TUBERKOLUSIS PARU
Oleh :
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah seminar dengan judul Keperawatan Medikal Bedah pada pasien TB Paru
Pekalongan,...................................
Mengetatuhi Mengetahui
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular yang menyerang paru-
paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10-12 juta penderita TB
Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta
penderita tiap tahun, dan sosial ekonomi rendah seperti indonesia. Di Indonesia
penyakit TB Paru merupakan penyakit rakyat nomer satu dan penyebab kematian
nomor tiga. Prevalensi BTA positif adalah 0,3 % (1982). Prevalensi pasien di dunia
saat ini adalah sekitar 20 juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal setiap
tahunnya karena TB Paru, dan pada survey kesehatan rumah tangga (SKRT). Depkes
RI 1986 TB Paru menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4 mortalitas. Pada
SKRT pada tahun 1992 mortalitas ini meningkat ke urutan ke-2. Berdasarkan
informasi WHO pada tahun 1998, program TB Paru di Indonesia masih menempati
rangking ke-3 di dunia setelah india dan RRC. Hal ini bisa dilihat dari angka kematian
yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2 per-1000 penduduk. Dari angka tersebut
setiap tahun di Indonesia muncul sejumlah kasus baru sekitar 436.000 kasus.
Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang tepat, cepat,
segera, dan intensif, maka prevalensi penyakit ini akan terus meningkat serta resiko
penularan pun semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan adanya asuhan keperawatan
yang komprehensif untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit TB Paru.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Jlamprag
RSUD Bendan Kota Pekalongan.
b. Tujuan Khusus
1) Apa pengertian TB paru ?
2) Apa etiologi TB paru ?
3) Apa tanda dan gejala TB paru ?
4) Apa komplikasi TB paru ?
5) Apa saja pemeriksaan penunjang TB paru ?
6) Apa penatalaksanaan TB paru ?
7) Apa Asuhan Keperawatan pada pasien TB paru ?
C. Manfaat
1) Mengetahui pengertian TB paru
2) Mengetahui etiologi TB paru
3) Mengetahui tanda dan gejala TB paru
4) Mengetahui komplikasi TB paru
5) Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
6) Mengetahui penatalaksanaan TB paru
7) Mengetahuan Asuhan Keperawatan pada pasien TB paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengrtian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005). Tuberculosis
(TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan
agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).
B. Etiologi
Penyakit TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehigga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Setelah kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
tuberkulosis tersebut dapat menyebar dar paru ke bagian tubuh lainnya melalui sstem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
C. Manifestasi klinik
a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
D. Patofisiologi dan Pathways
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksifagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif,
Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing
caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas
akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.
E. Komplikasi
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut : komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
penderita stadium lanjut adalah :
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik.
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotorks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/belp yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit dketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampat gambaran bercak-becak seperti awan dengan batas
tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin
- Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat.
- Spuntum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
G. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan
cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika
bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah dibandingkan dengan
kuman yang lambat membelah. Sifat lambat membelah yang dimiliki mikrobakteri
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan penemuan obat
antimikrobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan antibakteri lain.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah : INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) : Kanamisin, Amikasin,
Kuinolon.
Pengobatan TB paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu
:
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan tambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga
kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada :
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC diluar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4 : RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, A.H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 3 2015.
Jogjakarta : MediAction Publishing
Budiman Chandra. (2011). Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia.
Jakarta : EGC
Soemantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Merdeka
Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi
Nama : Tn. S
Umur : 76 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kradenan - Pekalongan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Komunikasi yang
dipakai : Bahasa Jawa
Tanggal masuk : 21 Juni 2019
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2019
Diagnosa Medis : TB Paru
Penanggung jawab
Nama : Tn. H
Agama : Islam
Alamat : Kradenan - Pekalongan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan
pasien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ds : Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit sekarang
RR : 28×/ menit
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
-------- : tinggal 1 rumah
Ds : Pasien mengatakan dikeluarga pasien tidak mempunyai penyakit
keturunan (hipertensi, DM, TB, dsb) atau penyakit keluarga.
3. Pola fungsional gordon
a. Pola melaksanakan kesehatan / persepsi sehat
Ds : pasien mengatakan merokok. Jika sakit pasien langsung berobat ke
pukesmas.
Do : pasien menjawab pertanyaan perawat dengan baik jika ditanya tentang
kesehatannya
b. Pola Nutrisi – metabolik
Pagi Siang Malam
Sebelum sakit 1 porsi penuh 1 porsi penuh 1 porsi penuh
(nasi,lauk) (nasi,lauk) (nasi, lauk)
Saat sakit ¼ porsi ½ porsi ¼ porsi
(nasi,lauk) (nasi,lauk) (nasi,lauk)
c. Pola eliminasi
BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Warna Kuning Kuning
Bau Khas urin Khas obat
Frekuensi 3x sehari 5x sehari (500 cc/ 10
jam)
BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Warna Kuning Coklat
Bau Khas feses Khas feses
Frekuensi 1x sehari 1x dalam 2 hari
Tekstur Lembek tidak keras dan Lembek tidak keras
tidak cair dan tidak cair
7. Analisa data
Data Masalah Etiologi
Do : Ketidakefektifan Penumpukan sekret
- TD : 110/70 bersihan jalan nafas
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36
Ds : pasien mengatakan
batuk berdahak
-Cor tak membesar
- Gambaran TB paru lama
aktif dengan atelektasis
lobus superior kanan
DO : ketikaberaktivtas Intoleransi aktivitas Kelemahan otot
tampak dibantu orang lain
- TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : slake nyeri 3 katagori
ringan
DS : pasien mengatakan
lemas dan seluruh aktivitas
dibantu orang lain .
8. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus
9. Intervensi
Hari/tgl Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional
l/ jam kriteria hasil
Selasa Ketidakefektif Jalan nafas pasien 1. Obserasi TTV 1. untuk
,25 juni an bersihan setelah dilakukan 2. Observasi mengetahui
2019 jalan efektif tindakan kemampuan ttv pasien
10.00 nafas keperawatan mengeluarkan 2. untuk
berhubungan selama 1x24 jam sekret mengetahui
dengan dengan kriteria 3. Berikan posisi kemampuan
penumpukan hasil : semi fowler pengeluaran
sekret 1. Pasien dapat 4. Ajarkan pasien sekret
mengeluarka batuk efektif 3. agar posisi
n sekret 5. Kolaborasi pasien
dengan batuk pemberian merasa
efektif inhalasi nyaman
2. Pasien nebulizer 4. agar sekret
merasa dapat keluar
nyaman 5. kolaborasi
untuk
`mengencerk
an sekret
10. Implementasi
Hari / tgl No Tindakan Keperawatan Respon klien paraf
/ jam Dx
Jum’at, 1 -Memonitor TTV dan O2 S : pasien
28 juni mengatakan masih
2019 merasa lemas
11.00
O : TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36
- Mengobservasi S : pasien
kemampuan mengeluarkan mengatakan mampu
sekret mengeluarkan sekret
O : sekret / dahak
pasien sudah keluar
aroma khas
- Memberikan posisi semi
fowler S : pasien
mengatakan nyaman
menggunakan posisi
ini
O : pasien terposisi
semi fowler
-Mengajarkan pasien batuk
efektif S : pasien
mengatakan ma
diajarkan cara batuk
efektf
O : pasien sudah
menerapkan batuk
efektif
-Mengkolaborasi
pemberian nebulizer (obat S : pasien
ventolin 2,5 mg) mengatakan mau
diberikan terapi
O : alat nebul
terpasang
Jumat , 2 -Memonitor TTV S : pasien
28/6/2019 mengatakan masih
09.00 merasa lemas
O : TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36
-Mengjarkan teknik ROM S : pasien
(menggerakan kaki dan mengatakan mau
tangan menggerakan badan dajarkan teknik
untuk mencegah luka) ROM
O : pasien mampu
melakukan teknik
ROM
S : pasien
mengatakan mau
-Mengajarkan untuk diajarkan cara
aktivitas beraktivitas
yang ringan (diajarkan rom O : pasien mampu
aktif) melakukan aktivitas
secara perlahan
S : pasien
mengatakan mau
diberikan terapi
-melakukan kolaborasi O : pasien mengikuti
dengan ahli medis terapi
pemberian fisioterapi
Jum’at, 3 -Mengkaji nyeri secara S : pasien
28/6/2019 komperehensif mengatakan nyeri
16.00 dada
O:
Q : seperti tertusuk-
tusuk
- R : nyeri dada
-S:3
- T : ketika batuk
-Memposisikan pasien semi S : pasien mengtakan
fowler nyaman pada posisi
semi fowler
O : pasien terposisi
semi fowler
-Mengkolaborasi S : pasien
pemberian analgesik mengatakan mau
diberikan obat
O : obat masuk
melaui iv
f. Evaluasi
Nama : Tn. S Ruang : jlamprang
Umur : 73 tahun No Rm : 000179699
Tgl/hari/jam No Catatan perkembangan pasien Paraf
Dx
Jumat 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas
21 juni dan batuk berkurang
2019 O : pasien sudah terlihat tenang dan dapat
10.00 beristirahat
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi
Jumat 2 S : pasien mengatakan sudah sudah dapat
21 juni beraktivitas dengan mandiri secara perlahan
2019 O : pasien sudah tampak melakukan
10.00 aktivitasnya sendiri
A : masalah teratasi
P : pertakan kondisi
Jumat 3 S : pasien mengatakan nyeri sudah hilang
21 juni hingga ke skala 0
2019 O : skala nyeri 0
10.00 A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi