Anda di halaman 1dari 15

KIMIA BAHAN ALAM LAUT

Tanin

DISUSUN OLEH :

1. Haedar Fachri (516011111)


2. Ihya Ulumuddin (51318011264)
3. Hijriana (516011211)
4. Astuti handayani A (516011174)
5. Yusrianti Yauri (516011184)
6. Muh. Rijal (516011043)
7. Irmawati (516011235)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa sehingga dapat menyelesaikan tugas KIMIA
BAHAN ALAM LAUT dengan materi Tanin.

Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah farmasi rumah sakit serta
anggota kelompok yang telah membantu proses pembuatan makalah. Jika ada kekurangan
ataupun kekeliruan pada penulisan, penyusun mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-
besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Makassar,11 juli 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Penggunaan obat tradisional pada masyarakat pada umumnya masih sebatas dalam
bentuk jamu, yang cara penyajiannya dengan cara direbus atau diseduh, sehingga kurang
disukai penggunaannya. Selain itu sediaan jamu masih mempunyai kekurangan seperti
penyajian yang kurang praktis, bentuk sediaan yang kurang stabil dan takaran dosis yang
tidak tepat. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut dikembangkan pembuatan dalam
bentuk sediaan farmasetis yang lebih baik dari bahan alam, yaitu dengan membuatnya dalam
bentuk sediaan tablet dari ekstrak tanaman.
Daun jambu biji (Psidium guajava L) adalah salah satu obat tradisional yang masih
sering digunakan sampai sekarang. Daun jambu biji sebagai obat tradisional digunakan untuk
pengobatan diare, radang lambung, sariawan, keputihan, kencing manis. Secara alamiah daun
jambu biji yang diketahui berkhasiat dan aman dikonsumsi (Dalimartha, 2001). Salah satu zat
yang terkandung dalam tananaman jambu biji (Psidium guajava L) adalah tanin yang dapat
digunakan sebagai obat anti diare. Tanin merupakan senyawa fenolik larut air dengan BM
500-3000, memberikan reaksi umum senyawa fenol dan memiliki sifat-sifat khusus seperti
presipitasi alkaloid, gelatin, dan protein-protein lain. Tanin banyak tedapat di dalam
tumbuhan berpembuluh, khususnya dalam jaringan kayu, selain itu banyak terdapat pada
bagian daunnya.
Senyawa aktif pada daun yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin. Ekstrak
daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba penyebab diare
(Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia di dalam daun jambu biji
adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.
Tanin merupakan komponen zat organik derivat polimer glikosida yang terdapat
dalam bermacam-macam tumbuhan, terutama tumbuhan berkeping dua (dikotil). Monomer
tannin adalah digallic acid dan D-glukosa. Ekstrak tanin terdiri dari campuran senyawa
polifenol yang sangat kompleks dan biasanya tergabung dengan karbohidrat rendah. Oleh
karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat berkondensasi dengan formaldehida.
Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap formaldehida dan mampu membentuk produk
kondensasi, berguna untuk bahan perekat termosetting yang tahan air dan panas. Tanin
diharapkan mampu mensubsitusi gugus fenol dari resin fenol formaldehid guna mengurangi
pemakaian fenol sebagai sumberdaya alam tak terbarukan.
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat astrigen dengan rasa khas
yang sepat. Secara umum tannin terbagi atas tannin (proanthocyanidins) hidrolisis dan tannin
kondensasi. Tannin hidrolisis diprekursor oleh asam dehydroshikimic sedangkan tannin
kondensasi disintesis dari prekursor flavonoid. Tingginya kandungan tannin dari kalus yang
dihasilkan secara in vitro dapat dipahami karena produksi metabolit sekunder pada kalus in
vitro dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya komposisi media yang digunakan dan zat
pengatur tumbuh yang diaplikasikan.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida
galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau lebih
gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat
yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis, elagitanin
ini menghasilkan asam elagat.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol yang mempunyai berat
molekul tinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan gugus lainnya (seperti karboksil)
sehingga dapat membentuk kompleks dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah
kondisi lingkungan tertentu.
Penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis merupakan salah satu penyakit
yang masih banyak dijumpai di masyarakat,. Adapun tanaman obat yang dapat digunakan
untuk membantu mengatasi diare diantaranya mempunyai efek sebagai adstringen (pengelat)
yaitu dapat mengerutkan selaput lendir usus sehingga mengurangi pengeluaran cairan, diare
dan disentri, selain itu juga mempunyai efek sebagai antiradang, dan antibakteri.

I.2. Rumusan Masalah


1. Apa definisi tanin ?
2. Bagaimana sifat-sifat dari tanin ?
3. Ada berapa klasifikasi dari senyawa tanin ?
4. Bagaimana biosintesis tanin ?
5. Contoh biota laut yang mengandung tanin ?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi tanin
2. Untuk mengetahui sifat-sifat dari tanin
3. Untuk mengetahui klasifikasi tanin
4. Untuk mengetahui biosintesis tanin
5. Untuk mengetahui contoh biota laut yang mengandung tanin
BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Definisi Tanin


Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah
yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin digunakan
sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin. Tanin yang
dikatakan sebagai sumber asam pada buah.
Berikut adalah gambar struktur tanin
 Sifat-sifat Tanin :
1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
3. Tidak dapat mengkristal.
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga
tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
 Sifat kimia Tanin :
1. Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar dipisahkan
sehingga sukar mengkristal.
2. Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
3. Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
 Identifikasi Tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua / hitam kehijauan.
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium Bikromat berwarna coklat.
 Kegunaan Tanin :
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninnya hilang.
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada gastrointestinal
dan pada kulit.
5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar, dengan
cara mengendapkan protein.
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang
tidak larut.
Hidrolisa Tanin : Tanin apabila dihidrolisa akan menghasilkan fenol polihidroksi yang
sederhana. Hidrolisa :
1. Asam Gallat terurai pirogalol
2. Asam Protokatekuat Katekol
3. Asam Ellag dan Tenol-fenol lain.
(Asam Ellag dapat disamak kulit bentuk bunga)
II.2. Klasifikasi Tanin
Senyawa tanin termasuk kedalam senyawa poli fenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin yang
terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi.
1. Tanin Terhidrolisis (hydrolysable tannins)
Tanin ini biasanya berikatan dengan karbohidrat dengan membentuk jembatan
oksigen, maka dari itu tanin ini dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam
klorida. Salah satu contoh jenis tanin ini adalah gallotanin yang merupakan senyawa
gabungan dari karbohidrat dengan asam galat. Selain membentuk gallotanin, dua asam galat
akan membentuk tanin terhidrolisis yang bisa disebut Ellagitanins. Berat molekul galitanin
1000-1500,sedangkan Berat molekul Ellaggitanin 1000-3000. Ellagitanin sederhana disebut
juga ester asam hexahydroxydiphenic (HHDP). Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam
galic jika dilarutkan dalam air. Asam elagat merupakan hasil sekunder yang terbentuk pada
hidrolisis beberapa tanin yang sesungguhnya merupakan ester asam heksaoksidifenat.
2. Tanin terkondensasi (condensed tannins).
Tanin jenis ini biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi dapat terkondensasi
meghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid yang
merupakan senyawa fenol. Oleh karena adanya gugus fenol, maka tannin akan dapat
berkondensasi dengan formaldehida. Tanin terkondensasi sangat reaktif terhadap
formaldehida dan mampu membentuk produk kondensasi Tanin terkondensasi merupakan
senyawa tidak berwarna yang terdapat pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada
tumbuhan berkayu. Tanin terkondensasi telah banyak ditemukan dalam tumbuhan paku-
pakuan. Nama lain dari tanin ini adalah Proanthocyanidin. Proanthocyanidin merupakan
polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4. Salah satu contohnya
adalah Sorghum procyanidin, senyawa ini merupakan trimer yang tersusun dari epiccatechin
dan catechin.
II.3. Biosintesis Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum :
Biosintesa asam galat dengan precursor senyawa fenol propanoid
Contoh :
- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin
- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat
- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan


cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa dimer dan
kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan
flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki
2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin
karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung
satuan terputus dan dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin
adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.

2) Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah
depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima gugus
ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat, yaitu
asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin
ini menghasilkan asam elagat. Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam
klorida atau asam sulfat menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang
terhidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam
fenolat. Contoh gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.
Salah satu contoh tanaman yang mengandung senyawa tannin adalah jambu biji.

II.4. Uraian Tanaman Jambu Biji


 Divisio : Spermatophyta
 Subdivisio: Angiospermae
 Classis : Dicotyledoneae
 Ordo : Myrtales
 Familia : Myrtaceae
 Genus : Psidium
 Species : Psidium guajava L

Jambu biji (Psidium guajava L) tersebar meluas hingga Asia Tenggara termasuk Indonesia,
Asia Selatan, India dan Srilanka. Jambu biji termasuk tanaman perdu yang memiliki banyak
cabang dan ranting serta batang pohonnya keras. Permukaan kulit luarnya berwarna coklat
dan licin. Bila kulit kayu jambu biji dikelupas akan terlihat permukaan batang kayunya basah.
Bentuk daunnya bercorak bulat telur dengan ukuran agak besar dan bunganya kecil-kecil
berwarna putih dan muncul dari ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun
jambu biji sudah mulai berbuah dan bijinya banyak terdapat pada daging buahnya. Daun
jambu biji (Psidium guajava L) merupakan daun tunggal bertangkai pendek dengan letak
berhadapan dan panjang tangkai daun 0,5-1 cm. Helaian daun bulat memanjang agak jorong,
ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata agak menekuk ke atas, pertulangan menyirip
dengan panjang 6-14 cm dan lebar 3- 6 cm berwarna hijau. Ibu tulang daun dan tulang
cabang menonjol pada permukaan bawah, bertulang menyirip.

II.5. Manfaat senyawa tannin pada tanaman jambu biji


Senyawa tannin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya
usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta sebagai penyerap
racun dan dapat menggumpalkan protein. Oleh Karena itu senyawa tannin dapat membantu
menghentikan diare.

II.6. Kandungan Dari Tanaman Jambu Biji Pada Tanin


Senyawa aktif pada daun jambu biji yang berfungsi sebagai anti diare adalah tannin.
Ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk membasmi bakteri/mikroba penyebab diare
(Salmonella typhii, E. coli, Shigella dysentriae). Komposisi kimia di dalam daun jambu biji
adalah tannin 9 - 12%, minyak atsiri, minyak lemak dan asam malat, asam ursolat, asam
psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajavarin dan vitamin.
II.7. Efek Farmakologi dan hasil penelitian pada Jambu Biji
Secara in vitro, infus daun jambu biji dengan bermacam-macam kepekatan
menunjukkan perbedaan yang nyata pada diameter daerah hambatan pertumbuhan kuman
Shigella Flexneri dan Shigella Sonnei, sebagai penyebab disentri basiler. (Imam Subagyo,
Wahjo Dyatmiko dan Abdul Karim, UNAIR 1981)
Secara in vitro, rebusan daun jambu biji kadar ccdapat mengurangi kontraksi usus
halus terpisah marmut, yang sebanding dengan atropin sulfat 2,5 mcg/ml. Kekuatan relaksasi
antara rebusan 5%, 10% dan 20% b/v tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. (Natsir P.
Djunaid, JF FMIPA UNHAS, 1986)
Secara in vitro, infus daun jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan perkiraan kadar terendah sebesar 2% b/v, tetapi tidak
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli sampai batas 10% b/v (prima Yuniarti, FF
UGM, 1991)
Infus buah jambu biji pada kelinci memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar
glukosa darah). Sebagai pembanding digunakan tolbutamida (Letty Puspitawati, Fakultas
Farmasi UNTAG 193).
Hasil penelitian efek infus daun jambu biji dalam upaya pencegahan asfiksia setelah
penyemprotan histami sebagai berikut; Waktu timbulnya asfiksia lebih panjang pada
kelompok yang mendapat infus daun jambu biji 5% dibandingkan pada kelompok yang
mendapatkan NaCi fisiologis dan antropin sulfat (P<0,05). Waktu tumbulnya asfiksia antara
infus daun jambu bij dengan fenilhidramin HCI tidak berbeda nyata (P>0,05).
Asfiksida tidak terjadi pada kelompok yang mendapatkan infus daun jambu biji 10%,
efedrin dan aminofilin (Aznan Lelo, Yineldi Anwar, M. Iskandar Lubis, dkk., Bagian
Farmakologi FKL USU dan Jurusan Farmasi FMIPA USU).

II.8. Mekanisme Penyembuhan Diare Oleh Tanin


Jambu biji atau jambu batu (Psidium guajava L.) termasuk tanaman yang mudah
didapat. Selain buahnya sebagai sumber vitamin C, hampir semua bagian tanaman ini,
terutama daun dan buah muda, dapat mengobati mencret lantaran sifat mengelat yang
dimilikinya.
Hasil penelitian in vitro terhadap kontraksi usus dengan menggunakan usus marmut
menunjukkan, rebusan daun jambu biji konsentrasi 5%, 10%, dan 20% dapat mengurangi
kontraksi usus halus (Natsir, 1986). Sedang penelitian terhadap kemampuan rebusan daun
jambu biji dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia colli dan Staphylococcus
aureus menunjukkan, kadar terendah 2% dapat menghambat pertumbuhan S. aureus dan
dalam kadar 10% dapat menghambat pertumbuhan E. colli. Hasil penelitian itu dapat
digunakan sebagai dasar penggunaan daun jambu biji sebagai obat diare akibat infeksi
Zat aktif dalam daun jambu yang dapat mengobati diare adalah tanin. Dalam
penelitian terhadap daun kering jambu biji yang digiling halus diketahui, kandungan taninnya
sampai 17,4%. Makin halus serbuk daunnya, makin tinggi kandungan taninnya. Senyawa itu
bekerja sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus besar. Tanin juga
menjadi penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein.
Untuk memanfaatkan jambu biji sebagai obat diare dapat dilakukan dengan merebus
15 – 30 g daun kering jambu biji dalam air sebanyak 150 – 300 ml. Perebusan dilakukan
selama 15 menit setelah air mendidih. Hasil rebusan disaring dan siap untuk diminum sebagai
obat diare. Bila ingin memanfaatkannya dalam bentuk segar, diperlukan 12 lembar daun
segar, dicuci bersih, ditumbuk halus, ditambah ½ cangkir air masak dan garam secukupnya.
Hasil tumbukan diperas, disaring, lalu diminum. Supaya terasa enak, ke dalamnya bisa
ditambahkan madu.

II.9. Contoh biota laut yang mengandung tanin


Adapun beberap contoh biota laut yang positif mengandung tanin adalah :
1. Alga coklat
Alga coklat (Phaeophyta) adalah alga yang berwarna coklat dikarenakan oleh pigmen
fukosantin yang dominan. Warna pada alga coklat ini tidak akan berubah walaupun
telah dikeringkan. Alga coklat memiliki ukuran paling besar bila dibandingkan
dengan alga merah dan alga hijau. Alga coklat memiliki bentuk yang bervariasi
bergantung pada jenisnya. Alga jenis ini memiliki habitat di laut dan tersebar luas
hampir di seluruh perairan Indonesia.
Alga coklat mengandung pigmen lain yaitu klorofil a dan b, klorofil c (c1 dan c2),
karotenoid (fukosantin, violasantin, serta zeasantin) serta santofil. Golongan
karotenoid yang melimpah dalam alga coklat adalah fukosantin yang berperan sebagai
antioksidan yang baik serta memiliki kemampuan meredam radikal bebas.

Sargassum sp. merupakan alga yang termasuk dalam kelas Phaeophyta.


Sargassum sp. memiliki batang agak pipih, halus, dan licin dengan percabangan
berselang-seling teratur. Talus Sargassum sp. berbentuk seperti daun, bervariasi dari
bentuk bulat hingga lonjong dengan permukaan halus dan pinggiran bergerigi.
Sargassum sp. berwarna pirang gelap hingga pirang kekuningan. Alga coklat jenis ini
mengandung banyak senyawa antara lain alginat, protein, vitamin C, tanin, yodium,
dan fenol. Kandungan pigmen yang dominan pada Sargassum sp. adalah klorofil-a,
sedangkan golongan karotenoid yang terbanyak adalah santofil terutama fukosantin.
Sargassum sp. mengandung fucoidan dan komponen fenolik. Jenis komponen fenolik
yang terdapat dalam Sargassum sp. adalah flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan
terpenoid.

Padina sp. memiliki talus seperti kipas. Talus tersebut membentuk segmen-
segmen tipis dan bergaris-garis radial. Padina sp. berwarna coklat kekuningan atau
kadang memutih karena terdapat pengapuran. Sama halnya dengan Sargassum sp.,
Padina sp. mengandung beberapa senyawa bioaktif yang berperan sebagai antibakteri,
antivirus dan antitumor.

Uraian klasifikasi alga coklat (Phaeophyta)

 Domain : Eukaryota
 Kingdom : Protista
 Filum : heterokontophyta
 Kelas : phaeophyceae
 Keluarga : fucaceae
 Genus : focus
2. Spons Lamellodysidea herbacea
Pengujian fitokima terhadap ekstrak etanol spons lamellodysidea herbacea
yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat senyawa bioaktif yaitu alkaloid,
flafonoid, steroid , saponin dan tanin (Hanna M.Rumagit, Dkk. 2015). Kandungan
metabotil spons ini bermanfaat sebagai antioksidan.

Uraian Klasifikasi Spons Lamellodysidea herbacea

 Kingdom : Animalia
 Subkingdom : paroza
 Filum : porifera
 Kelas : demospongiae
 Ordo : dictyo ceratida
 Famili : dysideidae
 Genus : lamellodysidea
BAB III
PENUTUP

IV.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat ditarik kesimpulan :
Tannin merupakan senyawa kimia yang kompleks terdiri dari senyawa polifenol yang
tersebar luas pada daun dan buah yang belum masak. Senyawa tanin terbagi atas dua yaitu
tannin terhidrolisis dan tanin terkondesasi. Salah satu tanaman yang mengandung senyawa
tannin ialah daun jambu biji yang bersifat astringent yang bermanfaat untuk membantu
pengobatan diare. Efek farmakologi dari daun jambu biji dalam membantu pengobatan diare
sudah terbukti melalui beberapa penelitian yang dilakukan.

IV.2. Saran
Saran dan kritik dari semua pihak sangat diperlukan agar dapat membantu
berkembangnya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Olav Smidsrød, Størker Moe, & Størker T. Moe (2008). Biopolymer Chemistry. Dari
http://books.google.co.id/books?id=qDWZiFcbS0EC&pg=PA117&dq=Tannin,+Cellu
lose,+Lignin&hl=id&sa=X&ei=yqqEU6m3PMm2uATI9IDgBA&ved=0CHUQ6AEw
CQ#v=onepage&q=tannin&f=false, 27 Mei 2014

Edwin Haslam (1989). Plant Polyphenols: Vegetable Tannins Revisited. Dari


http://books.google.co.id/books?hl=id&id=Zyc9AAAAIAAJ&q=tannin#v=snippet&q
=tannin&f=false, 27 Mei 2014

O.O. Aiyelaagbe and Paul M. Osamudiamen (2009). Phytochemical Screening for Active
Compounds in Mangifera indica Leaves. Dari
http://www.medwelljournals.com/fulltext/?doi=psres.2009.11.13, 27 Mei 2014

Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad Baghbani Mehmandar
(2011). Plants and Secondary Metabolites (Tannins): A Review. Dari
http://www.ijfse.com/index.php/IJFSE/article/view/IJFSE-
Vol%201%281%29-2011-8, 28 Mei 2014

Elok Kamilah Hayati, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah (2010). Fraksinansi dan
Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Dari
http://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2804/1993, 27 Mei 2014

Asriyah Firdausi, Tri Agus Siswoyo, dan Soekandar Wiryadiputra (2013). Identifikasi
Tanaman Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk Penghambatan
Aktivitas α-Amilase Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati. Dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CD
oQFjAC&url=http%3A%2F%2Ficcri.net%2Fdownload%2FPelita%2520Perkebunan
%2Fvol_29_no_1_april_2013%2FIdentifikasi%2520Tanaman%2520Potensial%2520
Penghasil%2520Tanin-
protein%2520Kompleks%2520Untuk%2520Penghambatan%2520Aktivitas%2520am
ylase%2520Kaitannya%2520Sebagai%2520Pestisida%2520Nabati.pdf&ei=RWeKU-
7NCcmTuATY3IGYCQ&usg=AFQjCNFgL_czFl-pJUE-
ZnsmoYgZUa9O3A&sig2=P7jLvK4KESb6_4JpnULWgA, 27 Mei 2014

Imelda Fajriati (2006). Optimasi Metode Penetuan Tanin (Analisis Tanin secara
Spektrofotometri dengan Pereaksi Orto-Fenantrolin). Dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&ved=0CG
MQFjAF&url=http%3A%2F%2Fdigilib.uin-
suka.ac.id%2F7897%2F1%2FIMELDA%2520FAJRIATI%2520OPTIMASI%2520M
ETODE%2520PENENTUAN%2520TANIN.pdf&ei=MvyKU9r8EpG9uATe04KICA
&usg=AFQjCNHTLCtJiexNAqTyal0exhQ8SwTsNw&sig2=uYLfQbaa7g-
OlwaIRZ_kNw, 27 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai