Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH SEMINAR

KEPERAWAAN MEDIKAL BEDAH

TUBERKOLUSIS PARU

Di Ruang Jlamprang RSUD Bendan Kota Pekalongan

Oleh :

1. Chusnul Choimah (17.1965.P)


2. Amani Lutfiatul A. (17.1951.P)
3. Ulul Qoriah A. (17.2039.P)
4. Nur aeni (17.2011.P)
5. Rizqa Siti Zulaekha (17.2025.P)
6. Sintia Indriani (17.2031.P)

PRODI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah seminar dengan judul Keperawatan Medikal Bedah pada pasien TB Paru

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing

Pekalongan,...................................

Mengetatuhi Mengetahui

Dosen pembimbing Pembimbing Rumah Sakit

( Firman Faradisi M,Ns )


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TB Paru adalah penyakit infeksi dan menular yang menyerang paru-
paru yang disebabkan oleh kuman Micobacterium Tuberkulosis.
Saat ini secara epidemilogi menurut WHO terdapat 10-12 juta penderita TB
Paru dan mempunyai kemampuan untuk menular, dengan angka kematian 3 juta
penderita tiap tahun, dan sosial ekonomi rendah seperti indonesia. Di Indonesia
penyakit TB Paru merupakan penyakit rakyat nomer satu dan penyebab kematian
nomor tiga. Prevalensi BTA positif adalah 0,3 % (1982). Prevalensi pasien di dunia
saat ini adalah sekitar 20 juta orang dan terdapat 3 juta pasien yang meninggal setiap
tahunnya karena TB Paru, dan pada survey kesehatan rumah tangga (SKRT). Depkes
RI 1986 TB Paru menduduki urutan 10 morbiditas dan urutan ke-4 mortalitas. Pada
SKRT pada tahun 1992 mortalitas ini meningkat ke urutan ke-2. Berdasarkan
informasi WHO pada tahun 1998, program TB Paru di Indonesia masih menempati
rangking ke-3 di dunia setelah india dan RRC. Hal ini bisa dilihat dari angka kematian
yang masih cukup tinggi yaitu sekitar 2,2 per-1000 penduduk. Dari angka tersebut
setiap tahun di Indonesia muncul sejumlah kasus baru sekitar 436.000 kasus.
Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan yang tepat, cepat,
segera, dan intensif, maka prevalensi penyakit ini akan terus meningkat serta resiko
penularan pun semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan adanya asuhan keperawatan
yang komprehensif untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit TB Paru.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien TB Paru di Ruang Jlamprag
RSUD Bendan Kota Pekalongan.
b. Tujuan Khusus
1) Apa pengertian TB paru ?
2) Apa etiologi TB paru ?
3) Apa tanda dan gejala TB paru ?
4) Apa komplikasi TB paru ?
5) Apa saja pemeriksaan penunjang TB paru ?
6) Apa penatalaksanaan TB paru ?
7) Apa Asuhan Keperawatan pada pasien TB paru ?

C. Manfaat
1) Mengetahui pengertian TB paru
2) Mengetahui etiologi TB paru
3) Mengetahui tanda dan gejala TB paru
4) Mengetahui komplikasi TB paru
5) Mengetahui pemeriksaan penunjang TB paru
6) Mengetahui penatalaksanaan TB paru
7) Mengetahuan Asuhan Keperawatan pada pasien TB paru
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengrtian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan aerobic dan tahan asam ini dapat
merupakan organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, 2005). Tuberculosis
(TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru, dengan
agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Etiologi
Penyakit TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobakterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehigga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Sumber penularan adalah
penderita tuberkulosis BTA positif pada waktu batuk atau bersin. Penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
Setelah kuman tuberculosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan,
kuman tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
tuberkulosis tersebut dapat menyebar dar paru ke bagian tubuh lainnya melalui sstem
peredaran darah, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat
kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Seseorang terinfeksi
tuberculosis ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.

C. Manifestasi klinik
a. Batuk lama lebih dari 3 minggu
b. Demam
c. Berat badan menurun
d. Keringat malam
e. Mudah lelah
f. Nafsu makan hilang
g. Nyeri dada
h. Batuk darah
D. Patofisiologi dan Pathways
Menurut Somantri (2008), infeksi diawali karena seseorang menghirup basil
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli
lalu berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium
tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus atas). Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang dan korteks serebri) dan area lain dari paru (lobus atas). Selanjutnya sistem
kekebalan tubuh memberikan respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil
dan makrofag melakukan aksifagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit
spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal.Infeksi
awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri. Interaksi
antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal
infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma
terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh makrofag seperti
dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa.
Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas
makrofag dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi
yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.
Menurut Widagdo (2011), setelah infeksi awal jika respons sistem imun tidak adekuat
maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul
akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali menjadi aktif,
Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing
caseosa di dalam bronkus.Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan
membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang,
mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan
basil terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan
infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel
epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang
mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblas
akan memberikan respons berbeda kemudian pada akhirnya membentuk suatu kapsul
yang dikelilingi oleh tuberkel.

E. Komplikasi
TB paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita TB paru dibedakan menjadi dua,
yaitu :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut : komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada
penderita stadium lanjut adalah :
a. Hemoptisis masif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok hipovolemik.
b. Kolaps lobus akibat sumbatan duktus
c. Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pnemotorks spontan, yaitu kolaps spontan karena bula/belp yang pecah
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.

F. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit dketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampat gambaran bercak-becak seperti awan dengan batas
tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin
- Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat.
- Spuntum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)
G. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Mikobakteri merupakan kuman tahan
asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya sangat lambat dan
cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat. Umumnya antibiotika
bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah dibandingkan dengan
kuman yang lambat membelah. Sifat lambat membelah yang dimiliki mikrobakteri
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan penemuan obat
antimikrobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat dibandingkan antibakteri lain.
Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah : INH, Rifampisin,
Streptomisin, Etambutol. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) : Kanamisin, Amikasin,
Kuinolon.
Pengobatan TB paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu
:
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan tambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga
kali dalam seminggu (tahap lanjutan). Diberikan kepada :
a. Penderita baru TBC paru BTA positif.
b. Penderita TBC ekstra paru (TBC diluar paru-paru) berat.
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
4. Kategori 4 : RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma, A.H. (2015). NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 3 2015.
Jogjakarta : MediAction Publishing
Budiman Chandra. (2011). Kontrol Penyakit Menular Pada Manusia.
Jakarta : EGC
Soemantri, Irman. (2008). Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Merdeka
Widagdo. (2011). Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta:
CV Sagung Seto.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata Pasien
a. Data Demografi
Nama : Tn. S
Umur : 76 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kradenan - Pekalongan
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :Buruh
Status Perkawinan : Menikah
Komunikasi yang
dipakai : Bahasa Jawa
Tanggal masuk : 21 Juni 2019
Tanggal Pengkajian : 25 Juni 2019
Diagnosa Medis : TB Paru

Penanggung jawab
Nama : Tn. H
Agama : Islam
Alamat : Kradenan - Pekalongan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan
pasien : Anak

b. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya


Ds : pasien mengatakan berperan sebagai kepala rumah tangga karena
sakit,pasien tidak bisa melalukan peranya
c. Faktor Lingkungan
Ds : Pasien mengatakan bahwa rumahnya mempunyai jendela dan ventilasi
udara, ada tempat sampah

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Ds : Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit sekarang

Ds : Pasien mengatakan bahwa mengalami batuk selama 2 minggu berturut-


turut dan tak kunjung sembuh dengan keluhan yang sama kemudian dibawa ke
puskesmas untuk diperiksa, setelah itu pasien ke rumah sakit pada tanggal 21
Juni 2019 di rawat di RSUD BENDAN ruang Jlamprang. Saat dilakukan
pengkajian pada tanggal 25 Juni 2019 di dapatkan data:

Ds : pasien mengeluh sesak nafas

DO :TD : 110/70 mmHg

RR : 28×/ menit

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Ds : pasien mengatakan beberapa bulan lalu sempat mengalami hal yang sama
yaitu batuk dan sesak nafas yang berturut-turut
d. Riwayat Penyakit Keluarga

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan

: pasien
-------- : tinggal 1 rumah
Ds : Pasien mengatakan dikeluarga pasien tidak mempunyai penyakit
keturunan (hipertensi, DM, TB, dsb) atau penyakit keluarga.
3. Pola fungsional gordon
a. Pola melaksanakan kesehatan / persepsi sehat
Ds : pasien mengatakan merokok. Jika sakit pasien langsung berobat ke
pukesmas.
Do : pasien menjawab pertanyaan perawat dengan baik jika ditanya tentang
kesehatannya
b. Pola Nutrisi – metabolik
Pagi Siang Malam
Sebelum sakit 1 porsi penuh 1 porsi penuh 1 porsi penuh
(nasi,lauk) (nasi,lauk) (nasi, lauk)
Saat sakit ¼ porsi ½ porsi ¼ porsi
(nasi,lauk) (nasi,lauk) (nasi,lauk)

c. Pola eliminasi
BAK
Sebelum sakit Saat sakit
Warna Kuning Kuning
Bau Khas urin Khas obat
Frekuensi 3x sehari 5x sehari (500 cc/ 10
jam)

BAB
Sebelum sakit Saat sakit
Warna Kuning Coklat
Bau Khas feses Khas feses
Frekuensi 1x sehari 1x dalam 2 hari
Tekstur Lembek tidak keras dan Lembek tidak keras
tidak cair dan tidak cair

d. Pola aktivitas dan latihan


Ds: pasien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan
secara mandiri. Setelah sakit klien membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas seperti makan ,minum, mandi dan ganti baju.
DO : pola aktivitas 2 (memerlukan bantuan orang lain)
e. Pola tidur istirahat
Sebelum sakit Saat sakit
Waktu Siang : + 4 jam Siang : + 3 jam
Malam : + 7 jam Malam : + 6 jam
Keluhan : sering
terbagun karena nyeri

f. Pola kognitif-perseptual-keadekuatan alat sensori


Pasien mudah diajak bicara,tidak kacau mental,komunikasi lancar,tidak
terdapat gangguan persepsi pendengaran,pelihatan normal,penciuman
berfungsi dengan baik dan tidak terdapat benjolan pada kepala
g. Pola persepsi-konsep diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar bisa menjalani aktivitas seperti
biasa
h. Pola peran dan tanggung jawab
DS : pasien bekerja sebagai buruh. Hubungan klien dengan keluarga, perawat
baik. Pasien tidak bisa menjalankan perannya karena sakit.
i. Pola seksual-reproduksi
Ds : pasien sudah menikah dan sudah mempunyai 4 anak.
j. Pola koping dan toleransi sress
Stessor : penyakitnya
Metode koping yang yang bisa digunakan : berdo'a
Sistem pendukung : keluarga
Ekspresi : lemas
k. Pola nilai dan keyakinan
Ds : Agama : Islam
Kegiatan keagamaan: pasien belum pernah sholat selama dirawat di RS
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan Umum
- Keadaan umum : tampak lemas
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : E4 M6 V5
b. Vital sign
- TD : 110/ 70 mmHg
- N :109 x/ menit
- RR : 28x/ menit
- S : 36oC
c. Pemeriksaan fisik
- Kepala : bentuk kepala bulat, tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan, kulit
kepala sedikit kotor.
- Mata : simetris, konjungtiva anemis
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyer tekan
- Telinga : simetris, tidak ada luka dan bersih
- Hidung : simetris, tidak ada luka dan bersih
- Mulut : simetris, mukosa bibir lembab
- Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, warna kulit sawo matang,
tidak ada luka bakar
Palpasi : tekstur kasar, turgor kulit jelek, struktur keriput, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi dan tidak ada kelainan kulit.
- Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada bekas luka, pengembangan dada kanan dan kiri
berbeda
Palpasi : vokal fremitus teraba kanan dan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat suara ronchi di paru
- Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak nampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak, batas jantung tidak ada pembesaran
Auskultasi : bunyi jantung teratur tidak ada bising usus
- Abdomen
Inspeksi : bersih, tidak ada bekas luka, dinding perut sejajar dada
Auskultasi : bising usus 18x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : ada nyeri tekan
- Genetalia
Inspeksi : jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Ekstremitas
Atas kanan : tidak ditemukan odem
Atas kiri : terpasang infus
5. Perosedur diagnostik dan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Tangggal pemeriksaan : 21-6-2019
Jam : 11.28 WIB
Hasil : Hemoglobin 14.2 gr/dL
Hematokrit 41.9 %
Lekosit 1.806-3/uL
Trombosit 433 10-3/uL
Eritrosit 4.7 10-6/uL
b. Pemeriksaan radiologi
Tanggal pemeriksaan :24 juni 2019
Jam : 13.00 WIB
Hasil :
- Cor tak membesar
- Gambaran TB paru lama aktif dengan atelektasis lobus superior kanan
6. Medical mangement
a. IV, O2 Teraphy
Medikal Tanggal Penjelasan umum Indikasi Respon
management terapi pasien
Infus RL 21 juni 2019 RL merupakan Di indikasikan S : pasien
IV cairan infus untuk untuk mengatakan
memelihara pengobatan lemas
keseimbangan kekurangan O : pasien
atau mengganti cairan dimana tampak
elektrolit dan rehidradi secara lemas
cairan tubuh oral tidak
mungkin
Oksigen nasal 21 juni 2019 Oksigen yaitu Indikasinya S : pasien
kanul untuk terapi O2 adalah hipoksia mengatakan
dengan kebutuhan yang ditandai sesak
O2 rendah hingga oleh PaO2 <60 O : pasien
sedang mmHg & tampak
SaO2< 90% terpasang
untuk oksigen
memenuhi nasal kanul
kebutuhan
oksigen

7. Analisa data
Data Masalah Etiologi
Do : Ketidakefektifan Penumpukan sekret
- TD : 110/70 bersihan jalan nafas
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36

Ds : pasien mengatakan
batuk berdahak
-Cor tak membesar
- Gambaran TB paru lama
aktif dengan atelektasis
lobus superior kanan
DO : ketikaberaktivtas Intoleransi aktivitas Kelemahan otot
tampak dibantu orang lain
- TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : slake nyeri 3 katagori
ringan

DS : pasien mengatakan
lemas dan seluruh aktivitas
dibantu orang lain .

DO : Nyeri akut Batuk terus – menerus


- P : batuk terus menerus
selama 2 minggu lebih
- Q : seperti tertusuk-tusuk
- R : nyeri dada
- S : skala nyeri 3 katogori
ringan
- T : ketika batuk

8. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus
9. Intervensi
Hari/tgl Dx kep Tujuan dan Intervensi Rasional
l/ jam kriteria hasil
Selasa Ketidakefektif Jalan nafas pasien 1. Obserasi TTV 1. untuk
,25 juni an bersihan setelah dilakukan 2. Observasi mengetahui
2019 jalan efektif tindakan kemampuan ttv pasien
10.00 nafas keperawatan mengeluarkan 2. untuk
berhubungan selama 1x24 jam sekret mengetahui
dengan dengan kriteria 3. Berikan posisi kemampuan
penumpukan hasil : semi fowler pengeluaran
sekret 1. Pasien dapat 4. Ajarkan pasien sekret
mengeluarka batuk efektif 3. agar posisi
n sekret 5. Kolaborasi pasien
dengan batuk pemberian merasa
efektif inhalasi nyaman
2. Pasien nebulizer 4. agar sekret
merasa dapat keluar
nyaman 5. kolaborasi
untuk
`mengencerk
an sekret

Selasa Intoleransi Pasien dapat 1. Obserasi TTV 1.untuk


,25 juni aktivitas melakukan 2. Ajarakan mengetahui
2019 berhubungan kegiatan setelah teknik ROM perkembanga
10.00 dengan dilakukaan 3. Ajarkan untuk n ttv pasien
ketidakseimba tindakan aktivitas yang 2. agar tidak
ngan antara keperawatan ringan terjadi
suplai dan selama 1x24 jam 4. Kolaborasi kekauan pada
kebutuhan dengan kriteria dengan ahli sendi
oksigen hasil: medis 3. untuk
1. pasien pemberian mencegah
mengatakan fisioterapi kekakuan
nyama pada sendi
2. TTV normal 4. agar
Td : 90/60- terbiasa
120/80 beraktivitas
S :36,5*- 5. memulihka
37*5 tenaga
N :80-100
x/mnt
RR :16-
24x/menit
Selasa , Nyeri akut Nyeri berkurang 1. Kaji nyeri 1.untuk
25 juni berhubungan setelah dilakukan secara mengetahui
2019 dengan batuk tindakan komperehens tingkat nyeri
10.00 terus keperawatan if 2. pasien
menerus swlama 1x24 jam 2. Posisikan nyaman
dengan kriteria pasien semi 3. agar
hasil : fowler mengetahui
1. Nyeri 3. Ajarkan nafas
berkurang pasien teknik dalamdan
2. Pasien nafas dalam mengurangi
mengatakan 4. Kolabora nyeri
nyaman pemberian 4. untuk
analgesik pereda nyeri

10. Implementasi
Hari / tgl No Tindakan Keperawatan Respon klien paraf
/ jam Dx
Jum’at, 1 -Memonitor TTV dan O2 S : pasien
28 juni mengatakan masih
2019 merasa lemas
11.00
O : TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36

- Mengobservasi S : pasien
kemampuan mengeluarkan mengatakan mampu
sekret mengeluarkan sekret
O : sekret / dahak
pasien sudah keluar
aroma khas
- Memberikan posisi semi
fowler S : pasien
mengatakan nyaman
menggunakan posisi
ini
O : pasien terposisi
semi fowler
-Mengajarkan pasien batuk
efektif S : pasien
mengatakan ma
diajarkan cara batuk
efektf
O : pasien sudah
menerapkan batuk
efektif
-Mengkolaborasi
pemberian nebulizer (obat S : pasien
ventolin 2,5 mg) mengatakan mau
diberikan terapi
O : alat nebul
terpasang
Jumat , 2 -Memonitor TTV S : pasien
28/6/2019 mengatakan masih
09.00 merasa lemas

O : TD : 110/70
- N : 109 X/menit
- RR : 28 X/menit
- S : 36
-Mengjarkan teknik ROM S : pasien
(menggerakan kaki dan mengatakan mau
tangan menggerakan badan dajarkan teknik
untuk mencegah luka) ROM
O : pasien mampu
melakukan teknik
ROM

S : pasien
mengatakan mau
-Mengajarkan untuk diajarkan cara
aktivitas beraktivitas
yang ringan (diajarkan rom O : pasien mampu
aktif) melakukan aktivitas
secara perlahan

S : pasien
mengatakan mau
diberikan terapi
-melakukan kolaborasi O : pasien mengikuti
dengan ahli medis terapi
pemberian fisioterapi
Jum’at, 3 -Mengkaji nyeri secara S : pasien
28/6/2019 komperehensif mengatakan nyeri
16.00 dada
O:
Q : seperti tertusuk-
tusuk
- R : nyeri dada
-S:3
- T : ketika batuk
-Memposisikan pasien semi S : pasien mengtakan
fowler nyaman pada posisi
semi fowler
O : pasien terposisi
semi fowler

-Mengajarkan pasien teknik S : pasien


nafas dalam mengatakan mau
diajarkan teknik
nafas dalam
O : pasien sudah
dapat melakukan
teknik nafas dalam

-Mengkolaborasi S : pasien
pemberian analgesik mengatakan mau
diberikan obat
O : obat masuk
melaui iv

f. Evaluasi
Nama : Tn. S Ruang : jlamprang
Umur : 73 tahun No Rm : 000179699
Tgl/hari/jam No Catatan perkembangan pasien Paraf
Dx
Jumat 1 S : Pasien mengatakan sudah tidak sesak nafas
21 juni dan batuk berkurang
2019 O : pasien sudah terlihat tenang dan dapat
10.00 beristirahat
A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi
Jumat 2 S : pasien mengatakan sudah sudah dapat
21 juni beraktivitas dengan mandiri secara perlahan
2019 O : pasien sudah tampak melakukan
10.00 aktivitasnya sendiri
A : masalah teratasi
P : pertakan kondisi
Jumat 3 S : pasien mengatakan nyeri sudah hilang
21 juni hingga ke skala 0
2019 O : skala nyeri 0
10.00 A : masalah teratasi
P : pertahankan kondisi

Anda mungkin juga menyukai