1. Latar Belakang
Berdasarkan pasal tiga UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi,
disebutkan bahwa salah satu asas pendidikan tinggi adalah tanggung jawab Sivitas Akademia
untuk melaksanakan Tridharma. Salah satu poin dari Tridharma Perguruan Tinggi adalah
mengenai pengabdian masyarakat, dimana poin tersebut mengarahkan kepada tugas
mahasiswa sebagai salah satu anggota Sivitas Akademia untuk mempraktekkan ilmu yang
telah dipelajari guna membantu sesama manusia. Berhubungan dengan hal tersebut,
menimbang dari Peraturan Pengurus Yayasan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR)
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Statuta Universitas Katolik Parahyangan pada pasal dua ayat
dua, yang menyebutkan bahwa misi UNPAR yang sesuai dengan sesanti Bakuning Hyang
Mrih Guna Santyaya Bakti, serta menimbang pada pasal empat ayat tiga yang menyebutkan
salah satu pengolahan universitas dengan prinsip keberpihakan pada pihak yang lemah,
menuntut mahasiswa sebagai agen perubahan untuk memberikan ilmu yang telah dipelajari
agar dapat bermanfaat dan dapat diaplikasikan kepada masyarakat secara langsung.
Agar dapat merealisasikan pemikiran tersebut, mahasiswa UNPAR membutuhkan
suatu wadah yang dapat memfasilitasi kegiatan pengabdian masyakat yang didasarkan oleh
Tridharma Perguruan Tinggi, sesanti, dan prinsip etis Spiritualitas dan Nilai Dasar UNPAR
(SINDU) poin keempat.
Kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah ada masih dirasa kurang karena hanya
melihat suatu permasalahan dari sudut pandang satu disiplin ilmu saja, sementara
permasalahan yang ada di suatu desa perlu dilihat secara menyeluruh, oleh karena itu
dibentuk team yang terdiri dari 15 HMPS di UNPAR, yang melibatkan lebih dari satu disiplin
ilmu dalam menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan.
Pemilihan desa yang dituju dalam kegiatan ini ditentukan atas dasar kriteria
pemilihan yang dilihat secara fisik maupun melalui wawancara dengan Ketua Rukun Warga
(RW) dan masyarakat desa. Kriteria pemilihan secara fisik meliputi akses, fasilitas, tipe
rumah, infrastruktur, dan tempat pembuangan sampah (TPS). Sementara kriteria pemilihan
melalui wawancara dilihat melalui ciri khas, mata pencaharian, dan masalah sosial serta
keluhan yang dirasakan masyarakat desa. Dari hasil survey yang memenuhi kriteria tersebut
adalah Kampung Pasir Angling.
Kampung Pasir Angling merupakan perkampungan yang berada di Desa Suntenjaya,
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Kampung Pasir
Angling memiliki 2 RW dan 4 Rukun Tetangga (RT) dengan warga di RW 07 berjumlah 407
jiwa sedangkan di RW 16 berjumlah 370 jiwa. Kampung Pasir Angling memiliki potensi
yang masih bisa dikembangkan, salah satunya adalah keberadaan objek wisata alam di bagian
utara Kampung Pasir Angling. Objek wisata alam tersebut adalah Gunung Bukit Tunggul
setinggi 2.209 mdpl yang dapat melihat pemandangan Kota Bandung dan bukit serta gunung
lainnya yang berada di sekitar Lembang. Selain itu keberadaan air terjun atau curug dapat
dijadikan daya tarik bagi para wisatawan untuk berkunjung seperti terlihat pada Gambar 1.
Masyarakat Kampung Pasir Angling belum dapat mengembangkan keberadaan objek
wisata di Kampung Pasir Angling karena warganya rata-rata hanya tamat Sekolah Dasar (SD)
atau putus sekolah saat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Mata pencaharian warga
hanya terfokus pada bidang pertanian dan peternakan saja. Kedua bidang itupun hanya
menghasilkan pendapatan yang masih rendah sehingga Kampung Pasir Angling pun
terhitung merupakan kampung yang paling miskin di antara sepuluh kampung yang ada di
Desa Suntenjaya.
Kurangnya pengembangan dalam bidang pendidikan, ekonomi, dan infrastruktur juga
turut menghambat terwujudnya potensi yang ada pada Kampung Pasir Angling. Hal-hal
inilah yang menyebabkan tingkat perekonomian di Kampung Pasir Angling tidak mengalami
perkembangan walaupun sudah ada potensi di dalamnya. Oleh sebab itu itu, warga Kampung
Pasir Angling sangat bergantung pada pihak eksternal, seperti pemerintah, relawan, maupun
program pengabdian masyarakat dan Universitas untuk membantu memajukan taraf
ekonominya.
Berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi, sejalan dengan kebutuhan dari
beberapa pihak maka dibuatlah suatu wadah atau fasilitas yang menunjang dari kewajiban
mahasiswa dalam menerapkan ilmunya untuk dibaktikan kepada sesama yang membutuhkan.
Dengan diadakannya TOSAYA (Ngabantos Sadaya) 2017, diharapkan dapat menjadi wadah
bagi mahasiswa UNPAR dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari serta
meningkatkan potensi yang dimiliki oleh Kampung Pasir Angling. Lewat kegiatan TOSAYA
2017 ini, diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Kampung Pasir Angling
dengan mengembangkan potensi pariwisata lewat pengembangan aspek penunjang lainnya,
seperti pendidikan, ekonomi, dan fasilitas infrastruktur.
Salah satu kegiatan pengabdian masyarakat adalah dibidang infrastruktur yang
dilakukan di Desa Sunten Jaya, Kampung Pasir Angling Maribaya adalah pembuatan Gapura
Tosaya (Ngabantos Sadaya) yang merupakan pintu gerbang masuk menuju Desa Sunten
Jaya. Selain merupakan pintu gerbang masuk ke Kampung Pasir Angling juga menjadi
petunjuk bagi turis lokal maupun turis asing untuk masuk ke tempat obyek wisata di
Kampung Pasir Angling.
3. Tujuan Kegiatan
A. Menjadi wadah bagi mahasiswa UNPAR untuk mengaplikasikan Tridharma
Perguruan Tinggi, sesanti UNPAR, dan prinsip etis SINDU.
B. Mendorong kepekaan sosial mahasiswa UNPAR lewat pengalaman yang didapatkan
dari kegiatan pengabdian masyarakat.
C. Memfasilitasi mahasiswa UNPAR untuk mengaplikasikan bidang ilmu yang telah
dipelajari dan pengalaman bertukar pikiran dengan cara pandang bidang ilmu yang
berbeda.
D. Membuka peluang potensi pariwisata yang dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat Kampung Pasir Angling melalui pembenahan aspek ekonomi,
pendidikan, dan fasilitas infrastruktur penunjang.
Dukungan Masyarakat
Dukungan warga dalam pengabdian masyarakat berupa tenaga kerja karena semua
tenaga kerja yang dipakai dalam pembangunan Gapura Tosaya berasal dari warga setempat,
selain itu warga setempat juga turut membantu proses perijinan agar supaya Gapura Tosaya
dapat dibangun. Untuk pekerjaan finishing Panitia yang menyediakan karena untuk
pemasangan tulisan harus dilas, dsbnya. Untuk bahan-bahan yang diperlukan untuk
pembuatan Gapura Tosaya disediakan oleh Panitia.