BAB 5
Inflasi
Inflasi indeks harga konsumen (IHK) 2017 terkendali dan
kembali berada dalam rentang sasaran sebesar 4,0±1%.
Pencapaian inflasi dalam rentang sasaran selama 3 tahun
berturut-turut tidak terlepas dari dampak positif konsistensi
kebijakan moneter Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
makroekonomi dan didukung koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah.
inflasi inti yang terkendali dan inflasi volatile food yang -0,2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
rendah. Sementara itu, inflasi administered prices tercatat
meningkat yang didorong oleh kebijakan subsidi tepat Realisasi Inflasi 2017 Historis 3 tahun terakhir
Tekanan inflasi yang terkendali didorong oleh Pencapaian inflasi 2017 didukung pula oleh konsistensi
perkembangan positif faktor domestik dan eksternal kebijakan moneter Bank Indonesia serta koordinasi
(Gambar 5.1). Di sisi domestik, ekspektasi inflasi yang kebijakan dengan Pemerintah. Konsistensi kebijakan
terjangkar, tekanan permintaan yang terkelola dengan moneter Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas
baik, serta pasokan pangan yang terjaga, mendukung makroekonomi mendorong tren penurunan ekspektasi
rendahnya tekanan inflasi. Di sisi eksternal, nilai tukar inflasi sehingga terjangkar dalam sasaran 4,0±1%.
yang cukup stabil disertai oleh harga komoditas global Koordinasi kebijakan Bank Indonesia bersama
yang masih rendah, khususnya komoditas impor pangan, Pemerintah khususnya terkait dari sisi penawaran.
mendorong minimalnya tekanan inflasi. Berbagai kondisi Kebijakan pemerintah terutama diarahkan untuk menjaga
tersebut menyebabkan rendahnya inflasi inti dan inflasi ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan
volatile food pada tahun 2017. Selain itu, dampak stabilisasi harga pangan guna mendukung terkendalinya
lanjutan (second-round effect) kebijakan administered inflasi. Koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara
prices terkait subsidi listrik tepat sasaran terhadap Bank Indonesia dengan Pemerintah yang semakin kuat
kenaikan harga komoditas lain dapat diminimalkan diwujudkan melalui forum Tim Pengendali Inflasi (TPI) baik
sehingga tekanan inflasi tetap terkendali. di pusat maupun daerah.
jasa selama 2017. Inflasi inti jasa dan inflasi inti barang tahun terakhir (Grafik 5.5). Secara bulanan, inflasi inti
masing-masing tercatat 3,07% dan 2,88% (Grafik 5.3). hanya meningkat tinggi pada awal tahun dipengaruhi
Inflasi inti barang yang rendah terutama disumbang oleh beberapa faktor temporer dan selanjutnya kembali
oleh rendahnya tekanan inflasi pada komponen durable lebih rendah dari pola historis, dimulai sejak Maret
goods.1 Komponen durable goods hanya mencatat inflasi 2017. Kenaikan inflasi inti pada awal 2017 didorong
sebesar 1,17%, sementara komponen nondurable goods oleh meningkatnya tekanan inflasi inti di sektor jasa,
mencatat inflasi sebesar 3,61% (Grafik 5.4). Inflasi inti khususnya jasa telekomunikasi dan jasa sektor perumahan
durable goods yang tercatat rendah disebabkan oleh (Grafik 5.6). Kenaikan inflasi jasa sektor perumahan
terkelolanya tekanan permintaan, nilai tukar rupiah yang terkait dengan kenaikan tarif sewa rumah dan kontrak
stabil, dan tekanan harga komoditas global yang moderat. rumah, sementara kenaikan inflasi jasa telekomunikasi
disebabkan oleh kenaikan tarif pulsa ponsel. Kenaikan
Terkendalinya inflasi inti tercermin pula dari pergerakan inflasi jasa sektor perumahan turut dipengaruhi oleh
inflasi inti bulanan selama 2017 yang cenderung lebih dampak lanjutan (second-round effect) kenaikan tarif
rendah dibandingkan dengan pola historis dalam tiga listrik 900 VA pada sebagian kelompok pelanggan.
Grafik 5.3.
Grafik 5.3. Inflasi Inti Inti
Inflasi Barang Dan dan
Barang Inflasi Inti Jasa
Inflasi Inti Jasa Grafik 5.4.
Grafik 5.4. Inflasi inti Inti
Inflasi Durable Good
Durable Goods dan
dan Non Durable Good
Nondurable Goods
Persen, yoy Persen, yoy
6 8
7
5
6
4
5
3 4
3
2
2
1
1
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017
1 Komoditas durable goods adalah komoditas dalam keranjang IHK yang sifatnya tahan
lama, sementara komoditas nondurable goods adalah komoditas dalam keranjang IHK
yang sifatnya tidak tahan lama.
0,5
Inflasi
2017
Realisasi Inflasi Historis
Inti 20173 tahun terakhir
Historis 3 tahun terakhir 8 Sekolah Menengah Atas 0,04 0,04
Deflasi
Sumber: BPS, diolah
9 Gula Pasir 0,06 -0,07
Grafik 5.6.
Grafik 5.6. Inflasi Inti Inti
Inflasi JasaJasa Grafik 5.8.
Grafik 5.7. Indikator Tekanan
Indikator Permintaan
Tekanan Permintaan
6 20
6,0
14
5
15
5,0
4
9 10
3
4,0
5
2
4
3,0
1 0
0 -1 -5 2,0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Inflasi Inti Jasa kecuali Pulsa dan Jasa Perumahan Penjualan Ritel Core Flexible Price (skala kanan)
Inflasi Sektor Jasa Perumahan Inflasi Tarif Pulsa Ponsel (skala kanan) Demand Sensitive to Inflation (skala kanan)
Grafik 5.9.
Grafik 5.8. Ekspektasi Inflasi
Ekspektasi 2017
Inflasi 2017 Grafik 5.13.
Grafik 5.10. Harga
HargaAset
Asetdan IHK
dan IHK
60
5
50
4 40
30
3
20
2 10
0
1 -10
-20
0
I II III IV I II III IV* -30
I II III IV I II III IV I II III IV
2016 2017 2015 2016 2017
Consensus Forecast SPIME SKDU Harga Emas Harga Properti Residensial Aset Keuangan
*) Inflasi Tw IV 2017 dalam SPIME merupakan realisasi inflasi
Sumber: Consensus Forecast dan Bank Indonesia Sumber: Antam, Bloomberg, dan Bank Indonesia
4 IHK sticky price dan core sticky price adalah komoditas dalam keranjang IHK dan
komoditas inti yang masing-masing secara historis mengalami perubahan harga yang
minimal seiring dengan adanya penyesuaian harga secara berkala dan tidak dalam
frekuensi yang tinggi. Penyesuaian harga yang terjadi pada komoditas ini diperkirakan
sudah mengakomodasi ekspektasi inflasi ke depan sampai dengan periode penyesuaian
harga kembali terjadi.
9 30 10
8 9
20 8
7
6 7
10
5 6
4 5
0
3 4
2 -10 3
1 2
0 -20 1
I II III IV I II III IV I II III IV 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
Harga Properti Residensial Tarif Sewa dan Kontrak Rumah IHIM Nonmigas Apresiasi(-)/Depresiasi(+) Rupiah
Inflasi Upah dan Bahan Konstruksi Inflasi Inti Traded (skala kanan) IHPB (skala kanan)
Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
(Grafik 5.11). Terbatasnya kenaikan harga aset properti komoditas global meningkat sebesar 13,8% pada 2017.
berdampak pada melambatnya kenaikan tarif sewa rumah Namun, peningkatan harga komoditas global tersebut
dan kontrak rumah selama 2017. Sementara itu, kenaikan lebih disebabkan oleh kenaikan harga minyak di tengah
harga aset khususnya pada sektor keuangan masih lebih penurunan harga komoditas pangan (Grafik 5.12). Sejalan
tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga aset di dengan harga pangan global yang rendah, indeks harga
sektor riil. Relatif tingginya kenaikan harga aset keuangan impor (IHIM) nonmigas yang berpengaruh signifikan
tersebut terindikasi dipicu oleh motif investasi. Secara ke inflasi domestik masih menunjukkan penurunan
umum, perkembangan tersebut menyebabkan minimalnya (Grafik 5.13). Tekanan biaya yang minimal dari faktor
wealth effect terhadap kenaikan harga barang di sektor riil. nilai tukar dan harga global nonmigas di tengah tekanan
permintaan yang terkelola dengan baik mendorong
Inflasi inti yang terkendali juga dipengaruhi oleh nilai tukar pelaku usaha tidak mentransmisikan kenaikan harga
rupiah yang stabil serta kenaikan harga komoditas global secara langsung ke harga barang di tingkat konsumen.
yang moderat. Rata-rata nilai tukar rupiah selama 2017 Hal ini tercermin dari inflasi inti barang traded yang lebih
tidak berbeda jauh dengan kondisi tahun 2016, hanya lambat dibandingkan dengan kenaikan indeks harga
mengalami depresiasi tipis sebesar 0,6%. Sementara itu, pedagang besar (IHPB) komoditas impor nonmigas.
merujuk data IMF dan World Bank terlihat komposit harga
-20
dengan September (Grafik 5.15). Memasuki triwulan IV
-40 2017, tekanan inflasi VF cenderung mengalami kenaikan
-60 sejalan dengan peningkatan harga 9 komoditas utama
-80
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
2015 2016 2017
1,5
10
1,0
0,5
5
0
-0,5
0
-1,0
DJF
JFM
FMA
MAM
AMJ
MJJ
JJA
JAS
ASO
SON
OND
NDJ
DJF
JFM
FMA
MAM
AMJ
MJJ
JJA
JAS
ASO
SON
OND
NDJ
-5
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2016 2017
VF.5 Meningkatnya tekanan inflasi VF selama periode sebelumnya. Cuaca yang kondusif tersebut terindikasi
tersebut lebih dipengaruhi oleh penurunan musiman dari tidak adanya El Nino dan minimalnya La Nina
pasokan beberapa komoditas seperti beras dan (Grafik 5.16). Cuaca yang menguntungkan tersebut
beberapa produk hortikultura, terutama cabai merah, di berdampak positif pada terjaganya produksi komoditas
tengah tingginya permintaan menjelang Natal dan Tahun pertanian dan pasokan bahan pangan. Beberapa
Baru. Namun demikian, kenaikan inflasi masih lebih komoditas utama VF yang sangat dipengaruhi oleh
rendah dibandingkan dengan rata-rata inflasi bulanan cuaca seperti bawang merah, cabai merah, dan cabai
dalam tiga tahun terakhir. rawit menjadi penyumbang deflasi pada 2017 (Tabel
5.2). Meskipun secara umum cukup terjaga sepanjang
Inflasi VF yang rendah pada 2017 didorong oleh tahun, pasokan beberapa bahan makanan sedikit
terjaganya pasokan dari dalam negeri seiring dengan menurun menjelang akhir tahun seiring kondisi cuaca
kondisi cuaca yang lebih baik dibandingkan tahun yang kurang menguntungkan. Perkembangan tersebut
berdampak pada kenaikan harga beras dan cabai
Grafik 5.16.
Grafik 5.15. Dinamika
DinamikaInflasi VF Volatile
Inflasi 2017 Food 2017
Tabel 5.2. Penyumbang Inflasi Kelompok
Persen, mtm Volatile Food
4 Persen
4.000 40.000 4 10
3.000 30.000 2 5
0 0
2.000 20.000
-2 -5
1.000 10.000
-4 -10
0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112
-6 -15
2017 2017 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pasokan Beras Pasokan Bawang Merah Pasokan Cabai
Harga Beras (skala kanan) Harga Bawang (skala kanan) Harga Jagung Internasional Harga Minyak Internasional
Harga Cabai (skala kanan) Harga Telur Ayam (skala kanan) Harga Daging Ayam (skala kanan)
Sumber: PIHPS, Food Station Jakarta, dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, diolah
Sumber: World Bank dan BPS, diolah
merah pada bulan November dan Desember 2017 Secara tahunan, harga pangan global pada 2017 turun
(Grafik 5.17). Dinamika cuaca pada akhir tahun juga sebesar 0,2%. Turunnya harga komoditas pangan global
berdampak kurang menguntungkan pada pasokan dan tersebut berdampak pada penurunan harga beberapa
harga ikan segar. komoditas pangan dalam negeri yang sejenis dan
komoditas pangan yang merupakan produk turunan dari
Harga pangan global yang cenderung turun selama 2017 komoditas global tersebut (Grafik 5.18). Sementara itu,
turut memengaruhi rendahnya inflasi VF. Penurunan harga kenaikan harga jagung internasional pada triwulan IV
pangan global didorong oleh melimpahnya produksi di 2017 berdampak pada kenaikan harga pakan ternak di
beberapa negara produsen seperti Amerika, Tiongkok, domestik. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab
dan Australia. Namun, penurunan harga komoditas kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras
pangan global yang lebih dalam tertahan seiring dengan pada akhir tahun di tengah tingginya permintaan
kenaikan harga minyak yang terjadi sejak awal semester menjelang Natal dan Tahun Baru (Grafik 5.19).
II 2017. Kenaikan harga minyak tersebut berdampak
pada kenaikan harga komoditas pangan internasional Inflasi VF yang rendah juga didorong oleh kebijakan
yang terkait dengan biofuel seperti jagung. stabilisasi harga pangan oleh Pemerintah yang lebih
intensif. Kebijakan stabilisasi harga oleh Pemerintah
Grafik 5.19.
Grafik 5.18. Harga
HargaPangan
PanganGlobal dan
Global Inflasi
dan VF
Inflasi Grafik 5.21.
Grafik 5.20. Pasokan
PasokanKomoditas daridari
Komoditas LuarLuar
Negeri
Negeri
Volatile Food
Persen, yoy Ribu ton Ribu ton
15 120 470
460
10
100
450
5
440
80
0
430
-5 60 420
410
-10
40
400
-15
390
20
-20
380
-25 0 370
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 2015 2016 2017 2015 2016 2017
2015 2016 2017 Daging Sapi Bawang Putih
Harga Pangan Global Inflasi VF Daging Sapi Bawang Putih (skala kanan)
Sumber: World Bank dan BPS, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
1 Operasi Pasar dan Pasar Murah oleh Bulog, Kemendag, dan TPID. √ √
2 Gerakan Stabilisasi Pangan dan Jaringan Rumah Pangan Kita oleh Bulog. √
Menambah pasokan barang kebutuhan pokok dengan impor khususnya bawang putih, daging sapi, daging kerbau,
3 √ √
dan gula.
Tersedianya stok barang kebutuhan pokok di Bulog selain beras (bawang merah, bawang putih, daging sapi, daging
4 √ √
kerbau, jagung, minyak goreng, gula pasir, dan kedelai).
Implementasi Nota Kesepahaman Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia (Aprindo) dengan distributor gula, minyak goreng,
5 - √
dan daging sapi dalam rangka kebijakan harga eceran tertinggi (HET) gula, minyak goreng, dan daging sapi.
Implementasi Nota Kesepahaman Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (IKAPPI) dan Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh
6 Indonesia (APPSI) dengan Bulog, distributor pangan dalam rangka kebijakan HET gula, minyak goreng, daging beku, - √
bawang merah, dan bawang putih.
Memastikan swasta memiliki stok 1,5 juta liter minyak goreng yang siap digunakan untuk stabilisasi harga apabila
7 - √
diperlukan.
Menginstruksikan importir bawang putih dan Bulog untuk Operasi Pasar ke pedagang pasar rakyat pada harga
8 Rp25.000-Rp27.000/kg saat HBKN (harga di pasar sebesar Rp50.000-Rp55.000/kg) dan pada harga sebesar - √
Rp17.000/kg setelah HBKN. Bulog melakukan impor bawang putih sebanyak 986 ton.
Implementasi pemilikan Tanda Daftar Pelaku Usaha Distribusi (TDPUD) Bahan Pokok dan kewajiban melaporkan stok
9 - √
bagi distributor/sub-distributor dan agen barang kebutuhan pokok.
Sumber: Kemendag, Bulog, dan Kementan, diolah.
tidak hanya dilakukan pada saat hari besar keagamaan 5.3. Inflasi Administered Prices
nasional (HBKN), tetapi juga dilakukan pada saat terjadi
kenaikan signifikan harga bahan pokok penting di luar Berbeda dengan dua kelompok sebelumnya, inflasi
HBKN (Tabel 5.3). Kebijakan stabilisasi harga yang administered prices (AP) meningkat seiring berlanjutnya
dilakukan Pemerintah tahun ini lebih bervariasi karena reformasi subsidi. Inflasi AP tahun 2017 mencapai
tidak hanya melalui operasi pasar dan pasar murah, 8,70%, lebih tinggi dibandingkan dengan level tahun
namun juga melalui kerja sama dengan produsen dan sebelumnya yang mencapai 0,21%. Kenaikan inflasi AP
importir untuk menjaga ketersediaan pasokan. Kerja terutama didorong oleh kebijakan penyesuaian tarif listrik
sama dengan produsen dan importir terkait pengadaan sebagian pelanggan 900 VA yang dilakukan secara
pangan dengan harga murah kepada konsumen ditujukan bertahap sebanyak 3 kali, yakni pada bulan Januari,
terutama pada saat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri Maret, dan Mei 2017, dengan rata–rata kenaikan
tahun 2017.6 Kebijakan tersebut terutama dilakukan sebesar 32% (Grafik 5.21).7 Kenaikan tarif listrik tahun
pada komoditas minyak goreng dan bawang putih. 2017 merupakan bagian dari kebijakan subsidi tepat
Selain itu, sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sasaran dan upaya pengalihan subsidi ke sektor yang
harga pangan dalam negeri, Pemerintah melanjutkan lebih produktif.
kebijakan impor daging sapi beku dan sapi bakalan
untuk meningkatkan pasokan daging sapi di dalam negeri Kendati tarif listrik mengalami peningkatan, dampak
(Grafik 5.20). Pemerintah juga melanjutkan kebijakan lanjutan terhadap harga komoditas lain minimal. Dampak
impor daging kerbau untuk memberikan alternatif pilihan lanjutan terlihat pada kenaikan tarif sewa rumah dan
sumber protein selain daging sapi kepada masyarakat kontrak rumah dengan besaran yang terbatas. Secara
dan untuk menjaga stabilitas harga daging sapi. umum, second-round effect kenaikan harga komoditas AP
7 Jumlah pelanggan 900 VA yang mengalami kenaikan tarif listrik berjumlah 18,4
juta, sementara 4,1 juta pelanggan tetap mendapat subsidi dari Pemerintah. Tarif
listrik bagi pelanggan 900 VA nonsubsidi adalah sebesar Rp1.352/Kwh dan tarif
6 Kementerian Perdagangan (Kemendag) memfasilitasi Nota Kesepahaman antara listrik bagi pelanggan 900 VA bersubsidi adalah Rp586/Kwh. Meskipun tarif listrik
Aprindo dengan produsen terkait penyediaan komoditas dengan harga terjangkau mengalami kenaikan pada bulan Januari, Maret, dan Mei, namun inflasi AP terutama
bagi konsumen. Bersamaan dengan Nota Kesepahaman tersebut, Kemendag dari tarif listrik juga meningkat cukup tinggi pada satu bulan setelahnya. Hal ini
juga menetapkan HET untuk komoditas minyak goreng di pasar ritel yaitu sebesar disebabkan dampak kenaikan tarif listrik terhadap inflasi pada bulan yang sama
Rp12.000/liter. Terkait dengan komoditas bawang putih, Kemendag mendorong dengan implementasi kebijakan hanya dialami oleh pelanggan listrik 900 VA prabayar.
importir untuk memasok bawang putih di pasar dengan harga Rp25.000-Rp27.000 Sementara itu, pelanggan 900 VA pascabayar baru mengalami kenaikan tagihan pada
per kg. bulan berikutnya setelah kenaikan tarif diberlakukan.
0 -10 -1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2017
450 VA 900 VA Subsidi 900 VA NonSubsidi > 900 VA Bensin Angkutan Udara Listrik (skala kanan)
strategis cenderung menurun seiring dengan ekspektasi Kenaikan tarif angkutan pada periode tersebut lebih
inflasi yang semakin terjangkar pada sasaran. Rendahnya dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu Ramadhan, Idul
dampak lanjutan AP juga disebabkan antara lain Fitri, dan libur sekolah. Memasuki semester II 2017, inflasi
kenaikan tarif listrik dilakukan hanya pada sebagian kecil AP cukup terkendali seiring dengan kebijakan pemerintah
kelompok rumah tangga (RT). Kenaikan tarif listrik pada yang tidak melakukan penyesuaian tarif bagi pelanggan
sebagian kecil RT tersebut memiliki keterkaitan lanjutan listrik 1.300 VA ke atas dan normalisasi tarif angkutan
(forward linkage) yang minimal terhadap kegiatan pascalebaran. Namun menjelang akhir semester II 2017,
produksi barang/jasa sehingga tidak banyak mendorong tekanan inflasi AP meningkat terutama didorong oleh
kenaikan biaya input. kenaikan tarif angkutan udara (Grafik 5.23).
Kenaikan inflasi AP terlihat di beberapa bulan sepanjang Selain komoditas STNK, listrik, dan angkutan, terdapat
2017 seiring dengan kebijakan yang ditempuh oleh beberapa komoditas AP lain yang mengalami kenaikan
pemerintah. Inflasi AP mengalami kenaikan tinggi pada harga pada tahun 2017. Komoditas tersebut adalah
semester I 2017 didorong kenaikan tarif listrik, kenaikan bensin, aneka rokok, dan bahan bakar rumah tangga
biaya perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (Tabel 5.4). Kenaikan harga bensin disebabkan oleh
(STNK), dan kenaikan tarif angkutan (Grafik 5.22).8 kenaikan harga bahan bakar khusus, seperti pertalite dan
Grafik 5.23.
Grafik 5.22. Inflasi AP 2017
Dinamika Bulanan
Inflasi Administered Prices
2017 Tabel 5.4. Penyumbang Inflasi Kelompok
Persen, mtm Administered Prices Persen
3,0
No Komoditas 2016 2017
2,5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
7 Bahan Bakar Rumah Tangga -0,01 0,06
Inflasi nasional yang terkendali pada 2017 tercermin dari Sumber: BPS, diolah
Keterangan: Inflasi tahunan tertinggi dan terendah
perkembangan inflasi di daerah. Inflasi di seluruh wilayah
pada 2017 secara umum terkendali dan berada pada
kisaran sasaran inflasi nasional 4,0±1% (Gambar 5.2). rendah dibandingkan dengan inflasi pangan 2016.
Tingkat inflasi provinsi juga semakin konvergen dalam Sementara itu, Maluku dan Papua masih mencatat inflasi
sasaran inflasi dengan kecenderungan lebih rendah dari pangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi
inflasi nasional (Grafik 5.24). Bahkan beberapa provinsi tahun sebelumnya.
di kawasan timur Indonesia mencatat inflasi yang lebih
rendah dari sasaran inflasi. Wilayah yang mengalami Rendahnya inflasi bahan pangan di berbagai daerah
tekanan inflasi terendah adalah wilayah Maluku dan disebabkan oleh turunnya harga komoditas aneka bumbu
Papua (Grafik 5.25). (Grafik 5.27). Harga aneka bumbu seperti bawang
merah, cabai merah, cabai rawit, dan bawang putih
Sejalan dengan gambaran kondisi nasional, salah satu mengalami penurunan signifikan pada tahun 2017
faktor yang memengaruhi terkendalinya inflasi daerah (Grafik 5.28). Turunnya harga bawang merah mendorong
yakni rendahnya inflasi bahan pangan. Rendahnya rendahnya inflasi pangan di wilayah Jawa, terutama
tekanan inflasi pangan terutama terlihat pada daerah Provinsi Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi
sentra produksi pangan seperti Sumatera, Jawa, bawang merah. Turunnya harga bawang merah juga
Bali, Nusa Tenggara, dan Sulawesi (Grafik 5.26). menjadi penyebab rendahnya inflasi pangan di Bali,
Inflasi pangan 2017 di wilayah tersebut tercatat lebih Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan
Gambar 5.2.
Gambar 5.2.Peta Perkembangan
Peta Inflasi
Perkembangan Daerah
Inflasi (Persen,
Daerah 2017 yoy)
ACEH
4,2
KALTARA
SUMUT 2,8
3,2 SULTENG SULUT
KEP.RIAU 4,3 2,4
RIAU 4,0 KALTIM
4,2 KALBAR 3,1 GORONTALO MALUT
4,1 4,3 2,0
SUMBAR
2,0 KALTENG SULBAR PAPBAR
JAMBI KEP.BABEL 1,4
2,8 3,2
3,8
3,1
KALSEL
SUMSEL 3,7 SULTRA
3,0 PAPUA
BENGKULU 3,0 2,1
3,6 SULSEL MALUKU
LAMPUNG 4,4 0,78
3,0 DKI JAKARTA
3,7 JATENG
JABAR 3,7 BALI
BANTEN 3,6 3,3
JATIM
4,0 4,0
DIY
4,2 NTB NTT
3,7 2,0
Inflasi ≥ 5,0% 4,0 ≤ Inflasi < 5,0% 3,0% ≤ Inflasi < 4,0% Inflasi < 3,0%
2 -1
1,53
-2
1
-3
0 -4
Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua
Papua. Sementara itu, rendahnya inflasi pangan di kelompok bahan makanan. Sementara itu, kenaikan
wilayah Sumatera disebabkan oleh turunnya harga cabai harga kelompok tanaman padi-padian, terutama
merah. Turunnya harga cabai merah di wilayah tersebut harga beras, pada periode tersebut dipengaruhi oleh
berdampak pada deflasi bahan pangan di daerah sentra keterbatasan pasokan seiring dengan musim panen yang
produksi cabai merah seperti Sumatera Selatan, Sumatera telah selesai. Tingginya kenaikan harga komoditas ikan
Barat, dan Sumatera Utara. dan beras menjadi faktor yang mendorong inflasi bahan
pangan 2017 di wilayah Maluku dan Papua lebih tinggi
Di tengah penurunan harga komoditas aneka bumbu, dibandingkan dengan tahun 2016.
peningkatan harga komoditas ikan dan padi mendorong
inflasi pangan di sejumlah daerah. Kondisi cuaca yang Searah dengan rendahnya tekanan inflasi bahan pangan,
tidak begitu baik disertai dengan tingginya gelombang disparitas harga 9 komoditas utama VF antarwilayah
laut pada dua bulan terakhir 2017 berdampak secara umum juga turun. Penurunan disparitas harga
pada rendahnya produksi ikan tangkap. Hal tersebut tersebut tercermin dari turunnya koefisien keragaman
mendorong harga ikan naik secara signifikan selama harga 9 komoditas dari 11,47 pada 2016 menjadi 9,26
periode tersebut dan menjadi penyumbang inflasi (Grafik 5.29).9 Meskipun demikian, harga 9 komoditas
Grafik 5.27.
Grafik 5.26. Inflasi Bahan
Inflasi Pangan
Bahan Pangan Menurut Wilayah Grafik 5.29.
Grafik 5.28. Disagregasi
DisagregasiSubKelompok
Subkelompok Aneka Bumbu
Bumbu - bumbuan
Menurut Wilayah
Persen, yoy Persen, yoy
9 8,43 5
8
0
7
-5
6 5,63
5,31
5 4,53 -10
4 -15
3 2,45
-20
2 1,30 1,36 1,29
1,03 0,93 0,97
0,76 -25
1
0 -30
Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua
Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Disparitas
DisparitasHarga
Harga9 Bahan Makanan
9 Bahan Pokok
Makanan Penting
Pokok Antar
Penting Provinsi di Indonesia
Antarprovinsi di Indonesia
ACEH
(--7,58%)
KALTARA
SUMUT (13,86%)
(-9,36%) GORONTALO MALUT
(3,84%) (22,11%)
RIAU
(-3,90%) KEP.RIAU
(2,92%) KALBAR KALTIM SULTENG SULUT
(3,75%) (8,75%) (-3,23%)
SUMBAR (7,78%)
(-0,47%) PAPBAR
JAMBI KEP.BABEL SULBAR (26,74%)
(-7,36%) KALTENG
(10,33%) (12,72%) (-11,06%)
KALSEL
SUMSEL (3,83%)
(3,72%) PAPUA
BENGKULU SULTRA MALUKU (29,05%)
SULSEL (3,90%)
(-0,83%) DKI (25,21%)
(-15,16%)
(9,95%) JATENG
LAMPUNG (-6,76%)
(-7,85%)
BANTEN BALI NTB
JATIM (-10,80%) (-11,57%)
(0,73%) JABAR (-13,7%)
DIY
(1,03%) NTT
(-5,96%)
(9,26%)
12 50 30 26,7
10 19,2 20,2
40 20
12,7
8
8,1
30 10
6 2,9 3,0
0,3 1,1 1,3
20 0
4
2 10 -10
-14,6
0 0 -20
Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua Sumatera Jawa Balinusra Kalimantan Sulawesi Mapua
Pemerintah Daerah di beberapa wilayah untuk saling kondisi wilayah Maluku dan Papua. Sumbangan inflasi
mendukung ketersediaan pasokan dari daerah surplus listrik di wilayah Maluku dan Papua sangat minimal
ke daerah defisit pangan yang semakin intensif juga dipengaruhi kecilnya jumlah pelanggan pengguna
berkontribusi terhadap rendahnya inflasi pangan. listrik 900 VA dan masih rendahnya rasio elektrifikasi di
sebagian besar wilayah Maluku dan Papua.
Perkembangan menarik terlihat dari sisi AP, yaitu
dampak kebijakan subsidi listrik tepat sasaran terlihat Selain inflasi tarif listrik, inflasi angkutan udara juga
tidak sama untuk setiap daerah. Perbedaan dampak menjadi salah satu penyumbang tingginya inflasi AP di
inflasi disebabkan perbedaan jumlah pelanggan listrik daerah. Kenaikan tarif angkutan udara dipengaruhi oleh
900 VA yang terkena kebijakan subsidi listrik tepat faktor musiman yaitu HBKN, libur sekolah, dan tahun
sasaran tersebut. Dampak inflasi listrik yang tinggi baru. Inflasi angkutan udara tertinggi terjadi di Jawa
terjadi pada daerah dengan jumlah pelanggan listrik seiring dengan tingginya permintaan selama periode
900 VA nonsubsidi yang besar seperti di wilayah Jawa. tersebut. Sementara itu, tekanan inflasi angkutan udara
Sumbangan inflasi tarif listrik di wilayah Jawa mencapai di wilayah Bali dan Nusa Tenggara pada 2017 tercatat
11,8% terhadap inflasi listrik nasional yakni sebesar lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada 2016.
22,5% selama 2017, seiring dengan tingginya bobot Hal ini disebabkan turunnya jumlah penerbangan ke Bali
konsumsi listrik di wilayah Jawa dibandingkan dengan sebagai dampak bencana letusan Gunung Agung yang
wilayah lainnya (Grafik 5.30). Hal ini berbeda dengan terjadi pada bulan November 2017 (Grafik 5.31).
Inflasi Inti 8
I
nflasi inti di Indonesia memasuki rezim baru sejak 3
Merlin (2017) mengidentifikasi perubahan rezim inflasi Ekspektasi Inflasi 3 Bulan Ekspektasi Inflasi 6 Bulan
inti tersebut.1 Studi indikasi perubahan rezim inflasi Ekspektasi Inflasi 9 Bulan Ekspektasi Inflasi 12 Bulan
dilakukan dengan metode Markov switching.2 Metode Sumber: Consensus Forecast, diolah
12
10
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Susan, N. and Merlin (2017). Rezim Baru Inflasi Inti. Working Paper Bank Indonesia,
forthcoming.
2 Data yang digunakan adalah data inflasi inti sejak tahun 2000 sampai dengan
November 2017. Hasil analisis menggunakan spesifikasi MS_ARMA (4, 3, 1,1)
switching variance with shared GARCH menunjukkan bahwa terdapat empat rezim
inflasi. Adequacy test dalam penentuan rezim ini telah terpenuhi (normality test,
ARCH test, dan Portmanteau test) pada tingkat signifikan α=1%.
18 6 90 6
16 80
5
5
70
14
60 4
12 4
50
10 3
3 40
8
30 2
6 2
20
4 1
1 10
2
0 0
Sebelum GFC Periode GFC Setelah GFC Sebelum GFC Periode GFC Setelah GFC
0 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Pangsa Impor Manufaktur Pangsa Impor Manufaktur Terhadap
2014 2014 2014 2014
Terhadap Impor Total Konsumsi Domestik (Skala Kanan)
menunjukkan bahwa kenaikan biaya impor, seperti 2014 2015 2016 2017
3 Komoditas barang manufaktur adalah komoditas yang berkode SITC 5, 6, 7, dan Sumber: BPS dan Bank Indonesia, diolah
8. Sementara itu, komoditas yang digolongkan sebagai bahan mentah adalah
komoditas yang berkode SITC 0, 1, 2, 3, 4. Periode pengamatan adalah 2005 4 Tekanan biaya adalah jumlah dari apresiasi/depresiasi rupiah dan perubahan indeks
sampai dengan 2017. harga impor Indonesia (IHIM).