Bab I Pendahuluan: The Lupus Foundation of Amerika Memperkirakan Sekitar 1,5 Juta Kasus
Bab I Pendahuluan: The Lupus Foundation of Amerika Memperkirakan Sekitar 1,5 Juta Kasus
PENDAHULUAN
organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
jaringan. Etiopatologi dari SLE belum diketahui secara pasti. SLE merupakan
salah satu penyakit tidak menular yang angka kejadiannya terus meningkat. 1,2
terjadi di Amerika dan setidaknya terjadi sebanyak lima juta kasus di dunia.
Setiap tahunnya diperkirakan terjadi enam belas ribu kasus baru lupus. Di
jumlah penderita SLE secara tepat belum diketahui tetapi diperkirakan sama
kesintasan (survival) SLE untuk 1-5, 5-10, 10-15, 15-20, dan 20 tahun adalah
1
93-97%, 84- 95%, 70-85%, 64-80%, dan 53-64%. Kesintasan 5 tahun pasien
SLE di RSCM adalah 88% dari pengamatan terhadap 108 orang pasien SLE
yang berobat dari tahun 1990-2002. Angka kematian pasien dengan SLE
klinis, perjalanan penyakit SLE sangat beragam dan risiko kematian yang tinggi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
yang menyebabkan inflamasi kronis. Penyakit ini terjadi dalam tubuh akibat
sistem kekebalan tubuh salah menyerang jaringan sehat. Penyakit ini juga
berbeda dengan penderita lainnya tergantung dari organ apa yang diserang
oleh antibody tubuhnya sendiri. Manifestasi klinis yang paling sering dijumpai
Gambaran klinis SLE dapat berubah, baik dalam hal aktivitas penyakit
dengan gejala klinis yang beragam. Tidak ada mekanisme aksi tunggal yang
dapat menjelaskan seluruh kasus, dan kejadian awal yang memicunya masih
belum diketahui. Pada kasus yang lebih berat, SLE bisa menyebabkan nefritis,
dapat terjadi pada pasien dengan SLE aktif. Peningkatan berat badan juga
3
lainnya, penyakit menular, kelainan endokrin, dan fibromyalgia. SLE juga
respons imun abnormal, yang bervariasi antara pasien yang berbeda. Respons
tersebut dapat meliputi (1) aktivasi imunitas bawaan (sel dendritik, monosit /
makrofag) oleh DNA CpG, DNA dalam kompleks imun, DNA virus atau RNA,
dan RNA dalam RNA / protein self-antigen; (2) menurunkan ambang aktivasi
dan jalur aktivasi abnormal dalam sel imunitas adaptif (limfosit T dan B
matang); (3) sel T CD4 + dan CD8 + regulator yang tidak efektif, sel B, dan sel
Antigen sendiri (DNA / protein nukleosom; RNA / protein dalam Sm, Ro,
dan La; fosfolipid) dikenali oleh sistem kekebalan pada bleb permukaan sel-sel
4
Gambar.1 Patogenesis dan etiologi SLE5
ultraviolet menyebabkan suar SLE pada sekitar 70% pasien, mungkin dengan
meningkatkan apoptosis dalam sel kulit atau dengan mengubah DNA dan
menginduksi respon imun normal yang melibatkan sel T dan B tertentu yang
mengenali antigen sendiri; sel seperti itu tidak diatur dengan tepat, dan
5
yang patogen menyebabkan penyakit klinis. Virus Epstein-Barr (EBV) dapat
menjadi salah satu agen infeksius yang dapat memicu SLE pada individu yang
rentan. Anak-anak dan orang dewasa dengan SLE lebih mungkin terinfeksi
oleh EBV daripada kontrol yang sesuai usia, jenis kelamin, dan etnis.5
Patogenesis SLE terdiri dari tiga fase, yaitu fase inisiasi, fase propagasi,
dan fase puncak (flares). Inisiasi lupus dimulai dari kejadian yang menginisiasi
karena kerentanan yang dimiliki oleh pasien SLE. Fase profagase ditandai
cara (1) pembentukan dan generasi kompleks imun, (2) berikatan dengan
molekul ekstrasel pada organ target dan mengaktivasi fungsi efektor inflamasi
di tempat tersebut, dan (3) secara langsung menginduksi kematian sel dengan
sistem imun dengan antigen yang pertama muncul. Apoptosis tidak hanya
terjadi selama pembentukan dan homeostatis sel namun juga pada berbagai
penyakit.4,5
6
2.3 Gambaran Klinik Lupus Eritematosus Sistemik
Manifestasi Umum
dimana yang terlibat misalnya dari kulit, membrana mukosa, sendi, ginjal, otak,
seperti : cepat lelah, nafsu makan menurun, demam dan menurunnya berat
badan, hal ini merupakan gejala awal atau bahkan komplikasi dari penyakitnya.
diproduksi oleh leukosit PMN dan monosit yang melepaskan berbagai sitokin
inflamasi seperti: TNF alpha, IL-1, IL-2, IL-6 dan interferon serta produksi asam
timbul bila keadaan penyakitnya masih aktif, penderita merasa cepat Lelah dan
SLE, kejadiannya berkisar antara 80-90 kasus. Kelainan pada kulit dapat
dibagi menjadi kelainan yang bersifat spesifik dan kelainan yang bersifat non
spesifik. Kelainan yang bersifat spesifik dibagi menjadi kelainan yang bersifat
akut, kelainan sub akut, dan kelainan yang bersifat kronik. Pada kelainan yang
7
bersifat akut timbul rash atau ruam setelah terpapar sinar matahari dan rash
Pada lesi yang bersifat sub akut atau sering dikenal juga dengan istilah
simetrik , superfisial dan tidak mengalami jaringan parut yang umumnya terjadi
pada daerah bahu, ekstensor ekstremitas atas bagian bawah (lengan bawah),
leher, dada sebelah atas dan punggung belakang. Lesi ini umumnya
bentuknya kecil, kemerahan dan bentuk papula atau plak yang sedikit menebal
Yang membedakan antara lesi sub akut dan kronik pada lesi sub akut
tidak terjadi jaringan parut. Pada lesi yang bersifat kronik seperti lupus discoid
memiliki ciri-ciri khusus, yaitu plak yang sering kali berwarna kemerahan
seolah-olah kulit menebal dan disertai folikel rambut. Kelainan pada kulit yang
kronik ini umumnya terjadi di daerah yang mudah terpapar dengan sinar
matahari secara langsung seperti pada muka, leher, kulit kepala dan belakang
telinga, sedangkan punggung atas agak jarang. Kelainan lesi SLE yang
bersifat spesifik antara lain: alopesia (kebotakan) dan profundus lupus yakni
lesi bentuk noduler dengan atau tanpa disertai dengan lesi kulit diatasnya.
Nodul sering dijumpai pada daerah kulit kepala, muka, tangan, dada,
8
Manifestasi Kardiovaskular
atau dalam kasus kronik penebalan dan fibrosis perikardium. Tamponade atau
dengan SLE aktif dan gejala dada tidak khas, perubahan EKG minimal, aritmia,
ditemukan pada SLE. Penyempitan arteri ireversibel di tangan dan kaki sering
Manifestasi Paru
Pleurisy sering ditemukan pada SLE. Nyeri dada khas pleuritik, rub, dan
efusi dengan bukti radiografi dapat ditemukan pada sebagian pasien, namun
sebagian lain mungkin hanya berupa gejala tanpa temuan obyektif. Infeksi
9
parenkim paru, pneumonitis atau alveolitis, dan dibuktikan dengan batuk,
hidup. Perdarahan alveolus difus dapat timbul dengan atau tanpa pneumonitis
akut dan memiliki angka mortalitas yang sangat tinggi. Pneumonitis lupus
kronik dengan perubahan fibrotik pada paru mirip dengan fibrosis paru
Penyakit paru restriktif juga dapat diakibatkan oleh perubahan pleuritik jangka
antibody antifosfolipid harus disingkirkan pada pasien dengan gejala paru yang
3,4,5
tidak dapat dijelaskan.
Manifestasi Ginjal
difus agresif yang menuju gagal ginjal. Gambaran klinis ditandai dengan
hipertensi, sedimen eritrosit atau kristal eritrosit pada sediaan sedimen urin,
10
dan penurunan laju filtrasi glomerulus progresif dengan peningkatan kreatinin
Manifestasi Gastrointestinal
khas untuk pasien SLE. Peritonitis steril dengan asites jarang namun
noninfeksi pada SLE, yang tidak dapat dibedakan dengan hepatitis autoimun
Manifestasi Muskuloskeletal
sinovitis dan nyeri, bersifat non-erosif dan non-deforming. Atralgia atau artritis
11
biasa muncul pada awal penyakit dan merupakan gejala klinik tersering pada
otot jarang ditemukan dan biasanya merupakan gejala yang tumpang tindih.
terjadi pada kaput femoris, kaput humoral, lempeng tibia, dan talus. Artralgia
dan mialgia merupakan gejala lain yang sering ditemukan, dapat disebabkan
berat mengenai sendi tangan yang dikenal sebagai Jaccoud artropati dengan
gejala mirip artritis rheumatoid seperti adanya swan neck deformity, hal ini
kriteria terpenuhi (klasik) yang mengacu pada kriteria dari the American
12
College of Rheumbatology (ACR) revisi tahun 1997. Berdasarkan kriteria ACR,
diagnosis SLE dapat ditegakkan jika memenuhi 4 dari 11 kriteria tersebut yang
13
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik2
14
Berdasarkan kriteria SLICC 2012, diagnosis SLE dapat ditegakkan jika
memenuhi 4 dari kriteria klinis dan imunologis atau memiliki biopsi terbukti
sensitivitas 85% dan spesifisitas 95%. Sedangkan bila hanya 3 kriteria dan
salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE dan diagnosis
bergantung pada pengamatan klinis. Bila hasil tes ANA negatif, maka
kemungkinan bukan SLE. Apabila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis
lain tidak ada, maka belum tentu SLE, dan observasi jangka panjang
diperlukan.2
15
Pemeriksaan Penunjang Minimal Lain yang Diperlukan untuk Diagnosis
dan Monitoring
2. Urin rutin dan mikroskopik, protein kwantitatif 24 jam, dan bila diperlukan
kreatinin urin.
monitoring.
16
2.5 Pengelolaan SLE
memperhatikan berbagai faktor seperti jenis organ yang terlibat clan derajat
terbatas pada pemakaian obat saja, namun perlu pendekatan yang lebih
Tujuan
fungsi organ agar aktivitas hidup keseharian tetap baik guna mencapai kualitas
Pilar Pengobatan
Baik untuk SLE ringan atau sedang dan berat, diperlukan gabungan
strategi pengobatan atau disebut pilar pengobatan. Pilar pengobatan SLE ini
17
pengobatan tercapai. Perlu dilakukan upaya pemantauan penyakit mulai dari
reumatologi.2
I. Edukasi / Konseling
dukungan dari sekitarnya dengan maksud agar dapat hidup mandiri. Perlu
matahari (ultra violet) dengan memakai tabir surya, payung atau topi;
mengalami infeksi. Perlu pengaturan diet agar tidak kelebihan berat badan,
18
penyakit ataupun akibat pemakaian obat-obatan. Butir-butir edukasi pada
SLE tergantung maksud dan tujuan dari program ini. Salah satu hal penting
adalah pemahaman akan turunnya masa otot hingga 30% apabila pasien
dengan SLE dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2 minggu.
Disamping itu penurunan kekuatan otot akan terjadi sekitar 1-5% per hari
nerve stimulation (TENS) memberikan manfaat yang cukup besar pada pasien
19
Secara garis besar, maka tujuan, indikasi dan tekhnis pelaksanaan
1. Istirahat
2. Terapi fisik
4. Ortotik
5. Lain-lain.
Berikut ini adalah jenis, dosis obat yang dipakai pada SLE serta
pemantauannya.
Kortikosteroid
dan imunosupresi.
20
Tabel 3. Pembagian dosis kortikosteroid2
rematik. Dosis rendah sampai sedang digunakan pada SLE yang relatif tenang.
Dosis sedang sampai tinggi berguna untuk SLE yang aktif. Dosis sangat tinggi
dan terapi pulse diberikan untuk krisis akut yang berat seperti pada vaskulitis
21
- Efek Samping Kortikosteroid
nyawa, induksi atau pada kekambuhan. Dosis tinggi ini biasanya diberikan
22
hari berturut-turut.2
sehari maka dapat dilakukan penurunan 5-10 mg setiap 1-2 minggu. Diikuti
dengan penurunan 5 mg setiap 1-2 minggu pada dosis antara 40-20 mg/hari.
Selanjutnya diturunkan 1-2,5 mg/ hari setiap 2-3 minggu bila dosis prednison
aktivitas penyakit.2
yang sering digunakan sebagai sparing agent ini adalah azatioprin, mikofenolat
23
mofetil, siklofosfami dan metotrexate. Pemberian terapi kombinasi ini adalah
Obat-obatan:
- Obat anti inflamasi non steroidal (OAINS), sesuai panduan diagnosis dan
potensi ringan)
250 mg mengandung 150 mg klorokuin basa) catatan periksa mata pada saat
hidroksiklorokuin dosis 5- 6,5 mg/kg BB/ hari (200-400 mg/hari) dan periksa
- Kortikosteroid dosis rendah seperti prednison < 10 mg / hari atau yang setara.
24
Tabir surya: Gunakan tabir surya topikal dengan sun protection factor
Misal pada serosistis yang refrakter: 20 mg / hari prednison atau yang setara. 2
Pilar pengobatan sama seperti pada SLE ringan kecuali pada penggunaan
obat- obatannya. Pada SLE berat atau yang mengancam nyawa diperlukan
mg/kgBB) prednison atau yang setara selama 4-6 minggu yang kemudian
25
Obat Imunosupresan atau Sitotoksik
26
Terapi Lain
Beberapa obat lain yang dapat digunakan pada keadaan khusus SLE
mencakup:
lupus serberitis.
- Dapson dan derivat retinoid pada SLE dengan manifestasi kulit yang
yang berat.
stimulator limfosit sel B telah dilaporkan efektif dalam terapi SLE (saat ini
27
- Terapi eksperimental diantaranya antibodi monoklonal terhadap ligan CD40
(CD40LmAb).
28
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. 2017
Publishing. 2015
SIstemik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi VI. Jakarta: InternaPublishing.
2014
5. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauseer SL, Jameson JL.
29