70969415-Chapter-II USU PERENCANAAN PDF
70969415-Chapter-II USU PERENCANAAN PDF
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Umum
Persimpangan jalan adalah suatu daerah umum dimana dua atau lebih ruas
(roadway) dan tepi jalan (road side), dimana lalu lintas dapat bergerak didalamnya
persimpangan dimana dua ruas jalan atau lebih saling bertemu tidak dalam satu
bidang tetapi salah satu ruas berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain.
Persimpangan sebidang merupakan pertemuan antara dua buah ruas jalan yang
berbasis sama seperti jalan raya dengan jalan raya, sedangkan perlintasan sebidang
adalah sebagai pertemuan antara ruas jalan raya dan jalan rel (jalan kereta api).
cukup memudahkan, misalnya dengan bundaran atau lampu lalu lintas seperti yang
sering dipakai persimpangan di perkotaan. Pengaturan akan lebih sulit dilakukan bila
bermotor pada satu sisi sedangkan pada sisi lain terdapat arus kereta api. Berdasarkan
tertentu atau dapat dikatakan tertentu walaupun sering sekali tidak tepat waktu
kendaraan dapat melintasi perlintasan kapan saja. Dari segi akselerasi dan sistem
cenderung lebih singkat dari pada kereta api begitu juga sebaliknya waktu dan jarak
pengereman yang lebih pendek dari kereta api. Dengan demikianlah terpolalah
perlintasan kereta api dengan jalan raya menganut sistem prioritas untuk kereta api
dimana arus kendaraan harus berhenti dahulu ketika kereta api melewati perlintasan..
II. 2. Perencanaan Perlintasan Sebidang Jalan Raya dan Jalan Kereta Api
Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Raya dengan Jalan Kereta Api yang
Jalan Dengan jalan Kereta Api oleh Departemen Permukiman Dan Prasarana
Wilayah tahun 2004, ada 2 ketentuan dalam perencanaan perlintasan sebidang yaitu:
a. Ketentuan Umum
4. Drainase jalan.
b. Ketentuan Teknis
Perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta api terdiri dari 2 jenis
yaitu:
pintu otomatis dan pintu tidak otomatis. Pintu tidak otomatis terdiri dari 2
Berikut ini adalah persyaratan sarana dan prasarana perlintasan sebidang yang
a. Selang waktu antara kereta api satu dengan kereta api berikutnya
menit.
b. Jarak perlintasan yang satu dengan yang lainnya pada satu jalur kereta api
km/h.
d. Tidak terletak pada lengkungan jalan kereta api atau tikungan jalan.
II. 2.2. Penentuan perlintasan sebidang jalan raya dengan jalan rel kereta api
sebagai berikut :
2. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak 1.000 sampai dengan
1.500 kendaraan pada jalan dalam kota dan 300 sampai dengan 500
3. Hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan
kereta per hari dan volume harian lalu lintas rata-rata yang menunjukkan area
perlintasan sebidang baik itu tanpa pintu, dengan pintu maupun tidak sebidang.
1. Pintu dengan persyaratan kuat dan ringan, anti karat serta mudah dilihat dan
3. Pada kondisi darurat petugas yang berwenang mengambil alih fungsi pintu.
Tidak semua ruas jalan raya apabila memotong rel kereta api dapat dijadikan
perlintasan sebidang. Berikut ini persyaratan ruas jalan yang dapat dibuat perlintasan
3. Tidak pada tikungan jalan atau alinement horizontal yang memiliki radius
sekurang-kurangnya 500 m.
4. Tingkat kelandaian kurang dari 5 (lima) persen dari titik terluar jalan rel.
Suatu perlintasan jalan raya dan jalur kereta api dapat didefenisikan menurut area
fungsi dan fisiknya. Area fungsional dari perlintasan sebidang merupakan area
perpanjangan sampai hulu (upstream) dan hilir (downstream) dari area fisik perlintasan,
Area fungsional pada pendekat sebuah perlintasan terdiri dari 3 elemen dasar yaitu :
i. Jarak persepsi-reaksi.
jarak pandang pengemudi kenderaan dan jarak pandang masinis kereta api sangat
mempengaruhi reaksi dan manuver pengemudi kenderaan maupun masinis kereta api.
persyaratan jarak pandang tidak dipenuhi maka perlintasan tersebut harus dilengkapi
dengan pintu perlintasan. Ada dua hal yang berkaitan dengan penentuan jarak pandang :
1. Pengemudi kendaraan dapat mengamati kereta api yang mendekat melalui suatu
dengan aman.
2. Pengemudi kendaraan dapat mengamati kereta api yang mendekat melalui suatu
berhenti.
terluar dari titik potong dengan garis sumbu jalan raya ke titik terjauh dari jalur kereta
api tersebut yang dapat dilihat dari titik tertinggi 1 meter diatas permukaan jalan.
0 10 20 30 40 50 60
16 26 38 52 71 93
Sumber : Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2005
……………………………..(II.1)
…………………. (II.2)
dideskripsikan d H.
t Waktu presepsi (reaksi), yang diasumsikan sebesar 2,5 detik (nilai ini
D = Jarak dari garis stop atau dari bagian depan kendaraan terhadap rel
3m
…………………(II.3)
Keterangan :
D = Jarak dari garis stop atau dari bagian depan kendaraan terhadap rel
Perlintasan sebidang antara jalan raya dengan jalur kereta api memiliki
prasarana yang wajib dilengkapi berupa rambu dan marka lalu lintas serta lampu
isyarat dan pintu perlintasan. Rambu perlintasan berfungsi sebagai alat peringatan
dan larangan. Sedangkan marka berfungsi sebaga tanda yang mengarahkan lalu
lintas. Lampu isyarat berfungsi memberi peringatan bahaya kepada pemakai jalan
peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada jalan di depan pemakai jalan. Rambu
dengan jalur kereta api dimana jalur kereta api dilengkapi dengan pintu
perlintasan.
dengan jalur kereta api dimana jalur kereta api tidak dilengkapi dengan
pintu perlintasan.
perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan terdiri dari:
1. Rambu larangan berjalan terus berupa tanda ”stop” yang berarti wajib
3. Rambu larangan berjalan terus berupa tanda ”double cross” dipasang pada
perlintasan sebidang jalan dengan kereta api jalur ganda yang mewajibkan
melintasi rel.
berhenti sebentar untuk memastikan tidak ada kereta api yang melintas
Marka Jalan adalah tanda yang berada di permukaan jalan atau di atas
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang berbentuk garis membujur,
garis melintang serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalu
lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Perlintasan sebidang antara
jalan raya dengan jalur kereta api wajib dilengkapi perlengkapan jalan yang berupa
1. Marka melintang berupa tanda garis melintang sebagai batas wajib berhenti
kenderaan sebelum melintasi jalur kereta api, dengan ukuran lebar 0,30
melintasi garis tersebut dengan ukuran lebar 0,12 meter dan tinggi 0,03
meter.
“KA” sebagai tanda peringatan adanya perlintasan dengan jalur kereta api,
dengan ukuran lebar secara keseluruhan 2,4 meter dan tinggi 6 meter serta
ukuran huruf yang bertuliskan “KA” tinggi 1,5 meter dan lebar 0,60 meter.
sebidang.
Isyarat Lampu Lalu Lintas adalah isyarat lampu lalu lintas satu warna terdiri
dari satu lampu menyala berkedip atau dua lampu yang menyala bergantian untuk
jalan raya dengan jalur kereta api wajib dilengkapi perlengkapan jalan yang berupa
1. Isyarat lampu satu warna berwarna merah yang menyala berkedip atau dua
2. Isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang menunjukkan arah datangnya
kereta api.
2. Daftar semboyan.
(GAPEKA).
9. Pintu dengan persyaratan kuat dan ringan, anti karat serta mudah dilihat
dengan rambu,marka, isyarat suara dan lampu lalu lintas satu warna yang berwarna
merah berkedip atau dua lampu satu warna yang berwarna merah menyala
bergantian. Isyarat lampu lalu lintas satu warna pada ketentuan diatas, memiliki
1. Terdiri dari satu lampu yang menyala berkedip atau dua lampu yang
menyala bergantian.
4. Dapat dilengkapi dengan isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang
30 sentimeter.
dan tidak dilengkapi pintu serta desain pintu dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar II.16 : Penempatan rambu dan marka perlintasan sebidang pada permukaan jalan raya
Sumber : Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 2005
Undang No. 13 Tahun 1992 pada pasal 16 yang berbunyi “ Dalam hal terjadi
perpotongan jalur kereta api dengan jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum
atau lalu lintas khusus, pemakai jalan wajib mendahulukan perjalanan kereta api ”.
oleh karena itu para pengguna perlintasan sebidang harus mendahulukan kereta api
a. Pada perlintasan sebidang antara jalan dengan jalur kereta api, pengemudi
kendaraan wajib :
melintasi rel
adanya perlintasan.
lintas.
perlintasan.
mematuhi ketentuan :
suling lokomotif sebanyak satu kali dengan suara agak panjang untuk
minta perhatian.
di stasiun kereta api terdekat dimana kereta api tersebut berpapasan dengan kereta
api lainnya. Pengaturan ini dilakukan pada stasiun yang memiliki 2 sepur atau 2 lajur
rel kereta api. Sistem ini dinamai sistem blok karena kereta api yang satu di blokade
atau ditahan sementara di lajur dalam, setelah kereta api yang tingkatannya lebih
Bila terjadi pertemuan 2 kereta api pada suatu titik pertemuan maka dipakai
sistem blok dimana yang mendapat prioritas adalah kereta api eksekutif lalu kereta
api bisnis kemudian kereta api ekonomi dan terakhir adalah kereta api pengangkut
barang. Kereta api yang lebih rendah tingkatannya akan menunggu di stasiun
terdekat yang menyediakan 2 sepur atau 2 jalur, sampai kereta yang ditunggu
Alat komunikasi bagi masinis kereta api dan penjaga pintu perlintasan
sampai saat ini menggunakan radio panggil atau Handie talkie, namun alat ini
memiliki keterbatasan area jangkauan komunikasi. Saat ini telah ada alat pendeteksi
dini kedatangan kereta atau AWS (Automatics early Warning System), namun harga
alat yang mencapai ratusan juta rupiah ini menjadi kendala bagi PT.KAI untuk
pintu perlintasan dapat mengetahui datangnya kereta api dari jadwal kedatangan
kereta api di pintu perlintasan tersebut. Selain itu pintu perlintasan yang berdekatan
dapat memberitahukan kedatangan kereta api dengan cara menyalakan lampu tanda
perlintasan resmi sebanyak 253 buah sedangkan perlintasan yang tidak resmi
sebanyak 119 buah. Kondisi ini menunjukkan perlu adanya penanganan yang baik
terhadap perlintasan yang tidak resmi atau liar karena jumlahnya cukup banyak.
Kecelakaan kereta api cukup sering terjadi, berdasarkan data PT. Kereta Api
(Persero) Divisi Regional I Sumatera Utara (2007) kecelakaan kereta api adalah
sebagai berikut :
arus kendaraan bermotor yang menggunakan jalan raya maupun pada perlintasan
yang terjadi sejak tahun 2004 sampai dengan 2006 ada berbagai macam antara lain :
truk tronton bermuatan kontainer tidak memperhatikan kereta api lewat dan
lainnya.
2. Tidak melibatkan angkutan jalan raya seperti bantalan rambu dan rel
perlintasan sebidang dari tahun 2004 sampai dengan Oktober 2007 dapat
Status
No Perlintasan Penyebab
Lintasan Tanggal Kerugian
Kecelakaan
Liar Resmi
Truk mogok di 1 buah truk
tengah lintasan. rusak berat dan
Kis – Rap
1 11/1/2004 √ lokomotif
Km.18+580
kereta api
anjlok.
Pintu perlintasan 1 Buah Truk
KA tidak dijaga Tronton rusak
dan truk tronton dan Lok. BB.
Sun – Di
2 17/5/2004 √ bermuatan 3034 anjlok.
Km.7+750
kontainer tidak
memperhatikan
kereta api melintas
Mobil menabrak Rangkaian ke-3
Bi – Di KA. U-17 di dari lokomotif
3 17/3/2005 √
Km.19 + 5/6 perlintasan Jl. anjok 2 as 4
Turiam roda
Pintu perlintasan 4 orang
tidak dijaga meninggal dan
sehingga becak 1 unit becak
Kis – Rap
bermotor bermotor rusak
4 Km.113+11 5/6/2005 √
menerobos dan
0
menabrak lok.
KA. U-2 yang
sedang melintas
Mobil PO. Pinem Kerugian PT.
BK 7359 DE Kereta Api
menerobos dan (Persero)
Kis – Rap menabrak pintu sebesar Rp.
5 24/7/2005 √
Km.2+250 perlintasan saat 200.000.000.
KA. U-8 sedang
melintas di JPL
No.4
Pengemudi Taksi 1 orang luka
BK 1472 GI berat, 1 unit
Mdn – Tnb 28/11/200
6 √ menerobos palang taksi, pengaman
Km.4+525 5
pintu yang sudah palang pintu
ditutup dan loko driver
suatu sistem yang terdiri dari jalan, manusia, dan kendaraan. Untuk keberhasilan
hari hal ini tidak pernah terjadi, akibatnya sistem lalu lintas jalan seringkali gagal.
sistem dan hampir semua kasus disebabkan oleh ketidaksesuaian antar ketiga
komponen, atau antar satu komponen dan lingkungan dimana sistem beroperasi. Ada
tiga karakteristik primer dalam teori arus lalu lintas yang saling terkait, secara
makroskopik dikenal dengan arus (flow), kecepatan (speed), dan kerapatan (density),
dimana ketiga variabel ini menggambarkan kualitas tingkat pelayanan yang dialami
Arus lalu lintas (flow) adalah jumlah kendaraan yang melintasi satu titik
pengamatan pada penggal jalan tertentu pada periode waktu tertentu, diukur dalam
satuan kendaraan per satuan waktu. Sedangkan volume adalah jumlah kendaraan
yang melintasi suatu ruas jalan pada periode waktu tertentu, diukur dalam satuan
kendaraan per satuan waktu. Volume biasanya dihitung dalam kendaraan/hari atau
kendaraan/jam. Volume dapat juga dinyatakan dalam periode waktu yang lain.
menjadi :
a. Average Annual Daily Traffic (AADT), dalam satuan vehicle per hour
(vph) rata-rata yakni volume yang diukur selama 24 jam dalam kurun
hour (vph) rata-rata yakni volume yang diukur selama 24 jam pada hari
c. Average Daily Traffic (ADT),dalam satuan vehicle per hour (vph) rata-
rata yakni volume yang diukur selama 24 jam penuh dalam periode
waktu tertentu yang lebih kecil dari satu tahun, misal enam bulan, satu
musim, seminggu.
rata-rata yakni volume yang diukur selama 24 jam pada hari kerja
selama satu bulan dalam kurun waktu kurang dari satu tahun.
jam puncak selama periode pagi dan sore yang biasanya terjadi kesibukan
akibat orang pergi dan pulang kerja. Dari pengamatan tersebut dapat
diketahui arus yang paling besar yang disebut sebagai jam puncak. Arus
pada jam puncak ini dipakai sebagai dasar untuk desain jalan raya dan
Yakni arus yang disurvei dalam periode waktu lebih kecil dari satu jam.
Adapun jenis kendaraan yang disurvei dalam penelitian ini dibagi dalam 8
1. Mobil penumpang.
3. Sepeda motor.
7. Mikrobis.
8. Bis besar.
terhadap faktor Satuan Mobil Penumpang (SMP) nya. Faktor SMP dapat dilihat pada
Pada umumnya lalu lintas yang melewati jalan raya terdiri dari campuran
kendaraan cepat dan lambat, kendaraan berat dan ringan serta kendaraan tak
bermotor. Selain itu setiap jenis kendaraan mempunyai karakteristik pergerakan yang
sebagai penyeragaman dari setiap jenis kendaraan tersebut dibuat suatu keseragaman
dibagi waktu tempuh. Menurut MKJI (1997) Kecepatan dibagi menjadi 2 jenis :
Adalah kecepatan kendaraan rata-rata pada suatu jalur pada saat kendaraan
bergerak dan didapat dengan membagi panjang jalur dibagi dengan lama
dua tempat, dan merupakan jarak antara dua tempat dibagi dengan lama
tersebut, dengan lama waktu ini mencakup setiap waktu berhenti yang
Dalam pergerakan arus lalu lintas, tiap kendaraan berjalan pada kecepatan yang
berbeda. Dengan demikian dalam arus lalu lintas tidak dikenal kecepatan tunggal
tetapi lebih dikenal sebagai distribusi dari kecepatan kendaraan tunggal. Dari
distribusi tersebut jumlah rata-rata atau nilai tipikal dapat digunakan untuk
mengetahui karakteristik dari arus lalu lintas. Dalam perhitungannya, kecepatan rata-
Adalah kecepatan rata-rata dari seluruh kendaraan yang melewati suatu titik
…………………………………………………… (II.4)
…………………………………………………... (II.5)
………………………………………………… (II.6)
dimana :
ukuran utama kinerja segmen jalan, karena mudah dimengerti dan diukur, dan
Kecepatan tempuh didefinisikan dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) ini
sebagai kecepatan rata-rata ruang dari kendaraan ringan (LV) sepanjang segmen
jalan :
V = L / TT …………………………… (II.7)
Dimana :
nilai kuantitatif seperti V/C, kecepatan (waktu kejenuhan), serta penilaian kualitatif,
lalu lintas, keamanan dan kenyamanan. Secara umum, LOS dibedakan atas 6
tingkatan, mulai dari LOS A dengan tingkat pelayanan terbaik sampai LOS F dengan
1. Tingkat Pelayanan A.
Arus lalu lintas bebas antara satu kendaraan dengan kendaraan lain, volume
lalu lintas rendah, kecepatan operasi tingkat dan sepenuhnya ditentukan oleh
Arus lalu lintas stabil, kecepatan kenderaan sedikit mulai dibatasi oleh
kenderaan lain tapi secara umum, kenderaan masih memiliki kebebasan untuk
3. Tingkat Pelayanan C
dibatasi oleh kendaraan lain tapi masih berada pada tingkat kecepatan lain,
tapi masih berada pada tingkat kecepatan yang memuaskan, biasa dipakai
4. Tingkat Pelayanan D
Arus mendekati tidak stabil, kecepatan menurun cepat akibat volume yang
5. Tingkat Pelayanan E
6. Tingkat Pelayanan F
Arus yang terhambat, kecepatan rendah, volume lebih besar dari kapasitas,
B ≥ 28 ≥ 45 ≥ 24 ≥ 38 5 – 15
C ≥ 22 ≥ 33 ≥ 18 ≥ 29 15,1 – 25
D ≥ 18 ≥ 29 ≥ 14 ≥ 22 25,1 – 40
E ≥ 13 ≥ 21 ≥ 10 ≥16 40,1 – 60
persatuan jam yang melewati suatu titik di jalan dalam kondisi yang ada. Untuk jalan
kombinasi), tetapi untuk jalan dengan banyak lajur, arus dipisahkan per arah
perjalanan dan kapasitas didefinisikan satu arah. Menurut MKJI (1997) Kapasitas
Di mana:
C = Kapasitas (smp/jam)
1. FC W
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat lebar jalur lalu lintas
2. FC SP
Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar akibat pemisahan arah lalu lintas
untuk jalan dua-lajur dua-arah (2/2) dan empat-lajur dua-arah (4/2/) yang tak
terbagi.
3. FC SP
digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja perlintasan dan
sebagai berikut :
D S = V JM / C ………………………………… (II.9)
Di mana:
DS = Derajat Kejenuhan
Tundaan menurut MKJI (1997) disebut sebagai waktu tempuh tambahan yang
D = DG + DT ………………………………………….. (II.10)
dimana :
D = Tundaan.
perjalanan akibat adanya gangguan lalu lintas yang berada di luar kemampuan
pengemudi untuk pengemudi untuk mengontrolnya. Ada dua tundaan, tundaan tetap
perangkat kontrol lalu lintas. seperti lampu lalu lintas, rambu-rambu berhenti,
Tundaan operasional (tundaan lalu lintas) adalah tundaan yang disebabkan oleh
adanya unsur-unsur lalu lintas itu sendiri. Tundaan ini dapat disebabkan oleh
gangguan samping (side frictions) yaitu pergerakan lalu lintas lainnya yang
mengganggu arus lalu lintas, seperti kendaraan parkir, pejalan kaki, dan kendaraan
yang berjalan lambat. Selain itu tundaan operasional juga disebabkan oleh gangguan
di dalam aliran lalu lintas itu sendiri (internal frictions), seperti volume lalu lintas
yang besar yang melebihi kapasitas jalan dan kendaraan yang menyalip.
Salah satu bagian dalam studi mengenai fenomena lalu lintas ialah sifat-sifat
dari gelombang kejut pada arus lalu lintas. Gelombang kejut didefinisikan sebagai
batas kondisi berbasis ruang dan waktu ditandai dengan diskontinuitas antara arus
padat dan tak padat (May, 1990). Sedangkan Lighthill dan Whitham seperti dikutip
dari Wohl dan Martin (1967) menjelaskan bahwa gelombang kejut terbentuk ketika
pada sebuah ruas jalan terdapat arus dengan kerapatan rendah yang diikuti oleh arus
dengan kerapatan tinggi, dimana kondisi ini mungkin diakibatkan oleh kecelakaan,
pengurangan jumlah lajur, atau jalur masuk ramp. Misalnya saja perilaku lalu
lintas pada saat memasuki jalan menyempit, pada simpang bersinyal ketika nyala
diskontinuitas terjadi saat kereta melintas (pintu perlintasan ditutup) dan adanya
karena adanya hambatan berupa pengendali kecepatan (rumble strips) maupun alur
Kondisi pada saat pintu perlintasan ditutup dapat digambarkan sebagai berikut :
Kondisi ini terjadi saat kereta melintas dan pintu perlintasan ditutup. Akibatnya
nilai kerapatan pada kondisi arus yang masuk (volume kebutuhan = demand)
2. Pada saat pintu perlintasan dibuka, kerapatan pada kondisi macet berangsur-
maksimum.
dan arus akan kembali pada kondisi normal sebelum adanya penutupan.
Tiga gelombang kejut mulai pada saat t 1 di garis henti : ω AD ( gelombang kejut
bentukan mundur). Kecepatan dari ketiga gelombang kejut ini dinyatakan pada
(V A ,D A ).
ω AB = Gelombang kejut saat nilai kerapatan arus pada kondisi volume kendaraan
kerapatan macet (D B ).
Kondisi arus A, B, dan D ini tetap sampai waktu t 2 pada saat pintu perlintasan
dibuka.
Gambar II.17. Gelombang Kejut Pada Perlintasan Kereta Api Saat Pintu Ditutup
Sumber: Ika Setiyaningsih, 2007
arus jenuh. Ini menyebabkan dua gelombang kejut baru, ω DC (gelombang kejut
gelombang kejut baru ini dapat secara grafis dilihat pada Gambar II.17.
Dimana :
ω DC = Gelombang kejut pada saat pintu perlintasan dibuka, kondisi ruas di depan
pintu perlintasan dari kondisi arus dan kerapatan nol perlahan bergerak
searah dengan lalu lintas ke arah hilir sampai pada kondisi titik C (V C =
ω BC = Gelombang kejut dari kendaraan yang mengalami kondisi berhenti saat pintu
tundaan walaupun tidak mengalami antrian. Pada saat t 3 gelombang kejut gerak maju
baru ω AC terbentuk, dan dua gelombang kejut gerak mundur ω AB dan ω BC berakhir.
kejut bentukan maju ω AC memotong garis henti dan arus di garis henti menurun dari
Pada saat pintu dibuka kondisi yang terjadi dapat disamakan dengan kasus
bottleneck, dimana ruas yang belum terpengaruh perlintasan sebagai daerah upstream
dan ruas dengan perlintasan sebagai downstream. Dalam Wohl (1967) dijelaskan
jika volume pada ruas tanpa hambatan lebih kecil daripada volume maksimum pada
bottleneck, maka akan terjadi penurunan kecepatan dan kenaikan kerapatan dari D 1
sampai pada tingkat volume maksimum bottleneck. Kecepatan gelombang kejut pada
downstream adalah nol. Jika volume maksimum ini terlampaui maka timbullah
antrian. Pada suatu titik masuk bottleneck arus yang diberikan oleh diagram dasar
harus sebanding. Sehingga untuk jalan tanpa hambatan, kerapatan akan meningkat
jalan utama, dan dari sini akan dipantulkan ke bawah ke jalan pendekat dari
bottleneck. Pengaruh dari gelombang ini akan bertemu dengan gelombang yang
Ini dapat dijelaskan bahwa antrian tidak dapat dikurangi selama arus masuk