SK KEBIJAKAN Dad b3
SK KEBIJAKAN Dad b3
03
RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR
Salatiga, 2018
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.03
RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR
TENTANG
Menimbang : a. Bahwa tujuan dari Pengelolaan Bahan Barang berbahaya dan Beracun
(B3) adalah meminimalisasi /mengurangi sifat berbahaya dan/atau
sifat racun, dalam pelaksanaanya, pengelolaan limbah B3 dari fasilitas
kesehatandapat dilakukan pengelolaan secara termal atau nontermal;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Ditetapkan di Salatiga
Pada tanggal Februari 2018
Agung Siswanto,drg,Sp.KGA
Mayor Ckm NRP 11010014670275
DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.03
RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan
masyarakat banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan
kesehatan yang terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga
ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi,
dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan.
Kegiatan rumah sakit memiliki potensi menghasilkan limbah yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan limbah yang dibuang ke lingkungan.
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau
tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau
memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang).
Dalam pengolahan limbah, rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik
dan anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya
(B3). Dari keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 - 15 % di antaranya merupakan
limbah infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 %
lainnya adalah limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan
keluarga pasien maupun dapur gizi. Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk
botol bekas infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran
air yang sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung
senyawa organik yang cukup tinggi, mengandung senyawa-senyawa kimia yang
berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit. Pengelolaan limbah Rumah Sakit yang tidak baik akan memicu resiko
terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja, dari pasien ke
pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung rumah
sakit. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab
pengelolaan limbah yang dihasilkan.
B. Tujuan
Tujuan pengelolaan B3 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran
atau kerusakan di lingkungan Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir yang diakibatkan
oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar
sehingga sesuai dengan fungsinya kembali. Dari hal ini jelas bahwa setiap
kegiatan/usaha yang berhubungan dengan B3, baik penghasil, pengumpul, pengangkut,
pemanfaat, pengolah dan penimbun B3, harus memperhatikan aspek lingkungan dan
menjaga kualitas lingkungan tetap pada kondisi semula. Dan apabila terjadi pencemaran
akibat tertumpah, tercecer dan rembesan limbah B3, harus dilakukan upaya optimal agar
kualitas lingkungan kembali kepada fungsi semula.
C. Pengertian
1. Bahan-bahan berbahaya adalah bahan-bahan yang selama pembuatannya,
pengolahannya, pengangkutannya, penyimpanan dan penggunaannya mungkin
menimbulkan atau membebaskan debu-debu, kabut, uap-uap, gas-gas, serat atau
radiasi mengion yang mungkin menimbulkan iritasi,kebakaran, ledakan, korosi, mati
lemas, keracunan dan bahaya-bahaya lain, dalam jumlah yang memungkinkan
menimbulkan gangguan kesehatan orang yang bersangkutan dengannya atau
menyebabkan kerusakan pada barang-barang atau harta benda.
2. bahan-bahan beracun adalah bahan kimia yang dalam jumlah relatif kecil berbahaya
bagi kesehatan bahkan juga jiwa manusia. Bahan – bahan demikian dipergunakan,
diolah dan dipakai serta dihasilkan oleh pekerjaan
3. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah proses pengadaan bahan
berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh instalasi Farmasi Rumah Sakit
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan berdasarkan kebutuhan pengguna (user).
4. Material Safety Data Sheet atau lembar data pengamanan (MSDS/LDP) adalah
lembar petunjuk berisi informasi tentang fisika kimia dari bahan berbahaya, jenis
bahaya yang ditimbulkan, cara penanganan dan tindakan khusus, yang berhubungan
dengan keadaan darurat dalam penanganan bahan berbahaya. mSDS ini dikeluarkan
oleh pabrik atau supplier.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah kegiatan menyimpan yang
dilakukan ileh Instalasi Farmasi dengan maksud menjamin agar bahan-bahan
tersebut tidak bereaksi dengan bahan-bahan lain serta memenuhi syarat-syarat
penyimpanan
6. Kontaminasi adalah proses tertumpahnya specimen bahan-bahan berbahaya dan
beracun ke lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
7. Penanggulangan adalah upaya penanganan suatu bahan-bahan berbahaya dan
beracun agar bahan-bahan tersebut tidak bereaksi dengan bahan-nbahan lain dan
menjaga agar bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan bahaya.
D. Penggolongan
1. Bahan-bahan berbahaya
Bahan-bahan berbahaya dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Racun-racun logam dan persenyawaannya yaitu timah hitam, air raksa, arsen,
mangan, nikel dan krom, serta persenyawaan-persenyawaannya
b. Racun-racun metalloid dan persenyawaanya, seperti pospor, sulfur dan lain-lain
serta persenyawaannya.
c. Racun-racun bahan organik, seperti derivate-derivate ter, arang batu, halogen,
hidrokarvon, alcohol, ether, aldehid, keton, insektisida fosfor organik dan lain-lain
d. Racun-racun gas seperti asam sianida, asam sulfide dan karbonmonoksida.
BAB II
A. Pengadaan
1. Macam pengadaan B3
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan oleh
Instalasi farmasi dan Unit Pengadaan Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03 dr. Asmir adalah:
Tabel 1. Jenis B3
3 Insektisida/baygon Presept
4 Etanol/alkohol
5 Sitostatika
2. Prosedur pengadaan
Pengadaan bahan berbahaya dan beracun sudah diatur sesuai dengan prosedur di
bagian Instalasi Farmasi dan Unit Pengadaan/Logistik Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03
dr. Asmir.
Daerah penyimpanan harus jauh dari setiap sumber panas atau bahaya kebakaran.
Pemadam api yang memadai harus tersedia dan di daerah sekitar tidak
diperkenankan merokok.
2. Bahan-bahan beracun
Uap bahan beracun masuk kedalam udara sehingga perlu adanya tempat yang
memiliki pertukaran udara yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung. Bahan-
bahan yang dapat bereaksi satu sama lain ditempatkan secara terpisah.
3. Syarat penyimpanan
Selain cara-cara penyimpanan yang diterangkan di atas, masih perlu diperhatikan
syarat penyimpanan sebagai berikut:
D. Pengolahan
Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya atau tidak
beracun lagi. Karena sifat bahaya yang ditimbulkan oleh B3 sangat tinggi, maka sebelum
dibangunnya suatu pusat pengolahan limbah B3, rumah sakit wajib membuat analisis
dampak lingkungan untuk menyelenggarakan kegiatan pengolahan tersebut.
BAB III
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai yang
tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk
tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia
pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
1. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja
pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
2. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran
uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
3. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
4. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap
air yang lambat laun menjadi panas
5. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
6. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
7. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
8. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara periodic
BAB IV
Pengelolaan limbah B3 harus dilakukan dengan cara yang aman bagi petugas limbah
rumah sakit, masyarakat sekitar rumah sakit dan lingkungan rumah sakit. Faktor penting yang
berhubungan dengan keamanan ini adalah pemberian tanda pada tempat penyimpanan,
tempat pemanfaatan, pengolahan, kemasan ken kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut limah B3.
A. Symbol
1. Bentuk dasar, ukuran dan bahan
a. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10
cm,sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempat
penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm
b. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau bahan
kimia yang kemungkinan akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasang di
kendaraan pengangkut limbah B3 harus dengan cat yang dapat berpendar
(fluorescence).
2. Jenis – jenis symbol
Symbol Arti Keterangan
B. Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan informasi
dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.
Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3, yaitu:
Label berukuran minimal 7 x 15 m2dengan warna dasar putih dan warna gambar
hitam. Gambar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari dua anak panah mengarah ke
atas yang berdiri sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak
mudah rusak.
BAB VI
Reduksi limbah pada sumbernya merupakan upaya yang harus dilaksanakan pertama
kali karena upaya ini bersifat preventif yaitu mencegah atau mengurangi terjadinya limbah
yang keluar dan proses produksi. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya mengurangi
volume, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar kelingkungan
secara preventif langsung pada sumber pencemar. Hal ini banyak memberikan keuntungan
yakni meningkatkan efisiensi kegiatan serta mengurangi biaya pengolahan limbah dan
pelaksanaannya relatif murah
Berbagai cara yang digunakan untuk reduksi limbah pada sumbernya antara lain :
1. House Keeping yang baik, usaha ini dilakukan oleh rumah sakit dalam menjaga
kebersihan lingkungan dengan mencegah terjadinya ceceran, tumpahan atau kebocoran
bahan serta menangani limbah yang terjadi dengan sebaik mungkin.
2. Segregasi aliran limbah, yakni memisahkan berbagai jenis aliran limbah menurut jenis
komponen, konsentrasi atau keadaanya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi
volume, atau mengurangi biaya pengolahan limbah.
3. Pelaksanaan preventive maintenance, yaitu pemeliharaan/penggantian alat atau bagian
alat menurut waktu yang telah dijadwalkan.
4. Pengelolaan bahan (material inventory), adalah suatu upaya agar persediaan bahan
selalu cukup untuk menjamin kelancaran proses kegiatan, tetapi tidak berlebihan
sehiugga tidak menimbulkan gangguan lingkungan, sedangkan penyimpanan agar tetap
rapi dan terkontrol.
5. Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik: sesuai dengan petunjuk
pengoperasian/ penggunaan alat dapat meningkatkan efisiensi.
6. Penggunaan teknologi bersih yakni pemilikan teknologi proses kegiatan yang kurang
potensi untuk mengeluarkan limbah B3 dengan efisiensi yang cukup tinggi, sebaiknya
dilakukan pada saat pengembangan rumah sakit baru atau penggantian sebagian
unitnya.
Stabilisasi sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan
tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi
toksisitas limbah tersebut.
Solidifikasi adalah proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif.
Tujuan dari proses stabilisasi / solidifikasi yaitu untuk mengurangi potensiracun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya racun
sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir. Proses solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
a. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah
dibungkus dalam matriks struktur yang besar.
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
c. Precipitation
d. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada
bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
e. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke
bahan padat
f. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa
lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Teknologi solidikasi/stabilisasi biasanya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik.
PENANGGULANGAN KONTAMINASI
3. Etanol/alco hot
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan
ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi selaput mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar dari
tubuh korban dengan segera
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
4. Baygon
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan
ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh baygon dapat keluar
dari tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
5. Metanol/Brands spiritus
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan
ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruhnya dapat keluar dari
tubuh korban dengan segera, minum susu atau air.
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
c. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada
bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
8. Kaporit
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air mengalir
selama 15 menit.
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan
ke tempat berudara segar
c. Saluran cerna
1) Gejala akut : Iritasi mukosa
2) Penanganan kontaminasi : Jangan rangsang untuk muntah cuci mulut
dengan air, beri air minum 500 cc air atau susu
d. Kulit
1) Gejala akut : Iritasi kulit
2) Penanganan kontaminasi : Jika terjadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
9. Oksigen
a. Inhalasi
1) Gejala akut : Iritasi, pusing jika menghirup O2 murni dalam jumlah besar
2) Penanganan kontaminasi : Bawa korban ke tempat yang segar dan
istirahatkan jika perlu bawa ke UGD
b. Saluran nafas :
1) Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
2) Penanganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan
ke tempat berudara segar
c. Mata
1) Gejala akut : Penglihatan kabur dan Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Bilas dengan air bersih atau NaCl 15 menit, jika
perlu bawa ke IGD.
d. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Siram dengan air hangat (30ºC-40ºC) pada
bagian kulit yang terbakar atau terluka, jika perlu bawa ke IGD
10. Sitostatika
a. Mata
1) Gejala akut : Iritasi mata
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Segera rendam dan
bilas mata terbuka dengan air hangat selama 5 menit. Buka mata dengan
tangan dan cuci mata terbuka dengan NaCl 0.9%. tanggalkan pakaian
pelindung.
b. Kulit
1) Gejala akut : Melepuh atau luka beku
2) Penanganan kontaminasi : Tanggalkan sarung tangan. Bilas kulit dengan air
hangat. Bila kulit tidak robek, seka area dengan kassa yang dibasahi dengan
larutan chlorine 5%. Bila kulit robek dengan larutan H1O2 3%. Tanggalkan
seluruh pakaian pelindung. Tertusuk jarum. Jangan segera mengangkat
jarumnya, tarik kembali plunger untuk menghisap obat-obat yang mungkin
telah terinjeksi, angkat jarum dari kulit. Tanggalkan sarung tangan dan bilas
dengan air hangat.
BAB VIII
PENUTUP
Demikian Buku Pedoman Bahan dan Limbah Berbahaya ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai pedoman dan pegangan seluruh karyawan Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03
dr. Asmir pada umumnya.
Penyusunan Rancangan Pedoman ini adalah langkah awal suatu proses yang panjang,
sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam penerapannya
untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Agung Siswanto,drg.Sp.KGA
Mayor Ckm NRP 11010014670275