Anda di halaman 1dari 4

Rabu, 26 November 2008

KONSTITUSI DALAM ORGANISASI


I. PENDAHULUAN

Untuk mengenal dan memahami sebuah organisasi, kenalilah Konstitusi-Anggaran dasar


dan Anggaran Rumah Tangga-nya!, ungkapan ini sangat tepat untuk menggambarkan
bagaimana pentingnya konstitusi sebagai citra yang nyata untuk sebuah organisasi
yang modern. Pada awalnya konstitusi hanyalah merupakan suatu kumpulan dari
peraturan serta adat kebiasaan. Kemudian pemahaman ini berkembang menjadi semacam
kerangka kehidupan politik yang dimulai pada tahun 624-404 SM sampai dengan
terbentuknya De Declaration Des Droit Homme et Citoyen, sebagai cikal bakal
konstitusi negara Prancis pada Tahun 1071. Dalam suatu negara, Konstitusi menjadi
suatu barometer kehidupan bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah
perjuangan para pendahulu, sekaligus penyampaian ide-ide dasar yang digariskan oleh
The Founding Fathers, serta memberikan arahan bagi generasi penerus bangsa dalam
mengemudikan suatu negara yang mereka pimpin. Pada zaman modern ini konstitusi
tidak hanya berisi kaidah-kaidah hukum semata tetapi juga berisi alasan keberadaan,
motivasi dasar, pernyataan-pernyataan tentang keyakinan, prinsip-prinsip sampai
dengan pengungkapan cita-cita yang hendak dicapai.

II. Konstitusi GMKI


Demikiaan halnya dengan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia yang mempunyai
seperangkat Konstitusi, bahwa konstitusi yang dianut tersebut tidak sebatas berisi
aturan-aturan dan kaidah-kaidah yang mengatur dan mengikat dalam setiap pergerakan
dan pelayanannya. Tetapi Lebih dari itu, Konstitusi GMKI-Dari Anggaran Dasar sampai
Statuta Cabang-juga memuat alasan keberadaan yang melatar belakangi-Riason d’etre-
lahirnya organisasi GMKI, motivasi dasar yang menjadi energi penggerak dalam setiap
pergumulannya, prinsip-prinsip yang dianut sampai dengan impian yang hendak
dinyatakan dalam pelayanannya yang pada prinsipnya adalah konservasi dan
penyampaian nilai-nilai kepada para pemegang estafet keberlangsungan hidup
organisasi.
2.1. Identitas Organisasi
a. Visi GMKI adalah hadirnya syalom Allah di tengah-tengah sejarah bangsa dan
negara Indonesia (Pembukaan AD GMKI alinea 4).
b. Misi organisasi adalah dalam rangka menjalankan tugas panggilan marturia,
koinonia dan diakonia (AD GMKI pasal 3 tentang Tujuan).
c. Sifat GMKI, Sifat Kemahasiswaan, Kekristenan dan Keindonesiaan
d. Ideologi gerakan GMKI adalah nasionalisme dan oikumenisme.
e. Format gerakan GMKI adalah gerakan kader, gerakan moral dan gerakan intelektual
yang memiliki tugas panggilan di tiga medan pelayanan : gereja, masyarakat dan
perguruan tinggi.
f. Sasaran yang hendak dicapai adalah terwujudnya GMKI sebagai organisasi kader
yang tangguh.

2.2 Sistem Organisasi


AD/ART GMKI adalah aturan permainan atau aturan dasar dari organisasi GMKI.
Anggaran dasar adalah aturan pokoknya dan anggaran rumah tangga adalah kelengkapan
dari aturan pokok tersebut. Sistem organisasi menguraikan tentang fungsi-fungsi
dari alat perlengkapan organisasi.
Konstitusi merupakan produk hukum, yang berarti mengikat, mengikat anggota maupun
lembaga sebagai aparat organisasi di segala tingkatan. Konstitusi berarti pula
hukum dasar yang berarti sebagai hukum yang tertinggi di mana semua hukum dan
peraturan di dalam organisasi lahir daripadanya. Karena konstitusi merupakan hukum
yang tertinggi dalam suatu organisasi maka konstitusi hendaknya telah dapat
mengatur hal-hal pokok bagi kehidupan organisasi. Hal-hal pokok itu adalah yang
mengatur kelembagaan organisasi dan yang mengatur keanggotaan serta hubungan antara
kelembagaan dan anggota.
Sistem organisasi menguraikan tentang fungsi-fungsi dari alat perlengkapan
organisasi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan sistem
organisasi yakni :
1. Bentuk organisasi sebagai organisasi kesatuan.
Di sini terlihat jelas suatu jenjang yang memusat sehingga kepengurusan yang
tertinggi disebut sebagai Pengurus Pusat. Yang mewakili Pengurus Pusat disebut
Ketua Umum dan Sekretaris Umum. Pengurus Pusat adalah penentu kebijaksanaan
organisasi yang telah ditetapkan oleh kongres dan Pengurus Pusat. Badan Pengurus
Cabang dipercayakan mengatur dan membina anggota dan untuk ini Badan Pengurus
Cabang akan mempertanggungjawabkan kepada Konperensi Cabang dan Pengurus Pusat.
2. Alat perlengkapan organisasi yaitu wadah yang menjamin berfungsinya organisasi
dalam melaksanakan tugasnya. Sebagai lembaga legislatif diaturlah Kongres pada
tingkat Nasional dan konperesi cabang pada tingkat cabang. Kedua badan ini dihadiri
oleh anggota. Pada tingkat Kongres anggota hadir dalam bentuk perwakilan yang
ketentuannya diatur dalam peraturan organisasi dan pada tingkat cabang adalah rapat
anggota yang kehadirannya diatur pula dalam aturan organisasi .
3. Sebagai kelengkapan dari hidup organisasi yang mempengaruhi pula langgam
kerjanya, maka organisasi dilengkapi dengan Atribut Organisasi, Atribut adalah
identitas yang kelihatan dari organisasi yang harus tetap dipelihara karena
mempunyai pengaruh langsung pada “kejiwaan” anggota. Atribut organisasi adalah
lambang dan mars. Penggunaan lambang dan mars ini perlu diatur dalam suatu
peraturan organisasi agar melalui lambang dan mars ini akan nampak kebanggaan dan
hormat terhadap organisasi.

Anggaran Dasar :
1) Pembukaan 5 alinea.
2) Ketentuan Pokok, pasal 1 – 4.
3) Sistem Organisasi, pasal 5 – 9.
4) Lain-lain, pasal 10 – 12.

Anggaran Rumah Tangga :


1) Uraian Tujuan, pasal 1.
2) Uraian Sistem Organisasi, pasal 1 – 9.
3) Atribut Organisasi, pasal 10.
4) Hierarchi Juridis, pasal 11 – 12.
III. PERATURAN ORGANISASI DAN STATUTA CABANG

3.1 Peraturan Organisasi


Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa tidak semua praktek – praktek kegiatan di
dalam organisasi dapat terakomodir sepenuhnya oleh AD/ART maka GMKI juga memberikan
peluang bagi penyusunan peraturan yang lebih terperinci seperti yang tercantum
dalam pasal 12 ART yaitu memberikan kemungkinan bagi tingkat keputusan yang rendah
untuk mengatur hal-hal yang belum tercantum dalam konstitusi tersebut dan di bagian
penjelasan AD/ART menghendaki adanya suatu peraturan organisasi yang mengatur hal-
hal yang belum tercantum dalam AD/ART GMKI. Jadi Peraturan Organisasi adalah suatu
peraturan yang mengatur dan mengikat seluruh anggota dan alat kelengkapan
organisasi termasuk mekanisme kerja yang belum diatur di dalam AD/ART
Penetapan Peraturan Organisasi ini memiliki landasan yuridis :
1. Pasal 11 Anggaran Rumah Tangga
2. Pasal 12 Anggaran Rumah Tangga
3. Penjelasan Anggaran Dasar/ Anggaran Rumah Tangga GMKI
4. Keputusan Kongres XVI No. 008/KXVI/GMKI/1978 tentang AD/ART GMKI
5. Keputusan Kongres XXI No. 011/KXXI/GMKI/1988 tentang GBP-KUO 1988-1990

Sistematika penulisan Peraturan Organisasi terdiri dari penjelasan umum dan


penjelasan pasal demi pasal. Penjelasan ini adalah bagian integral dari peraturan
organisasi. Judul pasal-pasal dalam Peraturan Organisasi diambil dari beberapa
judul pasal yang terdapat dalam AD/ART yang memerlukan pengaturan lebih lanjut dan
ditambah dengan beberapa pasal lain yang perlu,yaitu:
1. Ketentuan Umum (pasal 1)
2. Komisariat (pasal 7)
3. Mekanisme Protokoler (pasal 9)
4. Hak mewakili Organisasi (pasal 10)

Untuk lebih jelasnya, yang menjadi fungsi dan tujuan Peraturan Organisasi adalah
mewujudkan keseragaman pemahaman terhadap konstitusi dan mewujudkan pemerataan
tindak kerja seluruh aparat organisasi. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut
perlu adanya partisipasi dan usaha dari seluruh aparat dan komponen organisasi. Di
samping itu juga perlu suatu kemauan dan tekad seluruh fungsionaris dan anggota
untuk memahami dan melaksanakan konstitusi dengan sebaik-baiknya guna
mempertahankan eksistensi GMKI dalam rangka menegakkan misi yang diemban untuk
melaksanakan tugas dan pelayanan organisasi di ketiga medan pelayanan Gereja,
Perguruan Tinggi dan Masyarakat.

3.1 Statuta Cabang GMKI Medan


Statuta cabang merupakan peraturan organisasi yang mengatur hubungan dan kedudukan
komisariat serta lembaga yang ada di GMKI. Peraturan ini diperlukan karena
menyangkut kehadiran komisariat sebagai alat perlengkapan dan pelayanan organisasi
ditingkatan cabang yang tidak diatur dalam AD/ART. Sebenarnya, Komisariat sebagai
alat perlengkapan organisasi pernah dimiliki GMKI secara nasional dan tertuang
dalam AD/ART GMKI. Namun pada Kongres Nasional XII GMKI tahun 1972 di Malang,
kehadiran komisariat dihilangkan sebagai alat perlengkapan organisasi. Tetap di
cabang Medan kehadiran komisariat tetap dipertahankan karena dirasakan bahwa
komisariatlah yang mempermudah dan memperlancar aksi dan pelayanan karena dapat
menjangkau para anggotanya di setiap fakultas-fakultas maupun perguruan tinggi
swasta yang ada di Medan. Maka pada Konferensi Cabang GMKI Medan tahun 1978 telah
merumuskan dan menetapkan Statuta Cabang GMKI Medan.
Namun di dalam perjalanannya dimana situasi dan kondisi yang terus berubah, Statuta
Cabang menunjukkan banyak kelemahan dan kekurangannya. Sehingga banyak ide-ide dan
usulan –usulan untuk melakukan perubahan terhadap beberapa bagian dari Statuta
Cabang yang tidak relevan lagi untuk digunakan. Pada Konferensi Cabang 1981 terjadi
perubahan Statuta Cabang dan pada Konferensi Cabang 1983 di Zetun, Silangit
merekomendasikan BPC untuk mengangkat Panitia Perubahan Statuta Cabang. Pada tahun
1985 Konferensi Cabang di Kabanjahe telah berhasil memutuskan Perubahan Statuta
Cabang berikut penjelasannya. Namun isu mengenai Perubahan Statuta Cabang kembali
digulirkan karena Statuta Cabang GMKI Medan dianggap belum mengakomodir kebutuhan
di GMKI Cabang Medan. Sehingga pada Konferensi Cabang tahun 1999 dan Konferensi
Cabang 2001 merekomendasikan untuk membentuk Team Perubahan Statuta Cabang. Team
ini dalam melaksanakan tugasnya juga mengalami beberapa hambatan dan kendala –
kendala dalam merumuskannya yang disebabkan kurang aktifnya beberapa anggota tim
dalam bekerja. Namun team ini dapat juga merumuskan Statuta Cabang untuk
selanjutnya dibawakan pada Konferensi Cabang di Sibolangit tahun 2003. Dan setelah
dikaji dan dipahami serta melalui perdebatan yang a lot akhirnya Konferensi Cabang
ini menghasilkan dan menetapkan Statuta Cabang yang sah yang akan menjadi pedoman
seluruh aparat organisasi dalam melaksanakan tugas –tugas organisasi di lingkungan
Cabang Medan.

IV. PENUTUP
Dalam memahami konstitusi diharapkan bahwa konstitusi tidak menjadi sesuatu yang
hampa, tidak sarat makna artinya tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang
merumuskan/membuat konstitusi dengan pihak yang menjalankan konstitusi, sehingga
konstitusi hanya menjadi dokumen historis semata atau justeru menjadi tabir tebal
antara perumus atau peletak dasar konstitusi dengan pemegang estafet berikutnya.
andri di 19.34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link


Beranda
Lihat versi web
Mengenai Saya
andri
Lihat profil lengkapku
Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai