Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KANKER SERVIKS

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan maternitas)

Dosen Pengampu : Ns. Putri Mahardika, M.Kep

Oleh :

Andi Sunaryo (070417178)


Iis Istiqomah (070417183)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

INSTITUT MEDIKA DRG.SUHERMAN

Jl. Raya Industri Pasir Gombong Jababeka

Cikarang-Bekasi

2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Penulis
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Asuhan
Keperawatan Kanker Serviks

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah
ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang Asuhan Keperawatan Pada Kanker
Serviks dapat memberikan manfaat maupun inpirasi kepada pembaca.

Cikarang, April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………….. 2

Daftar Isi ………….……………………………………………………………… 3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………..………………………………….. 4

A. Latar Belakang ……………………………………………..……………….................... .4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………..………………7
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………..……………………. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………...………………. ………….3

A. Konsep Penyakit ……………………………………………………………… …………8


1. Definisi ……………………………………………………………………. …………8
2. Etiologi ………………………………………………………………………………. 8
3. Manifestasi …………………………………………………………………………. 10
4. Patofisiologi …………………………………………………………………………10
5. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………. 12
6. Pemeriksaan Penunjang ………………………………………………...………….. 12
BAB III Asuhan Keperawatan………………………………………………………………...12
a. Pengkajian ……………………………………………………………………… 12
b. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………..………….. 15
c. Intervensi ……………………………………………………………… ………..15
d. Evaluasi …………………………………………………………..…………….. 18

BAB IVPENUTUP ……………………………………………………………………………. 19

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………. .19


B. Saran……………………………………………………………………………………..19

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. ………..20

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

3
Saat ini kanker merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama dunia. Data
dari World Health Organization (WHO) setiap tahunnya ada sekitar 6,25 juta jiwa terkena
kanker dan 9 juta jiwa meninggal dunia dalam 80 tahun terakhir. Terdapat dua kanker
yang dominan pada wanita yaitu kanker payudara dan kanker seviks. Jika dilihat dari
angka mortalitas dan morbiditas kanker serviks menempati urutan ke 2 setelah kanker
payudara.

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh di serviks, yaitu perbatasan antara
uterus dan vagina. Pada tahun 2014, WHO menyatakan bahwa kanker serviks menempati
urutan ke 4 penyebab kanker namun pada umumnya di usia 54 - 44 tahun kanker serviks
masih menempati urutan ke 2 dengan angka kejadian 528.000 kasus baru dan angka
kematian mencapai 266.000 jiwa. Afrika Timur, Indonesia, Malaysia dan Afrika Selatan
menjadi Negara dengan factor resiko tertinggi di dunia. Kejadian kanker serviks di
Indonesia menempati urutan ke 2 setelah kanker payudara, yaitu sebesar 20.928 kasus
dan 9.928 angka kematian. Insiden kejadian kanker serviks di Indonesia adalah < 19, 92
% per 100.000 wanita per tahun.

Data distribusi 10 besar penyakit di Ruang Teratai RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto, dalam jangka waktu 3 bulan yaitu bulan Januari hingga Maret 2017
di ketahui bahwa penyakit kanker serviks menduduki peringkat 3 terbanyak dari pada
penyakit lainnya yakni dengan jumlah pasien 68 orang dalam 3 bulan tersebut. Di
perkirakan jumlah penderita kanker serviks yang akan menjalani rawat inap maupun
kemoterapi akan semakin meningkat.

Salah satu penyebab terjadinya kanker serviks adalah Human Papiloma Virus
(HPV). Virus ini baru akan menjadi kanker setelah 10 sampai 20 tahun dengan ditandai
oleh adanya lesi pre kanker. Faktor resiko utama terjadinya kanker serviks adalah wanita
yang sering berganti-ganti pasangan seksual, berhubungan seksual dengan pasangan yang
beresiko tinggi, merokok, melemahnya system kekebalan tubuh dan koitus usia dini yaitu
dibawah usia 16 tahun (Erwin dkk, 2016).

Keluhan utama yang paling sering diutarakan oleh penderita adalah nyeri dalam
perjalanan penyakitnya dan merupakan alasan paling umum untuk mencari dan

4
mendapatkan bantuan medis 45 - 100 % penderita mengalami nyeri yang sedang hingga
nyeri berat. Keluhan nyeri banyak dijumpai pada pasien-pasien kanker. Nyeri yang
dialami oleh pasien-pasien kanker adalah nyeri yang diklasifikasikan dalam nyeri kronis
karena nyeri tersebut dialami dan berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Saragih, 2010).

Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis yang spesifik
dan sering dapat diperkirakan. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi mencakup umur, sosial budaya, status emosional, pengalaman
nyeri masa lalu, sumber nyeri dan dasar pengetahuan pasien. Kemampuan untuk
mentoleransi nyeri dapat menurun dengan pengulangan episode nyeri, kelemahan, marah,
cemas dan gangguan tidur. Toleransi nyeri dapat ditingkatkan dengan obat-obatan,
alkohol, hipnotis, kehangatan, distraksi dan praktek spiritual (Le Mone & Burke, 2008).

Berdasarkan hasil komunikasi penulis terhadap 3 pasien kanker serviks yang


sedang menjalani rawat inap didapatkan bahwa ketiga pasien tersebut mengatakan
merasakan nyeri pada bagian vaginanya. Nyeri yang dirasakan oleh ketiga pasien tersebut
rata-rata telah mereka alami lebih dari 3 bulan dan dapat dikategorikan sebagai nyeri
kronis.

Manajemen nyeri pada pasien kanker serviks menjadi penting kaitannya dengan
upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Manajemen nyeri meliputi terapi
farmakologis antara lain dengan pemberian analgesik dan terapi non farmakologis. Terapi
non farmakologis merupakan suatu cara untuk mengurangi nyeri dengan pendekatan non
farmakologi contohnya yaitu relaksasi distraksi, massage, guided imaginary, dan lain
sebagainya. Menurut Demir (2012) teknik nonfarmakologis merupakan suatu tindakan
mandiri perawat dalam mengurangi nyeri, diantaranya dengan suatu tindakan mandiri
perawat dalam mengurangi nyeri, seperti teknik relaksasi, distraksi, biofeedback
Transcutan Elektric Nervous Stimulating (TENS), guided imagery, terapi musik,
accupresur, aplikasi panas dan dingin, foot massaged an hipnotis. Management nyeri non
farmakologi untuk menghilangkan nyeri meliputi teknik distraksi, teknik pemijatan
(massage), teknik relaksasi, terapi musik, guided imaginary, meditasi, imajinasi
terbimbing. Tekniktekniktersebut dapat menurunkan intensitas nyeri, mempercepat

5
penyembuhan dan membantu dalam tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti
depresi, stress dll (Kozier: 2010).

Pengobatan kanker konvensional seperti radiation therapy menyebabkan berbagai


efek samping traumatis dengan tingkat keparahan dan durasi yang berbeda. Efek samping
pengobatan kanker yang paling umum adalah kelelahan (80%), insomnia (73%), nyeri
(48%), dan mual atau muntah (48%).

Tekhnik Massage Effleurage juga memfasilitasi distraksi dan menurunkan


transmisi sensorik stimulasi dari dinding abdomen, sehingga mengurangi
ketidaknyamanan pada area yang sakit. Hal ini di buktikan pada penelitian yang
dilakukan oleh Hartati, 2015 tentang pengaruh tekhnik relaksasi effleurage terhadap nyeri
dismenore yang hasilnya menunjukkan ada penurunan tingkat nyeri dismenore setelah
diberikan massage efflleurage.

Massage atau pijat dapat memperbaiki kesehatan fisik dan psikologis terhadap
pasien kanker. Massage juga dapat membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan
oleh penempatan yang tidak tepat selama pengobatan radiasi, dan rasa sakit tersebut
dapat menjadi tambahan atau faktor pendukung kecemasan atau depresi.

Perawat sebagai komponen tim kesehatan yang berperan penting untuk mengatasi
nyeri pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika melakukan intervensi untuk
mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan obat dan berperan sebagai advocate pasien
ketika intervensi untuk mengatasi nyeri menjadi tidak efektif atau ketika pasien tidak
dapat berfungsi secara adekuat. Mendengarkan dengan penuh perhatian, mengkaji
intensitas nyeri dan distress, merencanakan perawatan, memberikan edukasi tentang
nyeri, meningkatkan penggunaan teknik non farmakologi dan mengevaluasi hasil yang
dicapai adalah tanggung jawab perawat (Smeltzet et al).

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi kanker serviks


2. Apa etiologi kanker serviks
6
3. Apa manifestasi klinis kanker serviks
4. Bagaimana patofisiologi kanker serviks
5. Bagaimana tahapan stadium kanker serviks
6. Bagaimana penatalaksanaan kanker serviks
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada kanker serviks
8. Konsep asuhan keperawatan pada kanker serviks
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kanker serviks
2. Untuk mengetahui etiologi kanker serviks
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis kanker serviks
4. Untuk mengetahui patofisiologi kanker serviks
5. Untuk mengetahui bagaimana tahapan stadium kanker serviks
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan kanker serviks
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada kanker serviks
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada kanker serviks

7
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi

Kanker serviks adalah salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian pada
wanita. Namun, karena sering kali tidak menimbulkan gejala, banyak wanita tidak menyadari
jika dirinya telah menderita kanker serviks. Barulah saat diperiksa, kanker serviks sudah dalam
stadium lanjut yang sulit untuk diobati.

Kanker serviks adalah suatu kondisi tumbuhnya sel-sel abnormal pada jaringan leher
rahim (serviks). Kanker serviks merupakan kanker primer yang berasal dari serviks (kanalis
servikalis dan atau porsio). Serviks sendiri adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke
vagina.

Kanker serviks merupakan penyakit yang menyerang leher rahim yang merupakan bagian
reproduksi wanita. Kanker serviks terjadi ketika sel-sel pada serviks berubah dan tumbuh tidak
terkendali. Sel-sel ini dapat berubah dari normal menjadi pra-kanker dan kemudian menjadi
kanker.

2. Etiologi

Penyebab kanker serviks diketahui adalah virus HPV (Human Papilloma Virus) sub tipe
onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18. Adapun faktor risiko terjadinya kanker serviks antara
lain: aktivitas seksual pada usia muda, berhubungan seksual dengan multipartner, merokok,
mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, pemakaian pil KB (dengan HPV negatif atau
positif), penyakit menular seksual, dan gangguan imunitas.
Human Papilloma Virus (HPV) merupakan virus penyebab utama dari kanker serviks,
khususnya virus HPV tipe 16 dan 18 . Virus ini sangat mudah berpindah dan menyebar, tidak
hanya melalui cairan, tetapi juga dapat berpindah melalui sentuhan kulit. Selain itu, penggunaan
toilet umum yang sudah terkena virus HPV dapat menjangkit seseorang yang menggunakannya
jika tidak membersihkannya dengan baik. (Bidanku, 2015).
Perjalanan penyakit karsinoma serviks merupakan salah satu model karsinogenesis yang
melalui tahapan atau multistep, dimulai dari karsinogenesis awal sampai terjadinya perubahan

8
morfologi hingga menjadi kanker invasif. Studi-studi epidemiologi menunjukkan lebih dari 90%
kanker serviks dihubungkan dengan jenis human papiloma virus (HPV). Beberapa bukti
menunjukkan kanker dengan HPV negatif ditemukan pada wanita yang lebih tua dan dikaitkan
dengan prognosis yang buruk. HPV merupakan faktor inisiator kanker serviks. Onkoprotein E6
dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab terjadinya degenerasi keganasan.
Onkoprotein E6 akan mengikat p53 sehingga TSG (Tumor Supressor Gene) p53 akan kehilangan
fungsinya. Sedangkan onkoprotein E7 akan mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
terlepasnya E2F yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa kontrol.

Faktor lain yang menjadi penyebab kanker serviks menurut Tim Kanker Serviks pada
Panduan Lengkap Menghadapi Bahaya Kanker Serviks sebagai berikut :
a. Kurangnya tes Pap Smear secara teratur. Kanker leher rahim lebih sering terjadi pada
wanita yang tidak menjalani tes Pap Smear secara teratur. Dengan melakukan tes ini
dapat membantu dokter menemukan sel abnormal pada serviks.
b. Seringnya merokok dapat meningkatkan kemungkinan resiko kanker leher rahim
untuk wanita yang terinfeksi virus HPV.
c. Melemahnya sistem kekebalan tubuh karena sejarah kehidupan seksual. Wanita yang
memiliki banyak pasangan seksual memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks.
Selain itu, seorang wanita yang telah berhubungan seks dengan pria yang memiliki
banyak pasangan seksual juga memiliki risiko tinggi untuk mengalami kanker
serviks. Dalam kedua kasus di atas, risiko menderita kanker leher rahim lebih tinggi
karena wanita memiliki risiko yang lebih tinggi terinfeksi HPV.
d. Menggunakan pil KB untuk waktu yang lama atau memiliki banyak anak. Penelitian
menunjukkan bahwa melahirkan banyak anak (5 atau lebih) meningkatkan resiko
kanker leher rahim pada wanita dengan infeksi HPV.
e. Wanita yang yang terkena obat dietilstilbestrol (DES) sebelum kelahiran dapat
meningkatkan risiko kanker serviks.
f. Faktor kemiskinan dan kebersihan juga dapat meningkatkan resiko untuk mengalami
kanker serviks.

3. Manifestasi Klinis
9
Gejala pada kanker serviks stadium awal umumnya tidak terlihat. Namun gejala baru
muncul ketika sel-sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan sekitarnya, yaitu berupa:
1. Keputihan abnormal, beraroma tidak enak dan tidak sembuh-sembuh.
2. Terjadi pendarahan apabila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan
menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya.
3. Pendarahan abnormal di luar siklus menstruasi dan setelah berhubungan seks.
4. Siklus menstruasi tidak teratur.
5. Nyeri selama berhubungan seks.
6. Rasa nyeri saat berkemih.
7. Nyeri sekitar panggul.
8. Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9. Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan pada anggota
tubuh seperti betis, paha, tangan dan sebagainya.

4. Patofisiologi
Perkembangan kanker invasif berawal dari terjadinya lesi neoplastik pada lapisan
epitel serviks, dimulai dari (Neoplasia Intraepitel Serviks) NIS 1, NIS 2, NIS 3 atau
karsinoma in situ (KIS). Selanjutnya setelah menembus membran basalis akan
berkembang menjadi karsinoma mikroinvasif dan invasif. Pemeriksaan sitologi papsmear
digunakan sebagai skrining, sedangkan pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi
diagnostik.

5. Stadium Kanker Serviks


Penentuan diagnosis stadium kanker serviks sangat penting untuk pengobatan atau
penanganan yang tepat. Stadium kanker serviks dibedakan menjadi 5 jenis. Menurut
Cancer Research UK tentang jenis kanker serviks diberikan sebagai berikut:
a. Normal
Pada stadium ini disebut juga “Carsinoma In Situ (CIS)” yang berarti bahwa
beberapa sel serviks mengalami perubahan. Namun sel-sel abnormal mulai terdapat
dan terkandung dalam lapisan permukaan serviks dan masih pada tempatnya.

10
Carsinoma in situ bukan kanker tetapi pada beberapa wanita perubahan akan
berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun.
b. Stadium 1
Stadium satu ditandai dengan sel kanker yang hanya ada di serviks dan ukuran
kelainannya kurang dari 3 mm. Stadium ini berarti bahwa kanker hanya terdapat
dalam leher rahim. Biasanya dibagi menjadi 2 tahap pada stadium ini, yaitu:
1) Stadium 1A
Pada stadium 1A pertumbuhan sangat kecil hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Stadium 1A1 berarti kanker telah tumbuh kurang dari 3 mm ke
dalam jaringan leher rahim, dan kurang dari 7 mm lebarnya. Stadium 1A2
berarti kanker telah tumbuh antara 3 dan 5 mm ke dalam jaringan serviks,
tetapi masih kurang dari 7 mm lebarnya.
2) Stadium 1B
Pada stadium 1B daerah kanker mulai meluas, tetapi kanker masih hanya
dalam jaringan serviks dan belum menyebar. Biasanya dapat dilihat tanpa
mikroskop, tetapi tidak selalu terlihat. Pada stadium 1B1 kanker tidak lebih
besar dari 4 cm. Pada tahap 1B2 kanker lebih besar dari 4 cm.
c. Stadium 2
Pada kanker serviks stadium 2, kanker telah mulai menyebar di luar leher
rahim ke dalam jaringan sekitarnya. Namun belum tumbuh ke dalam otot atau
ligamen yang melapisi pelvis (dinding panggul) maupun bagian bawah vagina.
Tahapan ini di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 2A
Pada tahap 2A kanker telah menyebar ke dalam bagian atas vagina.
2) Stadium 2B
Pada tahap 2B kanker tersebar sampai ke jaringan di sekitar leher rahim.
d. Stadium 3
Kanker serviks stadium 3 telah menyebar keluar rahim tapi masih berada
didalam rongga panggul dan belum masuk sampai kandung kemih atau rektum.
Namun kelenjar getah bening sudah bisa mengandung sel kanker. Kanker pada

11
stadium ini adalah kanker yang tingkat dan gejalanya sudah semakin parah. Stadium
3 ini dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Stadium 3A
Stadium 3A apabila sel kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah
vagina namun belum sampai ke dinding panggul.
2) Stadium 3B
Sedangkan stadium 3B, sel kanker telah menyebar ke dinding panggul bahkan
sudah bisa memblokir ureter karena ukurannya yang sudah membesar.
Sumbatan ini bisa menyebabkan ginjal berhenti bekerja.
e. Stadium 4
Kanker serviks stadium 4 telah menyebar ke kandung kemih, rektum atau yang
lainnya. Stadium 4 juga dibagi menjadi dua, yaitu 4A dan 4B.
1) Stadium 4A
Stadium 4A telah menyebar ke kandung kemih, rektum serta kelenjar getah
bening.
2) Stadium 4B
Stadium 4B, kanker telah menyebar keluar panggul dan kelenjar getah bening
lain selain panggul seperti hati, perut, paru-paru, saluran pencernaan, tulang.
6. Penatalaksanaan

Dibawah ini adalah klasifikasi penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan


stadium kanker serviks :
a. Stadium 0: konisasi (pengambilan jaringan serviks berbentuk kerucut dengan
basis pada partio, untuk tujuan diagnostic atau terapeutik)
b. Stadium 1A: histerektomi
c. Stadium 1B dan 2A: Histerektomi dan kemoterapi
d. Stadium IV: Radiasi paliatif
7. Pemeriksaaan penunjang
a. Pemeriksaan Sitologi Pap Smear
Salah satu pemeriksaan sitologi yang bisa dilakukan adalah pap smear.
Papsmear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. test ini
mendeteksi adanya perubahanperubahan sel leher rahim yang abnormal yaitu suatu
12
pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian
dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining bukan diagnosis adanya kanker serviks. jika
ditemukan hasil pap smear yang abnormal maka dilakukan pemeriksaan standar berupa
kolposkopi. penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran
histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukansetiap tahun mencapai 90%.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk
mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal.
Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan serviks kemudian
dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut.
c. IVA Test (Infeksi Visual Asam Asetat)
Iva merupakan tes alternatif skrining untuk kanker serviks. tes ini sangat mudah dan
praktis dilaksanakan sehingga tenaga kesehatan non dokter, ginekologi, bidan praktek
dan lain-lain. prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks atau leher
rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan
serviks yang tidak normal.
d. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100mm dan lensa ekstensi
50mm.fototografi diambil oleh tenaga kesehatan dan slide (servikogram) dibaca oleh
yang mahir dengan kolposkop. disebut negatif atau curiga jika tampak kelainan atau
abnormal.
e. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi pendarahan yang
terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur kadar hemoglobin, hematokrit,
trombosit dan kecepatan pembekuan darah yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.(dr.
Rama Diana 2009).

BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
13
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intraservikal disertai dengan keputihan
meyerupai air,berbau, bahkan perdarahan.
a) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu,baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti
perdarahan,keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
b) Riwayat penyakit dahulu
Data yang perlu dikaji adalah:
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,Infeksi masa nifas, riwayat operasi
kandungan, serta adanya tumor.Riwayat keluarga yang menderita kanker.
c) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini
atau penyakit menular lain.
d) Riwayat psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi dirumah dan
bagaimana pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.Kanker serviks
sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah,berkaitan erat dengan
kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh,
serta tingkat personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.

3. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi

Klien tampak kelelahan, rambut jarang, tubuh pasien kurus dan tampak sering ingin
mual, kulit pucat disebabkan karena anemia, mata cekung disebabkan karenakurang tidur,
klien tanpak meringis menahan kesakitan, klien mengalami keputihan, klien juga
mengalami pendarahan yang sering.

b) Palpasi

Pada palpasi didapati nyeri pada abdomen dan nyeri pada punggung bawah

14
4. Pemeriksaan Diagnostik

a) Mendeteksi kanker serviks dengan pap Smear

b) Biopsi

c) Konisasi

d) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

e) Mendiagnosis serviks dengan kolposkop

f) Vagina inflammation self test card

g) Schillentest

h) Kolpomikroskopi

i) Gineskopi

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri Kronik

2. Kekurangan volume cairan

3. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

C. Intervensi

- Diagnosa 1

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien mampu :

-Menurunkan level nyeri

- Mengontrol nyeri

- Meningkatkan rasa nyaman

Intervensi

Kaji pengalaman klien ketika berhadapan dengan nyeri untuk pertama kali, jika memungkinkan
lakukan intervensi untuk menurunkan nyeri.

R/ Intensitas, karakter, waktu terjadinya, durasi faktor yang memperberat dan yang mengurangi
nyeri harus dikaji dan di dokumentasikan pada saat setelah evaluasi awal
15
Anjurkan klien untuk menggambarkan pengalamam yang telah lalu mengenai nyeri dan metode
yang digunakan untuk menangani nyerinya, termasuk pengalaman tentang efek samping, tipe
koping respon, dan bagaimana ia mengekspresikan nyeri.

R/ Perhatian mungkin memberikan efek terhadap perasaan klien untuk melaporkan tentang nyeri
dan penggunaan analgetik

Mendeskripsikan tentang efek yang merugikan dari nyeri yang tidak tertahankan.

R/ Intensitas dari nyeri dan ketidak nyamanan harus dikaji dan didokumentasikan setelah
prosedur yang menyebabkan nyeri dengan beberapa hal barutentang nyeri dan intervaldari nyeri.

Anjurkan klien untuk melaporkan tentang lokasi, intensitas dan kualitas dari nyeri ketika sedang
mengalami nyeri.

R/ Untuk menolong merencanakan perawatan nyeri, penggunakan obat-obatan yang lalu.

DX 2 : Kekurangan Volume Cairan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama.... 24 jam masalah kekurangan volume cairan
teratasi.

Kriteria hasil :

Intervensi

Kaji penyebab gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

R/ Sebagai dasar dalam menentukan tindakan yang tepat untuk klien dalam memenuhi kebutuhan
cairan dan elektrolit.

Berikan klien banyak minum

R/ Asupan cairan dan elektrolit yang cukup akan membantu mempercepat proses metabolisme
tubuh.

Monitor tanda-tanda dehidrasi

R/ Mengetahui tingkat dan dengan kekurangan cairan elektrolit tubuh mempermudah dalam
memberi pengobatan.

bservasi tanda-tanda vital

R/ Tanda-tanda vital merupakan parameter peningkatan respon fisiologis dari kekurangan cairan
dan elektrolit.

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan infus


16
R/ Tindakan yang terdapat dalam pemberian infus dapat membantu mempercepat kebutuhan
cairan dan elektrolit.

DX 3 : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam masalah ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

Intervensi

Auskultasi bising usus

R/ Bising usus hiperaktif mencerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau
mengubah fungsi absorbsi.

Catat dan laporkan adanya anoreksia, kelemahan umum nyeri, nyeri abdomen, munculnya mual
dan muntah

R/ Peningkatan aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin terjadi resisten
yang mengakibatkan hiperglikemia.

Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang BB setiap hari serta laporkan adanya
penurunan.

R/ Penurunan BB terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi
kegagalan terhadap terapi antitiroid

Dorong pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil dengan
menggunakan makanan tinggin kalori yang mudah dicerna

R/ Membantu menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi
pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hiper metabolik

D. Evaluasi

Diagnosa 1: Nyeri kronik teratasi


Diagnosa 2: kekurangan volume cairan teratasi
Diagnosa 3: masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

17
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal
pada leher rahim. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya

18
kanker serviks antara lain sebagai berikut :
- Hubungan Seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda.
- Berganti-ganti pasangan seksual.
- Defisiensi zat gizi
- Sering melahirkan.
- Trauma
- Kronis pada Servik seperti persalinan, infeksi dan iritasi menahun
Adapun gejala yang sering timbul pada stadium lanjut antara lain adalah:
pendarahan sesudah melakukan hubungan intim. Keluar keputihan atau cairan encer dari
kelamin wanita.pendarahan sesudah menopause. Pada tahap lanjut dapat keluar cairan
kekuning kuningan,berbau atau bercampur darah, nyeri panggul atau tidak dapat buang
air kecil.

B. SARAN
Untuk melakukan skrining kanker serviks,jangan sampai menunggu adanya keluhan atau
datanglah ke tempat periksa untuk pemeriksaan Pap Smear .Jika ditemukan kelainan pra kanker
ikutilah pesan petugas atau dokter. Apabila perlu pengobatan jangan ditunda. Karena pada tahap
ini tingkat kesembuhannya
hampir 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz Alimul H. 2010. Pengantar Kebutuhan dasar Manusia. Jakarta


Mansjoer,Arif dkk. 1999. kapita selekta kedokteran, jilid 1. Jakarta: Media
Ausculapius
Price, Sylvia. 2010.Patofisiologi Konsep Klinis Proses - proses penyakit, Edisi 6, volume 2,
Jakarta:EGC
Samadi. 2011. Konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. jakarta
19
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKServiks.pdf (Diakses pada tanggal 30 Maret 2019)

20

Anda mungkin juga menyukai