Pancasila
Pancasila
OLEH:
NIM: 1811142010055
DOSEN PEMBIMBING:
PANCASILA
Penerbit : PARADIGMA
Trihanggo,Sleman,Yogyakarta
Telp. (0274)620844
HP :08122956695
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan /atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah )
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan , memamerkan ,mengedarkan atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaraan Hak Cipta atau hak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/ atau
denda paling banyak Rp 5.00.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........vii
A. Pengertian Filsafat............49
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem..........51
1. Sususnan Kesatuan Sila-sila pancasila yang Bersifat Organis.........52
2. Sususnan Kesatuan Pancasila ysng Bersifat Hierarkis dan Berbentuk
Piramidal.......52
3. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi.............54
C. Kesatuan Sila-sila pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat............55
1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila........56
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila.............60
3. Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila ...........63
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia...........67
1. Dasar Filosofis.........67
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara............70
E. Inti Isi Sila-silaPancasila.......72
A. Pengantar.........78
B. Pengertian Nilai,Norma dan Moral........80
C. Nilai Dasar ,Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.....83
D. Etika Politik...........86
1. Pengertian Politik........87
2. Dimensi Politis Manusia..........89
3. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik.........93
KAUSALITAS).............96
A. Pengantar ...........96
B. Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia........96
1. Asal Mula yang Langsung...........99
2. Asal Mula yang Tidak Langsung............100
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tiga Asas........101
C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa ............102
D. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia..........104
E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara(philosofische grondslag).....108
F. Pancsila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia...........111
G. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia..........118
H. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia..........120
A. Pengantar ......124
B. Realisasi pancasila yang Objektif ...........126
C. Penjabaran Pancasila yang Objektif.........128
D. Realisasi Pancasila yang Subjektif...........131
E. Internelisasi Nilai-nilai Pancasila...........131
F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila.........133
G. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila.......134
A. Hakikat Negara......139
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia.......140
1. Hakikat Bentuk Negara.........143
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan......145
C. Negara Kebangsaan Pancasila ........148
D. Hakikat Negara Integralistik....149
1. Hubungan antara Individu dan Negara......151
2. Hubungan antara Masyarakat dan negara......152
E. NKRI adalah Negara Kebangasaan yang Berkemanusiaan yang Berketuhanan
Yang Maha Esa.....154
F. NKRI adalah Negara kebangsaan yang Berkebangsaan yang Berkemanusiaan
yang Adil dan Beradab .......164
G. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpesatuan .....165
H. NKRI adlah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan ........169
I. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial ........177
A. Pengantar ..........180
B. Kedudukan dan Fuungsi Pembukaan UUD 1945 .......181
1. Pembukaan UUD 1945 dalam Teertib Hukum Indonesia ....181
2. Pembukaan Ud 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum
Indonesia.....184
3. Pembukaan UUD 1945 Sebagia Staatsfundamentalnorm......186
4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 Bagi Kelangsungan Negara Republik
indonesia ............190
C. Pengertian Isi pembukaan UUD 1945.........191
D. Nilai- nilai Hukum yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945......199
E. Pokok-pokok pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945......201
F. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal Undang –undang
Dasar 1945......204
G. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus
1945.....208
A. Pengantar ............211
B. Undang-Undang Dasar 1945......212
C. Konstitusi ...........213
D. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945
...........214
E. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945.........225
F. Hubungan antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkna Undang-Undang Dasar
1945.......241
G. Hak asasi Manusia menurut UUD 1945....248
A. Pengantar........225
B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhineka Tunggal Ika ........257
C. Bhineka Tunggal Ika sebgai Local Wisdom Bangsa Indonesia.......260
D. Makna Filosofis Bhineka Tunggal Ika...........262
DAFTAR PUSTAKA.......265
KATA PENGANTAR
Memposisikan Pancasila sebagi salah satu pilar setara ,denga UUD 1945,NKRI dan Bhineka
tunggal Ika ,je;as menimbulkan kesesatan pengetahuan (epistemology mistake) tentang Pancasila.
Kedudukan pancasila yang pokok adalah sebagai Philosofische Grondslag (Dasar Filsafat
Negara),yang berarti merupakan dasr dari UUD 1945 dan NKRI ,sedangkan Bhineka Tunggal Ika
adalah merupakan simbol kebangsaan Indonesia . dalam hubungan inilah maka buku ini ditulis dan
dikembangkan untuk memberikan basis pengetahuan tentang pancasila secara benar secara ilmiah,
agar kelangan intelektual terutama mahsiswa sebagai calon pengganti pemimpin bangsa memahami
makna serta kedudukan pancasila secara objektif dan ilmiah.
Berdasarkan ketentuan dalam undang-undang PT No. 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat (3) ,
dicantumkan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Mata Kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Pancasil , Pendidikan berdasrkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI
/KEP/2006,tentang Penyempurnaan Rambu-rambu Kurikulum Inti Mata Kuliah Pendidikan
Kepribadian .
BAB I. PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam perjalanan sejarah, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan. Dengan
kata lain, Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia secara sepenuhnya. Melainkan telah direduksi, dibatasi, dan
dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa saat itu.
Berdasarkan kenyataan itu, gerakan reformasi berupaya mengembalikan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dan telah direalisasikan melalui Ketetapan
Sidang Istimewa MPR tahun 1998 No. XXVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4
dan pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Monopoli
Pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh penguasa harus segera diakhiri.
Banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa Pancasila
merupakan label politik Orde Baru. Sehingga mengembangkan dan mengkaji Pancasila
dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan yang sinis akan
mengakibatkan melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian
akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama kita bina
dan kita jaga. Hal ini mengakibatkan berbagai macam peristiwa seperti, kekacauan di
Jakarta, Tangerang, Kupang, Tragedi Ambon, Kalimantan Barat, Sampit, Poso, Tragedi
pembunuhan dukun santet di Jawa Timur dan terutama ancaman perpecahan bangsa di
berbagai wilayah seperti di Aceh dan Irian Barat.
Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk
mengembangkan serta mengkaji Pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang
setingkat dengan paham-paham besar dunia seperti misalnya Liberalisme, Sosialisme, dan
Komunisme. Upaya tersebut untuk mengembalikan tatanan negara kita yang porak poranda.
Reformasi ke arah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak cukup hanya
dengan mengembangkan dan membesarkan kebencian, mengobarkan sikap dan kondisi
konflik antar elit politik, melainkan dengan segala kemampuan intelektual serta sikap moral
yang arif demi perdamaian dan kesejahteraan bangsa dan negara sebagaimana yang telah
diteladankan oleh para pendiri negara kita dahulu.
Jikalau jujur sebenarnya dewasa ini banyak tokoh serta elit politik yang kurang
memahami filsafat hidup serta pandangan hidup bangsa kita Pancasila namun bersikap
seakan-akan memahaminya. Akibatnya dalam proses reformasi dewasa ini pemikiran apapun
yang dipandang menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diadopsi
dalam sistem kenegaraan kita. Misalnya seperti kebebasan pada masa reformasi yang jelas-
jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita miliki dipaksakan pada rakyat sehingga
akibatnya macam gerakan massa secara brutal menjarah, merusak, menganiaya bahkan
menteror nampaknya dianggap sah-sah saja. Aparat keamanan tidak mampu berbuat banyak
karena akan berhadapan dengan penegak HAM yang mendapat dukungan kekuatan
internasional.
Oleh karena itu merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan
persepsi rakyat yang keliru tersebut ke arah cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia dalam
hidup bernegara.
A. Landasan Pendidikan Pancasila
1. LANDASAN HISTORIS
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang sejak jaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya akhirnya oleh para pendiri negara kita
dirumuskan suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, meliputi lima prinsip (lima
sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini Indonesia sebagai bangsa harus memiliki
visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah
masyarakat internasional.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah
maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual
kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah,
yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat
berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
2. LANDASAN KULTURAL
Setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan
suatu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural
bangsa Indonesia.
LANDASAN YURIDIS
Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang dalam
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 39 telah
menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib
memuatPendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Secara lebih terinci perkuliahan Pendidikan Pancasila diatur dalam Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 265/DIKTI/Kep/2000 yang menjelaskan bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila
merupakan mata kuliah wajib bagi Program Diploma dan Program Sarjana.
4. LANDASAN FILOSOFIS
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh
karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya
dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan suatu filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidub
bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila
Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara.
Pancasila dilandasi dengan beberapa landasan yang penting, diantaranya landasan historis
yang merupakan sejarah bangsa ini dalam menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup bangsa. Dan landasan kultural yang merupakan landasan yang berasal dari
pandangan hidup dalam bermasyarakat. Kemudian landasan yuridis yang merupakan
landasan yang berdasarkan pada pendidikan kewarganegaraan. Contohnya adalah pendidikan
Pancasila yang menjadi mata kuliaah wajib di perguruan tinggi. Dan terakhir ada landasan
filosofis yang merupakan dasar-dasar filsafat negara yang tertuang di Pancasila. Seperti asas
bangsa secara filosofis yang berketuhanan dan berkemanusiaan.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Dijelaskan disini bahwa tujuan Pancasila yaitu mengarahkan pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik dengan sikap dan
perilaku:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
individu maupun golongan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat
Melalui Pendidikan Pancasila, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakt
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
dalam Pembukaan UUD 1945.
3. BERSISTEM
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh. Bagian-bagian
dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan, antara bagian-bagian itu saling
berhubungan, baik berupa hubungan interelasi (saling hubungan), maupun interdependensi
(saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu
kesatuan dan keutuhan, bahkan Pancasila itu sendiri dalam dirinya sendiri adalah merupakan
suatu kesatuan dan keutuhan ‘majemuk tunggal’ yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti
dan isi sila-sila Pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.
4. BERSIFAT UNIVERSAL
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya kebenarannya
tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Dalam
kaitannya dalam kajian Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
universal, atau dengan lain perkataan intisari, esensi, atau makna yang terdalam dari sila-sila
Pancasila pada hakikatnya adalah bersifat universal
Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan
suatu asa hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang
berdasarkan Pancasila.
A. ZAMAN KUTAI
Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai
sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri serta sedekah pada para
Brahmana.
B. ZAMAN SRIWIJAYA
Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)
Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang
adil dan makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam
suatu negara yang sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
D. ZAMAN MAJAPAHIT
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu
juga Empu Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya
sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan
adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan
Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya barua akan berhenti
berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan
negara.Impian ini telah mempersatukan silayah nusantara dalam sebuah kesatuan
menjadi kenyataan hingga saat ini.
E. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat
kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang
ada saat itu melakukan perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan
dan kesatuan dalam menaklukkan penjajah.
F. KEBANGKITAN NASIONAL
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat
kesadaran berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan
lahirnya SDI, SI, Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan
penjajah mulai terealisasikan.
H. SIDANG BPUPKI
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan
sebagai berikut :
• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik
pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan
dengan perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang
Dasar 1945.
• Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
• Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan
musyawarah darurat.
BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang
tersebut berfilsafat rasionalisme. Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang
terpenting adalah kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut
hedonisme.Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :
1. Philein yang berarti cinta
2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan,Bidang ilmu yang mencakup filsafat :
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika
BAB IV
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA
Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan
sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
tidak secraa langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam
suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat
mendasar.
Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu
norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan
sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-
nilai Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain
perkataan bangsa Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.
Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.
PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk
memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang
melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
B. HIERARKI NILAI
Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :
• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian
c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula
tidak langsung nilai-nilai Pancasila.
Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil
sintesa paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu
yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa
ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.
Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah
suatu totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu
sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis komunis.
Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
i. Teori Hans Kohn
“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir
serta akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.”
4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi
yang terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu
hukum memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.
BAB VII
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI)
A. Hakikat Kenegaraan
NKRI merupakan negara yang terdiri berbagai macam unsur yang membentuknya,
yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan.sintesis persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan
dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu
Pancasila. Dan dari keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka. Dengan penerapan Pancasila NKRI telah menjadi negara
kebangsaan yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bangsa indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memiliki suatu ciri
khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk negara
modern . nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan,serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur negara. Bangsa indonesia tersiri atas berbagai
macam suku,kelompok,adat istiadat,kebudayaan serta agama. Selain itu negara indonesia juga
tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau ,sehingga dalam
membentuk negara bangsa indonesia menentukan untuk mempersatukanberbagai unsur-unsur
yang beraneka ragam tersebut dalam suatu negara.
C. Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa indonesia
BAB VIII
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTALNORM
Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan
eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan negara Indonesia
yang memuat Pancasila sebagai dasar negara, tujuan negara serta bentuk negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.
BAB IX
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
A. Undang-Undang Dasar
Pada prinsipnya, mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam
Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau
sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan
Legislatif, Eksekutif dan Badaan Yudikatif.
Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-Undang Dasar merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.
B. Konstitusi
Kata konstitusi memiliki arti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar,
karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi kostitusi tertulis saja, dan selain itu
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercangkup dalam Undang-Undang Dasar.
Tapi dalam praktek ketatanegaran negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah
sama dengan Undang-Undang Dasar.
BAB X
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana yang terkandung dalam lambang negara Garuda
Pancasila merupakan jati diri dan identitas NKRI dan merupakan cerminan kedaulatan negara
dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan eksistensi negara Indonesia yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur
Dalam hubungan dengan lambang Negara Garuda Pancasila yang didalamnya terdapat
seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam UUD 1945. Dalam pasal 36A disebutkan
disebutkan bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Pasal tersebut merupakan dasar yuridis konstitusional sekaligus merupakan
pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan resmi oleh Negara tentang penggunaan
simbol-simbol tersebut sebagai jati diri bangsa dan dari identitas Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika juga sebagai Local Wisdom bangsa Indonesia yang melambangkan
realitas bangsa yang tersusun dari berbagai unsur rakyat yang terdiri dari berbagai macam
suku, adat istiadat, golongan, bahasa, wilayah dan agama yang menyatu menjadi bangsa dan
negara Indonesia.
Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila
adalah bersifat majemuk tunggal. Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme bangsa
Indonesia adalah sebagai berikut:
(a) Kesatuan Sejarah
(b) Kesatuan Nasib
(c) Kesatuan Kebudayaan
(d) Kesatuan Wilayah
(e) Kesatuan Asas Kerohanian