lanjutan kebijakan administered 4

prices dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam 3


menjaga stabilitas makroekonomi, ekspektasi inflasi
2
kembali turun pada semester II 2017. Turunnya ekspektasi
1
inflasi tercermin dari hasil survei Consensus Forecast
(CF) dan survei Bank Indonesia terhadap pelaku di 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017
sektor keuangan yang menunjukkan adanya penurunan
perkiraan terhadap inflasi 2017 (Grafik 5.8). Hasil survei Consensus Forecast Inti Sticky Price IHK Sticky Price

CF pada triwulan III 2017 memperkirakan inflasi 2017


Sumber: Consensus Forecast dan BPS, diolah
mencapai 4,0%, lebih rendah dibandingkan dengan hasil
survei yang sama pada awal 2016, yaitu 4,8%. Hasil
survei Bank Indonesia, yaitu Survei Proyeksi Indikator (Grafik 5.9).4 Kendati sempat meningkat pada awal tahun,
Makro Ekonomi (SPIME), juga menunjukkan adanya kedua indikator tersebut bergerak dalam rentang sasaran
penurunan ekspektasi inflasi 2017 dari 4,83% pada inflasi dengan kecenderungan yang menurun.
triwulan I 2016 menjadi 3,86% pada triwulan III 2017.
Penurunan ekspektasi inflasi juga terjadi pada pelaku Inflasi inti yang rendah juga sejalan dengan inflasi
usaha sektor riil. Hasil survei Bank Indonesia terhadap harga aset yang masih terbatas. Hal ini tergambar pada
pelaku usaha dalam Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) kenaikan harga aset yakni properti, emas, dan aset
triwulan III 2017 memprakirakan inflasi 2017 sebesar keuangan yang melambat selama 2017 (Grafik 5.10).
3,24%, turun dibandingkan dengan hasil survei pada Terbatasnya kenaikan harga aset di sektor properti antara
triwulan I 2017 yang sebesar 3,54%. Indikator lain yang lain disebabkan oleh kenaikan harga komoditas sektor
mengonfirmasi terjangkarnya ekspektasi inflasi adalah bangunan dan upah sektor konstruksi yang minimal serta
estimasi terkait IHK sticky price dan core sticky price kenaikan permintaan properti yang masih belum kuat

Grafik 5.9.
Grafik 5.8. Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi 2017
Inflasi 2017 Grafik 5.13.
Grafik 5.10. Harga
HargaAset
Asetdan IHK
dan IHK

Persen, yoy Persen, yoy


6 70

60
5
50

4 40

30
3
20

2 10

0
1 -10

-20
0
I II III IV I II III IV* -30
I II III IV I II III IV I II III IV
2016 2017 2015 2016 2017

Consensus Forecast SPIME SKDU Harga Emas Harga Properti Residensial Aset Keuangan
*) Inflasi Tw IV 2017 dalam SPIME merupakan realisasi inflasi

Sumber: Consensus Forecast dan Bank Indonesia Sumber: Antam, Bloomberg, dan Bank Indonesia

4 IHK sticky price dan core sticky price adalah komoditas dalam keranjang IHK dan
komoditas inti yang masing-masing secara historis mengalami perubahan harga yang
minimal seiring dengan adanya penyesuaian harga secara berkala dan tidak dalam
frekuensi yang tinggi. Penyesuaian harga yang terjadi pada komoditas ini diperkirakan
sudah mengakomodasi ekspektasi inflasi ke depan sampai dengan periode penyesuaian
harga kembali terjadi.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 77


Grafik 5.11. Kenaikan
Grafik 5.14. Harga Properti, Harga Komoditas
Harga Properti,Komoditas Grafik 5.10.
Grafik 5.13. Indikator Tekanan
Indikator Eksternal
Tekanan NonNonmigas
Eksternal Migas
sektor bangunan, Sektor
dan Bangunan, dan Tarif Jasa Sektor
Jasa sektor Perumahan
Persen, yoy
Perumahan Persen, yoy Persen, yoy

9 30 10

8 9
20 8
7

6 7
10
5 6

4 5
0
3 4

2 -10 3

1 2

0 -20 1
I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112

2015 2016 2017 2015 2016 2017

Harga Properti Residensial Tarif Sewa dan Kontrak Rumah IHIM Nonmigas Apresiasi(-)/Depresiasi(+) Rupiah
Inflasi Upah dan Bahan Konstruksi Inflasi Inti Traded (skala kanan) IHPB (skala kanan)

Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah

(Grafik 5.11). Terbatasnya kenaikan harga aset properti komoditas global meningkat sebesar 13,8% pada 2017.
berdampak pada melambatnya kenaikan tarif sewa rumah Namun, peningkatan harga komoditas global tersebut
dan kontrak rumah selama 2017. Sementara itu, kenaikan lebih disebabkan oleh kenaikan harga minyak di tengah
harga aset khususnya pada sektor keuangan masih lebih penurunan harga komoditas pangan (Grafik 5.12). Sejalan
tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga aset di dengan harga pangan global yang rendah, indeks harga
sektor riil. Relatif tingginya kenaikan harga aset keuangan impor (IHIM) nonmigas yang berpengaruh signifikan
tersebut terindikasi dipicu oleh motif investasi. Secara ke inflasi domestik masih menunjukkan penurunan
umum, perkembangan tersebut menyebabkan minimalnya (Grafik 5.13). Tekanan biaya yang minimal dari faktor
wealth effect terhadap kenaikan harga barang di sektor riil. nilai tukar dan harga global nonmigas di tengah tekanan
permintaan yang terkelola dengan baik mendorong
Inflasi inti yang terkendali juga dipengaruhi oleh nilai tukar pelaku usaha tidak mentransmisikan kenaikan harga
rupiah yang stabil serta kenaikan harga komoditas global secara langsung ke harga barang di tingkat konsumen.
yang moderat. Rata-rata nilai tukar rupiah selama 2017 Hal ini tercermin dari inflasi inti barang traded yang lebih
tidak berbeda jauh dengan kondisi tahun 2016, hanya lambat dibandingkan dengan kenaikan indeks harga
mengalami depresiasi tipis sebesar 0,6%. Sementara itu, pedagang besar (IHPB) komoditas impor nonmigas.
merujuk data IMF dan World Bank terlihat komposit harga

5.2. Inflasi Volatile Food


Grafik 5.9.
Grafik Indikator
5.12. HargaHarga Komoditas
Komoditas Global
Global
Inflasi volatile food (VF) yang rendah mendukung
Persen, yoy
terkendalinya inflasi IHK 2017. Inflasi VF tercatat sebesar
100 0,71% pada tahun 2017 dan merupakan level inflasi
80 VF tahunan terendah dalam 13 tahun terakhir (Grafik
60 5.14). Rendahnya inflasi VF tahun ini tercermin dari
40
dinamika inflasi bulanan VF yang lebih rendah dari
20
pola historis, terutama pada periode Januari sampai
0

-20
dengan September (Grafik 5.15). Memasuki triwulan IV
-40 2017, tekanan inflasi VF cenderung mengalami kenaikan
-60 sejalan dengan peningkatan harga 9 komoditas utama
-80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017

Harga Pangan Global Harga Minyak Harga Komoditas Global

Sumber: World Bank dan IMF, diolah

78 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Grafik 5.15.
Grafik 5.14. Perkembangan
PerkembanganInflasi VF Volatile Food
Inflasi Grafik 5.16. Indikator Iklim

Persen, yoy Derajat celsius


20 3,0
El Nino La Nina La Nina
2,5
15 2,0

1,5
10
1,0

0,5
5
0

-0,5
0
-1,0

DJF
JFM
FMA
MAM
AMJ
MJJ
JJA
JAS
ASO
SON
OND
NDJ
DJF
JFM
FMA
MAM
AMJ
MJJ
JJA
JAS
ASO
SON
OND
NDJ
-5
2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017
2016 2017

Sumber: National Weather Centre, USA


Keterangan: Sumbu mendatar menunjukkan periode 3 bulanan, misalnya
Sumber: BPS DJF = Desember, Januari, dan Februari

VF.5 Meningkatnya tekanan inflasi VF selama periode sebelumnya. Cuaca yang kondusif tersebut terindikasi
tersebut lebih dipengaruhi oleh penurunan musiman dari tidak adanya El Nino dan minimalnya La Nina
pasokan beberapa komoditas seperti beras dan (Grafik 5.16). Cuaca yang menguntungkan tersebut
beberapa produk hortikultura, terutama cabai merah, di berdampak positif pada terjaganya produksi komoditas
tengah tingginya permintaan menjelang Natal dan Tahun pertanian dan pasokan bahan pangan. Beberapa
Baru. Namun demikian, kenaikan inflasi masih lebih komoditas utama VF yang sangat dipengaruhi oleh
rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan cuaca seperti bawang merah, cabai merah, dan cabai
dalam tiga tahun terakhir. rawit menjadi penyumbang deflasi pada 2017 (Tabel
5.2). Meskipun secara umum cukup terjaga sepanjang
Inflasi VF yang rendah pada 2017 didorong oleh tahun, pasokan beberapa bahan makanan sedikit
terjaganya pasokan dari dalam negeri seiring dengan menurun menjelang akhir tahun seiring kondisi cuaca
kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan tahun yang kurang menguntungkan. Perkembangan tersebut
berdampak pada kenaikan harga beras dan cabai

Grafik 5.16.
Grafik 5.15. Dinamika
DinamikaInflasi VF Volatile
Inflasi 2017 Food 2017
Tabel 5.2. Penyumbang Inflasi Kelompok
Persen, mtm Volatile Food
4 Persen

3 No Komoditas 2016 2017


2
Deflasi
1 1 Cabai Merah 0,17 -0,18
0 2 Bawang Merah 0,33 -0,16
-1 3 Bawang Putih 0,09 -0,11
-2 4 Cabai Rawit 0,07 -0,08
-3 5 Daging Sapi 0,04 -0,01
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Inflasi
Realisasi Inflasi VF 2017 Historis 3 tahun terakhir
9 Komoditas Utama VF 6 Beras -0,01 0,13

Sumber: BPS, diolah 7 Telur Ayam Ras -0,02 0,09

8 Daging Ayam Ras 0,00 0,06


5 Komoditas utama VF berjumlah 9 barang, meliputi 8 barang kebutuhan pokok dan
barang penting serta bawang putih. Adapun 8 komoditas barang kebutuhan pokok 9 Minyak Goreng 0,06 0,02
dan barang penting tersebut meliputi beras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit,
10 VF diluar 9 Komoditas Utama 0,34 0,36
daging ayam ras, daging sapi, minyak goreng, dan telur ayam ras. Kebutuhan pokok
dan barang penting ditetapkan berdasarkan Perpres No.71 Tahun 2015. Sumber: BPS, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 79


Grafik 5.18.
Grafik 5.17. Pasokan
Harga Komoditas DariKomoditas
dan Pasokan Dalam Negeri
Pangan Grafik 5.19. Perubahan Harga Global (Jagung,
Grafik 5.20. Perubahan Harga Jagung, minyak
Dalam Negeri internasional vsMinyak) dan Harga
inflasi daging ayam Domestik (Daging
dan telur ayam
Ton Rupiah per kilogram Ayam dan Telur Ayam)
Persen, mtm Persen, mtm
5.000 50.000
6 15

4.000 40.000 4 10

3.000 30.000 2 5

0 0
2.000 20.000

-2 -5
1.000 10.000
-4 -10

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-6 -15
2017 2017 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pasokan Beras Pasokan Bawang Merah Pasokan Cabai
Harga Beras (skala kanan) Harga Bawang (skala kanan) Harga Jagung Internasional Harga Minyak Internasional
Harga Cabai (skala kanan) Harga Telur Ayam (skala kanan) Harga Daging Ayam (skala kanan)
Sumber: PIHPS, Food Station Jakarta, dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, diolah
Sumber: World Bank dan BPS, diolah

merah pada bulan November dan Desember 2017 Secara tahunan, harga pangan global pada 2017 turun
(Grafik 5.17). Dinamika cuaca pada akhir tahun juga sebesar 0,2%. Turunnya harga komoditas pangan global
berdampak kurang menguntungkan pada pasokan dan tersebut berdampak pada penurunan harga beberapa
harga ikan segar. komoditas pangan dalam negeri yang sejenis dan
komoditas pangan yang merupakan produk turunan dari
Harga pangan global yang cenderung turun selama 2017 komoditas global tersebut (Grafik 5.18). Sementara itu,
turut memengaruhi rendahnya inflasi VF. Penurunan harga kenaikan harga jagung internasional pada triwulan IV
pangan global didorong oleh melimpahnya produksi di 2017 berdampak pada kenaikan harga pakan ternak di
beberapa negara produsen seperti Amerika, Tiongkok, domestik. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab
dan Australia. Namun, penurunan harga komoditas kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras
pangan global yang lebih dalam tertahan seiring dengan pada akhir tahun di tengah tingginya permintaan
kenaikan harga minyak yang terjadi sejak awal semester menjelang Natal dan Tahun Baru (Grafik 5.19).
II 2017. Kenaikan harga minyak tersebut berdampak
pada kenaikan harga komoditas pangan internasional Inflasi VF yang rendah juga didorong oleh kebijakan
yang terkait dengan biofuel seperti jagung. stabilisasi harga pangan oleh Pemerintah yang lebih
intensif. Kebijakan stabilisasi harga oleh Pemerintah

Grafik 5.19.
Grafik 5.18. Harga
HargaPangan
PanganGlobal dan
Global Inflasi
dan VF
Inflasi Grafik 5.21.
Grafik 5.20. Pasokan
PasokanKomoditas daridari
Komoditas LuarLuar
Negeri
Negeri
Volatile Food
Persen, yoy Ribu ton Ribu ton
15 120 470

460
10
100
450
5
440
80
0
430

-5 60 420

410
-10
40
400
-15
390
20
-20
380

-25 0 370
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2015 2016 2017 2015 2016 2017
2015 2016 2017 Daging Sapi Bawang Putih

Harga Pangan Global Inflasi VF Daging Sapi Bawang Putih (skala kanan)

Sumber: World Bank dan BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah

80 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Tabel 5.3. Kebijakan Pengendalian Inflasi Volatile Food oleh Pemerintah

No Kebijakan 2016 2017

1 Operasi Pasar dan Pasar Murah oleh Bulog, Kemendag, dan TPID. √ √

2 Gerakan Stabilisasi Pangan dan Jaringan Rumah Pangan Kita oleh Bulog. √
Menambah pasokan barang kebutuhan pokok dengan impor khususnya bawang putih, daging sapi, daging kerbau,
3 √ √
dan gula.
Tersedianya stok barang kebutuhan pokok di Bulog selain beras (bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging
4 √ √
kerbau, jagung, minyak goreng, gula pasir, dan kedelai).
Implementasi Nota Kesepahaman Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) dengan distributor gula, minyak goreng,
5 - √
dan daging sapi dalam rangka kebijakan harga eceran tertinggi (HET) gula, minyak goreng, dan daging sapi.
Implementasi Nota Kesepahaman Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) dan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh
6 Indonesia (APPSI) dengan Bulog, distributor pangan dalam rangka kebijakan HET gula, minyak goreng, daging beku, - √
bawang merah, dan bawang putih.
Memastikan swasta memiliki stok 1,5 juta liter minyak goreng yang siap digunakan untuk stabilisasi harga apabila
7 - √
diperlukan.
Menginstruksikan importir bawang putih dan Bulog untuk Operasi Pasar ke pedagang pasar rakyat pada harga
8 Rp25.000-Rp27.000/kg saat HBKN (harga di pasar sebesar Rp50.000-Rp55.000/kg) dan pada harga sebesar - √
Rp17.000/kg setelah HBKN. Bulog melakukan impor bawang putih sebanyak 986 ton.
Implementasi pemilikan Tanda Daftar Pelaku Usaha Distribusi (TDPUD) Bahan Pokok dan kewajiban melaporkan stok
9 - √
bagi distributor/sub-distributor dan agen barang kebutuhan pokok.
Sumber: Kemendag, Bulog, dan Kementan, diolah.

tidak hanya dilakukan pada saat hari besar keagamaan 5.3. Inflasi Administered Prices
nasional (HBKN), tetapi juga dilakukan pada saat terjadi
kenaikan signifikan harga bahan pokok penting di luar Berbeda dengan dua kelompok sebelumnya, inflasi
HBKN (Tabel 5.3). Kebijakan stabilisasi harga yang administered prices (AP) meningkat seiring berlanjutnya
dilakukan Pemerintah tahun ini lebih bervariasi karena reformasi subsidi. Inflasi AP tahun 2017 mencapai
tidak hanya melalui operasi pasar dan pasar murah, 8,70%, lebih tinggi dibandingkan dengan level tahun
namun juga melalui kerja sama dengan produsen dan sebelumnya yang mencapai 0,21%. Kenaikan inflasi AP
importir untuk menjaga ketersediaan pasokan. Kerja terutama didorong oleh kebijakan penyesuaian tarif listrik
sama dengan produsen dan importir terkait pengadaan sebagian pelanggan 900 VA yang dilakukan secara
pangan dengan harga murah kepada konsumen ditujukan bertahap sebanyak 3 kali, yakni pada bulan Januari,
terutama pada saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri Maret, dan Mei 2017, dengan rata–rata kenaikan
tahun 2017.6 Kebijakan tersebut terutama dilakukan sebesar 32% (Grafik 5.21).7 Kenaikan tarif listrik tahun
pada komoditas minyak goreng dan bawang putih. 2017 merupakan bagian dari kebijakan subsidi tepat
Selain itu, sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sasaran dan upaya pengalihan subsidi ke sektor yang
harga pangan dalam negeri, Pemerintah melanjutkan lebih produktif.
kebijakan impor daging sapi beku dan sapi bakalan
untuk meningkatkan pasokan daging sapi di dalam negeri Kendati tarif listrik mengalami peningkatan, dampak
(Grafik 5.20). Pemerintah juga melanjutkan kebijakan lanjutan terhadap harga komoditas lain minimal. Dampak
impor daging kerbau untuk memberikan alternatif pilihan lanjutan terlihat pada kenaikan tarif sewa rumah dan
sumber protein selain daging sapi kepada masyarakat kontrak rumah dengan besaran yang terbatas. Secara
dan untuk menjaga stabilitas harga daging sapi. umum, second-round effect kenaikan harga komoditas AP

7 Jumlah pelanggan 900 VA yang mengalami kenaikan tarif listrik berjumlah 18,4
juta, sementara 4,1 juta pelanggan tetap mendapat subsidi dari Pemerintah. Tarif
listrik bagi pelanggan 900 VA nonsubsidi adalah sebesar Rp1.352/Kwh dan tarif
6 Kementerian Perdagangan (Kemendag) memfasilitasi Nota Kesepahaman antara listrik bagi pelanggan 900 VA bersubsidi adalah Rp586/Kwh. Meskipun tarif listrik
Aprindo dengan produsen terkait penyediaan komoditas dengan harga terjangkau mengalami kenaikan pada bulan Januari, Maret, dan Mei, namun inflasi AP terutama
bagi konsumen. Bersamaan dengan Nota Kesepahaman tersebut, Kemendag dari tarif listrik juga meningkat cukup tinggi pada satu bulan setelahnya. Hal ini
juga menetapkan HET untuk komoditas minyak goreng di pasar ritel yaitu sebesar disebabkan dampak kenaikan tarif listrik terhadap inflasi pada bulan yang sama
Rp12.000/liter. Terkait dengan komoditas bawang putih, Kemendag mendorong dengan implementasi kebijakan hanya dialami oleh pelanggan listrik 900 VA prabayar.
importir untuk memasok bawang putih di pasar dengan harga Rp25.000-Rp27.000 Sementara itu, pelanggan 900 VA pascabayar baru mengalami kenaikan tagihan pada
per kg. bulan berikutnya setelah kenaikan tarif diberlakukan.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 81


Grafik 5.22.
Grafik 5.21. Tarif Listrik
Tarif Rumah
Listrik Tangga
Rumah Tangga Grafik 5.24.
Grafik 5.23. Inflasi Bahan
Inflasi Bakar
Bensin, Transportasi
Angkutan Udara, dan
dan Tarif Listrik Tarif Listrik
Rupiah/Kwh Persen, mtm Persen, mtm
1.600 15 6
1.467
1.400 5
1.352 10
1.200
1.034 4
1.000
5
3
791
800
605 2
0
600
415 1
400
-5
200 0

0 -10 -1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2017

450 VA 900 VA Subsidi 900 VA NonSubsidi > 900 VA Bensin Angkutan Udara Listrik (skala kanan)

Sumber: PLN dan Kementerian ESDM Sumber: BPS, diolah

strategis cenderung menurun seiring dengan ekspektasi Kenaikan tarif angkutan pada periode tersebut lebih
inflasi yang semakin terjangkar pada sasaran. Rendahnya dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu Ramadhan, Idul
dampak lanjutan AP juga disebabkan antara lain Fitri, dan libur sekolah. Memasuki semester II 2017, inflasi
kenaikan tarif listrik dilakukan hanya pada sebagian kecil AP cukup terkendali seiring dengan kebijakan pemerintah
kelompok rumah tangga (RT). Kenaikan tarif listrik pada yang tidak melakukan penyesuaian tarif bagi pelanggan
sebagian kecil RT tersebut memiliki keterkaitan lanjutan listrik 1.300 VA ke atas dan normalisasi tarif angkutan
(forward linkage) yang minimal terhadap kegiatan pascalebaran. Namun menjelang akhir semester II 2017,
produksi barang/jasa sehingga tidak banyak mendorong tekanan inflasi AP meningkat terutama didorong oleh
kenaikan biaya input. kenaikan tarif angkutan udara (Grafik 5.23).

Kenaikan inflasi AP terlihat di beberapa bulan sepanjang Selain komoditas STNK, listrik, dan angkutan, terdapat
2017 seiring dengan kebijakan yang ditempuh oleh beberapa komoditas AP lain yang mengalami kenaikan
pemerintah. Inflasi AP mengalami kenaikan tinggi pada harga pada tahun 2017. Komoditas tersebut adalah
semester I 2017 didorong kenaikan tarif listrik, kenaikan bensin, aneka rokok, dan bahan bakar rumah tangga
biaya perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (Tabel 5.4). Kenaikan harga bensin disebabkan oleh
(STNK), dan kenaikan tarif angkutan (Grafik 5.22).8 kenaikan harga bahan bakar khusus, seperti pertalite dan

Grafik 5.23.
Grafik 5.22. Inflasi AP 2017
Dinamika Bulanan
Inflasi Administered Prices
2017 Tabel 5.4. Penyumbang Inflasi Kelompok
Persen, mtm Administered Prices Persen
3,0
No Komoditas 2016 2017
2,5

2,0 1 Tarif Listrik 0,06 0,76


1,5
2 Biaya Perpanjangan STNK 0,00 0,24
1,0
3 Bensin -0,42 0,17
0,5

0 4 Rokok Kretek Filter 0,18 0,15


-0,5 5 Angkutan Udara 0,13 0,09
-1,0
6 Rokok Kretek 0,08 0,08
-1,5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7 Bahan Bakar Rumah Tangga -0,01 0,06

8 Angkutan Antarkota -0,01 0,05


Realisasi Inflasi AP 2017 Historis 3 tahun terakhir
9 Rokok Putih 0,06 0,04
Sumber: BPS, diolah
10 Tarif Kereta Api 0,02 0,02
8 Tarif angkutan yang dimaksud adalah tarif angkutan udara, antarkota, dan kereta api Sumber: BPS, diolah

82 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


pertamax, seiring dengan peningkatan harga minyak Grafik 5.26.
Grafik 5.24. Sebaran
SebaranInflasi Provinsi
Inflasi Provinsi 2017
dunia pada semester II 2017 dan tekanan nilai tukar
terutama pada triwulan IV 2017. Sementara itu, kenaikan Persen, yoy

harga rokok didorong oleh kenaikan cukai sebesar 10,5% 14

pada 2017. Adapun kenaikan bahan bakar rumah tangga 12 11,91


10,87
lebih dikarenakan permasalahan kelangkaan gas elpiji 3 10

kg dan kenaikan harga gas elpiji 12 kg. Kenaikan harga 8

gas elpiji 12 kg terkait dengan kenaikan harga bahan 6 5,84 6,15


6,75
6,14
baku gas elpiji dan pergerakan rupiah yang melemah 4,44
4
pada triwulan IV 2017.
2
1,08
0,35 0,78
0

2013 2014 2015 2016 2017


5.4. Inflasi Regional Sasaran Inflasi Sebaran Inflasi Provinsi di Atas Inflasi Nasional
Inflasi IHK Nasional Sebaran Inflasi Provinsi di Bawah Inflasi Nasional

Inflasi nasional yang terkendali pada 2017 tercermin dari Sumber: BPS, diolah
Keterangan: Inflasi tahunan tertinggi dan terendah
perkembangan inflasi di daerah. Inflasi di seluruh wilayah
pada 2017 secara umum terkendali dan berada pada
kisaran sasaran inflasi nasional 4,0±1% (Gambar 5.2). rendah dibandingkan dengan inflasi pangan 2016.
Tingkat inflasi provinsi juga semakin konvergen dalam Sementara itu, Maluku dan Papua masih mencatat inflasi
sasaran inflasi dengan kecenderungan lebih rendah dari pangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
inflasi nasional (Grafik 5.24). Bahkan beberapa provinsi tahun sebelumnya.
di kawasan timur Indonesia mencatat inflasi yang lebih
rendah dari sasaran inflasi. Wilayah yang mengalami Rendahnya inflasi bahan pangan di berbagai daerah
tekanan inflasi terendah adalah wilayah Maluku dan disebabkan oleh turunnya harga komoditas aneka bumbu
Papua (Grafik 5.25). (Grafik 5.27). Harga aneka bumbu seperti bawang
merah, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih
Sejalan dengan gambaran kondisi nasional, salah satu mengalami penurunan signifikan pada tahun 2017
faktor yang memengaruhi terkendalinya inflasi daerah (Grafik 5.28). Turunnya harga bawang merah mendorong
yakni rendahnya inflasi bahan pangan. Rendahnya rendahnya inflasi pangan di wilayah Jawa, terutama
tekanan inflasi pangan terutama terlihat pada daerah Provinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi
sentra produksi pangan seperti Sumatera, Jawa, bawang merah. Turunnya harga bawang merah juga
Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi (Grafik 5.26). menjadi penyebab rendahnya inflasi pangan di Bali,
Inflasi pangan 2017 di wilayah tersebut tercatat lebih Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan

Gambar 5.2.
Gambar 5.2.Peta Perkembangan
Peta Inflasi
Perkembangan Daerah
Inflasi (Persen,
Daerah 2017 yoy)

ACEH
4,2
KALTARA
SUMUT 2,8
3,2 SULTENG SULUT
KEP.RIAU 4,3 2,4
RIAU 4,0 KALTIM
4,2 KALBAR 3,1 GORONTALO MALUT
4,1 4,3 2,0
SUMBAR
2,0 KALTENG SULBAR PAPBAR
JAMBI KEP.BABEL 1,4
2,8 3,2
3,8
3,1
KALSEL
SUMSEL 3,7 SULTRA
3,0 PAPUA
BENGKULU 3,0 2,1
3,6 SULSEL MALUKU
LAMPUNG 4,4 0,78
3,0 DKI JAKARTA
3,7 JATENG
JABAR 3,7 BALI
BANTEN 3,6 3,3
JATIM
4,0 4,0
DIY
4,2 NTB NTT
3,7 2,0

Inflasi ≥ 5,0% 4,0 ≤ Inflasi < 5,0% 3,0% ≤ Inflasi < 4,0% Inflasi < 3,0%

Sumber: BPS, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 83


Grafik 5.25.
Grafik 5.25. Inflasi Regional Inflasi Antarwilayah
Perbandingan Grafik 5.28.
Grafik 5.27. Disagregasi
DisagregasiInflasi Bahan
Inflasi Pangan
Bahan Pangan
Menurut Wilayah
Persen, yoy Persen, yoy
6 5
5,40 5,46 5,35
5,07 4
5 4,69 4,74
3
3,94
4 3,78 2
3,45
3,30 3,20 1
3
0

2 -1
1,53
-2
1
-3

0 -4

Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua

Padi-padian, Umbi, dan Hasilnya Daging dan Hasilnya Ikan


Rata-Rata 2014-2016 2017
Aneka Bumbu Bahan Makanan Lainnya

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Papua. Sementara itu, rendahnya inflasi pangan di kelompok bahan makanan. Sementara itu, kenaikan
wilayah Sumatera disebabkan oleh turunnya harga cabai harga kelompok tanaman padi-padian, terutama
merah. Turunnya harga cabai merah di wilayah tersebut harga beras, pada periode tersebut dipengaruhi oleh
berdampak pada deflasi bahan pangan di daerah sentra keterbatasan pasokan seiring dengan musim panen yang
produksi cabai merah seperti Sumatera Selatan, Sumatera telah selesai. Tingginya kenaikan harga komoditas ikan
Barat, dan Sumatera Utara. dan beras menjadi faktor yang mendorong inflasi bahan
pangan 2017 di wilayah Maluku dan Papua lebih tinggi
Di tengah penurunan harga komoditas aneka bumbu, dibandingkan dengan tahun 2016.
peningkatan harga komoditas ikan dan padi mendorong
inflasi pangan di sejumlah daerah. Kondisi cuaca yang Searah dengan rendahnya tekanan inflasi bahan pangan,
tidak begitu baik disertai dengan tingginya gelombang disparitas harga 9 komoditas utama VF antarwilayah
laut pada dua bulan terakhir 2017 berdampak secara umum juga turun. Penurunan disparitas harga
pada rendahnya produksi ikan tangkap. Hal tersebut tersebut tercermin dari turunnya koefisien keragaman
mendorong harga ikan naik secara signifikan selama harga 9 komoditas dari 11,47 pada 2016 menjadi 9,26
periode tersebut dan menjadi penyumbang inflasi (Grafik 5.29).9 Meskipun demikian, harga 9 komoditas

Grafik 5.27.
Grafik 5.26. Inflasi Bahan
Inflasi Pangan
Bahan Pangan Menurut Wilayah Grafik 5.29.
Grafik 5.28. Disagregasi
DisagregasiSubKelompok
Subkelompok Aneka Bumbu
Bumbu - bumbuan
Menurut Wilayah
Persen, yoy Persen, yoy
9 8,43 5

8
0
7
-5
6 5,63
5,31
5 4,53 -10

4 -15
3 2,45
-20
2 1,30 1,36 1,29
1,03 0,93 0,97
0,76 -25
1

0 -30

Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua

Cabai Merah Bawang Merah Bawang Putih


2016 2017
Cabai Rawit Lainnya

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

9 Koefisien keragaman adalah ukuran yang menunjukkan deviasi inflasi 9 komoditas


utama VF antarwilayah terhadap inflasi 9 komoditas utama VF nasional.

84 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Grafik 5.30.
Grafik 5.29. Koefisien
KoefisienKeragaman Antar
Keragaman Wilayah
Antarwilayah di bidang pertanian. Pengembangan klaster ketahanan
pangan di Jawa Barat, Banten, Sumatera Utara, dan
Persen, yoy Lampung sebagian besar dilakukan untuk meningkatkan
14 20 produksi komoditas kelompok aneka bumbu. Sementara
12 15 di wilayah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Papua
10 (Mapua), pengembangan klaster ketahanan pangan
10
8
difokuskan pada peningkatan produksi komoditas pangan
6
5
dan hortikultura, seperti penerapan metode Hazton untuk
0 meningkatkan produktivitas tanaman padi di Kalimantan
4
Barat. Terkait dengan program urban farming, TPID di
2 -5
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua melakukan
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-10
kegiatan Gerakan Tanam Cabai sebagai upaya
2015 2016 2017
untuk mengendalikan gejolak harga dan pemenuhan
Koefisien Keragaman Inflasi 9 Komoditas VF Utama (skala kanan) konsumsi cabai merah yang tinggi. Sementara di sentra
produksi cabai merah di Jawa, TPID telah menjajaki
Sumber: BPS, diolah
pengaturan pola tanam yang lebih baik guna mendukung
keberlanjutan produksi antarwaktu.
di beberapa provinsi masih lebih tinggi dibandingkan
dengan harga di provinsi lain. Harga 9 komoditas di Selain program ketahanan pangan, rendahnya inflasi
Provinsi Papua lebih mahal 29,05% dibandingkan pangan dan turunnya disparitas harga pangan juga
provinsi-provinsi lain. Sementara, harga 9 komoditas dipengaruhi oleh perbaikan sistem distribusi yang lebih
bahan makanan di Provinsi Sulawesi Selatan lebih murah efisien. Perbaikan sistem distribusi pangan dilakukan
15,16% dibandingkan harga di provinsi-provinsi lain melalui integrasi program tol laut dengan pusat logistik
(Gambar 5.3). “Rumah Kita”. Program tersebut merupakan program
bersama antara Kementerian Perdagangan, Kementerian
Inflasi pangan yang rendah di berbagai daerah dan Perhubungan, BUMN, dan Pemerintah Daerah. Pada
disparitas harga pangan yang menurun turut dipengaruhi 2017 telah beroperasi 13 trayek tol laut dan 19 titik lokasi
berbagai program ketahanan pangan yang digagas pusat logistik “Rumah Kita” untuk menjangkau distribusi
oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Program bahan pangan dan barang penting lainnya ke wilayah
meliputi pengembangan klaster ketahanan pangan, terpencil di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Mapua, dan
urban farming, penguatan kelembagaan petani melalui Balinusra. Proses distribusi juga didukung oleh transportasi
program korporasi pertanian (corporate farming), dan antarmoda melalui darat dan udara untuk mencapai
optimalisasi peran badan usaha milik daerah (BUMD) daerah terpencil dan terluar. Selain itu, kerja sama antar

Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Disparitas
DisparitasHarga
Harga9 Bahan Makanan
9 Bahan Pokok
Makanan Penting
Pokok Antar
Penting Provinsi di Indonesia
Antarprovinsi di Indonesia

ACEH
(--7,58%)
KALTARA
SUMUT (13,86%)
(-9,36%) GORONTALO MALUT
(3,84%) (22,11%)
RIAU
(-3,90%) KEP.RIAU
(2,92%) KALBAR KALTIM SULTENG SULUT
(3,75%) (8,75%) (-3,23%)
SUMBAR (7,78%)
(-0,47%) PAPBAR
JAMBI KEP.BABEL SULBAR (26,74%)
(-7,36%) KALTENG
(10,33%) (12,72%) (-11,06%)
KALSEL
SUMSEL (3,83%)
(3,72%) PAPUA
BENGKULU SULTRA MALUKU (29,05%)
SULSEL (3,90%)
(-0,83%) DKI (25,21%)
(-15,16%)
(9,95%) JATENG
LAMPUNG (-6,76%)
(-7,85%)
BANTEN BALI NTB
JATIM (-10,80%) (-11,57%)
(0,73%) JABAR (-13,7%)
DIY
(1,03%) NTT
(-5,96%)
(9,26%)

Disparitas Harga ≥ 5% 0% ≥ Disparitas Harga < 5% Disparitas Harga Negatif

Sumber: BPS, diolah

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 85


Grafik 5.31.
Grafik 5.30. Sumbangan
Sumbangan Inflasi Tarif
Inflasi Listrik
Tarif dandan
Listrik PorsiPorsi Grafik 5.32.
Grafik 5.31. Inflasi Angkutan
Inflasi Udara
Angkutan Udara
Pelanggan Listrik 900 VA Non
Pelanggan Subsidi
Listrik 900 VA Nonsubsidi
Persen, yoy Persen Persen, yoy
14 60 40
34,6

12 50 30 26,7

10 19,2 20,2
40 20
12,7
8
8,1
30 10
6 2,9 3,0
0,3 1,1 1,3
20 0
4

2 10 -10

-14,6
0 0 -20

Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua

Sumbangan Inflasi Listrik


2016 2017
Porsi Pelanggan Listrik 900 VA Nonsubsidi (skala kanan)

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Pemerintah Daerah di beberapa wilayah untuk saling kondisi wilayah Maluku dan Papua. Sumbangan inflasi
mendukung ketersediaan pasokan dari daerah surplus listrik di wilayah Maluku dan Papua sangat minimal
ke daerah defisit pangan yang semakin intensif juga dipengaruhi kecilnya jumlah pelanggan pengguna
berkontribusi terhadap rendahnya inflasi pangan. listrik 900 VA dan masih rendahnya rasio elektrifikasi di
sebagian besar wilayah Maluku dan Papua.
Perkembangan menarik terlihat dari sisi AP, yaitu
dampak kebijakan subsidi listrik tepat sasaran terlihat Selain inflasi tarif listrik, inflasi angkutan udara juga
tidak sama untuk setiap daerah. Perbedaan dampak menjadi salah satu penyumbang tingginya inflasi AP di
inflasi disebabkan perbedaan jumlah pelanggan listrik daerah. Kenaikan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh
900 VA yang terkena kebijakan subsidi listrik tepat faktor musiman yaitu HBKN, libur sekolah, dan tahun
sasaran tersebut. Dampak inflasi listrik yang tinggi baru. Inflasi angkutan udara tertinggi terjadi di Jawa
terjadi pada daerah dengan jumlah pelanggan listrik seiring dengan tingginya permintaan selama periode
900 VA nonsubsidi yang besar seperti di wilayah Jawa. tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi angkutan udara
Sumbangan inflasi tarif listrik di wilayah Jawa mencapai di wilayah Bali dan Nusa Tenggara pada 2017 tercatat
11,8% terhadap inflasi listrik nasional yakni sebesar lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada 2016.
22,5% selama 2017, seiring dengan tingginya bobot Hal ini disebabkan turunnya jumlah penerbangan ke Bali
konsumsi listrik di wilayah Jawa dibandingkan dengan sebagai dampak bencana letusan Gunung Agung yang
wilayah lainnya (Grafik 5.30). Hal ini berbeda dengan terjadi pada bulan November 2017 (Grafik 5.31).

86 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017


Boks 5.1. Grafik 2
Grafik 2.Boks 5.1. Ekspektasi
Ekspektasi Inflasi Inflasi

Rezim Rendah Persen, yoy

Inflasi Inti 8

I
nflasi inti di Indonesia memasuki rezim baru sejak 3

2016. Inflasi inti dalam dua tahun terakhir berada di 2


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
batas bawah sasaran inflasi 4,0±1%. Studi Susan dan 2014 2015 2016 2017

Merlin (2017) mengidentifikasi perubahan rezim inflasi Ekspektasi Inflasi 3 Bulan Ekspektasi Inflasi 6 Bulan

inti tersebut.1 Studi indikasi perubahan rezim inflasi Ekspektasi Inflasi 9 Bulan Ekspektasi Inflasi 12 Bulan

dilakukan dengan metode Markov switching.2 Metode Sumber: Consensus Forecast, diolah

ini dipilih karena dapat mendeteksi perubahan struktural


pergerakan data time series univariate tanpa memerlukan Rendahnya inflasi inti disebabkan terutama oleh
variabel penjelas lain. ekspektasi inflasi yang terjangkar baik. Konsistensi
kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
Berdasarkan analisis Markov switching tersebut, inflasi inti makroekonomi, termasuk inflasi yang rendah dan stabil,
Indonesia telah beralih ke rezim baru yaitu rezim inflasi mampu menjangkar ekspektasi inflasi sehingga berada
inti yang rendah (Grafik 1). Pada rezim baru ini, rata-rata dalam sasaran inflasi 4,0±1% selama periode 2016-2017,
inflasi inti adalah 3,28% (yoy), lebih rendah dari rezim- setelah dalam periode sebelumnya cenderung berada di
rezim sebelumnya selama periode observasi pascakrisis atas kisaran sasaran (Grafik 2). Selain itu, terjangkarnya
1997/1998. ekspektasi inflasi didukung oleh komunikasi kebijakan

Grafik 1. Hasil Analisis Rezim Inflasi Dengan Markov Switching


Persen, yoy
14

12

10

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rata-rata Inflasi Inti Rata-rata Inflasi per Rezim (persen, yoy)


1 2 3 4

8,48 6,90 4,64 3,28


Sumber: BPS, diolah

1 Susan, N. and Merlin (2017). Rezim Baru Inflasi Inti. Working Paper Bank Indonesia,
forthcoming.

2 Data yang digunakan adalah data inflasi inti sejak tahun 2000 sampai dengan
November 2017. Hasil analisis menggunakan spesifikasi MS_ARMA (4, 3, 1,1)
switching variance with shared GARCH menunjukkan bahwa terdapat empat rezim
inflasi. Adequacy test dalam penentuan rezim ini telah terpenuhi (normality test,
ARCH test, dan Portmanteau test) pada tingkat signifikan α=1%.

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017 • BAB 5 | 87


Grafik 33.Boks
Grafik 5.1. Volatilitas
Volatilitas Nilaidan
Nilai Tukar Tukar dan Inti
Inflasi Inflasi In Grafik 64.Boks
Grafik 5.1. Pangsa
Pangsa Impor Barang
Impor Barang Manufaktur
Manufaktur Dalam
Impor dan Konsumsi Domestik
Persen Persen, yoy Persen Persen

18 6 90 6

16 80
5
5
70
14
60 4
12 4
50
10 3
3 40
8
30 2
6 2
20
4 1
1 10
2
0 0
Sebelum GFC Periode GFC Setelah GFC Sebelum GFC Periode GFC Setelah GFC
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pangsa Impor Manufaktur Pangsa Impor Manufaktur Terhadap
2014 2014 2014 2014
Terhadap Impor Total Konsumsi Domestik (Skala Kanan)

Volatilitas Rupiah Inflasi Inti (skala kanan)

Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: World Input Output, diolah

tercermin pada indeks harga perdagangan besar (IHPB),


moneter Bank Indonesia sehingga dapat memberi
tidak diteruskan ke konsumen sehingga inflasi inti tetap
keyakinan kepada masyarakat dan pelaku usaha tentang
terjaga pada tingkat yang rendah (Grafik 5).
perkiraan tingkat inflasi di masa depan.

Faktor ketiga yang mendorong rendahnya inflasi


Faktor kedua yang mendorong rendahnya inflasi inti
inti adalah turunnya dampak lanjutan kebijakan AP
adalah turunnya dampak kurs terhadap inflasi (exchange
terhadap inflasi inti. Turunnya dampak tersebut antara
rate pass through/ERPT). Pada periode 2016-2017, rupiah
lain disebabkan kenaikan harga bahan bakar dan biaya
bergerak stabil sebagaimana terlihat pada rendahnya
listrik yang lebih tersegmentasi (tidak berlaku untuk
volatilitas rupiah yang kemudian memberi andil pada
keseluruhan pelanggan). Dampak kebijakan AP terhadap
penurunan ERPT (Grafik 3). Selain stabilnya rupiah,
inflasi inti pada periode setelah krisis adalah sebesar
meningkatnya porsi impor barang manufaktur dalam
0,05, lebih rendah dibandingkan dengan pengaruh pada
keranjang konsumsi rumah tangga turut memengaruhi
periode sebelum dan selama krisis keuangan global yang
penurunan ERPT. Porsi impor barang manufaktur
sebesar 0,11.
terhadap impor total mengalami kenaikan terutama
setelah krisis keuangan global (global financial crisis/
Grafik 45.Boks
Grafik 5.1.Harga
Indeks IHPB, Inflasi Inti, dan Besar,
Perdagangan Kenaikan Bia
Inflasi
GFC) 2008/2009 (Grafik 4). Impor barang manufaktur
Inti, dan Tekanan Biaya4
diketahui cenderung kurang elastis terhadap pergerakan
Persen, yoy Persen, yoy
rupiah.3 Elastisitas impor barang manufaktur terhadap 16 20

nilai tukar adalah 0,63, lebih rendah dibandingkan 14 15


dengan elastisitas impor bahan mentah terhadap nilai 12
10
tukar, yaitu 1,19. 10
5
8
0
Faktor lain yang mendorong penurunan ERPT adalah 6

perilaku produsen yang tidak banyak membebankan 4


-5

kenaikan biaya produksi ke konsumen. Hasil analisis 2 -10

terhadap inflasi inti pada periode 2015-2016 0


I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
-15

menunjukkan bahwa kenaikan biaya impor, seperti 2014 2015 2016 2017

IHPB Inflasi Inti Tekanan Biaya (skala kanan)

3 Komoditas barang manufaktur adalah komoditas yang berkode SITC 5, 6, 7, dan Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
8. Sementara itu, komoditas yang digolongkan sebagai bahan mentah adalah
komoditas yang berkode SITC 0, 1, 2, 3, 4. Periode pengamatan adalah 2005 4 Tekanan biaya adalah jumlah dari apresiasi/depresiasi rupiah dan perubahan indeks
sampai dengan 2017. harga impor Indonesia (IHIM).

88 | BAB 5 • LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2017

Anda mungkin juga menyukai