TUMOR TIROID
Oleh:
Indah Fajarwati
1840312603
Preseptor:
dr. Daan Khambri, SpB(K)Onk, M.Kes
PENDAHULUAN
2
perjalanan penyakitnya lambat, serta morbiditas dan mortalitas yang rendah,
walau sebagian kecil ada yang tumbuh cepat dan sangat ganas dengan prognosis
yang buruk. Tentunya hal ini merupakan tantangan bagi dokter untuk menentukan
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tanda-tanda lateral pasangan berasal dari kantong cabang keempat dan
sekering dengan median anlage pada sekitar minggu kelima kehamilan. Kelopak
lateral berasal dari neuroectodermal (ultimobranchial bodies) dan menyediakan
kalsitonin yang memproduksi sel parafollicular atau C, yang kemudian terbaring
di daerah superoposterior kelenjar. Folikel tiroid pada awalnya tampak oleh 8
Gambar 1.2. Anatomi kelenjar tiroid dan struktur sekitarnya, dilihat dari depan (A)
dan dilihat dari atas (transversal) (B)
5
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Tiroid.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh fasia viseralis yang membagi lapisan tengah
dari fasia servikal bagian dalam dan melekat secara halus pada tulang laryngeal.
Ligamentum suspensorium anterior dimulai dari bagian superior-medial dari
11
kelenjar tiroid yang melekat pada krikoid dan kartilago tiroid. Bagian postero-
medial dari kelenjar melekat pada samping kartilago krikoid, cincin trakea
pertama dan kedua oleh ligamentum suspensorium posterior (ligamentum Berry).
Melalui cara ini, nervus laryngeal rekuren biasanya menuju laring melalui
ligamentum Berry atau antara ligamen utama dengan sisi lateralnya.7
Lapisan-lapisan demikian bertanggung jawab pada pergerakan kelenjar
tiroid dan struktur yang berhubungan dengan proses menelan. Pada tiap gerakan
menelan, selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar ke arah kranial. Ciri
khas ini digunakan dalam pemeriksaan fisis untuk menentukan apakah suatu
6
tiroidea superior yang berjalan bersama arteri; (2) vena tiroidea media di sisi
lateral; (3) vena tiroidea inferior.7
Aliran Limfatik
karsinoma tiroid.7
Persarafan
Kelenjar tiroid mendapat persarafan dari cabang nervus vagus, yaitu
nervus laringeus superior dan inferior (nervus laringeus rekuren). Nervus rekuren
dan cabang nervus laringeus superior tersebut mempersarafi laring dengan pita
suara (plica vocalis). Nervus rekuren berada pada bagian dorsal tiroid sebelum
memasuki laring serta terletak pada kedua sisi. Fungsi motorik nervus ini adalah
mengabduksi pita suara dari garis tengah. Kerusakannya menyebabkan
kelumpuhan pita suara. Apabila kerusakan terjadi pada kedua sisi,
7
terjadi hilangnya suara dan obstruksi saluran udara sehingga dibutuhkan tindakan
intubasi dan trakeostomi.7
Kelenjar tiroid terdiri dari dua tipe sel, yaitu sel principal (folikuler
tiroid) yang bertanggung jawab terhadap formasi dari koloid dan sel parafolikuler
(sel-C) yang menghasilkan hormon kalsitonin yang bertanggung jawab terhadap
homeostasis kalsium.11 Tiroid terdiri dari folikel, umumnya sferis, yang dilapisi
epitel kolumnar sampai kuboid rendah dan berisi koloid yang banyak
mengandung tiroglobulin. Kelenjar ini termasuk bagian tubuh yang sensitif dan
dapat bereaksi terhadap berbagai rangsang.
Fungsi tiroid dipengaruhi oleh hipofisis. Jika TSH dikeluarkan hipofisis
anterior, maka sel epitel folikel tiroid akan meminositosis koloid sehingga
mengubah tiroglobulin menjadi tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dalam jumlah
yang lebih sedikit. Tiroksin dan triiodotironin disimpan dalam folikel tiroid
sebagai tiroglobulin yang dalam kondisi fisiologis tidak termasuk dalam sirkulasi
darah. Kemudian T4 dan T3 dibebaskan ke dalam sirkulasi sistemik dan berikatan
dengan protein plasma secara reversibel untuk dibawa ke jaringan
8
perifer. T3 dan T4 yang bebas akan berinteraksi dengan reseptor intrasel dan
akhirnya mengakibatkan metabolisme karbohidrat dan lemak meningkat. Selain
itu akan merangsang sintesis protein pada berbagai tipe sel. Akibat akhir proses ini
adalah meningkatkan laju metabolik dasar. Kelenjar tiroid juga mengandung sel
parafolikel yang menghasilkan hormon kalsitonin. Kalsitonin adalah polipeptia
yang mengatur metabolism kalsium, dapat meningkatkan penyerapan kalsium di
Tetapi, kerja TSH juga diatur oleh jumlah hormon tiroid (T3 dan T4)
yang beredar dalam darah, jika T3 dan T4 berlebihan dalam darah, maka TSH
akan menurun agar kelenjar tiroid mengurangi produksi hormon dan sebaliknya
(feedback mechanism).8
8
Gambar 6. Fisiologi Kelenjar Tiroid.
9
2.2 Kanker Tiroid
2.2.1 Definisi
Nodul tiroid secara klinis dikenal dengan ditemukannya pembesaran
kelenjar tiroid, ditandai dengan adanya pertumbuhan yang berlebihan dan
perubahan struktural dan atau fungsional pada satu atau beberapa bagian di dalam
9
jaringan tiroid normal. Nodul ini amat sering ditemukan pada pasien dan
umumnya benigna.
Kanker kelenjar tiroid adalah suatu neoplasma pada kelenjar tiroid yang
bersifat ganas. Kanker tiroid sebenarnya merupakan kasus yang cukup jarang
terjadi karena kebanyakan dari masalah di kelenjar tiroid bersifat jinak. Namun
kanker tiroid merupakan kanker dengan jumlah nomor satu di antara kanker pada
sistem metabolik-endokrin. Di samping itu, prevalensi karsinoma tiroid saat ini
meningkat secara linier dengan bertambahnya usia, pajanan terhadap sinar
2.2.2 Epidemiologi
Kanker tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan
diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Pada tahun 2004 American
Cancer Society memperkirakan terdapat lebih kurang 22.500 kasus baru kanker
tiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan perempuan dan laki-laki adalah 3
: 1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625 kasus pada laki-laki.
Di Indonesia dari registrasi Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia
didapatkan kanker tiroid menempati urutan ke 9 dari 10 kanker terbanyak
12
(4,43%).
10
Geografi dan lingkungan, pada daerah endemik goiter dijumpai
peningkatan insidens kanker tiroid tipe folikuler dan anaplastik terutama pada usia
lanjut sedangkan pada daerah yang kaya akan yodium (Iceland) ternyata tipe
papiler yang meningkat. Di Chernobyl tempat terjadinya kebocoran reaktor nuklir
ditemukan peningkatan penderita kanker tiroid. Dapat ditemukan pada semua
golongan usia, dijumpai peningkatan pada golongan usia 7-20 tahun dan pada usia
40-65 tahun dengan perbandingan laki laki dan wanita 1:3.
Bila dijumpai nodul tunggal pada seorang anak berusia < 14 tahun
kemungkinan untuk keganasan 50%. Distribusi umur juga terkait dengan
12
distribusi tipe hitopatologi. Holzer S et al., mengemukakan sebagian besar
penderita kanker tiroid tipe papiler saat diagnosa ditegakkan pada usia 50 tahun
sedangkan tipe folikular pada usia 55 tahun. Hundahl SA et al., mendapatkan tipe
papiler pada usia 44 tahun, tipe folikular pada usia 47 tahun, Hurtle sel pada usia
61 tahun dan tipe medular dijumpai pada usia 30-39 tahun.
Pemaparan radiasi pada daerah kepala dan leher semasa anak untuk
pengobatan lesi jinak ternyata 6-35 tahun kemudian dapat mengkibatkan
terjadinya kanker tiroid, hal ini pertama kali dilaporkan deGroot dan Paloyan di
Chicago 1973. Pemaparan radiasi yang diberikan setelah berusia > 21 tahun tidak
banyak perpengaruh. Pemberian yodium 131 sebagai pengobatan dan diagnostik
ternyata tidak pernah dilaporkan dapat meningkatkan terjadinya kanker
tiroid.13,14,15
2.2.3 Etiologi
Etiologi yang pasti dari tumor ini belum diketahui; yang berperan
khususnya untuk karsinoma dengan diferensiasi baik (papiler dan folikular) adalah
radiasi dan goiter endemis sedangkan untuk jenis medular adalah faktor genetik.
Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk kanker anaplastik dan
medular. Diperkirakan kanker tiroid anaplastik berasal dari perubahan kanker
tiroid berdiferensiasi baik (papiler dan folikular) dengan kemungkinan jenis
2.2.5 Patofisiologi
Perubahan Molekular
19
Gambar 7. Jalur Sinyal RAS/RAF/MAP.
13
Seperti tampak pada Gambar 6, gen BRAF terlibat pada jalur pensinyalan
RAS/RAF/MEK. Normalnya BRAF kinase yang diaktifkan oleh ikatan dengan
protein RAS akan menstimulasi terjadi proses kaskade sehingga terjadi
pertumbuhan dan proliferasi sel. Mutasi gen tersebut mengakibatkan aktivitas
fosforilasi yang permanen pada protein BRAF, tidak bergantung lagi pada ikatan
dengan protein RAS. Pada studi yang dilakukan terhadap 115 penderita kanker
HT.22
Kehamilan
15
Hormon hCG tidak hanya memiliki struktur yang sama dengan molekul
TSH, tetapi juga memiliki reseptor yang identik. Saat kadar hCG mencapai
puncaknya, kadar TSH serum akan menurun drastis. Hormon hCG ini merupakan
stimulus poten terhadap pertumbuhan kelenjar tiroid pada trimester pertama
kehamilan. Oleh karena itu, pada sel-sel folikular yang rentan, stimulus hCG yang
berlebihan menyebabkan penyisipan terhadap pertumbuhan sel kanker dengan
cepat.23
folikular.27 Selain itu, proliferasi dan pertumbuhan sel kanker tiroid dipromosikan
oleh agonis reseptor ERα, berbeda dengan ERβ yang memicu terjadinya apoptosis
dan fungsi supresi. Dengan demikian, ERα dan ERβ tentu memiliki peran penting
pada patofisiologi kanker tiroid, seperti pada kanker payudara.
16
Marker Ultrasonografi
d. Kalsifikasi
Gambaran kalsifikasi pada nodul tiroid mungkin berhubungan dengan
peningkatan risiko keganasan. Makrokalsifikasi yang ditandai oleh bercak
hiperekoik berukuran besar (>2 mm) menyebabkan acoustic shadow dan dapat
terlihat pada nodul jinak maupun ganas. Mikrokalsifikasi, ditandai bagian
hiperekoik berukuran kecil (<2 mm) tanpa acoustic shadow, biasanya ditemukan
pada lesi papiler (PTC) dengan pertumbuhan lambat dan non-invasif, serta
memiliki prognosis yang baik. Mikrokalsifikasi ini terjadi pada sebagian besar
nodul tiroid ganas (26-70%). Secara histopatologi, mikrokalsifikasi terlihat
sebagai psammoma bodies (PBs). Sayangnya, mikrokalsifikasi seringkali
dikaburkan oleh agregasi koloid padat (pada nodul jinak ―koloid) atau fibrosis
pada jaringan (pada tiroiditis Hashimoto).
e. Kekakuan nodul
Pertumbuhan sel kanker yang ireguler dan tidak terkontrol dapat
mengakibatkan tingginya kekakuan pada massa tumor. Hal ini dapat
mengakibatkan beberapa hal, seperti peningkatan tekanan cairan interstisial (IFP),
peningkatan permeabilitas defek pada pembuluh darah tumor sehingga terjadi
kebocoran. Di samping itu, matriks ekstraseluler pada tumor berisi serat kolagen
yang lebih padat dan meningkatkan jumlah fibroblas. Oleh karena itu, tumor
menjadi lebih kaku dibandingkan jaringan normal.
18
2.2.6 Klasifikasi
Tumor Primer
Tumor Sekunder
Melanoma metastasis
Karsinoma metastasis sel renal
Karsinoma metastasis mammae
Karsinoma metastasis pulmonal
19
yang berdiferensiasi baik, multisentris sebanyak 85% kasus dan didapatkan
berbagai varian yang dapat juga menentukan prognosis.
Gambaran makroskopik tumor papiler berupa massa keras, berwarna putih
keabuan, multifokal (20%), encapsulated (10%), atau infiltrative disertai fibrosis,
kista dengan pertumbuhan papiler di dalamnya dan kalsifikasi. (lioyd) Jenis ini
merupakan tumor tidak bersimpai dengan struktur papiler dan folikulernya
ditandai oleh inti yang overlapping, ground-glass appearance dengan celah
longitudinal dan invaginasi sitoplasma ke dalam inti. Sebanyak 20-80% pasien
tumornya bersifat multisentrik, dan sekitar sepertiganya bilateral di kedua lobus
tiroid. Penyebaran terutama melalui kelenjar getah bening yang diawali ke KGB
regional, dapat juga bermetastasis jauh ke paru-paru atau tulang. Biasanya
terdapat multisentris atau bilateral, tumor primer atau rekurens dapat
4
menginfiltrasi trakea atau esofagus hingga menimbulkan gejala obstruksi.
Tipe ini ditemukan sekitar 5-10% dari seluruh kasus kanker tiroid dan
lebih sering ditemukan di daerah yang kekurangan iodium. Dengan pemakaian
garam iodium di daerah endemik, insiden keganasan ini menurun. Perbandingan
perempuan dengan laki-laki adalah 2:1. Tumor ini juga lebih banyak pada usia di
atas 40 tahun. Gambarannya lebih sering unilateral dari pada bilateral.
dua kali lebih besar dari tipe karsinoma tiroid papiler. 4 Diagnosis keganasan jenis
folikular didasarkan pada ada tidaknya invasi sel tumor ke kapsul tiroid atau
20
pembuluh darah sedangkan gambaran morfologi sel tidak ada yang khas. Ada 3
macam invasi sel yaitu :25
Jenis yang sering terjadi pada usia 50-60 tahun ini ditemukan pada 5-10%
dari seluruh kasus kanker tiroid. Tipe ini jarang ditemui dan kebanyakan
berkelompok dalam keluarga. Tipe ini sering didapatkan bersama dengan penyakit
hormonal lainnya seperti adenoma paratiroid dan feokromositoma. Karsinoma
4
tiroid meduler ini bersifat herediter (20%) dan sporadik (80%). Tipe herediter
biasanya bilateral, namun untuk sporadik umumnya unilateral. Angka 5-years
5,25
survival rate sekitar 86%.
Tipe ini didapatkan pada 5-10% dari seluruh kasus kanker tiroid. 4
Meskipun jarang ditemui, tumor ini amat ganas. Perjalanan penyakit ini cepat dan
biasanya fatal. Dalam beberapa minggu atau bulan, penderita menunjukkan
keluhan akibat penekanan dan invasi karsinoma berupa gejala obstruksi
pernafasan atau obstruksi esofagus. Keadaan pasien cepat menurun dan tumor
cepat mengadakan metastasis.
21
Tipe ini secara histopatologi terdiri dari anaplastik spindle cell, giant cell
dan small cell. Sel ini bervariasi dalam ukuran, bentuk dan inti. Banyak ditemukan
mitosis. Penyebaran melalui sistem getah bening dan bermetastasis jauh.
4
Karsinoma jenis folikuler maupun papiler dapat berkembang menjadi jenis ini.
1.2.7 Diagnosis
Usia dan jenis kelamin : apabila nodul tiroid terjadi pada usia < 20 tahun
atau > 50 tahun.
Riwayat radiasi daerah leher dan kepala : risiko keganasan tiroid sekitar
33-37%.
Kecepatan tumbuh tumor : nodul ganas membesar dalam waktu cepat
sedangkan nodul jinak biasanya membesar dengan lambat.
Riwayat gangguan mekanik pada leher : keluhan gangguan menelan, rasa
sesak, perubahan suara, disfagia.
Riwayat penyakit dalam keluarga
Saat melakukan pemeriksaan fisis, melalui palpasi beberapa hal yang perlu
dinilai :
Kelenjar tiroid akan ikut bergerak ke atas saat penderita diminta menelan.
Nodul bisa soliter atau multipel dengan konsistensi keras dan tidak bisa
digerakkan dari dasarnya. Umumnya keganasan terdapat pada nodul
soliter, sedangkan pada multipel biasanya terdapat pada salah satu nodul
yang lebih menonjol dan lebih keras dari pada lainnya.
22
Bila kelenjar besar sekali namun tidak tampak gejala sesak napas, ada
tidaknya penekanan pada trakea dapat dinilai dengan cara menekan lobus
lateral kelenjar sehingga timbul stridor.
Ada tidaknya nyeri. Nodul tidak nyeri, apabila multipel dan dapat
digerakkan biasanya merupakan struma difus atau hiperplasia tiroid.
Apabila nodul multipel tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan, dapat
dicurigai keganasan.
Ada tidaknya pembesaran KGB regional secara lengkap.
Ada tidaknya benjolan pada tulang belakang, klavikula, dan sternum, serta
tempat terjadinya metastasis (paru, ginjal, hepar, otak).
Pada pemeriksaan fisis, biasanya tidak dijumpai tanda-tanda khas kanker
tiroid, kecuali bila telah dijumpai adanya infiltrasi jaringan sekitar dan adanya
pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral menyertai pembesaran tiroid. Studi
yang pernah dilakukan di Indonesia terhadap 149 kasus karsinoma tiroid dari 477
penderita nodul tiroid menunjukkan ketepatan diagnosis pemeriksaan klinis
sebesar 82%, dengan tanda-tanda fisik seperti batas nodul tidak tegas, pembesaran
KGB regional, nodul konsistensi keras, nodul di isthmus dan permukaan
berbenjol-benjol.
Pemeriksaan klinis Mencurigakan Keganasan Tiroid.10
Sangat Curiga :
Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan spesifik untuk mendiagnosis keganasan tiroid,
kecuali pada jenis meduler di mana kadar kalsitonin dapat digunakan untuk
diagnostik dan follow-up.
Ultrasonografi
27
Karakteristik ultrasonografi nodul tiroid (Benigna vs Maligna).
Malign :
Hypoechogenicity
Micro or interrupted rim calcifications
Irregular margins
Absence of halo or incomplete halo
Increased intranodular flow
24
Height > width
Significant increase in size over time
Invasion of anterior strap muscles
Presence of abnormal cervical lymphadenopathy
Benign :
Pure cystic nodule
Hyperechoic
Halo sign or a smooth margin
Spongiform nodule
Uninterrupted eggshell calcifications
Absent or peripheral vascularity
Significant decrease in size over time
Multiple coalescent nodules without normal intervening parenchyma
Normal, small reactive, cervical nodes
Karakteristik sonografi nodul ganas tiroid yaitu :
Batas tidak teratur/tidak tegas;
Bentuk tidak teratur;
Struktur eko solid;
Ekogenitas hipoekoik;
Eko internal heterogen;
Mikrokalsifikasi;
Terdapat invasi vaskuler
Sensitivitas pada neoplasma nonfolikuler 86,5% sedangkan tipe folikuler
hanya 18,2% serta spesifisitas masing-masing 92,3% dan 88,7%. Secara
keseluruhan, nilai sensitivitas sebesar 81,8% dan spesifisitas 90,6%.
25
Gambar 9. Komposisi nodul tiroid berupa nodul solid, kistik, dan kombinasi
keduanya.
24
Gambar 10. Pemeriksaan sidik tiroid.
26
Hasil sidik tiroid dapat dibedakan 3 bentuk:
1. Nodul dingin bila penangkapan iodium nihil atau kurang dibandingkan
dengan sekitarnya. Hal ini menunjukkan fungsi yang rendah.
2. Nodul panas bila penangkapan iodium lebih banyak dari pada sekitarnya.
Keadaan ini memperlihatkan aktivitas yang berlebihan.
3. Nodul hangat bila penangkapan iodium sama dengan sekitarnya. Hal ini
berarti fungsi nodul sama dengan bagian tiroid yang lain. Keganasan biasanya
terekam sebagai nodul dingin soliter. Nodul hangat biasanya bukan keganasan.
Apabila dijumpai nodul yang panas ini hampir pasti bukan suatu keganasan.
27
24
Gambar 11. Karsinoma tiroid tipe papiler.
28
2. Benign
3. Atypia of Undetermined Significance (AUS) / Follicular Lesion
of Undetermined Significance
4. Folicular Neoplasm or Suspicious for a Follicular Neoplasm
5. Suspicious for Malignancy
6. Malignant
Meski demikian, pemeriksaan ini juga memiliki keterbatasan berhubungan
dengan sampel yang tidak adekuat, kemampuan dokter melakukan aspirasi,
pengalaman ahli sitologi dalam menginterpretasi spesimen, dan tumpang tindih
gambaran sitologi antara lesi folikular jinak dan ganas.
untuk diagnosis secara cepat, serta evaluasi ekstensi dan batas tumor. 28
29
Histopatologi
Diagnosis pasti dari kanker tiroid dilakukan dengan biopsi, di mana sel-sel
2
dari area pembesaran tiroid diambil kemudian diperiksa di bawah mikroskop.
Pemeriksaan biopsi histopatologi pada tiroid dapat berupa lobektomi atau
ismulobektomi atau biopsi insisi pada tumor yang non resektabel. Pemeriksaan ini
merupakan gold standard atau standar baku emas dalam menentukan jenis nodul
tiroid. Pemeriksaan bersifat invasif karena mengambil sebagian atau seluruh tiroid
untuk kemudian diperiksa menggunakan mikroskop oleh ahli sitologi. Hasil
pemeriksaan tersebut memperlihatkan jenis nodul jinak atau ganas.
Akan tetapi, kelemahan teknik ini terletak pada proses yang rumit dan
24
biaya yang lebih besar untuk pemeriksaannya. Selain itu, pemeriksaan ini sulit
dilakukan tanpa tenaga ahli, memerlukan anestesi lokal dan tehnik pengerjaan
steril, waktu yang lama dalam pemrosesan, serta komplikasi yang lebih berat
24
(misalnya perdarahan dan cedera nervus laringeal).
2.2.8 Penatalaksanaan
Operatif
a. Total tiroidektomi
Pengangkatan seluruh lobus tiroid beserta KGB sekitar.
b. Subtotal tiroidektomi
30
Pengangkatan sebagian besar lobus kanan dan lobus kiri dari jaringan
tiroid dengan menyisakan masing-masing kapsul posterior kurang lebih 3
gram yang berlokasi di bagian posterior dari kedua lobus dimana dekat
dengan nervus rekurens dan glandula paratiroid.
c. Near total tiroidektomi (NTT)
Pengangkatan hampir seluruh jaringan kelenjar tiroid dengan
meninggalkan sebagian kecil jaringan. Teknik NTT dapat dilakukan untuk
mengurangi resiko kerusakan nervus laringeal rekuren atau glandula
paratiroid.
d. Total lobektomi
Pengangkatan satu lobus tiroid.
e. Subtotal lobektomi
Pengangkatan sebagian besar lobus kanan atau kiri dengan menyisakan
kapsul posterior kurang lebih 3 gram.
f. Ismolobektomi
g. Radical neck dissection (RND)
Pengangkatan seluruh tumor ganas dan KGB sekitar dari level 1 – 5 serta
jaringan limfoid di daerah leher sisi yang bersangkutan dengan batas-
batas:
Batas atas : margo inferior mandibula
Batas belakang : M. Trapezius
Batas bawah : antara Clavicula dengan midline sternum
Batas Medial : garis tengah leher
Hasil dari operasi ini bergantung pada kondisi kanker, jenis metastasis
dan kualitas operasi. Kebanyakan kanker leher bisa diobati dengan
Radical Neck Surgery, walaupun angka keberhasilan jangka panjang
masih belum pasti. Pasien dengan bilateral metastasis atau multipel
metastasis mempunyai survival rate yang lebih pendek.
24
Gambar 16. Operasi Radical Neck Dissection pada Kanker Tiroid.
32
samping itu, teknik ini unggul dalam segi kosmetik karena luka operasi
kecil, nyeri pascaoperasi minimal, dan perawatan di rumah sakit lebih
singkat. Kasus-kasus yang dapat menggunakan teknik ini :
4
Gambar 14. Bagan Penatalaksanaan Kanker Tiroid dengan Metastasis Regional.
36
jika tidak debulking dan radiasi eksterna. Untuk karsinoma berdifferensiasi baik
total tiroidektomi dianjurkan pada karsinoma papiler lebih dari 1cm, tumor
dengan ekstensi ekstra tiroid atau metastasis, tumor pada pasien usia diatas 45
tahun, karsinoma folikuler dan Hurtle cell carcinoma.
Non-Pembedahan
Radioterapi
terhadap radiasi dibandingkan sel kanker.24 Apabila tumor inoperabel atau pasien
menolak operasi untuk lobus kontralateral, dapat dilakukan :
tiroid karsinoma tipe papiler dan folikuler dengan metastasis.28 Terapi ini
28
dilakukan dengan pemberian I131 peroral (dosis standar 75-150 Ci). Sayangnya,
banyak pasien yang memiliki tumor dengan sifat tidak dapat meng-uptake iodin
tersebut, sehingga terjadi radioresisten dan prognosis yang buruk (angka 10-years
survival rate sekitar 10%). Sekitar 70% karsinoma tiroid papiler memiliki mutasi
gen yang sering berganti-ganti dan mengkode reseptor growth factor RET atau
NTRK1 (tiga isoform dari RAS dan BRAF). Aktivasi primer dari protein-protein
tersebut menstimulasi sinyal mitogen-activated protein kinase (MAPK) yang
menghambat ekspresi gen pembentuk hormon tiroid, termasuk simporter sodium-
iodida dan tiroid peroksidase, yang memfasilitasi uptake iodin. Berdasarkan
pemahaman tersebut, studi ini meneliti pasien kanker tiroid dengan metastasis
yang refrakter terhadap pemberian radioiodin dengan terapi inhibitor selektif
MEK 1 dan MEK 2, yaitu selumetinib (AZD6244, ARRY-142886). Perubahan
uptake iodin dinilai melalui pemeriksaan PET-CT iodine-124 secara berseri.
37
Studi-studi terdahulu yang menggunakan berbagai macam zat untuk
merangsang uptake radioiodin pada kanker tiroid metastasis refrakter tidak
menunjukkan manfaat klinis yang signifikan. Meski demikian, studi terbaru
menunjukkan bahwa pemberian selumetinib pada penderita kanker tiroid dengan
metastasis, yang bersifat refrakter terhadap radioiodin, dapat menghambat jalur
MAPK dengan cara meningkatkan uptake radioiodin tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa inhibitor MAPK dapat menginduksi uptake serta penyerapan
iodin. Dengan demikian, efikasi terapeutik pemberian radioiodin dapat
ditingkatkan. Akan tetapi, studi ini masih terbatas pada hewan percobaan dan
belum diaplikasikan pada manusia.
Radiasi eksterna
Terapi ini diberikan pada karsinoma tiroid dengan residu cukup besar dan
tidak mungkin dilakukan operasi lagi. Radiasi eksterna menggunakan Cobalt-60
24
sebagai terapi paliatif, khususnya pada metastasis tulang.
24
Prosedur Tindakan
Isotop I-131 ditelan dalam bentuk dosis tunggal dengan bentuk kapsul atau
cair dan dengan cepat masuk ke pembuluh darah traktus gastrointestinalis,
kemudian masuk ke kelenjar tiroid dan mulai menghancurkan kelenjar tersebut.
Efeknya baru terlihat dalam satu sampai tiga bulan dengan efek maksimal tiga
sampai enam bulan setelah pengobatan.
24
Efek Samping
38
Kemoterapi
dengan cyspaltinum. 24
Terapi hormonal
Komplikasi Pembedahan
39
Dari faktor tersebut, ditentukan apakah penderita memiliki risiko rendah
atau tinggi.
Risiko Rendah:
Usia muda (≤50) tanpa metastasi
Pasien tua (papiler intratiroid, invasi kapsul minor untuk lesi folikular)
Kanker primer <5 cm
Tidak ada meta
Risiko Tinggi:
Semua pasien dengan metastasi jauh
Papiler ekstratiroid, invasi kapsul mayor folikular
Kanker primer ≥5 cm pada pasien tua (laki-laki >40, perempuan>50)
Angka harapan hidup (20 tahun) berdasarkan grup risiko AMES:
Risiko rendah= 99%
Risiko tinggi = 61%
40
BAB 3
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. ML
Umur : 55 tahun
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pedagang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : kerinci
Nomor RM : 01.04.97.56
Tanggal Pemeriksaan : 10 juli 2019
ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Benjolan di leher kiri semakin membesar sejak ± 1 tahun yang lalu disertai
sulit menelan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Benjolan di leher kiri semakin membesar sejak ± 1 tahun yang lalu disertai
sulit menelan. Benjolan di leher kiri sudah dirasakan sejak ± 2 tahun yang
lalu. Sebelumnya pasien merasakan benjolan sebesar kelereng, kemudian
semakin lama semakin membesar. Benjolan tersebut berwarna kemerahan
dan tidak nyeri.
Gangguan menelan ada.
Sesak nafas tidak ada.
Batuk tidak ada.
Perubahan suara ada sejak 1 tahun yang lalu
Penurunan berat badan disangkal
Mual dan muntah tidak ada.
Nyeri perut tidak ada.
Jantung berdebar-debar tidak ada.
41
Berkeringat banyak tidak ada.
Tangan gemetaran tidak ada.
Demam tidak ada.
Buang air besar maupun buang air kecil tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diabetes mellitus tidak ada.
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat keganasan seelumnya tidak ada.
Riwayat pernah terkena radiasi tidak ada
Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain dengan keluhan yang sama.
Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan
Pasien adalah seorang pedagang
Riwayat Alergi (makanan, obat bahan tertentu)
Tidak ada
Riwayat Seksual (disfungsi, obstetric/gynecological)
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
TekananDarah : 130/70 mmHg
Nadi : 83 kali/menit
Nafas : 21 kali/menit
Suhu : 36,7 C
Status Internus
Rambut : Hitam dan tidak mudah dicabut
42
Kulit dan kuku : Turgor kulit baik, tidak ada sianosis
Kepala : Normochepal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Gigi dan mulut : Tidak ditemukan kelainan
Leher : Lihat status lokalis
Dinding dada : Normochest, tidak ada sikatrik atau bekas operasi
Paru :
Inspeksi : Simetris, kiri = kanan
Auskultasi : Vesikular +/+ , rhonki -/- wheezing -/-
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Auskultasi : Bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), Gallop
(-)
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari lateral línea mid clavicula
sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung kiri melebar hingga 1 jari lateral
linea mid clavicula sinistra RIC V
Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar dan
lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Anus (Colok Dubur)
Tidak dilakukan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema tidak ada
43
Status Lokalis:
Regio Colli Kanan
Inspeksi : Tampak benjolan, bewarna kemerahan, venektasi (-)
Palpasi : Teraba massa, bulat padat dengan ukuran terbesar ± 4 cm x
4 cm x 3 cm, batas tegas, permukaan rata, mobile, teraba panas, nyeri tekan
tidak ada. KGB sekitar dengan ukuran 1,5 cm x 0,5 cm x 0,5 cm pada daerah
submandibula kiri, 1,5 cm x 1 cm x 1 cm di daerah submandibula kiri, dan
1,5 cm x 1,5 cm x 1 cm pada daerah jugular kanan, batas tegas, permukaan
rata, mobile, nyeri tekan tidak ada.
Auskultasi : Bruit (-)
DIAGNOSIS KERJA
Struma multinodusa non toksik regio colli bilateral ec susp ca tiroid
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah Rutin
Hb : 11,6 gr/dl
Leukosit : 11,080 /mm3
Trombosit : 474.000 /mm
Hematokrit : 38%
Kesan : anemia ringan, leukositois, trombositosis
Hematologi
PT/APTT : 11,0 / 36,3
Kesan : PT/APTT dalam batas normal
Kimia Klinik
Na/K/Cl : 142/5,0/106 mg/dl
SGOT : 25 u/dl
SGPT : 15 u/dl
GDS : 106
Ur/Cr : 28/0,7
Kesan : Hasil dalam atas normal
Pemeriksaan FNAB
Tidak dilakukan
Pemeriksaan Hormon Tiroid
Free T4 : 9,57
TSH : 1,70
Kesan : FT4 menurun
Rontgen Thoraks
45
USG
Kesan : nodul isodens inhomogen pada thyroid sinistra, bentuk bulat, batas tegas,
tepi irreguler, kalsifikasi(+), ukuran > 4,69x 3,37x4,93 cm, disertai peningkatan
flow vaskular intra massa. Nodul/massa tampak meluas hingga supra sternal
sinistra.
DIAGNOSA:
Tumor tiroid sinistra suspek malignancy T4aN1bM1
TATALAKSANA
Diet : Makanan biasa tinggi kalori tinggi protein
Operatif : Total Tiroidektomi
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia at bonam
• Quo ad functionam : dubia at bonam
• Quo ad sanationam : dubia at bonam
BAB IV
DISKUSI
49
13. Taris EP. 2006. Epidemiologi dan Gambaran Klinis Kanker Tiroid. Medan:
Divisi Onkologi Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran USU.
14. Dedivitis RA. 2007. Tyroid, Paratyroid, And Adrenal : Schwartz’s
Principles Of Surgery. Editor Brunicardi C. Eight Edition. The McGraw-
Hill Companies.
15. Collin SL. Thyroid Cancer: Controversies and Etiopathogenesis in Falk
S.A. Thyroid Disease Endocrinology, Surgery, Nuclear Medicine and
Radiotherapy, 2nd ed, Lippincott-Raven, Philadelphia, 1997, pp 495 – 564.
16. Sjamsuhidajat.R, Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
17. Lee, Stephanie L., Goitre Non Toxic. (Online) : 2016
(https://www.emedicine.medscape.com/article/120392-overview ) diakses pada
tanggal 19 September 2018.
18. Pasaribu ET. 2014. Bedah Onkologi Diagnosis dan Terapi. Edisi kedua.
Jakarta: Sagung Seto.
19. Biondi B, Filetti S, Schlumberger M. Thyroid-hormone therapy and thyroid
cancer: a reassessment. Nat Clin Pract Endocrinol Metab 2005;1:32-4.
20. Fiore E, Rago T, Provenzale M, Scutari M, Ugolini C, Basolo F, et al. Lower
levels of TSH are associated with a lower risk of papillary thyroid cancer in
patients with thyroid nodular disease: thyroid autonomy may play a protective
role. Endocr Relat Cancer 2009;16:1251-60.
21. Schulten HJ, Salama S, Al-Mansouri Z, Alotibi R, Al-Ghamdi K, Al-Hamour OA,
et al. BRAF mutations in thyroid tumors from an ethnically diverse group. Hered
Cancer Clin Pract 2012;10:1186-97.
22. Lee JH, Kim Y, Choi JW, Kim YS. The association between papillary thyroid
carcinoma and histologically proven Hashimoto’s thyroiditis: a meta-analysis.
Eur J Endocrinol 2013;168:343-9.
23. Alves VG, Santin PA, Furlanetto WT. Prognosis of thyroid cancer related to
pregnancy: a systematic review. J Thyroid Res 2011;10:1-5.
24. Ramod K Sharma M. Thyroid Cancer. WebMD LLC; 2011.Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/851968.
50
25. Dackiw APB, Zeiger M. Extent of surgery for differentiated thyroid cancer. In:
Clark OH, editor. SCNA. Philadelphia: Saunders, 2004;84:817-32.
26. Schneider DF, Chen H. New Developments in the Diagnosis and Treatment of
Thyroid Cancer. CA Cancer J Clin 2013;63(6):373-94.
27. Kim DW, Lee EJ, Kim SH, et al. Ultrasound-guided fine-needle aspiration biopsy
of thyroid nodules: comparison in efficacy according to nodule size. Thyroid,
2009 Jan;19(1):27-31.
28. Makes B. Accuracy of frozen section combined with imprint and fine needle
aspiration biopsy in thyroid nodules. Med J Indones 2007;16(2):89-93.
51