Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN RESUME KEPERAWATAN DENGAN

CKD ETC HT+HD

RSUD dr. SAIFUL ANWAR

MALANG

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktik profesi ners departemen
keperawatan medical bedah di ruang hemodialisa

RSUD dr. SAIFUL ANWAR

Oleh :

Nama : Aljufri adam

Nim : 170414901110

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

A. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) atau gagal ginjal kronis adalah salah
satu penyakit renal tahap akhir. CKD merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Brunner & Suddarth,, 2012).
CKD adalah kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan
elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2012)
CKD merupakan suatu gangguan progresif fungsi ginjal yang bersifat
irreversible dalam kasus metabolisme maupun dalam menjaga keseimbangan
cairan dan elektrolit serta dapat menyebabkan uremia (Moeljono, 2014).

B. Etiologi
Penyebab CKD menurut Price dan Wilson (2010) diantaranya adalah :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksikmisalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
C. Manifestasi Klinis
Karena pada CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia,
maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda
dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, dan kondisi
lain yang mendasari. Manifestasi yang terjadi pada CKD antara lain terjadi
pada sistem kardio vaskuler, dermatologi, gastro intestinal, neurologis,
pulmoner, muskuloskletal dan psiko-sosial menurut Smeltzer, dan Bare (2010)
diantaranya adalah :
1. Kardiovaskuler :
 Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
 Gagal jantung kongestif.
 Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
2. Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan kulit.
3. Gastrointestinal seperti anoreksia atau kehilangan nafsu makan, mual
sampai dengan terjadinya muntah.
4. Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran, tidak
mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
5. Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan dangkal,
kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
6. Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan kalsium
dan
pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon dihidroksi kolekalsi
feron.
7. Psikososial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri
sampai pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan
kematian.
D. Pathofisiology
Menurut Smeltzer, dan Bare (2012) proses terjadinya CKD adalah
akibat dari penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang
normalnya diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi
uremia yang mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka setiap gejala semakin meningkat.Sehingga menyebabkan
atau gangguan kliren renal.Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah\ glomerulus yang berfungsi, sehingga menyebabkan
penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin.Menurunnya
filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens kreatinin.
Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu, kadar nitrogen urea
darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator paling
sensitif dari fungsi renal karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh.NUD tidak hanya dipengarui oleh penyakit renal tahap akhir, tetapi juga
oleh masukan protein dalam diet, katabolisme dan medikasi seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada retensi
cairan dan natrium.Retensi cairan dan natrium tidak terkontol dikarenakan
ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap
perubahan masukan cairan dan elektrolit seharihari tidak terjadi.Natrium dan
cairan sering tertahan dalam tubuh yang meningkatkan resiko terjadinya
oedema, gagal jantung kongesti, dan hipertensi.Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan
garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk
status uremik.
Asidosis metabolic terjadi akibat ketidakmampuan ginjal
mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.Sekresi asam terutama
akibat ketidak mampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan asam
organik lain juga terjadi.
Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin
menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian.
Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena
status pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi anemia
berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang diproduksi
oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah
merah.
E. Pathway
hiperventilasi
Infeksi Vaskuler (DM , Hipertensi) Obstruksi Saluran
Kemih
c
Arteri Sklerosis
Reaksi antigen
antibody Refluks
penurunan suplai darah ginjal
hidronefrosisis
GFR turun
Pe tek. Vaskulerisasi
ginjal
CKD
Nefron rusak iskemia ginjal

Pe eksresi ginjal vv
Pe Retensi Na & H20 Sekresi eritropoitin turun

Sindrom uremia
CES produksi Hb menurun

Pruritus
Tek. Kapiler naik oksihemoglobin turun
Vol. interstitial naik
sulai 02 jaringan menurun
Kerusakan edema v
Integritas kulit
pre load naik
kelelahan otot
beban jantung meningkat

Anoreksia hipertrofi ventrikel kiri Intoleransi


aktivitas
bendungan atrium kiri
Edema
Mual, muntah
tek. Vena pulmonalis

Kelebihan
kapiler paru naik
Intake menurun volume cairan
hiperventilasi

Ketidakseimbangan
Nutrisi kurang dari
Gangguan
kebutuhan tubuh
Pertukaran Gas
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab.darah
Hematologi, Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit, RFT ( renal fungsi test ),
ureum dan kreatinin, LFT (liver fungsi test ), Elektrolit, Klorida, kalium,
kalsium , koagulasi studi, PTT, PTTK, BGA
2. Urine
urine rutin, urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
ECG , ECO
4. Radiagnostik
USG abdominal, CT scan abdominal, BNO/IVP, FPA, Renogram danRPG
( retio pielografi ).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
 Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
 Observasi balance cairan
 Observasi adanya odema
 Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
 peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus – kasus
emergency.
 Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang
tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori
Peritonial Dialysis )
3. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
 AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
 Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi
ke jantung )
4. Operasi
 Pengambilan batu
 transplantasi ginjal

H. Komplikasi
Penderita CKD akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari
CKD menurut Smeltzer dan Bare (2010) serta Suwitra (2012) antara lain
adalah :
1. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik, kata bolisme,
dan masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang abnormal
dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan ion
anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang berlebian.
8. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9. Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a) Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot
dan tonus, penurunan ROM
b) Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada,
peningkatan JVP, tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
c) Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak,
cemas, takut, marah, irritable
d) Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin
pekat warna merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen
kembung
e) Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites,
penurunan otot, penurunan lemak subkutan
f) Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas,
kesemutan, gangguan status mental,penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,
penurunan tingkat kesadaran, koma.
g) Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
h) Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal
dyspnea (+), batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi
edema pulmonal
i) Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan
dehidrasi), petekie, ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum
pada kulit, ROM terbatas
j) Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k) Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti
biasanya

2. Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi
b) Kelebihan volume cairanber hubungan dengan odema
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah
d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan otot
3. Intervensi
a. Dx.1 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2 x 24
jam di harapkan ventilasi dan status pernafasan klien baik
KH :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Klien menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
 Klien menunjukkan tidak ada tanda-tanda distres pernafasan
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Lakukan BHSP 1. Untuk membina hubugan


2. Kaji tanda-tanda vital saling percaya dengan pasien
3. Kaji Pola Nafas, catat adanya 2. Untuk mengetahui keadaan
pergerakan dada, umum klien dann sebagai
penggunaan otot bantu nafas indikator untuk melanjutkan
4. Auskultasi bunyi nafas, catat intervensi selanjutnya
adanya suara tambahan 3. Mengetahui terjadinya
5. Berikan posisi yang nyaman, distress pernafasan
posisi semifowler 4. Mengetahui adanya suara
6. Kolaborasi dengan tim medis bunyi nafas tambahan
dalam pemberian terapi 5. Dengan posisi yang nyaman
dapat menghilangkan dan
mengurangi rasa nyeri dada
klien dan mencegah terjadinya
sesak nafas.
6. Mempercepat proses
penyembuhan klien
b. Dx. 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan odema
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama 2x 24
jam di harapkan klien tidak mengalami kelebihan volume cairan
KH:
 Tidak ada odema
 Tanda-tanda vital dalam batas normal
 Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnea
 Keseimbangan input dan output cairan
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya oedema 1. Oedema menunjukan adanya


2. Kaji tanda-tanda vital kelebihan volume cairan
3. Monitor dan batasi 2. Untuk mengetahui keadaan
pemasukan cairan umum klien dann sebagai
4. Berikan informasi untuk indikator untuk melanjutkan
sedikit minum intervensi selanjutnya
5. Bantu pasien dalam 3. pembatasan cairan akan
menghadapi menentukan menentukan
ketidaknyamanan akibat output dan input dan respon
pembatasan cairan. terhadap terapi.
6. Jelaskan pada pasien dan 4. Sedikit minum untuk
keluarga tentang menyeimbangkan cairan.
pembatasan cairan. 5. Kenyamanan pasien
7. Kolaborasi pemberian tim meningkatkan kepatuhan
medis lainnya dalam terhadap pembatasan diet.
pemberian terapi 6. Pemahaman meningkatkan
kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan
cairan.
7. Untuk mempercepat proses
penyembuhan klien
c. Dx. 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual, muntah
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan asuhan keperawatan selama
2 x 24 jam di harapkan nutrisi klien dapat terpenuhi
KH:
 Mual, muntah (-)
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Intervensi :

Intervensi Rasional

1. Kaji adanya alergi makanan 1. Untuk mengetahui jenis


2. Kaji kemampuan pasien makanan yang dapat di berikan
untuk mendapatkan nutrisi 2. Dapat menentukan jenis diet
yang di butuhkan dan mengidentifikasi
3. Monitor Mual muntah pemecahan masalah untuk
4. Monitor turgor kulit meningkatkan intake nutrisi.
5. Monitor adanya penurunan 3. Berguna dalam mendefinisikan
berat badan derajat masalah dan intervensi
6. Berikan makanan sedikit tapi yang tepat, berguna dalam
sering pengawasan kefektifan obat,
7. Jelaskan pembatasan diet kemajuan penyembuhan
8. Kolaborasi dengan tim medis 4. Berguna untuk mengetahui
lainnya dalam pemberian adanya kekurangan nutrisi dan
terapi cairan
5. Berguna untuk menentukan
adanya kekurangan nutrisi dan
cairan
6. meminimalkan anoreksia, mual
muntah dan mengurangi iritasi
gaster
7. Meningkatkan pemahaman
pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kadar
kreatinin dengan penyakit
renal.
8. Mempercepat proses
penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta
:EGC

Doenges E, Marilynn, dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman


UntukPerancanaandan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi
3.Jakarta : EGC

Long, B C. 2012.Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3.Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson.2010. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-


prosesPenyakit.Edisi 4.Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC

Suyono, Slamet. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3.Jilid I II.Jakarta.:
Balai Penerbit FKUI
J. KLASIFIKASI STADIUM

Stadium Deskripsi GFR


(mL/menit/1.73 m2)

1 Fungsi ginjal normal,


Tetapi temuan urin,
Abnormalitas struktur
Atau ciri genetik ≥90
Menunjukkan adanya
Penyakit ginjal

2 Penurunan ringan
Fungsi ginjal, dan
temuan lain (seperti
pada stadium 1) 60-89
menunjukkan adanya
penyakit ginjal

3a Penurunan ringan 45-59


Fungsi ginjal

3b Penurunan sedang
Fungsi ginjal 30-44

4 Penurunan fungsi
Ginjal berat 15-29

5 Gagal ginjal <15


Sumber: (The Renal Association, 2013)

Nilai GFR menunjukan seberapa besar fungsi ginjal yang dimiliki oleh pasien
sekaligus sebagai dasar penentuan terapi oleh dokter. Semakin parah CKD yang
dialami, maka nilai GFRnya akan semakin kecil.(National Kidney
Faondation,2010). Gromerular filtration rate adalah laju rata-rata penyaringan
darah yang terjadi di glomerulus yaitu 25% dari total curah jantung permenit , kira-
kira 1,300ml. GFR biasanya di gunakan sebagai salah satu indicator menilai fungsi
ginjal. Biasanya di gunakan untuk menghitung bersihan kreatinin. Nilai normal LFG
adalah 90-120ml/min/1.73 m2.

Anda mungkin juga menyukai