Anda di halaman 1dari 19

I.

PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisis Aspirin dan Kafein dalam Tablet
B. Tujuan Pustaka
1. Menentukan kadar aspirin suatu tablet
2. Mengenal beberapa sifat monosakarida dan disakarida
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Aspirin
Aspirin atau Asam asetil salisilat yang ditemukan oleh seorang ilmuan
berkebangsaan Jerman yaitu Felix Hoffmann yang berusaha menemukan cara
alternatif dalam mengobati arthritis tanpa menggunakan natrium salisilat, natrium
salisilat yang digunakan untuk mengobati arthritis sering menyerang lapisan
lambung dan menyebabkan pasien sakit yang cukup akibat iritasi. Karena keasaman
membuat salisilat keras pada perut, ia mulai mencari formasi asam yang
menyebabkan dia untuk mensintesis asam asetilsalisilat, suatu senyawa yang
berbagi sifat terapeutik salisilat lain tetapi tidak memiliki keasaman yang kuat yang
menyebabkan iritasi lambung. Pada tanggal 10 Agustus 1897, Hoffmann berhasil
mensintesis asam asetilsalisilat (ASA) untuk pertama kalinya dalam bentuk stabil
yang dapat digunakan untuk aplikasi medis. Dengan acetylating asam salisilat
dengan asam asetat, ia berhasil menciptakan asam asetilsalisilat (ASA) dalam
bentuk kimia murni dan stabil (Fessenden,1986).
Gambar struktur kimia aspirin menurut Sumardjo (2006) sebagai berikut :

Gambar 2.1 gambar struktur kimia


aspirin

Aspirin atau Acidium Acetylo salicylium ( asam 2-asetilbenzoat) memiliki


rumus kimia yaitu C6H8O4 , yang dapat dibuat dari asam salisilat yang di
asetilisasikan dengan asetil klorida atau anhidrin asam asetat dengan menggunakan
katalalis H2SO4. Sintesis aspirin termasuk reaksi esterifikasi yakni merupakan
reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester
dengan menggunakan katalis asam. Reaksi juga sering disebut reaksi esterifikasi
Fischer (Jumhari, 1995).
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah suatu jenis obat dari keluarga salisilat
yang sering digunakan sebagai analgesik (terhadap rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi. Aspirin juga memiliki efek
antikoagulan dan digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Studi tentang penggunaan aspirin harian pertama kali
dilakukan pada pria. Ternyata, aspirin lebih efektif untuk menghambat stroke
pertama kali pada wanita, akan tetapi untuk menghambat serangan jantung lebih
efektif pada pria. Resiko terjadinya pendarahan ternyata sama pada pria maupun
wanita. Pengunaan Aspirin harian juga meningkatkan resiko terkena sakit maag.
(Irvanda,2007).

Menurut Rainford (2004) ,sifat-sifat aspirin dapat dilihat dari beberapa sisi, dilihat
dari sifat kimianya yaitu :
a. Kelarutan aspirin dalam air 10 mg/ ml dalam suhu 200 C
b. Larut dalam etanol
c. Larut dalam eter
d. Larut dalam air
e. Merupakan senyawa polar

Dilihat dari sifat fisikanya, sebagai berikut:

a. Massa molekul relatif aspirin adalah 180 gram/mol


b. Titik leleh aspirin adlah 133,4 0C
c. Titik didih aspirin 140 0C
d. Aspirin merupakan senyawa padat berbentuk kristal dan berwarna putih
e. Berat molekul aspirin 180,2 gram/ mol
f. Berat jenis aspirin 1,4 gram/ml

2. Kafein
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam bijikopi,
daun teh, dan biji coklat. Kafein memiliki efek farmakologis yang bermanfaat
secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot polos
terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung. Berdasarkan efek
farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah tertentu ke minuman.
Efek berlebihan mengkonsumsi kafein dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor,
insomnia, hipertensi, mual dan kejang (Maramis dkk., 2013).

Menurut Anderson (1975), kafein adalah salah satu jenis racun yang dapat
memengaruhi urat saraf untuk melakukan hal-hal yang lebih berat. Menurut
Harborne (1987) kafein merupakan turuan purin yang merupakan golongan basa
ketiga ynag penting dalam suatu tumbuhan kadar aman kafein didalam suatu tablet
obat adalah 50 mg/tablet serta kafein merupakan alkaloid putih dengan rumus
senyawa kimia C8H10N4O2, dan rumus bangun 1,3,7-trimethylxanthine. Kafein
mempunyai kemiripan struktur kimia dengan 3 senyawa alkaloid yaitu xanthin,
theophylline, dan theobromine.

Salah satu tumbuhan yang mengandung kafein adalah terdapat pada biji kopi,
Kopi diketahui mengandung senyawa yang memiliki efek dan juga
menguntungkan, salah satunya senyawa kafein. Sebagian besar orang beranggapan
bahwa kafein dapat merugikan jika dikonsumsi dalam jumlah yang cukup tinggi,
tetapi kafein juga dapat memberi efek stimulasi sistem syaraf, kerja jantung,
pernafasan dan otot-otot (Mirza dkk, 2009)

Kafein memiliki rumus molekul C8H10N4O2, bersifat basa lemah berbentuk


serbuk putih yaitu kristal-kristal panjang, rasanya pahit dan memiliki titik leleh
sebesar 234-2390C serta menyublim pada temperature 180-2000C. Kafein memiliki
berat molekul 194,19 g/mol. Larutan kafein 1% dalam air memiliki pH 6,9
(Sudarmadji, 1984). Menurut Sumardjo (2006), struktur dari kafein adalah sebagai

berikut:
Gambar 2.2 Gambar struktur kimia Kafein

Manfaat-manfaat kafein itu sendiri sangat banyak diantaranya meningkatkan


kualitas tidur sebagaimana kafein mengatasi keletihan, menghilangkan jet lag,
meningkat inteligensi dan kapasitas daya ingat, meningkatkan
kreativitas,memperbaiki emosi dan melepas kebosanan, meningkatkan keterbukaan
diri dalam bersosialisasi,meningkatkan kinerja dan pertahan fisik , membantu
pengaturan pola makan, mencegah penuaan Dan penyakit (Martin, 2002). Kafein
menghambat produksi melatonin di otak hambatannya berlangsung 6-9 jam ,
asupan teratur pada perempuan hamil dapat meningkatkan resiko penurunan berat
badan pada bayi serta dapat merusak janin dan menyebabkan keguguran spontan,
dapat menghambat enzim-enzim pembentukan memori dan pada akhirnya
menyebabkan kehilangan memori, kafein juga dapat merusak DNA dan
menyebabkan DNA menjadi abnormal dengan mengambat mekanisme perbaikan
DNA (Batmanghelidj, 2006).

3. Titrasi

Menurut Keenan dkk (1989) titrasi merupakan proses penentuan banyaknya


suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi
secara lengkap dengan sejumlah contoh tertentu yang akan dianalisis. Prosedur
analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang diketahui
konsentrasinya sebagai analisis volumetri. Analisis volumetri adalah prosedur
analitis yang melibatkan analitis.

Berdasarkan caranya, titrasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu titrasi langsung
dan titrasi tidak langsung. Titrasi langsung dilakukan dengan mereaksikan langsung
zat uji dengan larutan baku. Sementara itu, titrasi tidak langsung dilakukan dengan
cara menambah sejumlah larutan titran berlebih kedalam ke dalam larutan uji,
kemudian kelebihan di titrasi dengan titran lain. Titrasi dilakukan untuk reaksi yang
berlangsung lambat . dalam percobaan ini di gunakan titrasi iodimetri termasuk
titrasi tidak langsung , dimana semua oksidator yang akan ditetapkan konsentrasi
atau kadarnya direaksikan dengan ion iodia ( I-) berlebihan sehingan I2 dibebaskan.
Baru kemudian I2 bebas ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan
indikator amilum ( Mulyono,2009).

Menurut Day dan Underwood (2002), alkalimetri merupakan salah satu titrasi
asam basa yang sering digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu asam.
Metode alkalimetri merupakan metode penetralan asam dengan basa. Natrium
hidroksida (NaOH) adalah basa yang paling lazim digunakan. Alkalimetri
merupakan cara penetralan jumlah basa terlarut atau konsentrasi larutan basa
melalui cara titrimetri. Penentuan titik akhir titrasi alkalimetri adalah dengan
terjadinya perubahan warna dari larutan yang dititrasi. Indikator yang digunakan
dalam metode alkalimetri ini adalah Phenolpthalein (PP).

Sedangkan menurut Watson (2009), titrasi iodometri dibagi menjadi dua jenis
yaitu titrasi iodometri langsung dan titrasi penggantian iodin. Titrasi iodometri
langsung menggunakan iodin sebagai bahan pengoksidasi yang akan mengoksidasi
zat-zat yang potensial reduksinya lebih rendah. Larutan iodin yang digunakan
dibakukan terhadap natrium tiosulfat. Selain itu, titik akhir dideteksi dengan
menggunakan indikator kanji, yang menghasilkan pewarnaan biru dengan
kelebihan iodin. Sementara titrasi penggantian iodin dari iodida dengan
menggunakan bahan pengoksidasi yang lebih kuat diikuti penggantian iodin dengan
natrium tiosulfat.

4. Sampel

Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai pereaksi oksidasi dan io


iodida digunakan sebagai pereaksi reduksi. Relatif beberapa zat merupakan
pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan
iodium. Maka jumlah penentuan iodimetrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak
pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan
ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida
ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan pembebasan
iodium, yang kemudian dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat (Underwood,
1986)
III. METODE
A. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah :
1. Lumpang porselin 8. Gelas ukur
2. Penggerus 9. Pipet ukur
3. Erlenmeyer 250 ml 10. Propipet
4. Lampu spirtus 11. Labu ukur 100 ml
5. Buret 12. Corong
6. Statif 13. Gelas pengaduk
7. Kertas saring 14. Neraca elektrik
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
1. Tablet aspirin 6. Air suling
2. Tablet kafein 7. Indikator PP
3. Alkohol netral 8. Larutan H2SO4 10%
4. Larutan Na2S2O3 0,1 N 9. Larutan iod 0,1 N
5. Larutan NaOH 10. Larutan kanji
B. Cara Kerja
1. Analisis Kadar Aspirin dalam Tablet
Tablet aspirin merek aspirin ditimbang dengan menggunakan
neraca elektrik, berat aspirin dicatat. Kemudian tablet diletakkan ke
dalam lumpang porselin dan digerus dengan memakai mortar hingga
halus dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml sebanyak 400 mg.
Serbuk aspirin yang telah dimasukkan ke dalam erlenmeyer tersebut
diencerkan dengan aquades sebanyak 100 ml. Larutan aspirin yang telah
encer diambil sebanyak 10 ml ke dalam erlenmyer. 10 ml larutan aspirin
ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan NaOH
0,1 N hingga terbentuk warna merah muda. Volume larutan NaOH 0,1
N yang telah digunakan untuk titrasi dicatat. Perlakuan diulangi
sebanyak 2 kali. Kemudian kadar aspirin dihitung dengan menggunakan
rumus :
100
M NaOH x V NaOH titrasi x
10 x Mr aspirin
1000
Kadar aspirin (%) = x 100%
Berat Tablet
100
M NaOH x V NaOH titrasi x
10
Kadar aspirin (mg/tablet) = x Mr aspirin
1000

Lalu kadar aspirin yang diperoleh dari percobaan dibandingkan


dengan kadar aspirin pada kemasan.
2. Analisis Kadar Kafein dalam Tablet
Satu tablet kafein merek Saridon ditimbang menggunakan
timbangan elektrik, berat kafein dicatat. Kemudian tablet kafein
dimasukkan ke dalam lumpang porselin dan digerus sampai halus
dengan memakai mortar. Lumpang porselin dicuci menggunakan
alkohol netral. Serbuk kafein tersebut dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml. Setelah itu diencerkan dengan 5 ml H2SO4 10% dan 20 ml
larutan iod 0,1 N hingga tanda batas. Larutan dikocok beberapa saat
kemudian didiamkan kurang lebih selama 10 menit. Kemudian larutan
di dalam labu ukur disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan
corong dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Larutan yang telah disaring
diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer lain dan
ditambahkan amilum sebanyak 3 tetes. Larutan tersebut kemudian
dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N hingga warna berubah dari gelap menjadi
oranye. Perlakuan diulang sebanyak 2 kali, kemudian kadar kafein
dihitung dengan menggunakan rumus :
100
[20-( x ∑Vol Na2 S2 O3 )] x 0,00483
25
Kadar Kafein (%) = x 100%
Berat Tablet
100
Kadar kafein (mg/tablet) = [20- ( 25 x ∑Vol Na2 S2 O3 )] x 0,00483
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan percobaan analisis aspirin dan kafein dalam tablet
didapatkan hasil dari percobaan yang tercantum dalam tabel 1 dan tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil analisis kadar aspirin dalam tablet
Berat Tablet Kadar Aspirin
Volume NaOH (ml)
(gr) % Mg/tablet
1 1,6 0,4
2 1,7 0,4
Rata-rata 1,65 0,4 75 300

Tabel 2. Hasil analisis kadar kafein dalam tablet


Berat Tablet Kadar Kafein
Volume Na2S2O3 (ml)
(gr) % Mg/tablet
1 1,7 0,661
2 1,2 0,661
Rata-rata 1,45 0,661 10,6 70

B. Pembahasan
1. Analisis Kadar Aspirin dalam Tablet
Aspirin merupakan turunan dari asam salisilat yang diasetilasikan
dengna asetil klorida atau anhidrin asam asetat dengan katalis H2SO4.
Senyawa ini bersifat asam, mudah laru dalam etanol dan eter tetapi sukar
larut dalam air. Aspirin digunakan sebagai obat analgesik atau penahan rasa
sakit atau nyeri minor, antipiretik(terhadap demam), dan anti-inflamasi
(Feinman, 1994).
Dalam percobaan ini digunakan aspirin merek aspirin dan dilakukan
metode titrasi alkalimetri dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N
sebagai titrannya. Volume rata-rata titran yang digunakan dalam titrasi akan
menjadi salah satu bahan perhitungan dalam penentuan kadar aspirin
tersebut. Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah indikator
PP(phenolpthalein) yang akan menunjukkan perubahan warna dari bening
menjadi merah muda ketika akhir titrasi.
Reaksi yang terjadi adalah reaksi asam-basa atau reaksi netralisasi.
Titrasi netralisasi adalah titrasi yang dilakukan menggunakan larutan
standar asam dan larutan standar basa. Berdasarkan konsep lain netralisasi
menggunakan reaksi antara donor proton(asam) dan penerima proton(basa).
Prinsip netralisasi yaitu terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion
hidroksida sebagai basa membentuk air yang bersifat netral (Underwood,
1986).Konsentrasi aspirin dapat ditentukan dengan melakukan titrasi
dengan larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut :

Titrasi diakhiri saat terjadi perubahan warna dari indikator PP dari


bening menjadi merah muda, dalam titrasi menggunakan indikator hanya
sebagai cara untuk mempermudah dalam menentukan titik ekivalen namun
tidak menjamin ketepatan dari titik ekivalen itu sendiri mengingat reaksi
yang terjadi setiap penambahan atau pengurangan zat kimia dalam larutan.
Titrasi yang berlebih warna dari larutan akan berubah menjadi violet yang
menandakan titrasi melebihi titik ekivalen dan menghasilkan ion OH- yang
mengikat ion CH2O membentuk asetat dengan reaksi sebagai berikut:

C9H8O4 + NaOH => C8H5O2Na + CH3COOH

Dalam percobaan ini dilakukan juga pencucian lumpang porselin


menggunakan alkohol 95% agar sisa-sisa penggerusan aspirin dapat
terambil. Hal ini karena aspirin bersifat tidak dapat larut dalam air sehingga
digunakan alkohol sebagai pelarut organik sehingga tidak ada aspirin yang
terbuang yang akan mempengaruhi hasil analisis.
Indikator PP merupakan indikator dari titrasi penetralan yang memiliki
sifat jika dalam keadaan netral akan berubah warna menjadi merah muda.
Dalam percobaan titrasi dihentikan saat warna dari larutan berubah menjadi
merah muda yang menunjukkan bahwa gugus karboksil sudah dilepaskan
semua.

Pada saat percobaan penimbangan aspirin difungsikan untuk


mengetahui berat aspirin yang digunakan untuk mengetahui kadar aspirin
tersebut. Sedangkan penghalusan aspirin difungsikan untuk mempermudah
pelarutan tablet aspirin dan mempermudah mengetahui kadar aspirin.
Pengenceran difungsikan untuk melarutkan aspirin supaya lebih mudah
bereaksi. Pengulangan 2 kali percobaan difungsikan untuk mengecek hasil
akhir apakah ada kesalahan atau perbedaan kadar saat melakukan
percobaan.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh kadar hasil aspirin
dalam persen(%) sebesar 75% sedangkan kadar aspirin dalam mg/tablet
sebesar 300 mg/tablet. Kemudian terdapat perbedaan pada kelompok lain
yang rata-rata mencapai kadar aspirinnya sebesar ±90%, hal ini dikarenakan
adanya kesalahan dan ketidak telitian dalam melakukan percobaan dan saat
pengamatan sehingga hasil tidak sesuai dalam menentukan kadar aspirin
tersebut. Dilihat dari kemasan tablet aspirin menunjukkan bahwa
kandungan aspirin yang terdapat pada tablet adalah 500 mg. Sehingga data
yang didapat pada saat praktikum tidaklah sama

2. Analisis kadar Kafein dalam Tablet


Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin adalah senyawa alkaloid yang
ditemukan dalam teh, kopi, dan biji kola (Amiruddin, 2008). Kristal kafein
berbentuk jarum-jarum berwarna putih, tidak berbau, dan berasa pahit.
Kafein yang tidak mengandung air kristal akan mencair pada suhu 2380C.
Kafein larut dalam larutan pirol dan tetrahidrofuran. Kelarutan kafein dalam
air berkurang dengan adanya asam-asam organik. Kafein meningkatkan
kerja sistem saraf pusat dan kekuatan jantung, khasiat lainnya sebagai
diuretik (Sumardjo, 2006).
Dalam percobaan ini digunakan tablet kafein merek saridon dan
dilakukan metode titrasi iodometri dengan larutan Na2S2O3 0,1 N sebagai
titrannya. Sama seperti penjelasan sebelumnya, volume rata-rata titran
menjadi salah satu bahan perhitungan dalam pennetuan kadar kafein
tersebut. Pencucian menggunakan alkohol netral bertujuan untuk
membersihkan sisa-sisa gerusan tablet yang tertinggal dalam lumpang
porselin. Penambahan iodin ke dalam larutan kafein supaya ikatan rangkap
pada kafein dapat mengisi iodin. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

Kemudian ditambahkan H2SO4 untuk memberikan suasana asam pada


larutan, karena ekstraksi kafein menggunakan etanol yang lebih optimal
dalam suasana asam.. Metode yang digunakan pada titrasi ini adalah metode
titrasi iodometri. Titrasi ini merupakan metode analisis titrimetri yang
secara langsung digunakan Na2S2O3 dan Iodin. Menggunakan iodin karena
iodin berfungsi untuk menganalisis kadar kafein yang akan berikatan
dengan senyawa kafein yang telah mengalami pemutusan ikatan rangkap
kafein.
Perlakuan yang digunakan juga hampir sama dengan perlakuan pada
penentuan kadar aspirin. Tablet kafein dihaluskan supaya lebih cepat larut
dalam pelarut. Pengkocokan digunakan untuk menghomogenkan larutan.
Iod berfungsi untuk mengadisi ikatan rangkap pada kafein sehingga
memudahkan mengetahui kadar atau konsentrasi kafein. Penyaringan
dilakukan untuk memisahkan hasil endapan dengan filtrate yang akan
dititrasi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh hasil kadar kafein
dalam persen(%) sebesar 10,6% sedangkan kadar kafein dalam mg/tablet
adalah sebesar 70 mg/tablet. Pada kemasan tablet tidaklah sama dari berat
kemasan yang beratnya sebesar 50 mg,dikarenakan adanya kesalahan dalam
praktikum. Kesalahan yang dimaksud adalah kuragnya ketelitian pengamat
dalam menentukan titik akhir titrasi. Salah satunya adalah karena terlalu
banyak pengamat sehingga hasil bisa berbeda-beda.
V. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan analisis aspirin dan kafein dalam tablet yang telah
dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kadar aspirin dalam tablet merek aspirin dalam persen (%) yang didapatkan
sebesar 75%. Sedangkan kadar aspirin dalam mg/tablet yang didapatkan
adalah sebesar 300 mg/tablet.
2. Kadar kafein dalam tablet merek saridon dalam persen (%) yang didapatkan
sebesar 10,6%. Sedangkan kadar kafein dalam mg/tablet yang didapatkan
adalah sebesar 70 mg/tablet.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, A. 2008. Kamus Kimia Organik. Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Jakarta.
Anderson, W.1975. Organic Chemistry. Pretice Hall Book Company, New York .
Batmanghelidj, F. 2006. Air untuk Menjaga dan Menyembuhkan
Penyakit. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Day, R dan Underwood, A.2002. Analisa Kimia Kuantitatif .Erlangga, Jakarta.
Feinman, S. E. 1994. Beneficial and Toxic Effects of Aspirin. CRS Press, USA.
Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid 2. Edisi 3. Erlangga, Jakarta.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB, Bandung.
Irvanda,R.2007.Pengaruh Pemberian Aspirin Berbagai Dosis Per Oral Terhadap
Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Wistar http://eprints.undip.ac.id/22597/
diakses 17 Maret 2016.
Jumhari, A. 1995. Sinsopsis Farmakologi dengan Terapan Khusus di Klinik dan
Keenan, C.W., D, C. Klienfeiter.,dan Y,H. Wood. 1986. Kimia Untuk
Universitas. Edisi 6. Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Maramis,R., Citraningtyas,G., dan Wehantouw,F.2013.Analisis Kafein dalam Kopi
Bubuk di Kota Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Ilmiah
Farmasi 2(4) : 123.
Martin, R. Peter. 2002. Caffeine Advantages. Mizan Pustaka, Bandung.
Mirza, A., Naibaho,N. M., Syahrumsyah,H. 2009. Kajian Sifat Kimia Fisik dan
Organdeptik Kopi Robusta, Kayu Manis dan Campurannya. Jurnal Teknologi
Pertanian. 4(2) : 75-76
Mulyono. 2009. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Bumi Angkasa,
Jakarta.
Rainford,D. 2004. Aspirin and Related Drugs. Erlangga, Jakarta.
Sudarmadji, S. 1984. Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta.
Sumardjo, D. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Progam Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Watson,D.2009. Analisis Farmasi: Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan
Praktisi Kimia Farmasi. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
LAMPIRAN

A. Perhitungan
1. Perhitungan kadar aspirin
100
M NaOH x V NaOH titrasi x
10
Massa aspirin = x Mr aspirin
1000
100
0,1 x 1,65 x
10
= x 180,2
1000

= 0,30 gram
= 300 mg
100
M NaOH x V NaOH titrasi x
10 x Mr aspirin
1000
Kadar Aspirin = x 100%
Berat Tablet
100
0,1 x 1,65 x
10 x 180,2
1000
= 𝑥 100%
400 mg
= 75%
2. Perhitungan kadar kafein
100
Massa kafein = [20- ( 25 x ∑Vol Na2 S2 O3 )] x 0,00483
= [20 − 5,8] 𝑥 0,00483
= 0,07 gram
= 70 mg
100
[20-( x ∑Vol Na2 S2 O3 )] x 0,00483
25
Kadar kafein = x 100%
Berat Tablet
70
= 661 𝑥 100%
= 10,6%
B. Gambar
Gambar1. kafein dalam labu ukur seetelah
ditambah H2SO4 dan iod

Gambar 2. Kafein ketika disaring


menggunakan kertas saring
Gambar 3. Gambar
aspirin setelah
dititrasi

Gambar 4. Gambar aspirin setelah dititrasi

Anda mungkin juga menyukai