Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP WAKTU PENGELUARAN

KOLOSTRUM IBU POST PARTUM SECTIO CAESARIA

Rezza Fahlilani Zamzara, Dwi Ernawati, Ari Susanti


Stikes Hang Tuah Surabaya, Jl. Gadung No 1 Surabaya
Email: ernadwi_80@yahoo.co.id

Abstract: The Effect Of Oxytocin Massage Towards The Colostrum Time Release To
Post Partum Sectio Secaria Breast-Feeding Mother. Background: Early time release of
breast milk is an important to support exsclusive breast feeding. Distribution of colostrum
in post partum sectio caesar mother is slower. Objectives: Determine the influence of
oxytocin massage on time release of colostrum on post partum sectio caesar mother in
Marine Hospital Ewa Pangalila Surabaya. Methods: This study used quasi experiment.
Population of this study was mother post sectio caesar with sample consisted of 20 people.
The sampling technique used simple random sampling. Instrument used is SOP oxytocin
massage and observation task time release of colostrum. The data were analysed with
wilcoxon test. Results: time release of colostrum in control group largely >48 hour and time
release of colostrum in intervention group largely <24 jam, the result based from statistic
analysis score p= 0,026< α=0,05. Showed if any influence of oxytocin massage on time
release of colostrum on post sectio caesar mother. Conclusions and Suggestion: The
implication of this study is Oxytocin massage affect on spending release of colostrum, The
hospital can be apply SOP Oxytocin massage which should be do it in 12 first hours post
partum.

Abstrak: Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran Kolostrum Ibu Post
Partum Sectio Caesar. Latar belakang: Pengeluaran ASI dini adalah syarat dalam
pemberian ASI eksklusif. Pengeluaran kolostrum ibu post partum sectio caesar lebih
lambat. Tujuan: Mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap waktu pengeluaran
kolostrum ibu post partum sectio caesar. Metode: Penelitian ini menggunakan quasi
experiment. Populasinya adalah ibu-ibu post partum sectio caesar yang berjumlah 20 orang.
Teknik sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen dengan SPO pijat
oksitosin dan lembar observasi waktu pengeluaran kolostrum. Data dianalisis dengan uji
wilcoxon. Hasil: Waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok kontrol sebagian besar >48
jam dan waktu pengeluaran kolostrum pada kelompok perlakuan sebagian besar <24 jam,
hasil analisis statistik nilai p= 0,026< α=0,05 menunjukkan adanya pengaruh pijat oksitosin
terhadap waktu pengeluaran kolostrum pada ibu post partum sectio caesar. Simpulan dan
saran: Implikasi penelitian adalah pijat oksitosin mempengaruhi kecepatan pengeluaran
kolostrum, sehingga rumah sakit dapat mengaplikasikan SPO pijat oksitosin yang
sebaiknya dilakukan pada 12 jam pertama post partum.

Kata Kunci : Pijat Oksitosin, Waktu Pengeluaran Kolostrum, Post Partum Sectio Caesaria
229
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 230
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

PENDAHULUAN pemberian kolostrum pada bayi baru lahir.


Hasil SDKI tahun 2007 melaporkan AKB
Air Susu Ibu (ASI) merupakan
di indonesia adalah 34 per 1.000 kelahiran
makanan yang terbaik dan yang paling
hidup. Kendati terus mengalami
ideal untuk bayi, karena ASI mengandung
penurunan, AKB di indonesia masih jauh
semua zat gizi yang diperlukan dalam
lebih tinggi jika dibandingkan negara
jumlah dan pertimbangan yang tepat1.
anggota ASEAN lainnya, AKB di
Kolostrum merupakan cairan vicous yang
singapura yaitu 3 per 1.000 kelahiran
kental dengan warna kekuningan yang
hidup, Brunei Darussalam 8 per 1.000,
keluar dari payudara pada beberapa jam
Malaysia 10 per 1.000, Vietnam 18 per
pertama kehidupan yang mengandung
1.000 dan Thailand 20 per 1.0007.
kaya akan sekretori immunoglobulin A (Ig
A) yang mengandung zat kekebalan tubuh Proporsi penyebab kejadian bayi usia 0-11
untuk melindungi bayi dari berbagai bulan yang tertinggi adalah karena diare
penyakit infeksi terutama diare yaitu sebesar 42%8.
2 Menurut UNICEF, cakupan
.Menurut World Health Organitation ratarata ASI ekslusif di dunia yaitu 38%2.
(selanjutnya disebut WHO), ASI eksklusif Berdasarkan survei demografi dan
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan kesehatan Indonesia pada tahun 1997 dan
cairan lain baik susu formula, air putih, air 2003, diketahui bahwa angka pemberian
jeruk, atau makanan tambahan lain ASI eksklusif turun dari 49% menjadi
sebelum mencapai usia enam bulan3. 39%, sedangkan penggunaan susu formula
Sectio Caesarea adalah suatu meningkat tiga kali lipat9. Hasil laporan
tindakan yang dilakukan dengan tujuan RISKESDA pada tahun 2010
untuk melahirkan bayi melalui sayatan menunjukkan peningkatan pemberian ASI
pada dinding rahim yang masih utuh untuk ekslusif untuk bayi berusia < 6 bulan
menyelamatkan nyawa ibu dan bayi4. Pada dilaporkan kurang dari 40%, hasil analisis
beberapa keadaan persalinan diperlukan menunjukkan dari jumlah total bayi usia 0
tindakan sectio caesar. Persalinan dengan 6 bulan yang mendapatkan ASI ekslusif
cara ini dapat menimbulkan masalah sebanyak 1.348.532, sedangkan sebanyak
menyusui terhadap ibu dan bayi5. Ibu yang 1.134.952 bayi tidak mendapatkan ASI
menjalani bedah caesar mungkin belum eksklusif. Di Provinsi Jawa Timur sebesar
mengeluarkan ASI nya dalam 24 jam 102.960 bayi tidak mendapatkan ASI
pertama setelah melahirkan, kadangkala ekslusif. WHO memperkirakan bahwa
perlu waktu hingga 48 jam walaupun angka persalinan dengan sectio caesarea
demikian bayi tetap dianjurkan untuk sekitar 10% sampai 15% dari semua proses
dilekatkan pada payudara ibu untuk persalinan di negara berkembang,
membantu merangsang pengeluaran ASI diantaranya 20% Britania Raya, 23%
pertama6. Keterlambatan pengeluaran Amerika Serikat dan Kanada pada tahun
kolostrum pada ibu sectio caesar 2003 sebesar 21%10. Berdasarkan studi
disebabkan karena timbulnya nyeri post pendahuluan data awal yang diperoleh dari
partum yang secara fisiologis dapat Rumkitmar Ewa Pangalila Suarabaya
menghambat pengeluaran hormon jumlah kasus sectio caesar tahun 2014
oksitosin yang sangat berperan dalam sebanyak 260 kasus dan pada 3 bulan
proses laktasi. Angka Kematian Bayi terakhir di tahun 2015 terdapat sebanyak
(AKB) merupakan salah satu indikator 64 kasus persalinan ibu dengan sectio
penting menentukan tingkat kecukupan caesar .
231 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 229-241

Ibu melahirkan dengan sectio keefektifan kecepatan pengeluaran


caesarea mengalami hambatan dalam kolostrum pada ibu post partum sectio
waktu pengeluaran kolostrum karena caesar.
beberapa hal, selain kadar hormon Cara kerja pijat oksitosin dalam
prolaktin dan oksitosin yang dapat mempengaruhi pengeluaran kolostrum
mempengaruhi pengeluaran kolostrum adalah dengan memberikan stimulus pada
pada ibu adalah penggunaan obat-obatan vertebra sampai costa 5-6, sehingga
11
saat dilakukan operasi sectio caesarea . meningkatkan rangsangan hipofise
Obat-obatan yang diberikan pada saat posterior untuk mengeluarkan hormon
operasi sectio caesarea digunakan untuk oksitosin, oksitosin selanjutnya akan
mengurangi rasa nyeri pada saat operasi, merangsang kontraksi sel mioepitel di
namun setelah operasi selesai nyeri yang payudara untuk penyemprotan air susu14.
timbul akibat efek yang hilang dari obat Rangsangan ini kemudian dilanjutkan ke
bius dapat mempengaruhi ibu dalam hipotalamus melalui medulla spinalis,
memberikan perawatan pada bayi, sehingga hipotalamus akan menekan
sehingga dapat menyebabkan ibu menunda pengeluaran faktor yang menghambat
untuk menyusui dan menimbulkan sekresi prolaktin dan sebaliknya
keterlambatan dalam pengeluaran merangsang pengeluaran faktor yang
kolostrum. Hambatan menyusui yang memicu sekresi prolaktin, selanjutnya
terjadi pada ibu post partum sectio akan merangsang hipofise anterior
caesarea disebabkan karena nyeri post sehingga keluar prolaktin dan selanjutnya
operasi yang mengganggu kenyamanan hormon prolaktin akan merangsang sel-sel
ibu dapat menghambat kerja saraf alveoli yang berfungsi untuk membuat air
glandula pituitari posterior yang susu3. Pengeluaran kolostrum pada ibu
menghasilkan hormon oksitosin yang sectio caesarea akan lebih cepat, sehingga
12
berperan dalam proses laktasi . Intervensi ibu mampu untuk memberikan kolostrum
yang dapat dilakukan untuk membantu sesegera mungkin pada bayi baru lahir
meningkatkan pengeluaran kolostrum (BBL). Penelitian ini mengembangkan
pada ibu sectio caesarea salah satunya teknik pijat oksitosin untuk upaya
adalah dengan pijat oksitosin. Pijat meningkatkan pengeluaran kolostrum
oksitosin adalah tindakan pemijatan yang sebagai salah satu cara untuk
dilakukan sepanjang tulang vertebra meningkatkan kesehatan bayi dan
sampai costae kelima, keenam dan memberikan dukungan pada ibu sectio
merupakan usaha untuk merangsang caesare untuk keberlanjutan dalam
hormon prolaktin dan oksitosin setelah memberikan ASI secara eksklusif bagi
melahirkan13. Dari pengertian tersebut buah hatinya sampai usia bayi enam bulan.
maka peneliti memilih memberikan pijat
oksitosin untuk lebih mengetahui
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 232
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

METODE PENELITIAN status kesehatan ibu pasca persalinan,


Penelitian ini bersifat quasi pengalaman menyusui sebelumnya,
experiment dengan pendekatan rancangan perawatan payudara selama kehamilan,
penelitian post test only design. Penelitian yang menemani ibu selama masa awal
ini dilakukan dengan mengobservasi menyusui.
waktu pengeluaran kolostrum pada ibu
responden sesudah diberi perlakuan (post Tabel 1. Karakteristik Responden
test) pijat oksitosin pada kelompok Berdasarkan Usia Ibu Post Partum Sectio
perlakuan dan observasi post test waktu Caesar Kelompok Kontrol dan Perlakuan
pengeluaran kolostrum pada ibu responden
Usia Kontrol Perlakuan
yang tidak diberi perlakuan pada
f % f %
kelompok kontrol. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua ibu post
<21 4 40.0 4 40.0
partum sectio caesar 12 jam pertama yang
tahun
belum mengeluarkan kolostrum di Rumah
21-30 2 20.0 1 10.0
Sakit Marinir Ewa Pangalila Surabaya
tahun
pada bulan April-Mei 2015 sebanyak 22
responden. 31-40 4 40.0 5 50.0
tahun
Populasi pada penelitian ini adalah
ibu post partum sectio caesar 12 jam >40 -
pertama yang belum mengeluarkan tahun
kolostrum. Kriteria inklusi dalam Total 10 100.0 10 100.0
penelitian ini adalah Ibu post partum sectio
caesar yang belum mendapatkan terapi Tabel 1 menunjukkan bahwa pada
pijat oksitosin. sedangkan Kriteria eksklusi kelompok kontrol ibu post partum sectio
dalam penelitian ini adalah: Ibu post caesar usia <21 tahun sebanyak 4 orang
partum SC yang sudah mengeluarkan (40.0%), usia 31-40 sebanyak 4 orang
kolostrum, Ibu yang menjalani (40.0%), usia 21-30 tahun sebanyak 2
pemeriksaan dengan menggunakan zat orang (20.0%). Pada kelompok perlakuan
radioaktif, Ibu menderita HIV positif dan ibu post partum sectio caesar usia 31-40
belum mendapat terapi ARV. Sampel pada tahun sebanyak 5 orang (50.0%), usia < 21
penelitian ini adalah sebagian ibu post tahun sebanyak 4 orang (40.0%), usia 21-
partum sectio caesar yang ada di Rumah 30 tahun sebanyak 1 orang (10.0%).
Sakit Marinir Ewa Pangalila Surabaya Tabel 2. Karakteristik Responden
dengan jumlah 20 ibu pada bulan April- Berdasarkan Pendidikan Ibu Post Partum
Mei 2015. Variabel bebas (Independent) Sectio Caesar Kelompok Kontrol dan
dalam penelitian ini adalah pijat oksitosin. Perlakuan
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendidikan Kontrol Perlakuan
waktu pengeluaran kolostrum pada ibu
post partum sectio caesar. f % f %
HASIL PENELITIAN Karakteristik Tidak Sekolah - 0.0 - 0.0
Responden SD - 0.0 - 0.0
Merupakan gambaran tentang SMP 2 20.0 1 10.0
karakteristik responden yang meliputi usia,
SMA 7 70.0 6 60.0
pendidikan terakhir, pekerjaan ibu, riwayat
SC, status gizi ibu selama kehamilan,
233 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 229-241

Perguruan 1 10.0 3 30.0 sebanyak 4 orang (40.0%), pekerjaan


Tinggi sebagai TNI/POLRI sebanyak 1 orang
Total 10 100.0 10
100. (10.0%).
0
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada Tabel 4. Karakteristik Responden
kelompok kontrol ibu post partum sectio Berdasarkan Riwayat SC Ibu Post
caesar pendidikan terakhir SMA sebanyak Partum Sectio Caesar Kelompok Kontrol
7 orang (70.0%), pendidikan terakhir SMP dan Perlakuan
sebanyak 2 orang (20.0%), pendidikan Riway Kontrol Perlakuan
terakhir perguruan tinggi sebanyak 1 orang at SC
(10.0%). Pada kelompok perlakuan ibu f % f %
post partum sectio caesar pendidikan
terakhir SMA sebanyak 6 orang (60.0%), Sudah 1 10.0 2 20.0
pendidikan terakhir perguruan tinggi Belu 9 90.0 8 80.0
sebanyak 3 orang (30.0%), pendidikan m
terakhir SMP sebanyak 1 orang (10.0%). Total 10 100.0 10 100.0

Tabel 3. Karakteristik Responden Tabel 4 menunjukkan bahwa pada


Berdasarkan Pekerjaan Ibu Post Partum kelompok kontrol ibu post partum sectio
Sectio Caesar Kelompok Kontrol dan caesar yang belum pernah menjalani
Perlakuan sectio caesar sebelumnya sebanyak 9
Pekerjaan Kontrol Perlakua orang (90.0%), dan yang sudah pernah
n menjalani sectio caesar sebelumnya
sebanyak 1 orang (10.0%). Pada
f % f %
kelompok perlakuan ibu post partum
PNS - 0.0 - 0.0 sectio caesar yang belum pernah
TNI/POLRI - 0.0 1 10.0 menjalani sectio caesar sebelumnya
Swasta/Wirausaha 5 50.0 4 40.0 sebanyak 8 orang (80.0%), dan yang
5 50.0 5 50.0 sudah pernah menjalani sectio caesar
Total 1 100. 1 100. sebelumnya sebanyak 2 orang (20.0%).
0 0 0 0
Ibu Rumah Tangga Tabel 5. Karakteristik Responden
Berdasarkan Jenis Anastesi Ibu Post
Partum Sectio Caesar Kelompok Kontrol
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
dan Perlakuan
kelompok kontrol ibu post partum sectio
Jenis Kontrol Perlakuan
caesar pekerjaan sebagai ibu rumah Anastesi
tangga sebanyak 5 orang
(50.0%), pekerjaan sebagai f % f %
swasta/wirausaha sebanyak 5 Anastesi 5 50.0 3 30.0
orang (50.0%). Pada General
kelompok perlakuan ibu post partum Anastesi 5 50.0 7 70.0
sectio caesar pekerjaan sebagai ibu SAB
rumah tangga sebanyak 5 orang (50.0%),
pekerjaan sebagai swasta/wirausaha
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 234
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

Total 10 100.0 10 100.0 Total 10 100.0 10 100.0


Tabel 5 menunjukkan bahwa pada
kelompok kontrol ibu post partum sectio Tabel 7 menunjukkan bahwa pada
caesar menggunakan jenis anastesi SAB kelompok kontrol ibu post partum sectio
sebanyak 5 orang (50.0%), jenis anastesi caesar mempunyai status kesehatan pasca
general sebanyak 5 orang (50.0%). Pada persalinan baik sebanyak 6 orang (60.0%),
kelompok perlakuan ibu post partum sectio status kesehatan kurang baik sebanyak 4
caesar menggunakan jenis anastesi SAB orang (40.0%). Pada kelompok perlakuan
sebanyak 7 orang (70.0%), jenis anastesi ibu post partum sectio caesar mempunyai
general sebanyak 3 orang (30.0%). status kesehatan pasca persalinan baik
sebanyak 8 orang (80.0%), status
Tabel 6. Karakteristik Responden kesehatan kurang baik sebanyak 2 orang
Berdasarkan Status Gizi Kehamilan Ibu (20.0%).
Post Partum Sectio Caesar Kelompok
Kontrol dan Perlakuan Tabel 8. Karakteristik Responden
Status Kontrol Perlakuan Berdasarkan Status Kesehatan Pasca
Gizi Persalinan Ibu Post Partum Sectio Casear
f % f % Kelompok Kontrol dan Perlakuan di
Rumah Sakit Marinir
Lebih 1 10.0 2 20.0
Cukup 6 60.0 8 80.0
Kurang 3 30.0 - 0.0
Total 100.0 10 10 100.0
Pengalaman Kontrol Perlakuan
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada Menyusui f % f %
kelompok kontrol ibu post partum sectio
caesar mempunyai status gizi cukup Sudah 1 10.0 6 60.0
sebanyak 6 orang (60.0%), status gizi Belum 9 90.0 4 40.0
kurang sebanyak 3 orang (30.0%), status Total 10 100.0 10 100.0
gizi lebih sebanyak 1 orang (10.0%). Pada
kelompok perlakuan ibu post partum Tabel 8 menunjukkan bahwa pada
sectio caesar mempunyai status gizi cukup kelompok kontrol perlakuan ibu post
sebanyak 8 orang (80.0%), status gizi lebih partum sectio caesar belum
sebanyak 2 orang (20.0%). berpengalaman menyusui sebanyak 9
orang (90.0%), sudah berpengalaman
Tabel 7. Karakteristik Responden menyusui sebanyak 1 orang (10.0%). Pada
Berdasarkan Status Kesehatan Pasca kelompok perlakuan ibu post partum
Persalinan Ibu Post Partum Sectio Caesar sectio caesar sudah berpengalaman
Kelompok Kontrol dan Perlakuan menyusui sebanyak 6 orang (60.0%),
Status Kontrol Perlakuan belum berpengalaman menyusui sebanyak
Kesehatan 4 orang (40.0%).
f % f % Tabel 9. Karakteristik Responden
Berdasarkan Perawatan Payudara selama
Baik 6 60.0 8 80.0 Kehamilan Ibu Post Partum Sectio
Kurang 4 40.0 2 20.0 Caesar Kelompok Kontrol dan Perlakuan
Baik Perawatan Kontrol Perlakuan
235 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 229-241

Payudara f % f % suami sebanyak 8 orang (80.0%),


dukungan keluarga oleh orang tua
Melakukan 3 40.0 7 70.0 sebanyak 2 orang (20.0%).
Belum 7 60.0 3 30.0
Melakukan Tabel 11. Karakteristik Responden
Total 10 100.0 10 100.0 Berdasarkan Lama Waktu
Waktu f %
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada Pengeluaran
kelompok kontrol ibu post partum sectio Kolostrum
caesar yang tidak melakukan perawatan <24 jam - 0.0
payudara sebanyak 7 orang (70.0%), yang 24-36 jam 3 30.0
melakukan perawatan payudara sebanyak >48 jam 7 70.0
3 orang (30.0%). Pada kelompok
Total 10 100.0
perlakuan ibu post partum sectio caesar
Berdasarkan Tabel tersebut
yang melakukan perawatan payudara
menunjukkan bahwa lama waktu
sebanyak 7 orang (70.0%), yang tidak
pengeluaran kolostrum pada kelompok
melakukan perawatan payudara sebanyak
kontrol ibu post partum sectio caesar
3 orang (30.0%).
selama <24 jam sebanyak 0 orang (0.0%),
waktu pengeluaran kolostrum selama 2436
Tabel 10. Karakteristik Responden
jam sebanyak 3 orang (30.0%), waktu
Berdasarkan Dukungan Keluarga Post
pengeluaran kolostrum selama >48 jam
Partum Sectio Caesar Kelompok Kontrol
sebanyak 7 orang (70.0%).
dan Perlakuan

Tabel 12. Karakteristik Responden


Berdasarkan Lama Waktu Pengeluaran
Dukungan Kontrol Perlakuan
Kolostrum Pada Kelompok Perlakuan
Keluarga f % f %
Waktu f %
Suami 3 30.0 8 80.0 Pengeluaran
Orang 6 60.0 2 20.0 Kolostrum
Tua <24 jam 5 50.0
1 10.0 24-36 jam 3 30.0
Total 10 100.0 10 100.0 >48 jam 2 20.0
Lainnya - 0.0 Total 10 100.0
Berdasarkan Tabel 12
Berdasarkan Tabel 10 tersebut
menunjukkan bahwa lama waktu
menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol ibu post partum sectio caesar yang pengeluaran kolostrum pada kelompok
dukungan keluarga dalam Menyusui oleh perlakuan ibu post partum sectio caesar
suami sebanyak 6 orang (60.0%), selama<24 jam sebanyak 5 orang (50.0%),
dukungan keluarga oleh orang tua waktu pengeluaran kolostrum selama 24-
sebanyak 3 orang (30.0%), dukungan
36 jam sebanyak 3 orang (30.0%), waktu
keluarga lainnya sebanyak 1 orang
(10.0%).Pada kelompok perlakuan ibu pengeluaran kolostrum selama >48 jam
post partum sectio caesar yang dukungan sebanyak 2 orang
keluarga dalam proses menyusui oleh (20.0%).
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 236
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

Tabel 13. Karakteristik Responden pembuatan kolostrum, keaktifan dari


Berdasarkan Pengaruh Pijat Oksitosin rangsangan hormon-hormon terhadap
terhadap Waktu Pengeluaran Kolostrum pengeluaran air susu mempengaruhi
N Median P Value kecepatan dalam proses laktasi.
Berdasarkan data penelitian tersebut
Perlakuan 10 1,70 p= peneliti berasumsi bahwa perawatan
Kontrol 10 2,70 0,026 payudara yang dilakukan sejak masa
kehamilan membantu dalam kecepatan
proses laktasi yang sudah mulai berproses
Tabel 13 menunjukkan bahwa didalam tubuh ibu, terutama pada trimester
pengaruh pijat oksitosin terhadap waktu ketiga hormon-hormon bekerja dalam
pengeluaran kolostrum pada ibu post mempersiapkan ASI bagi bayi setelah
partum sectio caesar di Rumah Sakit lahir, perawatan payudara yang dilakukan
Marinir Surabaya dan didapatkan data oleh para ibu pada masa kehamilan bekerja
bahwa dari 20 orang responden ibu post dengan merangsang hormon-hormon yang
partum sectio caesar. Menyatakan bahwa mempengaruhi pembentukan ASI selama
hasil uji statistik Wilcoxon menunjukkan kehamilan yaitu progesteron, estrogen,
hasil p= 0,026<0,05, bermakna Ho ditolak prolaktin, oksitosin dan HPL, sehingga
sehingga terdapat pengaruh pijat oksitosin proses pembentukan ASI lebih produktif
terhadap waktu pengeluaran kolostrum di dan waktu pengeluaran kolostrum lebih
RS Marinir Ewa Pangalila Surabaya. cepat.
Hasil menunjukkan 3 orang
PEMBAHASAN (30.0%) responden yang melakukan
Waktu pengeluaran kolostrum pada perawatan payudara, 2 orang (20.0%)
kelompok kontrol ibu post partum sectio diantaranya mendapat dukungan keluarga
caesar yang telah diberikan pijat dalam hal ini suami pada saat proses awal
oksitosin di Rumah Sakit Marinir Ewa menyusui. Suami (ayah) yang mendukung
Pangalila Surabaya ASI, 98 persen ASI eksklusif berhasil,
Secara umum hasil penelitian di sedangkan ayah yang tidak mendukung
ASI keberhasilannya hanya 26 persen
Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila
saja4. Menurut15 peran suami pada ibu
Surabaya menunjukkan bahwa responden
menyusui sangat berpengaruh dalam
ibu pada kelompok kontrol yang
meningkatkan hormon oksitosin, yang
pengeluaran kolostrum selama 24-36 jam
harus diketahui bahwa kerja hormon
sebanyak 3 orang (30.0%) dan selama >48
oksitosin sangat dipengaruhi oleh pikiran
jam sebanyak 7 orang (70.0%). Data yang
ibu (positif atau negatif), pikiran ibu akan
didapatkan di Rumkitmar Ewa Pangalila
memperlancar pengeluaran hormon ini,
Surabaya, responden yang melakukan
demikian sebaliknya. Berdasarkan data
perawatan payudara pada masa kehamilan
penelitian diatas peneliti berasumsi
sebanyak 3 orang (30.0%). Perawatan
dukungan keluarga terutama suami dapat
payudara sebaiknya dilakukan selama
mempengaruhi perasaan dan pikiran ibu
masa-masa akhir kehamilan, terutama
yang mempengaruhi kerja hormon
kehamilan bulan ketujuh (kehamilan
oksitosin, perasaan nyaman dan tenang
trimester ketiga)1. Menurut15 pada
yang dirasakan ibu dapat meningkatkan
trimester ketiga kehamilan laktogen
stimulasi hipofise posterior untuk
plasenta mulai merangsang untuk
mengeluarkan hormon oksitosin yang
237 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 229-241

dapat merangsang sel alveoli untuk produksi ASI hal ini disebabkan kurang
memproduksi ASI sehingga waktu adanya stimulus yang dapat merangsang
pengeluaran kolostrum lebih cepat. hormon-hormon yang mempengaruhi
Responden dengan waktu pengeluaran pembentukan ASI selama kehamilan yaitu
kolostrum 24-36 jam sebanyak 3 orang progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin
(30.0%) namun 1 orang (10.0%) dan HPL, sehingga proses pembentukan
responden yang tidak melakukan ASI kurang produktif dan pengeluaran
perawatan payudara memiliki status gizi ASI mengalami keterlambatan. sebanyak 2
lebih saat masa kehamilan. Makanan yang orang (20.0%) responden yang tidak
dikonsumsi ibu menyusui sangat mendapat dukungan keluarga namun
berpengaruh terhadap produksi ASI16. mendapat jenis anastesi general saat
Apabila makanan yang ibu makan persalinan sectio caesar. Ibu yang
mengandung cukup gizi dan pola makan melahirkan dengan cara operasi caesar
yang teratur, maka produksi ASI akan (Csectomi) seringkali sulit menyusui
berjalan dengan lancar. Berdasarkan data bayinya segera setelah ia lahir18. Terutama
penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa jika ibu diberikan anastesia umum. Ibu
ibu yang memiliki status gizi kurang, relatif tidak sadar untuk dapat mengurus
produksi ASI dapat menurun. Hal ini bayinya di jam pertama setelah bayi lahir.
disebabkan nutrisi maupun vitamin yang Kondisi luka operasi di bagian perut relatif
dikonsumsi ibu kurang dapat terserap membuat proses menyusui sedikit
dalam tubuh untuk proses laktasi. terhambat. Sementara itu, bayi mungkin
Responden dengan waktu mengantuk dan tidak responsif untuk
pengeluaran kolostrum >48 jam sebanyak menyusu, terutama jika ibu mendapatkan
7 orang (70.0%). Data yang didapatkan di obat-obatan penghilang rasa sakit sebelum
Rumkitmar Ewa Pangalila Surabaya, operasi. Beberapa peneliti menyimpulkan
responden yang tidak melakukan bahwa proses melahirkan dengan caesar
perawatan payudara pada masa kehamilan akan menghambat terbentuknya produksi
sebanyak 7 orang (60.0%). Perawatan ASI. Meskipun demikian, menyusui
payudara sebaiknya dilakukan sejak sesering mungkin setelah proses kelahiran
selama masa-masa akhir kehamilan, dengan caesar akan meminimalisasi
terutama kehamilan bulan ketujuh masalah-masalah tersebut. Bahkan
(kehamilan trimester ketiga)1. Penelitian beberapa ibu yang melahirkan dengan
yang dilakukan oleh17 tentang faktor caesarea memiliki produksi ASI yang
determinan produksi ASI pada ibu melimpah.
menyusui di Puskesmas Talaga Jaya Berdasarkan data penelitian diatas
Gorontalo mendapatkan hasil bahwa peneliti berasumsi bahwa jenis anastesi
dengan tidak melakukan perawatan general bekerja dengan melumpuhkan
payudara memberi kemungkinan untuk sistem saraf pusat secara keseluruhan
mengalami produksi ASI kurang yang sehingga ibu yang menjalani anastesi
dinilai melalui Exp (B)=3,433 kali lebih tersebut mengalami kesulitan dalam
besar dibandingkan dengan yang pemberian ASI pertama dikarenakan ibu
melakukan perawatan payudara. masih dalam pengaruh obat anastesi,
Berdasarkan penelitian diatas peneliti dalam hal ini keterlambatan pengeluaran
berasumsi bahwa perawatan payudara kolostrum akan terjadi karena ibu tidak
yang tidak dilakukan sejak masa mendapat rangsangan dari luar yang dapat
kehamilan menimbulkan hambatan menstimulasi hipofise posterior dengan
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 238
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

begitu secara berkelanjutan akan Berdasarkan data penelitian diatas


mengalami keterlambatan pada produksi peneliti berasumsi bahwa perawatan
hormon prolaktin yang berpengaruh dalam payudara yang dilakukan sejak masa
proses pembentukan ASI. Kecepatan kehamilan membantu dalam kecepatan
pengeluaran kolostrum pada ibu post proses laktasi yang sudah mulai bekerja
partum sectio caesar memberikan didalam tubuh ibu, terutama pada trimester
pengaruh terhadap kecepatan pemberian ketiga hormon-hormon bekerja dalam
nutrisi awal untuk bayi baru lahir, mempersiapkan ASI bagi bayi setelah
kolostrum yang banyak mengandung lahir, perawatan payudara yang dilakukan
protein dan antibodi tentu sangat oleh para ibu pada masa kehamilan bekerja
dibutuhkan bayi pada masa awal dengan merangsang hormon-hormon yang
kehidupannya karena sistem immunitas mempengaruhi pembentukan ASI selama
bayi masih sangat retan terhadap suasana kehamilan yaitu progesteron, estrogen,
lingkungan disekitarnya, selain itu pada prolaktin, oksitosin dan HPL, sehingga
anastesi general biasanya ibu mengalami proses pembentukan ASI lebih produktif
lebih lama mobilisasi dibandingkan dan waktu pengeluaran kolostrum lebih
dengan ibu anastesi SAB. cepat.
Sebanyak 5 orang (50.0%) pada kelompok
Waktu pengeluaran kolostrum pada perlakuan dengan waktu pengeluaran
kelompok perlakuan ibu post partum kolostrum <24 jam yang sudah melakukan
sectio caesar yang telah diberikan pijat perawatan payudara juga mendapat
oksitosin di Rumah Sakit Marinir Ewa dukungan keluarga dalam hal ini
Pangalila Surabaya dukungan suami pada proses awal
menyusui.
Secara umum hasil penelitian di
Berdasarkan data penelitian diatas
Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila
peneliti berasumsi bahwa dukungan
Surabaya. responden ibu pada kelompok
keluarga untuk responden hanya
perlakuan yang pengeluaran kolostrum
didapatkan dari orang tua sehingga kurang
selama <24 jam sebanyak 5 orang (50.0%),
memberikan nyaman perasaan dan pikiran
selama 24-36 jam sebanyak 3 orang
ibu akibatnya kerja hormon oksitosin
(10.0%), dan selama >48 jam sebanyak 2
berkurang sehingga waktu pengeluaran
orang (20.0%). Data yang didapatkan di
kolostrum lebih terlambat. Kecepatan
Rumkitmar Ewa Pangalila Surabaya,
pengeluaran kolostrum pada ibu post
responden yang melakukan perawatan
partum sectio caesar memberikan
payudara pada masa kehamilan sebanyak 5
pengaruh terhadap kecepatan pemberian
orang (50.0%). Perawatan payudara
nutrisi awal untuk bayi baru lahir,
sebaiknya dilakukan sejak selama masa-
kolostrum yang banyak mengandung
masa akhir kehamilan, terutama kehamilan
protein dan antibodi tentu sangat
bulan ketujuh (kehamilan trimester
dibutuhkan bayi pada masa awal
ketiga)1. Pada trimester ketiga kehamilan
kehidupannya karena sistem immunitas
laktogen plasenta mulai merangsang untuk
bayi masih sangat retan terhadap suasana
pembuatan kolostrum, keaktifan dari
lingkungan disekitarnya.
rangsangan hormon-hormon terhadap
pengeluaran air susu mempengaruhi
kecepatan dalam proses laktasi15.
239 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 229-241

Pengaruh pijat oksitosin terhadap hipofise posterior untuk meningkatkan


waktu pengeluaran kolostrum pada ibu pengeluaran hormon oksitosin, saat
post partum sectio caesar di Rumah oksitosin meningkat hipofise anterior
Sakit Marinir Ewa Pangalila Surabaya terstimulasi untuk mengeluarkan hormon
prolaktin yang dapat merangsang sel
Berdasarkan hasil penelitian yang
alveoli sehingga produksi ASI dapat
dilakukan dari 20 orang responden di
meningkat.
Rumah Sakit Marinir Ewa Pangalila
Surabaya, didapatkan hasil dari analisa
statistic non parametrik test 2 indepedence SIMPULAN
sample (uji wilcoxon) menyatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian yang
hasil uji statistik wilcoxon menunjukkan dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit
hasil p= Marinir Ewa Pangalila Surabaya pada
bulan April-Mei 2015 dapat di simpulkan
0,026<0,05, bermakna Ho ditolak dan Hı
bahwa sebagian besar ibu post partum
diterima sehingga terdapat pengaruh pijat
sectio caesaria di Rumah Sakit Marinir
oksitosin terhadap waktu pengeluaran
Ewa Pangalila Surabaya yang tidak
kolostrum di Rumah Sakit Marinir Ewa
dilakukan pijat oksitosin mempunyai
Pangalila Surabaya.
waktu pengeluaran kolostrum selama >48
Pada ibu post partum sectio caesar jam. Sebagian besar ibu post partum sectio
yang dilakukan pijat oksitosin didapatkan caesar di Rumah Sakit Marinir Ewa
hasil dari observasi waktu pengeluaran Pangalila Surabaya setelah dilakukan pijat
kolostrum lebih cepat <24 jam sebanyak 5 oskitosin mempunyai waktu pengeluaran
orang (50.0%). Pijatan atau rangsangan kolostrum selama <24 jam. Ada pengaruh
pada tulang belakang, neurotransmitter pijat oksitosin terhadap waktu pengeluaran
akan merangsang medulla oblongata kolostrum pada ibu post partum sectio
langsung mengirim pesan ke hypotalamus caesar.
di hipofise posterior untuk mengeluarkan
oksitosin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya19. Pijatan di SARAN
daerah tulang belakang ini juga akan Perlu dilakukan penelitian lebih
merileksasikan ketegangan dan lanjut jangka waktu pemijatan oksitoksin
menghilangkan stres dan dengan begitu terhadap waktu pengeluran kolostrum
hormon oksitosin keluar dan akan pada ibu post partum sectio caesaria dan
membantu pengeluaran air susu ibu, letak pijatan yang tepat.
dibantu dengan isapan bayi pada puting
susu pada saat segera setelah bayi lahir REFERENSI
dengan keadaan bayi normal. Astutik, R.Y.2014. Payudara dan laktasi.
Berdasarkan penelitian tersebut Jakarta: Salemba Medika.
peneliti berasumsi bahwa adanya pengaruh Chomaria, Nurul. 2013. Paduan Super
pijat oksitosin terhadap waktu pengeluaran Lengkap Kehamilan, Kelahiran &
kolostrum dipengaruhi oleh perawatan Tumbuh Kembang Anak Bagi
payudara dan dukungan keluarga, yang Muslimah. Surakarta: AHAD Books.
bekerja dengan menstimulasi hormon Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan
oksitosin yang dihasilkan dari rasa Indonesia. Jakarta.
nyaman, tenang, tidak mengalami stres Desmawati. 2013. Penentu Kecepatan
sehingga tubuh dapat menstimulasi Pengeluaran Air Susu Ibu Setelah
Zamzara, Ernawati, Susanti, Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Waktu Pengeluaran 240
Kolostrum Ibu Post Partum Sectio Caesar

Sectio Caesar. Di akses pada aamat Kemanfaatan-kemanfaatanya. Diva


http://Jurnalkesmas.ui.id/index.php/k Press: Yogyakarta.
esmas/article/view/22. diunduh Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
tanggal 15 Februari 2015 jam 19.48 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
WIB. Pengembangan Kesehatan, Departemen
Deswani, K.2012. Paduan Praktik Klinik Kesehatan, Republik Indonesia.
dan Laboratorium Keperawatan Sherwood & Lauralee.2011. Fisiologi
Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. Manusia Dari Sel ke Sistem (Human
Dewi,Vivian, N,& Tri, S.2011. Asuhan Physiology: From Cells to System).
Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Jakarta: EGC.
Salemba Medika Elfidrin. Ferial, Sukarni & Wahyu.2013. Buku Ajar
Eddyman, W.2013. Biologi Keperawatan Maternitas.
Reproduksi. Jakarta: Erlangga . Yogyakarta: Nuha Medika.
Guyton & Hall.2007. Buku Ajar Fisiologi Widuri, H. 2013. Cara mengelola asi
Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC. eksklusif bagi ibu bekerja.
Haryono, Rudi & Sulis, S. 2014. Manfaat Yogyakarta: Gosyen Publishing.
ASI Eksklusif untuk Buah Hati Yaeni, M. 2013. Analisa Indikasi
Anda.Yogyakarta: Gosyen Dilakukan Persalinan sectio Caesarea
Publishing. Di Rsup Dr. Soeradjitirtonegoro
Herry, Garna, Heda, M. D, & Nata Klaten. Artikel. Surkarta: Universitas
Prawira., 2005. Pedoman Diagnosa Muhammadiyah Surakarta.
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anaka
Edisi 3.Bandung: Bagian Ilmu Yohmi, E. & Roesli, U. 2008. Manajemen
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Laktasi. In: Ikatan Dokter Anak
Universitas Padjajaran. Indonesia. Bedah ASI. Jakarta: Balai
IDAI. 2010. Faktor Determinan Produksi penerbit FKUI.
ASI Pada Ibu Menyusui Puskesmas
Talaga Jaya Kabupaten Gorontalo
Provinsi Gorontalo. Jakarta: Badan
Penebit IDAI
InfodatinMaga,Iramaya. Di akses
pada halaman
http://jurnalmagamaya.ui.id.index.ph
p/maga/article /view.pdf.diunduh
pada tanggal 7 juli 2015 pukul 15.00
WIB.

Maga,I, Buraerah, H. A,& Andi,.Z.2015.


Determinant Factors Breastmilk
Production In Publik Health Centre
Talaga Jaya Gorontalo Regency
Gorontalo Province. Artikel Ilmiah.
Gorontalo: Politeknik Kesehatan
Gorontalo.
Prasetyono,D.S. 2009. ASI Ekslusif
pengenalan,, Praktik, dan

Anda mungkin juga menyukai