Anda di halaman 1dari 15

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH 04.04.

03
RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR


NOMOR : KEP/ / III / 2018
TENTANG
KEBIJAKAN MANAJEMEN FASILITAS dan KESELAMATAN
DI RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

KEPALA RUMAH SAKIT TK IV 04.07.03 dr. ASMIR

Menimbang :
a. Bahwa dalam kegiatan rumah sakit berpotensi menimbulkan bahaya
fisik, kimia, biologi yang dapat membahayakan keselamatan baik
terhadap pekerja, pasien, pengunjung maupun masyarakat di
lingkungan rumah sakit.
b. Bahwa untuk mencegah dan mengurangi bahaya keselamatan perlu
dilakukan upaya-upaya pengelolaan fasilitas, sarana dan prasarana.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dengan
pernyataan butir (a) dan butir (b) diatas, maka dipandang perlu diatur
dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03
dr. Asmir
Mengingat :
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
b. Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
c. Undang-undang Republik Indonesia No. 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana;
d. Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
e. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
f. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang
Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan;
g. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang
Penggunaan Gas Medis Pada Sarana Pelayanan Kesehatan, Menteri
Kesehatan RI;
h. Kepmenkes No. 1217/Menkes/SK/IX/2001 tentang Pedoman
Pengamanan Dampak Radiasi.
i. Kepmenkes No. 1335/Menkes 1335/Menkes/SK/X/2002 tentang
Standar Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara
Ruangan Rumah Sakit.
j. Kepmenkes RI No.1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
k. Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Syarat-syarat
Pengawasan Kualitas Air Minum.
l. Permenaker no. 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
m. Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1989 tentang penyediaan dan
pemanfaatan tenaga listrik.
n. Peraturan Pemerintah No. 36 tahun 2005 tentang peraturan
pelaksanaan undang-undang no. 28 th 2002 tentang Bangunan gedung.
o. Peraturan menteri pertambangan dan energy no. 01.P/40/M.PE/1990
tentang instalasi ketenagalistrikan;
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Persyaaratan Teknis Bangunan Gedung.
q. Peraturan menteri kesehatan no. 363/Menkes/Per/IV/1998 tentang
Pengujian dan kalibrasi alat kesehatan pada sarana pelayanan
kesehatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR


TENTANGKEBIJAKAN MANAJEMEN FASILITAS dan KESELAMATAN
RUMAH SAKIT TK. IV 04.07.03 dr. ASMIR

Kedua : Kebijakan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan di Rumah Sakit Tk.


IV 04.07.03 dr. Asmir sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan
ini.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Kepala Rumah Sakit Tk. IV 04.07.03,

dr. Abdul Gani, M.Ked., Sp PK


Mayor Ckm NRP 11030000530771
Lampiran
Keputusan Kepala RS Tk. III 04.06.02 BWT
Nomor : KEP / / III / 2018
Tanggal :

KEBIJAKAN MANAJEMEN FASILITAS dan KESELAMATAN


DI RUMAH SAKIT TK. III 04.06.02 BHAKTI WIRA TAMTAMA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :

1) Fasilitas adalah : alat-alat atau kelengkapan yang


digunakan dalam bekerja terdiri dari :
- Sarana meliputi bangunan gedung.
- Sistim utilitas / pendukung bangunan gedung meliputi : listrik, genset, air
bersih, air minum, gas medis, sistim vakum medis, telepon, jaringan kabel
data, AC.
- Peralatan Medis : peralatan yang digunakan khusus untuk tindakan
medis.
- Peralatan Non Medis adalah : peralatan lain selain yang termasuk dalam
sistim utilitas.

(2) Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang terdiri atas perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengukuran dan tindak lanjut yang
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.

(3) Keselamatan adalah suatu keadaan tertentu dimana gedung, permukaan


dan peralatan tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien,
pengunjung dan karyawan.

(4) Keamanan adalah perlindungan dari kehilangan, kerusakan dan


pengrusakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

(5) Lingkungan rumah sakit adalah area rumah sakit dengan cakupan seluruh
halaman rumah sakit hingga batas lingkungan sekitar kawasan rumah sakit.

(6) Rumah sakit adalah Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama

Pasal 2

(1) Lingkup keputusan ini meliputi : Sarana, Sistim Utilitas, Peralatan Medis,
Peralatan Non medis, Keselamatan dan Keamanan, Kebakaran, Larangan
Merokok, Instalasi Pengolahan Air Limbah, Sanitasi, Pendidikan dan
Pelatihan, Monitoring dan Evaluasi, dan Penutup.
BAB II
SARANA

Pasal 3

(1) Bangunan gedung rumah sakit dirancang dan dibangun sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku baik dari sisi konstruksi bangunan
maupun keamanan kebakaran.

(2) Inspeksi oleh pihak-pihak yang berwenang maupun sertifikasi terhadap


sarana dilakukan secara berkala atau sesuai kebutuhan.

(3) Pemantauan, pemeliharaan dan evaluasi terhadap kondisi sarana


dilakukan secara berkala atau sesuai kebutuhan dan dibuat dokumentasi.

(4) Pengembangan dan penggantian sarana dibuat berdasarkan hasil


pemantauan dan evaluasi dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang sarana sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dan (3) diatur melalui pedoman dan program.
BAB III
SISTIM UTILITAS

Pasal 4

(1) Rumah sakit menjamin bahwa sistim utilitas khususnya listrik dan air bersih
tersedia 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari dan 7 (tujuh) hari dalam
seminggu.

(2) Sehubungan dengan yang dimaksud pada ayat (1) maka sumber alternatif
untuk listrik dan air bersih harus selalu siap dalam keadaan darurat.

(3) Inspeksi oleh pihak-pihak yang berwenang maupun sertifikasi terhadap


sistim utilitas dilakukan secara berkala atau sesuai kebutuhan.

(4) Pemantauan, pemeliharaan dan evaluasi terhadap kondisi sistim utilitas


termasuk pemeriksaan kualitas air bersih dilakukan secara berkala atau
sesuai kebutuhan dan dibuat dokumentasi.
(5) Pengembangan dan penggantian sistim utilitas dibuat berdasarkan hasil
pemantauan dan evaluasi dan dituangkan dalam rencana kerja tahunan.

(6) Ketentuan lebih lanjut tentang sistim utilitas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), (2), dan (4) diatur melalui pedoman, standar prosedur operasional
dan program.
BAB IV
PERALATAN MEDIS

Pasal 5
Pembelian Alat Medis

(1) Pembelian alat medis di rumah sakit bersifat :


a. Pengadaan jenis baru yang disesuaikan dengan pengembangan
rumah sakit.
b. Penggantian atau peremajaan alat medis lama.

(2) Setiap unit kerja dapat mengajukan usulan pembelian alat medis
berdasarkan kebutuhannya dengan tetap mempertimbangkan asas efektif
dan efisien.

(3) Pembelian alat medis harus mendapat persetujuan dari Kepala rumah sakit
serta dilengkapi dengan dokumen manual dari alat tersebut.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang pembelian alat medis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) diatur melalui pedoman, standar
prosedur operasional dan panduan.

Pasal 6
Pemeliharaan Alat Medis

(1) Setiap alat medis yang dimiliki oleh rumah sakit harus dilakukan
pemeliharaan berupa : uji fungsi, pemeriksaan kondisi fisik, pemelihaaan
preventif dan kalibrasi.

(2) Hanya petugas yang memiliki kompetensi saja yang dapat melakukan
pemeliharaan terhadap alat medis.

(3) Pemeliharaan alat medis harus dilakukan secara berkala atau sesuai
kebutuhan serta dibuat dokumentasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang pemeliharaan alat medis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) diatur melalui pedoman, standar
prosedur opersional, panduan dan program.

Pasal 7
Penarikan Alat Kesehatan atau Alat Medis

(1) Setiap produk alat kesehatan atau alat medis yang dinyatakan sedang
dalam proses penarikan oleh penjual tidak boleh digunakan dalam kegiatan
rumah sakit.

(2) Penyerahan kembali produk alat kesehatan atau peralatan medis yang
dinyatakan sedang dalam proses penarikan kepada penjual harus
didokumentasikan secara lengkap.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang penarikan alat kesehatan atau alat medis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur melalui pedoman,
standar prosedur operasional dan panduan.
BAB V
PERALATAN NON MEDIS

Pasal 8

(1) Setiap peralatan non medis yang dimiliki oleh rumah sakit harus dilakukan
pemeliharaan yang meliputi : pemeriksaan kondisi fisik dan pemelihaaan
preventif.

(2) Penggunaan dan pemeliharaan peralatan non medis hanya dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

(3) Pemeliharaan alat non medis dilakukan secara berkala atau sesuai
kebutuhan serta dibuat dokumentasi.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang peralatan non medis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2) dan (3) diatur melalui pedoman, standar prosedur
operasional dan program.
BAB VI
KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Pasal 9
Keselamatan

(1) Rumah sakit mengupayakan keselamatan bagi pasien, pengunjung dan


Petugas terhadap bahaya yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi tertentu
dari gedung, permukaan dan peralatan.

(2) Bahwa semua pihak yang terlibat dengan kegiatan rumah sakit harus
memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang upaya keselamatan diatur melalui pedoman,
standar prosedur operasional, panduan dan program.

Pasal 10
Keamanan

(1) Rumah sakit mengupayakan keamanan bagi pasien, pengunjung dan


petugas dari kehilangan, kerusakan dan pengrusakan oleh pihak-pihak
yang tidak bertanggung jawab.

(2) Daerah atau area-area yang termasuk katagori beresiko terhadap


keamanan meliputi: Ruang Perina, Ruang Rawat Inap, Ruang Operasi,
Ruang ICU, Ruang CSSD, Ruang Laboratorium, Ruang Radiologi, Ruang
Gudang Obat, Ruang Medikal Gas, Ruang Gardu PLN, Ruang Genset,
Ruang Penyimpanan B3.
(3) Ketentuan lebih lanjut tentang upaya keamanan diatur melalui pedoman,
standar prosedur operasional, panduan dan program.
BAB VII
KEBAKARAN

Pasal 12
Alat Pemadam Kebakaran

(1) Rumah sakit berkewajiban menyediakan alat pemadam kebakaran sesuai


dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Alat pemadam kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilakukan pemeriksaan, uji fungsi dan sertifikasi oleh instansi yang
berwenang secara berkala.

(3) Seluruh petugas dan/atau pemberi pelayanan dan/atau pasien dan/atau


pengunjung di rumah sakit harus diberi informasi dan/atau pelatihan
tentang cara penggunaan alat pemadam kebakaran.

(4) Ketentuan lebih lanjut tentang alat pemadam kebakaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) diatur melalui pedoman, standar
prosedur operasional, panduan dan program.

Pasal 13
Jalur Evakuasi

(1) Rumah sakit berkewajiban menyiapkan jalur evakuasi yang harus selalu
siap dan aman untuk proses evakuasi.

(2) Seluruh petugas dan/atau pemberi pelayanan dan/atau pasien dan/atau


pengunjung di rumah sakit harus diberi informasi dan/atau pelatihan
tentang prosedur evakuasi.

(3) Ketentuan lebih lanjut tentang jalur evakuasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diatur melalui pedoman, standar prosedur operasional,
panduan dan program.
BAB VIII
LARANGAN MEROKOK

Pasal 14

(1) Rumah sakit menetapkan bahwa di dalam lingkungan rumah sakit


dinyatakan sebagai kawasan dilarang merokok.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi seluruh
petugas dan/atau pemberi pelayanan dan/atau pasien dan/atau
pengunjung.

(3) Memberikan kewenangan kepada Petugas Keamanan untuk mengawasi


dan melakukan tindakan sepatutnya dalam rangka penegakkan ketetapan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2).
BAB IX
INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH

Pasal 15

(1) Pengolahan air limbah di rumah sakit bersifat infeksius dimana proses
pengolahannya dilakukan secara fisika, yaitu dengan melihat parameter
warna, bau, benda padat terlarut dan temperatur.
(2) Pengolahan air limbah di rumah sakit bersifat infeksius dimana proses
pengolahannya dilakukan secara kimiawi, yaitu pengolahan dengan
penambahan bahan kimia, seperti PAC (Poli Alumunium Chlorine) dan
Kaporit.
(3) Pengolahan air limbah di rumah sakit bersifat infeksius dimana proses
pengolahannya dilakukan secara biologi, yaitu secara aerobik (bahan
organik yang diubah menjadi senyawa baru yang tidak berbahaya) dan
Anaerobik (penguraian bahan organik oleh bakteri anaerob (tanpa oksigen)
menghasilkan gas CO2.
(4) Pemantauan terhadap kualitas air limbah hasil pengolahan dilakukan
secara terus menerus setiap bulan.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang air limbah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), (2), (3) dan (4) diatur melalui pedoman, standar prosedur operasional
dan program.
BAB X
SANITASI

Pasal 16

(1) Rumah sakit mengupayakan lingkungan yang sehat bagi petugas dan/atau
pemberi pelayanan dan/atau pasien dan/atau pengunjung yang meliputi :
penyehatan air, penyehatan tempat pencucian, penanganan sampah dan
limbah, pengendalian serangga dan tikus, pengelolaan linen, sanitasi
ruangan, sterilisasi dan desinfeksi.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang sanitasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur melalui pedoman, standar prosedur operasional, panduan dan
program.
BAB XI
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Pasal 17

(1) Seluruh petugas dan/atau pemberi pelayanan harus diberi informasi


dan/atau pelatihan tentang hal-hal yang berhubungan dengan manajemen
fasilitas serta keamanan dan keselamatan.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pendidikan dan pelatihan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan diatur melalui program.
BAB XII
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 18

(1) Seluruh kegiatan MFK harus dilakukan kegiatan Monitoring dan


Evaluasinya.

(2) Ketentuan lebih lanjut tentang Monitoring dan Evaluasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan diatur melalui program.
BAB XIII
PENUTUP

Pasal 19

(1) Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Semarang
Pada tanggal 01 Maret 2018

Anda mungkin juga menyukai