Stuart T. Hamilton, Wendy van Zuylen, Antonia Shand, Gillian M. Scott, Zin
Naing, Beverley Hall, Maria E. Craig, and William D. Rawlinson
RINGKASAN
Human Cytomegalovirus adalah penyebab non-genetik utama dari
malformasi kongenital di negara-negara maju. CMV kongenital dapat
menyebabkan kematian janin dan neonatus atau munculnya kondisi klinis yang
serius. Dalam ulasan ini, kami mengidentifikasi intervensi berbasis bukti untuk
pencegahan CMV kongenital pada tingkat primer (pencegahan infeksi pada ibu),
tingkat sekunder (pengurangan risiko infeksi janin) dan tingkat tersier
(pengurangan risiko infeksi neonatus). Tinjauan sistematis dari literatur yang ada
mengungkapkan bahwa terdapat 24 studi yang memenuhi kriteria inklusi.
Pencegahan infeksi pada ibu melalui intervensi kebersihan dan perilaku
mengurangi tingkat serokonversi ibu selama kehamilan. Namun, bukti
menunjukkan bahwa kepatuhan ibu dalam melakukan perilaku pencegahan
merupakan faktor pembatas. Pengobatan infeksi CMV pada ibu dengan
hyperimmune globulin (HIG) menunjukkan beberapa bukti keefektifan dalam
pencegahan infeksi janin dan morbiditas janin / neonatus dengan profil keamanan
yang rasional. Namun, bukti klinis yang lebih kuat diperlukan sebelum terapi HIG
dapat direkomendasikan secara rutin. Bukti yang terbatas juga ditemukan dalam
keamanan dan keefektifan antivirus CMV yang telah terbentuk (valaciclovir,
ganciclovir, dan valganciclovir) untuk mengobati neonatus dari infeksi CMV, tetapi
toksisitas dan kurangnya data uji klinis acak tetap menjadi masalah yang besar.
Dengan tidak adanya vaksin CMV berlisensi atau bukti klinis yang kuat untuk anti-
CMV, edukasi pasien dan intervensi perilaku yang menekankan kepatuhan tetap
merupakan strategi pencegahan terbaik untuk infeksi CMV kongenital. Perlu
adanya pencarian data lebih lanjut tentang penggunaan HIG dan antivirus lainnya
dalam kehamilan, serta pengembangan dari agen antivirus yang baru dan aman.
PENGANTAR
Human CMV adalah penyebab non-genetik utama dari malformasi
kongenital di negara maju. Infeksi CMV kongenital menyebabkan gejala klinis
serius, prematuritas, kematian intrauterin atau kematian neonatal pada ratusan ribu
[1,2].
bayi setiap tahun secara global Dalam prakteknya, sebagian besar infeksi
[3]
kongenital tetap tidak terdiagnosis . Infeksi CMV maternal dengan transmisi
[2-4]
materno-fetal terjadi pada sekitar 0,64% kehamilan di negara maju . Meskipun
CMV tetap ada namun relatif jarang dibandingkan dengan kelahiran prematur
[5]
(9,6% dari semua kelahiran di seluruh dunia) , infeksi CMV adalah penyebab
prematur yang jarang teridentifikasi, dengan jumlah kesakitan yang tidak diketahui
[6]
. Tingkat transmisi materno-fetal lebih tinggi terjadi pada infeksi primer (14,2-
52,4%, rata-rata 32,4%) dibandingkan dengan reaktivasi atau reinfeksi non-primer
[7,8]
(1,1–1,7%, rata-rata 1,4%) . Jumlah bayi yang terinfeksi lebih besar bila
[9,10]
dilahirkan oleh wanita dengan seropositif yang mengalami infeksi primer .
Infeksi CMV menyebabkan kematian intrauterin dari bayi yang jumlahnya tidak
diketahui, mungkin sekitar ~ 0,5% [3,11,12].
Banyak bayi yang terinfeksi CMV (~ 10%) akan dilahirkan dengan SNHL
unilateral atau bilateral, kehilangan penglihatan, mikrosefali, hepatomegali,
splenomegali, trombositopenia, ikterus, petekie, cacat motorik, cacat mental,
korioretinitis, strabismus, atrofi optik dan defek pada gigi, dengan sebanyak ~ 5%
(~ 10% dari yang paling parah) meninggal karena disfungsi multiorgan [13]. Proporsi
yang signifikan (~ 15%) dari fase awal asimptomatik pada bayi yang terinfeksi
CMV, penyakitnya akan berkembang selama periode baru lahir hingga usia 5 tahun
[3,12,14]
. Kelainan pada janin merupakan hasil dari kerusakan sitopatik oleh virus
secara langsung pada janin, meskipun infeksi pada plasenta saja dapat
menyebabkan kelainan pada janin melalui imunomodulasi CMV yang terinduksi,
[11,15-19]
disregulasi plasenta dan disfungsi plasenta . Biaya kesehatan untuk infeksi
CMV adalah tinggi - diperkirakan lebih dari 2 miliar dolar per tahun di Amerika
Serikat [20].
Pemeriksaan kehamilan prenatal untuk CMV saat ini tidak
direkomendasikan di Australia, Inggris atau Amerika Serikat. Pemeriksaan ibu
[21,22]
secara rutin dilakukan di beberapa negara Eropa tetapi dilakukan demikian
tanpa rekomendasi atau panduan dari lembaga pemerintah, otoritas atau tenaga
[23]
medis mana pun . Ulasan terbaru menerangkan kontroversi seputar skrining
CMV yang berkelanjutan dan pengusulan skrining dan algoritma diagnostik [24].
Air liur dan urine anak-anak yang terinfeksi CMV adalah sumber utama
penularan di antara wanita hamil [8]. Penularan mungkin sering terjadi dari saudara
yang lebih tua di tempat pengasuhan, dengan risiko tertentu untuk wanita
[25-30]
seronegatif pada usia subur . Pengetahuan dan kesadaran akan infeksi CMV
[31–36]
saat ini terbatas di antara tenaga kesehatan dan wanita usia subur . Tenaga
kesehatan adalah sumber informasi utama mengenai CMV untuk wanita, dengan
[31,32,37]
12,5-54% wanita hanya mendengar CMV dari tenaga kesehatan . Survei
pada dokter kandungan dan ginekologi di Amerika Serikat melaporkan bahwa
hanya 44% wanita yang dikonseling mengenai pencegahan infeksi CMV dan 28%
wanita tersebut memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai risiko transmisi
CMV [38]. Survei lain di Belanda menemukan lebih dari sepertiga dari 246 praktisi
terlibat dalam perawatan ibu dan bayi dan diasumsikan bahwa pengobatan untuk
CMV sudah tersedia [33].
[39]
Menurut data terbaru tentang intervensi untuk mencegah CMV , kami
meninjau strategi secara sistematis untuk mencegah infeksi seronegatif pada wanita
hamil, janin atau neonatus dan terapi untuk mengurangi risiko simptomatik
penyakit pada neonatus yang terinfeksi CMV.
METODE
Kami melakukan tinjauan sistematis tentang pencegahan dari CMV, yang
diklasifikasikan sebagai berikut: (i) pencegahan primer infeksi pada ibu selama
kehamilan; (ii) pencegahan sekunder, atau pengurangan risiko infeksi CMV janin
yang telah diperoleh pada saat ibu hamil; dan (iii) pencegahan tersier, didefinisikan
sebagai pengurangan risiko infeksi pada neonatus.
Kriteria Seleksi
Suatu studi akan memenuhi syarat untuk dimasukkan jika (i) peserta adalah
wanita hamil atau neonatus; (ii) desain uji adalah randomised controlled trial
(RCT), controlled trial, penelitian observasional atau case series; (iii) studi yang
melaporkan data intervensi primer, sekunder atau tersier untuk infeksi CMV pada
kondisi klinis janin atau neonatus; (iv) naskah lengkap tersedia; dan (iv) laporannya
dalam bahasa Inggris. Kriteria eksklusinya adalah sebagai berikut: (i) intervensi
untuk mencegah Infeksi CMV melalui rute transmisi maternal lainnya (mis.
transfusi) dan (ii) hanya berupa tinjauan artikel, abstrak, surat atau hasil konferensi.
Seleksi Studi
Dua reviewer secara independen memeriksa judul dan abstrak dari studi
yang diambil. Hal ini ditambahkan dengan pencarian daftar referensi kata kunci
tinjauan dan semua studi yang termasuk. Naskah publikasi yang lengkap dicari dan
ditinjau untuk identifikassi studi oleh reviewer. Ketidaksepakatan tentang kriteria
inklusi pada studi akhir diselesaikan dengan diskusi antara reviewer.
Olah Data
Data yang diolah antara lain informasi mengenai desain studi, peserta
(jumlah dan usia), deskripsi dan durasi intervensi, karakteristik kelompok kontrol,
metode penilaian hasil dan kejadian infeksi atau penyakit CMV di masing-masing
kelompok.
Critical Appraisal
Penilaian risiko bias menggunakan paduan Oxford Centre for Evidence-
based Medicine (OCEBM) 2011 yang terbaru dengan skala kualitas Levels of
[40]
Evidence (Manfaat Pengobatan) . Dua reviewer secara independen menilai
kualitas penelitian sesuai dengan panduan OCEBM, dan Levels of Evidence-nya
diputuskan oleh konsensus.
HASIL
Pencarian kami menghasilkan 360 artikel non-duplikat dengan 336 artikel
dieksklusi karena tidak memenuhi kriteria inklusi, dan menyisakan 24 studi yang
memenuhi syarat (Gambar 1). Dari 24 artikel, empat adalah RCT, dua randomised
cluster control trials, tiga non-randomised phase I/II trials, enam penelitian
observasional, tiga studi case control dan enam adalah case series (Tabel 1). Tiga
puluh tujuh laporan kasus juga diidentifikasi namun tidak termasuk dalam ulasan
ini [41-77] tetapi dijelaskan di tempat lain (Lanjutan Tabel 1).
DISKUSI
Studi ini adalah tinjauan sistematis pertama dalam menyelidiki intervensi
untuk pencegahan primer, sekunder dan tersier pada CMV kongenital. Meski
sejumlah case series, case control dan studi observasi telah diidentifikasi, terdapat
kekurangan yang signifikan dari data uji klinis yang kuat dalam menyelidiki
profilaksis atau intervensi pengobatan untuk CMV. Bukti dengan tinggi kualitas
dari RCT akan diperlukan sebelum setiap intervensi dapat direkomendasikan dan
akan dilakukan mungkin diperlukan sebelum sistem kesehatan akan setuju untuk
mengcover biaya terkait.
Untuk pencegahan primer CMV, Studi intervensi perilaku menunjukkan
tingkat serokonversi berkurang dengan edukasi. Namun, baik pada studi tahun 1996
[79] [80]
maupun 2004 sebelumnya telah mempertimbangkan risiko seleksi dan
[101]
deteksi bias . Adler dkk. Studi 2004 juga mengamati tingkat serokonversi
identik dalam kelompok edukasi dan kontrol saat wanita hamil dan yang sedang
berusaha untuk hamil dimasukkan dalam analisis, ternyata menunjukkan beberapa
manfaat untuk wanita hamil dibandingkan dengan wanita yang berusaha hamil.
Penemuan ini dikaitkan dengan wanita hamil menjadi lebih termotivasi untuk
mengubah perilaku mereka dan mematuhi instruksi dibandingkan dengan wanita
yang tidak hamil, hal ini konsisten dengan temuan mereka tahun 1996. Studi
[81]
Vauloup- Fellous dkk. 2009 tidak memiliki data kontrol, yang membatasi
interpretasi temuan mereka; namun, penelitian ini juga menunjukkan beberapa
bukti untuk efektifitas intervensi perilaku. Secara keseluruhan, biaya rendah yang
diberikan, kecenderungan dalam efektifitas pada wanita hamil dan dampak positif
dari kontrol ibu atas langkah - langkah ini, prosedur kebersihan di makalah ini akan
direkomendasikan.
Untuk pencegahan sekunder CMV, studi profilaksis HIG oleh Nigro et al.
[82] [39]
dan Revello et al. seharusnya tidak dikombinasikan sebagai meta-analisis
untuk menghasilkan rekomendasi yang definitif, karena kombinasi dari data
[102]
percobaan non-acak dan acak tidak direkomendasikan . Meskipun kedua studi
menunjukkan beberapa bukti manfaat, masalah metodologis yang terkandung pada
masing-masing menunjukkan tidak ada yang definitif. Studi Nigro 2005
menimbulkan provokatif dan hipotesis; Namun, kurangnya pengacakan mungkin
menyebabkan kesalahan tipe 1. Meskipun RCT Revello gagal untuk mengulangi
perbedaan yang terlihat di studi sebelumnya, penggunaan data pilot untuk
menentukan ukuran sampel untuk memperkirakan pengurangan risiko mungkin
[103.104]
menghasilkan kesalahan tipe 2 . Penelitian Revello dipersembahkan untuk
menunjukkan pengurangan absolut dalam infeksi CMV dari 24% pada kasus yang
diobati dan yang tidak diobati; sebagai tingkat non-signifikan yang diamati
sebanyak 14%, kemampuan untuk mendeteksi perbedaan ini kecil (33%). Namun,
interval kepercayaan 95% dari -3% hingga 31% yang dilaporkan dalam penelitian
ini tidak mengeksklusi efek klinis yang relevan, dan setidaknya sebuah RCT yang
saat ini dilakukan di Amerika Serikat (ClinicalTrials.gov identifier NCT01376778)
harus memberikan bukti yang lebih pasti untuk profilaksis HIG. Studi tentang terapi
HIG memiliki masalah metodologis yang sama yaitu mencegah kesimpulan
definitif mengenai efektifitas pengobatan. Namun, semua penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi pada ulasan ini secara konsisten menunjukkan
kecenderungan yang menguntungkan. Sayangnya, di sana tidak ada uji klinis acak
yang menyelidiki khasiat pengobatan HIG terhadap CMV saat ini. Bukti efektifitas
valasiklovir untuk pencegahan sekunder CMV lebih terbatas daripada terapi HIG
dengan hanya dua studi yang tersedia: satu RCT profilaksis (di mana akuisisi CMV
merupakan tujuan sekunder pada populasi yang homogen dan berpenyakit) dan satu
studi pilot farmakokinetik (di mana hanya efek yang sangat sederhana yang
diamati).
Untuk pencegahan tersier gejala infeksi CMV pada neonatus, semua
penelitian yang memenuhi kriteria inklusi kami menunjukkan beberapa bukti
keberhasilan pengobatan gansiklovir dan valgansiklovir, khususnya dalam
menstabilkan atau mengobati SNHL. Namun, dari enam studi gansiklovir dan dua
studi valgansiklovir yang termasuk, hanya RCT gansiklovir yang berisi data case-
[96] [97]
control dan dari semuanya hanya satu ysng menunjukkan hubungan
pengobatan dengan neutropenia.
Kesimpulan utama dari tinjauan sistematis ini berdasarkan pada sejumlah
studi terbatas, yang memiliki beberapa risiko bias. Namun demikian, dalam ketidak
adanya vaksin CMV dan bukti terbatas tentang efektifitas HIG / antiviral, edukasi
dan intervensi perilaku tetap menjadi strategi pencegahan terbaik untuk CMV
hingga saat ini. Penentuan dari serostatus wanita, anggapan idealnya, dapat
mengidentifikasi wanita seronegatif dengan risiko tinggi CMV karena paparan.
Meskipun perilaku higienis akan jelas mengurangi tingkat transmisi, atas dasar dari
bukti yang tersedia saat ini, kepatuhan ibu untuk intervensi perilaku tampaknya
menjadi faktor pembatas. Karena itu, penyedia layanan kesehatan sebaiknya
melakukan konseling kepada semua wanita yang merencanakan kehamilan dan
wanita hamil mengenai risiko dari CMV dan menekankan pentingnya kepatuhan
dalam perilaku pencegahan untuk mengurangi risiko ini, bahkan ketika
merencanakan kehamilan. Strategi perilaku yang direkomendasikan oleh Pusat
[105]
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit , yang menunjukkan beberapa bukti
efektifitas atas dasar studi yang terkandung dalam tinjauan ini, ditunjukkan pada
Tabel 2.
Dalam kasus di mana suspek infeksi CMV primer atau yang telah
didiagnosis selama kehamilan, rujukan yang tepat kepada ahli yang berpengalaman
dalam mengelola Infeksi CMV pada kehamilan sangat direkomendasikan. Jika
pasien meminta intervensi, setelah diskusi tentang keterbatasan data untuk
pengobatan, pengobatan HIG lebih cenderung dipilih karena data yang tersedia dan
toksisitas obat yang telah diketahui. Sebagai pengobatan CMV simptomatik pada
neonatus, terapi gansiklovir didukung oleh hasil dari RCT yang telah
[96]
dipublikasikan . Sebuah RCT dari valganciclovir (saat ini tersedia bagian
abstraknya) melaporkan bahwa terapi 6 bulan lebih baik dibandingkan 6 minggu
[106]
.
Mengingat bukti yang tersedia hingga saat ini, prioritas untuk case control
trial di masa depan harus difokuskan kepada intervensi perilaku primer, intervensi
pengobatan dan profilaksis HIG sekunder, dan intervensi tersier gansiklovir /
valgansiklovir. Seperti pada Agustus 2014, terdapat satu uji coba klinis yang sedang
berlangsung yang menyelidiki strategi pencegahan primer (intervensi perilaku),
tiga uji coba yang menyelidiki strategi pencegahan sekunder (dua uji coba
profilaksis HIG dan satu uji coba valasiklovir) dan dua penelitian pencegahan
tersier dari CMV (valganciclovir; Tabel Tambahan 2). Data uji klinis ini yang
dikerjakan selama bertahun-tahun mendatang harus memiliki analisis statistik yang
tepat, untuk menginformasikan pengambilan keputusan dalam pencegahan dan
pengobatan CMV yang lebih baik.