Anda di halaman 1dari 6

Media Teknik Sipil, Volume X, Juli 2010

ISSN 1412-0976

STUDI KELAYAKAN PERLINTASAN SEBIDANG PADA


JARINGAN JALAN DALAM KOTA DAN ANTAR KOTA
Yusandy Aswad1)
1)Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU),
Jl. Almamater Kampus USU Medan, 061-8213250
email : yusandyaswad@gmail.com

Abstrak
Perkembangan sarana transportasi jalan raya sering kali membentuk pertemuan jalan dengan sarana transportasi jalan rel.
Kecelakaan antara kendaraan bermotor dan kereta api sering terjadi pada perlintasan sebidang. Tujuan penelitian ini adalah
memberikan rekomendasi layak tidaknya perlintasan sebidang menurut KEPMENHUB No. 53 tahun 2000 antara jalan raya
dengan jalan kereta api. Kelayakan perlintasan dapat ditinjau dari kecepatan kereta api, headway antara kereta api yang
melintas pada perlintasan, kelas jalan raya, letak lengkung. Dari analisis diperoleh perlintasan sebidang yang ditinjau layak
karena memenuhi persyaratan : kecepatan kereta api yang melintas < 60 km/jam, selang waktu (headway) antara kereta api
satu dengan kereta api berikutnya yang melintas pada lokasi melebihi 6 menit, jalan raya yang melintas adalah jalan kelas III
A dan tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atas tikungan jalan.
Kata kunci: jalan raya, perlintasan sebidang jslsn raya dan jalan kereta api, jalan kereta api

Abstract
Development of road transport facilities very often forms an intersection with railway track. The accidents between motor vehicles and train often
occur on at grade highway-railway intersection. The purpose of this study is to provide the recommendations whether the observed at grade highway-
railway intersections are feasible according to Ministerial Decree No.53 of 2000 between the railway to the highway. Feasibility of level crossing
can be observed from the speed of trains, the headway between trains that pass on a level crossing, highway class, alignment position. From analysis
it can be concluded that the observed at grade highway-railway intersection are feasible because they fit the requirements: a single-speed railway with
the next train is slower than 60 km/h, the interval time (head way) between trains and the next train pass the location is more than six minutes,
the highway is class III A and not located on railroad arch over the highway curve.
Keywords: at grade highway-railway intersection, highway, railway

1. PENDAHULUAN perlintasan untuk memberitahu pengguna kendaraan


bermotor yang akan melintasi akan adanya kereta api
Sehubungan dengan kuantitas dan kualitas kecelakaan yang akan melintas.
lalu lintas pada perlintasan sebidang antara jalan
dengan jalur kereta api menunjukkan kecenderungan Berdasarkan surve awal, penjagaan perlintasan
semakin meningkat. Maka dipandang perlu sebidang dilakukan dengan 3 shift masing-masing
memperhatikan kembali bagaimana peraturan selama 8 jam. Ini dilakukankan mengingat daya kerja
penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas dan kemampuan serta kesigapan petugas penjaga
pada perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur terbatas.
kereta api. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui
Perkembangan kuantitas moda transportasi di bentuk profil, kondisi perlintasan sebidang dan
Sumatera Utara khususnya moda transportasi jalan jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada
raya setiap tahunnya semakin meningkat. Peningkatan perlintasan sebidang dalam 3 tahun berurutan (2004,
jumlah moda rata-rata berkisar 8 %, dimana 2005, 2006).
peningkatan terbesar ada pada sepeda motor. Sarana Tujuan penelitian ini adalah memberikan
transportasi jalan raya sering sekali membentuk rekomendasi layak tidaknya perlintasan sebidang
pertemuan dengan sarana transportasi jalan rel. antara jalan kereta api dengan jalan raya menurut
Pertemuan ini mempunyai aturan bahwa jalan rel KEPMENHUB No. 53 tahun 2000[1]. Hal ini
kereta api menjadi prioritas dibandingkan dengan diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi
jalan raya, untuk itu dibuatlah salah satu alternatif PT. Kereta Api (Persero), Pemerintah Daerah
pengaturan dengan perlintasan sebidang yang Kabupaten/ Kota setempat khususnya dan
mempunyai persyaratan tertentu. Pemerintah Propinsi Sumatera Utara umumnya dalam
Pintu perlintasan sebidang umumnya dijaga pada pengaturan perlintasan sebidang.
lokasi dengan arus kendaraan tinggi. Penjagaan pintu
biasanya menggunakan signal lampu dan palang pintu
100
Yusandi Aswad, 2010. Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang …. Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 100 - 105

2. METODE PENELITIAN meliputi jumlah rel, lebar daerah peruntukkan rel dan
lainnya.
Adapun metodologi yang digunakan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut : 2.4.2. Survei lalulintas
2.1. Pekerjaan Persiapan Survei lalulintas dilakukan untuk mendapatkan
kecepatan rata-rata kereta api ketika melewati
Merupakan langkah awal kegiatan pekerjaan studi perlintasan sebidang dan headway antara kereta api.
yang wajib dilaksanakan yaitu dengan membuat Kondisi jam puncak pada arus jalan raya
rencana kerja yang mencakup : mengakibatkan terjadi antrian baik di persimpangan
• Penjabaran maksud dan tujuan penelitian. sebidang antara jalan raya dengan jalan raya sendiri,
• Metodologi pencapaian sasaran. maupun perlintasan sebidang antara jalan raya dengan
• Program kerja yang meliputi uraian kegiatan, jadwal jalan kereta api.
pelaksanaan, organisasi pelaksana, penyediaan
3. PERLINTASAN SEBIDANG
tenaga ahli, tenaga pendukung dan penggunaan
peralatan. 3.1. Pengertian Perlintasan Sebidang
• Menyiapkan checklist data, kuesioner dan form-form Persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas
survei yang diperlukan untuk pengumpulan data jalan atau lebih yang berbasis sama seperti jalan raya
dan informasi. dengan jalan raya. Perlintasan sebidang didefenisikan
• Studi kepustakaan. sebagai pertemuan jalan raya dan jalan kereta api.
2.2. Pekerjaan Inventarisasi Perlintasan Sebidang Umumnya pengaturan persimpangan sebidang [2], [3]
dengan marka, rambu, pulau jalan, bundaran dan
Pekerjaan inventarisasi lokasi dilakukan pada jalan lampu lalu lintas. Pengaturan lebih sulit dilakukan
dalam kota dan antar kota di Sumatera Utara. untuk perlintasan sebidang yakni jalan raya dengan
Pekerjaan ini menginventarisasi jumlah, letak, rute jalan kereta api dimana melibatkan arus kendaraan
dan lainnya yang berkaitan dengan perlintasan bermotor pada satu sisi dan arus kereta api pada sisi
sebidang antara jalan raya dengan jalan kereta api. lain. Berdasarkan waktu penggunaan perlintasan,
Sebagai gambaran umum PT. Kereta Api (Persero) kereta api menggunakan perlintasan dengan jadwal
yang beroperasi di Sumatera Utara melayani sebagian tertentu walaupun sering sekali tidak tepat waktu
kabupaten/ kota. sedangkan kendaraan yang melewati persimpangan
2.3. Pekerjaan Kompilasi dan Kodifikasi tidak terjadwal sehingga arus kendaraan dapat
melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi
Pekerjaan Kompilasi dan Kodifikasi data perlintasan dan sistem pengereman diperoleh kendaraan
sebidang dilakukan untuk perlintasan yang akan bermotor lebih unggul dibandingkan kereta api
dijadikan sampel. Pekerjaan dilakukan untuk dimana kendaraan dalam melakukan berakselerasi
memudahkan menentukan letak dan lokasi sehingga lebih singkat dari kereta api begitu juga dengan waktu
dalam analisis dapat menggambarkan kondisi seluruh dan jarak pengereman, kendaraan bermotor memiliki
perlintasan sebidang di Sumatera Utara. Pekerjaan ini waktu pengereman dan jarak pengereman yang lebih
termasuk mendata arus lintasan kereta api dalam satu pendek dari kereta api. Dengan demikianlah
harian termasuk waktu-waktu kereta api melewati terpolalah perlintasan kereta api dengan jalan raya
persimpangan. menganut sistem prioritas untuk kereta api dimana
2.4. Pekerjaan Survei arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika kereta
api melewati perlintasan [4].
Pekerjaan survei yang dilakukan meliputi geometrik Perlintasan sebidang antara jalan raya dengan jalan
perlintasan sebidang dan lalu lintas. Bentuk geometrik kereta api biasanya akan menimbulkan berbagai
untuk mendapatkan bentuk ruas jalan raya dan kelas kondisi antara lain kecelakaan. Beberapa perlintasan
jalan. Sedangkan survei lalu lintas digunakan untuk sebidang yang ditingkatkan penanganannya dengan
mendapatkan kecepatan, headway kereta api dan menggunakan Fly Over maupun Under Pass[4].
lainnya.
3.2. Kecelakaan Pada Perlintasan Sebidang
2.4.1. Survei geometrik
Perlintasan sebidang antara jalan raya dengan jalan
Survei geometrik perlintasan sebidang antara jalan kereta api umumnya di lengkapi dengan penjagaan.
raya dengan jalan kereta api dilakukan untuk Berdasarkan data PT. Kereta Api (Persero) divisi
mendapatkan bentuk geometrik persimpangan yang regional I Sumatera Utara (2007) jenis perlintasan
dimaksud. Untuk ruas jalan raya survei geometrik adalah :
yang dilakukan meliputi bentuk ruas jalan, lebar,
jumlah lajur, kondisi permukaan dan lainnya. Untuk i. Perlintasan yang dijaga, 102 perlintasan.
ruas jalan rel survei geometrik yang dilakukan ii. Perlintasan tidak dijaga, 267 perlintasan.

101
Yusandi Aswad, 2010. Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang …. Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 100 - 105

iii. Lainnya, underpass 2 perlintasan dan fly over 1 Pada perjalanan kereta api di Stasiun Besar Medan
perlintasan. terdapat 2 lintas perjalanan yaitu :
Sedangkan perlintasan tidak resmi atau liar ada 120 a. Lintas Medan – Tebing Tinggi – Rantau Prapat.
perlintasan sehingga jumlah perlintasan resmi b. Lintas Medan – Belawan – Binjai.
maupun tidak resmi ada 372 perlintasan. Kondisi ini
Tabel 3. Kecelakaan di perlintasan sebidang dengan
menunjukkan perlu adanya penanganan yang baik
melibatkan kendaraan bermotor.
terhadap perlintasan yang tidak resmi karena
jumlahnya cukup banyak.
Lintas/ Tanggal Penyebab Kecelakaan
Tabel 1. Perlintasan sebidang di Sumatera Utara
Kisaran – Rantau Truk mogok di tengah lintasan.
Perlintasan Persentase Prapat,
Lintas
(buah) (%) Km.18+580/
Medan – Tanjung Balai 127 34,14 11/1/2004
Kisaran – Rantau Prapat 70 18,82 Medan – Deli Pintu perlintasan KA tidak
Tebing Tinggi – Pematang Serdang dijaga dan truk tronton
31 8,33
Siantar Km.7+750/ bermuatan kontainer tidak
Medan – Belawan 54 14,52 17/5/2004 memperhatikan kereta api
Medan – Binjai 29 7,80 melintas
Binjai – Besitang 61 16,40 Binjai-Medan Mobil menabrak KA. U-17 di
Total 372 100 Km.19 + 5/6/ perlintasan Jl. Turiam
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) (2007) 17/3/2005
Kisaran – Rantau Pintu perlintasan tidak dijaga
Tabel 2. Status perlintasan kereta api
Prapat sehingga becak bermotor
Status Km.113+110 menerobos dan menabrak lok.
No Lintas Perlintasan 5/6/2005 KA. U-2 yang sedang melintas
Liar Resmi Kisaran – Rantau Mobil PO. Pinem BK 7359 DE
1 Medan – Tanjung Balai 83 44 Prapat menerobos dan menabrak pintu
2 Kisaran – Rantau Prapat 44 26 Km.2+250 perlintasan saat KA. U-8
Tebing Tinggi – Pematang 23 8 24/7/2005 sedang melintas di JPL No.4
3 Medan – Tebing Pengemudi Taksi BK 1472 GI
Siantar
4 Medan – Belawan 50 4 Tinggi menerobos palang pintu yang
Km.4+525 sudah ditutup
5 Medan – Binjai 14 15
28/11/2005
6 Binjai – Besitang 39 22
Medan – Tebing KA.U-5 dari arah B. Khalifah,
Jumlah 253 119
Tinggi tersenggol sepeda motor
Total 372
Km.4+525
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) (2007)
20/4/2006
Kecelakaan kereta api cukup sering terjadi, Medan – Tebing Supir pick up BK 8067 TC
berdasarkan data PT. Kereta Api (Persero) divisi Tinggi tidak memperhatikan rambu-
regional I Sumatera Utara (2007) kecelakaan kereta Km.105+718 rambu di perlintasan sewaktu
api adalah : 3/9/2006 akan melintas pintu perlintasan
Sumber : PT. Kereta Api (Persero) (2007)
i. Tahun 2004 ada 7 kecelakaan.
ii. Tahun 2005 ada 16 kecelakaan. Perlintasan sebidang jalan kereta api dengan jalan raya
iii. Tahun 2006 ada 13 kecelakaan. yang disurvey yaitu :
i. Jalan Prof. H.M. Yamin, Km. 0+324 lintas
Kecelakaan tersebut terjadi pada jalur jalan kereta
Medan – Belawan terletak di kota Medan.
tanpa melibatkan kendaraan bermotor maupun pada
Dilintasi kereta api 36 rangkaian/hari. Jadwal
perlintasan sebidang dengan melibatkan kendaraan
perjalanan pada Tabel 4.
bermotor.
ii. Jalan M.T. Haryono/ Nusantara, Km. 0+640
Penyebab kecelakaan kereta api yang terjadi sejak
lintas Medan-Tanjung Balai terletak di kota
tahun 2004 sampai dengan 2006 ada berbagai macam
Medan. Dilintasi kereta api 34 rangkaian/hari.
antara lain :
• Melibatkan angkutan jalan raya seperti truk mogok iii. Jalan Thamrin, Km. 2+277 lintas Medan-Tanjung
di tengah perlintasan sebidang, truk tronton Balai terletak di kota Medan. Dilintasi kereta api
bermuatan kontainer tidak memperhatikan kereta 34 rangkaian/hari.
api lewat dan lainnya. iv. Desa Pagar Jati Kec. Pagar Merbau Kab. Deli
• Tidak melibatkan angkutan jalan raya seperti Serdang, Km. 31+086 lintas Medan-Tanjung
bantalan rambu dan rel renggang, double sepur dan Balai terletak di jalan propinsi. Dilintasi kereta api
lainnya. 34 rangkaian/hari.
102
Yusandi Aswad, 2010. Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang …. Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 100 - 105

v. Desa Pasar Bengkel Kec. Perbaungan Kab. 4. ANALISIS


Serdang Bedagai, Km. 44+308 lintas Medan-
4.1. Peraturan Menteri Perhubungan
Tanjung Balai terletak di jalan propinsi. Dilintasi
kereta api 34 rangkaian/hari. Untuk mengatur perlintasan antara jalur kereta api
dengan bangunan lainnya berdasarkan
vi. Kelurahan Lima Puluh Kota Kec. Lima Puluh
KEPMENHUB No. 53 tahun 2000 tentang
Kab. Batu Bara, Km. 119+806 lintas Medan-
Perpotongan dan/atau Persinggungan Antara Jalur
Tanjung Balai terletak di jalan propinsi. Dilintasi
Kereta Api dengan Bangunan Lain yakni :
kereta api 32 rangkaian/hari.
vii. Kelurahan Sentang Kec. Kisaran Timur Kab. • Bab I Pasal 1 ayat 1 : Perpotongan adalah suatu
Asahan, Km. 4+350 lintas Kisaran – Rantau persilangan jalan kereta api dengan bangunan lain
Prapat di jalan propinsi. Dilintasi kereta api 20 baik sebidang maupun tidak sebidang. Selanjutnya
rangkaian/hari. ayat 4 : yang dimaksudkan dengan bangunan lain
adalah bangunan jalan, kereta api khusus, terusan
Tabel 4. Jadwal kereta api di pintu perlintasan Jl. Prof. saluran air dan/ atau prasarana lain.
H.M. Yamin (per 1 Agustus 2007)
• Bab II Pasal 2 ayat 1 : Perpotongan antara jalur
Nomor KA Jurusan Jadwal kereta api dengan bangunan lain dapat berupa
3934 Belawan- Medan 00.41 perpotongan sebidang atau perpotongan tidak
1901 R. Prapat- Belawan 03.30 sebidang dan ayat 2 : perpotongan antara jalur
U – 10 Medan- Binjai 05.00 kereta api dengan jalur disebut perlintasan, ayat 3 :
3920 Belawan- Medan 05.11 perpotongan tidak sebidang keberadaannya dapat di
3925 Medan- Belawan 05.15 atas maupun dibawah jalur kereta api. Pengecualian
terhadap prinsip tidak sebidang hanya bersifat
1903 Kisaran- Labuhan 06.00
sementara dilakukan dalam hal : 1). Letak geografis
3927 Medan- Labuhan 06.35 yang tidak memungkinkan membangun perlintasan
1905 R. Prapat- P. Brayan 06.50 tidak sebidang; dan 2). Tidak membahayakan, tidak
3924 Belawan- Medan 07.38 membebani serta tidak mengganggu kelancaran
5002 P. Brayan- Medan 07.58 operasi kereta api dan lalu lintas jalan, 3). Untuk
U – 28 Medan- Besitang 08.10 jalur tunggal tertentu.
3922 Labuhan- Medan 08.14
• Bab II pasal 4 : perlintasan sebidang dapat dibuat
5001 Medan- P. Brayan 08.16 pada lokasi perlintasan jalur kereta api dengan
3929 Medan- Belawan 09.30 ketentuan :
U–9 Binjai- Medan 10.12
U – 20 Medan- Binjai 11.10
a. Kecepatan kereta api yang melintas pada
perlintasan kurang dari 60 km/jam.
3928 Belawan- Medan 12.11
b. Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta
5004 P. Brayan- Medan 12.30 api berikutnya (head way) yang melintas pada
3921 Medan- Belawan 12.40 lokasi tersebut minimal 6 (enam) menit.
3928 Labuhan- Medan 13.03 c. Jalan yang melintas adalah jalan kelas III.
3923 Medan- Labuhan 13.20 d. Tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api
5003 Medan- P. Brayan 13.35 atas tikungan jalan.
1900 Belawan- R. Prapat 14.51 • Bab II pasal 7 ayat 1 : perpotongan diatas jalur
3931 Medan- Labuhan 16.02 kereta api sebagaimana yang dimaksud dengan
1902 Labuhan- Kisaran 15.59 prinsip tidak sebidang adalah berupa jalan layang
U – 19 Binjai- Medan 16.42 (fly over) dimana harus memenuhi persyaratan
3930 Labuhan- Medan 17.36
seperti yang tercantum dalam ayat 3 antara lain :
tinggi gelagar jalan layang (fly over) minimal 6,5
3933 Medan- Belawan 17.43
meter dari kepala rel dan jalan layang harus
5005 Medan- P. Brayan 17.58 dipasang pagar pengamanan minimal di daerah
U –27 Besitang- Medan 17.48 manfaat jalan (damaja).
1904 P. Brayan- R. Prapat 18.30
5006 P. Brayan- Medan 18.50 4.2. Analisis Geometrik
U – 12 Medan- Binjai 19.40
Analisis geometrik setiap perlintasan adalah :
3932 Belawan- Medan 20.11
3935 Medan- Belawan 21.00 i. Jalan Prof. HM. Yamin
U – 11 Binjai- Medan 22.32 Arus lalu lintas 1 arah dengan lebar jalan 15 m terdiri
Sumber : PT. Kereta Api (Persero), (2007) dari 4 lajur termasuk kelas jalan IIIA. Tata guna
lahan disekitarnya adalah perkantoran, perbengkelan
103
Yusandi Aswad, 2010. Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang …. Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 100 - 105

dan ruko. Jalan berpotongan tegak lurus (90˚) Hal ini sesuai dengan KEPMENHUB No. 53 tahun
terhadap jalan rel. Pada perlintasan terdapat 5 spoor 2000 [1] dimana persyaratan dapat dibuat lokasi
kereta api dimana 3 berstatus aktif dan 2 tidak aktif. perlintasan sebidang antara lain : tidak terletak pada
lengkungan jalan kereta api atas tikungan jalan dan
ii. Jalan M.T. Haryono/ Nusantara
jalan yang melintas adalah jalan kelas III.
Arus lalu lintas 1 arah dengan lebar jalan 24 m terdiri
dari 6 lajur termasuk kelas jalan IIIA. Tata guna lahan 4.3. Analisa Lalu Lintas
disekitarnya adalah pusat perbelanjaan dan
Hasil survei kecepatan kereta api adalah 25–40
perkantoran. Jalan berpotongan tegak lurus (90˚)
km/jam di dalam kota dan 45–55 km/jam di luar
terhadap jalan rel. Pada perlintasan terdapat 2 spoor
kota Medan. Lihat Tabel 5..
kereta api dengan jarak 4 m.
Tabel 5. Kecepatan rata-rata kereta api
iii. Jalan Thamrin
Arus lalu lintas 1 arah dengan lebar jalan 17,5 m No Perlintasan
Kecepatan
terdiri dari 5 lajur termasuk kelas jalan IIIA. Tata (km/jam)
guna lahan disekitarnya adalah pusat perbelanjaan dan 1. Jl. Prof. HM. Yamin 25 - 30
ruko. Jalan berpotongan tegak lurus (90˚) terhadap 2. Jl. M.T. Haryono/ Nusantara 30 - 35
jalan rel. Pada perlintasan terdapat 1 spoor kereta api. 3. Jl. Thamrin 30 - 40
iv. Desa Pagar Jati. 4. Desa Pagar Jati 50 - 55
Arus lalu lintas 2 arah dengan lebar jalan 14,8 m 5. Desa Pasar Bengkel 50 - 55
terdiri dari 4 jalur bermedian dengan lebar 80 cm. 6. Kelurahan Lima Puluh Kota 45 - 50
Lebar bahu jalan kiri atau kanan 5 m termasuk kelas 7. Kelurahan Sentang 45 - 50
jalan IIIA. Tata guna lahan disekitarnya adalah
pemukiman penduduk. Jalan berpotongan 60˚ Sedangkan selang waktu (headway) antara kereta api
terhadap jalan rel. Pada perlintasan terdapat 1 spoor satu dengan kereta api berikutnya semuanya lebih dari
kereta api. 6 menit. Hal ini sesuai dengan KEPMENHUB No.
53 tahun 2000 dimana persyaratan dapat dibuat lokasi
v. Desa Pasar Bengkel perlintasan sebidang antara lain : kecepatan kereta api
Arus lalu lintas 2 arah dengan lebar jalan 9,5 m terdiri yang melintas pada perlintasan kurang dari 60
dari 2 lajur. Lebar bahu jalan kiri 5 m dan kanan 3,7 km/jam dan selang waktu antara kereta api satu
m termasuk kelas jalan IIIA. Tata guna lahan dengan kereta api berikutnya (headway) yang melintas
disekitarnya adalah ruko dan pertokoan. Jalan pada lokasi tersebut minimal 6 menit.
berpotongan tegak lurus (90˚) terhadap jalan rel. Pada
perlintasan terdapat 1 spoor kereta api. 5. SIMPULAN

vi. Kelurahan Lima Puluh Kota Berdasarkan hasil analisis ditarik kesimpulan sebagai
Arus lalu lintas 2 arah dengan lebar jalan 7,2 m terdiri berikut :
dari 2 lajur. Lebar bahu jalan kiri atau kanan 6 m a. Perlintasan sebidang yang ditinjau adalah layak
termasuk kelas jalan IIIA. Tata guna lahan karena memenuhi persyaratan. Kecepatan kereta
disekitarnya pemukiman penduduk dan perkebunan api yang melintas pada perlintasan < 60 km/jam,
karet. Jalan rel berpotongan sebidang dengan jalan selang waktu antara kereta api satu dengan kereta
raya dimana jalan raya membentuk lengkung api berikutnya (headway) yang melintas pada lokasi
horizontal. Pada perlintasan terdapat 2 spoor kereta tersebut minimal 6 menit, jalan yang melintas
api. adalah jalan kelas III, tidak terletak pada
vii. Kelurahan Sentang lengkungan jalan kereta api atas tikungan jalan.
Arus lalu lintas 2 arah dengan lebar jalan 7,2 m terdiri b. Berdasarkan persyaratan kecepatan rata-rata
dari 2 lajur. Lebar bahu jalan kiri 6 m dan kanan 4 m. kereta api, selang waktu antara kereta api satu
Tata guna lahan disekitarnya pemukiman penduduk dengan kereta api berikutnya yang melintas pada
dan perkebunan karet. Jalan berpotongan tegak lurus lokasi, kelas jalan yang melintas adalah kelas jalan
(90˚) terhadap jalan rel. Pada perlintasan terdapat 1 III dan tidak terletak pada lengkungan jalan
spoor kereta api. kereta api atas tikungan jalan belum layak
Hasil analisis geometrik : ditingkatkan menjadi perlintasan tidak sebidang
• Semua perlintasan tidak terletak lengkungan jalan seperti flyover dan underpass.
kereta api atas tikungan jalan. c. Selain bentuk perlintasan perlu dipertimbangkan
• Semua jalan raya yang terletak pada perlintasan sistem penjagaan di perlintasan karena perlintasan
mempunyai kelas jalan IIIA. yang dijaga 102 pintu sedangkan yang tidak di
jaga 267 pintu.

104
Yusandi Aswad, 2010. Studi Kelayakan Perlintasan Sebidang …. Media Teknik Sipil, Vol. X, No. 2, Hal 100 - 105

6. SARAN 8. DAFTAR PUSTAKA


Adapun saran yang akan diberikan adalah : [1] Anonim, 2000. “Perpotongan dan/ atau
Persinggungan Antara Jalur Kereta Api
a. Kelayakan perlintasan sebidang sebaiknya
Dengan Bangunan Lain”, Keputusan
mempertimbangkan kondisi arus lalu lintas di
Menteri Perhubungan No. 53 Tahun 2000,
dalam kota maupun luar kota.
Jakarta.
b. Perlu menggunakan parameter tingkat
[2] Anonim, 2004. “Pedoman Perencanaan
kejenuhan, tundaan dan antrian sebagai
Perlintasan Jalan Dengan Jalur Kereta Api
pertimbangan peningkatan perlintasan sebidang.
No. 008/PW/2004”, Departemen
c. Sistem manajemen perlintasan perlu Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
ditingkatkan seperti sistem penjagaan
[2] Anonim, 2004. “Perencanaan, Pembangunan,
mengingat daya kerja dan kemampuan serta
Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan
kesigapan pekerja terbatas dan sistem signal.
dan Penghapusan Perlintasan Sebidang
7. UCAPAN TERIMA KASIH Antara Jalur Kereta Api Dengan Jalan”,
Kesepakatan Antara Departemen
Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada
Perhubungan RI dan Departemen Dalam
kepada semua pihak yang telah membantu terutama
Negeri RI No. 87 Tahun 2004 dan No. 247
PT. Bonafindo Consultant, PT. Kereta Api
Tahun 2004, Jakarta.
(Persero) Divisi Regional I Sumatera Utara dan
Dinas Perhubungan Propinsi Sumatera. [4]Utomo, S. H. T., 2008. ”Jalan Rel”, Beta Offset,
Yogyakarta.

105

Anda mungkin juga menyukai