Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian Paranoid
Paranoid merupakan bagian dari gangguan proses pikir yang meliputi gangguan bentuk
pikiran, gangguna arus pikiran, gangguan isi pikiran. Gangguan isi pikiran dapat terjadi baik
pada isi non verbal maupun pada isi pikiran yang diceritakan misal : extansi, fantasi, hobi,
curiga, waham, dsb

Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat curiga yang
menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang yang lain dilihat sebagai
seorang agresor terhadapnya, dimana ia harus mempertahankan dirinya. Ia bersikap sebagai
pemberontak dan angkuh untuk menahan harga diri, sering ia mengancam orang lain sebagai
akibat proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dengan demikian ia kehilangan teman-teman
dan mendapatkan banyak musuh.
Orang dengan kepribadian paranoid memiliki kecenderungan umum yaitu suka
melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, menolak sifat-sifat orang lain yang tidak
memenuhi ukuran yang telah dibuatnya sendiri. Untuk mempertahankan rasa harga dirinya, ia
membuat keterangan yang tidak masuk akal tentang kesalahan-kesalahannya, tetapi yang
memuaskan emosinya sendiri. Sering diduga bahwa orang lainlah yang tidak adil,
bermusuhan, dan agresif.

Para penderita gangguan kepribadian paranoid cenderung tidak memiliki kemampuan


untuk menyatakan perasaan negatif yang mereka miliki terhadap orang lain, selain itu mereka
pada umumnya juga tidak kehilangan hubungan dengan dunia nyata, dengan kata lain berada
dalam kesadaran saat mengalami kecurigaan yang mereka alami walau secara berlebihan.
Penderita akan merasa sangat tidak nyaman untuk berada bersama orang lain, walaupun di
dalam lingkungan tersebut merupakan lingkungan yang hangat dan ramah. Dimana dan
bersama siapa saja mereka akan memiliki perasaan ketakutan akan dikhianati dan
dimanfaatkan oleh orang lain.
B. ETIOLOGI
Secara spesifik penyebab dari munculnya gangguan ini masih belum diketahui,
namun seringkali dalam suatu kasus muncul pada individu yang memiliki anggota keluarga
dengan gangguan skizofrenia, dengan kata lain faktor genetik masih mempengaruhi.
Gangguan kepribadian paranoid juga dapat disebabkan oleh pengalaman masa kecil yang
buruk ditambah dengan keadaan lingkungan yang dirasa mengancam. Pola asuh dari orang
tua yang cenderung tidak menumbuhkan rasa percaya antara anak dengan orang lain juga
dapat menjadi penyebab dari berkembangnya gangguan ini.
1
Penelitian mengidentifikasikan ada 5 faktor yang dapat membuat orang Paranoid.
Bahkan terkadang kita mengalami salah satu atau beberapa faktornya. Seseorang yang
memiliki sifat paranoid dikarenakan oleh beberapa faktor tersebut atau bahkan kombinasi
dari semua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Stres dan perubahan hidup yang besar
b. Emosi negatif seperti kecemasan dan depresi
c. Perasaan yang tidak biasa di dalam dirinya
d. Penjelasan orang lain
e. Penyebab
Penyebab pasti terjadinya gangguan kepribadian paranoid belum sepenuhnya
diketahui namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi :
 Genetik
Gangguan kepribadian kelompok A (paranoid, skizoid, dan skizotipal) lebih
sering ditemukan pada sanak saudara biologis dari pasien skizofrenik. Secara
bermakna gangguan kepribadian skizotipal lebih banyak ditemukan dalam
riwayat keluarga skizofrenia. Korelasi yang lebih jarang ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid atau skizoid dengan skizofrenia.
 Tempramental
Gangguan kepribadian tertentu mengkin berasal dari kesesuaian parental yang
buruk misalnya kultur yang memaksakan agresi mungkin secara tidak sengaja
mendorong dan dengan demikian berperan dalam gangguan kepribadian
paranoid.
 Disfungsi kognitif
Pada penelitian yang dilakukan oleh Forsell & Henderson yang dilakukan
pada oarang lanjut usia menemukan bahwa disfungsi kognitif dapat menjadi
faktor resiko terjadinya gejala paranoid. Dengan melakukan pengukuran aliran
darah regional, pada pasien dengan gejala paranoid menunjukkan peningkatan
aktifitas fungsional terutama pada regio frontal dan menunjukkan penurunan
aliran darah pada regio temporal posterior.
 Isolasi social

2
Pada penelitian yang sama yang dilakukan oleh Forsell &
Handersonmengemukakan bahwa pasien yang mengalami isolasi sosial
termasuk di dalamnya akibat perceraian, tidak memiliki teman atau jarang
mendapat kunjungan memiliki hubungan dengan terjadinya gejala paranoid.
C. Tanda dan gejala
Penderita terkadang tidak realistis fantasi berlebihan, sering terbiasa dengan isu-isu
kekuasaan dan pangkat, dan cenderung menstereotipkan negatif orang lain, terutama yang
dari kelompok populasi berbeda dari mereka sendiri. Bagi orang lain, sikap sipenderita
dianggap fanatik.

Tanda :
Beberapa gejala yang ditunjukan dalam gangguan kepribadian paranoid antara lain
adalah:
1. Kecurigaan yang sangat berlebihan.
2. Meyakini akan adanya motif-motif tersembunyi dari orang lain.
3. Merasa akan dimanfaatkan atau dikhianati oleh orang lain.
4. Ketidakmampuan dalam melakukan kerjasama dengan orang lain.
5. Isolasi sosial.
6. Gambaran yang buruk mengenai diri sendiri.
7. Sikap tidak terpengaruh.
8. Rasa permusuhan.
9. Secara terus menerus menanggung dendam yaitu dengan tidak memaafkan
kerugian, cedera atau kelalaian.
10. Merasakan serangan terhadap karakter atau reputasinya yang tidak tampak bagi
orang lain dan dengan cepat bereaksi secara marah dan balas menyerang.
11. Enggan untuk menceritakan rahasia orang lain karena rasa takut yang tidak perlu
bahwa informasi akan digunakan secara jahat untuk melawan dirinya.
12. Kurang memiliki rasa humor.
13. Mereka yang memiliki gangguan ini menunjukan kebutuhan yang tinggi terhadap
mencukupi dirinya, terkesan kaku dan bahkan memberikan tuduhan kepada orang
lain. Dikarenakan perilaku menghindar mereka terhadap kedekatan dengan orang

3
lain menjadikan mereka terlihat sangat penuh perhitungan dalam bertindak dan
juga berkesan dingin. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebanyakan
gangguan ini ditemukan pada pria dibandingkan pada perempuan.

Gejala :
Beberapa tanda-tanda pada Gangguan Kepribadian Paranoid, antara lain :
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan.
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, meskipun pada masalah-
masalah kecil.
3. Kecurigaan dan kecenderungan pervasif untuk menyalah-artikan tindakan orang
lain yang netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Mempertahankan dengan gigih bila perlu dengan kekuatan fisik tentang hak
pribadinya yang sebenarnya tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
5. Kecurigaan yang berulang, tanpa dasar, tentang kesetiaan seksual dari
pasangannya.
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang dinyatakan
dalam sikap menyangkut harga diri yang menetap.
7. Dirundung oleh rasa persekongkolan dari suatu peristiwa terhadap baik diri pasien
maupun dunia luar pada umumnya tanpa bukti.
8. Selalu waspada dan hati-hati yang berlebihan bila berurusan dengan orang lain.
9. Selalu menghindari hubungan interpersonal.

D. Patofisiologi
Individu yang mengalami paranoia merasa sendirian, diabaikan, dimata-matai, dan
persepsi salah lainnya tentang adanya ancaman dari ‘musuh.’ Delusi ini biasanya berpusat
pada satu hal misalnya menyangkut masalah keuangan, pekerja, pasangan yang tdk dapat
dipercaya atau masalah-masalah kehidupan lainnya. Orang yang mengalami kegagalan
dalam bekerja akan mengembangkan sikap curiga seperti ada orang lain yang cembutu
terhadap prestasi kerjanya sehingga ingin menjatuhkannya.
Seorang paranoia memiliki alasan tertentu mengapa mereka curiga dan tidak mau
menerima alasan lain yang sebenarnya lebih benar. Karena sikap curiga tersebut ia dapat
melakukan interogasi terhadap mereka yang dianggap musuh. Banyak dari paronoia ini

4
memiliki waham dimana ia seorang superior dan memiliki kemampuan yang unik.
Terkadang mereka merasa mendapat mandat atau wahyu untuk menjalankan suatu misi suci,
melakukan pembaharuan dan perubah sosial. Para paranoiac religius mengembangkan
keyakinan bahwa ia mendapat amanat dari Tuhan untuk menyelamatkan manusia dan
melakukan khotbah-khotbah bahkan mengajak dilakukannya perang suci.
Berkaitan dengan delusi yang dialami paranoiac dapat tampil dengan sangat
sempurna, berbicara fasih dan terkesan memiliki emosian yang matang. Halusinasi dan ciri
gangguan lain jarang ditemukan pada paranoiac ini. Mereka berupaya melakukan
pembenaran dengan cara-cara yang logis agar dapat dipercaya. Dalam kasus ini sangat sukar
dibedakan mana yang fakta atau hanya sekedar imaji. Mereka berupaya agar orang-orang
disekitarnya mempercayai apa yang dikatakannya. Mereka gagal untuk melihat fakta lain
diluar apa yang mereka yakini dan kurang dapat membuktikan keyakinannya, kecurigaanya
serta mereka menjadi tidak komunikatif saat ditanyakan mengenai delusinya tersebut
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang dapat
menaikkan stres, kecemasan dengan berakhir dengan gangguan persepsi.
Disamping itu karena pengurus proses tumbang yang tidak tuntas seperti BHSP
tidak baik, kegagalan dalam mengungkapkan perasaan, pikiran serta proses
kehilangan yang berkepanjangan.
b. Faktor Sosial Budaya
Pengalaman hidup yang patut, pengalaman tersebut menyebabkan individu menjadi
cemas, merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan, individu mencoba
menggunakan koping dengan mengingkari ancaman/ dengan perilaku proyeksi.
c. Faktor Fisik
Intoksikasi alkohol, kekurangan gisi, hygiene perorangan yang buruk, sulit tidur.
d. Status Emosi
Ketakutan menjadi berbahaya, isolasi, pikiran yang di kontrol rasa curiga yang
ekstrim, bermusuhan/ marah, perasaan rendah diri/ ketidak berdayaan, rasa malu,
rasa bisalah, perasaan mendatar, tumpul tidak sesuai dengan keadaan.
e. Status Intelektual

5
Perasaan yang terpecah, paranoid, sombong, gagguan seksual, ketidakmampuan
dalam mengambil keputusan
f. Status Sosial
Kegagalan dalam mengungkapkan pikiran, menarik diri, isolasi, cepat menyalahkan
orang lain, hgangguan melakukan peran sosial, curiga

E. Klasifikasi
Saat ini ada 2 jenis psikosis paranoid yang termasuk dalam kelompok gangguan paranoid,
yaitu :
1. Paranoid, dimana terjadinya delusi yang berkembang secara perlahan kemudian menjadi
rumit, logis dan sistematis serta hal tersebut berpusat pada delusi merasa dikejar-kerjar
atau waham kebesaran. Meski adanya delusi, kepribadian penderita masih utuh, tidak ada
disorganisasi yang serius dan tanpa halusinasi.
2. Paranoid state, terjadinya perubahan delusi yang paranoid dan cara berpikir menjadi tidak
ligis serta munculnya ciri-ciri paranoia, meskipun belum menunjukkan perilaku yang
aneh atau deteriorasi seperti yang ditemukan pada kasus schizophrenia paranoid.
Biasanya kondisi ini berhubungan dengan stress yang kuat dan mungkin pula karena
fenomena kefanaan. Paranoid states sering mewarnai gambaran klinis dari jenis gangguan
patologis lainnya.
Namun, perhatian utama kita saat ini tertuju pada paranoia. Paranoia relatif sedikit
ditemukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa, namun hal ini mungkin terjadi
karena kekeliruan dalam mengidentifikasi gangguan mental. Banyak para
penemu/inventor, guru, eksekutif bisnis, reformer fanatik, pasangan pencemburu, orang-
orang nyentrik yang mendalami suatu ajaran tertentu termasuk dalam kategori ini.
Namun, uniknya mereka ini mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat.
Dalam beberapa kasus diantara mereka ada yang berkembang menjadi seseorang yang
sangat berbahaya.

F. Penanggualangan
Pada tahap awal paranoid, penanganan secara kelompok maupun individual masih
efektif, terutama apabila penderita memiliki kesadaran untuk memcari bantuan profesiona.

6
Tehnik terapi tingkah laku menunjukkan hal-hal menjanjikan seperti, ide paranoid
muncul karena berbagai kombinasi hal-hal yang tidak menyenangkan, berbagai faktor
perubah dalam situasi kehidupan seseorang semakin memperkuat perilaku maladaptifnya dan
berkembang menjadi cara yang ampuh untuk mengatasi permasalahannya.
Sekali sistem delusi menetap, penanganan akan menjadi sangat sukar. Biasanya sulit
berkomunikasi dengan paranoiac untuk mengatasi masalahnya dengan cara-cara yang
rasional. Dalam situasi seperti ini penderita enggan berkonsultasi, tetapi mereka berusaha
mencari pembenaran dan pengertian dari orang lain terhadap kesalahan yang mereka
lakukan.
Hal yang tidak menguntungkan adalah kurang begitu bermanfaatnya merumah
sakitkan paranoiac. Kepada paranoiac biasanya lebih efektif memberikan hukuman daripada
penanganan. Mereka cenderung menunjukkan kesuperiorannya kepada pasien lain apabila di
rumah sakit dan mengeluh apabila keluarga dan petugas kesehatan menempatkan mereka di
rumah sakit tanpa alasan yang valid, sehingga mereka menolak bekerjasama dan
berpartisipasi dalam kegiatan treatment. Dengan demikian kegagalannya untuk
mengendalikan tindakan dan pikirannya dan sulitnya bekerjasama membuat mereka tinggal
dalam waktu lama di rumah sakit. Hal ini membuat mereka susah untuk recovery. Meskipun
demikian secara tradisional prognosa tentang paranoia kurang begitu bermanfaat.
Pada saat awal mengidentifikasikan psikosis dengan schizophrenia dan paranoia,
telah disepakati bahwa manifestasi klinis dari kasus ini harus dibedakan dengan gangguan
neurosis atau psikosomatik. Ciri schizophrenia jelas adanya kegagalan pemahaman /kontak
dengan realitas dan terjadi disorganisasi kepribadian seperti gangguan dalam fungsi berpikir,
afek/perasaan maupun masalah perilaku.
Identifikasi sebagian besar jenis schizophrenia seperti acute, paranoid, katatonik,
hebephrenic dan simple memperlihatkan perbedaan klinis untuk setiap jenis. Berbagai faktor
penyebab masih sulit dipahami mengapa hal tersebut dapat berkembang. Meskipun demikian
para ahli melihat adanya peran faktor genetik yang signifikan yang menyebabkan
schizophrenia. Mungkin karena neuropshysiological atau perubahan biochemical yang
mengganggu otak berfungsi normal, termasuk disini adalah kegagalan dalam menyeleksi
mekanismenya. Penyebab yang tepat dari perubahan tersebut harus dapat dipastikan untuk
menetukan apakah karena faktor genetik atau karena gangguan mental. Namun, harus pula

7
diperhatikan penyebab psiikologis lainnya yang signifikan. Disamping itu faktor psikososial
memegang peranan penting pula.Penanganan inovatif perlu dipertimbangkan seperti
chemotherapy, terapi psikososial, program paska perawatan akan membuat kondisi penderita
lebih baik.

G. Pengobatan
Pengobatan paranoia sangat sulit. Metode utama pengobatan antara lain:
1. Metode psikoanalitik
Dibandingkan dengan penyakit mental lainnya, pada gangguan ini metode tersebut
kemungkinan sulit diterapkan karena pasien tidak mau bekerja sama dengan dokter.
2. Suntikan Insulin
Beberapa pasien juga merespon pengobatan ini, tetapi tidak semua pasien bisa
menerima pengobatan ini karena perasaan curiga yang dimilikinya.
3. Medikasi
Medikasi atau pengobatan untuk gangguan kepribadian paranoid secara umum
tidaklah mendukung, kecenderungan yang timbul biasanya adalah meningkatnya rasa
curiga dari pasien yang pada akhirnya melakukan penarikan diri dari terapi yang telah
dijalani. Para ahli menunjuk pada bentuk perawatan yang lebih berfokus kepada
kondisi spesifik dari gangguan tersebut seperti kecemasan dan juga delusi, dimana
perasaan tersebut yang menjadi masalah utama perusak fungsi normal mental
penderita. namun untuk penanggulangan secara cepat terhadap penderita yang
membutuhkan penanganan gawat darurat maka penggunaan obat sangatlah
membantu, seperti ketika penderita mulai kehilangan kendali dirinya seperti
mengamuk dan menyerang ornag lain.
Sama halnya dengan gangguan kepribadian lainnya, tidak ada obat medis yang dapat
menyembuhkan secara langsung PPD. Penggunaan obat-obatan diberikan bila
individu mengalami kecemasan berupa diazepam (dengan batasan waktu tetentu saja),
penggunaan thioridazine dan haloperidol (anti psikotik) diberikan bila individu PPD
untuk mengurangi agitasi dan delusi pada pasien.
4. Psikoterapi

8
Psikoterapi merupakan perawatan yang paling menjanjikan bagi para penderita
gangguan kepribadian paranoid. Orang-orang yang menderita penyakit ini memiliki
masalah mendasar yang membutuhkan terapi intensif. Hubungan yang baik antara
terapis dengan klien kunci kesembuhan klien. Walau masih sangat sulit untuk
membangun suatu hubungan yang baik dikarenakan suatu keragu-raguan yang timbul
serta kecurigaan dari diri klien terhadap terapis.
Kesulitan yang dihadapi oleh terapist pada gangguan ini adalah penderita tidak
menyadari adanya gangguan dalam dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan
dari terapist. Kesulitan lain yang dihadapi terapis bahwa individu PDD sulit
menerima terapis itu sendiri, kecurigaan dan tidak percaya membuat terapi sulit
dilakukan.
5. Farmakoterapi.
Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan. Pada sebagian
besar kasus, obat anti anxietas seperti diazepam dapat digunakan. Pemberian obat anti
anxietas di indikasikan atas dasar adanya kecemasan dan kekhawatiran yang
dipersepsi sebagai ancaman yang menyebabkan individu tidak mampu beristirahat
dengan tenang. Diazepam dapat diberikan secara oral dengan dosis anjuran 10-30
mg/hari dengan 2-3 kali pemberian. Atau mungkin perlu untuk menggunakan anti
psikotik, seperti thioridazine atau haloperidol, dalam dosis kecil dan dalam periode
singkat untuk menangani agitasi parah atau pikiran yang sangat delusional. Obat anti
psikotik pimozide bisa digunakan untuk menurunkan gagasan paranoid.
6. Hal-hal lain yang harus diperhatikan terapis adalah bagaimana terapis menjaga sikap,
perilaku, dan pembicaraanya, individu PDD akan meninggalkan terapi bila ia curiga,
tidak menyukai terapisnya. Terapis juga harus menjaga dirinya untuk tidak melucu
didepan individu PPD yang tidak memiliki sense of humor. Menjaga tidaknya
konfrontasi ide-ide atau pemikiran secara langsung dengan pasien.
7. Terapi yang digunakan adalah Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum
CBT membantu individu mengenal sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan
dan pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif. Terapi kelompok dalam
CBT, individu akan dilatih agar mampu menyesuaikan dirinya dengan orang lain,
saling menghargai dan mengenal cara berpikir orang lain secara positif dan

9
mengontrol amarahnya sehingga individu dapat menciptakan hubungan interpersonal
yang baik.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Selama pengkajian perawat harus mengumpulkan data tentang sifat paranoid dan
pengaruhnya. Aspek – aspek yang perlu dikaji :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan interpersonal yang
dapat menaikkan stres, kecemasan dengan berakhir dengan gangguan
persepsi. Disamping itu karena pengurus proses tumbang yang tidak tuntas
seperti BHSP tidak baik, kegagalan dalam mengungkapkan perasaan, pikiran
serta proses kehilangan yang berkepanjangan.
b. Faktor Sosial Budaya
Pengalaman hidup yang patut, pengalaman tersebut menyebabkan individu
menjadi cemas, merasakan ada sesuatu yang tidak menyenangkan, individu
mencoba menggunakan koping dengan mengingkari ancaman/ dengan
perilaku proyeksi.
c. Faktor Fisik
Intoksikasi alkohol, kekurangan gisi, hygiene perorangan yang buruk, sulit
tidur.
d. Status Emosi
Ketakutan menjadi berbahaya, isolasi, pikiran yang di kontrol rasa curiga yang
ekstrim, bermusuhan/ marah, perasaan rendah diri/ ketidak berdayaan, rasa
malu, rasa bisalah, perasaan mendatar, tumpul tidak sesuai dengan keadaan.
e. Status Intelektual
Perasaan yang terpecah, paranoid, sombong, gagguan seksual,
ketidakmampuan dalam mengambil keputusan
f. Status Sosial

10
Kegagalan dalam mengungkapkan pikiran, menarik diri, isolasi, cepat
menyalahkan orang lain, hgangguan melakukan peran sosial, curiga

2. Faktor Presipitasi
Mengindentifikasi factor pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam,
misalnya :
 Kehilangan orang yang dicintai, baik kematian maupun perpisahan
yang
 Kehilangan biopsikososial, seperti kehilangan salah satu anggota tubuh
karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social,
kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
 Kehilangan milik pribadi misalnya kehilagan harta benda, kehilangan
kewarganegaraan, rumah kena gusur, dan sebagainya.
 Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit,
perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup

B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan delusional , waham yang terpaku tidak ditemukan pada gangguan
kepribadian paranoid
2. Skizofrenia paranoid, halusinasi dan pikiran formal tidak ditemukan pada
gangguan kepribadian paranoid.
3. Gangguan kepribadian ambang, pasien paranoid jarang mampu terlibat secar a
berlebihan dan rusuh dalam persahabatan dengan orang lain seperti pasien
ambang. Pasien paranoid tidak memiliki karakter antisosial sepanjang riwayat
perilaku antisosial.

C. Rencana tindakan keperawatan


1. Tujuan Umum
a. Klien dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis
b. Klien dapat meningkatkan perannya
c. Klien menampakkan perilaku yang adekuat ( dampak krisis tidak terlihat )

11
d. Klien mampu meningkatkan system pendukung dalam menghadapi krisis
di kemudian hari
2. Tindakan keperawatan
a. Manipulasi Lingkungan
Intervensai yang secara langsung untuk merubah situasi yang bertujuan
memberikan dukungan situasional atau kehilangan stress
b. Dukungan umum
Memberikan rasa aman dan naman bahwa perawat dengan sikap hangat,
menerima, empati penuh perhatin berada di pihak klien untuk memberikan
dukungan
c. Pendekatan umum
Intervensi diberikan untuk individu atau masyarakat dengan resiko tinggi
sesegera mungkin, seperti krisis pada korban bencana. Membantu mereka
menghadapi proses berduka
d. Pendekatan individual
Pendekatan ini termasuk menegakkan diagnose dan terapi terhadap
masalah spesifik pada klien tertentu. Pendekatan individual ini efektif
untuk semua jenis krisis ketika terdapat peristiwa mencederai diri sendiri
dan orang lain. Teknis intervensi krisis bersifat aktif, local, dan ekspolarif
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sesegara mungkin.

D. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan kepada pasien.

E. Evaluasi
Beberapa hal yang perlu di evaluasi antara lain :
a. Klien dapat menjalankan fungsinya kembali
b. Perilaku maladaptif atau gejala yang ditunjukkan oleh klien berkurang
c. Klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif
d. Klien mempunyai sistem pendukung untuk membantu koping terhadap krisis yang
akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

NANDA.2015.Asuhan Keperawatan : Definisi Waham Hal 228 MediAction.Jogjakarta


https://www.academia.edu/skizofrenia_paranoid di akses pada 24 April 2019 pukul
23.16
https://id.scribd.com.paranoid diakses pada 24 April 2019. Pukul 22.30

13

Anda mungkin juga menyukai