TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Stroke
II.1.1 Definisi
Stroke didefinisikan sebagai timbulnya defisit neurologis fokal atau global
yang berlangsung lebih dari 24 jam. Keadaan ini disebut juga sebagai
cerebrovascular accident ( CVA) atau apopleksi. Stroke akut mengacu pada onset
24 jam pertama sejak serangan. Defisit neurologis fokal yang berlangsung kurang
dari 24 jam ( biasanya 5-20 menit) yang dikenal sebagai Transient Ischemic
Attack.1
II.1.2 Epidemiologi
Insidens stroke di Indonesia mengalami peningkatan baik dalam hal
kejadian, kecacatan, maupun kematian. Angka kejadian stroke sebesar 51,6 /
100.000 penduduk. Sekitar 4,3% penderita stroke mengalam kecacatan yang
memberat. Angka kematian berkisar antara 15-27% pada semua kelompok usia.
Stroke lebih banyak dialami laki-laki dibandingkan perempuan.
II.1.3 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, stroke dibagi menjadi dua, yaitu iskemik
(87%) atau perdarahan (13%). Iskemik stroke disebakan karena adanya
penyumbatan pada arteri serebralis (thrombotik atau aterosklerotik) (50%),
embolik (25%) dan oklusi mikroarteri “ stroke lacunar” (25%). Stroke perdarahan
paling sering disebabkan oleh ruptur spontan dari pembuluh darah atau aneurisma,
dan AVM.
Terdapat 4 bentuk klinis dari stroke non hemoragik :
Serangan Iskemik Sementara (Transient Ischemic Attack) : Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah diotak yang akan
menghilang dalam waktu < 24 jam.
Defisit Neurologik Iskemia Sementara (Reversible Ischemic
Neurological Deficit/RIND) : Gejala neurologik yang timbul akan
menghilang dalam waktu lebih dari 24 jam hingga < 21 hari.
Stroke progressif (Progressive Stroke/Stroke in Evolution) : Gejala
neurologik yang semakin memberat.
Stroke Komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke) : Gejala klinis
yang sudah menetap.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium,
seperti complete blood count, fungsi ginjal, PT, APTT, gula darah, urinalisis,
analisa gas darah, elektrolit, fungsi hepar. Pemeriksaan lainnya yang tidak kalah
penting adalah elektrokardiogram, untuk melihat apakah terdapat aritmia jantung
atau tidak. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan rontgen thorax, untuk melihat
pakah terdapat perbesaran pada jantung atau tidak. Serta yang terakhir adalah
pemeriksaan CT Scan/MRI untuk mengetahui apakah terdapat stroke hemoragik
atau stroke non hemoragik.
II.1.8 Tatalaksana
Tatalaksana di Ruang Gawat darurat
Airway, Breathing, and Oxygenation
Penggunaan ventilator dan airway support direkomendasikan untuk pasien
stroke akut dengan penuruan kesadaran atau memiliki disfungsi bulbar
yang dapat menyumbat jalan napas.
Suplementasi oksigen harus diberikan untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%.
Intubasi ETT atau MMA diperlukan pada pasien dengan hipoksia (pO2 <
60 mmHg atau pCO2 > 50 mmHg) atau syok atau pada pasien yang
berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa
terpasang lebih dari 2 minggu trakeostomi.
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neurologis, nadi, tekanan
darah, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada
pasien dengan defisit neurologis yang nyata.
Sirkulasi
Hipotensi dan hipovolemia harus diperbaiki untuk mempertahankan
perfusi sistemik.
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena.
Pengendalian tekanan darah :
◦ Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar
15% ( sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah
awitan apabila tekanan darah sistolik ( TDS) > 220 mmHg atau
tekanan darah diastolik ( TDD) > 120 mmHg. Pada pasien stroke
iskemik akut yang akan diberikan terapi trombolitik ( rtPA),
tekanan darah diturunkan hingga TDS < 185 mmHg dan TDD <
110 mmHg. Selanjutnya tekanan darah harus dipantau hingga TDS
<180 mmHg dan TDD <105 mmHg selama 24 jam pemberian
rTPA.
◦ Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan
hingga lebih rendah dari target diatas pada kondisi tertentu yang
mengancam target organ lainnya, misalnya diseksi aorta, infark
miokard akut, edema paru, gagal ginjal akut dan ensefalopati
hipertensif. Target penuruanan adalah 15-25% pada 1 jam pertama
dan TD 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama. Diberikan anti HR
jika BP ≥ 185/105 mmHg atau MAP ≥ 110 mmHg.
◦ Bila tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan cairan suplai sudah
mencukupi, maka obat- obat vasopressor dapat diberikan secara
titrasi seperti dopamin dosis sedang / tinggi, norepinefrin atau
epinefrin dengan target tekanan darah sistolik sebesar 140 mmHg.
Suhu tubuh
Sumber dari hipertermia ( >38°C) harus di cari dan diterapi, dan
pengobatan antipiretik harus di berikan untuk menurunkan suhu pada
pasien stroke.
Berikan Asetaminofen 650 mg apabila suhu lebih dari 38°.
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan
hapusan ( trakea, darah, dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai
kateter ventrikuler, analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk
mendeteksi meningitis.
Glukosa Darah
Bukti penelitian menunjukkan ahwa hiperglikemia dalam 24 jam pertama
setelah AIS berhubungan dengan kondisi yang lebih buruk dibandingkan
dengan normoglikemia. Untuk itu perlu dilakukan penanganan pada
hiperglikemia dengan target 140-180 mg/dL, dan harus dimonitor untuk
mencegah terjadinya hipoglikemia pada pasien AIS.
Hipoglikemia ( < 60 mg/dL) harus diobati pada pasien dengan AIS.
IV Alteplase
IV alteplase ( 0,9 mg/kgBB, dengan dosis maksimum 90 mg dalam 60
menit, dengan inisial 10% dari dosis diberikan secara bolus dalam waktu 1
menit), direkomendaiskan pada pasien stroke iskemik dala 3-4,5 jam
setelah muncul gejala.
Pada pasien yang menjalani terapi fibrinolitik, harus juga siap untuk
menangani komlikasi lain, seperti perdarahan dan angioedema yang dapat
menyebabkan obstruksi jalan napas.
Indikasi alteplase :
◦ Onset : 3 jam ( 3-4,5 jam)
◦ Usia : ≥18 tahun. IV alteplase dalam 3 jam juga direkomendasikan
pada pasien berusia < 80 atau > 80 tahun.
◦ Keparahan : pada pasien dengan gejala stroke yang berat, IV
alteplase diindikasikan dalam 3 jam sejak onset iskemik stroke.
Meskipun risiko untuk terjadinya perdarahan meningkat, terbukti
masih ada keuntungkan secara klinis pada pasien dengan gejala
stroke berat.
◦ Pemberian alteplase dalam 3-4,5 jam direkomendasikan pada
pasien yang berusia ≤ 80 tahun, tidak ada riwayat diabetes dan
stroke sebelumnya, NIHSS ≤ 25, tidak mengkonsumsi antikoagulan
oral, dan tidak ada bukti secara radiologis adanya iskemik yang
melibakan lebih dari 1/3 teritori MCA.
◦ Urgensi : harus dimasukkan sesegera mungkin.
◦ TD : < 185/110 mmHg.
◦ Glukosa : level glukosa inisial > 50 mg/dL.
◦ CT : IV alteplase harus diberikan apda early ischemic change pada
NCCT dengan ekstensi ringan-sedang.
◦ Antiplatelet sebelumnya : iv alteplase direkomendasikan apda
pasien yang mengkonsumsi antiplatelet monoterapi maupun
kombinasi ( cth. Aspirin + clopidogrel ) sebelum stroke.
◦ End stage renal disease : pada pasien dengan ESRD dengan dialisis
dan aPTT normal, IV alteplase diirekomendasikan.
Kontraindikasi :
◦ Onset : > 3-4,5 jam
◦ CT : tidak boleh diberikan jika adanya perdarahan intrakranial
akut.
◦ Stroke iskemik dalam 3 bulan
◦ Trauma kepala berat dalam 3 bulan
◦ Operasi intrakranial atau intraspinal dalam 3 bulan
◦ Riwayat perdarahan intrakranial.
◦ Perdarahan subaraknoid.
◦ Keganasan pada GI/ perdarahan GI dalam 21 hari.
◦ Koagulopati : platelet < 100.000/mm3, INR > 1,7, aPTT > 40s,
atau PT > 15 detik.
◦ LMWH : iv alteplase tidak boleh diberikan pada pasien yang
mendapatkan terapi LMWH dalam 24 jam sebelumnya.
◦ Thrombin inhibitors atau Factor Xa inhibitors : iv alteplase tidak
boleh diberikan, terkecuali jika dilakukan pemeriksaan aPTT, INR,
platelet, clotting time, thrombin time, appropriate direct factor Xa
activity dalam batas normal, dan tidak mendapatkan terapi dalam
waktu > 48 hr.
◦ Infektif endokarditis
◦ Diseksi aorta
◦ Keganasan intraaxial intracranial.
Thrombektomi Mekanikal
Pasien harus mendapatkan terapi trombektomi mekanikal dengan stent
retriver jika memenuhi kriteria berikut :
◦ Skor mRS prestroke 0-1
◦ Oklusi berada pada karotid interna atau segmen MCA 1 (M1)
◦ Usia > 18 tahun
◦ NIHSS score ≥ 6
◦ Penanganan dapat diberikan dalam 6 jam sejak onset gejala.
Pada pasien dengan AIS dalam 6-16 ( 16-24) jam dan memiliki LVO pada
sirkulasi anterior dan memenuhi kriteria DAWN atau DEFUSE 3,
mekanikal trombektomi direkomendasikan.
Antiplatelet : pemberian aspirin direkomendasikan pada pasien dengan AIS
dalam 24-48 jam setelah onset. Bagi yang mendapatkan pengobatan alteplase,
pemberian aspirin harus ditunda hinggal 24 jam kemudian.