Artikel 93206001 PDF
Artikel 93206001 PDF
1)
Amrih Priyo Widodo
ABSTRAK
Penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya merupakan upaya tindak lanjut
dari Undang-Undang no.23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian, dan sudah dicanangkan menjadi
program pemerintah dengan terbitnya Kesepakatan Bersama (MoU) antara Departemen
Perhubungan Republik Indonesia dengan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tentang
“Perencanaan, Pembangunan, Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan, dan Penghapusan
Perlintasan Sebidang antara Jalur Kereta Api dengan Jalan” nomor KM.87 tahun 2004 tanggal 21
Desember 2004 (Dep.Perhub.) , dan nomor 247 tahun 2004 tanggal 21 Desember 2004
(Dep.Dalam Negeri) .
Dengan pertimbangan tingginya angka kecelakaan / sering terjadinya kecelakaan diperlintasan
sebidang jalan kereta api dengan jalan raya yang banyak menelan korban jiwa akibat dari
rendahnya kesadaran masyarakat didalam berlalulintas dan tingginya frekuensi perjalanan kereta
api yang ada dewasa ini (yang tidak ditunjang dengan peralatan buka-tutup pintu perlintasan yang
memadai) , maka penetapan penutupan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya
sudah dapat dikategorikan sangat mendesak .
Bangunan simpang tak sebidang yang melintasi jalan kereta api yang terbangun di wilayah DKI
Jakarta sudah cukup banyak , akan tetapi perlintasan sebidang masih terbuka dan tetap
dioperasikan . Hal ini dapat meningkatkan kerawanan terhadap keselamatan pengguna jalan dan
mengganggu perjalanan kereta api ; untuk itu pada lokasi-lokasi dimaksud diusulkan adanya
penutupan perlintasan sebidang secara permanen . Rencana penutupan perlintasan sebidang ini
perlu dievaluasi dan dikaji ; dimana dalam penulisan kajian ini difokuskan pada perlintasan
sebidang yang ada di Jalan KH. Mas Mansyur Jakarta Pusat dan Jalan Abdul Syafi’ie Jakarta
Selatan . Kajian ini menganalisis permasalahan dari segi teknis dan ekonomis .
Dengan direalisasikannya penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya,
diharapkan dapat meningkatkan keselamatan perjalanan kedua moda dan dapat
mengurangi/menghilangkan tundaan perjalanan moda jalan ; meskipun sesuai dengan perhitungan
biaya operasi kendaraan mengalami penambahan biaya dikarenakan bertambahnya panjang lintasan
pada setiap lokasi kajian .
1)
Magister Teknik Managemen Rekayasa Infrastruktur
1
1. PENDAHULUAN
Perkembangan lalulintas dewasa ini di Daerah Khusus Ibukota Jakarta seperti halnya kota-kota
metropolitan di dunia pada umumnya dan di Asia Tenggara pada khususnya, mempunyai masalah
yang sangat serius terhadap kemacetan lalulintas . Apabila permasalahan kemacetan lalulintas ini
tidak diimbangi dengan penanganan oleh pemerintah daerah secara serius, maka diperkirakan pada
masa mendatang kendaraan di jalan akan berhenti / tidak bergerak karena mengalami kejenuhan .
Pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat dengan pesat dan buruknya fasilitas angkutan
umum massal mengakibatkan dampak secara langsung berupa meningkatnya jumlah pemakaian
kendaraan pribadi dan menurunkan kapasitas jalan khususnya di wilayah provinsi DKI Jakarta .
Titik-titik rawan kemacetan secara perlahan dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat; hal ini
diperparah dengan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat di dalam berlalulintas yang secara
individu mementingkan diri sendiri . Kerawanan kemacetan banyak sekali ditemukan
dipersimpangan khususnya pada jam-jam sibuk , dan sering dijumpai sampai terjadi interlocking .
Untuk mengurangi beban lalulintas di persimpangan, pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
membangun simpang tak sebidang berupa fly over dan under pass secara bertahap di beberapa
tempat dengan maksud memaksimalkan kapasitas jalan . Dasar pertimbangan pembangunan
simpang tak sebidang sangat dipengaruhi beberapa aspek mengingat banyaknya persimpangan yang
harus dibangun ; sementara kemampuan pendanaan oleh pemerintah daerah sangat terbatas .
Dengan demikian dinas terkait dituntut untuk menentukan skala prioritas dalam merencanakan
titik-titik lokasi baru pembangunan simpang tak sebidang baik berupa fly over ataupun under pass .
Dengan banyaknya perlintasan sebidang antara 2 moda yang berbeda berupa rel kereta api dengan
jalan raya yang ada diwilayah provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, sudah pasti sangat
diperlukan adanya bangunan simpang tak sebidang untuk menghilangkan tundaan bagi kendaraan
apabila terjadi lintasan/pergerakan kereta api . Hal ini sesuai dengan Undang-Undang no. 23 tahun
2007 pasal 124 yang menyatakan bahwa : ”pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan
jalan , pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api” , sehingga apabila perlintasan
kedua moda masih sebidang harus dilakukan penutupan lintasan jalan pada saat kereta api melintas
di suatu persimpangan . Dampak dari penutupan perlintasan tersebut akan mengakibatkan tundaan
bagi moda jalan, sehingga untuk mengatasi permasalahan tersebut diusahakan membuat simpang
tidak sebidang .
Dengan sudah terbangunnya beberapa bangunan simpang tak sebidang di wilayah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta , sampai saat ini keberadaannya masih belum dapat mengakomodir seluruh jumlah
kendaraan yang akan melintas rel kereta api . Hal ini mengingat jumlah lajur jalan eksisting lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah lajur jalan di simpang tak sebidang . Sehingga dapat dikatakan
pembangunan simpang tak sebidang diperlintasan jalan kereta api belum dapat menyelesaikan
masalah secara maksimal . Masih kita jumpai di beberapa lokasi persimpangan yang sudah
terbangun simpang tak sebidang sering terjadi kemacetan akibat tundaan pada saat penutupan
2
lintasan kereta api; terlebih pada jam sibuk perjalanan kereta api, dimana frekuensi / interval jarak
waktu perjalanan antara kereta api satu dengan lainnya sangat dekat, sehingga mengakibatkan
seringnya buka-tutup palang pintu perlintasan kereta api . Imbas dari antrean kendaraan pada
perlintasan sebidang ini terkadang sampai menutup arus lalulintas menerus yang menuju simpang
tak sebidang .
Dengan permasalahan yang begitu kompleks ditambah tingkat kesadaran masyarakat yang sangat
rendah dalam berlalulintas, tercermin dengan sering terjadinya kecelakaan yang membawa korban
jiwa akibat dari penyerobotan palang pintu kereta api pada saat tertutup, maka dimungkinkan
aksesibilitas jalan diperlintasan sebidang dengan rel kereta api dilakukan penutupan secara
permanen . Namun demikian rencana penutupan ini perlu dikaji terhadap segala kemungkinan
yang akan timbul, dan diharapkan hasilnya dapat mengakomodir semua kepentingan instansi yang
terkait maupun stake holder, dan juga tidak menimbulkan permasalahan baru .
Perlintasan jalan kereta api dengan jalan merupakan simpang antara dua moda yang berbeda.
Sesuai dengan pasal 124 Undang-Undang no.23 tahun 2007 yang tersurat “pada perpotongan
sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta
api” ; sehingga jika perlintasan antara kedua moda tersebut terjadi dan masih sebidang (level
crossing) maka harus dilakukan penutupan perlintasan jalan pada saat kereta api akan melintas di
persimpangan tersebut .
Akibat dari penutupan perlintasan sudah barang tentu akan menyebabkan tundaan bagi moda jalan .
Untuk mengatasi dan menghindari masalah tersebut, maka disetiap terjadinya perlintasan sebidang
antara dua moda tersebut diupayakan dibuat suatu simpang tidak sebidang dengan harapan
permasalahan yang ada pada perlintasan sebidang akan teratasi dan terselesaikan . Persyaratan ini
secara tegas tersurat di dalam Undang-Undang no.23 tahun 2007 Bab VII pasal 91 ayat 1, bahwa
“perpotongan antara jalur kereta api dengan jalan dibuat tidak sebidang” .
Umumnya perlintasan jalan kereta api dengan jalan raya yang ada di perkotaan terdapat di wilayah
yang mempunyai berbagai tata guna lahan, seperti perumahan, perkantoran, pertokoan, pasar,
sekolah dan lain sebagainya . Sedangkan panjang bangunan simpang tak sebidang dari kedua sisi
rel masing-masing minimal berkisar antara 300 - 450 meter dengan asumsi lebar ruang bebas jalan
kereta api sebesar 50 meter .
Dalam bangunan simpang tidak sebidang baik berupa fly over ataupun under pass, arah pergerakan
lalulintas jalan pada daerah pengaruh dapat dibedakan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu :
1. Pergerakan dari luar daerah pengaruh ke dalam daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan eksternal - internal .
2. Pergerakan dari dalam daerah pengaruh ke luar daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan internal - eksternal .
3
3. Pergerakan dari dalam daerah pengaruh ke dalam daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan internal - internal .
4. Pergerakan dari luar daerah pengaruh ke luar daerah pengaruh , disebut
sebagai pergerakan eksternal - eksternal .
Permasalahan perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan secara teoritis dipandang dari ilmu
lalulintas adalah sebagai berikut :
a. Adanya titik konflik di perlintasan jalan kereta api .
b. Tundaan (delay) yang dialami oleh semua moda di jalan pada saat terjadi
penutupan perlintasan akibat adanya pergerakan kereta api .
c. Keselamatan perjalanan kedua moda , baik perjalanan kereta api maupun
lalulintas pengguna jalan .
Dalam usaha menghilangkan traffic conflict di perlintasan jalan kereta api dengan jalan perlu
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
- Memasang pagar menerus sejajar jalan kereta api sehingga menutup lalulintas jalan, dengan
harapan akan memaksa semua pergerakan kendaraan moda jalan
untuk melalui simpang tak sebidang . Keadaan ini untuk pergerakan arus
yang menerus (eksternal-eksternal), ataupun pergerakan internal-eksternal .
- Membangun u-turn di setiap sisi jalan rel sebagai sarana perputaran
lalulintas untuk melayani pergerakan eksternal-internal, internal-eksternal
maupun internal-internal .
- Membangun u-turn disetiap ujung simpang tak sebidang dengan jarak tertentu
yang dipilih paling memungkinkan , sebagai sarana perputaran lalulintas
untuk melayani pergerakan eksternal-internal, internal-eksternal maupun
internal-internal .
- Untuk angkutan umum yang melayani trayek dengan pergerakan dalam daerah
pengaruh perlintasan , maka perlu dilakukan perubahan rute .
Dampak lain yang perlu diperhatikan sebagai akibat dari penutupan perlintasan sebidang antara
jalan kereta api dengan jalan adalah :
1. Pejalan kaki harus disediakan sarana penyeberangan berupa jembatan penyeberangan
orang .
2. Masyarakat penyandang cacat dalam hal ini tidak dapat terakomodasi, sehingga harus
melalui simpang tak sebidang yang praktis jarak lintasan lebih jauh .
3. Terjadinya pemisahan dua daerah yang sebelumnya merupakan satu komunitas; hal ini
akan berdampak pada kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat maupun
masyarakat dan lingkungan secara umum .
4
Secara umum kondisi perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan di provinsi DKI Jakarta
saat ini masih jauh daripada ideal, dilihat dari :
- Tingginya tingkat gangguan terhadap operasional kereta api
- Tingginya angka kecelakaan dan fatalitas pada perlintasan sebidang
- Tingginya tundaan lalulintas jalan akibat buka-tutup pintu perlintasan akibat
tingginya frekuensi perjalanan kereta api
- Dampak sosial terhadap masyarakat dan lingkungan disekitar perlintasan kereta api
5
3.2. Data Sekunder berupa data dari instansi yang berwenang
Data Lalulintas Harian Rata-rata (LHR) pada lokasi kajian didapat dari Dinas Perhubungan
Provinsi DKI Jakarta yang dibedakan dalam 3 waktu yaitu pagi, siang dan sore . Lokasi
pengukuran sesuai dengan arah lalulintas yang ada di setiap lokasi kajian . Data LHR tertuang
dalam tabel berikut :
Data / Jadual Perjalanan Kereta Api DAOP - I yang berlaku mulai tanggal 01 Agustus 2007
dikeluarkan oleh Pusat Pengendalian Operasi Kereta Api DAOP-I (PUSDAL OPKA) dan melintas
di perlintasan sebidang Jalan Mas Mansyur dan Jalan Abdul Syafi’ie tertuang dalam daftar atau
tabel sebagai berikut :
6
7
8
9
10
11
Data Kecelakaan dan Korban Manusia di perlintasan sebidang yang terjadi di Daerah Operasi di
pulau Jawa (DAOP I - IX) dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian Departemen
Perhubungan mulai tahun 1999 sampai dengan tahun 2004 tertuang dalam tabel sebagai berikut :
12
4. HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini untuk mengetahui besaran atau angka-angka yang dibutuhkan, maka
dilakukan pendataan dan perhitungan teknis dengan tahapan sebagai berikut :
13
detik (1 KA) + 190 detik (2 KA) + 310 detik (3 KA) + 70 detik (1 KA) + 130 detik (2 KA) ,
sehingga total selama 840 detik (10 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
840 detik / 6 penutupan = 140 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 07.00 - 08.00 terdapat 9 pergerakan kereta api dengan 7 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 130 detik (2 KA) + 70
detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 130 detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik
(1 KA) , sehingga total selama 610 detik (9 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
610 detik / 7 penutupan = 87,20 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 16.00 - 17.00 terdapat 8 pergerakan kereta api dengan 8 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 70 detik (1 KA) + 70
detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik
(1 KA) + 70 detik (1 KA) , sehingga total selama 560 detik (8 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
560 detik / 8 penutupan = 70 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 17.00 - 18.00 terdapat 8 pergerakan kereta api dengan 4 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 250 detik (3 KA) + 200
detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 190 detik (2KA) , sehingga total selama 710 detik (8 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
710 detik / 4 penutupan = 177,50 detik / kendaraan / penutupan .
Tundaan maksimum diambil yang terbesar yaitu 177,50 detik, dibulatkan menjadi 180 detik /
kendaraan yang terjadi pada jam 17.00 - 18.00 .
14
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
1410 detik / 13 penutupan = 109 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 08.00 - 09.00 terdapat 20 pergerakan kereta api dengan 11 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 130 detik (3 KA) + 130
detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 130 detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik
(1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (2 KA) + 130 detik (3 KA) + 70 detik (3 KA), sehingga total
selama 1010 detik (20 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
1010 detik / 11 penutupan = 92 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 16.00 - 17.00 terdapat 18 pergerakan kereta api dengan 12 kali penutupan pintu perlintasan
kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 70 detik (1 KA) + 70
detik (1 KA) + 130 detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (2 KA) + 70 detik
(2 KA) + 70 detik (2 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (2 KA) + 70 detik (2
KA) , sehingga total selama 900 detik (18 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
900 detik / 12 penutupan = 75 detik / kendaraan / penutupan .
Jam 17.00 - 18.00 terdapat 16 pergerakan kereta api dengan 13 kali penutupan pintu
perlintasan kereta api, dimana durasi penutupan pintu perlintasan terdata selama => 70 detik (1
KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 130 detik (4 KA)
+ 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70 detik (1 KA) + 70
detik (1 KA) + 70 detik (1 KA), sehingga total selama 970 detik (16 KA) .
Tundaan rata-rata yang dialami setiap kendaraan pada setiap penutupan pintu perlintasan sebesar =
970 detik / 13 penutupan = 75 detik / kendaraan / penutupan .
Tundaan maksimum diambil yang terbesar yaitu 162 detik dibulatkan menjadi 165 detik /
kendaraan yang terjadi pada jam 06.00 - 07.00 .
Dengan adanya rencana penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan raya,
maka perlu dilakukan pengukuran perjalanan lalulintas yang dibedakan perjalanan “tanpa
penutupan / sebelum penutupan” dan perjalanan “dengan penutupan / setelah penutupan” . Masing-
masing perjalanan baik sebelum maupun setelah penutupan mempunyai perbedaan karakteristik ,
dimana hasil keduanya dibandingkan untuk dianalisa seberapa besar kemanfaatan ataupun kerugian
yang dihasilkan .
16
“Setelah penutupan” perlintasan Jl. KH. Mas Mansyur , 4 (empat) arah tujuan baru A-B , A-F ,
C-H dan G-H waktu lintasannya dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
Arah tujuan A-B : - tundaan akibat traffic light selama 290 detik (a)
- waktu tempuh jarak 3125 meter kec.40 km/jam
selama 280 detik (b)
- total waktu tempuh = (a) + (b) = 570 detik
Arah tujuan A-F : - waktu tempuh jarak 3000 meter kec.40 km/jam selama 270 detik
Arah tujuan C-H : - waktu tempuh jarak 3000 meter kec.40 km/jam selama 270 detik
Arah tujuan G-H : - tundaan akibat traffic light selama 290 detik (a)
- waktu tempuh jarak 3125 meter kec.40 km/jam
selama 280 detik (b)
- total waktu tempuh = (a) + (b) = 570 detik
“Sebelum penutupan” (kondisi eksisting) perlintasan di Jalan Abdul Syafi’ie , ada 4 arah tujuan
yang akan terkena dampak , yaitu arah tujuan A-B, E-G, F-B dan D-E dimana waktu tempuh
masing-masing arah tujuan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
Arah tujuan A-B : - tundaan rata-rata akibat buka-tutup pintu selama 165 detik (a)
- waktu tempuh jarak 400 meter kec.20 km/jam selama 70 detik (b)
- total waktu tempuh = (a) + (b) = 235 detik
Arah tujuan E-G : - tundaan rata-rata akibat buka-tutup pintu selama 165 detik (a)
- waktu tempuh jarak 400 meter kec.20 km/jam selama 70 detik (b)
- total waktu tempuh = (a) + (b) = 235 detik
Arah tujuan F-B : - tundaan rata-rata akibat buka-tutup pintu selama 165 detik (a)
- waktu tempuh jarak 2000 meter kec.40 km/jam selama 180 detik (b)
- waktu tempuh jarak 500 meter kec.20 km/jam selama 90 detik (c)
- total waktu tempuh = (a) + (b) + (c) = 435 detik
17
Arah tujuan D-E : - tundaan dampak buka-tutup pintu selama 165 detik (a)
- waktu tempuh jarak 400 meter kec.20 km/jam selama 70 detik (b)
- total waktu tempuh = (a) + (b) = 235 detik
“Setelah penutupan” perlintasan di Jalan Abdul Syafi’ie , terdapat 4 arah tujuan baru sebagai
dampak dari penutupan perlintasan sebidang, terdiri dari arah tujuan A-B, E-G, F-B dan D-E;
dimana waktu lintasan tanpa ada tundaan dengan asumsi kecepatan 40 km/jam . Adapun
perhitungan waktu lintasan masing-masing arah tujuan diuraikan sebagai berikut :
Arah tujuan A-B : - waktu tempuh jarak 2100 meter kec.40 km/jam selama 190 detik
Arah tujuan E-G : - waktu tempuh jarak 2300 meter kec.40 km/jam selama 210 detik
Arah tujuan F-B : - waktu tempuh jarak 4300 meter kec.40 km/jam selama 390 detik
Arah tujuan D-E : - waktu tempuh jarak 400 meter kec.40 km/jam selama 35 detik
18
19
c. Pengukuran Lalulintas Harian Rata-rata (LHR)
Dengan adanya rencana penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan,
maka perlu diketahui lalulintas harian rata-rata pada lintasan yang terkena dampak di setiap lokasi
tinjauan . Volume kendaraan yang terdata dalam setiap jam diasumsikan terhadap LHR berkisar
antara 10% - 12%; dalam hal ini ditentukan 11% .
Jenis kendaraan yang diperhitungkan adalah Sedan (SD), Utiliti/mikro (UT), Bus kecil (BL) dan
Sepeda motor (SM) .
Perhitungan LHR setiap lintasan pada masing-masing lokasi adalah sebagai berikut ;
Pengukuran LHR di perlintasan Jalan KH. Mas Mansyur :
• Lintasan dari Tanah Abang ke Jalan Margono (A-B) volume lalulintas setiap jam sebesar 26 SD
+ 259 UT + 24 BL + 450 SM , dengan demikian LHR-nya sebesar
236 SD + 2355 UT + 273 BL + 4090 SM
• Lintasan dari Tanah Abang ke Jalan Penjernihan (A-F) volume lalulintas setiap jam sebesar 149
SD + 340 UT + 6 BL + 600 SM , dengan demikian LHR-nya sebesar 1355 SD + 3091 UT +
54 BL + 5455 SM
• Lintasan dari Jalan Margono ke Tanah Abang (C-H) volume lalulintas setiap jam sebesar 120
SD + 230 UT + 10 BL + 360 SM , dengan demikian LHR-nya sebesar 1091 SD + 2091 UT +
91 BL + 3273 SM
• Lintasan dari Jalan Penjernihan ke Tanah Abang (G-H) volume lalulintas setiap jam sebesar 90
SD + 235 UT + 12 BL + 300 SM , dengan demikian LHR-nya sebesar 818 SD + 2136 UT +
109 BL + 2727 SM
21
Nilai Waktu LHR lintasan G-H, setelah penutupan ;
= (818xRp.23.000,-+2136xRp.24.000,-+109xRp.40.000,-+300xRp.5.200,-) x
570 detik/3600 detik = Rp.12.033.016,67 / hari
22
a). Biaya Konsumsi Bahan Bakar Minyak ( BiBBMj ) , dengan rumusan :
BiBBMj = KBBMi x HBBMj
dimana , BiBBMj = biaya konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i
dalam rupiah/km
KBBMi = konsumsi bahan bakar minyak untuk jenis kendaraan i dalam
liter/km
23
HBBMj = harga bahan bakar untuk jenis BBMj dalam rupiah/liter
( Premium Rp.4.500,-/lt ; Solar Rp.4.300,-/lt)
i = jenis kendaraan sedan (SD), utiliti (UT), bus kecil (BL),
sepeda motor (SM)
j = jenis bahan bakar minyak solar (SLR), premium (PRM)
24
KBBMi (BL) = ( 94,35 + 1058,9/20 + 0,0094x202 + 1,607x2,5 + 1,488x(-2,5)
+ 0 + 0 + 166,1x0,01 + 49,58x0,75 + 0 + 0 + 0 ) / 1000
= 190,198 / 1000 = 0,190 liter/km
BiBBMj (BL) = 0,190 liter/km x Rp.4.300,- = Rp. 817,00 / km
25
BOi = KOi x HOj ………………………(3)
dimana ; BOi = biaya konsumsi olie untuk jenis kendaraan i dalam rupiah/km
KOi = konsumsi olie untuk jenis kendaraan i dalam liter/km
HOj = harga olie untuk jenis olie j dalam rupiah/liter (Rp.20.000,-/lt)
i = jenis kendaraan
j = jenis olie ( SAE 20 - 40 Mesran )
Perhitungan besarnya biaya konsumsi olie “sebelum penutupan” sama dengan “setelah penutupan”
,dengan uraian sebagai berikut :
Sebelum / setelah penutupan ,
OHKi (SD) = KPOi / JPOi
= 3,5 liter / 2000 km = 0,00175 liter/km
KOi (SD) = OHKi + OHOi x KBBMi
= 0,00175 lt/km + 2,8x10-6 lt/km x 0,113 lt/km
= 0,00175 liter/km
BOi (SD) = KOi x HOj
= 0,00175 lt/km x Rp. 20.000,-
= Rp. 35,00 / km
Setelah penutupan ,
OHKi (SD) = 3,5 liter / 2000 km = 0,00175 lt/km
KOi (SD) = 0,00175 lt/km + 2,8x10-6 lt/km x 0,094 lt/km
= 0,00175 liter/km
BOi (SD) = 0,00175 lt/km x Rp. 20.000,-
= Rp. 35,00 / km
26
OHKi (UT) = 3,5 liter / 2000 km = 0,00175 lt/km
KOi (UT) = 0,00175 lt/km + 2,8x10-6 lt/km x 0,111 lt/km
= 0,00175 liter/km
BOi (UT) = 0,00175 lt/km x Rp. 20.000,-
= Rp. 35,00 / km
27
Sebelum penutupan perlintasan Jl. KH.Mas Mansyur ;
Pi (SD) = ( - 0,69 + 0,42 x 0,05 ) ( 0,35 / 100000 )0,10
= - 0,19046
BPi (SD) = - 0,19046 x Rp.250.000.000,-/1000000
= Rp. 47,61 / km
28
Sebelum penutupan perlintasan Jl. Abdul Syafi’ie
Pi (SD) = ( -0,69 + 0,42 x 0,05 ) ( 2,5 / 100000 )0,10
= - 0,2318
BPi (SD) = - 0,2318 x Rp.250.000.000,-/1000000
= Rp. 57,95 / km
Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan setiap jenis kendaraan terhadap semua biaya konsumsi
operasional pada kondisi sebelum penutupan perlintasan sebidang Jalan KH. Mas Mansyur :
Jenis kendaraan = bea konsumsi (BBM+Olie+Suku Cadang+Ban)
Sedan = Rp.508,50+Rp.35,00+Rp.47,61+Rp.4,90
= Rp.596,01/km
30
Utiliti = Rp.580,50+Rp.35,00+Rp.38,09+Rp.8,90
= Rp.662,49/km
Bis kecil = Rp.817,00+Rp.60,00+Rp.60,51+Rp.31,68
= Rp.969,19/km
Sepeda motor = Rp.152,55+Rp.17,50+Rp.4,76+Rp.1,47
= Rp.176,28/km
Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan setiap jenis kendaraan terhadap semua biaya konsumsi
operasional pada kondisi setelah penutupan perlintasan sebidang Jalan KH. Mas Mansyur :
Sedan = Rp.423,00 + Rp.35,00 + Rp.59,27 + Rp.4,90
= Rp.522,17/km
Utiliti = Rp.499,50 + Rp.35,00 + Rp.47,42 + Rp.8,90
= Rp.590,82/km
Bis kecil = Rp.756,80 + Rp.60,00 + Rp.75,32 + Rp.31,68
= Rp.923,80/km
Sepeda motor = Rp.126,90 + Rp.17,50 + Rp.5,92 + Rp.1,47
= Rp.151,79/km
Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan setiap jenis kendaraan terhadap semua biaya konsumsi
operasional pada kondisi sebelum penutupan perlintasan sebidang Jalan Abdul Syafi’ie :
Sedan = Rp.508,50+Rp.35,00+Rp.57,95+Rp.4,90
= Rp.606,35/km
Utiliti = Rp.580,50+Rp.35,00+Rp.46,36+Rp.8,90
= Rp.670,76/km
Bis kecil = Rp.817,00+Rp.60,00+Rp.73,65+Rp.31,68
= Rp.982,33/km
Sepeda motor = Rp.152,55+Rp.17,50+Rp.5,79+Rp.1,47
= Rp.177,31/km
Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan setiap jenis kendaraan terhadap semua biaya konsumsi
operasional pada kondisi setelah penutupan perlintasan sebidang Jalan Abdul Syafi’ie :
Sedan = Rp.423,00 + Rp.35,00 + Rp.61,20 + Rp.4,90
= Rp.524,10/km
Utiliti = Rp.499,50 + Rp.35,00 + Rp.48,96 + Rp.8,90
= Rp.592,36/km
Bis kecil = Rp.756,80 + Rp.60,00 + Rp.77,76 + Rp.31,68
= Rp.926,24/km
31
Sepeda motor = Rp.126,90 + Rp.17,50 + Rp.6,12 + Rp.1,47
= Rp.151,99/km
32
f. Perhitungan Biaya Kecelakaan
Berdasarkan besaran biaya kecelakaan lalulintas yang didapat dari Puslitbang Prasarana
Transportasi Departemen Pekerjaan Umum tahun 2003 ( Pustranjal 4198 ) , biaya kecelakaan
lalulintas diuraikan sebagai berikut ;
- Biaya korban meninggal dunia : Rp. 119.015.893,-
- Biaya korban luka berat : Rp. 5.825.765,-
- Biaya korban luka ringan : Rp. 1.044.719,-
- Biaya perbaikan kendaraan : Rp. 6.928.287,-
Dikarenakan data tersebut diatas untuk biaya kecelakaan tahun 2003, maka untuk tahun 2008
besarnya biaya kecelakaan diperhitungkan dengan rumusan → ( 1 + i ) n , dimana :
i = inflasi yang terjadi antara 8 - 10 % ( dipakai 10% )
n = jumlah tahun
dengan demikian besarnya biaya kecelakaan tahun 2008 menjadi sebagai berikut :
- Biaya korban meninggal dunia : (1 + 0,1)5 x Rp.119.015.893,- = Rp.191.676.285,-
- Biaya korban luka berat : (1 + 0,1)5 x Rp. 5.825.765,- = Rp. 9.382.453,-
- Biaya korban luka ringan : (1 + 0,1)5 x Rp. 1.044.719,- = Rp. 1.682.530,-
- Biaya perbaikan kendaraan : (1 + 0,1)5 x Rp. 6.928.287,- = Rp. 11.158.075,-
33
Sebelum penutupan perlintasan sebidang Jalan KH. Mas Mansyur :
Lintasan AB – 250 meter ;
BOK dalam LHR = ∑ {jarak lintasan(km)x BOK jenis kend(Rp/km/kend) x LHRjenis
kendaraan (kend/hari)}
BOK LHR = (0,25xRp.596,01x236)+(0,25xRp.662,49x2355)+(0,25xRp.969,19x273)+
(0,25xRp.176,28x4090) = Rp. 671.599,09 / hari
Nilai Waktu LHR = Rp. 9.805.835,- / hari
34
Lintasan GH – 3.125 meter
BOK LHR = (3,125xRp.522,17x818)+(3,125xRp.590,82x2136)+
(3,125xRp.923,80x109)+(3,125xRp.151,79x2727) = Rp.6.886.725,34/hr
Nilai Waktu = Rp. 12.033.016,67 / hari
35
Lintasan FB – 4300 meter
BOK LHR = (4,3xRp.524,10x36)+(4,3xRp.592,36x182)+(4,3xRp.151,99x410)
= Rp.812.669,98 / hari
Nilai Waktu F-B LHR = Rp.793.866,67 / hari
Rangkuman perhitungan biaya operasi kendaraan untuk lokasi perlintasan Jalan KH. Mas Mansyur
dan lokasi perlintasan Jalan Abdul Syafi’ie yang menggambarkan perbandingan antara biaya
operasi kendaraan sebelum penutupan dengan setelah penutupan perlintasan tertuang dalam table
berikut ini .
36
Manfaat dari penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan pada dasarnya
mengutamakan keselamatan dan keamanan pengguna jalan dan perjalanan kereta api .
Akibat dari penutupan perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan jalan menyebabkan
perubahan jarak lintasan menjadi lebih besar, dan berakibat langsung kepada meningkatnya biaya
operasi kendaraan dan nilai waktu pada lintasan yang terkena dampak .
c. Tinjauan Total Biaya Operasi sesuai hasil perhitungan tampak bahwa total biaya operasi yang
didapat untuk kondisi lalulintas setelah penutupan secara umum lebih besar dibandingkan
sebelumnya, dimana ;
Lokasi Jalan KH. Mas Mansyur , sebelum penutupan biaya operasional sebesar
Rp.18.379.970.873,50 / tahun dan setelah penutupan biaya operasional sebesar
Rp.27.763.623.289,10 / tahun , sehingga terjadi kenaikan sebesar Rp.9.383.652.415,60 / tahun .
Lokasi Jalan Abdul Syafi’ie , sebelum penutupan biaya operasional sebesar Rp.6.173.393.221,03 /
tahun dan setelah penutupan biaya operasional sebesar Rp.7.705.053.512,25 / tahun , sehingga
terjadi kenaikan sebesar Rp.1.531.660.291,22 / tahun .
38
d. Tingginya biaya operasional setelah penutupan terjadi akibat penambahan jarak lintasan
kendaraan untuk ;
Lokasi Jalan KH. Mas Mansyur : lintasan A-B dari jarak 250 m menjadi 3125 m
lintasan A-F dari jarak 350 m menjadi 3000 m
lintasan C-H dari jarak 350 m menjadi 3000 m
lintasan G-H dari jarak 250 m menjadi 3125 m
Lokasi Jalan Abdul Syafi’ie ….. : lintasan A-B dari jarak 400 m menjadi 2100 m
lintasan E-G dari jarak 400 m menjadi 2300 m
lintasan F-B dari jarak 2500 m menjadi 4300 m
e. Disimpulkan bahwa dengan tingginya biaya operasional perjalanan lalulintas baik dilokasi Jalan
KH. Mas Mansyur maupun Jalan Abdul Syafi’ie dengan rencana penutupan perlintasan sebidang ,
maka dengan mempertimbangkan dan memprioritaskan aspek keamanan dan keselamatan
lalulintas pengguna jalan , rencana penutupan perlintasan sebidang secara permanen antara jalan
kereta api dengan jalan tetap harus dilakukan .
6.2. S A R A N
Dengan rencana ‘penutupan secara permanen’ perlintasan sebidang antara jalan kereta api dengan
jalan , secara umum perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
- Untuk meningkatkan kelayakan terhadap rencana penutupan perlintasan sebidang ini maka
perlu dilakukan pembuatan u-turn yang lebih dekat untuk menekan biaya operasi kendaraan
dan nilai waktu pengguna jalan . Dalam menentukan lokasi u-turn yang lebih dekat untuk
menekan biaya operasional kendaraan dan tidak menimbulkan permasalahan yang baru,
maka harus dibuktikan dengan kajian , penelitian dan analisis yang mendalam .
- Perilaku pengguna jalan di lokasi penelitian perlu diteliti lebih mendalam untuk
meningkatkan ketelitian analisis .
- Sebelum penutupan dilaksanakan perlu dilakukan sosialisasi dan pemberitahuan melalui
media cetak atau elektronik, sehingga setelah pelaksanaan penutupan pengguna jalan sudah
mengetahui dan memahami .
- Analisis dan kajian yang sama dapat dilakukan untuk menilai kelayakan rencana penutupan
perlintasan sebidang pada lokasi yang lain .
Dikarenakan setiap lokasi perlintasan mempunyai karakteristik yang berbeda maka saran yang
lebih spesifik untuk masing-masing perlintasan dibedakan sebagai berikut ;
40