AUTISME
B. Definisi
Istilah autis berasal dari kata autos yang berarti diri sendiri dan isme berarti
aliran. Jadi autisme adalah suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada bayi atau anak
yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang
kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Winarno, 2013).
C. Etiologi
Autisme dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor-
faktor yang menyebabkan terjadinya autis diantaranya yaitu (Rahayu,
2014):
1. Faktor Genetik
Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya
kelainan kromosom yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan
pada 5-20% penyandang autis).
2. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)
Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada
otak anak, yang berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu
selama kehamilan ataupun setelah persalinan, kemudian juga
disebabkan adanya Kongenital Rubella, Herpes Simplex Enchepalitis,
dan Cytomegalovirus Infection.
3. Faktor Kelahiran dan Persalinan
Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan
dalam timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan
dan persalinan. Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya
cairan ketuban yang bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam
janin, ditambah dengan adanya keracunan seperti logam berat timah,
arsen, ataupun merkuri yang bisa saja berasal dari polusi udara, air
bahkan makanan.
D. Klasifikasi
Ada 3 klasifikasi yang dapat terjadi pada penderita autisme yaitu, (Winarno,
2013) :
1. Autisme Persepsi adalah autisme yang asli karena kelainan sudah timbul
sebelum lahir
2. Autisme Reaksi terjadi karena beberapa permasalahan yang
menimbulkan kecemasan seperti orangtua meninggal, sakit berat, pindah
rumah, atau sekolah dan sebagainya.
3. Autisme yang timbul kemudian terjadi setelah anak agak besar
dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anal lahir.
Macam – macam gangguan perkembangan pada anak autis menurut
Feist (2010) adalah:
1. Gangguan komunikasi adalah gangguan kominikasi yang terjadi pada
anak autis berupa gangguan verbal dan non verbal seperti keterlambatan
kemampuan berbicara, berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh,
kata-kata yang tidak dimengerti oran lain kerika berbicara mimik muka
datar tanpa ekspresi.
2. Gangguan interaksi merupakan gangguan pada interaksi dengan orang
lain seperti menarik diri, anak menghindai kontak mata lawan bicara,
tidak menoleh krtika dipanggil, bila anak menginginkan sesuatu
seringkali menarik tangan orang lain (tidak mengeskpresikan dengan
cara menunjuk benda yang diinginkan dan tidak mau bergaul dengan
orang lain.
3. Gangguan perilaku yang terjadi pada autis seperti perilaku hiperaktif atau
hipoaktif, perilaku destruktif. Contoh anak pada umumnya memainkan
mobil-mobilan dengan cara mendorong sambil berkata “ngeeeng”,
namun pada anak autis mobil-mobilan dimainkan dengan cara dibalik
dan diputar-putar rodanya.
4. Gangguan emosi merupakan gangguan emosional pada anak autis
seperti anak cepat marah, tertawa sendiri tidak pada tempatnya,
beberapa anak autis sering mengamuk tak terkendali bahkan ada yang
menjadi agresif dan destruktif.
5. Gangguan persepsi sensorik meliputi perasaan sensitif terhadap
penglihatan misalnya anak tidak mau kontak mata saat berbicara pada
pendengaran bila mendengar suara keras menutup telinga, suka
mencium, menggigit atau menjilati benda yang disukainya.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik yang dapat terjadi pada penderita autisme adalah sebagai
berikut (Rahayu, 2014) :
1. Autisme pada bayi usia < 12 bulan
a) Tidak ada kontak mata ketika diajak berbicara
b) Tidak tersenyum kembali kepada anda saat diajak berbicara atau
tersenyum
c) Tidak berespon terhadap suara
d) Tidak tertarik ketika diajak bermain bersama
e) Tidak menoleh ketika namanya dipanggil
2. Autisme pada usia 12-24 bulan
a) Tidak dapat menggunakan peralatan sehari-hari seperti sikat gigi,
sisiran, atau bermain.
b) Tidak mengeluarkan kata-kata untuk mulai berbicara pada usia 16
bulan biasanya anak dapat berbicara satu kata dan usia 24 bulan
sudah bisa berbicara dua kata
3. Autisme pada usia 2 tahun ke atas
a) Menghindari kontak mata
b) Kemampuan berbahasa yang lambat agak sulit memberitahukan apa
yang dibutuhkan
c) Memiliki pola berbicara yang aneh
d) Tidak memiliki ketertarikan untuk bermain dengan orang lain
e) Tidak bisa meniru bentuk suatu benda misal menggambar bentuk
bola
f) Mengalami masalah dalam tingkah laku anak menjadi hiperaktif,
impulsif atau agresif
F. Patofisiologis
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui
adalah bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang
tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa penyebab autisme
adalah faktor genetic penyebab kelainan kromosom pada manusia yang
disebut syndrome fragile X, kehamilan atau kelahiran seperti komplikasi saat
kehamilan dan persalinan adanya perdarahan yang disertai terhisapnya
cairan ketuban yang bercampur feces, dan masuknya obat-obatan makan,
ataupun keracunan logam yang berasal dari polusi udara. Cacat bawaan
atau kongenital adanya kelainan pada otak anak yang berhubungan dengan
jumlah sel saraf, baik itu selama hamil atau setelah persalinan kemudian
juga disebabkan oleh kongenital rubella, herpes, dan cytomegalovirus
infection. Kelainan anatomi otak adanya gangguan pada corpus callosum,
gangguan pada nervus VI dan VII di otak kecil yang dapat menyebabkan
gangguan proses sensorik seperti daya ingat, berpikir, belajar, berbahasa
dan proses perhatian. Disfungsi metabolik terjadi gangguan pemecahan
komponen asam amino fenilanin (Phe) yang menyebabkan gangguan pada
pembentukan neurotransmiter, akumulasi ketokolamin yang toksik bagi saraf
dapat terjadi gangguan perilaku.
Anak dengan autis biasanya sulit bergabung dengan anak-anak yang
lain, tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya, menghindari kontak mata
atau hanya sedikit melakukan kontak mata, menunjukkan ketidakpekaan
terhadap nyeri, lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan, tidak
membentuk hubungan pribadi yang terbuka, jarang memainkan permainan
khayalan, memutar benda, terpaku pada benda tertentu, sangat tergantung
kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu
(Christie, 2011).
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua, memiliki sikap
menolak perubahan secara ekstrem, keterikatan yang tidak pada tempatnya
dengan objek, perilaku menstimulasi diri, pola tidur tidak teratur, perilaku
destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain, peka terhadap suara-suara
yang lembut bukan pada suatu pembicaraan, kemampuan bertutur kata
menurun, menolak mengonsumsi makanan yang tidak halus, respons yang
tidak sesuai dengan stimulus, dan tidak mampu menangis ketika lapar
(Wong, 2009).
PATHWAY (Sumber : Wong 2009 dan Pearce 2014)
Kelainan kromosom pada Adanya komplikasi seperti kelainan pada otak anak yang gangguan pada corpus terjadi gangguan pemecahan
manusia yang disebut berhubungan dengan jumlah sel callosum, gangguan pada komponen asam amino
perdarahan dan penggunaan nervus VI dan VII
syndrome fragile X saraf fenilanin
obat saat kehamilan
AUTISME
Gangguan komunikasi Gangguan Interaksi sosial Gangguan perilaku anak Gangguan emosi Gangguan persepsi sensori
Menghindari orang
lain, tidak ada kontak Anak suka bermain penglihatan
Keterlambatan Bicara yang tidak Anak mudah marah Tahan terhadap pendengaran
mata, acuh tak acuh sendiri, tertawa sendiri
dalam berbicara dimengerti orang atau mengamuk sakit
lain
Menutup telinga bila Adanya
Tidak ada sosialisasi mendengar suara gangguan
Sulit dalam dengan orang lain dengan nada keras penglihatan
berkomunikasi atau adanya kelainan kongenital atau
Risiko Cidera
pada telinga trauma
Hambatan interaksi
Hambatan komunikasi sosial
verbal
Risiko keterlambatan
perkembangan
G. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita autisme biasanya adalah (Kim, 2015)
yaitu:
1. Masalah sensorik autis sangat sensitif terhadap input sensorik antara lain
demam, nyeri, dan dingin
2. Kejang
3. Flu batuk
4. Masalah kesehatan mental biasanya rentan terhadap depresi,
kecemasan, perilaku impulsif dan perubahan suasana hati
H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita autis adalah
(Kim, 2015) :
1. Test neupsikologis
Test neupsikologis merupakan tes bidang psikologis yang mempelajari
tentang struktur dan fungsi otak serta perilaku psikologis
2. Test pendengaran
Tes pendengaran berfungsi untuk mengetahui adanya gangguan
pendengaran seseorang
3. MRI (Magnetic resonance imaging)
MRI (Magnetic resonance imaging) adalah pemeriksaan yang
memanfaatkan medan magnet dan energi gelombang radio untuk
menam[ilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh
4. EEG (elektro encepalogram)
EEG (elektro encepalogram) adalah salah satu tes yang dilakukan untuk
mengukur aktivitas kelistrikan dari otak untuk mendeteksi adanya
kelainan dari otak
I. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan untuk anak dengan autisme (Wong, 2009) yaitu:
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan
penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem
yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan
memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias
diukur kemajuannya . Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai
di Indonesia.
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam
bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol,
banyak pula individu autistic yang non-verbal atau kemampuan
bicaranya sangat kurang.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot-otot halusnya dengan benar.
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak
diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi
integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan
otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah
dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini
membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah,
membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang
terqapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari caranya.
6. Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik
membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan
teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi
social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini
dengan teknik-teknik tertentu.
7. Terapi Perilaku.
Autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali
tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,
cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk.
Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari
perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaiki perilakunya.
8. Terapi perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari
minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian
ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya.
9. Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual
learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar,
misalnya dengan metode Dan PECS (Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai
untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10. Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang
tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para
perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan
riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh
adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan
fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal
yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari
gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari
dalam tubuh sendiri (biomedis).
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian (Wong, 2009)
L. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1 Hambatan komunikasi Anxiety Self Control Socialization
Verbal b.d gangguan Coping Enhancement
konsep diri Kriteria Hasil : 1. Buat jadwal interaksi
1. Mampu berbicara 2. Dorong pasien ke
dengan jelas kelompok atau
2. Dapat menerima program
komunikasi orang lain keterampilan
3. Mampu mengontrol 3. Identifikasi
respon kecemasan perubahan perilaku
terhadap tertentu
ketidakmampuan 4. Berikan umpan balik
berbicara posotif jika pasien
4. Mampu berinteraksi dengan
mengkomunikasikan orang lain
kebutuhan dengan 5. Gunakan teknik
orang lain bermain peran untuk
5. Tidak ada gangguan meningkatkan
komunikasi verbal dan interaksi
no verbal 6. Fasilitasi pasien
delam memberikan
masukan dan
membuat
perencanaan
2 Hambatan interaksi Self Esteem : Communication
sosial b.d gangguan Situational Enhancement
proses pikir Communication 1. Berikan satu kalimat
Impaired simple setiap
Kriteria Hasil : bertemu
1. Mampu berinteraksi 2. Dorong pasien
dengan orang, untuk berkomunikasi
kelompok atau secara perlahan
organisasi 3. Dengarkan dengan
2. Perkembangan fisik, penuh perhatian
kognitif dan psikososial 4. Berdiri didepan
anak sesuai usia pasien saat
3. Dapat mengungkapkan berbicara
keinginan dengan 5. Anjurkan kepada
orang lain keluarga secara
teratur memberikan
stimulus komunikasi
6. Gunakan gambar
kertas, pensil untuk
memfasilitasi
komunikasi yang
optimal
Konsultasikan
dengan dokter untuk
kebutuhan terapi
3 Risiko keterlambatan Family Coping Parent education
perkembangan Disable 1. Ajarkan kepada
Kriteria Hasil : orangtua tentang
1. Pengetahuan orangtua perkembangan
terhadap normal
perkembangan anak 2. Demonstrasikan
meningkat aktivitas yang
2. Perkembangan anak menunjang
sesuai usia perkembangan
3. Tidak terjadi 3. Ajarakan tentang
keterlambatan mainan yang sesuai
perkembangan pada usia anak
anak 4. Ajarkan tentang
perilaku yang sesuai
dengan usia anak
5. Lakukan
pemeriksaan
pendengaran
6. Konsultasikan
kedokter apabila
ada perilaku yang
tidak sesuai dengan
usia anak
4 Risiko Cidera Risk Control Environment
Kriteria hasil: Management
1. Pasien terbebas dari 1. Sediakan
risiko cidera lingkungan yang
2. Mampu memodifikasi aman
gaya hidup untuk 2. Identifikasi
mencegah cidera kebutuhan pasien
3. Mampu mengenali 3. Menghindari
perubahan status lingkungan
kesehatan berbahaya
4. Menyediakan
tempat tidur yang
aman dan bersih
5. Mengontrol
lingkungan pasien
6. Jelaskan pada
pasien dan keluarga
tentang perubahan
status kesehatan
Daftar Pustaka
Christie, Phil, dkk. 2011. Langkah Awal Berinteraksi Dengan Anak Autis. Jakarta:
PT Gramedia Pendidikan Nasional Dridjen Dikti.
Feist, J., dan Feist, G.J. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
Pearce, C. Evelyn. 2014. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: EGC.
S.M. Rahayu. “Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis”, Jurnal Pendidikan
Anak, Vol . III, No. 1, p.420, 2014.