Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Isolasi Sosial atau Menarik Diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain atau
dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar.
Pada pasien dengan perilaku menarik diri sering melakukan kegiatan yang
ditujukan untuk mencapai pemuasan diri, dimana pasien melakukan usaha untuk
melindungi diri sehingga ia jadi pasif dan berkepribadian kaku, pasien menarik
diri juga melakukan pembatasan (isolasi diri), termasuk juga kehidupan
emosionalnya, semakin sering pasien menarik diri, semakin banyak kesulitan yang
dialami dalam mengembangkan hubungan sosial dan emosional dengan orang
lain.
Dalam membina hubungan sosial, individu berada dalam rentang respon
yang adaptif sampai dengan maladaptif.
Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan yang berlaku,
sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu
dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan budaya.
Respon sosial dan emosional yang maladaptif sering sekali terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, khususnya sering dialami pada pasien menarik diri
sehingga melalui pendekatan proses keperawatan yang komprehensif penulis
berusaha memberikan asuhan keperawatan yang semaksimal mungkin kepada
pasien dengan masalah keperawatan utama kerusakan interaksi sosial :
menarik diri. Menurut pengajar Departemen Psikiatri, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Surjo Dharmono, penelitian Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) di perbagai Negara menunjukkan, sebesar 20-30 persen
pasien yang datang ke pelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan
jiwa. Bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi.
Dari segi kehidupan sosial kultural, interaksi sosial adalah merupakan hal
yang utama dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai dampak adanya kerusakan

1
interaksi sosial : menarik diri akan menjadi suatu masalah besar dalam fenomena
kehidupan, yaitu terganggunya komunikasi yang merupakan suatu elemen penting
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain atau lingkungan disekitarnya.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada klien isolasi
sosial atau menarik diri?
1.3 Tujuan
1.3.1.Tujuan Umum.
Agar mahasiswa mempeoleh gambaran secara dalam memberikan Asuhan
Keperawatan pada klien dengan isolasi Sosial : Menarik diri.
1.3.2.Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui pengertian dari gangguan isolasi sosial menarik diri.
2. Untuk mengetahui penyebab dari gangguan isolasi sosial menarik diri
3. Untuk mengetahui rentang respon emosi dari gangguan isolasi sosial
menarik diri.
4. .Untuk mengetahui manifestasi perilaku dari gangguan isolasi sosial
menarik diri.
5. Untuk mengetahui penerapan proses keperawatan pada klien dengan
gangguan isolasi sosial menarik diri.
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan keperawatan pada klien dengan
gangguan isolasi sosial menarik diri.
7. .Untuk mengetahui Strategi Penerapan Teknik Komunikasi keperawatan
pada klien dengan gangguan isolasi sosial menarik diri.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Isolasi social adalah individu yang mengalami ketidakmampuan
untukmengadakan hubungan dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya secara wajar dan khalayaknya sendiri yang tidak realistis (dalami,
dkk, 2009).
Isolasi social adalah pengalaman kesendirian dari seorang individu yang
diterima sebagai perlakuan orang lain serta sebagai kondisi yang negative atau
mengancam (Wilkinson, 2007).
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas bersama
orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C., 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Keliat Anna, dkk., 2011).
2.2 Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
1. perkembangan dan sosial budaya.
2. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya pada diri,
3. tidak percaya pada orang lain,
4. ragu
5. Takut salah,
6. Pesimis putus asa terhadap orang lain
7. Tidak mampu merumuskan keinginan,
8. Merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain
9. Lebih menyukai berdiam diri
10. Menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade
Herman S.D.,2011).

3
2.3 Patofisiologi
Resiko kekerasan
terhadap diri sendiri
Ketidakefektifan
penatalakanaan
Gangguan
program terapeutik
sensori/persepsi:halusinasi
pendengaran
Gangguan
pemeliharaan
Isolasi kesehatan
sosial:menarik diri
Ketidakefektifan
koping keluarga: Defisi
Gangguan konsep diri:harga
ketidakmampuan perawatan
keluarga merawat diri rendah kronis. diri:mandi dan
klien keluarga behias

2.4 Maniefestasi klinis


Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan
5. Tidak ada dan tidak memperhatikan kebersihan
6. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
7. Mengisolasi diri
8. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
9. Asupan makanan dan minuman terganggu
10. Retensi urin dan feses
11. Aktivitas menurun
12. Kurang energi (tenaga)
13. Rendah diri

4
14. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan secara mandiri.
Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan oleh
ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya, sehingga orang
tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak efektif). Peranan
keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar mampu menyelesaikan
masalah. Oleh karena itu, bila sistem pendukungnya tidak baik (koping keluarga
tidak efektif) maka akan mendukung seseorang memiliki harga diri rendah (Ade
Herman S.D., 2011).

RENTAN RESPON
1. Respon adaptif adalah respon yang diterima oleh norma social dan cultural
dimana individu tersebut menjelaskan masalah dalam batas normal.
a. Solitude
Respon yang dibutuhkan untuk menentukan apa yang telah dilakukan
dilingkungan social dan merupakan satu cara mengawasi diri dan
menentukan langkah berikutnya.
b. Otonomi
Suatu kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide pikiran.
c. Kebersamaan
Suatu keadaan dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut
mampu untuk member dan menerima.

5
d. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptive adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma social an
budaya suatu tempat. Karakteristik dari prilaku maladaptif tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Kesepian
Keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
b. Menarik diri
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk tidak
berhubungan dengan orang lain untuk mencari ketenangan sementara
waktu.
c. Ketergantungan
Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri dan kemampuan yang
dimiliki.
d. Manipulasi
Adalah hubungan yang terdapat pada individu yang menganggap orang
lain sebagai objek dan berorientasi pada diri sendiri atau pada tujuan,
bukan berorientasi pada orang lain. Individu tidak dapat membina
hubungan social secara mendalam.
e. Impulsive
Ketidakmampuan merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, mempunyai penilaian yang buruk
dan cenderung memaksakan kehendak.
f. Narkisme
Harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha memdapatkan
penghargaan dan pujian, memiliki sikap egosentres, pecemburu dan
marah jika orang lain tidak mendukung.

6
2.5 Pemeriksaan penunjang
a. Psikotherapi
Untuk menanggulangi kebiasaan buruk, therapy kelompok untuk
kelompok bermasalah, terapi keluarga, untuk keluarga yang
bermasalah, therapy disensitasi untuk penderita cemas dan takut, terapi
ventilasi(sadar) dan abstraksi(bawah sadar) untuk perasaan sedih,
kecewa, putus asa, kesal, dendam dan sebagainya.
b. Somatoterapi
Fisioterapi menggunakan energy listrik atau tanpa alat.
2.6 Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal sosial dan
tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: faham,
halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom
parkinson). Gangguan endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee).
Hematologik, agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).

b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping
seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata
kabur , tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi

7
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung
(Andrey, 2010).

c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan
kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardia,
dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap hypersensitive
Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Andrey, 2010).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-
masing strategi pertemuan yang berbeda-beda.
Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social,
berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara
berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan
orang lain ke dalam kegiatan harian.
Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.
Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan
menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya
(Purba, dkk. 2008)
3. Terapi kelompok
Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi
tiga yaitu:

8
a. Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
1. Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien sewaktu bangun
tidur.
2. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua bentuk
tingkah laku/perbuatan yang berhubungan dengan BAB dan BAK.
3. Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan
mandi dan sesudah mandi.
4. Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan keperluan
berganti pakaian.
5. Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada waktu, sedang
dan setelah makan dan minum.
6. Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan dengan
kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan dengan kebersihan
pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.
7. Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti dan dapat
menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh
benda tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran, memanjat
ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang positif.
8. Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien untuk pergi
tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi tidur ini perlu
diperhatikan karena sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan gejala insomnia
(gangguan tidur) tetapi bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

b. Tingkah laku sosial


Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial
pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi:
1. Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien untuk melakukan
hubungan sosial dengan sesama pasien, misalnya menegur kawannya,
berbicara dengan kawannya dan sebagainya.

9
2. Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien untuk
melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti tegur sapa, menjawab
pertanyaan waktu ditanya, bertanya jika ada kesulitan dan sebagainya.
3. Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu berbicara
dengan orang lain seperti memperhatikan dan saling menatap sebagai
tanda adanya kesungguhan dalam berkomunikasi.
4. Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kemampuan bergaul
dengan orang lain secara kelompok (lebih dari dua orang).
5. Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan
ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan rumah sakit.
6. Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan tata krama
atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas maupun orang lain.
7. Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien yang bersifat
mengendalikan diri untuk tidak mengotori lingkungannya, seperti tidak
meludah sembarangan, tidak membuang puntung rokok sembarangan dan
sebagainya.
2.7 Komplikasi(Keliat,2006)
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada klien dengan isolasi social
antara lain :
1. Defisit perawatan diri
2. Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Factor predisposisi
1) Factor perkembangan
Kemampuan berperan serta dalam proses hubungan diawali dengan
kemampuan tergantung pada masa bayi dan berkembang pada masa
dewasa dengan kemampuan saling tergantung.
2) Factor genetic
Tejadinya penyakit jiwa pada individu juga dipengaruhi oleh
keluarga disbanding dengan individu yang tidak mempunyai riwayat
penyakit terkait.
3) Factor sosiokultural
Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung terhadap
pendekatan orang lain, tidak mempunyai anggota masyarakat yang
kurang produktif. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
prilaku, dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Social dalam keluarga: komunikasi dalam keluarga dapat
mengantar seseorang dalam gangguan berhubungan. Adanya dua
pesan yag bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan
mengakibatkan anak enggan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Factor Presipitasi
1) Stressor sosiokultural
Dapat timbul dalam keluarga yang memiliki msalah seperti
peceraian, pindah tempat, kontak yang kurang dalam suatu keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya.
2) Stressor psikologi
Teori psikologi menyatakan rasa cemas yang berlebihan dapat
mengakibatkan gangguan dalam hubungan dengan orang lain.
c. Mekanisme koping
Individu yang mengalami respon social maladaptive menggunakan
berbagai mekanisme dalam upaya untuk mengatasi rasa khawatir dan

11
kesendirian .koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian
antara lain : proyeksi dan menarik diri.
d. Sumber koping (stuart and laraia, 2005)
Sumber koping yang berhubungan dengan respon social maladaptive
meliputi keteribatan dalam hubungan keluarga, teman, hewan, dan
melalui media seni atau musik, mmbaca, menulis, berolah raga,
tabungan dan keahlian (kemampuan individu).

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Isolasi social
2. Ganguang persepsi sensori
3. Deficit perawatan diri
4. Harga diri rendah

12

Anda mungkin juga menyukai