Anda di halaman 1dari 30

Rangkuman Buku Pendidikan Pancasila

OLEH:

Nurul Febri Gustina

NIM: 1811142010055

DOSEN PEMBIMBING:

H. Ikhsan Yusda Dt . Rangkayo Mulia,SH ,LLM,MM

Program Studi S1 Keperawatan

STIKes YARSI SUMBAR BUKITTINGGI


Tahun Ajaran 2018/2019
PENDIDIKAN

PANCASILA

Penulis :Prof. Dr. H. Kaelan,MS.

Dosen Fakultas Filsafat

Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Penerbit : PARADIGMA

Perum.Nogotirto lll Jl. Bromo C97

Trihanggo,Sleman,Yogyakarta

Telp. (0274)620844

HP :08122956695

Edisi Revisi Kesepuluh 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang


Dilarang memperbanyak ,baik sebagian atau keseluruhan dalam bentuk apapun,termasuk foto

Foto copy, tanpa seizin tertulis dan penerbit.

Sangsi Pelanggaran Pasal 72: Undang- Undang RI No. 7 Tahun 2002

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1(satu) bulan dan /atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00
(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah )
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan , memamerkan ,mengedarkan atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaraan Hak Cipta atau hak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ,dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/ atau
denda paling banyak Rp 5.00.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........vii

BAB 1 PENDAHULUAN ......1

A. Landasan Pendidikan Pancasila........3


B. Tujuan Pendidkan Pancasila........6
C. Pembahsan Pancasila Secara Ilmiah...........7
D. Beberapa Pengertian Pancasila.........11

BAB II PANCASILA DALAM KONTEKS


SEJARAH BANGSA INDONESIA..........18
A. Pengantar.........18
B. Nilai- nilai Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia.......20
C. Zaman penjajahan............25
D. Kebangkita Nasional.............26
E. Zaman Penjajahan Jepang .........27
F. Proklamsi Kemerdekaan dan Sidang PPKI........37
G. Masa Setelah Proklamsi Kemerdekaan...........41

BAB III PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT........49

A. Pengertian Filsafat............49
B. Rumusan Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem..........51
1. Sususnan Kesatuan Sila-sila pancasila yang Bersifat Organis.........52
2. Sususnan Kesatuan Pancasila ysng Bersifat Hierarkis dan Berbentuk
Piramidal.......52
3. Hubungan Sila-sila Pancasila yang Saling Mengisi dan Saling
Mengkualifikasi.............54
C. Kesatuan Sila-sila pancasila sebagai suatu Sistem Filsafat............55
1. Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila........56
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila.............60
3. Dasar Aksiologis sila-sila Pancasila ...........63
D. Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia...........67
1. Dasar Filosofis.........67
2. Nilai-nilai Pancasila sebagai Nilai Fundamental Negara............70
E. Inti Isi Sila-silaPancasila.......72

BAB IV ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA........78

A. Pengantar.........78
B. Pengertian Nilai,Norma dan Moral........80
C. Nilai Dasar ,Nilai Instrumental dan Nilai Praksis.....83
D. Etika Politik...........86
1. Pengertian Politik........87
2. Dimensi Politis Manusia..........89
3. Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik.........93

BAB V KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI

DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA (SUATU TINJAUAN

KAUSALITAS).............96

A. Pengantar ...........96
B. Pancasila sebagai Budaya Bangsa Indonesia........96
1. Asal Mula yang Langsung...........99
2. Asal Mula yang Tidak Langsung............100
3. Bangsa Indonesia ber-Pancasila dalam Tiga Asas........101
C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa ............102
D. Pancasila sebagai Filsafat Bangsa dan Negara Indonesia..........104
E. Pancasila sebagai Dasar Filsafat Negara(philosofische grondslag).....108
F. Pancsila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia...........111
G. Pancasila sebagai Asas Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia..........118
H. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia..........120

Bab VI REALISASI PANCASILA ...............124

A. Pengantar ......124
B. Realisasi pancasila yang Objektif ...........126
C. Penjabaran Pancasila yang Objektif.........128
D. Realisasi Pancasila yang Subjektif...........131
E. Internelisasi Nilai-nilai Pancasila...........131
F. Proses Pembentukan Kepribadian Pancasila.........133
G. Sosialisasi dan Pembudayaan Pancasila.......134

BAB VII NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

A. Hakikat Negara......139
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia.......140
1. Hakikat Bentuk Negara.........143
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan......145
C. Negara Kebangsaan Pancasila ........148
D. Hakikat Negara Integralistik....149
1. Hubungan antara Individu dan Negara......151
2. Hubungan antara Masyarakat dan negara......152
E. NKRI adalah Negara Kebangasaan yang Berkemanusiaan yang Berketuhanan
Yang Maha Esa.....154
F. NKRI adalah Negara kebangsaan yang Berkebangsaan yang Berkemanusiaan
yang Adil dan Beradab .......164
G. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpesatuan .....165
H. NKRI adlah Negara Kebangsaan yang Berkerakyatan ........169
I. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial ........177

BAB VIII NLAI-NILAI PANCASILA DALAM STAASFUNDAMENTALNORM...........180

A. Pengantar ..........180
B. Kedudukan dan Fuungsi Pembukaan UUD 1945 .......181
1. Pembukaan UUD 1945 dalam Teertib Hukum Indonesia ....181
2. Pembukaan Ud 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum
Indonesia.....184
3. Pembukaan UUD 1945 Sebagia Staatsfundamentalnorm......186
4. Eksistensi Pembukaan UUD 1945 Bagi Kelangsungan Negara Republik
indonesia ............190
C. Pengertian Isi pembukaan UUD 1945.........191
D. Nilai- nilai Hukum yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945......199
E. Pokok-pokok pikiran yang Terkandung dalam Pembukaan UUD 1945......201
F. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal Undang –undang
Dasar 1945......204
G. Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Proklamasi 17 Agustus
1945.....208

BAB IX UNDANG –UNDANG DASAR NEGARA R.I TAHUN 1945 NILAI-NILAI

PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

A. Pengantar ............211
B. Undang-Undang Dasar 1945......212
C. Konstitusi ...........213
D. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945
...........214
E. Isi Pokok Batang Tubuh UUD 1945.........225
F. Hubungan antara Lembaga-Lembaga Negara Berdasarkna Undang-Undang Dasar
1945.......241
G. Hak asasi Manusia menurut UUD 1945....248

BAB X BHINEKA TUNGGAL IKA........255

A. Pengantar........225
B. Dasar Hukum Lambang Negara Bhineka Tunggal Ika ........257
C. Bhineka Tunggal Ika sebgai Local Wisdom Bangsa Indonesia.......260
D. Makna Filosofis Bhineka Tunggal Ika...........262

DAFTAR PUSTAKA.......265
KATA PENGANTAR

Perkembangan kehidupan kenegaraan indonesia mengalami perubahan yang sangat besar


trutama berkaitan dengan praktek kenegaraan pasca reformasi, yang telah melakukan amandemen
UUD 1945. Selain itu dewasa ink keprihatian akan rapuhnya nasionalisme indonesia,mengingat
salama reformasi pancasila telag dikubur hidup-hidup selama 15 tahun oleh bangsanya sendiri
,sehingga generasi bangsa dewasa ini telah kehilangan memori tentang epistemologi
(pengetahuan)pancasila. Hal ini mendorong berbagai pihak yang peduli terhadap masa depan bangsa
, untuk mervitalisasi dan merealisasikan pancasila ,termasuk program yang sangat mulia dari MPR RI
tentang permusyawaratan Empat Pilar Berbangsa termasuk pancasila sebagai salah satu pilar.

Memposisikan Pancasila sebagi salah satu pilar setara ,denga UUD 1945,NKRI dan Bhineka
tunggal Ika ,je;as menimbulkan kesesatan pengetahuan (epistemology mistake) tentang Pancasila.
Kedudukan pancasila yang pokok adalah sebagai Philosofische Grondslag (Dasar Filsafat
Negara),yang berarti merupakan dasr dari UUD 1945 dan NKRI ,sedangkan Bhineka Tunggal Ika
adalah merupakan simbol kebangsaan Indonesia . dalam hubungan inilah maka buku ini ditulis dan
dikembangkan untuk memberikan basis pengetahuan tentang pancasila secara benar secara ilmiah,
agar kelangan intelektual terutama mahsiswa sebagai calon pengganti pemimpin bangsa memahami
makna serta kedudukan pancasila secara objektif dan ilmiah.

Berdasarkan ketentuan dalam undang-undang PT No. 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat (3) ,
dicantumkan bahwa kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat Mata Kuliah Pendidikan Agama,
Pendidikan Pancasil , Pendidikan berdasrkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI
/KEP/2006,tentang Penyempurnaan Rambu-rambu Kurikulum Inti Mata Kuliah Pendidikan
Kepribadian .
BAB I. PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam perjalanan sejarah, Pancasila mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi
politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan. Dengan
kata lain, Pancasila tidak lagi dijadikan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa
dan negara Indonesia secara sepenuhnya. Melainkan telah direduksi, dibatasi, dan
dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa saat itu.
Berdasarkan kenyataan itu, gerakan reformasi berupaya mengembalikan fungsi
Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia dan telah direalisasikan melalui Ketetapan
Sidang Istimewa MPR tahun 1998 No. XXVIII/MPR/1998 disertai dengan pencabutan P-4
dan pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Monopoli
Pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh penguasa harus segera diakhiri.
Banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa Pancasila
merupakan label politik Orde Baru. Sehingga mengembangkan dan mengkaji Pancasila
dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan yang sinis akan
mengakibatkan melemahnya kepercayaan rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian
akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama kita bina
dan kita jaga. Hal ini mengakibatkan berbagai macam peristiwa seperti, kekacauan di
Jakarta, Tangerang, Kupang, Tragedi Ambon, Kalimantan Barat, Sampit, Poso, Tragedi
pembunuhan dukun santet di Jawa Timur dan terutama ancaman perpecahan bangsa di
berbagai wilayah seperti di Aceh dan Irian Barat.
Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk
mengembangkan serta mengkaji Pancasila sebagai suatu hasil karya besar bangsa kita yang
setingkat dengan paham-paham besar dunia seperti misalnya Liberalisme, Sosialisme, dan
Komunisme. Upaya tersebut untuk mengembalikan tatanan negara kita yang porak poranda.
Reformasi ke arah terwujudnya masyarakat dan bangsa yang sejahtera tidak cukup hanya
dengan mengembangkan dan membesarkan kebencian, mengobarkan sikap dan kondisi
konflik antar elit politik, melainkan dengan segala kemampuan intelektual serta sikap moral
yang arif demi perdamaian dan kesejahteraan bangsa dan negara sebagaimana yang telah
diteladankan oleh para pendiri negara kita dahulu.
Jikalau jujur sebenarnya dewasa ini banyak tokoh serta elit politik yang kurang
memahami filsafat hidup serta pandangan hidup bangsa kita Pancasila namun bersikap
seakan-akan memahaminya. Akibatnya dalam proses reformasi dewasa ini pemikiran apapun
yang dipandang menguntungkan demi kekuasaan dan kedudukan dipaksakan untuk diadopsi
dalam sistem kenegaraan kita. Misalnya seperti kebebasan pada masa reformasi yang jelas-
jelas tidak sesuai dengan nilai-nilai yang kita miliki dipaksakan pada rakyat sehingga
akibatnya macam gerakan massa secara brutal menjarah, merusak, menganiaya bahkan
menteror nampaknya dianggap sah-sah saja. Aparat keamanan tidak mampu berbuat banyak
karena akan berhadapan dengan penegak HAM yang mendapat dukungan kekuatan
internasional.
Oleh karena itu merupakan tugas berat kalangan intelektual untuk mengembalikan
persepsi rakyat yang keliru tersebut ke arah cita-cita bersama bagi bangsa Indonesia dalam
hidup bernegara.
A. Landasan Pendidikan Pancasila
1. LANDASAN HISTORIS
Bangsa Indonesia terbentuk melalui proses sejarah yang cukup panjang sejak jaman
kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta
menguasai bangsa Indonesia. Setelah melalui proses yang cukup panjang dalam perjalanan
sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya akhirnya oleh para pendiri negara kita
dirumuskan suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, meliputi lima prinsip (lima
sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini Indonesia sebagai bangsa harus memiliki
visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah
masyarakat internasional.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alasan historis inilah
maka sangat penting bagi para generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual
kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah,
yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat
berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
2. LANDASAN KULTURAL
Setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain.
Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila Pancasila
bukanlah hanya merupakan suatu hasil konseptual seseorang saja melainkan merupakan
suatu hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai kultural
bangsa Indonesia.
LANDASAN YURIDIS
Landasan yuridis perkuliahan Pendidikan Pancasila di pendidikan tinggi tertuang dalam
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 39 telah
menetapkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan, wajib
memuatPendidikan Pancasila, Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan.
Secara lebih terinci perkuliahan Pendidikan Pancasila diatur dalam Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia
No. 265/DIKTI/Kep/2000 yang menjelaskan bahwa mata kuliah Pendidikan Pancasila
merupakan mata kuliah wajib bagi Program Diploma dan Program Sarjana.
4. LANDASAN FILOSOFIS
Pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh
karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikannya
dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berdasarkan
pada kenyataan suatu filosofis dan objektif bahwa bangsa Indonesia dalam hidub
bermasyarakat dan bernegara mendasarkan pada nilai-nilai yang tertuang dalam sila-sila
Pancasila yang secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan
negara.

Pancasila dilandasi dengan beberapa landasan yang penting, diantaranya landasan historis
yang merupakan sejarah bangsa ini dalam menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang
merdeka, mandiri serta memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta
filsafat hidup bangsa. Dan landasan kultural yang merupakan landasan yang berasal dari
pandangan hidup dalam bermasyarakat. Kemudian landasan yuridis yang merupakan
landasan yang berdasarkan pada pendidikan kewarganegaraan. Contohnya adalah pendidikan
Pancasila yang menjadi mata kuliaah wajib di perguruan tinggi. Dan terakhir ada landasan
filosofis yang merupakan dasar-dasar filsafat negara yang tertuang di Pancasila. Seperti asas
bangsa secara filosofis yang berketuhanan dan berkemanusiaan.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Dijelaskan disini bahwa tujuan Pancasila yaitu mengarahkan pada moral yang diharapkan
terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik dengan sikap dan
perilaku:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa
2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
individu maupun golongan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat
Melalui Pendidikan Pancasila, warga negara Republik Indonesia diharapkan mampu
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakt
bangsanya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional
dalam Pembukaan UUD 1945.

C. Pembahasan Pancasila secara Ilmiah


Pembahasan Pancasila termasuk filsafat Pancasila, sebagai suatu kajian ilmiah, harus
memenuhi syarat-syarat ilmiah sebagaimana yang dikemukakan oleh I.R. Poedjowijatno yang
merinci syarat-syarat ilmiah yaitu berobjek, bermetode, bersistem dan bersifat universal.
1. BEROBJEK
Syarat pertama bagi suatu pengetahuan yang memiliki syarat ilmiah adalah bahwa
semua ilmu pengetahuan itu harus memiliki objek. Oleh karena itu pembahasan Pancasila
secara ilmiah harus memiliki objek, yang di dalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas
dua macam yaitu, ‘objek forma’ dan ‘objek materia’.
‘Objek forma’ Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam [embahasan
Pancasila, atau dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas. ‘Objek materia’ Pancasila
adalah suatu objek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian Pancasila baik yang
bersifat empiris maupun non-empiris.
2. BERMETODE
Setiap pengetahuan ilmiah harus memiliki metode yang seperangkat cara atau sistem
pendekatan dalam rangka pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang
bersifat objektif. Metode dalam pembahasan Pancasila sangat bergantung pada karakteristik
objek forma maupun objek materia Pancasila. Salah satu metode dalam pembahasan
Pancasila adalah metode ‘analitico syntetic’ yaitu suatu perpaduan metode analisis dan
sintesis.

3. BERSISTEM
Suatu pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh. Bagian-bagian
dari pengetahuan ilmiah itu harus merupakan suatu kesatuan, antara bagian-bagian itu saling
berhubungan, baik berupa hubungan interelasi (saling hubungan), maupun interdependensi
(saling ketergantungan). Pembahasan Pancasila secara ilmiah harus merupakan suatu
kesatuan dan keutuhan, bahkan Pancasila itu sendiri dalam dirinya sendiri adalah merupakan
suatu kesatuan dan keutuhan ‘majemuk tunggal’ yaitu kelima sila itu baik rumusannya, inti
dan isi sila-sila Pancasila itu adalah merupakan suatu kesatuan dan kebulatan.
4. BERSIFAT UNIVERSAL
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, artinya kebenarannya
tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan, situasi, kondisi maupun jumlah tertentu. Dalam
kaitannya dalam kajian Pancasila hakikat ontologis nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
universal, atau dengan lain perkataan intisari, esensi, atau makna yang terdalam dari sila-sila
Pancasila pada hakikatnya adalah bersifat universal

D. Beberapa Pengertian Pancasila


Pengertian Pancasila secara etimologis berasal dari Sansekerta dan India, serta digabung
dengan bahasa Jawa yaitu “panca” dan “susila” yang berarti dasar yang memiliki lima unsur.
Ada juga pengertian secara historis yaitu seperti yang dirumuskan Ir. Soekarno pada sidang
BPUPKI dan yang dirumuskan dalam piagam Jakarta oleh panitia sembilan. Juga pengertian
secara terminologi dalam konstitusi RIS, UUDS dan yang beredar di kalangan masyarakat
yang masing-masing punya rumusan tersendiri.
1. PENGERTIAN PANCASILA SECARA ETIMOLOGIS
Secara etimologis, istilah “Pancasila” berasal dari Sanskerta dari India (bahasa kasta
Brahmana):
“Panca” artinya “lima”
“syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”
“syiila” vokal i panjang artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang
senonoh”.
2. PENGERTIAN PANCASILA SECARA HISTORIS
Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,
kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkanlah Undang-Undang Dasar
1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana di dalamnya termuat isi rumjusan lima
prinsip sebagai satu dasar negara yang disebut Pancasila. Sejak saat itulah Pancasila telah
menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah umum.

Berbagai rumusan Pancasila:


a. Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat

b. Ir. Soekarno (1 Juni 1945)


1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

c. Piagam Jakarta (22 juni 1945)


1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. PENGERTIAN PANCASILA SECARA TERMINOLOGIS


Untuk melengkapi alat-alat perlengkapan negara sebagaimana lazimnya negara-
negara yang merdeka, maka Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) segera
mengadakan sidang. Dalam sidangnya tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan
UUD negara Republik Indonesia yang dikenal dengan dengan UUD 1945. Adapun UUD
1945 tersebut terdiri atas dua bagian yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal UUD 1945
yang berisi 37 pasal, 1 Aturan Peralihan yang terdiri atas 4 pasal, dan 1 Aturan Tambahan
terdiri atas 2 ayat.
Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang terdiri atas empat alinea tersebut
tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
BAB II
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH BANGSA INDONESIA

DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN PANCASILA

Untuk memahami Pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan
suatu asa hidup bersama demi kesejahteraan hidup bersama, yaitu negara yang
berdasarkan Pancasila.
A. ZAMAN KUTAI
Masyarakat Kutai memebuka sejarah Indonesia pertama kalinya menampilkan nilai
sosial politik dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan kenduri serta sedekah pada para
Brahmana.

B. ZAMAN SRIWIJAYA
Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) – kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) – keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)

Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang
adil dan makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam
suatu negara yang sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.

C. ZAMAN KERAJAAN SEBELUM MAJAPAHIT


Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit seperti
Isana, Kalasan, Darmawangsa,dll.

D. ZAMAN MAJAPAHIT
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu
juga Empu Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal
Ika Tan Hana Dharma Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya
sebab tidak ada agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan
adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan
Menteri-menteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya barua akan berhenti
berpuasa makan pelapa, jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan
negara.Impian ini telah mempersatukan silayah nusantara dalam sebuah kesatuan
menjadi kenyataan hingga saat ini.
E. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat
kegigihan para pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang
ada saat itu melakukan perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan
dan kesatuan dalam menaklukkan penjajah.
F. KEBANGKITAN NASIONAL
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat
kesadaran berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan
lahirnya SDI, SI, Indische Partij, PNI, dll.
Munculnya organisasi kepemudaan menunjukkan bahwa persatuan untuk melawan
penjajah mulai terealisasikan.

G. ZAMAN PENJAJAHAN JEPANG


Indonesia jatuh ke tangan Jepang karena Belanda takluk pada Jepang. Tak ada
bedanya dengan Belanda, Jepang pun memeras tenaga rakyat untuk kepentingan
Jepang.
Janji merdeka diberikan pada Indonesia berkali-kali melalui BPUPKI dan PPKI.
BPUPKI mengadakan sidang untuk mewujudkan keinginan merdeka, yaitu pada :
1. 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945
Membahas usulan0usulan rumusan dasar negara. Sidang ini dihadiri oleh beberapa
tokoh penting, seperti :
• Mr. Muh. Yamin
• Prof. Dr. Soepomo
• Ir. Soekarno

2. 10 Juli 1945 – 16 Juli 1945


Membentuk “Panitia Sembilan” untuk membuat pembukuan hukum dasar yang
lebih kita kenal dengan istilah Undang-Undang Dasar.

H. SIDANG BPUPKI
1. Sidang Pertama (18 Agustus 1945)
Sidang pertama PPKI dihadiri 27 orang dan menghasilkan keputusan-keputusan
sebagai berikut :
• Setelah melakukan beberapa perubahan pada Piagam Jakarta yang kemudian
berfungsi sebagai Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
• Menetapkan rancangan Hukum Dasar yang telah diterima dari Badan Penyelidik
pada tanggal 17 Juli 1945, setelah mengalami berbagai perubahan karena berkaitan
dengan perubahan Piagam Jakarta, kemudian berfungsi sebagai Undang-Undang
Dasar 1945.
• Memilih Presiden dan Wakil Presiden yang pertama.
• Menetapkan berdirinya Komite Nasional Indonesia Pusat sebagai badan
musyawarah darurat.

2. Sidang Kedua (19 Agustus 1945)


Pada sidang kali ini, PPKI berhaisl menetapkan daerah Propinsi sebagai berikut :
• Jawa Barat
• Jawa Tengah
• Jawa Timur
• Sumatera
• Borneo
• Sulawesi
• Maluku
• Sunda Kecil
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang ‘Badan Penolong
Keluarga Korban Perang’, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas
delapan pasal. Salah satu dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan
yang disebut ‘ Badan Keamanan Rakrat’ (BKR)

4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)


Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai
Nasional Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.

I. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI


Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak
memberikan kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perncang
kemerdekaan Indoensia.
PPKI beranggotakan 21 orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang
sehingga dapat leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.

J. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN


Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :
1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial, dan
mulai berlakunya hukum masional.
2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari
penjajahan dan memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.

 Pembentukan Negara RIS


Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh
karena itu, persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan
pengalihan atau pengakuan kedaulatan.

 Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden yang berisi :
• Membubarkan Konstituante
• UUDS 1950 tidak berlaku lagi dengan diberlakukannya UUD 1945
• Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Landasan hukum Dekrit adalah hukum darurat :


• Hukum tata negara darurat subjektif
• Hukum tata negara darurat objektif

 Masa Orde Baru


Muncul Tritura akibat adanya peristiwa pemberontakan PKI yang berisi :
• Pembubaran PKI
• Pembersihan kabinet dari unsur PKI
• Penurunan harga kebutuhan pokok
Pemerintahan orde baru melaksanakan program-programnya dalam upaya
merealisasikan pembangunan nasional sebagai perwujudan pelaksanaan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

BAB III
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Jika seseorang berpandangan bahwa kebenaran pengetahuan itu sumbernya rasio maka orang
tersebut berfilsafat rasionalisme. Jikalau seseorang berpandangan bahwa dalam hidup ini yang
terpenting adalah kenikmatan, kesenangan dan kepuasan lahiriah maka paham ini disebut
hedonisme.Secara etimologis, filsafat berasal dari bahasa Yunani :
1. Philein yang berarti cinta
2. Sophos yang berarti hikmah/ kebijaksanaan/ wisdom
Secara harfiah, filsafat mengandung makna kebijaksanaan,Bidang ilmu yang mencakup filsafat :
1. Manusia
2. Alam
3. Pengetahuan
4. Etika
5. Logika

Filsafat secara menyeluruh berarti :


A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf
pada zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang
bersumber pada akal manusia.

B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.


1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-
bidang ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang
benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan

RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM


 Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekarja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu
kesatuan utuh yang memiliki ciri-ciri :
A. Suatu kesatuan bagian-bagian
B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
E. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks
 Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila Pancasila setiap sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri, fungsi sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang Bersifat Organis
Monopluralis merupakan kesatuan sila-sila Pancasila yang bersifat organis, memiliki
hakikat secara filosofis yang bersumber pada hakikat dasara ontologis manusia
sebagai pendukung dari inti, isi dari sila-sila Pancasila yaitu hakikat manusia.
2. Susunan Pancasila yang Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramida
Secara ontologis hakikat sila-sila Pancasila mendasarkan pada landasan Pancasila
yaitu :
• Tuhan
• Manusia
• Satu
• Rakyat
• Adil
Hakikat dan inti Pancasila :
• Ketuhanan
• Kemanusiaan
• Persatuan
• Kerakyatan
• Keadilan
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling
mengkualifikasi
Kesatuan sila-sila Pancasila yang meajemuk tunggal, hierarki piramidal juga
dimaksudkan bahwa dalam setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, atau
dengan lain perkataan dalam setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila
lainnya.

KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI KESATUAN SISTEM FILSAFAT


Secara filosofis Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar
ontologis, dasar epistemologis, dan dasar oskologis sendiri yang berbeda degan
sistem filsafat yang lainnya misalnya materialisme, liberalisme, pragmatisme,
komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
1. Dasar Antropologis Sila-Sila Pancasila
2. Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
3. Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
 Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila satu sampai dnegan sila lima merupakan cita-
cita harapan dan dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkannya dalam
kehidupan. Sejak dahulu cita-cita tersebut telah didambakan oleh bangsa Indonesia
agar terwujud dalam suatu masyarakat yang gemah ripah loh jinawi, tata tentrem
karta raharja, dengan penuh harapan diupayakan terealisasi dalam setiap tingkah
laku dan perbuatan setiap manusia Indonesia.
PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
1. Dasar Filofofis
2. Nilai-nilai Pancasila sebagaiNIlai Fundamental Negara

INTI ISI SILA PANCASILA


1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Sila Perstuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oLeh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB IV
ETIKA POLITIK BERDASARKAN PANCASILA
 Dalam filsafat Pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sitematis dan komprehensif (menyeluruh) dan
sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat
tidak secraa langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam
suatu tindakan atau aspek praksis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat
mendasar.
 Norma-norma tersebut meliputi :
1. Norma moral
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun
buruk. Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu
norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan
sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila
berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-
nilai Pancasila sebenarnya berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain
perkataan bangsa Indonesia sebagai asal mula materi (kausa materialis) nilai-nilai
Pancasila.

PENGERTIAN ETIKA
 Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.
 Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.
PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk
memuaskan manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang
melakat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri.
B. HIERARKI NILAI
 Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :
• Nilai-nilai kenikmatan
• Nilai-nilai kehidupan
• Nilai-nilai kejiwaan
• Nilai-nilai kerohanian

 Golongan manusia menurut Walter G.Everet :


• Nilai-nilai ekonomis
• Nilai-nilai kejasmanian
• Nilai-nilai hiburan
• Nilai-nilai sosial
• Nilai-nilai watak
• Nilai-nilai estetis
• Nilai-nilai intelektual
• Nilai-nilai keagamaan

 Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :


• Nilai material
• Nilai vital
• Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius

NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS


 NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan
tingkah laku manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu
misalnya Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
 NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat
dikatakan bahwa nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai
dasar.
 NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-beda
wujudnya, namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat
bertentangan karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis merupakan
suatu sistem perwujudan yang tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut.
BAB V
KEDUDUKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN IDEOLOGI
DALAM BERBANGSA DAN BERNEGARA
A. PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA
Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Secara kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat
negara, nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang
berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Agar memiliki
pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya Pancasila, maka secara ilmiah
harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas.
1. Asal Mula yang Langsung
Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal
mula yang langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya
Pancasila sebagai dasar filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak dirumuskan para pendiri negara sejak sidang
BPUPKI pertama. Adapun rincian asal mula langsung Pancasila adalah sebagai
berikut :

a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)


Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadian dan pandangan hidup.

b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)


Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta
anggota BPUPKI lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama
dalam hal bentuk, rumusan serta nama Pancasila.

c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)


Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa
pembentuk negara yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk
Soekarno dan Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum
ditetapkan oleh PPKI sebgaai dasar negara yang sah.

2. Asal Mula yang Tidak Langsung


Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup
sehari-hari bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
a. Unsur Pancasila sebelum dirumuskan menjadi dasar filsafat negara yaitu :
 Nilai Ketuhanan
 Nilai Kermanusiaan
 Nilai Persatuan
 Nilai Kerakyatan
 Nilai Keadilan

b. Terkandung dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara


yaitu :
 Nilai adat istiadat
 Nilai kebudayaan
 Nilai religius

c. Asal mula tidak langsung Pancasila merupakan kausa materialis atau asal mula
tidak langsung nilai-nilai Pancasila.

Pancasila bukanlah hasil perenungan seseorang atau kelompok atau bahkan hasil
sintesa paham-paham besar dunia, melainkan pandangan hidup bangsa Indonesia.

3. Bangsa Indoenesia ber-Pancasila dalam “Tri Prakara”


Pancasila terbentuk melalui suatu proses yang cukup panjang dalam sejarah
kebangsaan Indonesia yang terangkum dalam tiga asas atau Tri Prakara, yaitu :
a. Pancasila Asas Kebudayaan
b. Pancasila Asas Religius
c. Pancasila Asas Kenegaraan

B. KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA


Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta
dimensi masing-masing yang konsekuensi aktualisasinya pun memiliki aspek yang
berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya sama.

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Pandangan hidup yang terdiri atas kesatuan rangkaian nilai-nilai luhur adalah suatu
wawasan yang menyeluruh terhadap kehidupan. Pandangan hiudp berfungsi sebagai
kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi
antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya. Pandangan hidup bangsa
dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara dapat
disebut sebagai ideologi negara.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dapat dirinci sebagai berikut :
a. Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia.
b. Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar
1945.
c. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
d. Mengharuskan UUD mengandung isi yang mewajibkan pemerintah memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
e. Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945 bagi penyelenggara negara.

3. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berakar pada pandangan
hidup dan budaya bangsa. Karena ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan
bangsa Indonesia.
a. Pengertian Ideologi
Ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian dasar atau sering kita sebut sebagai cita-
cita. Pengertian ideologi secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan gagasan,
ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis yang menyangkut :
 Bidang Politik
 Bidang Sosial
 Bidang Kebudayaan
 Bidang Keagamaan

Ideologi negara yang merupakan sistem kenegaraan utnuk rakyat dan bangsa pada
hakikatnya merupakan asas kerohanian yang memilki ciri khas diantaranya :
 Mempunyai derajat tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.
 Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup,
pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan,
dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.

b. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup


Ideologi tertutup merupakan suatu sistem pemikiran tertutup yang membenarkan
pengorbanan masyarakat. Bukan hanya berupa nilai dan cita-cita tertentu melainkan
sebuah tuntutan bagi rakyatnya.
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya
dibenarkan, dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar
melainkan digali dan diambil dari harta kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat itu sendiri.

c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif


Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara
sistematis dan terkait erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam
masyarakat.
Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh
mengenai semua aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan
transformasi sosial besar-besaran emnuju bentuk tertentu.

d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi


Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti
liberalisme, kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme
bersumber kepda aliran-aliran filsafat yang berkembang disana.

C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR


LAINNYA DI DUNIA
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan
kemerdekaan individu yang berarti tetap mengakui dan menghargai kebebasan
individu lain.

2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu
yang karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa
ini mendirikan suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara
Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara yang bersifat Integralistik.

a. Paham Negara Persatuan


Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah, dan
kedaulatan pemerintah.

 Bhineka Tunggal Ika


Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa
meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa
yang memiliki adat istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki
agama yang berbeda dan terdiri dari beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia,
namun keseluruhannya merupakan suatu persatuan yaitu persatuan bangsa dan
negara Indonesia.

b. Paham Negara Kebangsaan


Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa
yang hidup dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka
pengertian ini disebut sebagai negara.

 Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam
merealisasikan harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah
suatu totalitas kelompok masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu
sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis komunis.

 Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
i. Teori Hans Kohn
“Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah,
negara dan kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir
serta akar yang terbentuk melalui suatu proses sejarah.”

ii. Teori Kebangsaan Ernest Renan


Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :
• Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
• Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
• Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
• Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
iii. Teori Geopolitik Frederich Ratzel
“Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan wilayah
geografis dengan bangsa.”

iv. Negara Kebangsaan Pancasila


Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut :
• Kesatuan Sejarah
• Kesatuan Nasib
• Kesatuan Kebudayaan
• Kesatuan Wilayah
• Kesatuan Asas Kerohanian

c. Paham Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya
merupakan suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam
pengertian ini, Indonesia dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan
integral sebagai suatu bangsa yang merdeka.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya
adalah sebagai berikut :
 Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
 Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan
lainnya.
 Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
 Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa
seluruhnya.
 Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan
seseorang sebagai pusat.
 Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja
namun menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
 Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan.
Maka, bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan,
demiian pula setiap warganya juga berKetuhanan Yang Maha Esa.

 Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa


Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna
terdapat kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng
merupakan dasar untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan
yang baikbagi masyarakat dan penyelenggara negara.

 Hubungan Negara dan Agama


Negara pada hakikatnya merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh
karena itu sifat dasar kodrat manusia tersebut merupakan sifat dasar negara,
sehingga negara sebagai manifestasi kodrat manusia secara horizontal dalam
hubungan dengan manusia lain untuk mencapai tujua bersama. Oleh karena itu,
negara memiliki sebab akibat langsung dengan manusia karena manusia adalah
sebgaai pendiri negara. Hubungan ini sangat ditentukan oleh dasar ontologis setiap
individu.

i. Hubungan Negara dan Agama Menurut Pancasila


Hubungan menurut Pancasila adalah sebagai berikut :
• Negara berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa
• Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang Berketuhanan yang Maha Esa dengan
konsekuensi setiap warga memiliki hak untuk memeluk dan menjalankan ibadah
sesuai agama masing-masing.
• Tidak mengakui atheisme dan sekularisme.
• Tidak mengizinkan pertentangan agama, golongan agama, inter serta antar
pemeluk agama tertentu.
• Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama tertentu.
• Memberikan toleransi terhadap pemeluk agama lain yang menjalankan ibadah.
• Segala peraturan harus sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Negara merupakan berkah rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

ii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Theokrasi


Negara menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan berdasarkan firman-
firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara
didasarkan atas firman Tuhan.

 Negara Theokrasi Langsung


Doktrin dan ajaran yang berkembang dalam negara Theokrasi langsung sebagai
upaya memperkuat dan meyakinkan rakyat terhadap kekuasaan Tuhan dalam
negara.

 Negara Theokrasi Tidak Langsung


Bukan Tuhan sendiri yang memerintah dalam negara, melainkan Kepala Negara atau
Raja yang memerintah negara atas kehendak Tuhan.

iii. Hubungan Negara dan Agama Menurut Sekularisme


Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara.
Bentuk, sistem segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama.
Sekularisme bepandanagn bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan
manusia saja tanpa Tuhan.
e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan
Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan
Beradab, mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia.
Kebangsaan Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu
kebangsaan yang Chauvimisme.

f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan


Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara
dapat dirinci sebagai berikut :
 Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan
dan hak yang sama.
 Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan
kepentingan negara dan masyarakat.
 Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada
dasarnya tidak dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
 Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
 Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial
Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus
mengakui dan melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam
masyarakat, bangsa dan negara harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial)
yang meliputi 3 hal :
 Keadilan Distributif
 Keadilan Legal
 Keadilan Komutatif
3. Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang
disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan
unsur fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan
sumber perbedaan konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa
rakyat adalah sebagai suatu kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun
negara, bahkan komunisme menekankan bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas
eksistensi individu.

4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme


Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara,
keputusan dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan
sangat ditentukan oleh kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.

5. Ideologi Sosialis Komunis


Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia
sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus
berakhir dengan kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya
berpusat pada hakkolektif, sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.

6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme


Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis,
melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah
materi sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.
BAB VI
REALISASI PANCASILA
A. Realisasi Pancasila yang Objektif
Yaitu realisasi serta implementasi nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek
penyelenggaraan negara, terutama dalam kaitannya dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila
salam praksis penyelenggaraan negara dan peraturan perundang-undangan di Indonesia.

B. Penjabaran Pancasila yang Objektif


Adalah pelaksanaan dalam bentuk realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan
negara baik dalam bidang legislatif, eksekutif ataupun yudikatif yang bentuk realisasinya
dalam bentuk perundang-undangan negara Indonesia.

C. Realisasi Pancasila yang Subjektif


Adalah pelaksanaan pada setiap warga negara berupa pengamalan yang diperlukan
usaha dan kesadaran serta pengalaman dalam realisasinya.

D. Internalisasi Nilai-nilai Pancasila


Tentang realisasi dengan jalan pendidikan yang menghasilkan pengetahuan,
kesadaran, ketaatan, kemampuan kehendak, watak dan hati nurani serta strategi dan metode
dalam prosesnya.
A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini,
Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik
Indonesia. Konsekuensinya, seluruh peraturan perundang-undangan serta
penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-
Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar
negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban
warga negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm
dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD
1945, disahkan oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam
Berita Republik Indonesia Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-
pasal UUD 1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang
berlainan, namun keduanya terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal
dan organis.
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia
memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari
segala sumber hukum Indonesia.

2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia


Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a) Adanya kesatuan subjek
b) Adanya kesatuan asas kerohanian
c) Adanya kesatuan daerah
d) Adanya kesatuan waktu

3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental


a) Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu
sebagai dasar-dasar negara yang dibentuknya.

b) Dari segi isinya


Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
1) Dasar tujuan negara
2) Ketentuan diadakannya UUD Negara
3) Bentuk negara
4) Dasar filsafat negara

4. Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat pada Kelangsungan Hidup Negara Republik
Indonesia
Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 194 sebagai naskah Proklamasi
yang terinci sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan RI, serta dalam ilmu
hukum memenuhi syarat bagi terjadinya suatu tertib hukum Indonesia dan sebagi
Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.

5. Tujuan Pembukaan UUD 1945


Alinea I : mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan sudah
selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari moral
bangsa Indonesia untuk merdeka.
Alinea II : menetapkan cita-cita Indonesia yang ingin dicapai dengan kemerdekaan
yaitu terpeliharanya secara ungguh-sungguh kemerdekaan dan kedauatan negara,
kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadlian hukum dan moral bagi diri sendiri
dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadlian.
Alinea III : menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan, menjadi permulaan dan
dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang Indonesia yang luhur
dan suci dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.
Alinea IV : melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar tertentu
sebagai ketentuan pedoman dan pegangan yang tetap dan praktis yaitu dalam
realisasi hidup bersama dalam suatu negara Indonesia.
6. Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang Terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945

C. HUBUNGAN PEMBUKAAN DAN BATANG TUBUH UUD 1945


Dalam hubungannya dengan Batang Tubuh UUD 1945, menempatkan pembukaan
UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat penting. Bahkan boleh dikatakan
bahwa sebenarnya hanya alinea IV Pembukaan UUD 1945 inilah yang menjadi inti
sari Pembukaan dalam arti sebenarnya.

D. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PANCASILA


Pembukaan UUD 1945 secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebagai dasar
filsafat Negara Indonesia. Maka, hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah
bersifat timbal balik sebagai hubungan secara formal dan hubungan secara material.

E. HUBUNGAN PEMBUKAAN UUD 1945 DENGAN PROKLAMASI


Memiliki hubungan yang menunjukkan kesatuanyang utuh dan apa yang terkandung
dalam pembukaan adalah merupakan amanat daris eluruh Rakyat Indonesia tatkala
mendirikan negara dan untuk mewujudkan tujuan bersama.

BAB VII
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(NKRI)
A. Hakikat Kenegaraan

NKRI merupakan negara yang terdiri berbagai macam unsur yang membentuknya,
yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama yang secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan.sintesis persatuan dan kesatuan tersebut kemudian dituangkan
dalam suatu asas kerohanian yang merupakan suatu kepribadian serta jiwa bersama yaitu
Pancasila. Dan dari keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral sebagai
suatu bangsa yang merdeka. Dengan penerapan Pancasila NKRI telah menjadi negara
kebangsaan yang berketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan sosial.
B. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bangsa indonesia dalam panggung sejarah berdirinya negara di dunia memiliki suatu ciri
khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk negara
modern . nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan,serta nilai
religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur negara. Bangsa indonesia tersiri atas berbagai
macam suku,kelompok,adat istiadat,kebudayaan serta agama. Selain itu negara indonesia juga
tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau ,sehingga dalam
membentuk negara bangsa indonesia menentukan untuk mempersatukanberbagai unsur-unsur
yang beraneka ragam tersebut dalam suatu negara.
C. Negara Kebangsaan Pancasila
Bangsa indonesia

BAB VIII
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATSFUNDAMENTALNORM
Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu, dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan
eksistensi Pembukaan UUD 1945, yang merupakan deklarasi bangsa dan negara Indonesia
yang memuat Pancasila sebagai dasar negara, tujuan negara serta bentuk negara Republik
Indonesia. Oleh karena itu Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik
Indonesia memiliki kedudukan yang sangat penting karena merupakan
suatu staasfundamentalnorm dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.

BAB IX
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
1945
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA
REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

A. Undang-Undang Dasar
Pada prinsipnya, mekanisme dan dasar dari setiap sistem pemerintahan diatur dalam
Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar dapat dipandang sebagai lembaga atau
sekumpulan asas yang menetapkan bagaimana kekuasaan tersebut dibagi antara Badan
Legislatif, Eksekutif dan Badaan Yudikatif.
Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat kekuasaan ini
bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain. Undang-Undang Dasar merekam
hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu negara.

B. Konstitusi
Kata konstitusi memiliki arti lebih luas dari pada pengertian Undang-Undang Dasar,
karena pengertian Undang-Undang Dasar hanya meliputi kostitusi tertulis saja, dan selain itu
masih terdapat konstitusi tidak tertulis yang tidak tercangkup dalam Undang-Undang Dasar.
Tapi dalam praktek ketatanegaran negara Republik Indonesia pengertian konstitusi adalah
sama dengan Undang-Undang Dasar.

C. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945


Demokrasi yang dipilih negara Republik Indonesia ini merupakan pemerintahan yang
dari rakyat. Demokrasi yang tertuang dalam UUD 1945 selain mengakui adanya kebebasan
dan persamaan hak juga sekaligus mengakui perbedaan serta keberanekaragaman mengingat
Indonesia adalah “Bhinneka Tunggal Ika”, berdasar pada moral Persatuan, Ketuhanan dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab.

BAB X
BHINNEKA TUNGGAL IKA
Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana yang terkandung dalam lambang negara Garuda
Pancasila merupakan jati diri dan identitas NKRI dan merupakan cerminan kedaulatan negara
dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan eksistensi negara Indonesia yang bersatu,
berdaulat, adil dan makmur
Dalam hubungan dengan lambang Negara Garuda Pancasila yang didalamnya terdapat
seloka Bhinneka Tunggal Ika telah diatur dalam UUD 1945. Dalam pasal 36A disebutkan
disebutkan bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. Pasal tersebut merupakan dasar yuridis konstitusional sekaligus merupakan
pengakuan dan penegasan secara yuridis formal dan resmi oleh Negara tentang penggunaan
simbol-simbol tersebut sebagai jati diri bangsa dan dari identitas Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Bhinneka Tunggal Ika juga sebagai Local Wisdom bangsa Indonesia yang melambangkan
realitas bangsa yang tersusun dari berbagai unsur rakyat yang terdiri dari berbagai macam
suku, adat istiadat, golongan, bahasa, wilayah dan agama yang menyatu menjadi bangsa dan
negara Indonesia.
Oleh karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang berdasarkan Pancasila
adalah bersifat majemuk tunggal. Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme bangsa
Indonesia adalah sebagai berikut:
(a) Kesatuan Sejarah
(b) Kesatuan Nasib
(c) Kesatuan Kebudayaan
(d) Kesatuan Wilayah
(e) Kesatuan Asas Kerohanian

Anda mungkin juga menyukai