Anda di halaman 1dari 76

Aspirin adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi rasa sakit, menurunkan demam, atau

peradangan. Aspirin juga sering digunakan untuk mengurangi risiko serangan jantung, stroke, dan
angina, karena dapat menghambat terjadinya penggumpalan darah.

Aspirin merupakan obat antinflamasi non steroid yang mempunyai efek antiplatelet untuk pencegahan
sroke. Aktivitas antiplatelet tergantung pada penghambatan irreversible siklooksigenase yang
bertanggungjawab terhadap pembentukan tromboksan A2, suatu enzim aktivator agregasi platelet.
Aspirin diabsorpsi secara cepat di saluran pencernaan bagian atas terutama di bagian pertama
duodenum, namun mempunyai bioavailabilitas yang rendah akibat first pass effect metabolism dan
hidrolisis menjadi salisilat di dinding usus. Tablet floating merupakan salah satu alternatif bentuk sediaan
yang dapat memperbaiki absorpsi dan bioavailabilitas aspirin

Aspirin dalam dosis tinggi (biasanya 300mg) berguna untuk mengobati sakit kepala dan gigi, migrain,
mengatasi pilek dan flu, meredakan pembengkakan, serta menurunkan demam. Aspirin dengan dosis
rendah (biasanya 75mg) memiliki efek antiplatelet, yaitu sebagai pengencer darah dan membantu
menghentikan penggumpalan darah.

Merek dagang: Ascardia, Aspilets, Farmasal, Miniaspi 80, Thrombo Aspilets

Dokter mungkin akan memberikan aspirin dengan dosis rendah kepada memiliki stroke atau transient
ischemic attack (TIA), serangan jantung atau angina, penyakit arteri perifer (peripheral arterial disease,
PAD), atau pasien yang baru menjalani operasi di daerah jantung dan pembuluh darah.

Tentang Aspirin Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)

Golongan antikoagulan, antiplatelet, antifibrinolitik, dan analgesik

Kategori Obat resep

Manfaat Menghilangkan rasa sakit, meredakan pembengkakan, menurunkan demam, dan


mengencerkan darah

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori kehamilan dan menyusui Kategori C (apabila dikonsumsi di bawah kehamilan trimester ketiga):
studi pada hewan menunjukkan adanya efek terhadap janin dan bisa menyebabkan kecacatan atau
kematian, namun studi pada manusia belum tersedia. Obat kategori ini boleh diberikan pada manusia
apabila manfaatnya melebihi risikonya pada janin).

Kategori D (apabila dikonsumsi dalam dosis penuh pada kehamilan trimester ketiga): terdapat bukti yang
positif bahwa obat mempengaruhi janin, tetapi penggunaannya pada manusia mungkin masih dapat
diterima walaupun berisiko, misalnya pada keadaan darurat yang membutuhkan obat tersebut, pada
suatu penyakit serius ketika obat lain yang lebih aman tidak tersedia, dan pada keadaan yang apabila
tidak diobati akan menyebabkan sesuatu yang lebih fatal).

Bentuk obat Tablet, kapsul, pil, serbuk, gum (permen karet)


Peringatan:

Sebelum mengonsumsi aspirin, beri tahu dokter jika Anda:

Sedang merencanakan kehamilan, mengandung, atau menyusui

Pernah mengalami gangguan hati, ginjal, jantung, atau tekanan darah tinggi

Memiliki riwayat hemofilia, perdarahan di usus, sakit maag, serta asma.

Anak-anak atau remaja, di bawah usia 16 tahun, yang ingin mengatasi demam, gejala flu, atau cacar air.

Sedang menggunakan obat-obatan lain.

Memiliki alergi terhadap obat. Jika tidak bisa menggunakan aspirin, dokter mungkin akan menyarankan
Anda untuk mengonsumsi paracetamol (untuk meredakan rasa sakit) atau clopidogrel (untuk mencegah
penggumpalan darah).

Dosis Aspirin

Kondisi Dosis

Demam325 - 650 mg setiap 4 - 6 jam sekali, tergantung kondisi. Maksimal 4 g/hari.

Serangan jantung 75 - 325 mg/hari.

Rheumatoid arthritis 80 - 100 mg perhari, dibagi 5 - 6 kali, untuk kondisi akut, bisa dikonsumsi sampai
130 mg/hari.

Gangguan persendian Dosis awal 2,4 - 3,6 g/hari, selanjutnya 3,6 - 5,4 g/hari

Stent implantation 325 mg 2 jam sebelum prosedur, diikuti dengan 160 325 mg/hari setelah
prosedur dilakukan.

Mengonsumsi Aspirin dengan Benar

Aspirin bisa dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, dan diminum dengan air putih. Agar lebih jelas,
pastikan selalu membaca informasi yang tertera di kemasan. Aspirin dalam bentuk tablet, pil, dan kapsul
baik dikonsumsi dalam keadaan utuh, jangan dipatahkan, dihancurkan, atau dikunyah. Usahakan untuk
mengonsumsi aspirin pada waktu yang sama tiap hari agar pengobatan lebih efektif.

Gunakan obat ini sesuai dengan resep dokter. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis yang
diberikan dokter. Bagi pasien yang lupa mengonsumsi aspirin, disarankan untuk segera meminumnya jika
jadwal dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis di jadwal berikutnya untuk
mengganti dosis yang terlewat.

Interaksi Obat
Aspirin berpotensi menimbulkan interaksi antar obat jika dikonsumsi bersamaan dengan beberapa jenis
obat tertentu. Interaksi antar obat itu bisa menyebabkan perubahan efek pada aspirin, bahkan
meningkatkan risiko timbulnya efek samping dari penggunaan aspirin. Oleh karena itu, interaksi antar
obat harus diperhatikan.

Obat-obatan yang berpotensi menimbulkan interaksi dengan aspirin contohnya obat antiinflamasi
nonsteroid (NSAIDs), obat-obatan steroid, obat-obatan antikogulan, obat-obatan antidepresan, obat-
obatan untuk menangani tekanan darah tinggi dan epilepsi, serta obat-obatan lain yang mengandung
aspirin.

Efek Samping Aspirin

Umumnya, aspirin menimbulkan efek samping berupa gangguan pencernaan, sakit perut, mengalami
perdarahan atau memar di beberapa bagian tubuh. Untuk mengurangi risiko tersebut, disarankan
mengonsumsi aspirin dengan makanan.

Beberapa efek samping lain yang jarang terjadi di antaranya:

Serangan asma secara mendadak dan alergi berupa gangguan pernapasan, pembengkakan di mulut,
tenggorokan, atau bibir

Perdarahan di perut yang menyebabkan muntah darah dan perdarahan di otak yang bisa mengganggu
pengelihatan, sakit kepala, dan bicara cadel

Biduran (kemunculan bilur berwarna merah atau putih yang terasa gatal) dan tinnitus (bunyi atau
dengungan pada telinga).

Farmakokinetika Aspirin

Absorpsi

Aspirin cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan dan segera dihidrolisis menjadi asamsalisilat, dengan
kadar puncak asam salisilat dalam plasma tercapai dalam 1-2 jam (Beckman Coulter, 2003). Sediaan
tablet salut selaput menunjukkan kecepatan absorpsi yang bervariasi, dimana konsentrasi puncak dalam
plasma tercapai dalam 4-6 jam setelah pemberian, namun onset ini dapat tertunda sampai 8-12 jam
pada dosis tinggi (Chyka et al., 2007). Kecepatan absorpsi ini dipengaruhi oleh bentuk sediaan, ada
tidaknya makanan dalam lambung, tingkat keasaman lambung, dan faktor fisiologis lainnya (Beckman
Coulter, 2003).

Distribusi

Di dalam sirkulasi, sebanyak 80-90% salisilat terikat dengan protein plasma, terutama albumin. Salisilat
ini dapat didistribusikan ke hampir seluruh cairan tubuh dan jaringan, serta mudah melalui sawar darah
plasenta sehingga dapat masuk ke dalam sirkulasi darah janin (Roy, 2007). Pada dosis rendah
(konsentrasi dalam plasma < 10 mg/ dL), 90% salisilat terikat oleh albumin, sedangkan pada konsentrasi
yang lebih tinggi (> 40 mg/dl), hanya 75% salisilat yang terikat oleh albumin.
Metabolisme

Aspirin dihidrolisis menjadi asam salisilat di dalam sistem gastrointestinal dan sirkulasi darah (dengan
waktu paruh aspirin 15 menit) (Chyka et al., 2007). Dalam bentuk asam salisilat, waktu paruh dalam
plasma dalam dosis terapetik menjadi 2-4,5 jam, namun dalam dosis yang berlebihan (overdosis) waktu
ini dapat lebih panjang, antara 18 sampai 36 jam (Ijaz et al., 2003). Jadi dapat dikatakan bahwa waktu
paruh asam salisilat ini terkait dengan dosis. Semakin tinggi dosis aspirin yang diminum, maka waktu
paruh asam salisilat juga semakin panjang. Pada pemberian aspirin dosis tinggi, jalur metabolisme asam
salisilat menjadi jenuh; akibatnya kadar asam salisilat dalam plasma meningkat tidak sebanding dengan
dosis aspirin yang diberikan (Beckman Coulter, 2003). Karena aspirin segera dihidrolisis sebagai salisilat
di dalam tubuh, maka salisilat inilah yang bertanggungjawab terhadap terjadinya intoksikasi (Chyka et al.,
2003).

Farmakodinamika Aspirin

Penggunaan aspirin sebagai antiinflamasi terutama adalah untuk pengobatan rheumatoid arthritis, yaitu
suatu penyakit kronis sistemik yang melibatkan banyak organ, dan dianggap sebagai penyakit autoimun.
Aspirin mampu mereduksi proses inflamasi di dalam sendi dan jaringan sehingga mengurangi gejala dan
memperbaiki mobilitas penderita. Meskipun demikian, obat ini tidak mampu menghambat progresivitas
cidera jaringan patologis (Roy, 2007). Jika dengan aspirin saja belum efektif, maka dapat diganti dengan
AINS lain, kortikosteroid, atau obat yang bersifat disease modifying drug. Hal yang perlu diperhatikan
adalah bahwa jika akan menggunakan kombinasi AINS dengan obat lain untuk rheumatoid arthritis
(misalnya AINS dengan methotrexate), maka sebaiknya digunakan AINS selain aspirin (Colebatch et al.,
2011).
Furosemide adalah obat golongan diuretik yang digunakan untuk membuang cairan atau garam berlebih
di dalam tubuh melalui urine dan meredakan pembengkakan yang disebabkan oleh gagal jantung,
penyakit hati, penyakit ginjal atau kondisi terkait.

Furosemide juga dapat digunakan untuk penderita tekanan darah tinggi (hipertensi) saat obat diuretik
lainnya tidak bisa mengatasi kondisi ini lagi. Obat ini bisa digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan
obat diuretik lainnya, seperti triamtene atau spironolactone. Kadang-kadang obat ini juga diresepkan
bersama dengan mineral kalium.

Merek dagang: Diuvar, Farsix, Roxemid, Uresix injeksi, Edemin, Lasix, atau Uresix.

Tentang Furosemide

Jenis obat Diuretik

Golongan Obat resep

Manfaat Mengatasi penumpukan cairan dan pembengkakan pada tubuh

Digunakan oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori kehamilan dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya
boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Bentuk Tablet, sirup, dan suntik

Peringatan:

Harap berhati-hati bagi penderita penyakit ginjal, gangguan prostat, gangguan hati, penyakit asam urat,
kolesterol tinggi, lupus dan diabetes

Harap waspada bagi yang mengalami dehidrasi, sulit buang air kecil, memiliki tingkat natrium dan kalium
rendah dalam darah, atau gangguan keseimbangan kadar elektrolit

Hindari penggunaan obat jika Anda memiliki alergi antibiotik golongan sulfa. Konsultasikan dengan
dokter untuk mengetahui obat pengganti yang tepat untuk kondisi Anda.
Jika Anda disarankan untuk menjalani pemeriksaan MRI atau pemindaian yang melibatkan penyuntikan
zat radioaktif ke dalam pembuluh vena, beri tahu dokter bahwa Anda sedang menjalani pengobatan
dengan furosemide. Kombinasi furosemide dengan tes-tes tersebut dapat berbahaya bagi ginjal.

Furosemide dapat meningkatkan kadar gula darah. Pastikan Anda rutin memeriksanya agar selalu
terpantau, khususnya bagi penderita diabetes.

Dosis Furosemide

Dosis furosemide akan disesuaikan dengan kondisi yang dialami pasien. Dosis yang umumnya diresepkan
dokter bagi penderita edema, khususnya yang berkaitan dengan gagal jantung adalah 20-40mg/hari.
Dosis ini dapat diturunkan per 20 mg secara berkala, atau justru dinaikkan ke 80mg jika kondisi
kesehatan memburuk. Bagi penderita hipertensi, dosis yang biasa disarankan adalah 40-80mg/hari yang
dikonsumsi secara tunggal atau dikombinasikan dengan obat antihipertensi lainnya. Bagi yang
memerlukan perawatan menggunakan cairan suntik, dosis akan disesuaikan dengan kondisi pasien di
rumah sakit. Untuk penderita anak-anak, konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dosis yang
tepat sesuai dengan berat badan mereka.

Menggunakan Furosemide dengan Benar

Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan furosemide sebelum mulai
menggunakannya. Jangan menambahkan atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter.
Furosemide oral dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah makan. Minumlah furosemide tablet dengan
air putih. Jika Anda mengonsumsi furosemide dalam bentuk sirup, gunakan sendok takar obat agar
mendapatkan dosis yang tepat. Hindari penggunaan sendok makan atau sendok teh. Bagi pasien yang
lupa mengonsumsi furosemide oral, disarankan segera melakukannya begitu teringat jika jeda dengan
jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan
dosis.

Dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk tetap melanjutkan penggunaan obat meskipun kondisi
kesehatan sudah membaik untuk menghindari kambuhnya kondisi, khususnya penderita hipertensi.
Pastikan Anda memeriksakan diri ke dokter secara teratur selama menggunakan furosemide agar dokter
dapat memonitor perkembangan kondisi Anda.

Hindari mengonsumsi minuman keras saat sedang menggunakan furosemide, karena dapat
menyebabkan pusing.

Dalam kasus tertentu, obat ini dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap cahaya. Pastikan Anda
menggunakan tabir surya dan pakaian tertutup saat beraktivitas di bawah terik matahari. Jika
memungkinkan, hindari aktivitas tersebut untuk sementara waktu.

Interaksi Obat

Berikut ini adalah beberapa risiko yang mungkin terjadi jika menggunakan furosemide bersamaan
dengan obat-obatan tertentu, di antaranya:
Berpotensi meningkatkan efek nefrotoksik (kerusakan ginjal) dari obat golongan sefalosporin (misalnya
cefalotin) dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs).

Meningkatkan efek ototoksik (kerusakan telinga) dari obat aminoglikosida, asam ethacynic, dan obat-
obatan ototoksik lainnya.

Meningkatkan efek hipotensi dari obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors),
angiotensin II receptor antagonists, dan obat penghambat monoamine oksidase.

Risiko hiperkalemia dapat meningkat jika digunakan bersama dengan obat diuretik hemat kalium.

Risiko kardiotoksik (kerusakan jantung) dapat meningkat jika digunakan bersama dengan obat glikosida
jantung dan anthihistamin.

Berpotensi meningkatkan efek hiponatremia jika digunakan bersama dengan obat antikejang, seperti
carbamazepine.

Dapat menurunkan konsentrasi furosemide dalam darah jika digunakan bersama dengan obat aliskiren.

Berpotensi menekan efek hipoglikemia dari obat antidiabetes.

Menurunkan efek hipotensi dan natriuretik dari obat ini jika digunakan bersama dengan indometacin,
dan menghilangkan efek diuretik jika digunakan bersama dengan obat salisilat.

Efek samping yang umumnya terjadi dalam penggunaan furosemide adalah:

Pusing

Vertigo

Mual dan muntah

Penglihatan buram

Diare

Konstipasi.

Periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami efek samping sebagai berikut:

Kram perut.

Merasa lelah.

Mudah mengantuk.

Mual parah.

Mulut terasa kering


Aritmia

Telinga berdenging

Kulit menguning

Reaksi alergi (ruam atau pembengkakan pada mulut dan wajah)

Pingsan.

Furosemid merupakan obat diuretik kuat, terutama diberikan pada penderita hipertensi. Pada
pemberian secara oral, obat ini hanya sekitar 60 % yang dapat terabsorpsi. Pada pemberian dosis tunggal
80 mg, dicapai kadar puncak dalam plasma (Cpmaks) 2,3 µg/ml setelah 60 sampai 70 menit dengan
durasi 6 sampai 8 jam (Anonim, 2002). Sangat rendahnya fraksi obat yang terabsorpsi tersebut
merupakan akibat dari kelarutannya yang sangat kecil, karena furosemid sangat sukar larut dalam air
(Anonim, 1995). Menurut Kaplan (1974), dari kelarutannya ini dapat diperkirakan bahwa kecepatan
disolusi furosemid menjadi langkah penentu (rate limiting step) pada proses absorpsinya; artinya,
dengan meningkatkan kecepatan disolusi furosemid akan disertai peningkatan kecepatan absorpsinya.
Menurut Hukum Fick pertama, kecepatan disolusi dapat dinyatakan dengan persamaan (Carstensen,
1974):

DA

dC/dt = ------ (Cs Cb) (1)

Vh

Dengan, dC/dt = kecepatan disolusi, D = koefisien difusi, A = luas bidang difusi, V = volume medium
disolusi, h = tebal lapisan difusi, Cs kelarutan (solubility) bahan obat dan Cb = kadar obat yang terlarut
setelah waktu t. Pada kondisi sink (Cs >> Cb) persamaan (1) dapat diubah menjadi:

DA

dC/dt = ------- Cs (2)

Vh

Dari persamaan (2) terlihat bahwa dC/dt dapat ditingkatkan melalui peningkatan A dan Cs. Cara praktis
untuk meningkatkan kedua parameter tersebut dapat dilakukan praperlakuan terhadap bahan obat
melalui pembentukan dispersi padat. Melalui pembentukan dispersi padat ini memungkinkan terjadinya
pengecilan ukuran partikel, perubahan struktur internal kristal, terbentuknya campuran eutektik,
terjadinya larutan padat dan terbentuknya ikatan kompleks antara bahan obat dan bahan pembawa.
Masing-masing merupakan pendukung untuk meningkatkan kecepatan disolusi bahan obat (Chiou dan
Riegelman, 1971). Adanya peningkatan kecepatan disolusi ini akan disertai peningkatan kecepatan
absorpsi obat, sehingga ketersediaan hayatinya juga akan meningkat (Shargel and Yu, 1993; Pan et al.,
2000). Ada tiga parameter yang sering digunakan untuk mengevaluasi ketersediaan hayati obat, yaitu:
AUC, tmaks dan Cp maks. Ketiga parameter ini dapat memberikan gambaran mengenai jumlah dan
kecepatan obat yang terabsorpsi ke sirkulasi sistemik (Shargel and Yu, 1993). Beberapa bahan pembawa
yang sering digunakan pada pembuatan dispersi padat antara lain: PEG 4000, PEG 6000 dan PVP (Chiou
dan Riegelman, 1971) dan siklodekstrin (Ozdemir and Ordu, 1998). Peneliti terdahulu telah membuktikan
bawa PVP dapat meningkatkan kelarutan dan ketersediaan hayati furosemid (Syukri et al., 2001);
Siklodekstrin dapat meningkatkan kecepatan disolusi furosemid (Ozdemir and Ordu, 1998); PEG 4000
dapat meningkatkan kecepatan disolusi dan ketersediaan hayati piroksikam (Pan, et al., 2000), serta PEG
4000 dapat meningkatkan kecepatan disolusi intrinsik furosemid (Novtyana, 2001) juga meningkatkan
kelarutan furosemid (Indariyani, 2001). Furosemid merupakan turunan sulfonamid yang tergolong
diuretik kuat, bekerja dengan cara menghambat reabsorpsi elektrolit di ansa henle. Furosemid
diproduksi oleh beberapa industri farmasi sebagai obat generik dan bermerek.

Dexstrometrophan merupakan obat antitusive yang banyak ditemukan dalam obat batuk.
Dexstrometrophan memiliki potensi penyalahgunaan yang besar di masyarakat. Berdasarkan CPCS, pada
tahun 1999-2004, terjadi peningkatan hampir 10 kali lipat kasus penyalahgunaan. Dekstrometorfan
berpotensi menimbulkan kerusakan otak, mengingat efek-efek yang diakibatkannya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan, tejadi peningkatan jumlah sel otak yang mengalami nekrosis. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian dekstrometorfan dosis bertingkat secara per oral pada tikus wistar
mengakibatkan timbulnya perubahan struktur histopatologi otak, apalagi untuk kasus penyalahgunaan.

Dextromethorphan adalah obat yang dapat digunakan untuk meredakan batuk kering yang muncul
akibat infeksi tertentu, seperti flu atau sinusitis. Dextromethorphan bekerja dengan cara menekan
dorongan untuk batuk yang berasal dari otak.

Pada dasarnya, dekstrometorfan apabila digunakan secara tepat dan sesuai aturan, jarang menimbulkan
efek samping yang berarti. Secara kimia, DMP (D-3methoxy-N-methyl-morphinan) adalah suatu dekstro
isomer dari levomethorphan, suatu derivat morfin semisintetik. Walaupun strukturnya mirip narkotik,
dekstrometorfan tidak beraksi pada reseptor opiat sub tipe mu (seperti halnya morfin atau heroin),
tetapi ia beraksi pada reseptor opiat subtipe sigma, sehingga efek ketergantungannya relatif kecil. Pada
dosis besar, efek farmakologi dekstrometorfan menyerupai PCP atau ketamin yang merupakan antagonis
reseptor NMDA. Dekstrometorfan sering disalahgunakan karena pada dosis besar dapat menyebabkan
efek euforia, halusinasi penglihatan maupun pendengaran. Intoksikasi atau overdosis dekstrometorfan
dapat menyebabkan hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat, bicara kacau, hipertensi, nystagmus, serta
dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan. Jika digunakan bersama dengan alkohol, efeknya bisa
menjadi lebih berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Dalam kasus overdosis, banyak
mansifestasinya yang mempengaruhi otak besar. Dilihat dari akibat-akibat ditimbulkan, depresi sistem
pernapasan

merupakan akibat yang paling fatal. Ini dikarenakan otak dapat mengalami kondisi hipoksia.

Akibat dari hipoksia, terjadinya perubahan pada sistem syaraf pusat. Hipoksia akut akan menyebabkan
gangguan judgement, inkoordinasi motorik dan gambaran klinis yang mempunyai gambaran sama pada
alkoholisme akut. Kalau keadaan hipoksia berlangsung lama mengakibatkan gejala keletihan, pusing,
apatis, gangguan daya konsentrasi, kelambatan waktu reaksi dan penurunan kapasitas kerja. Begitu
hipoksia bertambah parah pusat batang otak akan terkena, dan kematian biasanya disebabkan oleh gagal
pernapasan.

Dextromethrophan tidak cocok digunakan untuk mengatasi batuk berdahak. Selain itu, obat ini juga tidak
boleh digunakan untuk batuk jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh bronkitis kronis, asma,
emfisema, atau kebiasaan merokok.

Merek dagang : Actifed Plus Cough Suppressant, Brochifar/Brochifar Plus, Bisotulssin, Coldmix, Decolsin,
Dextromethorphan Indo Farma, Ikadryl DMP, Lacoldin, Mersidryl, Panadol Cold & Flu, Romilar/Romilar
Expectorant, Sanaflu Plus Batuk.

Tentang Dextromethorphan

Golongan Obat antitusif atau penekan batuk

Kategori Obat bebas

Manfaat Meredakan batuk kering

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas 4 tahun

Bentuk Tablet, sirop, permen pelega tenggorokan (lozenges)

Kategori kehamilan dan menyusui Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya
boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Peringatan:
Bagi wanita yang merencanakan kehamilan, sedang hamil, dan menyusui, penggunaan
dextromethorphan harus dengan anjuran dokter.

Jangan memberikan dextromethorphan pada anak-anak di bawah usia 4 tahun. Senantiasa tanyakan
kepada dokter sebelum memberikan obat pilek atau obat batuk pada bayi dan anak-anak.

Harap berhati-hati jika menderita asma, gangguan pernapasan lainnya, atau diabetes.

Disarankan untuk tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berat selama menjalani pengobatan
dengan dextromethorphan karena obat ini bisa menyebabkan kantuk atau pusing.

Dextromethorphan sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat batuk, pilek, atau flu lainnya
untuk menghindari overdosis.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Dosis Dextromethorphan

Dextromethorphan merupakan salah satu bahan yang dicampurkan dalam berbagai obat batuk, flu, dan
pilek. Dosis penggunaan obat ini tidak sama untuk tiap bentuk obat dan dapat dilihat pada masing-
masing kemasan. Berikut adalah contoh dosis yang biasanya dianjurkan:

Bentuk obat Dosis

Sirup 10-20 mg tiap 4 jam

Permen pelega tenggorokan (lozenges) Maksimal 10 butir dalam sehari

DMP tersedia dalam bentuk tablet dan sirup. Efek antitusif 15 30 mg DMP setara dengan 8 15 mg
kodein.

Efek DMP timbul 15 30 menit setelah dikonsumsi dan bertahan selama 3 6 jam.

Dosis anak 4 6 tahun: 2,5 5 mg sebanyak 3 6 kali per hari, maksimal 30 mg/hari.

Dosis anak 6 12 tahun: 5 10 mg sebanyak 6 kali per hari atau 15 mg sebanyak 3 4 kali perhari.

Dosis dewasa: 10 30 mg sebanyak 3 6 kali per hari, maksimal 120 mg per hari.

Mengonsumsi Dextromethorphan dengan Benar

Gunakanlah dextromethorphan sesuai keterangan pada kemasan dan tanyakan pada dokter jika Anda
ragu. Dextromethorphan dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Selama menggunakan obat ini,
pasien dianjurkan untuk menghindari konsumsi minuman keras guna mencegah risiko efek samping.
Penderita diabetes sebaiknya berhati-hati dan memantau kadar gula darah selama mengonsumsi
dextromethorphan karena beberapa jenis produk obat ini mengandung glukosa.

Pastikan ada jarak waktu yang cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya.

Apabila mengonsumsi dextromethorphan dalam bentuk sirup, sebaiknya menggunakan sendok atau
gelas takar khusus yang disertakan dalam kemasan. Jangan menggunakan sendok makan biasa karena
kemungkinan takarannya berbeda.

Temui dokter kembali jika gejala tidak kunjung reda setelah mengonsumsi dextromethorphan selama 7
hari.

Interaksi Obat

Terdapat sejumlah obat yang berpotensi menimbulkan reaksi tidak diinginkan jika dikonsumsi bersamaan
dengan dextromethorphan. Beberapa di antaranya meliputi MAO inhibitors, celecoxib, cinacalcet,
darifenacin, imatinib, quinidine, ranolazine, ritonavir, sibutramine, terbinafine, obat-obatan
antihipertensi, dan antidepresan.

Kenali Efek Samping dan Bahaya Dextromethorphan

Tiap obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk dextromethorphan. Beberapa efek samping
yang umumnya terjadi saat mengonsumsi obat ini adalah:

Mengantuk.

Pusing.

Mual.

Muntah.

Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami efek samping yang serius,
seperti kesulitan bernapas, ruam, pusing yang parah, kecemasan, gelisah, linglung, atau napas pendek.

Perlu diingat bahwa obat dengan kandungan 100 persen dextromethorphan tidak tersedia dan umumnya
dikombinasikan dengan bahan-bahan lain. Pastikan untuk membaca komposisi bahan yang terdapat
pada tiap obat. Jangan mengonsumsi lebih dari satu obat yang mengandung dextromethorphan pada
waktu yang sama untuk menghindari overdosis.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Dextromethorphan (DMP) diindikasikan untuk meredakan gejala batuk kering karena besifat menekan
batuk (antitusif). DMP merupakan turunan dari kodein, namun tidak memiliki efek penghilang nyeri atau
potensi ketergantungan. Efek DMP hampir sama dengan kodein, namun efek samping DMP lebih sedikit
dan ringan.

DMP dapat memicu reaksi alergi sehingga kontraindikasi relatif DMP adalah orang dengan riwayat alergi
(asma, biduran); DMP pada orang seperti ini boleh digunakan hanya jika sangat diperlukan. DMP
diberikan untuk ibu hamil hanya jika sangat diperlukan dan dengan perhatian khusus pada efek samping.
DMP meningkatkan potensi obat golongan monoamine oxidase inhibitor (seperti selegiline,
isocarboxazid, moclobemide, dan sebagainya) sehingga dianjurkan tidak dipakai bersamaan. Selain itu,
DMP mengandung aspartam sehingga dikontraindikasikan pada penderita fenilketonuria.

Penisilin adalah antibiotik pertama yang ditemukan dan digunakan untuk pengobatan infeksi bakteri.
Sejak ditemukannya penisilin sebagai antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, banyak upaya
telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas Penicillium chrysogenum . Peningkatan strain untuk
meningkatkan produksi penisilin dapat dilakukan dengan mutasi acak fisik dan kimia. Dalam penelitian
ini, iradiasi ultraviolet digunakan untuk mendapatkan mutan P. chrysogenum . Produksi penisilin
ditentukan dengan menggunakan HPLC dan produktivitas mutan P. chrysogenum dibandingkan dengan
tipe liar. M12 Mutan menghasilkan penicillin 1,23 kali lebih tinggi daripada tipe liar.

Penicillin G adalah antibiotik tipe penicillinum spektrum sempit, yang berarti kemampuan membunuh
jenis bakteri yang lebih sedikit dibanding penicillin lainnya. Obat ini diberikan hanya secara perenteral
(intravena atau intramuscular) dikarenakan penyerapan yang buruk jika melalui oral. Penicillin G
merupakan jenis penicillin alami yang bisa dijadikan pilihan pertama atau kedua untuk mengatasi infeksi
bakteri gram positif Bacillus anthracis (penyebab antraks), Corynebacterium diphtheriae (penyebab
difteri), Streptococcus pneumoniae, groups A, B, C and G streptococci, Nonenterococcal group D
streptococci, viridans group streptococci, and non-penicillinase producing staphylococcus. Sedangkan
kemampuannya dalam melawan bakteri gram negatif, cukup terbatas.

Ikhtisar Obat Penicillin G (Benzylpenicillin)

Jenis obat Antibiotik penicillinum

Kategori Obat resep

Kegunaan Mengatasi infeksi akibat bakteri

Konsumen Dewasa dan anak-anak

Kehamilan Kategori B

SediaanInjeksi

Merek Benzylpenicillin

Mekanisme Kerja

Penicillin G bekerja dengan mengikat pada protein spesifik yang dapat mengikat penisilin pada bagian
dalam dinding sel bakteri yang kemudian menghambat tahap cross-linking pada proses pembentukan
peptidoglikan. Dengan mengikat dan menghambat pembentukan transpeptidase pada dinding sel
bakteri sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan dinding sel dan kemudian menyebabkan
kematian bakteri.

Indikasi atau Kegunaan Benzylpenicillin

Beberapa penyakit dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dapat diatasi menggunakan
penicillin G (benzylpenicillin) diantaranya:

Infeksi tenggorokan.

Otitis media.

Endokarditis.
Meningokokus.

Meningitis pneumokokal.

Pneumonia.

Antraks.

Difteri.

Profilaksis pasca amputasi lengan atau kaki.

Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, mereka yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap
antibiotik tipe penisilin tidak boleh menggunakan obat ini.

Dosis Penicillin G dan Cara Penggunaan

Penicillin G tersedia dalam bentuk sediaan dan kekuatan dosis

Injeksi suspensi: 1,2 juta I.U/ mL.

Injeksi I.M: 2,4 juta I.U/ mL.

Selalu gunakan dosis yang dianjurkan oleh dokter Anda. Adapun dosis yang lazim digunakan adalah
sebagai berikut: Dosis penicillin G untuk Infeksi bakteri yang umum

Dosis dewasa: 0,6-3,6 gr/ hari dibagi dalam 4-6 dosis melalui intra muscular atau secara lambat melalui
intra vena. Dosis lebih tinggi diberikan jika infeksinya parah.

Bayi dan anak:

Bayi baru lahir: 50 mg/ kg/ hari dibagi dalam dua dosis.

Umur 1-4 minggu: 75 mg/ kg/ hari dibagi dalam tiga dosis.

> 1 bulan - 12 tahun: 100 mg/ kg/ hari, dibagi dalam beberapa dosis. Maksimum 4 gr per hari.

Dosis penicillin G untuk Endokarditis

Dewasa: 7,2 - 12 gr atau lebih sehari dibagi dalam beberapa dosis.

Dosis penicillin G untuk Profilaksis infeksi streptokokal pada bayi dalam kandungan

Dewasa: 3 gr, kemudian diubah 1,5 gr setiap 4 jam sekali hingga melahirkan.

Dosis penicillin G untuk Meningokokus dan meningitis penumokokal

Dewasa: 2,4 gr 4 jam sekali. Maksimal 18 gr per hari.


Anak-anak:

Bayi baru lahir: 100 mg/ kg sehari dibagi dalam 2 dosis.

1 - 4 minggu: 150 mg/ kg per hari dibagi dalam 3 dosis.

> 1 bulan - 12 tahun: 180 - 300 mg/ kg per hari dibagi dalam 4 - 6 dosis.

Petunjuk Penggunaan:

Selalu ikuti anjuran dokter dalam menggunakan obat ini.

Gunakanlah antara satu dosis dengan dosis lainnya pada jarak jam yang sama, misalkan dua kali sehari
berarti per 12 jam, tiga kali sehari berarti per 8 jam. Oleh sebab itu, untuk memudahkan usahakan untuk
mengonsumsinya pada jam yang sama setiap hari.

Pemberian secara infus umumnya tidak lebih dari 300 mg/ menit.

Efek Samping Penicillin G

Seperti halnya obat lainnya, penicillin G juga memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan,
antara lain sebagai berikut:

Mual

Muntah

Stomatitis

Ruam

Demam

Anemia hemolitik

Leukopenia

Anpilaksis dan pseudomembran kolitis (jarang terjadi namun bisa fatal).

Efek Overdosis Penicillin G Jika terjadi over konsumsi dan menyebabkan muncul gejala sesak nafas,
kejang, pingsan hingga koma. Segera hubungi kegawatdaruratan medis untuk mendapatkan pertolongan
segera.

Peringatan dan Perhatian

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan hal-hal dibawah ini:

Sampaikan pada dokter jika pernah mengalami alergi pada antibiotik jenis penisilin.
Berhati-hatilah menggunakan obat ini pada penderita asma, gangguan fungsi ginjal, diabetes, dan
kejang.

Lakukan pengecekan terhadap fungsi hati, ginjal dan darah untuk menghindari gejala anafilaksis yang
mungkin terjadi.

Mungkin dibutuhkan pengecekan gula darah atau urin sebelum penggunaan obat ini.

Kehamilan dan Menyusui

Apakah obat Penicillin G boleh dikonsumsi oleh ibu hamil dan ibu menyusui?

Penicillin G masuk dalam kategori B untuk ibu hamil menurut FDA. Hal ini berarti studi pada sistem
reproduksi hewan percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi terkontrol
terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Untuk itu, penggunaannya pada ibu hamil sebaiknya jika
sangat dibutuhkan saja.

Penicillin G dapat masuk dalam ASI ibu menyusui. Oleh karena itu penggunaannya harus hati-hati dan
sebaiknya jika sangat dibutuhkan saja.

Interaksi Obat

Potensi interaksi obat terjadi ketika digunakan bersamaan dengan obat lain sehingga dapat mengubah
cara kerja obat. Sebagai akibatnya, risiko efek samping dapat meningkat, obat tidak bekerja, atau bahkan
menimbulkan efek beracun yang membahayakan tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui obat
apa saja yang Anda konsumsi dan beritahukan kepada dokter. Beberapa jenis obat dapat berinteraksi
dengan Penicillin G, diantaranya adalah:

Penggunaan dengan methotrexat dapat meningkatkan efek toksisitasnya.

Penggunaan dengan probenacid dapat meningkatkan konsentrasi plasma darah.

Mengurangi keefektifan antibakteri jenis bakteriostatik


Tolterodine merupakan salah satu jenis obat yang digunakan pada gangguan kandung kemih.
Tolterodine memiliki sifat antimuskarinik yang memiliki fungsi untuk merelaksasi otot kandung kemih
agar seseorang dapat mengontrol otot saat buang air kecil. Obat ini banyak digunakan pada dewasa tua
dengan keluhan sulit mengontrol diri saat buang air kecil, sering kencing, dan harus segera pergi ke
toilet. Kondisi ini sering disebut inkontinensia urin.

Tolterodine merupakan obat antimuskarinik yang diberikan pada penderita ikontinensia urin. Toterodine
lebih dipilih daripada obat selektif muskular lainnya seperti oxybutynin karena tolterodine memiliki area
kerja lebih besar dalam megontrol otot-otot sekitar kandung kemih sehingga tidak membutuhkan dosis
obat lebih besar dalam pemakaian obat.

Inkontinensia urin adalah suatu kelainan medis dimana seseorang sulit mengontrol buang air kecil
sehingga sangat mengganggu kegiatan sehari-hari. Seseorang dengan inkontinensia urin tidak bisa
menahan keluarnya air kencing sehingga harus segera ke toilet. Pada orang lanjut usia, penggunaan
popok dewasa banyak membantu menghindari penderita inkontinensia urin mengompol.

Gejala yang dialami pada inkontinensia urin antara lain:

Sulit menahan buang air kecil

Urin keluar sedikit demi sedikit

Urin keluar saat batuk, mengangkat beban, atau bersin. Kondisi ini disebut inkontinensia stres

Urin keluar saat perubahan posisi tubuh tanpa disadari. Kondisi ini disebut inkontinensia dorongan

Urin keluar karena penumpuk air kencing yang sedikit demi sedikit dapat keluar tanpa sadar

Farmakologi Tolterodine

Tolterodine memiliki agen muskarinik pada kontraksi kandung kemih karena otot pda organ tersebut
dirangsang oleh reseptor kolinergik muskarinik. Tolterodine memiliki spesifisitas tinggi dalam
memberikan respon reseptor muskarinik sehingga dapat secara langsung memberikan kontraksi
menyeluruh pada otot-otot kandung kemih dalam menahan air kencing keluar dan mengosongkan
kandung kemih.
Tolterodine dan 5-hidroksimetiltolterodine bekerja sebagai resptor muskarinik antagonis. Tolterodine
yang masuk ke tubuh dimetabolisme di dalam liver sehingga dapat membtnuk derivatif 5-hidroksimetil,
sebagai sumber utama dalam peran aktivitas antimuskarinik.

Efek samping Tolterodine

Obat tolterodine memberikan efek samping bagi penderita inkontinensia urin. Efek smping yang muncul
dapat bersifat ringan hinga berat. Efek samping ringan yang dapat timbul antara lain:

Nyeri kepala

Mata kering

Mulut kering

Sulit tidur

Mual muntah

Pembengkakan di wajah dan bibir

Nyeri sendi

Konstipasi

Retensi urin

Alergi

Efek samping sedang hingga berat pada pemakaian obat tolterodine antara lain:

Halusinasi

Detak jantung semakin cepat

Nyeri dada

Obat tolterodine tidak boleh dberikan pada beberapa kondisi antara lain:

Memiliki kelainan organ liver

Memiliki riwayat penyakit jantung seperti Long QT syndrome

Memiliki riwayat glaukoma


Adanya gangguan lambung dan usus

Miastenia gravis

Kelainan ginjal berat

Dalam kondisi hamil atau menyusui ( tolterodine merupakan obat kategori C)

Retensi urin

Interaksi obat Tolterodine

Obat tolterodine memiliki interaksi apabila diberikan bersamaan dengan obat lain seperi:

Obat-obatan herbal seperti jamu-jamuan atau TCM ( Traditional Chinese Medicine)

Obat imunosupresan seprti cyclosporin

Obat methadon

Beberapa jenis obat antibiotik seperti erythromycin, azithromycin, dan clarithromycin

Obat psikotik seperti haloperidol dan chlorpromazine

Obat penyakit jantung seperti amiodarone dan procainamide

Dosis dan cara pemberian obat Tolterodine

Obat tolterodine tersedia dalam bentuk oral atau minum dengan dosis 1 miligram, 2 miligram dan 4
miligram. Pemberian dimulai dari 2 miligram dosis awal dan dikonsumsi sebanyak dua kali sehari. Obat
tolterodine diberikan setelah makan dan usahakan untuk minum air secukupnya.

Obat tolterodine tidak boleh dikombinasikan pemberiannya dengan obat lain. Beri rentang waktu
sebelum mengonsumsi obat lainnya guna mencegah penurunan efek obat dan mencegah efek samping
yang lebih besar.

DESKRIPSI

Tolterodine L-tartrate.

INDIKASI

Terapi untuk kandung kemih yang bekerja sangat aktif dengan gejala yang terjadi pada saluran kemih
atau inkontinensia.

KEMASAN
Tablet Salut Selaput 2 mg x 2 x 14's

DOSIS

2 kali sehari 2 mg. Pasien dengan gangguan fungsi liver : 2 kali sehari 1 mg.

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak

Fungsi & Penggunaan

Tolterodine adalah obat untuk mengobati kandung kemih yang terlalu aktif. Obat ini bekerja dengan
merelaksasi otot-otot di kandung kemih, tolterodin meningkatkan kemampuan Anda untuk mengontrol
buang air kecil Anda. Obat ini membantu untuk mengurangi kebocoran urin, perasaan perlu untuk buang
air kecil segera, dan sering pergi ke toilet. Obat ini termasuk dalam kelas obat yang dikenal sebagai
antispasmodik.

Cara menyimpan Tolterodine

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki
aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.

Hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan obat Tolterodine

Dalam memutuskan untuk menggunakan obat ini, risiko penggunaan obat harus dipertimbangkan
terhadap manfaatnya. Hal ini adalah keputusan Anda dan dokter Anda. Untuk obat ini, berikut yang
harus dipertimbangkan:

Alergi

Beri tahu dokter jika Anda pernah memiliki reaksi yang tidak biasa atau alergi terhadap obat ini atau
obat-obatan lainnya. Selain itu beri tahu ahli kesehatan Anda, jika Anda memiliki jenis alergi lain, seperti
terhadap makanan, pewarna, pengawet, atau hewan. Untuk produk non-resep, bacalah daftar bahan
penyususn obat pada label atau kemasan dengan hati-hati.

Anak-anak

Studi yang tepat dilakukan untuk saat ini belum menunjukkan bahwa tolterodin berguna pada anak-
anak.
Orang tua

Studi yang tepat dilakukan sampai saat ini belum menunjukkan masalah khusus pada orang tua yang
akan membatasi kegunaan tolterodin pada orang tua. Namun, pasien lanjut usia lebih mungkin untuk
mengalami masalah ginjal atau hati yang berkaitan dengan usia yang mungkin memerlukan penyesuaian
dosis tolterodin.

Tamoxifen adalah nonsteroid triphenylethyl yang termasuk ke dalam selective estrogen reseptor
modulators (SERMs) yang digunakan sebagai terapi pengganti hormon. Tamoxifen pertama kali dibuat
pada tahun 1966 dan digunakan sebagai oral kontrasepsi, tetapi setelah penelitian selama hampir tiga
dekade, diketahui bahwa tamoxifen dapat digunakan sebagai obat anti kanker mammae pada wanita
manopause. Menurut Lindberg et al., (2002), terapi pengganti hormon dapat mengurangi risiko penyakit
kardiovaskular, obesitas, rheumatoid arthritis, osteoporosis dan penyakit neuro-degeneratif serta dapat
mengembalikan kepadatan trabekula tulang setelah perlakuan ovariektomi. Efek negatif dari tamoxifen
antara lain menyebabkan kanker endometrium.

Tamoxifen yang digunakan sebagai terapi pengganti hormon estrogen yang digunakan untuk mencegah
osteoporosis, tetapi penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker endometrium dan
menginduksi akumulasi lipid di dalam hati dan meningkatkan sintesis asam lemak. Wanita yang
mengkonsumsi tamoxifen mempunyai hati yang lebih berat dan adanya jaringan adiposa pada sebagian
besar hati (Nguyen et al., 2001), disamping itu tamoxifen juga menyebabkan hepatic carcinoma. Vitamin
D (Alfacalcidol) juga dapat digunakan sebagai terapi osteoporosis, tetapi juga berfungsi sebagai anti
kanker, diharapkan dengan ditambahkan alfacalcidol atau vitamin D bersamaan dengan tamoxifen akan
mengurangi efek negatif dari tamoxifen. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan
mengetahui lebih jauh pengaruh tamoxifen dan alfacalcidol terhadap berat badan dan hati tikus
ovariektomi.

Tamoxifen adalah salah satu obat yang digunakan untuk menangani kanker payudara, serta menurunkan
risiko kanker payudara pada wanita risiko tinggi. Obat ini bekerja dengan menghambat efek yang
ditimbulkan dari estrogen. Estrogen itu sendiri merupakan hormon alami pada wanita yang dapat
memicu terbentuknya kanker payudara bila jumlahnya tidak seimbang.

Merek dagang: Tamofen, Tamoxifen Ebewe

Tentang Tamoxifen

Golongan Terapi hormonal

Kategori Obat resep

Bentuk obat Tablet salut selaput

Peringatan:

Hindari penggunaan tamoxifen dengan warfarin.

Hati-hati bagi penderita atau yang memiliki riwayat leukopenia, trombositopenia, gangguan menstruasi,
dan hiperlipidemia.

Penggunaan obat ini dapat meningkatkan risiko kanker lain, seperti kanker hati dan kanker
endometrium.

Dosis Tamoxifen

Untuk pengobatan kanker payudara metastasis pada wanita dan laki-laki:

20-40 mg diminum dan untuk dosis lebih besar dari 20 mg harus diberikan dalam dosis terbagi (pagi dan
sore).

Untuk pengobatan wanita dengan Ductal Carcinoma in Situ, setelah operasi payudara dan radiasi:

20 mg diminum setiap hari selama 5 tahun.

Untuk mengurangi kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi terkena kanker payudara:

20 mg diminum setiap hari selama 5 tahun.

Dosis Dewasa biasa untuk Kanker Payudara Adjuvant:

Untuk pengobatan kanker payudara node positif pada wanita pascamenopause berikut mastektomi total
atau mastektomi segmental, diseksi aksila, dan iradiasi payudara:

10 mg oral 2 sampai 3 kali sehari selama 5 tahun.


Dosis Tamoxifen Dewasa biasa untuk Kanker Payudara paliatif:

10 sampai 20 mg diminum dua kali sehari

Respon yang menguntungkan mungkin belum tampak jelas selama beberapa bulan setelah memulai
terapi.

Dosis Pediatrik biasa untuk McCune-Albright Syndrome:

Untuk penggunaan pada anak perempuan usia 2 sampai 10 tahun dengan McCune-Albright Syndrome
dan pubertas prekoks: 20 mg sekali sehari. Lamanya pengobatan hingga 12 bulan.

Dosis Pediatrik biasa untuk Pubertas Dini:

Untuk penggunaan pada anak perempuan usia 2 sampai 10 tahun dengan McCune-Albright Syndrome
dan pubertas dini: 20 mg sekali sehari. Lamanya pengobatan hingga 12 bulan.

Dalam dosis apakah Tamoxifen tersedia?

Larutan, diminum: 10 mg / 5 mL (150 mL)

Tablet: 10 mg; 20 mg

Efek samping yang dapat timbul setelah mengonsumsi tamoxifen meliputi:

Rasa nyeri pada tumor atau tulang meningkat.

Perubahan suasana hati.

Tubuh terasa lelah.

Mual.

Sakit kepala.

Muncul rasa seperti terbakar.

Sembelit.

Kulit kering.

Rambut rontok.

Cara penggunaan Tamoxifen


Obat ini dapat digunakan sebelum atau sesudah makan, biasanya sekali atau dua kali sehari selama 5
tahun, atau seperti yang diarahkan oleh dokter Anda. Dosis harian yang lebih besar dari 20 miligram
biasanya dibagi dua dan diminum dua kali sehari, pagi dan sore hari, atau seperti yang diarahkan oleh
dokter Anda. Jika Anda menggunakan larutan, ukurlah dosis dengan hati-hati menggunakan alat
pengukur atau sendok takar. Jangan gunakan sendok dapur karena Anda mungkin tidak akan
memperoleh dosis yang benar.

Cara penyimpanan Tamoxifen

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki
aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk Anda.

Apa yang harus saya lakukan bila melewatkan satu dosis?

Apabila Anda melupakan satu dosis obat ini, minum sesegera mungkin. Namun bila sudah mendekati
waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan
menggandakan dosis.

Sebelum menggunakan Tamoxifen

Perhatikan dan pertimbangkan risiko penggunaan obat sebelum digunakan. Keputusan dibuat
berdasarkan kesepakatan antara Anda dan dokter Anda. Untuk obat ini, berikut yang harus
dipertimbangkan :

Alergi

Beri tahu dokter jika Anda mengalami reaksi tak biasa atau alergi pada obat ini atau obat lain. Beri tahu
dokter juga jika Anda memiliki alergi tipe lain seperti pada makanan, pewarna, pengawet, atau alergi
hewan. Untuk produk tanpa resep, baca label pada kemasan secara saksama.

Lansia

Banyak obat yang belum diteliti secara khusus pada orang tua. Oleh karena itu, mungkin tidak diketahui
apakah mereka bekerja dengan cara yang sama seperti pada orang muda. Meskipun tidak ada informasi
spesifik mengenai perbandingan penggunaan tamoxifen pada orang tua dengan penggunaan dalam
kelompok usia lainnya, obat ini diharapkan tidak menyebabkan efek samping yang berbeda pada orang
tua dan orang muda.
Tamoxifen aman untuk ibu hamil dan menyusui

Tidak ada penelitian yang memadai mengenai risiko penggunaan obat ini pada ibu hamil atau menyusui.
Selalu konsultasikan kepada dokter Anda untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum
menggunakan obat ini. Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori C menurut US Food and
Drugs Administration (FDA).

Berikut referensi kategori risiko kehamilan menurut FDA :

A= Tidak berisiko,

B=Tidak berisiko pada beberapa penelitian,

C=Mungkin berisiko,

D=Ada bukti positif dari risiko,

X=Kontraindikasi,

N=Tidak diketahui

Keadaan gawat darurat atau overdosis

Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (112) atau
segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat.

Gejala overdosis antara lain:

Tubuh gemetaran

Tubuh terasa bergoyang

Pusing
4. STREPTOMYCIN

Definisi

Streptomisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida, antibiotik ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein (Pratiwi, 2008). Streptomisin memiliki peran yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif (Salmonella thypi) (Nattadiputra, 2009).
Antibiotik amoksisilin adalah antibiotik golongan penisilin (Pratiwi, 2008). Antibiotik ini bekerja dengan
cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel bakteri
(Depkes, 2007). Obat ini sangat efektif terhadap bakteri Gram negatif (Chaidir, 2009).

Streptomycin adalah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi
akibat bakteri tertentu. Streptomycin adalah aminoglycoside yang bekerja dengan membunuh bakteri
sensitif yang menghentikan produksi protein penting yang dibutuhkan oleh bakteri untuk bertahan
hidup.

Spektrum Aktivitas
Streptomisin merupakan aminoglikosida yang aktif terhadap mycobacteria yang sedang membelah aktif
dan pesat. Mekanisme kerja antibiotika ini ialah dengan menghambat sintesa protein bakteri dengan
pengikatan pada RNA ribosomal (Mycek 2001). Senyawa ini efektif terhadap banyak kuman gram negatif
dan gram positif, termasuk Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Streptomisin khusus
aktif terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat. Pada bakteri S.aureus,
sensitivitas streptomisin tergolong intermediet masih efektif untuk digunakan sebagai antibiotika
spektrum luas dalam pengobatan infeksi S. aureus. Akan tetapi, pengobatan tersebut harus diperhatikan
dosisnya. (Atlas 2000).

Peringatan

Streptomisin merupakan jenis obat yang penggunaannya memerlukan resep dari dokter. Oleh karena itu,
terdapat beberapa peringatan ketika menggunakan obat ini, antara lain :

Hindari penggunaan streptomycin jika tengah menerima vaksin atau memiliki riwayat alergi obat
terhadap obat aminoglikosida lain.

Hindari menggunakan streptomycin setelah diberikan obat bius atau obat pelemas otot (misalnya
baclofen), karena dapat meningkatkan risiko gangguan saraf, otot, dan sistem pernapasan.

Penggunaan streptomycin dapat menimbulkan efek nefrotoksik dan neurotoksik. Efek neurotoksik dan
nefrotoksik adalah efek yang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal dan sistem saraf.

Hati-hati jika Anda menderita atau memiliki riwayat vertigo, myasthenia gravis, dan gangguan ginjal.

Beri tahu dokter jika tengah menerima obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herba.

Segera temui dokter apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis.

Jika Anda hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui

Jika Anda menggunakan obat resep atau nonresep, produk herbal, atau suplemen nutrisi

Jika Anda memiliki alergi terhadap obat, makanan, atau zat lainnya.

Dosis

Pemberian dosis streptomycin disesuaikan dengan kondisi dan umur pasien.

1. Tuberkulosis

Dewasa 15 mg/kgBB per hari. Tidak lebih dari 1 g per hari.

Anak-anak 20-40 mg/kgBB per hari. Tidak lebih dari 1 g per hari.
2. Tularemia

Dewasa 1-2 g per hari, yang dapat dibagi menjadi beberapa kali pemberian, selama 7-10 hari.

Anak-anak 15 mg/kgBB, dua kali sehari selama 10-14 hari.

3. Pes

Dewasa 15 mg/kgBB, dua kali sehari, selama 10 hari.

Anak-anak 15 mg/kgBB, dua kali sehari, selama 10 hari.

4. Endokarditis bakteri

Dewasa 1 g, dua kali sehari, selama 7-14 hari.

5. Brucellosis, meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih

Dewasa 1-2 g per hari, dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.

Anak-anak 20-40 mg/kgBB per hari, yang dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.

Pengguaan

Sebelum menggunakan streptomycin, sangat dianjurkan untuk selalu membaca informasi yang tertera
pada kemasan obat dan konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko dari penggunaan
streptomycin. Jika memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker terlebih dahulu.
Streptomycin tersedia dalam bentuk suntik, dan diberikan melalui otot (intramuskular). Pemberian
streptomycin dilakukan oleh tenaga medis.. Jika menggunakan streptomycin di rumah, ikuti prosedur
secara teliti sesuai yang diajarkan oleh ahli kesehatan. Pada orang dewasa, bagian yang disarankan untuk
disuntik adalah bagian kanan atas dekat bokong atau bagian tengah pada paha. Pada anak-anak, bagian
yang disarankan untuk disuntik adalah bagian tengah paha. Bagian tubuh yang disuntik harus berubah-
ubah. Apabila streptomycin mengandung partikel atau terjadi perubahan warna, atau bila vial pecah atau
rusak, jangan gunakan.

Minum lebih banyak cairan selama menggunakan streptomycin. Simpan produk ini, termasuk jarum
suntik, dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Jangan gunakan ulang jarum suntik, atau bahan
lainnya. Buang segera setelah digunakan. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk menjelaskan
regulasi lokal untuk pembuangan produk yang benar. Jika gejala tidak kunjung membaik, muncul reaksi
alergi, atau mengalami overdosis, segera temui dokter.

Interaksi Obat

Beberapa interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan streptomycin bersama dengan obat lain adalah:
Risiko munculnya efek nefrotoksik dan neurotoksik meningkat, jika digunakan dengan neomycin,
kanamycin, gentamicin, paromomycin, polymyxin B, colistin, tobramycin, atau ciclosporin.

Resiko efek ototoksik (gangguan pendengaran) dan nefrotoksik meningkat, jika digunakan dengan
manitol atau furosemide.

Meningkatkan efek samping obat pelemas otot.

Meningkatkan risiko gangguan fungsi ginjal, jika digunakan dengan sefalosporin.

Memperlama kadar streptomycin dalam darah jika digunakan dengan obat anti inflamasi nonsteroid,
seperti aspirin dan ibuprofen.

Streptomycin akan meningkatkan resiko kerusakan saraf dan ginjal jika pasien juga menggunakan
neomycin, kanamycin, gentamicin, cefaloridine, paronomycin, viomycin, polymyxin B, colistin,
tobramycin, dan ciclosporin.

Streptomycin akan meningkatkan resiko gangguan pendengaran dan ginjal jika digunakan dengan asam
etakrinik, manitol, dan furosemid.

Jangan menggunakan streptomycin dengan neuromuskular bloker karena akan meningkatkan respon
depresan.

Meningkatkan resiko gangguan ginjal jika dikonsumsi dengan sefalosoprin.

Menurunkan eksresi (keluarnya obat dari dalam tubuh) jika dikonsumsi bersamaan dengan NSAID.

Obat Lain

Beritahukan tenaga medis jika sedang mengonsumsi obat berikut :

Fludarabine, indomethacin, atau polypeptide antibiotik (misal, polymyxin B) karena efek samping
streptomycin dapat meningkat

Cyclosporine, methoxyflurane, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (misal, ibuprofen),


nitrosoureas (misal, streptozocin), parental cephalosporins (contoh, cephalexin), atau parenteral
vancomycin karena toksisitas pada ginjal dapat terjadi

Loop diuretics (contoh, furosemide) karena kerusakan parah pada saraf kranial kedelapan, menyebabkan
dapat terjadinya kehilangan pendengaran permanen,

Nondepolarizing muscle relaxants (misal, pancuronium), polypeptide antibiotik (contoh, polymyxin B),
atau succinylcholine karena efek samping dari obat ini dapat bertambah.
Efek Samping

Efek samping yang berisiko terjadi setelah menggunakan streptomycin, antara lain :

Gangguan fungsi ginjal

Gangguan saraf

Gangguan pendengaran

Sakit kepala

Hipotensi

Mengantuk

Ruam

Mual dan muntah

Anemia

Badan terasa lemas

Feses berwarna gelap

Merasa terbakar, gatal, mati rasa, tertusuk, kesemutan

Nyeri dada

Menggigil

Kikuk

Batuk

Pusing atau pening

Merasa sekeliling Anda terus bergerak

Demam

Gatal-gatal, bengkak pada wajah, kelopak mata, bibir, lidah, tenggorokan, tangan, kaki, telapak kaki, atau
organ kelamin

Sakit atau sulit buang air kecil

Merasa berputar

Napas pendek
Tenggorokan sakit

Lambung luka, atau terdapat bintik putih pada bibir atau mulut

Pembengkakan kelenjar

Tidak seimbang

Perdarahan atau memar yang tidak biasa

Rasa lelah atau lemas yang tidak biasa

Muntah-muntah

Cara Penyimpanan

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan dan jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembab. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki
aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk tersebut.

Kondisi Kesehatan yang Dapat Berinteraksi

Adanya beberapa masalah kesehatan lain di tubuh dapat mempengaruhi penggunaan obat ini.
Beritahukan dokter bila terdapat masalah kesehatan lain, terutama:

Diare, kerusakan saraf kranial kedelapan, infeksi lambung atau usus, atau gagal ginjal.

Dehidrasi (diare, mual atau muntah menyebabkan elektrolit tidak seimbang).

Otot lemas atau penyakit Parkinson.

Overdosis

Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (112) atau
segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Apabila melupakan satu dosis obat ini, minum
sesegera mungkin. Namun bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan
dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan menggandakan dosis.
13. GENTAMISIN SULFAT

Definisi

Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida. Aminoglikosida adalah sekelompok obat-


obatan bakterisid yang berasal dari berbagai spesies Streptomyces dan mempunyai sifat kimiawi,
antimikroba, farmakologi dan efek toksik yang sama. Selain gentamisin, yang termasuk golongan
aminoglikosida adalah streptomisin, kanamisin, neomisin, amikasin, tobramisin, sisomisin, netilmisin,
dll . Namun saat ini yang paling sering digunakan seperti gentamisin, tobramisin dan amikasin (Katzung
dkk, 2009).

Aminoglikosida adalah salah satu antibiotik pilihan untuk menangani infeksi serius. Penggunaan
antibiotik ini diindikasikan karena mempunyai spektrum luas terutama terhadap infeksi kuman aerob
gram negatif, dan berefek sinergis terhadap gram positif bila dikombinasikan dengan antibiotik lain
(misalnya β-laktam) (Rose, 2005).

Spektrum Aktivitas

Antibiotik ini mempunyai spektrum yang luas terhadap kuman aerob dan fakultatif basil gram negatif.
Aktifitasnya terutama terhadap Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan Klebsiella sp, Morganella sp,
Citrobacter sp, Serratia sp dan Enterobacter sp, Pseudomonas sp, Acinetobacter sp dan Haemophilus
influenza (Leibovici dkk, 2009).

Mekanisme Kerja

Aktifitas gentamisin adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom (partikel partikel kecil dalam protoplasma sel yang kaya akan RNA, tempat
terjadinya sintesa protein) di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosentasa
protein dikacaukan. Untuk menembus dinding bakteri mencapai ribosom, aminoglikosida yang
bermuatan kation positif akan berikatan secara pasif dengan membran luar dinding kuman gram negatif
yang mengandung muatan negatif (Radigan dkk, 2009).

Terjadinya reaksi kation antibiotik akibat adanya potensial listrik transmembran sehingga menimbulkan
celah atau lubang pada membran luar dinding kuman selain mengakibatkan kebocoran dan keluarnya
kandungan intraseluler kuman memungkinkan penetrasi antibiotik semakin dalam hingga menembus
membran sitoplasma, proses ini merupakan efek bakterisid aminoglikosida (Radigan dkk, 2009).
Farmakodinamik/Farmakokinetik

Semua golongan aminoglikosida mempunyai sifat farmakokinetik yang hampir sama. 1530 menit paska
pemberian intravena mengalami distribusi ke ruang ekstraseluler dan konsentrasi puncak dalam plasma
dialami setelah 30-60 menit paska pemberian. Waktu paruh aminoglikosida rerata antara 1.5 hingga 3.5
jam pada fungsi ginjal yang normal, waktu paruh ini akan memendek pada keadaan demam dan akan
memanjang pada penurunan fungsi ginjal (Radigan dkk, 2009).

Ikatan aminoglikosida dan protein sangat lemah (protein binding < 10%) dan eliminasi obat ini terutama
melalui filtrasi glomerulus. Lebih 90% dari dosis aminoglikosida yang diberikan secara intravena akan
terdeteksi pada urin dalam bentuk utuh pada 24 jam pertama, sebagian kecil secara perlahan akan
mengalami resiklus kedalam lumen tubulus proksimalis, akumulasi dari resiklus ini yang akan
mengakibatkan toksik ginjal. Volume distribusi aminoglikosida adalah 0.2-0.3 L/k. Volume ini setara
dengan cairan ekstraseluler sehingga akan mudah tercapai konsentrasi terapeutik dalam darah, tulang,
cairan sinovial, peritonium, mempunyai konsentrasi distribusi pada paru dan otak (Radigan dkk, 2009).

Efek Samping

Efek samping aminoglikosida yang tersering adalah nefrotoksik. Risiko kejadian nefrotoksik yang perlu
diketahui oleh para klinisi sebelum memberikan aminoglikosida yaitu : usia tua, komorbid penyakit ginjal
dan gangguan hati, penggunaan aminoglikosida multidosis selama lebih dari 3 hari, menggunakan obat
bersifat nefrotoksik secara bersamaan seperti vankomisin, manitol, amfoterisin B dan radiokontras untuk
diagnostik atau penderita rawat Intensive Care Unite dengan hipotensi akibat hipovolemik mempunyai
risiko tinggi untuk terjadi nefrotoksik. Nekrosis tubulus renal yang mendasari nefrotoksik, umumnya
bersifat ringan dan revesibel. Recovery akan terjadi secara spontan beberapa hari setelah penghentian
obat, selama tidak didapatkan hipotensi berkepanjangan, dan tidak menggunakan obat nefrotoksik yang
lain secara bersamaan dan terjadi nekrosis kortek renal akibat penyakit yang lain (Leibovici dkk, 2009).

Efek toksik yang lain adalah kerusakan koklea dan vestibular sehingga mengakibatkan tuli bilateral yang
bersifat permanen. Efek samping ini umumnya baru terdeteksi setelah pemberian aminoglikosida selesai
diberikan. Faktor faktor risiko terjadinya efek samping ini sama halnya dengan faktor risiko pada
nefrotoksik. Salah satu efek samping aminoglikosida yang lebih jarang terjadi tetapi mengancam jiwa
(lifethreatening) yaitu kelumpuhan otot (neuromuscular blockade), manifestasi klinis ditandai dengan
kelemahan otot, penekanan sistem pernapasan dan paralisis flaccid. Faktor risiko akan komplikasi ini
adalah penderita miastenia gravis, hipomagnesemia, hipokalsemia berat dan penggunaan obat
pelumpuh otot secara bersamaan (Leibovici dkk, 2009). Efek samping yang lain yaitu hepatotoksik
terutama disebabkan oleh gentamisin, karena gentamisin merupakan zat xenobiotik yang merusak
hepatosit. Organ kedua yang dirusak setelah hepar adalah paru- paru. Gentamisin juga diduga dapat
merusak alveolus paru-paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan pleura dapat mencapai
keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian secara berulang (Istiantoro, 2007).

Penggunaan dalam Klinik


Pemberian antibiotik harus diberikan sedini mungkin terutama pada kasus infeksi yang berat. Surviving
Sepsis Campaigne 2008 menganjurkan secara empiris menggunakan antibiotik berspektrum luas untuk
menangani sepsis berat atau syok septik dan merekomendasikan kombinasi antibiotik yang sinergik
selama 3 sampai 5 hari pertama untuk penanganan infeksi akibat Pseudomonas sp atau infeksi
netropenia. Walaupun pendapat ini masih kontroversial tetapi beberapa klinisi berpendapat bahwa
untuk menghadapi sepsis berat yang kemungkinan disebabkan oleh kuman multidrug-resistant pathogen
maka penggunaan secara empiris kombinasi antibiotik sinergis merupakan pilihan yang tepat (Leibovici
dkk, 2009).

Pemilihan aminoglikosida sebagai salah satu unsur dalam kombinasi antibiotik terutama bila
dikombinasikan dengan β-laktam merupakan pilihan yang rasional karena mempunyai efek sinergik
antara kedua kelompok antibiotik tersebut. Kombinasi aminoglikosida dan β-laktam telah banyak
digunakan pada senter yang maju sebagai inisial empirik antibiotik terutama di tempat dimana
prevalensi multidrug-resistant pathogen khususnya Pseudomonas sp yang sangat tinggi (Leibovici dkk,
2009).

Dosis Gentamicin

Dosis gentamicin yang diberikan tergantung pada jenis infeksi, tingkat keparahannya, serta riwayat
kesehatan pasien. Berikut adalah takaran umum dosis gentamicin bagi pasien dewasa tanpa gangguan
ginjal: Bentuk: Obat tetes mata

Dosis untuk Infeksi mata ringan : Gunakan 1-2 tetes obat tetes mata 0,3% maksimal 6 kali sehari.

Dosis Infeksi mata parah : Gunakan 1-2 tetes obat tetes mata 0,3% tiap 15 menit atau pakailah obat oles
mata 0,3% 2-3 kali sehari.

Dosis untuk Otitis eksterna: Gunakan 2-3 tetes obat tetes telinga 0,3%, 3-4 kali sehari sebelum tidur.

Bentuk: Obat suntik atau infus

Dosis Infeksi parah : 3-5 mg/kg berat badan selama 7-10 hari.

Dosis Infeksi saluran kemih: 160 mg; 1 kali sehari.

Bentuk: Obat oles

Dosis Infeksi kulit : Obat oles 0,1% sebanyak 3-4 kali sehari.

Indikasi Dan Kontraindikasi Gentamisin

Indikasi

Kegunaan gentamisin tetes mata adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :


Alergi akut dan kronis yang disertai radang (inflamasi).

Infeksi eksternal pada bola mata dan adneksanya yang disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap
gentamicin sulfate.

Peradangan mata yg responsif terhadap pengobatan dengan kortikosteroid.

Kontraindikasi

jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada betamethasone dan obat
golongan kortikosteroid lainnya.

Jangan memberikan obat ini untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap
gentamicin atau antibiotika golongan aminoglikosida lainnya.

Kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam aktif okular herpes simpleks.

Jangan digunakan untuk penderita infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, infeksi TB atau
infeksi purulen pada mata.

Jangan digunakan untuk penderita glaukoma atau keratitis herpes.

Jangan digunakan bersama lensa kontak.

Hindarkan juga pemakaian antibiotik ini untuk bayi prematur ataupun bayi baru lahir.

14. AMOKSISILIN OBAT INTERNAL UNTUK INFEKSI PADA TELINGA

Pengertian Amoksisilin

Amoksisilin memiliki nama lain D(-)-a-amino-p hydroxybenzylpenicillin, amoksisilin atau amoksisiline.


Rumus kimia amoksisilin adalah (2S,5R, 6R)-6[[(2R)-2-Amino-2-(4hydroxyphenyl)acetyl]amino]-3,3-
dimetyl-7oxo-4-thia-1-aza bicyclo. heptane-2-carboxylic acid (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,
2014; Moffat et al., 2004). Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas yang sering diresepkan pada
anak untuk pengobatan pneumonia dan penyakit lain, termasuk infeksi bakteri pada telinga, sinus,
tenggorokan, saluran kemih, kulit, abdomen dan darah. Amoksisilin diformulasikan dalam kapsul
konvesional, tablet, bubuk untuk suspensi oral, dan tablet dispersibel (UNICEF, 2013).

Amoksisilin Generik Berlogo

Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menteri
Kesehatan RI, 2010). Obat generik memiliki kesamaan daftar nama referensi obat dengan berhubungan
pada kondisi penggunaan, bahan aktif, rute administrasi, bentuk dosis, kekuatan, keselamatan,
karakteristik performa dan labeling (Rohilla et al., 2011).

Obat generik harus sama tujuan penggunaan dengan produk pelopor yang menyediakan prototipe.
Terkadang obat generik memiliki warna, rasa, dan bahan aktif berbeda dan juga tidak terlihat sama satu
merek dengan yang lainnya karena merek dagang. Obat generik juga telah melalui ulasan ilmiah yang
ketat untuk memastikan keamanandan kemanjuran, tetapi ada banyak kesalahpahaman tentang kualitas,
efektivitas, durasi tindakan, dan khasiat mengenai produk obat generik (Rohilla et al., 2011).

Amoksisilin Generik Bermerek

Obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan
nama milik produsen obat yang bersangkutan (Menteri Kesehatan RI, 2010). Obat generik bermerek
adalah produk inovator/pelopor yang mengalami dan melewati tes teliti dan terlibat evaluasi dalam
pengembangan produk obat.

Obat generik bermerek/inovator lebih mahal dibanding obat generik (Rohilla et al., 2011). Obat generik
bermerek dasarnya produk obat generik dan dipasarkan oleh perusahaan farmasi dibawah nama merek
yang popular dan terkenal dalam perdagangan (Rohilla et al., 2011). Contoh nama dagang amoksisilin
antara lain amolin, amopenixin, amoxa, amoxycillin, amoxypen, sumox, piramox, amoxil, amoxican
(Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014).

Farmakokinetik Amoksisilin

Absorpsi dari amoksisilin tidak terganggu oleh makanan. Amoksisilin berikatan dengan protein dalam
plasma sekitar 20% dan diekskresi dalam bentuk aktif didalam urin (Brunton et al., 2008;Harvey et al.,
2009). Amoksisilin memiliki kegunaan klinik yang luas tidak hanya karena sebagai antibakteri spektrum
luas tetapi juga karena bioavailability yang tinggi (70-90%) dengan kadar puncak pada plasma terjadi
dengan waktu 12 jam dan dosisnya tergantung, umumnya 1,53 kali lebih besar dibanding ampisillin
setelah dosis oral.

Amoksisilin terdistribusi pada banyak jaringan termasuk hati, paru, prostat, otot, empedu, asites, cairan
pleura dan sinovial dan cairan okular, terakumulasi dalam cairan amnion dan melewati plasenta tapi
buruk melewati sistem saraf pusat (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin memiliki oral availability 93%. Amoksisilin berikatan dengan protein didalam plasma 18%.
Amoksisilin diekskresikan pada urine sekitar 86% dan pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoksisilin
memiliki volume distribusi 19 L/70kg dan waktu paruh 1,7 jam (Katzung, 2006). Amoksisilin dapat
melewati plasenta, sedikit diekskresikan pada air susu ibu (ASI) dan sedikit melewati cerebrospinal fluid
(CSF) (Adesanoye et al., 2014). Amoksisilin generik memiliki waktu paruh absorbsi 2,25 jam, laju absorbsi
(Ka) 0,308/jam, waktu paruh eliminasi 3,25 jam, laju eliminasi (K) 0,185/jam, intersep 580 mg/jam,
bioavailabilitas per oral 93%, dan laju ekskresi 0,498/jam. Amoksisilin generik bermerek memiliki waktu
paruh absorbs 1,75 jam, laju absorbsi (Ka) 0,396/jam, waktu paruh eliminasi 5 jam, laju eliminasi (K)
0,139/jam, intersep 320 mg/jam, bioavalabilitas amoksisilin per oral 93% dan laju ekskresi amoksisilin
0,477/jam. Perbedaan dalam farmokinetik antara obat generik dan generik bermerek dapat
mempengaruhi efikasi dan keamanan pada resipien obat (Wahyudin et al., 2010).

Hasil penelitian menunjukan dua amoksisilin generik memiliki area under curve 50,2 dan 51,9 hmg/l,
konsentrasi plasma maksimal 14,1 dan 15,7 mg/l dan waktu untuk konsentrasi maksimal 2,08 dan 1,96
jam. Sedangkan amoksisilin generik bermerek memiliki area under curve 54,9 hmg/l, konsentrasi plasma
maksimal 16,1 mg/l dan waktu untuk konsentrasi maksimal 2,04 jam (Tacca et al., 2009).

Farmakodinamik

Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme melalui Penghambatan biosintesis
dinding sel mukopeptida selama tahap penggandaan bakteri (Imoisili, 2008). Amoksisilin lebih efektif
melawan mikroorganisme gram positif dibanding gram negatif, dan mendemonstrasikan efikasi lebih baik
dibanding penisillin, penisillin V dan dibanding antibiotik lain dalam pengobatan penyakit atau infeksi
yang beragam (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin bekerja dengan mengikat pada ikatan penisilin protein 1A (PBP-1A) yang berlokasi didalam
dinding sel bakteri. Penisillin (amoksisilin) mengasilasi penisilin-mensensitifkan transpeptidase C-
terminal domain dengan membuka cincin laktam menyebabkan inaktivasi enzim, dan mencegah
pembentukan hubungan silang dari dua untai peptidoglikan linier, menghambat fase tiga dan terakhir
dari sintesis dinding sel bakteri, yang berguna untuk divisi sel dan bentuk sel dan proses esensial lain dan
lebih mematikan dari penisillin untuk bakteri yang melibatkan mekanisme keduanya litik dan non litik
(Kaur et al., 2011).

EFEK SAMPING AMOKSISILIN

Amoksisilin menunjukan efek samping sebagai reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, demam nyeri
sendi, diare, syok anafilaksis, ruam eritematosus, leukemia limfatik kronik, dan iritasi gastrointestinal
(Adesanoye et al., 2014).

Studi farmacovigilance dilakukan untuk mendokumentasikkan efek samping obat dalam program WHO
untuk International Drug Monitoring (IDM) dari Januari 1988 sampai Juni 2005, database
Pharmacovigilance Interregional Group (GIF) mengumpulkan 37,906 laporan, yang 1095 terkait dengan
amoksisilin. Persentase reaksi efek samping pada kulit 82%, gastrointestinal 13%, hepatik 4%, dan
hematologi 2% (Kaur et al., 2011).

Beberapa dosis amoksisilin yang umum digunakan untuk per oral yaitu 0,250,5 g tid untuk dosis dewasa,
dan 2040 mg/kg/hari dalam tiga dosis untuk dosis anak (Katzung, 2006). Amoksisilin memiliki toksisitas
akut pada tikus, lethal dose oral pada referensi Beecham Research Laboratories untuk tikus jantan lebih
besar dari 5000mg/kgBB, lethal dose oral pada referensi Hardy, Palmer dan Cozens untuk tikus jantan
lebih besar dari 5500 mg/kgBB atau untuk tikus betina lebih besar dari 8200 mg/kgBB (WHO, 2012).
Dosis Amoksisilin

Amoksisilin adalah antibiotik yang sangat sering digunakan. Amoksisilin dapat digunakan pada anak-
anak, dewasa, maupun pasien usia lanjut. Oleh karena itu, amoksisilin tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, maupun sirup. Tersedia amoksisilin tablet dan kapsul dengan ukuran 250 mg dan 500 mg.
Sedangkan untuk sirup, tersedia ukuran dosis 125 mg/5ml, 200 mg/5ml, dan 250 mg/ml. Amoksisilin
dapat ditemukan sebagai obat paten maupun generik.

Dosis amoksisilin sebagai terapi infeksi tenggorokan, telinga, dan infeksi saluran kemih pada pasien
dewasa ialah 2-3 kali 500 mg. Amoksisilin diberikan selama 5 hari. Untuk infeksi berat, amoksisilin dapat
diberikan untuk 10-14 hari.

Sedangkan untuk anak-anak, dosis amoksisilin tergantung berat badan. Dosisnya ialah 25-30 mg/kg/hari
terbagi dalam 2-3 kali minum. Misalkan, seorang anak memiliki berat 10 kg, maka dosis amoksisilin untuk
anak tersebut ialah 250-300 mg/hari. Jika diminum tiga kali sehari, maka sekali minum dosisnya adalah
80-100 mg.

Indikasi Dan Kontraindikasi Amoksisilin

Amoksisilin adalah salah satu obat antibiotika yang banyak diresepkan di Indonesia. Bahkan orang awam
sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter. Perlu menjadi perhatian bahwa
hal tersebut tidak tepat karena penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya malah menyebabkan
seseorang kebal (resisten) terhadap antibiotik tersebut.

Amoksisilin dapat dibilang merupakan antibiotik dasar untuk penyakit, biasanya diberikan untuk pasien
anak-anak. Dewasa ini telah banyak diketahui bahwa beberapa jenis kuman telah kebal terhadap
amoksisilin.

Amoksisilin termasuk dalam golongan antibiotik beta laktamase, yakni antibiotik yang bekerja dengan
cara merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri pecah dan mati. Amoksisilin diindikasikan untuk
bakteri gram positif, yaitu bakteri-bakteri yang banyak ditemukan di kulit, saluran napas, dan saluran
kemih. Oleh karena itu, amoksisilin digunakan untuk penyakit berikut:

Infeksi tenggorokan (faringits);

Infeksi amandel (tonsilitis);

Infeksi telinga;

Infeksi saluran kemih;

Infeksi kulit;

Sakit maag yang disertai infeksi bakteri;

Pennyakit menular seksual, seperti raja singa;


Infeksi lapisan jantung (endokarditis).

Amoksisilin tidak boleh diberikan pada pasien yang pernah mengalami alergi terhadap antibiotik
amoksilin dan penisilin.

4. STREPTOMYCIN

Definisi

Streptomisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida, antibiotik ini bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein (Pratiwi, 2008). Streptomisin memiliki peran yang sangat penting dalam
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif (Salmonella thypi) (Nattadiputra, 2009).
Antibiotik amoksisilin adalah antibiotik golongan penisilin (Pratiwi, 2008). Antibiotik ini bekerja dengan
cara menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel bakteri
(Depkes, 2007). Obat ini sangat efektif terhadap bakteri Gram negatif (Chaidir, 2009).

Streptomycin adalah obat yang umumnya digunakan untuk mengobati tuberculosis (TB) dan infeksi
akibat bakteri tertentu. Streptomycin adalah aminoglycoside yang bekerja dengan membunuh bakteri
sensitif yang menghentikan produksi protein penting yang dibutuhkan oleh bakteri untuk bertahan
hidup.

Spektrum Aktivitas

Streptomisin merupakan aminoglikosida yang aktif terhadap mycobacteria yang sedang membelah aktif
dan pesat. Mekanisme kerja antibiotika ini ialah dengan menghambat sintesa protein bakteri dengan
pengikatan pada RNA ribosomal (Mycek 2001). Senyawa ini efektif terhadap banyak kuman gram negatif
dan gram positif, termasuk Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Streptomisin khusus
aktif terhadap mycobacteria ekstraseluler yang sedang membelah aktif dan pesat. Pada bakteri S.aureus,
sensitivitas streptomisin tergolong intermediet masih efektif untuk digunakan sebagai antibiotika
spektrum luas dalam pengobatan infeksi S. aureus. Akan tetapi, pengobatan tersebut harus diperhatikan
dosisnya. (Atlas 2000).

Peringatan

Streptomisin merupakan jenis obat yang penggunaannya memerlukan resep dari dokter. Oleh karena itu,
terdapat beberapa peringatan ketika menggunakan obat ini, antara lain :

Hindari penggunaan streptomycin jika tengah menerima vaksin atau memiliki riwayat alergi obat
terhadap obat aminoglikosida lain.
Hindari menggunakan streptomycin setelah diberikan obat bius atau obat pelemas otot (misalnya
baclofen), karena dapat meningkatkan risiko gangguan saraf, otot, dan sistem pernapasan.

Penggunaan streptomycin dapat menimbulkan efek nefrotoksik dan neurotoksik. Efek neurotoksik dan
nefrotoksik adalah efek yang dapat menyebabkan gangguan pada ginjal dan sistem saraf.

Hati-hati jika Anda menderita atau memiliki riwayat vertigo, myasthenia gravis, dan gangguan ginjal.

Beri tahu dokter jika tengah menerima obat-obatan lain, termasuk suplemen dan produk herba.

Segera temui dokter apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis.

Jika Anda hamil, berencana untuk hamil, atau sedang menyusui

Jika Anda menggunakan obat resep atau nonresep, produk herbal, atau suplemen nutrisi

Jika Anda memiliki alergi terhadap obat, makanan, atau zat lainnya.

Dosis

Pemberian dosis streptomycin disesuaikan dengan kondisi dan umur pasien.

1. Tuberkulosis

Dewasa 15 mg/kgBB per hari. Tidak lebih dari 1 g per hari.

Anak-anak 20-40 mg/kgBB per hari. Tidak lebih dari 1 g per hari.

2. Tularemia

Dewasa 1-2 g per hari, yang dapat dibagi menjadi beberapa kali pemberian, selama 7-10 hari.

Anak-anak 15 mg/kgBB, dua kali sehari selama 10-14 hari.

3. Pes

Dewasa 15 mg/kgBB, dua kali sehari, selama 10 hari.

Anak-anak 15 mg/kgBB, dua kali sehari, selama 10 hari.

4. Endokarditis bakteri

Dewasa 1 g, dua kali sehari, selama 7-14 hari.

5. Brucellosis, meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih

Dewasa 1-2 g per hari, dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.


Anak-anak 20-40 mg/kgBB per hari, yang dibagi menjadi 2-4 kali pemberian.

Pengguaan

Sebelum menggunakan streptomycin, sangat dianjurkan untuk selalu membaca informasi yang tertera
pada kemasan obat dan konsultasikan dengan dokter mengenai manfaat dan risiko dari penggunaan
streptomycin. Jika memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker terlebih dahulu.
Streptomycin tersedia dalam bentuk suntik, dan diberikan melalui otot (intramuskular). Pemberian
streptomycin dilakukan oleh tenaga medis.. Jika menggunakan streptomycin di rumah, ikuti prosedur
secara teliti sesuai yang diajarkan oleh ahli kesehatan. Pada orang dewasa, bagian yang disarankan untuk
disuntik adalah bagian kanan atas dekat bokong atau bagian tengah pada paha. Pada anak-anak, bagian
yang disarankan untuk disuntik adalah bagian tengah paha. Bagian tubuh yang disuntik harus berubah-
ubah. Apabila streptomycin mengandung partikel atau terjadi perubahan warna, atau bila vial pecah atau
rusak, jangan gunakan.

Minum lebih banyak cairan selama menggunakan streptomycin. Simpan produk ini, termasuk jarum
suntik, dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan. Jangan gunakan ulang jarum suntik, atau bahan
lainnya. Buang segera setelah digunakan. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk menjelaskan
regulasi lokal untuk pembuangan produk yang benar. Jika gejala tidak kunjung membaik, muncul reaksi
alergi, atau mengalami overdosis, segera temui dokter.

Interaksi Obat

Beberapa interaksi yang dapat terjadi jika menggunakan streptomycin bersama dengan obat lain adalah:

Risiko munculnya efek nefrotoksik dan neurotoksik meningkat, jika digunakan dengan neomycin,
kanamycin, gentamicin, paromomycin, polymyxin B, colistin, tobramycin, atau ciclosporin.

Resiko efek ototoksik (gangguan pendengaran) dan nefrotoksik meningkat, jika digunakan dengan
manitol atau furosemide.

Meningkatkan efek samping obat pelemas otot.

Meningkatkan risiko gangguan fungsi ginjal, jika digunakan dengan sefalosporin.

Memperlama kadar streptomycin dalam darah jika digunakan dengan obat anti inflamasi nonsteroid,
seperti aspirin dan ibuprofen.

Streptomycin akan meningkatkan resiko kerusakan saraf dan ginjal jika pasien juga menggunakan
neomycin, kanamycin, gentamicin, cefaloridine, paronomycin, viomycin, polymyxin B, colistin,
tobramycin, dan ciclosporin.

Streptomycin akan meningkatkan resiko gangguan pendengaran dan ginjal jika digunakan dengan asam
etakrinik, manitol, dan furosemid.
Jangan menggunakan streptomycin dengan neuromuskular bloker karena akan meningkatkan respon
depresan.

Meningkatkan resiko gangguan ginjal jika dikonsumsi dengan sefalosoprin.

Menurunkan eksresi (keluarnya obat dari dalam tubuh) jika dikonsumsi bersamaan dengan NSAID.

Obat Lain

Beritahukan tenaga medis jika sedang mengonsumsi obat berikut :

Fludarabine, indomethacin, atau polypeptide antibiotik (misal, polymyxin B) karena efek samping
streptomycin dapat meningkat

Cyclosporine, methoxyflurane, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) (misal, ibuprofen),


nitrosoureas (misal, streptozocin), parental cephalosporins (contoh, cephalexin), atau parenteral
vancomycin karena toksisitas pada ginjal dapat terjadi

Loop diuretics (contoh, furosemide) karena kerusakan parah pada saraf kranial kedelapan, menyebabkan
dapat terjadinya kehilangan pendengaran permanen,

Nondepolarizing muscle relaxants (misal, pancuronium), polypeptide antibiotik (contoh, polymyxin B),
atau succinylcholine karena efek samping dari obat ini dapat bertambah.

Efek Samping

Efek samping yang berisiko terjadi setelah menggunakan streptomycin, antara lain :

Gangguan fungsi ginjal

Gangguan saraf

Gangguan pendengaran

Sakit kepala

Hipotensi

Mengantuk

Ruam

Mual dan muntah

Anemia
Badan terasa lemas

Feses berwarna gelap

Merasa terbakar, gatal, mati rasa, tertusuk, kesemutan

Nyeri dada

Menggigil

Kikuk

Batuk

Pusing atau pening

Merasa sekeliling Anda terus bergerak

Demam

Gatal-gatal, bengkak pada wajah, kelopak mata, bibir, lidah, tenggorokan, tangan, kaki, telapak kaki, atau
organ kelamin

Sakit atau sulit buang air kecil

Merasa berputar

Napas pendek

Tenggorokan sakit

Lambung luka, atau terdapat bintik putih pada bibir atau mulut

Pembengkakan kelenjar

Tidak seimbang

Perdarahan atau memar yang tidak biasa

Rasa lelah atau lemas yang tidak biasa

Muntah-muntah

Cara Penyimpanan

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan dan jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembab. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki
aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk tersebut.

Kondisi Kesehatan yang Dapat Berinteraksi

Adanya beberapa masalah kesehatan lain di tubuh dapat mempengaruhi penggunaan obat ini.
Beritahukan dokter bila terdapat masalah kesehatan lain, terutama:

Diare, kerusakan saraf kranial kedelapan, infeksi lambung atau usus, atau gagal ginjal.

Dehidrasi (diare, mual atau muntah menyebabkan elektrolit tidak seimbang).

Otot lemas atau penyakit Parkinson.

Overdosis

Pada kasus gawat darurat atau overdosis, hubungi penyedia layanan gawat darurat lokal (112) atau
segera ke unit gawat darurat rumah sakit terdekat. Apabila melupakan satu dosis obat ini, minum
sesegera mungkin. Namun bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan
dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Jangan menggandakan dosis.

FLUDARABINE PHOSPHATE

Definisi

Obat ini digunakan untuk mengobati leukemia. Ia bekerja dengan memperlambat atau menghentikan
pertumbuhan sel-sel kanker.

Cara penggunaan

Konsumsi obat ini lewat mulut dengan atau tanpa makanan, biasanya sekali sehari selama 5 hari
berturut-turut atau seperti yang diarahkan oleh dokter Anda. siklus 5 hari ini dapat diulangi setelah 28
hari, biasanya sampai 6 siklus. Telan tablet seluruhnya dengan segelas air. Jangan merusak,
menghancurkan, atau mengunyah tablet.
Dosis didasarkan pada kondisi medis Anda, ukuran tubuh, dan respon terhadap pengobatan. Dokter
Anda akan memeriksa jumlah darah Anda untuk memastikan Anda dapat menerima siklus berikutnya.
Jadwalkan semua janji medis/lab.

Jangan meningkatkan dosis atau meminum obat ini lebih sering daripada yang ditentukan. Kondisi Anda
tidak akan membaik lebih cepat, dan risiko efek samping yang serius malah dapat meningkat.

Karena obat ini dapat diserap melalui kulit dan paru-paru, perempuan yang hamil atau yang mungkin
hamil tidak boleh memegang obat ini atau menghirup serbuk dari tabletnya.

Cara penyimpanan

Obat ini paling baik disimpan pada suhu ruangan, jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang
lembap. Jangan disimpan di kamar mandi. Jangan dibekukan. Merek lain dari obat ini mungkin memiliki
aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau
tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan
peliharaan.

Jangan menyiram obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Buang produk ini bila masa berlakunya telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi. Konsultasikan
kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman
membuang produk Anda.

Dosis

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. Selalu konsultasikan pada dokter atau
apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.

Dosis untuk orang dewasa

Dosis Normal untuk Orang Dewasa Penderita Leukemia Limfositik Kronis

IV : 25 mg / m2 IV setelah lebih dari 30 menit selama 5 hari setiap 28 hari. Setelah respon tumor
maksimal, 3 siklus tambahan dianjurkan.

Oral : 40 mg / m2 sekali sehari selama 5 hari setiap 28 hari

Fludarabine Fosfat dapat diminum baik pada saat perut kosong atau dengan makanan. Tablet harus
ditelan utuh dengan air jangan dikunyah atau dirusak.

Dosis Normal untuk Orang Dewasa Penderita non-Hodgkin Lymphoma: 25 mg / m2 / hari selama 5 hari
setiap 28 hari

Dosis untuk anak-anak


Dosis Normal Bagi Anak-Anak Penderita Penyakit Ganas :

Tumor Padat: 7-9 mg / m2 IV bolus diikuti oleh 20-27 mg / m2 / hari infus IV kontinu selama 5 hari

Dosis Normal Bagi Anak-Anak Penderita Leukemia:

Leukemia akut : 10 mg / m2 IV setelah lebih dari 15 menit diikuti dengan infus IV kontinu 30,5 mg / m2 /
hari selama 5 hari atau 10,5 mg / m2 IV setelah lebih dari 15 menit diikuti dengan infus IV kontinu 30,5
mg / m2 / hari selama 2 hari diikuti dengan sitarabin.

Dosis Normal Bagi Anak-Anak untuk Transplantasi Sel Stem:

Mengurangi intensitas rejimen sebelum transplantasi sel induk hematopoietik alogenik: 30 mg / m2 /


hari selama 5 hari

Sediaan

Tablet, seperti fosfat: 10 mg

Efek Samping

Dapatkan bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda-tanda dari reaksi alergi berikut: gatal-gatal
sulit bernafas pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.

Hubungi dokter Anda segera jika Anda memiliki efek samping yang serius seperti:

kulit pucat atau menguning, urin berwarna gelap

denyut jantung cepat atau lambat, nadi lemah, sulit berkonsentrasi, merasa lelah atau sesak napas,
mudah memar, tperdarahan (hidung, mulut, vagina, atau dubur), bintik-bintik ungu atau merah di bawah
kulit Anda

demam, menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, luka di mulut dan tenggorokan, mual, muntah, kehilangan
nafsu makan

masalah penglihatan, kebingungan, agitasi, perubahan perilaku, atau perasaan seperti Anda akan
pingsan

batuk dengan lendir kuning atau hijau, nyeri dada menusuk, kesulitan bernapas

tinja berwarna hitam atau berdarah, batuk darah

darah dalam urin Anda, rasa sakit atau panas ketika buang air kecil

kencing lebih sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali

mati rasa atau merasa geli di sekitar mulut Anda atau

kelemahan otot, sesak, atau kontraksi, refleks terlalu aktif.


Pencegahan dan Peringatan

Sebelum menerima injeksi fludarabine Phosphate :

beri tahu dokter dan apoteker jika Anda alergi terhadap fludarabine Phosphate, obat lain, atau salah satu
bahan dalam fludarabine Phosphate injeksi. Tanyakan apoteker Anda untuk daftar bahan.

beri tahu dokter dan apoteker apa resep dan obat nonresep, vitamin, suplemen gizi, dan produk herbal
Anda menggunakan atau berencana untuk menggunakan. Pastikan untuk menyebutkan obat yang
tercantum dalam bagian PERINGATAN PENTING atau sitarabin (Cytosar-U, DepoCyt). Dokter Anda
mungkin perlu mengubah dosis obat Anda atau monitor Anda dengan hati-hati untuk efek samping.

beri tahu dokter Anda jika Anda memiliki atau pernah memiliki penyakit ginjal. Juga beri tahukan dokter
Anda tentang semua obat kemoterapi lain yang telah Anda terima dan jika Anda pernah diobati dengan
terapi radiasi (perawatan kanker yang menggunakan gelombang partikel energi tinggi untuk membunuh
kanker sel). Sebelum Anda menerima kemoterapi atau terapi radiasi di masa depan, beri tahu dokter
Anda bahwa Anda telah diobati dengan fludarabine Fosfat.

Anda harus tahu bahwa Fludarabine Fosfat injeksi dapat mengganggu siklus menstruasi normal (haid)
pada wanita dan dapat menghentikan produksi sperma pada pria. Namun, ini bukan berarti bahwa Anda
atau pasangan Anda tidak bisa hamil. Jika Anda sedang hamil atau menyusui, Anda harus memberi tahu
dokter Anda sebelum Anda mulai menerima obat ini. Anda tidak boleh merencanakan untuk memiliki
anak saat menerima Fludarabine Fosfat injeksi atau selama minimal 6 bulan setelah perawatan. Gunakan
metode KB yang dapat diandalkan untuk mencegah kehamilan selama ini. Berbicara dengan dokter Anda
untuk informasi lebih lanjut. Fludarabine Fosfat injeksi dapat membahayakan janin.

jika Anda menjalani operasi, termasuk operasi gigi, beri tahu dokter atau dokter gigi bahwa Anda
menggunakan Fludarabine Fosfat injeksi

Anda harus tahu bahwa fludarabine Fosfat injeksi dapat menyebabkan perubahan kelelahan, kelemahan,
kebingungan, agitasi, kejang, dan penglihatan. Jangan mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin
sampai Anda tahu bagaimana obat ini mempengaruhi Anda.

berbicara dengan dokter Anda sebelum Anda menerima vaksinasi apapun selama perawatan Anda
dengan Fludarabine Fosfat injeksi.

Anda harus tahu bahwa Anda dapat mengembangkan reaksi serius atau mengancam jiwa jika Anda harus
menerima transfusi darah selama perawatan dengan Fludarabine Fosfat injeksi atau setiap saat setelah
perawatan. Pastikan untuk memberi tahu dokter Anda bahwa Anda menerima atau telah menerima
Fludarabine Fosfat injeksi sebelum Anda menerima transfusi darah.

Interaksi

Walau beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan sama sekali, pada kasus lain beberapa obat
juga bisa digunakan bersamaan meskipun interaksi mungkin saja terjadi. Pada kasus seperti ini, dokter
mungkin akan mengganti dosisnya, atau melakukan hal-hal pencegahan lain yang dibutuhkan. Beri tahu
dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain baik yang dijual bebas maupun dari resep dokter.

Mengonsumsi obat ini dengan obat-obatan berikut tidak direkomendasikan. Dokter Anda mungkin tak
akan meresepkan obat ini kepada Anda atau akan mengganti beberapa obat yang sudah Anda konsumsi.

Rotavirus Vaccine, Langsung

Menggunakan obat ini dengan beberapa obat-obatan di bawah ini biasanya tidak direkomendasikan, tapi
pada beberapa kasus mungkin dibutuhkan. Jika kedua obat ini diresepkan untuk Anda, dokter biasanya
akan mengubah dosisnya atau menentukan seberapa sering Anda harus mengonsumsi obat-obatan
tersebut.

Vaksin Adenovirus Tipe 4, Langsung

Vaksin Adenovirus Jenis 7, Langsung

Vaksin Bacillus Calmette dari dan Guerin, Langsung

Vaksin Virus Influenza, Langsung

Vaksin Virus Campak, Langsung

Vaksin Virus Mumps, Langsung

Pentostatin

Vaksin Rubella Virus, Langsung

Vaksin Cacar

Vaksin Tifus

Vaksin Varicella Virus

Vaksin

Yellow Fever

Obat-obatan tertentu tidak boleh digunakan pada saat makan atau saat makan makanan tertentu karena
interaksi obat dapat terjadi. Mengonsumsi alkohol atau tembakau dengan obat-obatan tertentu juga
dapat menyebabkan interaksi terjadi. Diskusikan penggunaan obat Anda dengan makanan, alkohol, atau
tembakau dengan penyedia layanan kesehatan.

Kondisi kesehatan lain yang Anda miliki bisa memengaruhi penggunaan obat ini. Selalu beri tahu dokter
jika Anda memiliki masalah kesehatan lain, terutama:
masalah sumsum tulang (misalnya, anemia, neutropenia, atau trombositopenia) – Fludarabine Fosfat
dapat memperburuk kondisi ini.

nfeksi – Fludarabine Fosfat dapat menurunkan kemampuan tubuh Anda untuk melawan infeksi

penyakit Ginjal – gunakan dengan hati-hati. Efek dapat meningkat karena pengangkatan obat dari tubuh
lebih lambat

transfusi darah – dapat meningkatkan risiko efek samping dari Fludarabine Fosfat

OBAT OBAT KONSTIPASI

Bagi Anda yang mengalami sembelit atau susah buang air besar, solusi yang mungkin dibutuhkan saat ini
adalah obat pencahar. Obat yang dalam istilah medis disebut laksatif ini bisa membantu melancarkan
BAB yang mampet akibat berbagai alasan, termasuk feses atau tinja yang keras.

Obat pencahar atau laksatif adalah obat yang menginduksi gerakan usus dan/atau melunakkan tinja
sehingga memudahkan proses buang air besar. Obat laksatif juga disebut sebagai katarsis, selain
digunakan untuk mengobati sembelit, obat pencahar ternyata juga berguna untuk mengosongkan usus
dari kotoran sebelum dilakukan pemeriksaan kolonoskopi atau operasi.

Dalam aksinya, obat pencahar bekerja dengan cara menstimulasi usus (stimulan), melembutkan feses
(pelunak tinja), mengembangkan feses dengan cara menarik lebih banyak air ke dalam feses (bulk-
forming agen), melumasi tinja agar lebih mudah keluar dari usus besar (lubrikan), atau dengan
mempromosikan masuknya air ke dalam usus. Semuanya tergantung dari pilihan jenis laksatif yang
digunakan.

Lebih lanjut mengenai jenis, fungsi dan kegunaan, efek samping, dan informasi penting lainnya akan di
bahas di bawah ini.
A. Jenis-jenis Obat Pencahar

Berdasarkan bentuknya, ada beberapa jenis obat pencahar yang beredar di pasaran, umumnya
berbentuk pil, kapsul, sirup, supositoria (jenis obat yang penggunaannya dimasukkan ke rektum) dan
enema (obat cair yang dimasukkan ke rektum). Tiap jenis pencahar ini memiliki manfaat spesifik serta
kemungkinan efek samping, jadi harus tepat penggunaannya.

Dari segi cara pakainya, obat yang berbentuk pil, kapsul ataupun sirup tentu lebih mudah dikonsumsi,
sementara tipe supositoria dan enema terasa kurang nyaman saat digunakan. Namun hal itu sebanding
dengan khasiatnya, karena pencahar yang dimasukkan secara manual atau disemprotkan melalui rektum
ini seringkali bekerja lebih cepat dalam mengatasi sembelit.

Sekarang, kita juga perlu tahu bahwa berdasarkan mekanisme kerjanya, ada beragam jenis laksatif
sebagaimana dijelaskan di bawah ini:

1. Obat Pencahar Tipe Bulk-forming (Serat)

Laksatif tipe ini memiliki cara kerja yang sama dengan serat makanan alami, yaitu dengan meningkatkan
serapan cairan pada feses, sehingga feses menjadi lebih lembek, mengembang, dan mudah dikeluarkan.

Obat pencahar jenis bulk-forming ini merupakan yang terbanyak direkomendasikan oleh dokter untuk
mengatasi sembelit.Beberapa contoh obat laksatif ini antara lain Benefiber, Mecamucil, Fibercon, Fiber-
Lax dan Equilactin.

Apa efek sampingnya?

Beberapa efek samping yang dialami penggunanya seperti kram perut, kembung dan gas berlebih. Hal ini
sama halnya jika kita mengonsumsi cukup banyak serat dari makanan, jadi kondisi ini tidak perlu
dikhawatirkan. Namun, disarankan untuk memperbanyak asupan air untuk mengurangi beberapa efek
tadi.

Selain itu, serat juga dapat mempengaruhi penyerapan jenis obat tertentu. Jadi, pastikan untuk
membuat jeda sekitar satu atau dua jam setelah konsumsi obat pencahar baru kemudian mengonsumsi
obat lainnya.

2. Obat Pencahar Tipe Lubrikan

Sesuai dengan namanya, pencahar ini berfungsi untuk melumasi atau melicinkan. Kandungan minyak
dalam obat ini dapat melapisi dinding usus sehingga mencegah kotoran mengeras dan memperlancar
pergerakannya. Meskipun laksatif jenis ini sangat efektif mengatasi sembelit, namun penggunaannya
sebaiknya hanya untuk jangka pendek.

Jika digunakan dalam jangka panjang, zat minyak dari obat pencahar ini dapat menyerap vitamin larut
lemak dan mengurangi penyerapan jenis obat tertentu sehingga tidak maksimal diserap tubuh.

3. Obat Pencahar Tipe Pelunak Feses (Stool Softener)


Stool softener dikenal juga sebagai emollient laxative. Cara kerjanya dengan membasahi dan
melembutkan feses berkat kandungan bahan aktif berupa dokusat atau surfaktan. Berbeda dengan tipe
pencahar lainnya, tipe pelunak feses ini perlu waktu lebih lama dalam menjalankan fungsinya, sekitar
seminggu atau lebih.

Obat ini biasanya direkomendasikan untuk mereka yang baru menjalani operasi, wanita yang baru
melahirkan atau penderita wasir.

4. Obat Pencahar Tipe Osmotik (hiperosmolar)

Obat pencahar tipe ini bekerja dengan meningkatkan kadar air dalam usus dan jaringan di sekitarnya.
Lebih banyak air pada usus berarti membuat tinja lebih lunak dan mudah untuk dibuang.

Beberapa pencahar jenis ini seperti Miralax, Paralax, MOM (milk of magnesia) dan Kristalose merupakan
obat dengan zat aktif penghidrogenasi yang dapat menarik cairan ke usus.

Sangat penting untuk minum banyak air saat menggunakan laksatif tipe osmotik ini, tidak hanya agar
lebih efektif namun juga untuk mengurangi kemungkinan kram perut dan munculnya gas berlebih.

5. Obat Pencahar Tipe Stimulan

Laksatif tipe ini akan merangsang saraf yang mengendalikan otot-otot yang melapisi saluran pencernaan.
Dengan begitu akan mempercepat pergerakan tinja di usus halus dan usus besar. Obat jenis ini juga
dapat meningkatkan penyerapan cairan pada tinja. Beberapa merek yang umum digunakan diantaranya,
Dulcolax, Correctol, Ex-lax dan Senokot.

Catatan: Jangan gunakan pencahar tipe stimulan dalam jangka waktu lama. Jenis pencahar ini bisa
melemahkan kemampuan alami tubuh untuk buang air besar dan menyebabkan ketergantungan dengan
obat pencahar. Selain itu, obat ini juga dapat menyebabkan kram perut dan diare.

Apa Efek Samping Obat Pencahar?

Seperti kebanyakan obat-obatan, laksatif juga memiliki beberapa efek samping. Mulai dari yang ringan
hingga berat, namun biasanya efek ini akan berhenti segera setelah penggunaannya dihentikan.Efek
samping obat pencahar umumnya meliputi:

Kembung.

Nyeri perut, kram.

Kelebihan gas perut.

Dehidrasi, hingga membuat pusing, sakit kepala dan urin berwarna lebih gelap.

Tetapi salah satu obat yang akan saya bahas di sini yaitu DULCOLAX
A. DULCOLAX

1. Manfaat Dulcolax

Berdasarkan kandungan bahan aktif Bisacodyl yang ada dalam obat ini, manfaat Dulcolax adalah sebagai
berikut:

Mengatasi sembelit atau konstipasi (susah buang air besar)

Mengosongkan perut sebelum operasi atau pemeriksaan usus

Melunakkan feses untuk mengurangi rasa sakit pada hemoroid (wasir).

2. Dosis Dulcolax

Dulcolax tersedia dalam dua bentuk yaitu tablet oral dan juga supositoria (dimasukkan melalui anus).
Setiap tablet Dulcolax mengandung Bisacodyl sebanyak 5 mg. Sedangkan untuk Dulcolax supositoria
mengandung Bisacodyl sebanyak 10 mg. Dosis Dulcolax ditentukan berdasarkan usia dari penggunanya.
Berikut adalah petunjuk dosis Dulcolax yang dikutip dari situs resmi obat ini:

1. Dulcolax tablet

Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 1-3 tablet untuk satu kali dalam satu hari.

Anak usia 6-12 tahun: 1 tablet per hari.

Anak usia d bawah 6 tahun: harus sesuai petunjuk dokter.

Dulcolax tablet juga terdiri dari dua kemasan yaitu Dulcolax tablet dan Dulcolax Pink tablet. Dulcolax Pink
adalah Dulcolax yang disediakan untuk wanita. Bahan aktif yang terkandung di dalamnya sama dengan
Dulcolax tablet biasa namun bahan tidak aktif yang terkandung di dalamnya berbeda. Dosis untuk kedua
jenis Dulcolax tablet ini juga sama.

2. Dulcolax supositoria

Dewasa dan anak di atas 12 tahun: 1 supositoria untuk satu kali penggunaan dalam satu hari.

Anak usia 6-12 tahun: ½ supositoria untuk satu kali dalam satu hati

Anak usia d bawah 6 tahun: harus sesuai petunjuk dokter.

Cara mengaplikasikan Dulcolax supositoria adalah dengan memasukkan obat ke dalam rektum melalui
anus. Masukkan ujung yang runcing terlebih dulu ke dalam anus. Tahan posisi selama 15 hingga 20 menit
sebelum beraktivitas kembali.
Gunakanlah obat ini sesuai dengan petunjuk dosis yang disarankan. Jangan mengganti baik itu
menambahkan atau mengurangi dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter sebelumnya.

3. Petunjuk Penggunaan

Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda perhatikan ketika menggunakan obat ini:

Jangan gunakan Dulcolax tablet jika Anda tidak bisa menelan tablet tanpa mengunyahnya. Tablet tidak
boleh dikunyah atau dihancurkan.

Jangan gunakan obat ini paling tidak satu jam setelah menggunakan Antasida atau minum susu

Dulcolax supositoria tidak untuk digunakan melalui oral.

Obat ini bereaksi kurang lebih 6 hingga 12 jam setalah penggunaan. Maka dari itu, sebaiknya digunakan
sebelum tidur.

4. Efek Samping Dulcolax

Diare

Reaksi alergi

Jika Anda mengalami efek samping yang sudah disebutkan di atas maupun efek samping lainnya, segera
hentikan penggunaan obat ini. Jika gejala tidak membaik, segera berkonsultasi ke dokter agar diberi
penanganan.

6.Peringatan dan Perhatian

Dulcolax masuk ke dalam golongan obat bebas terbatas yang artinya Dulcolax sebenarnya merupakan
obat keras, namun masih bisa didapatkan tanpa resep dokter. Demi menjaga keamanan penggunaan
obat ini, berikut adalah hal yang harus Anda perhatikan dari penggunaan Dulcolax:

Jangan gunakan obat ini pada pasien yang hipersensitif terhadap semua komponen yang ada dalam obat
ini.

Jangan gunakan obat ini pada pasien yang melakukan operasi perut akut, radang usus, dan juga
penyumbatan usus.

Hentikan penggunaan obat ini jika Anda mengalami BAB berdarah dan jika Anda masih harus
menggunakan pencahar terus-menerus setelah lebih dari satu minggu.

Penggunaan pada ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia di bawah 6 tahun harus berdasarkan petunjuk
dokter.

Diskusikan dengan dokter jika Anda sedang menjalani pengobatan lain untuk menghindari terjadinya
interaksi obat yang bisa meningkatkan efek samping dan menurunkan kinerja obat.
OBAT DIARE

A. LOPERAMIDE

1. Pengertian

Loperamide adalah obat untuk mengatasi diare, yang bekerja dengan memperlambat gerakan
saluran pencernaan, sehingga usus punya lebih banyak waktu untuk menyerap cairan dan nutrisi dari
makanan yang dikonsumsi.

Selain untuk diare, loperamide juga digunakan untuk mengurangi jumlah feses pada pasien dengan
ileostomy, yaitu pembuatan lubang baru pengganti anus (dubur) pada dinding perut, yang dihubungkan
dengan bagian akhir dari usus halus.

LOPERAMIDE 2 MG TABLET obat yang digunakan untuk mengatasi diare. Obat ini bekerja dengan cara
memperlambat gerakan saluran pencernaan, sehingga usus punya lebih banyak waktu untuk menyerap
cairan dan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Dalam menggunakan obat ini HARUS SESUAI DENGAN
PETUNJUK DOKTER.

2. Kontraindikasi

Kondisi dimana peristaltik tidak boleh dihambat.

Loperamide tidak di anjurkan di berikan pada pasien diare karena disentri yang disebakan oleh infeksi
bakteri atau amoeba,serta mengakibatkan diare yang disertai lendir,darah,dan nyeri perut.Hindari
pemberian loperamide pada pasien dengan riwayat aritmia,gangguan elektolit,atau konstipasi.

3. Dosis

1. Untuk bentuk sediaan kapsul:

- Dewasa dan remaja : Dosis umumnya 4 mg (2 kapsul) setelah buang air besar pertama, dan 2 mg (1
kapsul) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 16 mg (8 kapsul) dalam waktu dua puluh empat
jam.

- Anak-anak usia 8 sampai 12 tahun : Dosis umumnya 2 mg (1 kapsul) tiga kali sehari.

- Anak-anak usia 6 sampai 8 tahun : Dosis umumnya 2 mg (1 kapsul) dua kali sehari.

- Anak-anak di bawah 6 tahun : Penggunaan tidak dianjurkan kecuali diarahkan oleh dokter.

2. Untuk bentuk sediaan larutan oral:


- Dewasa dan remaja : Dosis umumnya 4 sendok teh (4 mg) setelah buang air besar pertama dan 2
sendok teh (2 mg) setelah dosis pertama dimunum. Jangan melebihi 8 sendok teh (8 mg) dalam waktu
dua puluh empat jam.

- Anak-anak usia 9 sampai 11 tahun : Dosis umumnya 2 sendok teh (2 mg) setelah buang air besar
pertama, dan 1 sendok teh (1 mg) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 6 sendok teh (6 mg)
dalam waktu dua puluh empat jam.

- Anak-anak usia 6 sampai 8 tahun : Dosis umumnya 2 sendok teh (2 mg) setelah buang air besar
pertama, dan 1 sendok teh (1 mg) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 4 sendok teh (4 mg)
dalam waktu dua puluh empat jam.

- Anak-anak di bawah usia 6 tahun : Penggunaan tidak dianjurkan kecuali diarahkan oleh dokter.

3. Untuk bentuk sediaan tablet:

- Dewasa dan remaja : Dosis umumnya 4 mg (2 tablet) setelah buang air besar pertama, dan 2 mg (1
tablet) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 8 mg (4 tablet) dalam waktu dua puluh empat
jam.

- Anak-anak usia 9 sampai 11 tahun : Dosis umumnya 2 mg (1 tablet) setelah buang air besar pertama,
dan 1 mg (½ tablet) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 6 mg (3 tablet) dalam waktu dua
puluh empat jam.

- Anak-anak usia 6 sampai 8 tahun : Dosis umumnya 2 mg (1 tablet) setelah buang air besar pertama, dan
1 mg (½ tablet) setelah dosis pertama diminum. Jangan melebihi 4 mg (2 tablet) dalam waktu dua puluh
empat jam.

- Anak-anak di bawahi usia 6 tahun : Penggunaan tidak dianjurkan kecuali diarahkan oleh dokter.

Diare akut Tablet Dewasa Diawali 4 mg, dan diberikan lagi 2 mg setiap kali BAB. Maksimal 16 mg
dalam sehari.

Diare kronis Tablet Dewasa 4-8 mg per hari, yang dibagi ke dalam beberapa jadwal konsumsi.
Maksimal 16 mg per hari.

Hentikan penggunaan loperamide pada kasus diare akut jika kondisi tidak membaik dalam 48 jam. Pada
kasus diare kronis, hentikan konsumsi loperamide jika kondisi tidak membaik hingga 10 hari.

PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER

4. Efek samping

Efek samping yang mungkin dapat timbul setelah mengonsumsi loperamide, antara lain adalah:
1. Konstipasi.

2. Gangguan irama jantung.

3. Pankreatitis.

4. Mual.

5. Pusing.

6. Ruam.

7. Perut kembung.

8. Mengantuk

9. Gatal ringan

5. farmakologi

Farmakologi loperamide adalah dengan meningkatkan waktu transit intestinal dengan mengurangi
aktivitas propulsif

6. Farmakodinamik

Loperamide merupakan obat antidiare sintetik yang diindikasikan untuk mengontrol dan mengatasi
gejala diare akut nonspesifik dan diare kronis yang disebabkan oleh inflammatory bowel disease (IBD)
atau gastroenteritis.

Loperamide bekerja dengan memperpanjang waktu transit dari isi intestinal sehingga mengurangi
volume keluarnya feses, meningkatkan viskositas dan densitas feses, serta mengatasi hilangnya cairan
dan elektrolit berlebih.

Loperamide merupakan agonis reseptor opioid yang bekerja di plexus mienterikus usus besar.
Loperamide bekerja secara spesifik dengan mengurangi aktivitas plexus mienterikus, sehingga
mengurangi motilitas otot polos sirkuler dan longitudinal dari dinding intestine. Hal ini menyebabkan isi
usus berada di dalam lumen lebih lama, sehingga semakin banyak air yang dapat diserap. Loperamide
juga dapat bekerja dengan meningkatkan tonus sphincter ani, sehingga menurunkan gejala inkontinensia
dan urgensi.

7. Farmakokinetik

Walaupun diserap dengan baik di intestinal, loperamide akan hampir seluruhnya diekstraksi dan
dimetabolisme oleh sitokrom P450 di hepar.
a. Absorpsi

Loperamide diserap dengan baik di intestinal. Bioavailabilitas loperamide adalah 0,3%. Onset kerja
adalah 1-3 jam, dengan durasi 41 jam. Waktu puncak plasma sediaan kapsul adalah 5 jam, sedangkan
untuk sediaan likuid adalah 2,5 jam.

b. Metabolisme

Metabolisme loperamide terjadi di hepar dan melibatkan sitokrom P450, terutama CYP3A4. Di liver,
loperamide dikonjugasikan, dan hasil konjugasinya diekskresikan di empedu. Karena proses ini, sebagian
kecil loperamide dapat dideteksi di darah.

c. Eliminasi

Ekskresi loperamide dan metabolitnya kebanyakan terjadi melalui feses. Waktu paruh eliminasi berkisar
antara 7-14 jam.

8. Petunjuk Pemakaian

Hentikan penggunaan loperamide pada kasus diare akut jika kondisi tidak membaik dalam 48 jam. Pada
kasus diare kronis, hentikan konsumsi loperamide jika kondisi tidak membaik hingga 10 hari.Dan
konsumsi Loperamide dengan Benar

Pastikan untuk membaca petunjuk pada kemasan obat dan mengikuti anjuran dokter dalam
mengonsumsi

Konsumsi loperamide tiap setelah buang air besar, atau sebagaimana disarankan dokter. Dosis yang
diberikan tergantung pada kondisi pasien dan respons pasien pada loperamide. Untuk pasien dewasa,
dosis tidak boleh lebih dari 8 mg per hari, namun bisa diberikan hingga 16 mg per hari jika dalam
pengawasan dokter,

Minum banyak air atau cairan yang mengandung elektrolit untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Konsultasikan pada dokter jika muncul gejala dehidrasi.

Beri tahu dokter jika diare tidak membaik dalam 2 hari, atau jika kondisi memburuk. Jika muncul gejala
demam, terdapat darah dalam kotoran, atau nyeri perut, segera cari pertolongan medis.

9. Peringatan

Hindari penggunaan Loperamide untuk anak-anak di bawah usia 2 tahun.Mencegah dehidrasi dengan
memenuhi asupan cairan yang cukup merupakan penanganan utama diare pada anak, jangan berikan
obat anti diare pada anak kecuali atas anjuran dokter anak.
Loperamide dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berakibat fatal bila digunakan lebih dari
dosis yang dianjurkan.

Loperamide tidak dianjurkan diberikan pada pasien diare karena disentri, yaitu diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri atau amoeba, serta mengakibatkan diare yang disertai lendir, darah, dan nyeri perut.

Hindari pemberian loperamide pada pasien dengan riwayat aritmia, gangguan elektrolit, atau konstipasi.

Hindari penggunaan loperamide yang dikombinasikan dengan obat yang juga menimbulkan efek
gangguan irama jantung, seperti antipsikotik, moxifloxacin, dan methadone.

Hindari menyetir dan mengoperasikan alat berat setelah mengonsumsi loperamide, karena obat ini
dapat menimbulkan kantuk atau pusing.Jika terjadi reaksi alergi dan overdosis setelah mengonsumsi
loperamide, temui dokter.

10. Interaksi dengan obat lain

Berikut ini sejumlah interaksi yang mungkin dapat terjadi jika mengonsumsi loperamide bersama dengan
obat lainnya:

a. Meningkatkan kadar obat dalam darah jika dikonsumsi bersama dengan ritonavir.

b. Terganggunya penyerapan loperamide oleh tubuh jika dikonsumsi bersama dengan cholestyramine.
Beri jeda 2 jam di antara kedua obat ini.

c. Berisiko mengurangi efek loperamide jika dikonsumsi bersama dengan cisapride, metoclopramide,
atau erythromycin.

11. Aturan Pakai

Sebelum atau sesudah makan

A. Deskripsi

Haloperidol adalah obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis pada
gangguan mental, seperti skizofrenia. Obat ini juga dapat membantu mengurangi gejala sindrom
Tourette, seperti gerakan otot yang tidak terkontrol.

Haloperidol bekerja dengan mengembalikan keseimbangan zat kimia alami dalam otak, yakni
neurotransmitter, sehingga dapat menimbulkan rasa tenang, meredakan kegelisahan, serta mengurangi
perilaku agresif dan keinginan untuk menyakiti orang lain.
B.Merek dagang: Lodomer, Dores, Upsikis, Haloperidol, Haldol Decanoas, Govotil, Serenace, Seradol

C.Tentang Haloperidol

Golongan :Antipsikotik

Kategori :Obat resep

Manfaat :

Mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofenia.

Mengatasi gejala sindrom Tourette.

Mengatasi gangguan perilaku, seperti gelisah atau perilaku agresif.

Digunakan Oleh :Dewasa dan anak-anak ≥ 3 tahun

D.Kategori kehamilan dan menyusui

Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap
janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya
manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.

Haloperidol dapat diserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter.

E. Bentuk obat Tablet, obat tetes mulut, suntik

F. Peringatan:

Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan pembuluh darah, gangguan sistem saraf
pusat, glaukoma, sindrom mulut kering, atau penyakit Alzheimer.

Orang-orang lanjut usia yang menderita demensia tidak boleh mengonsumsi obat ini.

Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan obat antikonvulsan
(antikejang) dan obat pengencer darah.
Apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan haloperidol, segera temui dokter.

G.Dosis Haloperidol

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan haloperidol berdasarkan kondisi, bentuk obat, dan usia:

Kondisi: Gelisah

Tablet

Dewasa: 1-3 mg tiap 8 jam

Infus

Dewasa: 5-15 mg selama 24 jam

Kondisi: Gejala psikosis

Tablet

Dewasa: 0.5-5 mg, 3 kali sehari. Dosis pemeliharaan adalah 3-10 mg per hari.

Anak usia >3 tahun: Dosis awal adalah 0,025-0,05 mg/kgBB per hari, yang dibagi menjadi 2 dosis. Dosis
dapat ditingkatkan apabila diperlukan. Maksimal 10 mg per-hari.

Kondisi: Sindrom Tourette

Tablet

Dewasa: Dosis awal adalah 0.5-1.5 mg, 3 kali sehari. Peningkatan dosis dapat hingga 30 mg per hari,
namun perlu dilakukan secara hati-hati dan sesuai anjuran dokter. Dosis pemeliharaan adalah 4 mg per
hari.

Kondisi: Cegukan

Tablet

Dewasa: 5 mg, 3 kali sehari, disesuaikan berdasarkan respons.

Kondisi: Mual dan muntah

Tablet
Dewasa: 5-20 mg per hari.

Menggunakan Haloperidol dengan Benar

Gunakan haloperidol sesuai dengan anjuran dokter.

Haloperidol tablet dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Jika diresepkan dalam bentuk tablet,
gunakan air putih untuk mempermudah menelan obat ini. Untuk haloperidol dalam bentuk obat tetes
minum, konsumsilah sesuai dengan takaran yang ada pada botol atau kemasan obat. Jangan
menggunakan takaran lain untuk mengonsumsi obat ini.

Sedangkan, untuk haloperidol dalam bentuk suntik, pemberian obat harus dilakukan oleh petugas medis.

Usahakan untuk mengonsumsi haloperidol pada waktu yang sama setiap harinya, untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Jika terlupa, segera konsumsi obat ini apabila jeda waktu dengan dosis berikutnya
tidak terlalu jauh. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

G. Interaksi Haloperidol dengan Obat Lain

Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang mungkin dapat terjadi apabila menggunakan haloperidol
bersama dengan obat lain:

1.Menurunnya kadar haloperidol dalam darah jika digunakan dengan carbamazepine dan rifampicin.

2.Meningkatkan risiko aritmia sekaligus menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh
jika digunakan dengan diuretik.

3.Meningkatnya kadar haloperidol dalam darah jika digunakan dengan clozapine dan chlorpromazine.

4.Menyebabkan gejala gangguan sistem saraf pusat jika digunakan dengan obat penenang.
H. Efek Samping Haloperidol

Sama seperti obat pada umumnya, haloperidol juga memiliki efek samping penggunaan. Efek samping
tersebut meliputi:

1.Disfungsi ereksi.

2.Gangguan siklus menstruasi.

3.Keinginan untuk terus bergerak (akathisia).

4.Gangguan pada gerakan otot (distonia).

5.Gerakan tidak terkendali pada lidah, wajah, dan bibir.

6.Berat badan bertambah.

7.Otot kaku.

8.Gejala seperti penyakit Parkinson.

9.Sakit kepala.

10.Sulit tidur.

11.Lemas.

I. Farmakokinetik

Haloperidol diabsorpsi dengan baik melalui mukosa gastrointestinal. Obat ini mempunyai waktu paruh
yang panjang dan tinggi berikatan dengan protein, sehingga obat ini dapat diakumulasi. Sebagian besar
dari haloperidol di ekskresikan ke dalam urin.

J.Farmakodinamik

Haloperidol mengubah efek dopamin dengan menghambat reseotor dopamin, sehingga sedasi dan EPS
dapat terjadi. Obat ini di pakai untuk mengendalikan psikosis dan mengurangi tanda-tanda agitasi pada
orang dewasa maupun pada anak-anak. Dosis perlu dikurangi pada orang lanjut usia karena
berkurangnya fungsi hati Dn efek samping yang mungkin timbul. Obat ini dapat diresepkan untuk anak-
anak dengan perilaku hiperaktif. Haloperidol mempunyai efek antikolinergik; sehingga,harus hati-hati
dalam memberikan obat ini kepada klien dengan riwayat glaukoma.
A. Penghambat Adrenergik

Penghambat adrenergik adalah golongan obat yang dibagi menjadi dua, yaitu alpha-adrenergic
antagonists (alpha blockers) dan beta-adrenergic blocking agents (beta blockers). Dua golongan
penghambat adrenergik memiliki kegunaannya masing-masing.

Penghambat alfa

Penghambat alfa atau alpha blockers merupakan obat yang digunakan untuk melemaskan otot polos
(otot yang bekerja tanpa perintah), misalnya otot pembuluh darah, sehingga dapat melebarkan
pembuluh darah dan sirkulasi darah menjadi lancar. Alpha blockers umumnya digunakan untuk
menangani, mencegah, atau meredakan gejala-gejala yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau
pembesaran kelenjar prostat (benign prostatic hyperplasia).

Penghambat alfa bekerja dengan cara menghambat stimulasi sistem saraf dalam mengeluarkan zat yang
dinamakan noradrenaline. Penghambatan noradrenaline akan memunculkan sejumlah efek, seperti
melemasnya dinding pembuluh darah, otot kandung kemih, atau otot-otot di sekitar kelenjar prostat.

Penghambat beta

Penghambat beta atau beta blockers adalah golongan obat yang digunakan untuk menangani beragam
kondisi yang menyerang jantung. Penghambat beta dapat digunakan untuk menangani kondisi-kondisi,
seperti:

Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Serangan jantung (infark miokard)

Gagal jantung

Denyut jantung tidak beraturan (aritmia)


Nyeri dada (angina)

Migrain

Tipe tremor tertentu

Glaukoma

Hormon tiroid berlebih dalam darah (hipertiroidisme)

Kecemasan.

Stethoscope, blood pressure checker and pills, tablets isolated

Obat ini bekerja dengan cara menekan efek hormon epinefrin atau adrenalin, yaitu hormon yang
berperan dalam membuka sirkulasi darah sehingga membuat jantung berdenyut lebih lambat dan
mengurangi beban jantung untuk menyuplai darah agar tekanan darah bisa diturunkan. Selain itu,
penghambat beta berguna untuk melebarkan pembuluh darah agar sirkulasi darah berjalan lancar.

B. Peringatan:

Ibu hamil, menyusui, atau sedang merencanakan kehamilan sebaiknya berkonsultasi kepada dokter
sebelum menggunakan obat ini.

Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika memiliki gangguan jantung, bradikardia, gagal
jantung, penyakit ginjal, diabetes, asma, hipertensi, sick sinus syndrome, atau memiliki riwayat alergi
obat.

Mengonsumsi penghambat beta dapat meningkatkan kadar trigliserida dan menurunkan kadar
kolesterol baik.

Waspadai konsumsi alpha blockers bersama dengan sildenafil, antidepresan trisiklik, mirtazapine, atau
venlafaxine.

Hindari mengonsumsi kafein dan minuman beralkohol selama menggunakan obat penghambat
adregenik.

Informasikan kepada dokter jika ingin menggunakan obat ini dalam jangka waktu cukup lama, karena
dapat meningkatkan risiko gagal jantung.

Beri tahu dokter jika sedang menggunakan obat-obat lainnya, termasuk suplemen dan produk herba,
untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan.
Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

C. Efek Samping Penghambat Adrenergik

Efek samping yang umumnya timbul dari penggunaan penghambat alfa adalah sakit kepala, pusing,
mengantuk, hipotensi, lemas, jantung berdebar, atau berat badan bertambah.

Sedangkan efek samping yang sering dialami setelah menggunakan penghambat beta adalah pusing,
mual dan diare, penglihatan kabur, kelelahan, dan denyut jantung melambat. Efek samping lainnya,
namun jarang terjadi, adalah sulit tidur (insomnia), depresi, menurunnya gairah seksual, dan impotensi.

D.Jenis-Jenis, Merek Dagang, serta Dosis Penghambat Adrenergik

Berikut ini adalah dosis obat penghambat adrenergik untuk golongan penghambat alfa. Jika ingin
mengetahui dosis penghambat beta, silakan buka laman obat penghambat beta. Selain itu, jika ingin
mendapatkan penjelasan secara rinci mengenai efek samping, peringatan, atau interaksi dari masing-
masing obat penghambat adrenergik, silahkan lihat pada halaman Obat A-Z.

Alfuzosin

Merek dagang: Xatral XL

Bentuk obat: tablet

Pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia)

Dewasa: 2,5 mg, 3 kali sehari, maksimal 10 mg per hari.

Lansia: 2,5 mg, 2 kali sehari. Pada kondisi tidak dapat buang air kecil, dosis dapat diberikan 10 mg, 1 kali
sehari, selama 3-4 hari.

Doxazosin

Merek dagang: Cardura, Tensidox,

Bentuk obat: Tablet


Hipertensi, Benign prostatic hyperplasia

Dewasa: Dosis awal adalah 1 mg per hari, yang dikonsumsi sebelum tidur. Dosis bisa digandakan setelah
1-2 minggu pengobatan, tergantung kepada respons pasien terhadap obat.

Prazosin

Merek dagang: Redupress

Bentuk obat: tablet

Hipertensi

Dewasa: Dosis awal adalah 0,5 mg, 2-3 kali sehari, selama 3-7 hari. Setelah itu, dosis bisa ditingkatkan
menjadi 1 mg, 2-3 kali sehari jika diperlukan. Dosis maksimal adalah 20 mg per hari, yang dibagi menjadi
beberapa dosis.

Benign prostatic hyperplasia, penyakit Raynaud

Dewasa: Dosis awal adalah 0,5 mg, 2 kali sehari. Selanjutnya, dosis bisa ditingkatkan hingga 2 mg, 2 kali
sehari, tergantung kepada respons pasien terhadap obat.

Gagal jantung

Dewasa: 0,5 mg, 2-4 kali sehari.

Silodosin

Merek dagang: Urief

Bentuk obat: tablet

Benign prostatic hyperplasia

Dewasa: 4 mg, 2 kali sehari.

Tamsulosin
Merek dagang Tamsulosin: Duodart, Harnal, Prostam

Bentuk obat: tablet, kapsul

Benign prostatic hyperplasia

Dewasa: 400 mg, 1 kali sehari, yang dikonsumsi setelah makan.

Terazosin

Merek dagang: Hytrin, Hytroz, Terazosin HCL

Bentuk obat: tablet

Hipertensi

Dewasa: Dosis awal adalah 1 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap tiap 7 hari, tergantung kepada respons pasien terhadap obat. Dosis pemeliharaan adalah 2-10
mg, 1 kali sehari, maksimal 20 mg yang dibagi menjadi 1-2 dosis.

Benign prostatic hyperplasia

Dewasa: Dosis awal adalah 1 mg, yang dikonsumsi sebelum tidur. Dosis dapat ditingkatkan secara
bertahap tiap 7 hari, tergantung kepada respons pasien terhadap obat. Dosis pemeliharaan adalah 5-10
mg, 1 kali sehari.

13. GENTAMISIN SULFAT

Definisi

Gentamisin merupakan prototip golongan aminoglikosida. Aminoglikosida adalah sekelompok obat-


obatan bakterisid yang berasal dari berbagai spesies Streptomyces dan mempunyai sifat kimiawi,
antimikroba, farmakologi dan efek toksik yang sama. Selain gentamisin, yang termasuk golongan
aminoglikosida adalah streptomisin, kanamisin, neomisin, amikasin, tobramisin, sisomisin, netilmisin,
dll . Namun saat ini yang paling sering digunakan seperti gentamisin, tobramisin dan amikasin (Katzung
dkk, 2009).

Aminoglikosida adalah salah satu antibiotik pilihan untuk menangani infeksi serius. Penggunaan
antibiotik ini diindikasikan karena mempunyai spektrum luas terutama terhadap infeksi kuman aerob
gram negatif, dan berefek sinergis terhadap gram positif bila dikombinasikan dengan antibiotik lain
(misalnya β-laktam) (Rose, 2005).

Spektrum Aktivitas
Antibiotik ini mempunyai spektrum yang luas terhadap kuman aerob dan fakultatif basil gram negatif.
Aktifitasnya terutama terhadap Escherichia coli, Proteus mirabilis, dan Klebsiella sp, Morganella sp,
Citrobacter sp, Serratia sp dan Enterobacter sp, Pseudomonas sp, Acinetobacter sp dan Haemophilus
influenza (Leibovici dkk, 2009).

Mekanisme Kerja

Aktifitas gentamisin adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan
mengikat diri pada ribosom (partikel partikel kecil dalam protoplasma sel yang kaya akan RNA, tempat
terjadinya sintesa protein) di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu sehingga biosentasa
protein dikacaukan. Untuk menembus dinding bakteri mencapai ribosom, aminoglikosida yang
bermuatan kation positif akan berikatan secara pasif dengan membran luar dinding kuman gram negatif
yang mengandung muatan negatif (Radigan dkk, 2009).

Terjadinya reaksi kation antibiotik akibat adanya potensial listrik transmembran sehingga menimbulkan
celah atau lubang pada membran luar dinding kuman selain mengakibatkan kebocoran dan keluarnya
kandungan intraseluler kuman memungkinkan penetrasi antibiotik semakin dalam hingga menembus
membran sitoplasma, proses ini merupakan efek bakterisid aminoglikosida (Radigan dkk, 2009).

Farmakodinamik/Farmakokinetik

Semua golongan aminoglikosida mempunyai sifat farmakokinetik yang hampir sama. 15–30 menit paska
pemberian intravena mengalami distribusi ke ruang ekstraseluler dan konsentrasi puncak dalam plasma
dialami setelah 30-60 menit paska pemberian. Waktu paruh aminoglikosida rerata antara 1.5 hingga 3.5
jam pada fungsi ginjal yang normal, waktu paruh ini akan memendek pada keadaan demam dan akan
memanjang pada penurunan fungsi ginjal (Radigan dkk, 2009).

Ikatan aminoglikosida dan protein sangat lemah (protein binding < 10%) dan eliminasi obat ini terutama
melalui filtrasi glomerulus. Lebih 90% dari dosis aminoglikosida yang diberikan secara intravena akan
terdeteksi pada urin dalam bentuk utuh pada 24 jam pertama, sebagian kecil secara perlahan akan
mengalami resiklus kedalam lumen tubulus proksimalis, akumulasi dari resiklus ini yang akan
mengakibatkan toksik ginjal. Volume distribusi aminoglikosida adalah 0.2-0.3 L/k. Volume ini setara
dengan cairan ekstraseluler sehingga akan mudah tercapai konsentrasi terapeutik dalam darah, tulang,
cairan sinovial, peritonium, mempunyai konsentrasi distribusi pada paru dan otak (Radigan dkk, 2009).

Efek Samping

Efek samping aminoglikosida yang tersering adalah nefrotoksik. Risiko kejadian nefrotoksik yang perlu
diketahui oleh para klinisi sebelum memberikan aminoglikosida yaitu : usia tua, komorbid penyakit ginjal
dan gangguan hati, penggunaan aminoglikosida multidosis selama lebih dari 3 hari, menggunakan obat
bersifat nefrotoksik secara bersamaan seperti vankomisin, manitol, amfoterisin B dan radiokontras untuk
diagnostik atau penderita rawat Intensive Care Unite dengan hipotensi akibat hipovolemik mempunyai
risiko tinggi untuk terjadi nefrotoksik. Nekrosis tubulus renal yang mendasari nefrotoksik, umumnya
bersifat ringan dan revesibel. Recovery akan terjadi secara spontan beberapa hari setelah penghentian
obat, selama tidak didapatkan hipotensi berkepanjangan, dan tidak menggunakan obat nefrotoksik yang
lain secara bersamaan dan terjadi nekrosis kortek renal akibat penyakit yang lain (Leibovici dkk, 2009).

Efek toksik yang lain adalah kerusakan koklea dan vestibular sehingga mengakibatkan tuli bilateral yang
bersifat permanen. Efek samping ini umumnya baru terdeteksi setelah pemberian aminoglikosida selesai
diberikan. Faktor faktor risiko terjadinya efek samping ini sama halnya dengan faktor risiko pada
nefrotoksik. Salah satu efek samping aminoglikosida yang lebih jarang terjadi tetapi mengancam jiwa
(lifethreatening) yaitu kelumpuhan otot (neuromuscular blockade), manifestasi klinis ditandai dengan
kelemahan otot, penekanan sistem pernapasan dan paralisis flaccid. Faktor risiko akan komplikasi ini
adalah penderita miastenia gravis, hipomagnesemia, hipokalsemia berat dan penggunaan obat
pelumpuh otot secara bersamaan (Leibovici dkk, 2009). Efek samping yang lain yaitu hepatotoksik
terutama disebabkan oleh gentamisin, karena gentamisin merupakan zat xenobiotik yang merusak
hepatosit. Organ kedua yang dirusak setelah hepar adalah paru- paru. Gentamisin juga diduga dapat
merusak alveolus paru-paru secara tidak langsung. Difusi gentamisin ke cairan pleura dapat mencapai
keseimbangan dengan kadar plasma setelah pemberian secara berulang (Istiantoro, 2007).

Penggunaan dalam Klinik

Pemberian antibiotik harus diberikan sedini mungkin terutama pada kasus infeksi yang berat. Surviving
Sepsis Campaigne 2008 menganjurkan secara empiris menggunakan antibiotik berspektrum luas untuk
menangani sepsis berat atau syok septik dan merekomendasikan kombinasi antibiotik yang sinergik
selama 3 sampai 5 hari pertama untuk penanganan infeksi akibat Pseudomonas sp atau infeksi
netropenia. Walaupun pendapat ini masih kontroversial tetapi beberapa klinisi berpendapat bahwa
untuk menghadapi sepsis berat yang kemungkinan disebabkan oleh kuman multidrug-resistant pathogen
maka penggunaan secara empiris kombinasi antibiotik sinergis merupakan pilihan yang tepat (Leibovici
dkk, 2009).

Pemilihan aminoglikosida sebagai salah satu unsur dalam kombinasi antibiotik terutama bila
dikombinasikan dengan β-laktam merupakan pilihan yang rasional karena mempunyai efek sinergik
antara kedua kelompok antibiotik tersebut. Kombinasi aminoglikosida dan β-laktam telah banyak
digunakan pada senter yang maju sebagai inisial empirik antibiotik terutama di tempat dimana
prevalensi multidrug-resistant pathogen khususnya Pseudomonas sp yang sangat tinggi (Leibovici dkk,
2009).

Dosis Gentamicin

Dosis gentamicin yang diberikan tergantung pada jenis infeksi, tingkat keparahannya, serta riwayat
kesehatan pasien. Berikut adalah takaran umum dosis gentamicin bagi pasien dewasa tanpa gangguan
ginjal: Bentuk: Obat tetes mata

Dosis untuk Infeksi mata ringan : Gunakan 1-2 tetes obat tetes mata 0,3% maksimal 6 kali sehari.

Dosis Infeksi mata parah : Gunakan 1-2 tetes obat tetes mata 0,3% tiap 15 menit atau pakailah obat oles
mata 0,3% 2-3 kali sehari.
Dosis untuk Otitis eksterna: Gunakan 2-3 tetes obat tetes telinga 0,3%, 3-4 kali sehari sebelum tidur.

Bentuk: Obat suntik atau infus

Dosis Infeksi parah : 3-5 mg/kg berat badan selama 7-10 hari.

Dosis Infeksi saluran kemih: 160 mg; 1 kali sehari.

Bentuk: Obat oles

Dosis Infeksi kulit : Obat oles 0,1% sebanyak 3-4 kali sehari.

Indikasi Dan Kontraindikasi Gentamisin

Indikasi

Kegunaan gentamisin tetes mata adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :

Alergi akut dan kronis yang disertai radang (inflamasi).

Infeksi eksternal pada bola mata dan adneksanya yang disebabkan oleh organisme yang sensitif terhadap
gentamicin sulfate.

Peradangan mata yg responsif terhadap pengobatan dengan kortikosteroid.

Kontraindikasi

jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada betamethasone dan obat
golongan kortikosteroid lainnya.

Jangan memberikan obat ini untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap
gentamicin atau antibiotika golongan aminoglikosida lainnya.

Kortikosteroid tidak boleh digunakan dalam aktif okular herpes simpleks.

Jangan digunakan untuk penderita infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, infeksi TB atau
infeksi purulen pada mata.

Jangan digunakan untuk penderita glaukoma atau keratitis herpes.

Jangan digunakan bersama lensa kontak.

Hindarkan juga pemakaian antibiotik ini untuk bayi prematur ataupun bayi baru lahir.
14. AMOKSISILIN OBAT INTERNAL UNTUK INFEKSI PADA TELINGA

Pengertian Amoksisilin

Amoksisilin memiliki nama lain D(-)-a-amino-p hydroxybenzylpenicillin, amoksisilin atau amoksisiline.


Rumus kimia amoksisilin adalah (2S,5R, 6R)-6[[(2R)-2-Amino-2-(4hydroxyphenyl)acetyl]amino]-3,3-
dimetyl-7oxo-4-thia-1-aza bicyclo. heptane-2-carboxylic acid (Badan Pengawas Obat dan Makanan RI,
2014; Moffat et al., 2004). Amoksisilin termasuk antibiotik spektrum luas yang sering diresepkan pada
anak untuk pengobatan pneumonia dan penyakit lain, termasuk infeksi bakteri pada telinga, sinus,
tenggorokan, saluran kemih, kulit, abdomen dan darah. Amoksisilin diformulasikan dalam kapsul
konvesional, tablet, bubuk untuk suspensi oral, dan tablet dispersibel (UNICEF, 2013).

Amoksisilin Generik Berlogo

Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan
dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya (Menteri
Kesehatan RI, 2010). Obat generik memiliki kesamaan daftar nama referensi obat dengan berhubungan
pada kondisi penggunaan, bahan aktif, rute administrasi, bentuk dosis, kekuatan, keselamatan,
karakteristik performa dan labeling (Rohilla et al., 2011).

Obat generik harus sama tujuan penggunaan dengan produk pelopor yang menyediakan prototipe.
Terkadang obat generik memiliki warna, rasa, dan bahan aktif berbeda dan juga tidak terlihat sama satu
merek dengan yang lainnya karena merek dagang. Obat generik juga telah melalui ulasan ilmiah yang
ketat untuk memastikan keamanandan kemanjuran, tetapi ada banyak kesalahpahaman tentang kualitas,
efektivitas, durasi tindakan, dan khasiat mengenai produk obat generik (Rohilla et al., 2011).

Amoksisilin Generik Bermerek

Obat generik bermerek/bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan
nama milik produsen obat yang bersangkutan (Menteri Kesehatan RI, 2010). Obat generik bermerek
adalah produk inovator/pelopor yang mengalami dan melewati tes teliti dan terlibat evaluasi dalam
pengembangan produk obat.

Obat generik bermerek/inovator lebih mahal dibanding obat generik (Rohilla et al., 2011). Obat generik
bermerek dasarnya produk obat generik dan dipasarkan oleh perusahaan farmasi dibawah nama merek
yang popular dan terkenal dalam perdagangan (Rohilla et al., 2011). Contoh nama dagang amoksisilin
antara lain amolin, amopenixin, amoxa, amoxycillin, amoxypen, sumox, piramox, amoxil, amoxican
(Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014).

Farmakokinetik Amoksisilin

Absorpsi dari amoksisilin tidak terganggu oleh makanan. Amoksisilin berikatan dengan protein dalam
plasma sekitar 20% dan diekskresi dalam bentuk aktif didalam urin (Brunton et al., 2008;Harvey et al.,
2009). Amoksisilin memiliki kegunaan klinik yang luas tidak hanya karena sebagai antibakteri spektrum
luas tetapi juga karena bioavailability yang tinggi (70-90%) dengan kadar puncak pada plasma terjadi
dengan waktu 1–2 jam dan dosisnya tergantung, umumnya 1,5–3 kali lebih besar dibanding ampisillin
setelah dosis oral.

Amoksisilin terdistribusi pada banyak jaringan termasuk hati, paru, prostat, otot, empedu, asites, cairan
pleura dan sinovial dan cairan okular, terakumulasi dalam cairan amnion dan melewati plasenta tapi
buruk melewati sistem saraf pusat (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin memiliki oral availability 93%. Amoksisilin berikatan dengan protein didalam plasma 18%.
Amoksisilin diekskresikan pada urine sekitar 86% dan pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoksisilin
memiliki volume distribusi 19 L/70kg dan waktu paruh 1,7 jam (Katzung, 2006). Amoksisilin dapat
melewati plasenta, sedikit diekskresikan pada air susu ibu (ASI) dan sedikit melewati cerebrospinal fluid
(CSF) (Adesanoye et al., 2014). Amoksisilin generik memiliki waktu paruh absorbsi 2,25 jam, laju absorbsi
(Ka) 0,308/jam, waktu paruh eliminasi 3,25 jam, laju eliminasi (K) 0,185/jam, intersep 580 mg/jam,
bioavailabilitas per oral 93%, dan laju ekskresi 0,498/jam. Amoksisilin generik bermerek memiliki waktu
paruh absorbs 1,75 jam, laju absorbsi (Ka) 0,396/jam, waktu paruh eliminasi 5 jam, laju eliminasi (K)
0,139/jam, intersep 320 mg/jam, bioavalabilitas amoksisilin per oral 93% dan laju ekskresi amoksisilin
0,477/jam. Perbedaan dalam farmokinetik antara obat generik dan generik bermerek dapat
mempengaruhi efikasi dan keamanan pada resipien obat (Wahyudin et al., 2010).

Hasil penelitian menunjukan dua amoksisilin generik memiliki area under curve 50,2 dan 51,9 hmg/l,
konsentrasi plasma maksimal 14,1 dan 15,7 mg/l dan waktu untuk konsentrasi maksimal 2,08 dan 1,96
jam. Sedangkan amoksisilin generik bermerek memiliki area under curve 54,9 hmg/l, konsentrasi plasma
maksimal 16,1 mg/l dan waktu untuk konsentrasi maksimal 2,04 jam (Tacca et al., 2009).

Farmakodinamik

Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme melalui Penghambatan biosintesis
dinding sel mukopeptida selama tahap penggandaan bakteri (Imoisili, 2008). Amoksisilin lebih efektif
melawan mikroorganisme gram positif dibanding gram negatif, dan mendemonstrasikan efikasi lebih baik
dibanding penisillin, penisillin V dan dibanding antibiotik lain dalam pengobatan penyakit atau infeksi
yang beragam (Kaur et al., 2011).

Amoksisilin bekerja dengan mengikat pada ikatan penisilin protein 1A (PBP-1A) yang berlokasi didalam
dinding sel bakteri. Penisillin (amoksisilin) mengasilasi penisilin-mensensitifkan transpeptidase C-
terminal domain dengan membuka cincin laktam menyebabkan inaktivasi enzim, dan mencegah
pembentukan hubungan silang dari dua untai peptidoglikan linier, menghambat fase tiga dan terakhir
dari sintesis dinding sel bakteri, yang berguna untuk divisi sel dan bentuk sel dan proses esensial lain dan
lebih mematikan dari penisillin untuk bakteri yang melibatkan mekanisme keduanya litik dan non litik
(Kaur et al., 2011).

EFEK SAMPING AMOKSISILIN


Amoksisilin menunjukan efek samping sebagai reaksi hipersensitivitas seperti urtikaria, demam nyeri
sendi, diare, syok anafilaksis, ruam eritematosus, leukemia limfatik kronik, dan iritasi gastrointestinal
(Adesanoye et al., 2014).

Studi farmacovigilance dilakukan untuk mendokumentasikkan efek samping obat dalam program WHO
untuk International Drug Monitoring (IDM) dari Januari 1988 sampai Juni 2005, database
Pharmacovigilance Interregional Group (GIF) mengumpulkan 37,906 laporan, yang 1095 terkait dengan
amoksisilin. Persentase reaksi efek samping pada kulit 82%, gastrointestinal 13%, hepatik 4%, dan
hematologi 2% (Kaur et al., 2011).

Beberapa dosis amoksisilin yang umum digunakan untuk per oral yaitu 0,25–0,5 g tid untuk dosis
dewasa, dan 20–40 mg/kg/hari dalam tiga dosis untuk dosis anak (Katzung, 2006). Amoksisilin memiliki
toksisitas akut pada tikus, lethal dose oral pada referensi Beecham Research Laboratories untuk tikus
jantan lebih besar dari 5000mg/kgBB, lethal dose oral pada referensi Hardy, Palmer dan Cozens untuk
tikus jantan lebih besar dari 5500 mg/kgBB atau untuk tikus betina lebih besar dari 8200 mg/kgBB
(WHO, 2012).

Dosis Amoksisilin

Amoksisilin adalah antibiotik yang sangat sering digunakan. Amoksisilin dapat digunakan pada anak-
anak, dewasa, maupun pasien usia lanjut. Oleh karena itu, amoksisilin tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, maupun sirup. Tersedia amoksisilin tablet dan kapsul dengan ukuran 250 mg dan 500 mg.
Sedangkan untuk sirup, tersedia ukuran dosis 125 mg/5ml, 200 mg/5ml, dan 250 mg/ml. Amoksisilin
dapat ditemukan sebagai obat paten maupun generik.

Dosis amoksisilin sebagai terapi infeksi tenggorokan, telinga, dan infeksi saluran kemih pada pasien
dewasa ialah 2-3 kali 500 mg. Amoksisilin diberikan selama 5 hari. Untuk infeksi berat, amoksisilin dapat
diberikan untuk 10-14 hari.

Sedangkan untuk anak-anak, dosis amoksisilin tergantung berat badan. Dosisnya ialah 25-30 mg/kg/hari
terbagi dalam 2-3 kali minum. Misalkan, seorang anak memiliki berat 10 kg, maka dosis amoksisilin untuk
anak tersebut ialah 250-300 mg/hari. Jika diminum tiga kali sehari, maka sekali minum dosisnya adalah
80-100 mg.

Indikasi Dan Kontraindikasi Amoksisilin

Amoksisilin adalah salah satu obat antibiotika yang banyak diresepkan di Indonesia. Bahkan orang awam
sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep dokter. Perlu menjadi perhatian bahwa
hal tersebut tidak tepat karena penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya malah menyebabkan
seseorang kebal (resisten) terhadap antibiotik tersebut.

Amoksisilin dapat dibilang merupakan antibiotik dasar untuk penyakit, biasanya diberikan untuk pasien
anak-anak. Dewasa ini telah banyak diketahui bahwa beberapa jenis kuman telah kebal terhadap
amoksisilin.
Amoksisilin termasuk dalam golongan antibiotik beta laktamase, yakni antibiotik yang bekerja dengan
cara merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri pecah dan mati. Amoksisilin diindikasikan untuk
bakteri gram positif, yaitu bakteri-bakteri yang banyak ditemukan di kulit, saluran napas, dan saluran
kemih. Oleh karena itu, amoksisilin digunakan untuk penyakit berikut:

Infeksi tenggorokan (faringits);

Infeksi amandel (tonsilitis);

Infeksi telinga;

Infeksi saluran kemih;

Infeksi kulit;

Sakit maag yang disertai infeksi bakteri;

Pennyakit menular seksual, seperti raja singa;

Infeksi lapisan jantung (endokarditis).

Amoksisilin tidak boleh diberikan pada pasien yang pernah mengalami alergi terhadap antibiotik
amoksilin dan penisilin.

Anda mungkin juga menyukai