Anda di halaman 1dari 71

Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1.

April 2013

PENGARUH METODE LATIHAN LARI PERCEPATAN DAN LARI INTERVAL


TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA

Muhammadiah*)

Abstrak: Kunci keberhasilan dalam permainan sepakbola adalah penguasaan keterampilan dasar bermain
sepakbola harus dimiliki pemain sepakbola. Berdasarkan hasil observasi di klub PS.Smansa SMA Negeri I
Meureudu dapat digambarkan bahwa para pemain masih kurang menguasai keterampilan dasar bermain
sepakbola. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan metode latihan lari percepatan dan metode
latihan lari interval terhadap keterampilan bermain sepakbola pada klub Ps.Smansa SMA Negeri 1
Meureudu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan metode quasi-eksperimen
dengan desain Nonequivalent Control Group Design atau (pretest-posttest control group design) dalam
bentuk tes keterampilan dengan mengambil sampel 40 orang siswa klub Ps.Smansa SMA Negeri 1
Meureudu. Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan dasar bermain sepakbola (soccer test).
Teknik analisis data menggunakan uji t (uji beda rata-rata). Hasil penelitian terhadap pengaruh metode
latihan lari percepatan dan latihan lari interval memperoleh nilai t hitung sebesar 2,100 sedangkan nilai t
tabel 2,024, maka t hitung lebih besar dari t tabel (2,100 > 2,024) dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan dasar bermain sepakbola khususnya keterampilan
menggiring bola (dribbling), dimana pada metode latihan lari percepatan memperoleh nilai rata-rata 32,40
dan nilai rata-rata, sedangkan pada metode latihan lari interval memperoleh nilai 29,900, ini membuktikan
bahwa metode latihan lari interval lebih berpengaruh dari pada metode latihan lari percepatan dalam
meningkatkan keterampilan bermain sepakbola khususnya keterampilan menggiring bola klub Ps.Smansa
SMA Negeri 1 Meureudu.

Kata Kunci: Lari Percepatan, Lari Interval, Keterampilan Sepakbola

Pendahuluan tidak boleh pasif berdiri saja harus bergerak, idealnya


Olahraga yang sekarang dilakukan oleh seorang pemain sepakbola harus memiliki kondisi
masyarakat adalah merupakan bentuk-bentuk yang baik, keterampilan teknik yang baik dan
kesegaran jasmani yang terdapat dalam permainan, kesiapan mental yang mantap. Popularitas permainan
perlombaan, dan bahkan apabila kegiatan ini sepakbola yang begitu besar dalam dunia
dilakukan dengan intensif, maka hasil yang diperoleh Internasional, akhirnya akan menghasilkan image
adalah di samping rekreasi dan kesenangan juga bahwa sepakbola merupakan tontonan dan hiburan
prestasi yang optimal. Sepakbola adalah salah satu yang mampu menggerakkan berbagai segi kehidupan,
cabang olahraga permainan yang merupakan cabang termasuk juga perekonomian masyarakat.
olahraga yang paling populer di seluruh dunia. Hampir Penguasaan teknik dasar bermain merupakan
semua kalangan menyebutkan bahwa permainan komponen pokok pada permainan sepakbola. Teknik
sepakbola adalah atraksi yang paling menarik atau keterampilan dasar ini merupakan hal yang harus
diseluruh dunia dan tidak ada olahraga lain yang dapat dimiliki setiap pemain sepakbola, karena ada dua
mengalahkan kepopulerannya. Salah satu kunci keberhasilan dalam sepakbola yaitu penguasaan
indikatornya adalah animo masyarakat terhadap dan kemampuan menerapkan teknik dasar secara
cabang olahraga ini, baik sebagai pemain, pengurus efektif dan konsisten (Jones, 1988:7). Pentingnya
maupun penonton. Sifat manusia yang tidak terlepas penguasaan teknik dasar dikemukakan Soekatamsi
dari keinginannya bermain dan berkompetisi dapat (1988:12) sebagai berikut: ”tanpa penguasaan teknik
disalurkan melalui bermain sepakbola, karena dalam dasar dan keterampilan bermain sepakbola yang baik,
pelaksanaannya seorang pemain pasti dengan seorang pemain tidak dapat melakukan berbagai
senangnya akan berusaha memainkan bola dan sistem serta pola permainan atau pengembangan taktik
bersaing untuk mengusai bola agar memenangkan dan tidak dapat pula membaca permainan”.
permainan. Sepintas kelihatannya bermain sepakbola Selanjutnya dikemukakan juga oleh Sneyers
sangatlah mudah dan sederhana, bahkan hampir semua (1989:24), ”mutu permainan suatu kesebelasan
orang mengaku sanggup dirinya bermain sepakbola, ditentukan oleh penguasaan teknik dasar pemainnya”.
namun kenyataanya tidaklah semudah seperti yang Bila ingin menjadi pemain sepakbola yang
dibayangkannya, karena dalam melakukan sepakbola bermutu, maka pemain tersebut latihannya harus

Muhammadiah 1
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

banyak ditekankan pada kecepatan bergerak, karena Kabupaten Pidie Jaya melakukan pembinaan olahraga
pada era sepakbola modern ini kecepatan bergerak dengan cara merangsang dan meningkatkan kegiatan
memegang peranan yang sangat penting dalam olahraga di sekolah-sekolah dalam rangka menjaring
menentukan hasil dan jalannya permainan, untuk calon-calon atlet berbakat sekaligus untuk
bergerak cepat harus dilatih dengan cepat pula memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan
sebagaimana dikemukakan oleh Mirkin dan Hoofman masyarakat, yang sehat lahir bathin, percaya diri, dan
(1984:311) bahwa, ”agar melakukan gerakan yang memiliki mental tauhid. Secara khusus tujuan dari
cepat dalam pertandingan, maka harus dilatih dengan perkumpulan sepakbola ini adalah untuk mendidik
cepat pula”. Mengingat pentingnya kecepatan siswa atau pemain tentang keterampilan dasar bermain
bergerak saat menggiring bola guna mengecoh dan sepakbola yang baik dan benar.
menerobos pertahanan lawan, sehingga peluang Berdasarkan hasil observasi awal penulis, dapat
menciptakan gol ke gawang lawan lebih terbuka, digambarkan bahwa para pemain di klub Ps.Smansa
maka dalam memberikan latihan harus banyak SMA Negeri I Meureudu masih kurang menguasai
menekankan pada unsur kecepatan dengan tidak keterampilan dasar bermain sepakbola khususnya
mengabaikan unsur-unsur penting lainnya yang keterampilan kecepatan menggiring bola (dribbing),
menunjang dalam permainan sepakbola. Banyak cara hal ini terlihat ketika para pemain di klub
atau metode latihan yang dapat digunakan pelatih Ps.SMANSA Meureudu melakukan menggiring bola
untuk mengembangkan kecepatan bergerak dari kurang memiliki kecepatan sehingga bola dapat
pemainnya, salah satunya adalah metode latihan lari dengan mudah direbut pemain lawan, sehingga sulit
percepatan (acceleration sprint) dan metode latihan untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Untuk
lari interval (interval sprint), dimana kedua metode meningkatkan pencapaian prestasi yang optimal,
latihan ini sangat baik untuk mengembangkan penguasaan keterampilan kecepatan menggiring bola
kecepatan, karena dalam pada latihan acceleration para pemain di klub Ps.Smansa SMA Negeri I
sprint tipe gerakannya hampir sama dengan Meureudu harus ditingkatkan melalui latihan. Metode
menggiring bola hingga betul-betul mengarah ke latihan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
tujuan latihan. Gerakan dimulai dari lari lambat makin keterampilan menggiring bola para pemain klub
lama makin meningkat kecepatannya, pada gerakan Ps.Smansa SMA Negeri I Meureudu adalah latihan
lari lambat pemain dapat mengontrol bola dengan lari percepatan dan latihan lari interval. Berdasarkan
rapat agar bola tetap lengket pada kaki. Latihan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
menggiring bola dengan acceleration sprint dapat mengadakan suatu penelitian tentang ”Pengaruh
meningkatkan kemampuan kecepatan menggiring bola Metode Latihan Lari Percepatan dan Lari Interval
dengan kontrol bola yang rapat, dengan kemampuan Terhadap Keterampilan Bermain Sepakbola
mengontrol bola saat menggiring bola, pemain dapat (Eksperimen Pada Pemain Sepakbola klub Ps.Smansa
merubah arah dengan cepat untuk melalui rintangan SMA Negeri I Meureudu)”.
atau lawan sambil membawa bola. Begitu pula dengan
latihan lari interval (interval sprint) pemain dituntut .
untuk melakukan gerakan lari dengan kecepatan Kerangka Teoritis
maksimal secara berulang-ulang, sehingga kecepatan Pengertian Sepakbola
lari siswa dapat meningkat. Saat pemain lari Terdapat dua istilah popular dalam bahasa
menggiring bola dengan kecepatan maksimal ke depan inggris yang berkaitan dengan istilah permainan
maka peningkatan kecepatan menggiring bola dapat sepakbola, yaitu football (dua kata yang digabungkan
tercapai. tidak terpisah) dan Soccer. Di Indonesia terjemahan
Ada beberapa cara menjaring calon-calon atlet kata sepakbola adalah tejemahan dari kata football,
berbakat yaitu: (1) merangsang dan meningkatkan sedangkan di Amerika penggunaan kata sepakbola
kegiatan olahraga di sekolah-sekolah, (2) melibatkan lebih merujuk pada kata Soccer. Terlepas dari kedua
masyarakat umum dan pemerintah daerah dengan cara kata yang berbeda tersebut dalam tulisan ini kedua
merangsang berkembangnya klub-klub sepakbola kata tersebut diartikan bermakna permainan
daerah dan kota madya dan menyediakan fasilitas sepakbola.
olahraga seperti lapangan dan gedung olahraga. Permainan sepakbola sebenarnya mengandung
Pembinaan olahraga prestasi di daerah khususnya beberapa ciri-ciri umum sebagai berikut:
Kabupaten Pidie Jaya dilakukan melalui jalur
pengembangan klub-klub sepakbola di sekolah- 1) Permainan sepakbola menggunakan media
sekolah, seperti salah satunya klub sepakbola bola sebagai alatnya.
Ps.Smansa SMA Negeri I Meureudu. Pembinaan 2) Dimainkan dengan kaki, seperti untuk
cabang olahraga sepakbola yang dilakukan pada klub menendang, mengoper atau menyetop bola
Ps.Smansa SMA Negeri I Meureudu dimaksudkan bagi pemain, sedangkan untuk penjaga
sebagai salah satu upaya pemerintah daerah gawang (keeper) boleh menangkap dengan

2 Muhammadiah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

kedua tangannya (PSSI, 1993:13). Namun serangan lawan agar tidak kemasukan bola. Permainan
demikian dapat pula dimainkan dengan sepakbola dapat dipertandingkan apabila tersedia dua
anggota tubuh lainnya, seperti dengan regu yang akan bertanding dengan seorang pimpinan
mengunakan kepala, dada, dan paha. (wasit) dan dua orang hakim garis, dengan
Memiliki peraturan bermain yang telah mempergunakan satu buah bola dari kulit atau bahan
ditentukan oleh Badan sepakbola Seperti sejenis yang diperbolehkan untuk dipergunakan
PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh dengan standar tertentu (kalau ditendang dengan
Indonesia), FIFA (Federation Internasional kencang lajunya bola tidak melayang), terpompa
The Football Association) (PSSI, 1993:13). dengan baik, (tekanan udara berkisar antara 0,60
sampai dengan 0,70 atmosfir atau sama dengan 9,00
Beberapa pendapat para ahli yang berkaitan sampai dengan 10,50 lb per inci persegi, pada
dengan permainan sepakbola seperti salah satunya ketinggian sejajar permukaan laut). Bola harus bulat
dijelaskan Sukatamsi (2003:21) bahwa “sepakbola dengan ukuran lingkaran tidak boleh lebih dari 71 cm,
merupakan suatu permainan beregu yang dimainkan dan tidak boleh kurang dari 68 cm, berat bola pada
oleh dua regu masing-masing regunya terdiri dari permulaan permainan tidak boleh lebih dari 453 gram
sebelas orang pemain termasuk penjaga gawang, dan tidak boleh kurang dari 396 gram. (PSSI,
permainan boleh dilakukan dengan seluruh bagian 1993:13).
badan kecuali dengan tangan, pada dasarnya seluruh
permainan dilakukan dengan keterampilan kaki, dan Keterampilan Bermain Sepakbola
hanya penjaga gawang yang boleh menggunakan Kata keterampilan (skill) berasal dari kata
seluruh anggota badannya untuk menjaga gawangnya terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan
agar lawan tidak dapat memasukkan bola ke tugas, mampu dan cekatan. Sedangkan kata
gawangnya. Sedangkan menurut Luxbacher (1997:2) keterampilan itu sendiri berarti kecakapan untuk
menyatakan bahwa: “Pertandingan sepakbola menyelesikan tugas (Depdikbud, Kamus Besar Bahasa
dimainkan oleh dua tim yang masing-masing Indonesia, 1975:935). Menurut Scmidt (1989:3)
beranggotakan 11 orang. Masing-masing tim bahwa, “Skill consists in the ability to bring about
mempertahankan sebuah gawang dan mencoba some end result with maximum certainty and minimum
menjebolkan gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper outly of energy, or of time and energy”. Maksud
yang mempunyai tugas untuk menjaga gawang. Kiper kalimat tersebut adalah keterampilan merupakan
diperbolehkan untuk mengontrol bola dengan tangan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan
di dalam daerah pinalti yaitu daerah yang berukuran kepastian yang maksimal melalui enargi dan waktu
44 yard dan 18 yard pada garis akhir. Pemain lainnya yang minimal. Keterampilan adalah kemampuan
tidak diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan untuk menggunakan satu atau beberapa teknik secara
mereka untuk mengontrol bola, tetapi mereka dapat tepat, baik dari segi waktu maupun situasai.
menggunakan kaki, tungkai atau kepala. Masing- Keterampilan juga didefinisikan sebagain gerak
masing tim mempertahankan sebuah gawang dan otot atau gerakan tubuh untuk mensukseskan
mencoba menjebolkan gawang lawannya. Peraturan pekasanaan aktifitas yang diinginkan (Lutan,
permainan ini dalam periode waktu dua kali 45 menit, 1988:57). Istilah keterampilan memiliki beberapa
tanpa time out”. pengertian, tetapi yang lazim digunakan menurut
Permainan sepakbola resmi yaitu sepakbola Lutan dalam (Saifuddin, 2001:28-29) adalah
yang masuk dalam katagori permainan sepakbola yang keterampilan dipandang sebagai satu perbuatan atau
dimainkan oleh dua regu, masing-masing regu terdiri tugas dan lainnya sebagai sebuah indikator dari tingkat
dari 11 orang pemain dimainkan di atas lapangan kemahiran, juga dapat dinyatakan untuk
rumput berbentuk empat persegi panjang dengan menggambarkan tingkat kemahiran seseorang dalam
menggunakan dua buah gawang. Untuk pertandingan melakukan tugas. Lebih lanjut Lutan mengatakan
resmi (internasional) harus mengikuti peraturan dari seseorang dapat di katakan terampil atau mahir
FIFA (Federation Internasional The Football ditandai oleh kemampuannya untuk menghasilkan
Association), dengan lapangan permainan memiliki sesuatu dalam kualitas yang tinggi (cepat atau cermat)
ukuran panjang tidak boleh melebihi 110 meter dan dengan tingkat keajegan yang cukup mantap.
tidak boleh kurang dari 100 meter, lebar lapangan Menurut Tarigan (2001:91) keterampilan
tidak boleh melebihi 75 dan tidak boleh kurang dari 64 adalah tindakan yang memerlukan aktivitas gerak
meter. Sedangkan ukuran gawang lebarnya 7,32 meter yang harus dipelajari supaya mendapatkan bentuk
dan tingginya 2,44 meter. gerakan yang benar. Lebih lanjut Tarigan (2001:91-
Tujuan utama dari permainan sepakbola adalah 92) mengemukakan bahwa, “gerak diartikan sebagai
berusaha untuk memasukkan bola ke gawang perubahan tempat posisi dan kecepatan tubuh dan
lawannya sebanyak mungkin dan berusaha bagian tubuh manusia yang terjadi dalam suatu
mempertahankan serta melindungi gawangnya dari dimensi ruang dan waktu dan dapat diamati secara

Muhammadiah 3
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

objektif”. Keterampilan yang diterjemahkan dari Untuk bermain sepak bola dengan baik pemain
istilah skill, yang dalam dunia olahraga ditandai oleh dibekali dengan teknik dasar yang baik. Pemain yang
adanya aktivitas fisik yang bukan hanya melibatkan memiliki teknik dasar yang baik cenderung dapat
otot-otot besar saja, namun juga melibatkan otot-otot bermain sepakbola dengan baik pula.ermainan
halus dalam melakukan gerakan. Aktivitas dalam kesebelasan salah satunya ditentukan oleh penguasaan
cabang olahraga berbeda-beda antara satu cabang teknik dasar setiap pemainnya”. Berdasarkan pendapat
dengan olahraga lain. Setiap cabang olahraga memiliki di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teknik dasar
suatu keterampilan khusus yang harus dikuasai oleh bermain sepakbola merupakan faktor penting dalam
setiap pemain. Keterampilan khusus tersebut dapat keterampilan bermain sepakbola, karena penguasaan
diklasifikasikan sebagai keterampilan dasar dan teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor
keterampilan tingkat lanjut. Keterampilan dasar penentu dalam penampilan seorang pemain baik
diterjemahkan keterampilan atau teknik dasar yang secara individu maupun kolektif tentu saja juga harus
harus dikuasai oleh semua pemain dalam melakukan didukung oleh penerapan taktik dan strategi
olahraga. Begitu pula dengan olahraga sepakbola, permainan yang baik pula. Penguasaan teknik dasar
idealnya pemain sepakbola harus dapat menguasai bermain sepakbola yang baik oleh setiap pemain,
bebagai keterampilan teknik, pemain yang terampil maka akan tercipta kerjasama yang kompak dalam
dengan sendirinya dia akan mudah dan leluasa dalam satu tim, latihan-latihan yang mendasar tentang
memainkan bola, baik secara individual maupun sepakbola terutama keterampilan bermain serta
secara beregu. Kesebelasan yang memiliki banyak latihan-latihan yang teratur, kontinyu, dan terprogram
pemain dengan keterampilan tinggi, biasanya akan akan cepat memberikan hasil sebagaimana yang
mampu menyajikan permainan yang berkualitas dan diharapkan, sehingga akan meningkatkan kualitas
memperoleh kemenangan. permainan untuk memperoleh kemenangan.
Kesebelasan yang memiliki banyak pemain dengan
Teknik Dasar Bermain Sepakbola teknik dasar tinggi, biasanya akan mampu menyajikan
Dalam perkembangan sepakbola moderen, permainan yang berkualitas.
teknik, kondisi fisik, dan perkembangan taktik
dipelajari benar-benar secara mendalam dan cermat Pengertian Pelatihan Fisik
secara ilmiah. Tujuan permainan sepaokbola moderen Menurut Harsono (1993:2) pengertian latihan
sekarang ini adalah bagaimana cara memasukkan bola atau training adalah sesuatu proses berlatih yang
ke dalam gawang lawan sebanyak-banyaknya dengan sistematis yang dilakukan secara berulang-ulang dan
mengandalkan kemampuan dan kerjasama tim yang yang kian hari jumlah beban latihannya kian
kompak. Penyajian peragaan permainan sepakbola bertambah. Menurut Kosasih (1984:46) latihan atau
tinggi hanya mampu dilakukan oleh pemain-pemain training adalah proses kerja yang harus dilakukan
sejak umur muda telah memgalami pengemblengan secara sistimatis, berulang-ulang dan jumlah beban
bermain sepakbola secara kontinyu, sistematis dan yang diberikan semakain bertambah. Tetapi dalam
terarah, Luxbacher (1997:22). menentukan beban latihannya harus benar-benar
Menurut Soedjono (1985:21), menjelaskan diperhatikan. Suharno (1993:5) menjelaskan bahwa
bahwa, “ Dalam sepakbola harus menguasai teknik- latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas
teknik dasar diperlukan sewaktu berlari berliku-liku, atlet secara sadar untuk mencapai prestasi yang
berputus dan berbali, begitu pula pada saat melindungi maksimal dengan diberi beban fisik dan mental secara
bola jika ada kawan yang berdiri bebas”. Dalam teratur, terarah, bertahap, meningkat dan berulang-
permainan mutlak yang harus dikuasai oleh seorang ulang waktunya. Beutelstah (1986:124) menyatakan
pemain, menurut Luxbacher (1997:213) teknik dasar bahwa training adalah persiapan para pemain masing-
sepakbola meliputi: masing secara individu membimbing dan membentuk
“1) Teknik tanpa bola, diartikan sebagai mereka sehingga dapat menampilkan prestasi tertinggi
keterampilan yang digunakan secara individual maupun regu.
dalam permainan tanpa menggunakan bola, Latihan fisik adalah latihan yang betujuan
keterampilan ini meliputi: (a) lari, (b) lompat, untuk meningkatkan kondisi fisik yang merupakan
dan (c) gerak tipu. 2) Teknik dengan bola faktor penting bagi setiap atlet (Suharno, 1993:l). Hal
meliputi: (a) Teknik menimang-nimang bola ini sesuai dengan pendapat Harsono (1993:1) bahwa
(juggling), (b) Teknik mengoper bola tuiuan utama dari pelatihan olahraga prestasi adalah
(passing), (c) Teknik menembak bola ke untuk meningkatkan keterampilan dan prestasi
gawang (shooting), (d) Teknik menyundul semaksimal mungkin. Sajoto (1995:58) berpendapat
bola (heading), (e) Teknik menggiring bola bahwa, ”Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan
(dribbling), (f) Teknik menendang bola yang di perlukan dalam usaha peningkatan prestasi
(kicking), (g) Teknik lemparan ke dalam seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar landasan
(throw-in), (h) Teknik penjaga gawang”. titik tolak suatu awalan olahraga prestasi”. Lebih

4 Muhammadiah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

lanjut Sajoto (1995:58) juga menjelaskan bahwa, sedikit sampai maksimum. Jangan berlatih melebihi
”Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari kemampuan". Peningkatan beban latihan dilakukan
komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan setiap 1 minggu latihan, karena organisme tubuh baru
begitu saja, baik peningkatan maupun akan beradaptasi setelah kurun waktu 1 minggu. Hal
pemeliharaannya”. ini sesuai dengan pendapat Nosseck (2005:24) yang
Komponen kondisi fisik sebagai komponen menyatakan "Periode stabilitas atau adaptasi
kesegaran biometrik dimana komponen kesegaran organisme terhadap rentetan beban yang lebih tinggi
motorik terdiri dari dua kelompok komponen, masing- selesai dalam waktu yang berbeda, paling tidak satu
masing adalah kelompok kesegaran jasmani yaitu: 1) atau dua minggu". Peningkatan latihan yang diberikan
kesegaran otot, 2) kesegaran kardiovaskular, 3) harus selalu berpegang teguh pada prinsip peningkatan
kesegaran keseimbangan jumlah dalam tubuh dan, 4) beban secara progresif. Peningkatan beban latihan
kesegaran kelentukan. Kelompok komponen lain dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain; 1)
dikatakan sebagai kelompok komponen kesegaran Jarak sama, waktu tempuh dipercepat. 2) Jarak sama,
motorik yang terdiri dari: 1) koordinasi gerak, 2) waktu tempuh sama, istirahat dipersingkat. 3) Jarak
keseimbangan, 3) kecepatan, 4) kelincahan, dan 5) diperpanjang, waktu tempuh dan istirahat sama. 4)
daya ledak otot. Di samping itu ada dua komponen Jarak sama, waktu tempuh sama, jumlah ulangan
yang dapat dikategorikan sebagai komponen kondisi diperbanyak (Soepardi, 2006:49).
fisik yaitu: 1) ketepatan dan 2) reaksi. Apabila 2) Prinsip Perkembangan Menyeluruh (multilateral
komponen gerak digabung ke dalam komponen development)
kelincahan, maka ada 10 komponen yang masuk Sasaran latihan olahraga adalah
kategori kondisi fisik (Bompa, 1999:29). perkembangan fisik atlet secara menyeluruh. Kondisi
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka fisik atlet merupakan satu kesatuan utuh dari berbagai
dapat disimpulkan bahwa latihan fisik adalah latihan komponen-komponen yang ada. Meskipun pada
yang betujuan untuk meningkatkan kemampuan akhirnya tujuan latihan adalah kemampuan yang
kondisi fisik sebab kondisi fisik adalah faktor yang bersifat khusus, namun kemampuan yang bersifat
paling penting bagi setiap atlet dalam meraih prestasi khusus tersebut harus didasari oleh kemampuan
puncak dan dibutuhkan proses serta waktu yang relatif kondisi fisik yang baik secara menyeluruh. Hal ini
lama untuk mengembembangkan keempat aspek sesuai dengan pendapat Harsono (2003:109) yang
penting, yaitu aspek fisik, teknik, taktik dan mental menyatakan bahwa, "secara fungsional, spesialisasi
apabila ingin mencapai prestasi olahraga tinggi dan kesempurnaan penguasaan suatu cabang olahraga
setinggi mungkin didasarkan pada perkembangan multilateral ini". Bila
ingin meningkatkan prestasi olahraga prinsip
Prinsip-prinsip Pelatihan Fisik perkembangan menyeluruh ini harus diterapkan.
Program latihan perlu disusun dengan prinsip- 3) Prinsip Spesialisasi (specialitation)
prinsip latihan fisik, prinsip-prinsip program latihan Prinsip spesialisasi dapat juga disebut prinsip
fisik adalah sebagai berikut: kekhususan. Pengaruh yang ditimbulkan akibat latihan
1) Prinsip Beban bertambah (over load) dan itu bersifat khusus, sesuai dengan karakteristik kondisi
Peningkatan Progresif fisik, gerakan dan sistem energi yang digunakan
Beban lebih merupakan prinsip yang paling selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur
mendasar pada pelaksanaan latihan. Dalam kondisi fisik tertentu hanya akan memberikan
pelaksanaan latihan, beban yang diberikan harus pengaruh yang besar terhadap komponen tersebut.
cukup berat, yaitu di atas ambang rangsang. Tubuh Berdasarkan hal tersebut, agar aktivitas latihan itu
akan beradaptasi dengan beban latihan yang diberikan mempunyai pengaruh yang baik, latihan yang
tersebut. Menurut Pate (2006:318) bahwa, "sebagian dilakukan harus bersifat khusus, sesuai dengan unsur
besar sistem fisiologi dapat menyesuaikan diri pada kondisi fisik dan jenis olahraga yang akan
tuntutan fungsi yang melebihi dari apa yang biasa dikembangkan. Seperti dikemukakan Soekarman
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari", oleh karena (2007:60) bahwa, "latihan itu harus khusus untuk
itu, beban latihan yang diberikan harus merupakan meningkatkan kekuatan atau sistem energi yang
beban yang lebih berat yang telah biasa diterima digunakan dalam cabang olahraga yang
sebelumnya. bersangkutan". Noseck (2005:23) mengemukakan
Melalui pemberian beban yang dilakukan bahwa, "Proses latihan yang menyangkut baik untuk
secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pengembangan potensi energi maupun penampilan
pembebanannya dapat menghindarkan dari pemberian dari keterampilan". Proses latihan yang dilakukan
beban yang berlebihan. Beban yang diberikan harus harus menyangkut pada pengembangan potensi energi
dinaikkan terus-menerus secara teratur atau secara maupun penampilan dari keterampilan olahraga yang
progresif. Menurut Soekarman (2007:60) bahwa: dikembangkan. Program latihan yang disusun dan
"Dalam latihan, beban harus ditingkatkan sedikit demi diterapkan harus disesuaikan dengan tujuan yang akan

Muhammadiah 5
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

dicapai. Bentuk latihan-latihan yang dilakukan harus kecil, bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya
bersifat khas sesuai cabang olahraga tersebut. Baik apabila intensitas latihan terlalu tinggi kemungkinan
pola gerak, jenis kontraksi otot mapun kelompok otot dapat menimbulkan cedera atau sakit. Latihan yang
yang dilatih harus disesuaikan dengan jenis olahraga baik yaitu latihan dengan intensitas yang ada di atas
yang dikembangkan, misalnya akan mengembangkan ambang rangsang latihan yang dimiliki oleh atlet
keterampilan teknik menggiring bola, maka latihan tersebut.
yang dilakukan harus sesuai dengan pola gerakan Harsono (1993:103) berpendapat bahwa "atlet
dalam menggiring bola yang benar, unsur-unsur harus berlatih dengan beban kerja yang ada di atas
kondisi fisik pendukung dalam menggiring bola juga ambang rangsang kepekaannya (threshold of
harus ikut dikembangkan. sesitifity)". Intensitas latihan kecepatan harus
4) Prinsip Individual (individualization), maksimal atau mendekati maksimal. Hal ini
Tiap-tiap orang memiliki ciri-ciri yang didasarkan atas prinsip latihan anaerobik yaitu
berbeda, sehingga latihan yang diberikan kepada memberikan beban maksimal yang dikerjakan untuk
Atlet hendaknya bersifat individual. Menurut waktu yang pendek dengan beberapa kali ulangan
Sumosardjuno (2004:13) mengemukakan bahwa, (Soekarman, 1987:58). Latihan untuk meningkatkan
"Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program kecepatan, menurut Rushall dalam Soekarman
pemantapan kondisi fisik yang sama, tetapi kecepatan (1987:58).yaitu dengan, "waktu kerja 6-15 detik,
kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Masing- dengan intensitas 100% dan lama istirahat 1-2 menit".
masing individu berbeda-beda satu dengan yang lain, Jika dihitung rasio waktu kerja dan istirahat untuk
maka setiap orang dalam berlatih harus sesuai dengan latihan lari cepat adalah 1:10. Dengan rasio 1:10,
bebannya masing-masing. Faktor-faktor karakteristik memberikan waktu istirahat yang lebih panjang
individu atlet harus dipertimbangkan dalam menyusun sehingga, pemulihannya menjadi lebih sempurna.
dan memberikan latihan. Pate (2006:318) manyatakan 2) Lama Latihan (Duration of Training)
bahwa, “Faktor umur, seks (jenis kelamin), Selain intensitas latihan, yang mempengaruhi
kematangan, tingkat kebugaran saat itu, lama berlatih, berhasil dan tidaknya peningkatan kecepatan adalah
ukuran tubuh, bentuk tubuh dan sifat-sifat psikologis lama latihan (duration). Lamanya latihan yaitu lama
harus menjadi bahan pertimbangan bagi pelatih dalam waktu yang diperlukan untuk melatih hingga terjadi
merancang peraturan latihan bagi tiap olahragawan”. perubahan yang nyata. Lamanya latihan ini didasarkan
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan atas tabel Fox (2008:297) tentang lamanya latihan
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan untuk program latihan anaerobik yaitu delapan sampai
karakteristik dan kondisi individu atlet, sehingga sepuluh minggu. Berdasarkan tabel tersebut penelitian
sangat bijaksana jika pelatih memberikan latihan ini berlangsung selama delapan minggu (dua bulan).
kepada atletnya secara individu. 3) Frekuensi Latihan (Frequency of Training)
Program latihan yang disusun untuk Frekuensi latihan dapat diartikan jumlah
meningkatkan prestasi olahraga harus memperhatikan ulangan latihan yang dilaksanakan dalam satu
faktor-faktor yang terkait dengan keberhasilan minggunya. Frekuensi adalah jumlah berapa kali
program latihannya. Selain prinsip-prinsip dasar latihan dilakukan tiap minggunya. Frekuensi latihan
latihan tersebut, faktor-faktor lain yang juga harus untuk bermacam-macam olahraga akan berbeda. Ini
mendapat perhatian adalah intensitas latihan, lama tergantung dari jenis olahraganya dan tujuan yang
latihan, frekuensi latihan dan jumlah ulangan. hendak dicapai dari cabang olahraga yang
1) Intensitas latihan (Intensity of Training) bersangkutan. Pelaksanaan latihan dianjurkan istirahat
Intensitas latihan merupakan salah satu faktor antara dua sesi latihan sedikitnya 48 jam dan
yang penting dalam latihan untuk mengembangkan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam. Hal ini sesuai
dan meningkatkan kecepatan. Intensitas latihan pendapat dari Harsono (1993:194) yang menyatakan
merupakan beratnya latihan dan merupakan faktor bahwa, "Istirahat antara dua sesi latihan sedikitnya 48
utama yang mempengaruhi efek latihan terhadap faal jam dan sebaiknya tidak lebih dari 96 jam". Sesuai
tubuh. Bompa (1999:79) menyatakan bahwa, dengan masalah penelitian, maka frekuensi latihan
intensitas adalah fungsi dari kekuatan rangsangan dalam penelitian ini didasarkan atas tabel Fox
syaraf yang dilakukan dalam latihan dan kekuatan (2008:297) tentang frekuensi latihan untuk program
yang rangsangan syaraf tergantung dari beban (load), latihan anaerobik yaitu tiga kali dalam satu
kecepatan gerakannya, variasi interval atau istirahat di minggunya. Hal ini juga didukung oleh Coerver
antara tiap ulangannya. Load (beban) dan kecepatan (1985:299), ”Latihan sekurang-kurangnya dilakukan
(velocity) gerakan merupakan komponen penting pada tiga kali dalam seminggunya”. Dengan latihan yang
intensitas latihan. Tinggi-rendahnya intensitas latihan dilakukan 3 kali seminggu secara teratur dan kontinyu
akan menentukan terhadap hasil latihan. Apabila akan memberikan pengaruh yang berarti terhadap
intensitas suatu latihan tidak memadai, maka pengaruh peningkatan keterampilan dan kondisi fisik.
latihan terhadap peningkatan kemampuan fisik sangat 4) Jumlah Ulangan (Repetition) dan Set

6 Muhammadiah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Jumlah ulangan dan set disesuaikan dengan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
tujuan latihan. Sumosardjuno, (2004:223) mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
mengemukakan, ”untuk meningkatkan otot yang 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat,
mempengaruhi kecepatan, maka ulangannya sedikit 3) istirahat yang cukup dan sehat. Kedua, keadaan
saja yaitu 1–15 ulangan”. Berkaitan dengan program fungsi jasmani atau fisiologis. Selama proses belajar
latihan kecepatan, Nosseck, (2005:100), berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh
mengemukakan sebagai berikut: (a) Intensitas manusia sangat memengaruhi hasil latihan, terutama
kerjanya adalah sub maksimal dan maksimal. (b) Jarak panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik
yang ditempuh antara 30-80 meter. (c) Volume akan mempermudah aktivitas latihan dengan baik
berjumlah 8-16 pengulangan dalam 2-8 set. pula. Saat proses latihan, panca indra merupakan pintu
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan masuk bagi segala informasi yang diterima dan
bahwa prinsip-prinsip latihan adalah suatu usaha sadar ditangkap oleh individu, sehingga dapat mengenal
yang harus dilakukan atlet untuk mencapai prestasi dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar
maksimal yang dilakukan berulang-ulang, terarah dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh
kian hari jumlahnya semakin meningkat dengan karena itu, baik guru atau pelatih maupun atlet perlu
proses yang sistimatis. menjaga panca indra dengan baik, baik secara
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat preventif maupun yang ,bersifat kuratif, dengan
ditarik kesimpulan bahwa kondisi fisik adalah salah menyediakan sarana latihan yang memenuhi
satu persyaratan yang di perlukan dalam usaha persyaratan, memeriksakan kesehatan secara periodik,
peningkatan prestasi seorang atlet dalam menjalankan mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain
olahraga yang merupakan satu kesatuan utuh yang sebagainya (Nala, 1998:10).
terdiri dari komponen-komponen yang tidak dapat
dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun
pemeliharaannya. Proses latihan kondisi fisik dalam 2. Faktor psikologis
olahraga adalah suatu proses yang harus dilakukan Faktor-faktor psikologis adalah keadaan
dengan hati-hati, dengan sabar dan penuh psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
kewaspadan terhadap atlet. Melalui latihan yang latihan. Beberapa faktor psikologis yang utama
berulang-ulang dilakukan, yang intensitas dan mempengaruhi proses latihan adalah: a) minat, b)
kompleksitasnya sedikit demi sedikit bertambah, bakat, c) sikap, dan d) motivasi siswa atau atlet.
lama-kelamaan seorang pemain akan berubah menjadi
seorang pemain yang lincah, terampil dan berhasil Pengertian Latihan Lari Percepatan (Acceleration
guna. Sprint)
Latihan lari percepatan adalah suatu bentuk
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelatihan Fisik latihan lari yang kecepatan larinya bertambah secara
Secara umum faktor-faktor yang perlahan-lahan sejak dari ringan ke berat yaitu bentuk
mempengaruhi latihan fisik dapat dibedakan atas dua latihannya diawali dengan lari pelan-pelan (jogging),
kategori, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. kemudian dipercepat (striding), dan diakhiri dengan
Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam kecepatan maksimal (sprint), dengan panjang lintasan
proses latihan individu sehingga menentukan kualitas lari percepatan adalah 55 yard atau 51 meter
hasil latihan (Nala, 1998:8). (Jhonson, 1986:68). Proses latihannya siswa perlu
1. Faktor fisiologis memiliki kemampuan mengatur kecepatan langkah,
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor sehingga ketiga tahapan tersebut dapat dilakukan
yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. dengan baik dalam satu set.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Latihan lari percepatan (acceleration sprint) ini
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus dapat dipergunakan untuk mengembangkan kecepatan,
jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Fox
aktivitas latihan seseorang. Kondisi fisik yang sehat (2008:314): ”This type of training develops speed and
dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap strength” yang berarti bentuk latihan seperti ini
kegiatan latihan individu. Sebaliknya, kondisi fisik (acceleration sprints) dapat mengembangkan
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya kecepatan dan kekuatan, kemudian bentuk latihan ini
hasil latihan yang maksimal. Oleh karena keadaan sangat baik untuk mengembangkan sistem energi
tonus jasmani sangat mempengaruhi proses latihan, anaerobic, karena ”semua bentuk gerakan yang cepat
maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan adalah gerakan dengan kekuatan anaerobic”,
jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat
antara lain adalah: 1) menjaga pola makan yang sehat disimpulkan bahwa Latihan lari percepatan
dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam (acceleration sprint) dapat diterapkan untuk
tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan meningkatkan keterampilan dasar bermain khususnya

Muhammadiah 7
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

untuk melatih kecepatan menggiring bola, Proses Penentuan unsur-unsur tersebut di atas secara jelas dan
Pelaksanaan latihan acceleration sprint yang dimulai terperinci memudahkan dalam pelaksanaan latihan,
dari kecepatan rendah makin lama makin cepat hingga karena hal ini dapat memberikan petunjuk yang lebih
pada kecepatan maksimal, dimana tipe gerakannya jelas baik bagi atlet maupun pelatih. Keberhasilan
yang hampir sama dengan menggiring bola, gerakan progam latihan lari interval di antaranya bergantung
dimulai dari lari lambat, makin lama makin meningkat pada kecermatan dalam menentukan, interval kerja,
kecepatannya sampai pada kecepatan lari maksimal. istirahat, penentuan jumlah set dan jumlah repetisi
Pada gerakan lari lambat, pemain dapat mengontrol (Soekarman, 2007:77). Latihan interval, sangat
bola dengan rapat agar bola tetap lengket pada kaki, tergantung pada tujuan latihan itu sendiri. Apabila
sehingga dapat dikatakan betul-betul mengarah ke tujuan latihan itu hendak meningkatkan kecepatan,
tujuan latihan. Latihan menggiring bola dengan maka interval istirahat yang lebih baik dan efektif
acceleration sprint dapat meningkatkan kemampuan untuk digunakan dalam latihan adalah interval
kecepatan menggiring bola dengan kontrol bola yang istirahat pasif (Soekarman, 2007:78). Tujuan interval
rapat, dengan kemampuan mengontrol bola saat istirahat adalah untuk pemulihan setelah melakukan
menggiring bola, pemain dapat merubah arah dengan kerja. Pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja
cepat untuk melalui rintangan atau lawan sambil dengan intensitas tinggi selama latihan. Dengan
membawa bola. Penerapan pada latihan menggiring adanya interval istirahat atau pemulihan yang
bola tentunya perlu adanya modifikasi, disesuaikan dilakukan di antara waktu kerja memiliki beberapa
dengan situasi dan kondisi. manfaat atau keuntungan. Menurut Suharno,
(2005:11), manfaat adanya pemulihan ini antara lain:
Pengertian Latihan Lari Interval (Interval Sprint) "(a) Menghindari terjadinya overtraining, dan (b)
Sesuai dengan namanya, latihan lari interval Memberikan kesempatan organisme atlit untuk
(interval sprint) merupakan latihan lari yang beradaptasi terhadap beban latihan sebelumnya",
dilakukan dengan diselingi istirahat di antara dengan pulih asal (recovery) yang cukup, tubuh akan
ulangannya (repetisinya). Latihan lari interval atau siap kembali untuk melaksanakan aktivitas latihan
progresive interval training merupakan rentetan selanjutnya.
latihan lari yang diberi selingan istirahat tertentu dan
terkontrol (Fox, 2008:247). Metode latihan lari
interval adalah suatu atau bentuk latihan lari dimana Metode Penelitian
jarak yang telah ditentukan ditempuh dengan Penelitian ini merupakan penelitian
berulang-ulang dan diselingi dengan penghentian atau eksperimen,dengan menggunakan metode kuasi
periode istirahat yang tidak sampai pada pemulihan eksperimen, hal ini sesuai dengan pendapat Lutan
sepenuhnya serta pelaksanaannya dilakukan dengan (1988:78) mengatakan bahwa penelitian dapat
kecepatan tinggi atau beban mendekati maksimal. berlangsung dalam kondisi (a) labolatorium dan (b)
Latihan lari interval ini terjadi berangsur-angsur dari lapangan. Dalam kondisi labolatorium, variabel
pengiramaan kerja latihan, dimana jarak yang telah termasuk dalam peneliatian (variabel internal) dan
ditentukan tidak ditempuh dalam kecepatan konstan, yang luar penelitian (bariabel eksternal) dan dapat
tetapi jarak itu dibagi menjadi beberapa jarak pendek dikontrol sehingga dapat mencapai tingkat kecermatan
dan ditempuh dengan lari cepat (sprint) serta diselingi tertentu yang dianggap lebih teliti dari pada penelitian
dengan periode istirahat pasif (jalan di tempat) yang dalam kondisi lapangan. Kondisi lapangan misalnya,
dibatasi waktunya dan terkontrol. Aktivitas latihan lari berupa kegiatan olahraga komplek atau kegiatan
interval ini dilakukan ganti berganti secara tepat alamiah lainnya dimana variabel internal eksternal
antara kerja dan istirahat dan jalan perkembangannya kurang dikontrol. Penelitian dalam kondisi
dipengaruhi oleh kerja dan istirahat sebelumnya. labolatorium lazim memamfaatkan metode
Penerapan proses metode latihan lari interval eksperimen dan noneksperimen dapat
perlu memahami istilah-istilah atau unsur-unsur yang mempergunakan metode kuasi eksperimen.
ada pada latihan lari interval. Hal ini sebagai bahan Populasi dan sampel penelitian ini adalah
acuan dalam penyusunan program latihan lari interval. pemain di klub Ps.Smansa SMA Negeri I Meureudu
Pelaksanaan program latihan lari interval terdapat Kabupaten Pidie Jaya 2012. Pengambilan sampel
beberapa unsur yang perlu diperhatikan, diantaranya dalam penelitian ini dilakukan secara total sampling
adalah jarak, kecepatan, ulangan dan istirahat sebanyak 30 orang, sedangkan instrumen yang
(Soekatmo, 2008:18). Unsur-unsur latihan tersebut di digunkan tes keterampilan sepakbola. Hipotesis dalam
atas dapat dibedakan menjadi dua unsur yang pokok penelitian ini diuji dengan uji t , kemudian data yang
yaitu interval kerja (work interval) yaitu porsi dari diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan
interval training yang terdiri dari kerja yang berat, analisis varian satu arah (one way analysis of
serta interval istirahat (relief interval) yaitu bagian variance- ANOVA) dengan langkah-langkah sebagai
dari interval training dimana badan diberi istirahat.

8 Muhammadiah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

berikut. 1) Uji Normalitas, 2) Uji Homogenitas dan, Hasil statistik deskriptif untuk menjawab
3)Uji perbedaan kedua rumusan masalah yaitu untuk mengetahui mana
diantara dua jenis metode latihan (lari percepatan dan
Hasil Penelitian dan Pembahasan lari interval) yang lebih mampu meningkatkan
Pengujian beda rata-rata (uji t) yang digunakan keterampilan bermain sepakbola, seperti ditunjukkan
dalam penelitian ini adalah uji t sample bebas dalam tabel berikut ini.
(independent sample t test). Hal ini didasarkan pada
alasan bahwa kelompok siswa yang menjadi sampel
penelitian ini bebas satu sama lain, sehingga dapat Tabel.1. Hasil statistik deskriptif Tes Akhir Kedua
dinyatakan bahwa uji beda rata-rata dilakukan dua Kelompok
kelompok data dengan objek dan perlakuan yang
Standar
berbeda. Satu kelompok siswa diberi perlakuan Kelompok N Min Max Sum Mean
Deviasi
metode latihan lari percepatan dan satu kelompok lagi
diberi perlakuan metode latihan lari interval. Uji Percepatan 20 26 40 648 32,40 3,88
beda rata-rata (uji t) dengan metode independent
sample t test (uji t sampel bebas dirumuskan sebagai Interval 20 26 39 598 29.90 3,68
berikut (Sarwoko, 2007:125). Pengujian hipotesis
didasarkan pada perbandingan antara nilai t hitung
dengan nilai t tabel pada tingkat kenyakinan 95%, Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rata-
dengan ketentuan sebagai berikut. Apabila nilai t rata keterampilan bermain sepakbola untuk kelompok
hitung > nilai t tabel dapat diartikan terdapat metode latihan lari percepatan yaitu sebesar 32,4000
perbedaan keterampilan dasar bermain sepakbola dan untuk kelompok metode latihan lari interval yaitu
antara kelompok yang diberi perlakuan metode latihan sebesar 29,9000. Berdasarkan perbandingan kedua
lari percepatan dan latihan lari Interval Apabila nilai t nilai rata-rata tersebut dapat disimpulkan bahwa
hitung < nilai t tabel dapat diartikan tidak terdapat metode latihan lari lebih percepatan mampu
perbedaan keterampilan dasar bermain sepakbola meningkatkan keterampilan bermain sepakbola bila
antara kelompok yang diberi perlakuan metode latihan dibandingkan dengan metode latihan lari interval
lari percepatan dan latihan lari interval. Adapun dengan kata lain pengaruh metode latihan lari
perhitungannya sebagai berikut. percepatan terhadap peningkatan keterampilan
bermain sepakbola relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan pengaruh metode latihan lari
X1  X 2 interval.
t = SX1  X 2 Tabel.2. Hasil Uji Beda rata-rata Tes Akhir Kedua
Kelompok (Uji independent sampel t
32 ,40  29 ,90 Postest)

= 1,19 Kesalahan
Selisih t t
df Standar
Mean hitung tabel
2,50 deviasi

= 1,19 Nilai
38 2,50 1,19 2,100 2,024
Postest
= 2,100

Berdasarkan perhitungan di atas Tabel di atas memperlihatkan t hitung sebesar


memperlihatkan t hitung sebesar 2,100. Sedangkan 2,100 sedangkan nilai t tabel menunjukkan angka
nilai t tabel pada tingkat keyakinan 95 % (df = 40-2) sebesar 2,024 karena nilai t hitung > t tabel (2,100 >
menunjukkan angka sebesar 2,024. Karena nilai t 2,024) dapat diartikan terdapat perbedaan yang
hitung > t tabel (2,100 > 2,024) dapat diartikan signifikan (nyata) antara kedua kelompok yaitu yang
terdapat perbedaan yang signifikan (nyata) antara dilatih dengan metode latihan lari percepatan dan
kedua kelompok (yaitu yang dilatih dengan metode yang dilatih dengan metode latihan lari interval.
latihan lari percepatan dan yang dilatih dengan metode 4. Perhitungan Persentase Peningkatan Nilai Rata-rata
latihan lari interval) dengan demikian hipotesis (mean)
penelitian dapat diterima. Perhitungan dengan Persentase Peningkatan keterampilan bermain
menggunakan komputer program SPSS terlampir pada sepakbola antara kelompok yang mendapatkan
lampiran 17. perlakuan metode latihan lari percepatan dan

Muhammadiah 9
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

kelompok yang mendapatkan metode latihan lari Coerver, W (1985) Sepakbola, Program Pembinaan
interval dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pemain Ideal. Alih Bahasa Kadir Yusuf.
Tabel.3. Persentase peningkatan (mean) keterampilan Jakarta: PT. Gramedia.
bermain sepakbola kedua kelompok Depdikbud (1995) Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Mean Mean Mean % Devaney, J (1986) Rahasia Para Bintang Sepakbola.
Kelompok N Pretest Postest Different Peningkatan Semarang: Dahara Prize.
Foss, M.L. & Keteyian, S.J (2008) Foxs Physiological
Percepatan 20 27,85 32,40 2,50 7,71 Basis for Exercise and Sport. Dubuque:
McGraw-Hill Companies.
Interval 20 27,85 29,90 2,05 6,85 Fox, L.E, Bowers, R, & Foss M.L (2008) The
Physiological Basic of The Physical
Edocation and Athletis, Fourt Edition, New
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa York: Sounders College Publishing.
persentase peningkatan mean keterampilan bermain Glass, and Hopkinds (1984) Statistical Methods in
sepakbola kelompok setelah mendapatkan perlakuan Educational and Physiology Second Edition.
metode latihan lari percepatan menunjukkan angka New Jersey: Prints Ce Hall.
7,71 % dan kelompok setelah mendapatkan metode Hadi, S (1997) Statistik Jilid II. Yogyakarta: Andi
latihan lari interval menunjukkan angka 6,85 % offset.
dengan demikian dapat dikatakan peningkatan mean Hadisasmita, Y (2006) Ilmu Kepelatihan Dasar.
keterampilan bermain sepakbola kelompok setelah Jakarta: Departemen Pendidikan dan
mendapatkan perlakuan metode latihan lari percepatan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
lebih baik dari kelompok setelah mendapatkan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga
metode latihan lari interval. Akademik.
Harsono (1993) Choaching dan Aspek-Aspek
Kesimpulan Psikologis dalam Choaching. Jakarta:
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan Dirjendikti.
sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh metode latihan Harvey, G (2003) Teknik Mengontrol Bola. Alih
lari percepatan terhadap keterampilan bermain Bahasa Tim GMS. Jakarta: PT. Gapuramitra
sepakbola pada pemain sepakbola klub Ps.Smansa Sejati
SMA Negeri I Meureudu. 2. Terdapat pengaruh Johnson, B. L. and Nelson, J.K (1986) Practical
metode latihan lari interval terhadap keterampilan Measurement for. Evaluation in Physical
bermain sepakbola pada pemain sepakbola klub Education. Minnesota: Burgers Publishing.
Ps.Smansa SMA Negeri I Meureudu. 3.Terdapat Jones, K (1988) Panduan Teknik Berlatih Sepakbola.
perbedaan pengaruh secara signifikan (nyata) metode Alih Bahasa Tim Penerjemah PP, PT. Dian
latihan lari percepatan dan latihan lari interval Rakyat, Jakarta.
terhadap keterampilan bermain sepakbola khususnya Kosasih, E (1984) Olahraga Teknik dan Program
kecepatan dribbing (menggiring bola) pemain Latihan. Jakarta: Akademika Pressindo.
sepakbola klub Ps.Smansa SMA Negeri 1 Lutan, R (1988) Belajar Ketrampilan Motorik.
Meureudu.Hal ini dibuktikan dengan jumlah nilai rata- Jakarta: Dekdikbud, Dirjendikti Proyek
rata postest lebih besar dari nilai rata-rata pretest Pengembangan LPTK.
setelah melakukan kedua metode. Kemudian nilai Luxbacher, J.A (1997) Sepak Bola. Alih Bahasa
rata-rata postest latihan lari interval lebih besar bila Agusta Wibawa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
dibandingkan dengan nilai rata-rata postest latihan lari Mathews, D.K. & Fox, E.L (1988) The Physiological
percepatan. Basis of Physical Education And Athletics.
Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Daftar Pustaka Mirkin, G.B. & Hoffman (1984) Kesehatan Olahraga,
Amir, Nyak (2010). Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Alih Bahasa Petrus Lukmanto dan Henny
Olahraga. Banda Aceh: Universitas Syiah Lukmanto. Jakarta: Grafidian Jaya.
Kuala Press. Moeloek, D. & Tjokronegoro (1984) Kesehatan dan
Arikunto, S (2006) Manajemen Penelitian. Jakarta: Olahraga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Rineka Cipta. Universitas Indonesia.
Arma, A (1981) Olahraga Untuk Perguruan Tinggi. Nala, N (1998) Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga.
Yogyakarta: PT. Satra Hudaya. Denpasar: Program Pascasarjana Studi
Beutelstahl, D (1986) Belajar bermain Bola volley, Fisiologi Olahraga Universitas Udayana
Bandung: CV. Pionir Jaya. Denpasar.
Bompa, T.O (1999) Periodization Theory and
Methodology of Training. Kendall/Hant:
Human Kinetics.

10 Muhammadiah
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

KOMPETENSI DAN GAYA KEPEMIMPINAN PERSONALITY

KOMUNITAS OLAHRAGA DI PROVINSI ACEH

M. Yahya*)

Absrtak: Kompetensi yang dimiliki seorang pemimpin merupakan komponen yang sangat utama yang
dibutuhkan dalam pembangunan bangsa, karena dapat menjadikan pendorong dan penghambat
pelaksanaan pembangunan. Kepemimpinan, sebagai sebuah konsep diartikan sebagai proses
mempengaruhi dari pihak seseorang terhadap pihak lainnya, guna mencapai suatu tujuan pemimpin
memperagakan perilaku kepemimpinan, dalam kontek ini, disebut tipe atau gaya kepemimpinan. Olahraga
memberikan kesempatan secara luas kepada pelakunya untuk menerapkan inisatif dan kreatifitasnya yang
dapat memberi sumbangan kepada kemajuan ilmu pengetahuan manusia yang pada akhirnya terbentuk
kompetensi dan gaya kepemimpinan yang handal, namun masyarakat awan belum meyakini bahwa
olahraga dapat meningkatkan kompetensi dan membentuk kepribadian seorang pemimpin. Adapun tujuan
penelitian untuk mengetaui kompetensi dan gaya kepemimpinan yang dimiliki personality komunitas
olahraga Provinsi Aceh. Penelitian ini mengunakan pendekatan diskriptif kualitatif, yang menjadi subjek
dalam penelitian ini personality komunitas olahraga yang tersebar di seluruh Aceh yang berjumlah 10
orang dengan teknik Purposive sampling, menggunakan instrument pengamatan dan wawancara. Tehnik
analisis ada beberapa tahap yaitu reduksi data, display data, dan verifikasi data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa personality komunitas olahraga Provinsi Aceh telah memiliki kompetensi dan gaya
kepemimpinan yang ideal, sehingga asumsi masyarakat terhadap lemahnya kompetensi dan gaya
kepemimpinan personality komunitas olahraga tidak diterima kebenarannya.

Kata Kunci: Manajemen, Pemassalan, Pembibitan, Pembinaan olahraga.

Pendahuluan tujuan, bila sumber daya manusia diabaikan maka


Kompetensi merupakan komponen yang sangat organisasi tidak akan berhasil mencapai tujuan dan
utama dibutuhkan dalam pembangunan bangsa, karena sasaran”.
dapat menjadikan pendorong dan penghambat Kompetensi merujuk kepada karakteristik yang
pelaksanaan pembangunan. Kompetensi yang dimiliki mendasari perilaku yang menggambarkan motif,
manusia kini makin berperan besar bagi kesuksesan karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-
suatu komunitas. Banyak manusia yang telah nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa
menyadari bahwa unsur kompetensi yang dimiliki seseorang yang berkinerja unggul (superior
manusia dalam suatu komunitas dapat memberikan performer) di tempat kerja. Kompetensi adalah
keunggulan bersaing, mereka membuat sasaran, mengenai orang seperti apa dan apa yang dapat
strategi, inovasi dalam mencapai tujuan, oleh karena mereka lakukan, bukan apa yang mungkin mereka
itu kompetensi setiap manusia merupakan salah satu lakukan. Kompetensi ditemukan pada orang-orang
unsur yang paling vital dalam sebuah kuminitas atau yang diklasifikasikan sebagai berkinerja unggul atau
masyarakat efektif. Palan, (2007:43) menyatakan bahwa:
Kompetensi merupakan gambaran tentang apa Kompetensi memiliki definisi yang beragam,
yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam namun definisi yang layak diterima adalah bahwa
suatu pekerjaan, berupa kegiatan, prilaku dan hasil kompetensi didefinisikan sebagai karakteristik dasar
yang dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat seseorang yang memiliki hubungan kausal dengan
melakukan sesuatu dalam pekerjaan, seseorang harus kriteria referensi efektivitas dan keunggulan dalam
mempunyai kemampuan dalam bentuk pengetahuan, pekerjaan atau situasi tertentu. Ada 5 jenis
sikap dan keterampilan (Skill) yang sesuai dengan karakteristik kompetensi, yaitu :1) Pengetahuan,
bidang pekerjaannya. merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran. 2)
Kompetensi atau sumber daya yang dimiliki Keterampilan, merujuk pada kemampuan seseorang
oleh setiap manusia akan dapat merancang dan untuk melakukan suatu kegiatan. 3) Konsep diri dan
membuat komunitas sehingga dapat bertahan dan nilai-nilai, merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri
berhasil mencapai tujuan yang di kehendaki, hal ini seseorang. 4) Karakteristik Pribadi, merujuk pada
sesuai dengan pendapat Rachmawati (2008:5) bahwa; karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap
“Sumber daya manusia merancang dan membuat situasi atau informasi, dan 5) Motif, merupakan
organisasi dapat bertahan dan berhasil mencapai

M. Yahya 11
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

motivasi, hasrat, kebutuhan psikologis, atau karakteristik serta gaya hidup. Pendidikan yang
dorongandorongan lain yang memicu tindakan. tertuang dalam pendidikan formal dan non formal
Kompetensi seseorang akan berbeda antara satu menghadirkan berbagai disiplin ilmu yang akan
orang dengan orang lainnya. Kompetensi harus memberikan suatu proses pendewasaan manusia yang
dimiliki oleh setiap pemimpin karena pemimpin dapat beguna bagi bangsa dan Negara.
merupakan nahkoda kapal. Semakin tinggi kecakapan Salah satu disiplin ilmu yang banyak
atau kompetensi yang dimiliki oleh seorang nahkoda memberikan manfaat untuk tujuan pendewasaan
maka semakin kecil pula resiko kegagalan dalam manusia baik jasmani dan rohani adalah olahraga,
perlayaran dan akan mencapai tujuan dengan cepat karena olahraga merupakan sarana untuk mencapai
dan selamat. Pemimpin merupakan pribadi yang tujuan pendidikan. Olahraga mempunyai fungsi
memiliki kecakapan dan kelebihan khusus, dengan biologis, misalnya untuk menjaga kesehatan,
atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi memelihara sikap dan bentuk badan yang harmonis,
kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha memberikan kecakapan dan ketangkasan gerak.
bersama mengarah pada pencapaian sasaran dan Olahraga juga mempunyai fungsi sosial, misalnya
tujuan bersama. dapat dan mudah menyesuaikan diri dengan norma-
Kepemimpinan dalam suatu organisasi atau norma yang ada, rasa gotong royong dan mudah
lembaga pemerintahan merupakan suatu faktor yang bergaul dengan lingkungannya. Olahraga juga
menentukan atas berhasil tidaknya suatu lembaga. mempunyai fungsi sebagai alat atau sarana dalam
Sebab kepemimpinan yang sukses menunjukkan bermacam-macam usaha misalnya usaha
bahwa pengelolaan suatu organisasi berhasil mempertinggi ketahanan bangsa dan Negara, usaha
dilaksanakan dengan sukses pula. Seorang pemimpin persahabatan dan sebagainya.
yang baik adalah seorang yang tidak melaksanakan Olahraga sebagai salah satu disiplin ilmu yang
sendiri tindakan yang bersifat operasional, tetapi dapat membentuk kepribdian dan menambah
mengambil keputusan, menentukan kebijaksanaan dan pengetahuan bagi pelakunya diterangkan oleh
mengarahkan orang lain untuk melaksanakan Sumarno (1991:39) bahwa olahraga dengan analisis
keputusan yang diambil sesuai dengan kebijaksanaan ilmiahnya tentang aspek-aspek faal, sosiologi,
yang telah digariskan (Martoyo, 2003:62). psikologi, studi-studi histori dan filosofi serta
Para pemimpin suatu lebaga harus mampu penelitian terapan tentang latihan fisik, medic dan
mempergunakan kewenangannya dalam merubah teknologi, menyumbangkan pengertian-pengertian
sikap dan perilaku karyawan supaya mau bekerja tentang gejala-gejala social. Hali ini merupakan
dengan giat dan berkeinginan mencapai hasil yang pengetahuan yang lebih baik tentang apa yang harus
optimal. Gaya kepemimpinan yang dipergunakan diperbuat dan mendorong kemajuan ilmu pengetahuan
pemimpin dapat mempengaruhi pikiran, perasaan, manusia”.
sikap dan perilaku para anggota organisasi/bawahan. Secara nyata dan dapat dirasakan, bahwa
Salah satu upaya yang dilakukan adalah menciptakan olahraga mempunyai fungsi dan manfaat yang besar
kehidupan organisasi yang kondusif di mana satu di bagi kehidupan manusia, walaupun masih ada
antara elemennya adalah kepuasan kerja karyawan sementara orang yang belum mau mengerti fungsi dan
yang berada pada organisasi tersebut manfaat itu. Olahraga mempunyai fungsi dan manfaat
Gaya kepemimpinan merupakan pola-pola biologis sebagai alat atau sarana dalam berbagai
perilaku konsisten yang diterapkan seseorang dalam macam bidang usaha. Olahraga juga dapat
bekerja dengan orang lain. Gambaran tentang mengembangkan emosi, kesegaran jasmani,
hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, keterampilan dan mengurangi kebosanan-kebosanan.
akan tampak dalam suatu gaya kepemimpinan. Proses Olahraga banyak memberikan sumbangan kepada
hubungan antara seseorang yang memimpin dengan umat manusia, lebih-lebih dalam menghadapi
orang yang dipimpin juga akan mencerminkan pribadi perkembangan ilmu dan teknologi. Olahraga berfungsi
seorang pemimpin. Kepemimpinan, sebagai sebuah untuk mempererat tali persaudaraan manusia tanpa
konsep, diartikan sebagai proses mempengaruhi dari membedakan suku hierarki dan sosial dalam
pihak seseorang yang di persepsi sebagai pemimpin, masyarakat. Olahraga dapat berperan serta dalam
terhadap pihak lainnya, guna mencapai suatu tujuan pembinaan dan pembentukan pribadi.
Bagaimana pemimpin memperagakan perilaku Uraian di atas telah memberikan gambaran
kepemimpinan, dalam kontek ini, disebut tipe atau yang nyata, bahwa pelaku olahraga (komunitas)
gaya kepemimpinan. olahraga dapat meningkatkan wawasan dan
Uraian di atas meperjelas bahwa kompetensi pengetahuan sehingga memiliki kompetensi dan gaya
dan gaya kepemimpinan seseorang dihasilkan dari kepemimpinan yang ideal menjadi seorang pemimpin,
tingkat pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. sehingga tidaklah mengherankan jika kita melihat
Pendidikan seseorang akan mencerminkan tingkat dewasa ini komunitas olahraga telah berhasil menjadi
intelektual yang bermuara pada sikap dan pemimpin disuatu lembaga bahkan memimpin daerah.

12 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Keberhasilan komunitas olahraga khususnya di dengan acuan Kriteria keektifan atau kerja unggul
Provinsi Aceh menduduki jabatan kepala daerah dan dalam sebuah pekerjaan atau situasi. Karakteristis
memimpin suatu lembaga pemerintahan di Aceh tidak tersembunyi bermakna bahwa kompetensi merupakan
terlepas dari kompetesi dan gaya kepemimpinan yang kepribadian seseorang yang secara internal terletak
telah ditempa selama mengenyam pendidikan dan cukup dalam dan terus menerus hadir dalam diri
keterlibatan mereka didalam berbagai kegiatan individu sehingga dapat memprediksi prilakuknya
olahraga. dalam aneka situasi dan pelaksanaan tugas. Kausal
Keberhasilan komunitas olahraga menempatkan bermakna bahwa kompetensi menyebabkan atau
dirinya sebagai pemimpin dan pejabat di suatu instansi memprediksi prilaku atau kerja. Sedangkan acuan
pemerintahan di Provinsi Aceh sepenuhnya belum criteria berarti kompetensi dapat memprediksi siapa
diakui oleh sebagian masyarakat. Hasil observasi yang yang akan berhasil atau gagal jika diukur dengan
penulis lakukan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Besar standar tertentu dalam sebuah pekerjaan atau situasi.
dan Kabupaten lainnya dengan melakukan wawancara Sementara Anwar (2003:51) membagi
langsung terhadap tokoh masyarakat, mereka masih kompetensi kedalam 3 aspek yai tu:1) kompetensi
meranggapan bahwa posisi yang didapat oleh sebagian kognitif, 2) kompetensi afektif, dan 3) kompetensi
komunitas olahraga bukan karena kompetensi yang spikomotorik. Kompetensi pertama terkait dengan
dimiliki melainkan faktor kebetulan saja. Selain dari penguasaan pengetahuan mengenai pekerjaan,
pada itu posisi yang didapat karena diambil dari pengetahuan peralatan yang digunakan dalam
kedekatan dengan seorang petinggi serta karena menyelesaikan, dan kemampuan mengejawantahkan
mereka dengan dengan suatu partai politik. Lebih tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.
lanjut tokoh masyarakat mengemukan, kepemimpinan Kompetensi berikutnya merupakan sikap dan perasaan
komonitas olahraga karena banyaknya dukungan dari diri yang berkaitan dengan profesinya.
rekan sejawat sehingga mendapatkan posisi sebagai
pemimpin, bukan karena faktor kognitif yang mereka Hakikat Kepemimpinan
miliki. Setiap organisasi dan semua organisasi apapun
Keterangan yang penulis himpun dari beberapa jenisnya pasti memiliki dan memerlukan seorang
tokoh masyarakat banyak yang tidak sepaham, pemimpin dan pimpinan tertinggi atau manajer
diantaranyan di beberapa Kabupaten sangat bertolak tertinggi yang harus menjalankan kegiatan
belakang dengan konsep yang telah di uraikan di atas, kepemimpinan atau manajemen bagi keseluruhan
sehingga penulis tergerak untuk melakukan suatu organisasi sebagai satu kesatuan. Pemimpin tersebut
penelitian untuk membuktikan anggapan masyarakat merupakan orang pertama, ibarat nahkoda kapal yang
dan fungsi olahraga yang telah penulis paparkan di harus mengarahkan jalannya kapal, dalam sebuah
atas sekaligus ingin membuktikan dengan melakukan wadah yang disebut organisasi. Sejumlah manusia lain
suatu penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan yang ada di dalam kapal kapal tersebut adalah sumber
secara ilmiah dengan judul penelitian: “Kompetensi daya penggerak kapal kearah yang diinginkan
Dan Gaya Kepemimpinan Personaliti Komunitas nahkoda kapal. Nahkoda tidak akan mampu berlayar
Olahraga Di Provinsi Aceh”. sendiri tanpa dibarengi oleh sumber daya yang ada di
dalam kapal tersebut.
Marno dan Supriatno (2008:32) mengatakan
Kajian Teoritis bahwa: “Pemimpin pada hakikatnya adalah seseorang
Hakikat Kompetensi yang memiliki memampuan untuk mempengaruhi
Kompetensi memiliki banyak pengertian dan prilaku orang lain didalam kerjanya dengan
masing-masing memiliki aspek serta penekanan yang menggunakan kekuasaan. Sedangkan kekuasaan
berbeda. Beberapa konsep menyatakan bahwa adalah kemampuan untuk mengarahkan dan
kompetensi adalah prilaku individu dalam mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-
melaksanakan fungsinya dan pengetahuan serta tugas dalam lingkup kerjanya". Sementara Fatah
keterampilan yang menyokong prilaku tersebut. (2006:88) mengatakan bahwa: “Semakin banyak
Sebagian orang percaya bahwa kompetensi hanya jumlah sumber kekuasaan yang tersedia bagi
mengenai prilaku saja. Atribut seseorang seperti pemimpin, akan makin besar potensi kepeminpinan
pengetahuan, keterampilan dan keahlian harus yang efektif ”.
dipertimbangkan secara terpisah sebagai masukan Menurut Terry (1986:343) mengartikan bahwa
terhadap tugas-tugas dan pekerjaan yang mereka bawa kepemimpinan sebagai hubungan dimana satu orang
ketempat kerjanya, dimana produktifitasnya yakni pemimpin mempengaruhi fihak lain untuk
dipengaruhi oleh prilaku. Spencer (1993:9) bekerja sama sukarela dalam usaha mengerjakan
menjelaskan bahwa: Kompetensi dapat diartikan tugas-tugas yang berhubungan untuk mencapai yang
sebagai seperangkat karakteristik tersembunyi dari di inginkan oleh pemimpin”. Pengertian yang lebih
seorang individu yang berhungan secara kausal luas diungkapkan oleh Siswadi (2003:251) bahwa

M. Yahya 13
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

kepemimpinan tidak lain adalah kesiapan mental yang Ragam Gaya Kepemimpinan
terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang Keanekaragaman gaya kepemimpinan
untuk memberikan bimbingan, mengarahkan dan merupakan hal yang biasa didapatkan di lingkungan
mengatur serta menguasai orang lain agar mereka organisasi. Gaya ataupun style kepemimpinan banyak
berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam
pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai mempengaruhi pengikut-pengikutnya. Adapun ragam
juru tafsir atau pembagi penjelasan tentang, gaya kepemimpinan.
kepentingan, minat, kemauan, cita-cita atau tujuan Ada tujuh model gaya pembuatan keputusan
yang di inginkan untuk dicapai oleh kelompok atau yang dilakukan pemimpin. Tujuh model ini masih
individu dalam kerangka dua gaya otokratis dan demokratis,
Berdasarkan pendapat di atas tentang yakni 1) pemimpin membuat keputusan kemudian
kepemimpinan, maka dapat disimpulkan bahwa mengumumkan kepada bawahannya. Dari model ini
kepemimpinan suatu proses mempengaruhi orang- terlihat bahwa otoritas yang digunakan atasan terlalu
orang dalam hal pengintepretasian peristiwa (aspirasi) banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan sempit
pengikutnya, pemilihan tujuan-tujuan organisasi, sekali; 2) pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini
pengorganisasian kegiatan kerja untuk mencapai pemimpin masih terlihat banyak menggunakan
tujuan, pemberian motivasi kearah pencapaian tujuan, otoritas yang ada padanya, sehingga persis dengan
dan pengerahan dukungan serta kerja sama dari orang- model yang pertama. Bawahan di sini belum banyak
orang diluar kelompok atau organisasi. terlibat dalam pembuatan keputusan; 3) pemimpin
memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dn
Gaya Kepemimpinan mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin sudah menunjukkan kemajuan, karena
untuk memobilisasi, menyelaraskan, memimpin memabtasi penggunaan otoritas dana memberi
kelompok, kemampuan menjelaskan gagasan sehingga kesempatan pada bawahan untuk menunjukkan
dapat diterima orang lain. Pemimpin penting dalam pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit terlibat
mempengaruhi perubahan. Pemimpin bertanggung dalam pembuatan keputusan; 4) pemimpin
jawab untuk menggerakkan setiap usaha dan memberikan keputusan bersifat sementara yang
hambatan untuk menjamin kejelasan visi. Pemimpin ekmungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai
harus dapat menciptakan iklim organisasi dimana banyak terlibat dalam rangka pembuatan keputusan,
karyawan merasa bebas tapi penuh tanggung jawab. sementara otoritas pemimpin sudah mulai dikurangi
Riyono dan Zulaifah (2001:76) mengatakan bahwa: penggunaannya; 5) pemimpin memberikan persoalan,
“kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan untuk meminta saran-saran dan membuat keputusan. Model
memotivasi dan mempengaruhi bawahan. Seorang ini sudah jelas, otoritas pimpinan digunakan sedikit
pemimpin sukses karena mampu bertindak sebagai mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam
pengarah dan pendorong yang kuat serta berorientasi berpartisipasi membuat keputusan sudah banyak
pada tujuan yang ditetapkan”. Berdasarkan kutipan digunakan; 6) pemimpin merumuskan batasan-
tersebut dapat dijelaskan bahwa kepemimpinan yang batasnya, dan meminta kelompok bawahan untuk
berkaitan dengan kemampuan untuk memotivasi dan membuat keputusan. Partisipasi bawahan dalam
dapat mempengaruhi kinerja bawahan, kesuksesan kesempatan ini lebih besar dibandingkan dalam model
seorang pemimpin dapat dilihat dari gaya kepimpinan kelima di atas; 7) pemimpin mengizinkan bawahan
yang dipakai sehingga dapat menjadi sebagai melakukan fungsi-fungsinya dalam batas-batas yang
pendorong yang kuat serta berorientasi pada tujuan telah dirumuskan oleh pimpinan. Model ini terletak
yang ditetapkan. pada titik ekstrem penggunaan kebebasan bawahan.
Persoalan kepemimpinan selalu memberi kesan Adapun titik ekstrem penggunaan otoritas terdapat
yang menarik. Topik ini senantiasa memberikan daya pada model nomor satu di atas (Thoha; 2010:52).
tarik yang kuat pada setiap orang. Literatur-literati
tentang kepemimpinan senantiasa memberikan Hakikat Komunitas Olahraga
penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, Ada banyak definisi yang menjelaskan tentang
sikap dan gaya sesuai dengan situasi kepemimpinan, arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi komunitas
san syarat-syarat pemimpin yang baik. Organisasi dapat didekati melalui; pertama, terbentuk dari
akan berhasi atau bahkan gaga sebagian besar sekelompok orang; kedua, saling berinteraksi secara
ditentukan oleh kepemimpinan. Suatu ungkapan mulia sosial di antara anggota kelompok itu; ketiga,
yang mengatakan bahwa kepemimpinan yang berdasarkan adanya kesamaan kebutuhan atau tujuan
bertanggung jawab atas kegagalan pelaksanaan suatu dalam diri mereka atau di antara anggota kelompok
pekerjaan, merupakan ungkapan yang mendukung yang lain; keempat, adanya wilayah-wilayah individu
posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi yang terbuka untuk anggota kelompok yang lain,
yang terpenting (Thoha: 2010:1) misalnya waktu (Rahmawati, 2008:53)

14 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Depertemen Pendidikan Nasional (2007:586) suatu proses yang sedang berlangsung”. Adapun ciri-
menjelaskan bahwa: “Komunitas adalah sekelompok ciri penelitian deskriptif, yakni (1) Memusatkan diri
organism (orang dsb) yang hidup dan saling pada pemmecahan masalah-masalah yang ada pada
berinteraksi di dalam daerah tertentu. Sementara
masa sekarang, pada masalah-masalah aktual,; dan (2)
Hermawan (2008:7) menjelaskan bahwa: “Komunitas
adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama Data yang dikumpulkan mula-mula disusun,
lain lebih dari yang seharusnya, dimana dalam sebuah dijelaskan dan kemudian dianalisis. Permasalahan
komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para utama dalam penelitian ini tentang komopetensi dan
anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan gaya kepemimpinan, maka alternatif yang dianggap
interest atau values”. Soenarno (2002:54) mendefinisi tepat untuk melaksanakan penelitian menggunakan
Arti Komunitas adalah: “Sebuah identifikasi dan pendekatan kualitatif. Maksud penggunaan metode ini
interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai
dalam penelitian adalah untuk memahami dan
dimensi kebutuhan fungsional”.
Pendapat para ahli diatas dapat dinyatakan mendiskripsikan kompetensi dan gaya kepemimpinan
bahwa komunitas merupakan sekelompok orang yang personality komunitas olahraga di Provinsi Aceh.
saling peduli dan melakukan sesuatu untuk Sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:105)
kepentingan bersama. Sementara itu dalam undang- yang menjelaskan bahwa: “Rancangan penelitian
undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 adalah rencana yang dibuat oleh peneliti sebagai
tentang sistem keolahragaan nasional pada bab 1 pasal ancang-ancang kegiatan yang akan dilakukan”.
1 ayat 5 menjelaskan bahwa komunitas olahraga atau
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada gambar
yang disebut dengan pelaku olahraga adalah: “setiap
orang dan/atau kelompok orang yang terlibat secara dibawah ini:
langsung dalam kegiatan olahraga yang meliputi
pengolahraga, Pembina, dan tenaga keolahragaan”.
Selanjutnya pada ayat 6,8 dan 9 dijelaskan bahwa:
Pengolahraga adalah orang yang berolahraga dalam KOMPETENSI
usaha mengembangkan potensi jasmani, rohani dan TEKNIK
sosial”. “Pembina olahraga adalah orang yang WAWANCA KOMUNITAS
RA
memiliki minat dan pengetahuan, kepemimpinan,
OLAHRAGA
GAYA
kemampuan manajerial, dan/atau pendanaan yang KEPEMIMP
didedikasikan untuk kepentingan pembinaan dan INAN
pengembangan olahraga”. Sedangkan tenaga
keolahragaan adalah setiap orang yang memiliki
kualifikasi dan sertifikasi kompetensi dalam bidang
olahraga. Gambar 3.1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan komunitas olahraga Subjek penelitan merupakan sumber data yang
sekelompok orang yang hidup dan berinteraksi satu memberikan kejelasan mengenai duduk persoalan
sama lain yang memiliki waktu, pendanaan, yang dikaji. Dalam penelitian kualitatif yang dijadikan
kompetensi, kepentingan dan kebijakan serta subjek hanya sumber yang memberikan informasi
kemauan untuk memajukan olahraga. Orang tersebut secara lengkap dan cermat mengenai beberapa
terdiri dari pengolahraga, Pembina dan tenaga peristiwa, manusia dan situasi yang diteliti. Teknik
keolahragaan yang mampu mengembangkan ilmu
pengambilan sampel dalam penelitian ini
keolahragaan dibidang iptek olahraga.
menggunakan Purposive sampling. Seperti yang
dijelaskan oleh Arikunto (2006:139) bahwa:
Metode Penelitian Purposive sampling atau sampel bertujuan dilakukan
Upaya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas
dalam penelitian ini dilaksanakan dengan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas
menggunakan metode penelitian diskriptif kualitatif. adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan
Sehubungan dengan masalah ini Surachmad karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan
(2003:139) mengatakan “Pada umumnya bentuk keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak
penyelidikan deskripsi ialah menuturkan dan dapat sampel yang besar dan jauh.
menafsirkan data yang ada, tentang situasi yang Mengingat Purposive sampling. merupakan
dialami, pandangan sikap yang nampak atau tetntang teknik pengambilan sampling yang memiliki tujuan

M. Yahya 15
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

tertentu, yakni subjek ditentukan berdasarkan tingkat mendefinisikan ulang situasi wawancara selama
penguasaannya terhadap informasi yang akan proses penelitian. Etika feminis ini memfokuskan pada
diungkapkan informan yang mempunyai informasi fakta penelitian adalah aktivitas seca fundamental
lengkap dan cermat diutamakan menjadi subjek, maka bersumber pada tutur kata, disisi lain , bahasa itu
penulis menetapkan tujuan yang Untuk kebih jelasnya sendiri sering kali merefleksikan berbagai pengalaman
subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel kelakian dan kategori-kategori kelakian seringkali
dibawah ini: tidak selaras dengan kehidupan perempuan (Devaults;
Tabel Subjek yang Menjadi Fokus Penelitian 1990:96-97) kajian tersebut merupakan gamabran
JUMLAH terpenting peneliti sehingga penelitian ini mengunakan
NO SUBJEK JABATAN instrumen berupa pengamatan dan wawancara
Drs. M.Jamil M.Kes Wakil Bupati Aceh 1 orang
mendalam yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
1
Utara terpilih berhubungan dengan kompetensi dan gaya
Drs. Samsul Rizal, Wakil Bupati Aceh 1 orang
2
MKes Besar Terpilih kepemimpinan.
Sekretaris Dinas 1 orang Teknik pengumpulan data adalah langkah yang
3 Zulkifli Saidi,S.Pd pendidikan provinsi
Aceh paling strategis dalam penelitian. Pengumpulan data
4 Drs. Hasan Basri,MM Kadispora aceh 1 orang adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal,
5 Drs. Nuzuli.MS Kabid Olahraga Prestasi 1 orang
Kabid pemuda Dan 1 orang keterangan-keterangan, karakteristik sebagian atau
6 Drs.H.Hasbi Olahraga Kota Banda
Aceh
seluruh subjek yang akan menunjang atau mendukung
7 Saifuddin.S.Pd, M.Pd
Kabid olahraga Pidie 1 orang penelitian. Dalam penelitian kualitatif menurut
Jaya
Kadis pendidikan Kota 1 orang Nasution (1992:40) peneliti bertindak sebagai
8 Syafruddin.S.Pd
Lhokseumawe instrumen penelitian atau peneliti sebagai alat
9 M.Daud Abdullah.S.Pd Kadispora Pidie 1 orang
10 Asnawi.S.Pd M.Si
Kadis Deperindagkop 1 orang penelitian utama yang terjun langsung kelapangan.
Kab Bireuen
Peneliti melaksanakan langsung penelitian dan
pengamatan atau melakukan wawancara dan hanya
Instrumen adalah alat pengumpulan data,
menggunakan buku catatan. Wawancara dipergunakan
menurut Arikunto (2006:137) menjelaskan bahwa:
untuk memperoleh data tentang kompetensi dan gaya
“Instrumen adalah alat pada waktu peneliti
kepemimpinan personality komunitas olahraga di
menggunakan suatu metode”. Reinharz (1992:27)
Provinsi Aceh yang terdiri dari kompetensi Kognitif,
mengemukakan bahwa: “Wawancara adalah salah saru
kompetensi efektif dan kompetensi psikomotor serta
perangkat metodologi favorit bagi peneliti kualitatif.
gaya kepemimpinan.
Teknik wawancara dalam ilmu pengetahuan sosial,
Wawancara yang digunakan untuk melakukan
menjelaskan tiga bentuk dasar wawancara –
penelitian kualitatif tidak berstruktur dan lebih
terstruktur (structures), tak terstruktur (unstructures), informal, Nasution (1992:76) menyatakan bahwa, “isi
dan terbuka (open-ended). Wawancara adalah suatu wawancara atau yang dapat dinyatakan dalam
bentuk seni perbincangan, seni bertanya dan wawancara, salah satunya adalah pengalaman dan
mendengar. Wawancara bukanlah sebuah perangkat perbuatan responden mengenai apa yang telah
netral dalam memproduksi realitas”. dikerjakan, termasuk juga pengetahuan, fakta-fakta
Oakley dalam Reinharz (1992:27) dan apa yang diketahui tentang sesuatu”. Sementara
itu beberapa cara mencatat hasil wawancara, menurut
mengemukakan “kontraksi antara penelitian ilmiah –
Nasution (1992:81) pencatatan secara langsung, yaitu
positivistik (yang menuntut objektivitas dan perincian) melakukan wawancara dan sambil mencatat:
dengan riset kaum fesimis berbasis pada wawancara a. Pencatatan dengan ingatan, yaitu pencatatan
(yang menuntut keterbukaan, keterlibatan emosional, dilakukan tidak pada waktu wawancara,
pembangunan jangka panjang, kepercayaan antara tetapi setelah wawancara yang
peneliti dengan subjek penelitian)”. Model arahan mengandalkan daya ingat interviu.
yang dikembangkan Oakley adalah sebuah tawaran b. Pencatatan dengan alat recording sangat
membantu dalam membuat laporan karena
etika “feminist” akan sebuah komitmen dan seluruh pembicaraan dapat direkam, setiap
kesetaraaan, berbalikan dengan etika ilmiah kali dilakukan wawancara harus dibuat
positivistik fungsi dan peran antara peneliti dengan laporannya, kemudian setelah selesai dapat
subjek penelitian. Etika wawancara kaum feminis, mengadakan wawancara berikutnya.
sebagaimana pernyataan Fontana dan Frey,

16 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

c. Pencatatan dengan memberi kode, misalnya menjawab ya dalam menguasai ilmu manajemen
respon yang dimengerti tentang yang olahraga. Latar belakang pendidikan yang dari subjek
dinyatakan diberi kode. penelitian yaitu komunitas olahraga minimal jenjang
pendidikan tinggi Strata 1 dan umumnya Strata 2.
Berdasarkan kutipan tersebut di atas dapat Selain pendidikan formal, beberapa responden yaitu
dijelaskan bahwa Pencatatan dengan ingatan, komunitas olahraga pernah mengikuti pendidikan non
pencatatan dengan alat recording sangat membantu formal seperti mengikuti kursus atau pelatihan lainnya
dalam membuat laporan karena seluruh pembicaraan berkenaan dengan manajemen kepemimpinan.
dapat direkam, pencatatan dengan memberi kode, Pelatihan ataupun pendidikan non formal yang pernah
misalnya respon yang dimengerti tentang yang diikuti ada diberbagai tempat salah satunya pertama
dinyatakan diberi kode. kali di Aceh ataupun provinsi Aceh bahkan di tingkat
Data yang telah diperoleh dari lapangan akan Internasional. Pemahaman konsep manajemen yang
memiliki makna yang berarti bila dilanjutkan dengan terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
kegiatan analisis data. Kegiatan ini dilakukan dan pengawasan dari komunitas olahraga beragam
salah satu diantara responden mengemukakan bahwa
sepanjang penelitian itu berlangsung, mulai dari tahap
konsep manajemen secara menyeluruh harus dipahami
pengamatan dan wawancara mendalam. Hal ini dan dijalankan dengan baik, karena perencanaan
dimaksud apabila ada data yang kurang dapat segera terdiri dari penyusunan perencanaan, pengorganisasian
dilengkapi dan dapat diverifikasi dengan sumber lain, yaitu pelaksanaaan fungsi dan baru penggerakan
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh memotivasi sifat untuk bekerja dan pengawasan harus
Sugiyono (2009:244) yang mengatakan bahwa: dijalankan dengan baik.
“Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, Langkah-langkah yang dilakukan dalam
membuat suatu konsep, ide atau gagasan demi
memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya
kemajuan organisasi/lembaga yang dipimpin salah
kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak satu dari komonitas olahraga ataupun responden
ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan menjawab yang pertama kali dilakukan menyatukan
analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri karyawan untuk mengambil selalu keputusan sehingga
metode yang yang dirasakan cocok dengan sifat apa yang kita harapkan insyaallah berhasil.
penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan Pemahaman tentang ruang lingkup lembaga yang
lain oleh peneliti yang berbeda”. dipimpin adalah sesuai dengan disiplin ilmu. Dalam
memimpin setiap responden menjawab bahwa
Data yang peneliti analisis menggunakan
memiliki kiat-kiat tertentu untuk menjalankan suatu
dengan prosedur yang dikemukan oleh Sugiyono lembaga yang pertama kali mensejahterakan bawahan
(2010: 92) yaitu “tahap pertama, reduksi data, dan baru lahir yang lain-lain. Pengorganisasian di
selanjutnya, display data, dan yang ketiga mengambil lembaga yang dipimpin oleh komunitas olahraga
kesimpulan dan verifikasi data”. didasarkan jobdeskrition masing-maing ataupun
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kantor dan berdasarkan bidang masing-masing. Pada poin yang
terakahir yaitu proses penjabaran ide menjadi suatu
lokasi lain dengan terlebih dahulu melakukan kontak
rencana kerja yang konkret disebut sebagai suatu
person kepada personal konmunitas olahraga yang proses perencanaan kerja telah berjalan dengan baik.
dijadikan subjek penelitian. Penelitian ini
direncanakan dimulai pada bulan Mei 2012. b. Kompetensi Efektif
Hasil wawancara komunitas olahraga atapun
Hasil dan Pembahasan Penelitian responden terhadap kompetensi efektif dapat diuraikan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa; perihal aturan-aturan yang diterapkan dalam
melalui pengamatan dan wawancara mendalam menjalankan roda kepemimpinan pada lembaga yang
terhadap subjek maka, data penelitian tersebut dapat di dipimpin dilakukan teutama kedisiplinan dalam
deskripsikan sebagai berikut: bekerja. Jika responden mendapatkan pekerjaan yang
1. Hasil Wawancara Kompetensi tidak diharapkan, pada umumnya yang pertama
Hasil wawancara yang dilakupan pada subjek dilakukan adalah dikoordinasikan dengan bawahan.
penelitian dapat diuraikan dalam beberapa tahapan Dalam menyikapi berbagai kritikan dan isu yang tidak
yaitu; menyenangkan yang dituju khususnya kepada kinerja
a. Kompetensi Kognitif. kerja, responden menjawab bahwa akan menyikapi
Hasil wawancara yang dilakukan pada subjek kritikan dan isu positif. Tindakan yang dilakukan
penelitian dapat dijelaskan bahwa dalam hal terhadap kinerja staf yang tidak sejalan dengan konsep
menguasai ilmu manajemen keolahragaan responden kepemimpinan adalah mengarakan kembali dan
sebagaikan responden lain menjawab bahwa kan

M. Yahya 17
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

diberikan dan berlanjut ke tingkat pemberian sangsi bawahan sebagai rekan kerja yang baik yang saling
dan hukuman. membantu dalam pekerjaan serta menjaga kepercaan
Komintemen dalam menjalankan lembaga yang yang diberikan. Saat beberapa rekan kerja yang
dipimpin salah seorang respenden mengemukan dalam bersifat kurang simpatik, yang dilakukan adalah
bentuk apaun kondisi keuangan ataupun lainnya untuk mencari solisi dengan menjalin kekeluargaan sehingga
memajukan program pemerintah selalu diutamakan staf tersebut memahami ataupun saling mengenal satu
dan selalu konsisten dalam menjalankan sama lainnnya. Dampak yang diperoleh dalam
kepemimpinannya sesuai dengan aturan yang ada. menjalin hubungan bagi kelancaran kerja adalah
Mekanisme yang di tempuh dalam mengambil dan sangat baik. Kominikasi yang terjalin dengan atasan
menetapkan suatu keputusan yang sangat penting pada tergolong sering dan menurut kebutuhan dalam hal
umumnya responden tidak menanggapi dengan serius pekerjaan di organisasi/lembaga yang dipimpin.
tetapi intinya segala yang terjadi tetap Hubungan diluar pekerjaan dengan bawahan adalah
dikoordinasikan dengan melakukan pertemuan singkat terjalin dengan baik dan harmonis. Kebijakan yang
dengan bawahan ataupun orang kepercayaan dan ditempuh dalam membangun hubungan kerjasama
diambil keputusan yang bijaksana demu kemajuan dengan berbagai sector lainnya terutama sector
oraganisasi/lembaga yang dipimpinnya. Pada komunitas olahrga adalah adanya koordinasi dengan
umumnya responden pernah bekerja dibawah tekanan, baik antara berbagai sektor terutama dibidang
dalam menyikapinya bekerja dengan serius dengan pekerjaan dan olahraga.
dibantu oleh bawahan sehingga dapat terselesaikan 2.Hasil Wawancara Gaya Kepemimpinan
dengan sempurna. Pada umumnya responden tertarik Hasil wawancara yang dilakukan pada responden
memimpin lembaga yang dipimpin sekarang adalah tentang gaya kepemimpinan dapat diuraikan sebagai
karena sesuai dengan desain ilmu dan memajukan berikut:
olahraga. Jika dihadapkan dengan dua tugas yg harus a.Gaya Kepemimpinan Karismatik
diselesaikan pada saat bersamaan yang dilakukan Pada umumnya responden mengemukakan bahwa
adalah menggunakan struktur organisasi dengan memiliki kiat-kiat tertentu dalam memimpin lembaga,
sendirinya dapat diwakili oleh yang lainnya yang inti sehingga staf menilai memiliki daya tarik dalam
dari jawaban hasil wawancara adalah bekerja sama penampilan. Sebagai seorang pemimpin yang
sesuai dengan bidang yang dipegang dan saling bahu memimpin bawahan/staf di lembaga tempat bekerja
membahu ataupun saling membantu dalam responden mengemukan bahwa penambilan bukan hal
menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya dengan yang penting tetapi hanya sebagai penumpang untuk
hasil yang baik dan memuaskan. keberhasilan dalam suatu kepemimpinan, yang
terpenting adalah mampu bekerja dengan baik dan
c. Kompetensi Psikomotorik sempurna. Menjaga sikap dan perilaku santun dengan
Hasil wawancara pada kompetensi psikomotorik baik sehingga terlihat sangat berwibawa di mata staf
adalah poin pertama yang diwawancari yaitu hasil dengan tidak egois dan selalu ramah tamah serta tidak
kerja yang telah dicapai dengan pertanyaan tingkat terlalu mengedepankan pemikiran negatif. Pada saat
proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, kekantor pakaian dinas merupakan hal yang wajib di
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan sudah pakai. Sikap yang dihadapi apabila ada staf tidak
berjalan dilembaga yang telah dipimpin adalah pada memiliki tanggung jawab dan disiplin dalam bekerja
umunya menyatakan proses manajemen yang dilakuan adalah dipanggil kedalam ruangan dan diarahkan
selama ini berjalan dengan baik dan sesuai dengan kehal-hal yang positif. Dalam menyikapi setiap
yang diharapkan. Prestasi kerja yang terbaik yang permasalahan yang ada dikantor selalu dilaksanakan
dapat didukung kepemimpinan sekarang adalah dengan jiwa yang tenang. Berkepribadian yang handal
mendukung semua program yang ada dari pemerintah agar dalam menjalankan pekerjaan dapat disikapi
dan juga dilaksanakan semua program dari pemerintah dengan baik dan dapat diselesaikan dengan
daerah dan nasional setiap tahunnya. Perihal sempurnya. Dalam bekerja tidak pernah mengenal
penghargaan pada umumnya sudah pernah lelah, seberat apapun pekerjaan yang dilakukan
memperoleh penghargaan baik dari pemerintah dengan pelan tetapi pasti hasilnya akan sangat
maupun non pemerintah atas kinerja kerjanya yang memuaskan. Kunci utama keberhasilan adalah ulet
baik. Posisi bukanlah suatu rintangan bagi setiap insan dalam bekerja sehingga seberat apapun pekerjaan
manusia dalam menjalin hubungan kerjasama yang yang diperoleh akan diselesaikan tepat pada waktunya.
baik, begitu juga yang dilakukan oleh responden Kesopanan merupakan hal yang sangat penting untuk
ataupun komonitas olahraga sehingga dalam suatu diutaman sebagai atasan, agar bawahan menjadi lebih
oraganisasi/lembaga yang dipimpinnya dalam sopan terhadap pemimpin. Menjaga wibawa penting
menjalin kerjasama yang baik. Pengalaman yang dilakukan tetapi tepat pada posisi ataupun tempatnya
diperoleh selama memimpin dalam mengatur sehingga setiap bawahan menghargai sebagai
hubungan kerjasama yang baik adalah menggap

18 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pemimpin bukan sebagai suatu hal yang harus berhak mengambil keputusan yang lebih dengan
ditakuti. berbagai pertimbangan. Pekerjaan yang tidak dapat
diselesaikan dikantor, tidak selamanya menjadi beban
a. Gaya KepemimpinanTipe Paternalistis pekerjaan dirumah, hanya saja beberapa pekerjaan
Kepercayaan dalam suatu organisasi/lembaga yang dianggap urgen baru perkerjaan diselesaikan
sangat penting diutamakan, tetapi jika kepercayaan dirumah. Selain dari mobil, tidak ada fasilitas kantor
yang diberikan tidak diperdulikan maka staf tersebut lain yang dipergunakan untuk membatu
tidak harus diberikan kepercayaan sepenuhnya menyelesiakan pekerjaan dirumah. Adapun
kembali. Sikap dan pola pikir staf sangat beragam seandainya ada dana lebih, bagi karyawan yang
dalam menyikapi segala situasi yang terjasi dipimpin mendapat bonus diluar gaji pokok apabila
dilembaga, hal ini disebabkan latar pendidikan yang ada pekerjaan diluar jam dinas, standar yang diberikan
berbeda serta utamanya karena setiap insan berbada sesuai dengan dana yang diperoleh, jika tidak
jalan pikirannya. Memimpin suatu lembaga sikap memperoleh dana maka tidak diberikan walaupun
ketegasan diperlukan agar target tercapai, tetapi bukan telah bekerja di luar jam dinas. Selama bekerja
hal pemaksaan yang dilakukan sehingga staf tidak menjadi pimpinan di lembaga yang dipimpin,
bekerja dengan ikhlas dan hasilnya kan kurang responden tidak pernah menyuruh staf untuk
memuaskan. Staf yang pernah dipimpin pernah menjemput anaknya di sekolah. Pekerjaan yang
mengembangkan suatu kreasi ataupun inovasi diperintahkan kepada staf tidak sesuai dengan latar
sehingga lembaga yng dipimpin lebih berkembang belakang pendidikan yang ditempuh, tegantung pada
dari sebelumnya. Kebijakan yang telah ditetapkan bidangnya masing-masing.
harus dipatuhi oleh semua staf, kebijakan yang
diambil berdasarkan kesepakatan bersama dari hasil
musyawarah bersama. Permasalahan yang terjadi d. Gaya Kepemimpinan Laissez Faire
dalam suatu lembaga tidak semuanya diketahui, hanya Hasil wawancara perihal gaya kepemimpinan
saja permasalah tentang pekerjaan semua diketahui. laissez faire adalah jika ada staf dilembaga yang
Bagi seorang pimpinan tidak harus memiliki sifat over dipimpin seandainya mereka berbuat kesalahan atau
acting, karena tanpa sifat tersebut seorang pemimpin melanggar disiplin maka sebagai seorang pimpin
tetaplah menjadi pimpinan yang baik dalam suatu responden menegur. Memberikan apresiasi dan
lembaga/organisasi. Membuat konsep, ide ataupun penghargaan terhadap staf yang memiliki prestasi
gagasan demi kemajuan organisasi/lembaga yang kerja yang baik merupakan hal yang penting agar
dipimpin, langkah-langkah yang dilakukan beragam, semangat kerja yang mereka miliki menjadi nilai
salah satunya adalah menyusun agenda rapat dengan motivasi yang tinggi untuk kemajuan lembaga.
berbagai kajian yang dibahas sehingga menjadi Kegiatan yang dilakukan oleh staf dikantor yang
panduan yang terpenting untuk dijalankan. bernilai positif selalu diikuti ataupun ikut
berpartisipasi untuk mengikuti kegiatan tersebut.
b. Gaya Kepemimpinan Militeristik Jabatan yang didapatkan merupakan jabatan murni
Hasil wawancara perihal gaya kepemimpinan karena kemampuan yang dimiliki bukan karena tim
militeristik adalah perihal pertama memberikan tugas sukses ataupun tim pendukung suatu partai.
tidak selamanya sytem perintah yang dilakukan. Tolak
ukur dalam memberikan tugas tertentu kepada staf di e. Gaya Kepemimpinan Populastis
lembaga yang dipimpin adalah sesuai dengan Hasil wawancara perihal gaya kepemimpinan
bidangnya masing-masing. Formalitas dalam bekerja populastis adalah responden dalam kepemimpinannya
penting, tetapi tidak selamanya formalitas menjadi hal berpegang teguh pada nilai-nilai tradisi dan budaya
utama yang dilakukan dalam setiap pekerjaan. Jika lokal dalam memimpin staf yang ada dilembaga yang
staf di lembanga yang dipimpin oleh responden dipimpin saat sekarang ini. Sikap patriotisme dan
memberikan kritikan ataupun saran kepada kinerja nasionalisme sangat kental dan selalu diterapkan
kerja yang telah dilakukan selama ini dapat diterima dalam memimpin suatu lembaga. Responden juga
dengan baik. Acara upacara merupakan kewajiban tidak pernah memberikan pekerjaan yang sangat untuk
dalam suatu lembaga, jika acara tersebut merupakan dikerjakan oleh staf yang ada dilembaga mereka
hal yang harus dilakukan maka akan tetap pimpin. Selama masa menjabat, responden juga belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya tanpa ada pernah memberikan hukuman pada staf yang
pengecualian. melanggar aturan dan disiplin di lembaga yang
dipimpinnya. Dalam kepemimpinannya, mereka juga
c. Gaya Kepemimpinan Otokrasi sangat menekankan semangat nasionalisme dan
Hasil wawancara perihal gaya kepemimpinan kebersamaan dalam menyelesaikan semua persoalan
otokarsi adalah organisasi/lembaga merupakan hak di lembaga yang mereka pimpin.
milik bersama tetapi sebagai seorang pemimpin

M. Yahya 19
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

f.Gaya Kepemimpinan Admistratif Selanjutnya satu orang menjabat sebagai


Berdasarkan hasil wawancara gaya sekretaris Dinas Pendidikan Provinsi Aceh yaitu
kepemimpinan administratif dapat diurakan bahwa Zulkifli Saidi.S.Pd (Zol 60) dan beberapa komunitas
dalam menyusun segala yang berhubungan dengan olahraga lainnya yang menjadi pejabat eselon III, yang
surat-menyurat responden termasuk orang yang rapi masih aktif menurut hasil pantauan penulis adalah (1)
dan teliti. Responden pada umumnya belum mampu Drs.Nuzuli,MS sebagai Kepala Bidang (KABID)
sepenuhnya melakukan modernisasi dalam proses olahraga pada DISPORA Aceh, (2) Drs.Hasbi
administrasi khususnya yang berhubungan dengan menjabat sebagai KABID Pemuda dan olahraga pada
perorganisasian, perencanaan, penggerakan dan Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, (3)
pengevaluasian di lembaga yang mereka pimpin. Saifuddin,S.Pd,M.Pd KABID olahraga pada
Responden memiliki ide-ide atau konsep yang inovatif DISPORA Pidie jaya. Semua pejabat Eselon II dan III
dalam proses administrasi di lembaga yang yang penulis sebutkan diatas merupakan komunitas
dipimpinnya. System birokrasi yang diterapkan olahraga yang menjadi subjek dalam penelitian ini
dilembaga yang dipimpinnya adalah berdasarkan sehingga patut untuk di diskripsikan. Untuk lebih
sistem yang ada dipemerintah serta berdasarkan kanun jelasnya gambaran profil komunitas olahraga yang
no. 4 tahun 2008. menenpati jabatan baik jabatan politis maupun jabatan
eselon dapat digambarkan dalam tabel di bawah ini.
g. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Hasil wawancara perihal gaya kepemimpinan 3. Kompetensi personality Komunitas olahraga
demokratis adalah hasil kajian diperoleh menurut Hasil wawancara dengan personality komunitas
responden, mereka selalu memberikan perhatian olahraga di Provinsi Aceh yang berjumlah 10 orang
terhadap segala kesulitan staf yang ada dilembaga dapat penulis diskripsikan bahwa kompetensi yang
mereka pimpin. Memberikan apresiasi terhadap staf dimiliki oleh personality komunitas olahraga di
yang telah bekerja dengan penuh kedisiplinan Provinsi Aceh memiliki tingkatan yang berbeda beda
walaupun terkadang hasil kerja mereka tidak namun secara umum mereka meliki kompetensi yang
memuaskan. Responden juga sering bersosialisasi baik, hal dapat dibuktikan dari hasil wawancara yang
dengan staf di lemabga yang dipimpin di luar jam penulis lakukan kepada responden pada saat
kedinasan. Sering melibatkan staf dalam merumuskan menjawab pertanyaan dengan menyakinkan yang
kebijakan yang diputuskan. Menurut penilaian yang berkaitan dengan kompetensi dan gaya
dilakukan staf dilembaga yang dipimpin merasa kepemimpinan. Adapun rangkuman hasil wawancara
nyaman bekerja dibawah pimpinannya. tersebut telah penulis diskripsikan sebagai berikut;
a. Kompetensi kognitif
2. Data Pengamatan Profil Personality Komunitas Tingkat pendidikan komunitas olahraga
Olahraga mimimal telah memiliki ijazah sarjana olahraga baik
Personality Komunitas olahraga di Profinsi yang mereka tempuh pada Universitas Negeri maupun
Aceh dewasan ini telah menunjukkan tingkat swasta, disamping pendidikan formal mereka juga
keberhasilan yang luar biasa jika dibandingkan dengan pernah mengecap pendidikan non formal berupa
personality komunitas olahraga dalam lima tahun ke kepelatihan-kepelatihan manejemen keolahragaan
belakang. Hampir di setiap Kabupaten tingkat II di maupun manajemen perkantoran sehingga konsep dan
Provinsi Aceh ada orang-orang olahraga yang pemahaman terhadap manajemen telah mereka kuasai.
mempunyai kedudukan penting di pemerintahan Hal tersebut dapat dilihat saat proses penyusunan
bahkan dua orang komunitas olahraga telah menjabat rencana kerja, penempatan dan pembagian tugas dan
sebagai wakil Bupati. Mereka adalah fungsi (tukpoksi) staf yang ada dibawah mereka,
Drs.M.jamil,M.Kes yang saat ini telah menjabat termasuk kepada proses penggerakan dan pengawasan
sebagai wakil Bupati Aceh Utara masa bankti 2012- yang selalu mereka terapkan dalam menjalankan roda
2017 dan Drs.Samsul Rizal M.Kes sebagai Wakil pemerintahan.
Bupati Aceh Besar. Komunitas olahraga juga menyadari bahwa
Komunitas olahraga yang telah menjabat dalam menjalankan pemerintahan harus mempunyai
sebagai Kepala Dinas masing-masing adalah (1) Drs komitmen yang kuat termasuk membuat rencana yang
Hasan Basri. MM yang sekarang menjabat Kepala matang agar visi dan misi yang telah ditetapkan serta
Dinas Pemuda dan Olahraga (KADISPORA) Provinsi target yang dipasang tercapai dengan baik. Posisi yang
Aceh, (2) Syafruddin S.Pd menjabat sebagai KADIS mereka dapatkan sekarang merupakan perpaduan
Pendidikan Kota Lhokseumawe, (3) M.Daud S.Pd kemampuan dan kepercayaan sehingga perlu terus
menjabat sebagai KADISPORA Kabupaten Sigli, (4) ditingkatkan untuk mencapai visi yang lebih tinggi.
Asnawi,S.Pd,M.Si menjabat sebagai KADIS Proses perencanaan yang dilakukan tidak hanya
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten melihat sumberdaya pada manusianya saja, namun
Bireuen. penekanan terhadap sumberdaya alam termasuk

20 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

didalamnya teknologi juga mendapat porsi prioritas membuat kesimpulan dan memutuskan permasalahan
sehingga dapat menekan tantangan yang di hadapi yang akan menjadi keputusan bersama.
kedepan.
b. Kompetensi Afektif 4. Gaya kepemimpinan personality Komunitas
Aturan yang dijalankan dalam menjalankan olahraga
roda kepemimpinan yang pertama sekali konsep Menanggapi petanyaan yang berhubungan
kedisiplinan selalu diterapkan dalam semua tingkatan, dengan gaya kepemimpinan komunitas olahraga akan
kedua selalu berkomunikasi dengan bawahan dan penuliskan paparkan berdasarkan hasil rangkuman
atasan dalam pekerjaan, ketiga menjalankan tugas yang telah penulis pilih berdasarkan relevansi
menurut tukpoksi dan menuntut tanggung jawab yang pertanya dengan jawaban yang diberikan responden.
tinggi. Adapun tujuan yang ingin penulis diskripsikan disini
Berkenaan dengan kritikan dan isu negatif adalah untuk memperjelas dan mempertegas gaya
komunitas olahraga selalu menanggapi, mencermati kepemimpinan yang diperankan oleh semua
dan mengevaluasi serta melakukan observasi terhadap kominutas olahraga.
isu yang berkembang baik yang ditujukan kepada Dalam memberikan tugas kepada bawahan
dirinya, bawahannya, maupun terhadap lembaga yang mereka tidak selalu menerapkan system perintah,
mereka pimpin dengan harapan dapat melakukan artinya kadangkala system perinyah terpaksa dirapkan
suatu perobahan dan inovasi baru di masa akan bagi staf yang tidak disiplin dan kurang bertanggung
datang. jawab kepada pekerjaan yang telah di bebankan
Tindakan yang dilakukan terhadap kinerja staf kepada stafnya, tergantung situasi dan keadaan.
atau bawahan yang tidak sejalan dengan konsep Tolok ukur dalam memberikan tugas kepada
kepemimpinan yang diterapkan ada yang mengatakan staf dan bawahanya dengan melihat latar belakang
akan memanggil orang yang bersangkutan untuk pendidikan selanjutnya menilai hasil pekerjaan yang
diberi pemahaman dan ada juga yang menjawab akan mereka lakukan selanjutnya akan member bimbingan
mengirimkan utusan kepada staf tersebut untuk dan penilain tersendiri kepada staf yang mengerjaan
menayakan perihal konsep yang tidak disenanggi. pekerjaan tersebut, jika hasil pekerjaan tersebut
Sebagaian besar komunitas mengatakan akan memuaskan maka staf tesebut berhak mendapat
memberikan pemahaman dan pengertian didalam promosi jabatan, namun jika hasil perjaannya kurang
suatu rapat sehingga peserta rapat atau staf yang memuaskan maka akan diberi bimbingan teknis secara
merasa tidak sesuai dengan konsep yang diterapkan khusus kepada staf tersebut agar pekerjaan tersebut
dapat memberikan informasi dan kritikan langsung dapat dikerjaan dengan baik dimasa-masa yang akan
kepada pimpinan. datang.
Selalu mengayomi bawahannya dan selalu Berkenaan dengan formalitas dan kedisiplinan
memberikan keteladan disegala bidang termasuk pemimpin yang berasal dari komunitas olahraga tidak
memberikan pemahaman arti pentingnya menjaga selalu mengedepankan formalitas walaupun itu
hubungan baik atara atasan dengan bawahan, bawahan penting dalam suatu lembaga, namun kedisiplinan
dengan atasan dan hubungan dengan sejawat serta merupakan harga mati dalam menjalankan roda
instansi terkait sehingga dapat tercipta hubungan pemerintahan di lembaga yang mereka pimpin. Saran
komunikasi yang baik dengan semua elemen. dan kritikan yang bersifat membangun mereka akan
Komunitas olahraga memiliki komitmen yang selalu mereka terima dengan lapang dada dengan
sangat tinggi dalam menjalankan roda pemerintahan di harapan saran dan kritikan tersebut dapat membawa
lembaga yang mereka pimpin, senang bekerja dan suatu perubahan di lembaga yang dipimpinnya.
selalu berusaha menjaga kedisplinan, mengerahkan Pemberian teguran kepada bawahan juga
semua kemampuan untuk memajukan lembaga yang pernah dilakukan jika dianggap sudah diperlukan
dipimpimnya bahkan jika perlu akan mengunakan untuk memperingati staf yang berkinerja rendah
tenaga ahli dalam memecahkan suatu persoalan yang dengan cara memanggil yang bersangkutan keruangan
sangat kursial. Intinya mereka akan mengerahkan pemipinan dan juga memberikan surat peringatan jika
segala daya dan upaya secara maksimal dalam telah melanggar kedisiplinan jam kerja. Bentuk
mengerjalan suatu pekerjaan yang berhubungan apresiasi juga sering diberikan dalam bentuk
dengan lembaga yang dipimpinnya. pemberian ucapan selamat dan bonus yang khusus
Dalam mengambil suatu keputusan penting diberikan untuk memotivasi pegawai yang lain. Selain
yang berhubungan dengan kelembagaan mekanisme itu juga pernah melakukan kunjungan dalam beberapa
yang akan ditempuh pertama sekali akan mempelajari kegiatan yang dilakukan oleh staf baik yang dilakukan
permasalahannya, selanjutnya berkonsultasi dengan di kantor maupun di luar kantor termasuk acara pesta
atasan dan para ahlinya, selanjutnya membuat rapat dan syukuran yang dibuat di rumah bawahannya.
khusus dengan staf dan bawahanya untuk Jabatan yang dijabat oleh komunitas olahraga,
memberikan saran dan pendapat selanjutnya baru merupakan kepercayaan yang diberikan atasan dan

M. Yahya 21
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

bukan karena kedekatan atau hubungan kekeluargaan, pemerintahan di Provinsi Aceh. Pemahaman
melainkan murni didapat karena penilaian pemimpin komunitas olahraga tehadap persoalan-persoalan yang
daerah dengan kata lain mereka yang terpilih sebagai terjadi di lembaga yang mereka pimpin dan gaya
orang berkinerja dan berkemampuan yang layak untuk kepemimpinan yang diterapkan dalam menjalankan
memperoleh jabatan tersebut. roda pemerintahan juga berjalan sesuai dengan
Dalam memimpin suatu lembaga nilai-nilai mekanisme yang berlaku. Pemimpin yang berasal dari
tradisi dan budaya local selalu di pegang teguh, Komunitas olahraga juga telah menjalankan
termasuk nilai patriotisme. Staf atau bawahan selalu menajemen suatu lembaga yang dipimpinya. Dalam
diberikan pekerjaan sesuai dengan tukpoksinya melaksanakan aktivitas pekerjaan untuk mencapai
masing-masing, namun jika ada pekerjaan berat tujuan dalam tugas yang diembanya, personality
biasanya mereka membentuk tim khusus yang komunitas olahraga di provinsi Aceh telah memiliki
langsung di kepalai oleh bidang terkait. kompetensi yang baik ini dapat dilihat berdasarkan
Hukuman tidak akan pernah diberikan kepada hasil wawancara yang dibawah ini:
bawahannya, jika bawahannya gagal menyelesaikan Pertama memiliki Visualizing yang jelas ,
suatu tugas, namun hukuman akan diberikan kepada artinya Personality komunitas olahraga sebagai
pegawai yang melanggar kedisiplinan serta telah Pemimpin memiliki gambaran yang jelas tentang apa
melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan yang hendak dicapai dan mempunyai gambaran
bersama. Hukuman yang diberikan bertujuan untuk yang jelas pula kapan visi tersebut akan dapat dicapai.
pembinaan. Jika hukuman yang diberikan belum juga Kedua memiliki Futuristic Thinking, artinya
merubah sikap pegawai tersebut, maka akan personality komunitas olahraga sebagai pemimpin
dilaporkan kepada pimpinan yang lebih tinggi agar tidak hanya memikirkan di mana posisi pada saat ini,
staf tersebut dipindahkan keposisi yang lebih tepat. tetapi lebih memikirkan dimana posisi yang
Sikap nasionalisme tetap ditekankan dalam diinginkan pada masa yang akan datang.
setiap sikap dan prilaku sehari-hari untuk memberikan Ketiga memiliki Showing Foresight , artinya
semangat kekeluargaan ,gotong royong, kebersamaan personality komunitas olahraga sebagai Pemimpin
dengan pertimbangan satu untuk semua. Sikap dalam adalah perencana yang dapat memperkirakan masa
berpakaian juga harus mencerminkan seorang yang depan. Dalam membuat rencana tidak hanya
memiliki budaya ketimuran. mempertimbangkan apa yang ingin dilakukan, tetapi
Dalam hal ketelitian dan kerapian menyusun mempertimbangkan teknologi, prosedur, organisasi
surat-surat mereka hamper serentak menjawab bukan dan faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
termasuk orang yang teliti dan rapi dalam hal itu, rencana.
namun untuk membentu pekerjaan itu mereka Keempat memiliki Proactive Planning, artinya
mengunakan asisten atau staf yang khusus menengani personality komunitas olahraga sebagai pemimpin
masalah administrasi perkantoran dan menyusun menetapkan sasaran dan strategi yang spesifik untuk
semua bentuk surat menyurat. Untuk urusan proses mencapai sasaran tersebut. Pemimpin mampu
administrasi perkantoran mereka menyerahkan mengantisipasi atau mempertimbangkan rintangan
pekerjaan tersebut pada ahlinya walaupun demikian potensial dan mengembangkan rencana darurat untuk
kontroling tetap berada pada diri pimpinan. menanggulangi rintangan itu.
Inovasi dan ide-ide serta konsep-konsep baru Kelima memiliki Creative Thinking. artinya
tentu dilakukan namun inovasi tersebut yang personality komunitas olahraga sebagai Pemimpin
menyangkut kegiatan, untuk urusan kebijakan tetap dalam menghadapi tantangan berusaha mencari
berada pada pimpinan teratas. System birokrasi selalu alternatif jalan keluar yang baru dengan
terbuka secara umum bagi setiap staf yang ingin memperhatikan isu, peluang dan masalah. Pemimpin
mengembangkan inovasi-inovasi baru dengan jalan akan berkata “If it ain’t broke, BREAK IT!”
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada staf Keenam memiliki Taking Risks, artinya
untuk berkarya sesuai disiplin ilmu masing-masing, personality komunitas olahraga sebagai pemimpin
saling meghargai dan membantu sesama staf di kantor. berani mengambil resiko, dan menganggap kegagalan
sebagai peluang bukan kemunduran.
Pembahasan Ketujuh memiliki Process alignment, artinya
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data personality komunitas olahraga sebagai pemimpin
yang terkumpul, dapat diketahui bahwa; mengetahui bagaimana cara menghubungkan sasaran
1. Kompetensi Personality Komunitas Olahraga dirinya dengan sasaran organisasi. Iadapat dengan
Personality komunitas olahraga di Provinsi segera menselaraskan tugas dan pekerjaan setiap
Aceh memiliki kompetensi dan gaya kepemimpinan departemen pada seluruh organisasi.
yang ideal, hal ini terlihat pada tingkat keberhasilan Kedelapan memiliki Coalition building, artinya
komunitas olahraga menduduki jabatan strategis baik personality komunitas olahraga sebagai Pemimpin
jabatan politis maupun jabatan eselon dalam menyadari bahwa dalam rangka mencapai sasaran

22 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

dirinya, dia harus menciptakan hubungan yang 1) Gaya Situational, dimana seorang pemimpin
harmonis baik ke dalam maupun ke luar organisasi. memberitahukan kepada bawahan mengenai apa,
Dia aktif mencari peluang untuk bekerjasama dengan bagaimana, bilamana, dan dimana kegiatan
berbagai macam individu, departemen dan golongan pekerjaan dilaksanakan.
tertentu. 2) Gaya Goal Oriented, Pemimpin dipadang seorang
Kesembilan memiliki Continuous Learning . yang memberi peritah dan dapat menuntut.
artinya personality komunitas olahraga sebagai Kepuasan ada di tangan pemimpin.
pemimpin harus mampu dengan teratur mengambil 3) Gaya Partisipsi, dimana seorang pemimpin dalam
bagian dalam pelatihan dan berbagai hal ini hanya mengajak bawahan berperan aktif
jenis pengembanganlainnya, baik di dalam maupun di dalam proses pengambilan keputusan da pemimpin
luar organisasi. Responden mampu menguji setiap hanya berperan sebagai fasilisator untuk
interaksi, negatif atau positif, sehingga mampu mempelancar tugas para bawahan yang antara lain
mempelajari situasi. Responden mampu mengejar dilakukan dengan menggunakan saluran
peluang untuk bekerjasama dan mengambil bagian komunikasi yang ada secara efektif.
dalam proyek yang dapat memperluas pengetahuan, 4) Gaya Demokratic, pemimpin bertindak sebagai
memberikan tantangan berpikir dan mengembangkan suatu social. Para karyawan memperoleh informasi
imajinasi. dari pemimpin tentang kondisi yang
Kesepuluh memiliki Embracing Change, mempengaruhi pekerjaan mereka dan didorong
artinya personality komunitas olahraga sebagai untuk mengungkapakan gagasan dan mengajukan
pemimpin mengetahui bahwa masyarakat adalah suatu saran. Kecenderungan yang umum adalah kearah
bagian yang penting bagi pertumbuhan penerapan praktek demokratic lebih luas karena
dan pengembangan. Ketika ditemukan perubahan kosisten dengna model perilaku orgnisasi yang
yang tidak diinginkan atau tidak diantisipasi, suportif dan kolegial.
responden dengan aktif menyelidiki jalan yang dapat 5) Gaya Autoeratic, dimana seorang pemimpin
memberikan manfaat pada perubahan tersebut membatasi diri dalam memnberikan pengaruh dan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menyerahkan pelaksana pekerjaan kepada para
yang telah dilakukan tentang gaya kepemimpinan bawahan tanpa banyak campur tangan.
personality komunitas olahraga juga memiliki sikap
kepribadian yang menarik dan sangat ideal untuk Kelima gaya tersebut sering dipakai oleh para
memimpin suatu lembaga, ini dapat dibuktikan dari pemimpin dalam suatu organisasi atau dalam suatu
hasil penelitian bahwa komunitas olahraga tidak hanya kedinasan. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa gaya
memiliki satu gaya tertentu, mereka menerapkan kepemimpinan yang di pakai oleh personality
kombinasi semua gaya kepemimpinan yang positf dari kemunitas olahraga adalah gaya Partisipsi, dimana
delapan gaya kepemimpinan yang diungkapkan oleh seorang pemimpin dalam hal ini hanya mengajak
beberapa ahli seperti Kartono (1991:69) bahwa tipe bawahan berperan aktif dalam proses pengambilan
kepemimpinan itu terdiri dari : “1) Tipe karismatik, 2) keputusan da pemimpin hanya berperan sebagai
Tipe Paternalistis, 3) Tipe Militeristis,4) Tipe fasilisator untuk mempelancar tugas para bawahan
Otokrasi, 5) Tipe Laissez Faire,6) Tipe Populistis, 7) yang antara lain dilakukan dengan menggunakan
Tipe Administratif dan 8) Tipe Demokratis.” saluran komunikasi yang ada secara efektif dan gaya
Kesepuluh personality komunitas olahraga demokratic, pemimpin bertindak sebagai suatu social.
yang menjadi subjek dalam penelitian ini Para karyawan memperoleh informasi dari pemimpin
mengkombinasikan semua gaya kepemimpinan tentang kondisi yang mempengaruhi pekerjaan mereka
dengan kata lain tidak mengadopsi satu gaya tertentu dan didorong untuk mengungkapakan gagasan dan
karena suatu gaya tertentu pasti memiliki mengajukan saran. Kecenderungan yang umum adalah
kekurangannya, sehingga tidak ideal untuk di adopsi kearah penerapan praktek demokratic lebih luas
secara keseluruhan. karena kosisten dengna model perilaku orgnisasi yang
suportif dan kolegial.
2. Gaya Kepemimpinan Personality Komunitas
Olahraga Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Personalty komunitas olahraga di Provinsi
yang diperoleh pada umumnya gaya kepemipinan Aceh dapat dikesimpulan bahwa:
personality komunitas olahraga memakai beberapa 1. Kompetensi yang dimiliki oleh Personality
gaya kepemimpinan berikut uraiannya; Gaya komunitas olahraga di Provinsi Aceh memiliki
Partisipsi, Gaya Demokratic, tingkatan yang berbeda sesuai dengan tingkat
Kedua gaya kepemimpinan tersebut merupakan pendidikannya, namun secaga garis besar mereka
gaya kepemimpinan yang seperti dikemukan oleh memiliki kompetensi yang baik dan telah
Lucky (2000:21) yaitu: memenuhi standarisasi untuk menjadi seorang

M. Yahya 23
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pemimpin yang baik. Kompetensi yang dimiliki Hariandja, M.T.E (2002) Manajemen Sumber Daya
telah mencakup kompetensi kognitif, kompetensi Manusia. Jakarta: Grasindo.
afektif dan kompetensi psikomotorik sehingga Indrawan.M (2009) Pengaruh Kompetensi
komunitas olahraga di Provinsi Aceh sudah sangat Komunikasi dan Gaya Kepemimpinan
layak menempati jabatan baik politis maupun Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja
jabatan eselon. SDM. Medan: Universitas Sumatra Utara.
2. Gaya kepemimpinan personality komunitas Kartono, K (2001) Pemimpin dan Kepemimpinan.
olahraga sudah dapat dikatagorikan sebagai Jakarata: PT. Raja Grafindo Persada.
pemimpin yang ideal dengan kepribadian- Marno dan Supriatno (2008) Manajemen dan
kepribadian yang menarik sikap yang santun dan Kepemimpinan Kepemimpinan Islam.
tegas serta memiliki komitmen yang teguh dalam Bandung: Rafika Aditama
menjalankan tugas-tugas yang diembannya. Martoyo, Susilo (2003 Manajemen Sumber Daya
Memiliki jiwa kesatria, bedrani dan pantang Manusia. Yogyakarta: BPFE
menyerah yang menjadi modal awal dalam berkarir Mudrajad, K (2005) Metode Riset Untuk Bisnis dan
pada semua tingkatan. Ekonomi, Jakarta: Erlangga.
3. Gaya kepemimpinan yang umumnya di pakai oleh Rahmawati, I.K (2008) Manajemen Sumber Daya
personality komunitas olahraga adalah gaya Manusia.Yogyakarta: CV Andi Offset.
partisipatic dan gaya demokratik. Ruky. A (2001) Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta:
Gramedia.
Daftar Pustaka Siswadi (2003) Budaya Kepemimpinan Pendidikan di
Afadal, I (2006) Manajemen Peningkatan Mutu Indonesia. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Sekolah Dasar, dan Sentralisasi Menuju Suharsmi, Arikunto (2000) Prosedur Penelitian.
desentralisasi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Jakarta: Rineka cipta.
Anoraga, Panji (2000) Manajemen Bisnis. Jakarta: Sugiyono (2004) Metode penelitian Bisnis. Bandung:
Cetakan Kedua, Asdi Mahasatya. Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Suatu Penelitian Surakhmad, W (2003) Pengantar Pendidikan Ilmiah
Pendekatan Praktek. Jakarta: Edisi revisi Dasar. Bandung: Tarsito.
VI. cet VI. Rineka Cipta. Terry, G. (1986) Azas-Azas Manajemen. Bandung:
Barcal, R (2001) Manajemen Sumber Daya Manusia, Terjemahan. Alumni
Jakarta: Erlangga. Thoha, Miftah (2010) Kepemimpinan dalam
Departemen pendidikan Nasional (2007) Kamus Besar Manajemen. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Bahasa Indonesia. Jakarta: Edisi ketiga, Umar, Husain , 2003 , Metode Riset Bisnis.
Balai Pustaka Jakarta.Gramedia Pustaka Utama.
Decault, M.L (1990) Talking and Listening From Wahab, A.A. (2008) Anatomi organisasi dan
Women’s Standpont: Feminist Strategis fon Kepemimpinan Pendidikan. (telaah terhadap
Interviewing and Analisyas. Dalam organisasi dan Pengelolaan Organisasi
social problems. Pendidikan). Bandung: Alfabeta
Diana. A., dan Tjiptono. F (2001) Total Quality
Management. Yogyakarta: Edisi Revisi,
Andi.

24 M. Yahya
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

PENDEKATAN KOOPERATIF PADA POKOK BAHASAN


PENCAK SILAT UNTUK KETUNTASAN HASIL
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Sufriadi*)

Abstrak: Hasil penilaian pokok bahasan pencak silat siswa kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh belum
dapat memberikan ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui penerapan pendekatan kooperatif untuk meningkatkan ketuntasan hasil pembelajaran
pendidikan jasmani. Adapun jenis penelitian ini adalah tindakan kelas, sedangkan instrumen yang
digunakan format observasi. Subjek penelitian siswa kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh. Pengumpulan
data dilakukan dengan pengamatan dan analisis menggunakan statistic deskriptif. Hasil penelitian bahwa
penggunaan pendekatan kooperatif pada pokok bahasan pencak silat siswa kelas X SMA Negeri 4 Banda
Aceh. dapat meningkatkan ketuntasan yang terdiri aspek kebugaran, keaktifan, gerak dasar, kreatif,
kerjasama dan mental.

Kata kunci: Pencak Silat, Kooperatif, Ketuntasan Pembelajaran

Pendahuluan ketuntasan minimal belajar pada setiap pokok


Olahraga merupakan salah satu cara bahasan penjaskes di SMA Negeri 4 Banda Aceh
menciptakan kondisi tubuh yang sehat dan bugar. Apa adalah 70.
bila olahraga dapat dilakukan secara teratur akan Berdasarkan data hasil belajar tersebut, bahwa
berpengaruh terhadap tubuh. Olahraga sangat baik apa penilaian yang dilakukan peneliti pada pokok bahasan
bila diterapkan kepada siswa karena akan tercipta pencaksilat tidak mencapai ketuntasan pembelajaran
suatu kondisi yang sehat dan dinamis. Salah satu jenis terutama aspek kebugaran, aktif atau bersemangat,
olahraga dari beberapa jenis olahraga lainnya yang gerak dasar, kreatif intelektual, sosial/percaya diri dan
diajarkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas yang emosional. Asumsi penulis ketidaktuntasan tersebut
termasuk dalam Pokok bahasan penjakes adalah disebabkan oleh model pembelajaran yang selama ini
pencak silat. menggunakan model konvensional. Oleh sebab itu
Pencak silat merupakan seni ilmu beladiri yang peneliti berusaha untuk memecahkan model
tercipta dari hasil budaya bangsa Indonesia yang sarat pembelajaran dengan pendekatan kooperatif.
akan nilai-nilai luhur yang meliputi aspek mental
spiritual,aspek olahraga,aspek seni dan aspek bela diri.
Pencak silat telah berkembang menjadi sarana Kajian Teoritis
pendidikan,hal ini dapat dilihat dari masuknya Pokok Pendidikan Jasmani
bahasan pencak silat pada kurikulum pendidikan Pendidikan jasmani sebagai komponen
jasmani. pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar banyak kalangan untuk diterapkan di sekolah-sekolah.
pada pembelajaran penjaskes khususnya pokok Pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani belum
bahasan pencak silat di SMA Negeri 4 Banda Aceh berjalan efektif seperti yang diharapkan. Pembelajaran
kurang meningkatkan kreativitas siswa, karena metode pendidikan jasmani cenderung tradisional. Model
pembelajaran yang diterapkan yaitu metode ceramah pembelajaran pendidikan jasmani tidak harus terpusat
dan demonstrasi dimana guru terkesan lebih aktif pada guru tetap pada siswa. Anonim (2011:1)
sehingga siswa menjadi pasif yang mengakibatkan menjelaskan bahwa “Orientasi pembelajaran harus
proses belajar mengajar tidak berjalan secara optimal disesuaikan dengan perkembangan anak, isi dan
sesuai dengan tujuan penjaskes yang diharapkan. urusan materi serta cara penyampaian harus
Ketidak-aktifan siswa secara menyeluruh dengan disesuaikan sehingga menarik dan menyenangkan,
menggunakan metode tersebut di atas berdampak sasaran pembelajaran ditujukan bukan hanya
pada tingkat ketuntasan hasil pembelajaran Penjaskes mengembangkan keterampilan olahraga, tetapi pada
pada pokok bahasan pencak silat di SMA Negeri 4 perkembangan pribadi anak seutuhnya.” Lebih lanjut
Banda Aceh relatif rendah terutama pada aspek Depdiknas (2001:21) mengungkapkan sebagai berikut.
penguasaan gerak dasar, keaktifan/semangat, tingkat Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan
kreatifitas/intelektual dan emosional/mental siswa. dengan konsep lain. Konsep itu menyamakan
Sebagai gambaran, hasil belajar Penjaskes siswa kelas pendidikan jasmani dengan setiap usaha atau kegiatan
X semester dua Tahun Pembelajaran 2011/2012 yang mengarah pada pengembangan organ-organ
terdapat 35 % siswa-siswi memperoleh nilai di tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal. Adapun nilai

Supriadi 25
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

(physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), lainnya, yaitu digunakannya aktivitas gerak fisik
dan pengembangan keterampilan (skill development). jasmani bukan semata-mata untuk tujuan jangka
Pengertian tersebut memberikan pandangan pendek, yaitu untuk mencapai gambaran siswa yang
yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani terlatih fisiknya saja, tetapi lebih dari itu, dan yang
yang sebenarnya. Pada kenyataannya aktivitas fisik itu utama adalah dalam rangka pembentukan manusia
mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak seutuhnya, yaitu manusia berbudi pekerti yang luhur,
dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu berakhlak mulia, cerdas dan terampil serta berguna
tidak mengandung unsur-unsur pedagogik. bagi bangsa dan negara”.
Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis Pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga
simpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan merupakan sebuah investasi jangka panjang dalam
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas upaya pembinaan mutu sumber daya manusia
jasmani yang direncanakan secara sistematik dan Indonesia. Hasil yang diharapkan itu akan diicapai
kontinyu bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam jangka yang cukup lama. Karena itu, ipaya
individu secara organik, neuromuskular, perseptual, pembinaan bagi siswa melalui pendidikan jasmani dan
kognitif, sosial, dan emosional dalam kerangka sistem olahraga perlu terus dilakukan dengan kesabaran dan
pendidikan nasional. Baley dan Field (dalam Lutan keikhlasan untuk berkorban.
(2001:23) Oleh karena itu, pendidikan jasmani layak Strategi-strategi pembelajaran yang berbeda
diajarkan dalam proses pembelajaran di sekolah- tidak terbatas pada strategi remedial yang menolong
sekolah baik tingkat Sekolah Dasar/MI, SMP/MTs, perjuangan para siswa untuk memahami konsep-
SMA/MA maupun di Perguruan Tinggi. konsep dasar dan membantu mereka memperoleh
Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan keterampilan-keterampilan dasar. Ketika seorang guru
dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas menggabungkan berbagai strategi pembelajaran yang
siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbeda, maka para siswa pada segala tingkatan
berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas menjadi tertantang. Mutu pendidikan telah dinaikkan,
jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai bahkan pada murid yang berbakat dan memiliki
aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang potensi yang tingggi sekalipun.
sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk Pada sisi lain materi pendidikan jasmani pada
kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi. hakekatnya merupakan upaya pendidikan melalui
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani aktivitas fisik jasmani, sehingga materi
merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan pembelajarannya berupa kegiatan gerak, yang
aktivitas jasmani dan direncanakan secara sistematik merupakan salah satu potensi manusiawi yang harus
bertujuan untuk meningkatkan individu secara diaktualisasikan secara optimal. Pada konteks yang
organik, neuromoskuler, perseptual, kognitif, sosial demikian ini, pendidikan jasmani substansinya
dan emosional yang diajarkan di sekolah-sekolah merupakan belajar gerak, yang diartikan sebagai
dalam proses pembelajaran untuk membentuk jiwa proses perubahan individu sebagai hasil timbal balik
dan raga yang sehat. antara latihan dan kondisi lingkungan. Menurut Amir
(2006:1) bahwa: “Pendidikan jasmani adalah
Konsep Pendidikan Jasmani pendidikan yang menggunakan jasmani sebagai titik
Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan pangkal mendidik anak dan anak dipandang sebagai
melalui aktivitas jasmani, permainan atau olah raga suatu kesatuan jiwa raga. Tujuan melaksanakan
yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. pendidikan jasmani di sekolah adalah identik dengan
Commite on Adapted Physical Education dalam tujuan pendidikan.”
Mahendra (2001:17) mengungkapkan konsep Dengan pendidikan jasmani pada akhirnya
pendidikan jasmani adalah: siswa mampu menguasai gerakan secara terampil,
Pendidikan jasmani adalah satu program yang benar, luwes, efektif dan efisien yang dapat dipantau
beragam dari aktivitas perkembangan, permainan, oleh koordinasi yang baik antara syaraf otak dan otot,
olahraga, irama yang sesuai dengan minat, sehingga menghasilkan gerakan seperti apa yang
kemampuan dan keterbatasan dari siswa yang tidak diharapkan. Hanya saja, untuk implementasikan teori
berkemampuan, yang mungkin tidak aman atau belajar gerak tersebut dalam pembelajaran pendidikan
berhasil ikut serta dalam partisipasi tidak terbatas jasmani masih relatif jauh dari yang diharapkan,
dalam aktivitas, yang cukup berat dari program karena masih perlu prasyarat-prasyarat yang kondusif
pendidikan umum. bagi berlangsungnya proses pembelajaran di sekolah.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata Kondisi pembelajaran pendidikan jasmani yang
pelajaran yang wajib diselenggarakan sekolah, yaitu terjadi di seluruh dunia disampaikan oleh hasil survei
sebagai mata pelajaran pokok yang harus diikuti oleh kent Hardman dalam buku Amir (2005:13) ada enam
seluruh siswa. Mata pelajaran ini mempunyai kesimpulan negatif tentang kondisi pembelajaran
kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, yakni (1) Pendidikan jasmani

26 Supriadi
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

berada pada urutan terbawah dalam kurikulum; (2) kependidikan dari pengalaman belajar fisikal tidak
Pengurangan alokasi waktu dalam kurikulum; (3) terbatas hanya pada perkembangan tubuh saja.
Kesenjangan antara kurikulum yang dikehendaki dan Konteks melalui aktivitas jasmani yang dimaksud
pelaksanaannya; (4) Kelangkaan sumber finansial, adalah konteks yang utuh menyangkut semua dimensi
fasilitas dan peralatan; (5) Standar profesional guru tentang manusia, seperti halnya hubungan tubuh dan
pendidikan jasmani, dan (6) Isu kesetaraan gender. pikiran.
Studi Hardam dalam Amir (2005:14) juga
menyatakan “kesenjangan antara kurikulum Kurikulum Pendidikan Jasmani
pendidikan jasmani sebagai dokumen dan Pendidikan merupakan proses budaya untuk
implementasinya; hanya 25% dari kasus di Afrika meningkatkan harkat dan martabat manusia, melalui
yang memenuhi kurikulum yang dimaksud, Asia proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat
(33%), Amerika Latin 50%, Oceania 70%, Amerika (Sudjana, 2005:1). Pendidikan sebagai upaya
Utara, 72%, Timur Tengah 82%, dan Eropa 82%”. memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan mengembangkan kemampuan atau potensi individu
bahwa kelemahan pendidikan jasmani di sekolah sehingga dapat hidup secara optimal baik sebagai
disebabkan oleh kurikulum yang kurang memenuhi pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta
standar, di mana jam tatap muka untuk pelajaran memiliki nilai-nilai moral dan berbagai pedoman
pendidikan jasmani hanya 2 jam atau 2 x 35 menit, hidupnya. Pendidikan terjadi melalui interaksi insani,
sehingga pembelajaran pendidikan jasmani tidak tanpa batasan ruang dan waktu. Pendidikan dimulai
cukup waktu untuk diajarkan kepada anak didik, dari lingkungan keluarga, dilanjutkan dan ditempatkan
sementara materi yang harus diajarkan banyak. dalam lingkungan sekolah, diperkaya dalam
Kelemahan lain adalah fasilitas dan sarana lingkungan masyarakat dan hasil-hasilnya digunakan
pembelajaran pendidikan jasmani juga sangat dalam membangun kehidupan pribadi, agama,
dirasakan kurang. keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya.
Dari kutipan di atas, memberikan gambaran Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari
bahwa guru dalam proses belajar mengajar di sekolah suatu proses pendidikan secara keseluruhan, yaitu
mempunyai tipe yang berbeda-beda ada guru yang proses pendidikan melalui kegiatan fisik yang dipilih
professional dan ada pula sebaliknya. Hal ini juga untuk mengembangkan dan meninngkatkan
mempengaruhi tanggapan terhadap pembelajaran kemampuan organik, neuromuskuler, interveratif,
pendidikan jasmani, karena memang sesuatu yang sosial, dan emosional. (Bachtiar, 2009:22).
diterapkan kurang sesuai dengan harapan, maka akan Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata
lahir berbagai macam tanggapan, baik itu tanggapan pelajaran yang wajib diselenggarakan sekolah, yaitu
positif maupun negatif. sebagai mata pelajaran pokok yang harus diikuti oleh
Pendidikan jasmani memusatkan diri pada seluruh siswa. (Amir, 2006:5).
semua bentuk kegiatan aktivitas jasmani yang Selanjutnya Amir (2006:5) mengatakan bahwa
mengaktifkan otot-otot besar (gross motorik), “Mata pelajaran pendidikan jasmani ini mempunyai
memusatkan diri pada gerak fisikal dalam permainan, kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran
olahraga, dan fungsi dasar tubuh manusia. Dengan lainnya, yaitu digunakan aktivitas gerak fisik sebagai
demikian, Freeman (2001:5) menyatakan pendidikan sarana/media dalam mendidik siswa. Pendidikan
jasmani dapat dikategorikan ke dalam tiga kelompok jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang telah
bagian, yaitu (1) Pendidikan jasmani dilaksanakan dimasukkan disemua jenjang sekolah, termasuk dalam
melalui media fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal hal ini di sekolah menengah atas. Penyusunan mata
atau beberapa tipe gerakan tubuh; (2) Aktivitas pelajaran ini berdasarkan atas kebutuhan kurikulum
jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum nasional yang berorientasi pada kepentingan bangsa
mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan dimana semua siswa sebagai warga Negara perlu
keterampilan yang tidak selalu harus didapat dibangun jiwa raganya supaya sehat jasmaninya dalam
perbedaan yang mencolok; (9). Meskipun para siswa menghadapi kehidupannya. Oleh karena itu
mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal ini, pendidikan jasmani dalam kurikulum nasional harus
tetapi keuntungan bagi siswa tidak selalu harus berupa menyesuaikan terhadap perubahan-perubahan.
fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti: Perubahan kurilukum yang berlangsung saat ini adalah
perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti kurikulum yang berbasis kompetensi yang diadopsi
juga perkembangan kognitif dan afektif. secara inklusif dalam kurikulum 2004 ( Harsuki,
Secara utuh, pemahaman yang harus ditangkap 2002:34).
adalah: pendidikan jasmani menggunakan media
fisikal untuk mengembangkan kesejahteraan total Model Pembelajaran
setiap orang. Karakteristik pendidikan jasmani seperti Istilah model pembelajaran banyak diucapkan
ini tidak terdapat pada matapelajaran lain, karena hasil oleh orang, baik dalam perkuliahan maupun dalam

Supriadi 27
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pembelajaran di sekolah, namun belum ada suatu mengklasifikasikan objek-objek. Model korelasi
kesepakatan dalam mendefinisikan model adalah model mencari hubungan antara satu variabel
pembelajaran. Ada beberapa definisi yang umum dengan variabel lainnya, dan model teoretis adalah
diungkapkan oleh pakar pendidikan tentang model model paparan yang digambarkan secara teoretis
pembelajaran. Moelyono mengemukakan (1990:589) (kualitatif).
“model adalah pola (contoh, acuan ragam) sesuatu
yang akan dibuat dihasilkan”. Menurut Arifin Macam-macam Model Pembelajaran
(1995:38) bahwa “model adalah contoh stimuli yang Model pembelajaran adalah suatu strategi di
memiliki karakteristik yang umum”. mana di dalam proses belajar mengajar guru dan siswa
Adapun definisi model adalah pola, fakta atau melakukan pendekatan untuk menemukan informasi
contoh yang diperagakan oleh seseorang untuk pelajaran melalui berbagai pendekatan-pendekatan
ditampilkan di depan umum”.Pada kesempatan lain seperti belajar isyarat, belajar stimulus, belajar konsep
Hamalik (1998:108) mengemukakan “Model seperti yang diungkapkan oleh Djamarah dan Zain
pembelajaran adalah pola atau acuan yang digunakan (2002:14) delapan model belajar adalah:
guru dalam menyampaikan materi pelajaran di depan 1) Signal learning (belajar isyarat), 2) Stimulus-
kelas agar memudahkan siswa dalam memahami dan response learning (belajar-stimulas-respons), 3)
menguasai materi pelajaran. Chainning (rantai atau rangkaian), 4) Verbal
Menurut Rosser dalam Dahar (2002:80) association (asosiasi verbal), 5) Discrimination
menyatakan bahwa “Model pembelajaran yang learning (belajar kriminasi), 6) Concept learning
digunakan guru dalam proses pembelajaran (belajar konsep), 7) Rule learning (belajar aturan), 8).
merupakan acuan yang dapat memudahkan siswa Problem solving (memecahkan masalah), 9) Mastery
dalam penguasaan materi pelajaran, dan siswa tidak learning (belajar tuntas), 10) Meaningfull learning
mudah merasa jenuh dan bosan mengikutinya”. (belajar bermakna), 11) Enquiry discovery learning,
Selanjutnya Berg (1991:8) “mendefinisikan model 12)Ekspository learning dan 13) Humanistic
pembelajaran sebagai suatu pola atau acuan yang education.
konkrit dari ciri-ciri sesuatu untuk mempermudah Sedangkan menurut Trianto (2009:55)
komunikasi antar manusia dan memungkinkan menyatakan ada beberapa macam model pembelajaran
manusia untuk berpikir”. yaitu “1) model pembelajaran koperatif, 2) model
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka pembelajaran berbasis masalah, 3) model quantum
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran teaching, 4) model pengajaran langsung, 5) model
merupakan teknik atau model yang digunakan guru pembelajaran perubahan konseptual (conceptual
bersama siswa dalam proses pembelajaran. Model cange)”.
pembelajaran banyak ragamnya mulai dari teka teki Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
silang, kartu arisan, Take and Give dan lain-lain yang disimpulkan bahwa model pembelajaran yang
berorientasi untuk memudahkan penguasaan materi dilakukan guru di sekolah terdiri dari berbagai macam
pelajaran oleh siswa dan sekaligus dapat baik model koperatif, berbasis masalah, quantum
meningkatkan prestasi belajarnya. Adapun beberapa teaching, model langsung dan konseptual.
ciri model pembelajaran menurut Dahar
(1996:33),yaitu (1) Model pembelajaran merupakan Konsep Pembelajaran Kooperatif
suatu buah pikiran yang dimiliki seseorang atau Salah satu model pembelajaran yang sedang
sekelompok orang. Model itu ialah semacam pola, digalakkan dalam proses pembelajaran di sekolah
acuan atau ragam; (2) Model pembelajaran itu timbul adalah model pembelajaran kooperatif. Trianto
sebagai hasil dan pengalaman manusia dengan lebih (2009:56) mengemukakan pembelajaran kooperatif
dari suatu benda, peristiwa atau fakta. Model itu adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis
adalah suatu pola, acuan yang diorganisasikan; (3) kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep
Model pembelajaran itu hasil berpikir abstrak manusia bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
yang merangkum banyak pengalaman; (4) Model memahami konsep yang sulit jika mereka saling
pembelajaran merupakan pola, acuan dan fakta-fakta berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
atau pemberian pola pada fakta dan (5) Suatu model bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
pembelajaran dapat dianggap kurang tepat, timbulnya memecahkan masalah-masalah yang komplek.
fakta-fakta baru, dan karena itu model pembelajaran Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
yang bersangkutan harus mengalami partikel-partikel. kooperatif adalah aktivitas pembelajaran yang
Berdasarkan ciri-ciri di atas maka model dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar
pembelajaran dapat dibagi tiga golongan, yaitu model yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesama
klasifikasional, model korelasi dan model teoretis. siswa. proses interaksi akan dimungkinkan apabila
Model klasifikasional menyangkut fakta-fakta guru mengatur kegiatan pembelajaran dalam suatu
sehingga memungkinkan manusia untuk setting siswa bekerja dalam suatu kelompok. Nasution

28 Supriadi
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

(2005:1-2) menyatakan macam-macam model kooperatif pada pokok bahasan pencak silat untuk
pembelajaran kooperatif adalah. ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani
1) Example non example, 2) picture and picture, pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh. Data-
3) numbered heads together, 4) course review horray, data tersebut dianalisis dengan menggunakan statistik
5) CIRC (cooperative integrated reading and deskriptif.
composition), 6) talking stick (tongkat bicara, 7) 1. Siklus 1
snowball throwing (lempar bola salju), 8) partner Pada siklus I, penulis terlebih dahulu
switch (bertukar pasangan), 9) take and give, 10) word menyiapkan persiapan-persiapan penelitian seperti
square, 11) STAD (Student Team Achievement RPP, lembar observasi untuk dilaksanakan tindakan
Devision), 12) jigsaw (tim ahli) 13) make match, dan kelas dengan pendekatan kooperatif pada pokok
lain-lain. bahasan pencak silat untuk ketuntasan hasil
Model-model pembelajaran kooperatif dapat pembelajaran pendidikan jasmani. Subjek
meningkatkan kerjasama siswa dalam suatu kelompok penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Negeri 4
belajar. Siswa yang satu membantu siswa lainnya Banda Aceh. Adapun langkah-langkah yang penulis
dalam mempelajari sesuatu. Model-model lakukan pada siklus pertama ini adalah:
pembelajaran kooperatif siswa dapat bekerjasama Tabel 1. Hasil Belajar Siswa setelah Dilakukan
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari Penilaian pada Siklus 1 Siswa Kelas X
materi akademik dan keterampilan antar pribadi. SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan
Pendekatan Kooperatif Pada Pokok Bahasan
Penca Silat
Metode Penelitian Aspek Penilaian
Bugar Aktif/ Gerak Kreatif/ Sosial/ Emosio Nilai
Metode penelitian yang digunakan dalam semanga dasar intelek per-caya nal/Men akhir
t diri tal
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Ebbut N Nama > < > < > < > < > < > <
o 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6
dalam Wiriatmajda (2005:12) mengatakan penelitian 0 9 0 9 0 9 0 9 0 9 0 9

tindakan kelas adalah sajian sistematika dari upaya T T


T
T T
T
T T
T
T T
T
T T
T
T T
T

perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh 1 I


Q
T T - T - T - T - T - T

sekelompok guru dengan melakukan tindakan- 2 B


S
T T - T T T - T - T - T

tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi 3 K


l
D
M
- T
T
T - T - T - T - T - T

mereka mengenai hasil-hasil dari tindakan tersebut. 4


p
1 I - T - T T - - T T - - T TT
Rancangan penelitian ini bersifat tindakan 5
D
R T
T
- T
T
- T - T
T
- T - T
T
- T
untuk mendapatkan data yang baik dalam penelitian 6
K
M T - T - T - T - T - T - T
ini, memerlukan suatu rancangan atau gambaran .
7 K
R
D - T - - T - - T T - T - TT
tentang pelaksanaan penelitian. Rancangan penelitian . l
p
Q T T T

merupakan ancang-ancang dalam suatu penelitian 8


.
2 N
H
T - T - T - T - T - T - T

sebelum penelitian dilakasanakan dilapangan, yang 9 N - T - T T - - T T - - T TT


. F T T T T
menjadi rancangan penelitian adalah pertama-tama 1 U T - T - T - T - T - T - T
0 T
peneliti mengusun laporan penelitian, mengambil 1 R T - T - T - T - T - T - T
1 A
surat penelitian, menyusun Rencana Pelaksanaan 1 K D T - T - T - T - T - T - T

Pembelajaran (RPP) dan menyusun rencana 2 l


p
K

pelaksanaan kegiatan penelitian, sedangkan populasi 1


3
3 N
K
T - T - T - T - T - T - T

dan sampel dalam penelitian ini siswa kelas X SMA .


1 P T - T - T - T - T - T - T
Negeri 4 Banda Aceh yang berjumlah 32 orang. 4
.
P

Instrumen penelitian menggunakan format 1


5
Y
A
T - T - T - T - T - T - T

observasi, yang diamati oleh 3 observer dengan ceklist .


1 M T - T - T - T - T - T - T
dalam beberapa aspek, kebugaran, aktif/,semangat, 6
.
H

gerak dasar, kreatif/ intelektual, sosial/ percaya diri, 1


7
K
l
F
M
- T
T
- T
T
T - - T
T
T - - T
T
TT

Emosional/ mental dalam ketuntasan belajar siswa. .


1
p
4 P T - T - T - T - T - T - T
Analisis data yang akan dilakukan yaitu dengan 8
.
H

cara mengumpulkan data melalui lembar observasi 1


9
R
S
T - T - T - T - T - T - T

dari tiga orang observer. data tersebut analisis dengan .


2 A T - T - T - T - T - T - T
statistik deskriptif, sedangkan waktu penelitian 0 W
.
tanggal 12 dan 23 Mei 2012. 2 M T - T - T - T - T - T - T
1 P
.
2 K S T - T - T - T - T - T - T
Hasil dan Pembahasan Penelitaian 2 l F
. p
Hasil Penelitian 2 5 R - T - T T - - T - T - T TT

Hasil penelitian ini diperoleh setelah 3


.
R T T T T T

dilakukan proses pembelajaran, tentang pendekatan 2


4
V
V
T - T - T - T - T - T - T

Supriadi 29
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

.
2 R T - T - T - T - T - T - T
2. Siklus 2
5 K Setelah persiapan dilakukan, maka
.
2 T T - T - T - T - T - T - T dilanjutkan siklus ke-2, Pada siklus kedua ini, peneliti
6 L
. bersama tim penilai melakukan langkah-langkah
2 K R T - T - T - T - T - T - T
7 l I sebagai berikut:
. p
2 6 C T - T - T - T - T - T - T Tabel 2. Hasil Belajar Siswa setelah Dilakukan
8
.
Y
Penilaian pada Siklus II Siswa Kelas X
2
9
L
A
T
T
T - - T
T
T - - T
T
- T
T
TT
SMA Negeri 4 Banda Aceh dengan
.
3 N T - T - T - T - T - T - T Pendekatan Kooperatif Pada Pokok
0
.
U
Bahasan Penca Silat
3 Y T - T - T - T - T - T - T Aspek Penilaian
1 Y
.
Bugar Aktif/ Gerak Kreatif Sosial/ Emosi Nil
3 Y T - T - T - T - T - T - T seman dasar / per- onal/ ai
2 A gat intelek caya Menta akh
. diri l ir
Keterangan: N
o
Nama >
70
<6
9
>
7
<
6
>
7
<
6
>
7
<
6
>
7
<
6
>
7
<
6
T = Tuntas 0 9 0 9 0 9 0 9 0 9
T TT T T T T T T T T T T
TT = Tidak Tuntas T T T T T
Hasil analisis data hasil belajar siswa dengan 1 I
Q
T T - T - T - T - T - T

pendekatan kooperatif pada pembelajaran pencak silat 2 B T T - T T T - T - T - T


S
pada siklus I secara individu 26 orang (81,25%) telah 3 K D T T - T - T - T - T - T
mencapai kriteria ketuntasan minimal, memperoleh l M
p
nilai di atas >70, dan 6 orang (18,75%) memperoleh 4 1 I T T - T - T - T - T - T
nilai di bawah < 69. Berhubung secara klasikal nilai 5
D
R T - T - T - T - T - T - T
rata-rata yang ditetapkan 70, dan terdapat 6 orang K
6 M T - T - T - T - T - T - T
yang belum tuntas, maka tindakan ini dapat . R
dilanjutkan pada siklus II dengan beberapa perubahan 7 K D T T - T - T - T - T - T
. l Q
baik dalam perencanaan maupun dalam penerapannya. p
Pada tindakan I hasil belajar siswa yaitu 26 8
.
2 N
H
T - T - T - T - T - T - T

orang (81,25%%). Dari 32 orang siswa 6 orang 9 N T T - T - T - T - T - T


. F
(18,75%) memperoleh skor di bawah 69, sehingga 1 U T - T - T - T - T - T - T
tindakan I perlu diperbaiki pada tindakan II. Pada 0
1
T
R T - T - T - T - T - T - T
tindakan I masalah yang perlu diperbaiki masih pada 1 A
menerapkan pendekatan kooperatif pada pokok 1
2
K
l
D
K
T - T - T - T - T - T - T

bahasan pencak silat untuk ketuntasan hasil p


1 3 N T - T - T - T - T - T - T
pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat 3 K
dipahami siswa. .
1 P T - T - T - T - T - T - T
Tindakan I dianggap belum berhasil, karena 4 P
.
siswa belum mencapai standar kompetensi yang 1 Y T - T - T - T - T - T - T
ditetapkan, yaitu dari keseluruhan siswa 32 orang 5
.
A

sebaiknya memperoleh skor minimal rata-rata 70. 1 M T - T - T - T - T - T - T


Oleh karena itu, setelah tindakan berakhir, peneliti 6
.
H

menganalisis jalannya proses pembelajaran dan hasil 1 K F T T - T - T - T - T - T


7 l M
tindakan I. masalah-masalah yang ditemukan . p
kemudian dijadikan landasan untuk merencanakan 1
8
4 P
H
T - T - T - T - T - T - T

tindakan selanjutnya sebagai langkah perbaikan dari .


1 R T - T - T - T - T - T - T
tindakan I ini. 9 S
Pada identifikasi masalah tindakan I, ditemukan .
2 A T - T - T - T - T - T - T
masalah yaitu (1) siswa masih kesulitan memahami 0 W
.
pendekatan kooperatif pada pokok bahasan pencak 2 M T - T - T - T - T - T - T
silat untuk ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan 1 P
.
jasmani yang dijelaskan guru (2) menerapkan 2 K S T - T - T - T - T - T - T
pendekatan kooperatif pada pokok bahasan pencak 2
.
l
p
F

silat belum memuaskan, (3) pembelajaran masih 2 5 R T T - T - T - T - T - T


3 R
berpusat pada guru (4) pemanasan belum .
menyenangkan 5) di antara siswa ada yang belum 2
4
V
V
T - T - T - T - T - T - T

memahami apa yang dijelaskan dan diperagakan guru. .


2 R T - T - T - T - T - T - T
5 K
.

30 Supriadi
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

2
6
T
L
T - T - T - T - T - T - T
siswa. Hasil studi itu membuktikan bahwa komitmen
. guru, kepuasan guru dalam bekerja, dan kultur sekolah
2 K R T - T - T - T - T - T - T
7 l I memberi efek positif bagi inisiatif restrukturisasi
.
2
p
6 C T - T - T - T - T - T - T
organisasi sekolah dan perbaikan perolehan hasil
8 Y belajar siswa.
.
2 L T T - T - T - T - T - T Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil
9 A suatu kesimpulan bahwa prestasi merupakan hasil
.
3 N T - T - T - T - T - T - T yang telah dicapai oleh siswa, yaitu perubahan
0
.
U
tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk skor
3 Y T - T - T - T - T - T - T (angka). Dalam mempelajari materi pelajaran di
1 Y
. sekolah, tingkat keberhasilan siswa dalam bentuk
3
2
Y
A
T - T - T - T - T - T - T angka tersebut diperoleh dari hasil tes mengenai
. sejumlah materi pelajaran yang telah dipelajari.
Keterangan: Berdasarkan beberapa pendapat para ahli
T = Tuntas pendidikan tersebut, maka terdapat rumusan yang
TT = Tidak Tuntas berbeda satu sama lain, tetapi secara umum dapat
Hasil analisis data prestasi belajar siswa dengan disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah prestasi
menerapkan pendekatan kooperatif pada pokok yang diperoleh siswa berkat adanya proses perubahan
bahasan pencak silat kelas X SMA Negeri 4 Banda diri manusia, khususnya siswa baik berupa perubahan
Aceh pada siklus 2 secara klasikal seluruh siswa pengetahuan maupun perubahan tingkah laku dari
sudah tuntas karena nilai rata-rata yang diperoleh tidak baik menjadi baik, dari tidak mengerti menjadi
siswa > 70 atau sudah di atas nilai ketuntasan yang menjadi mengerti. Apabila setelah belajar tidak terjadi
telah ditetapkan yaitu 70. Secara individu siswa perubahan dalam diri anak didik, maka tidaklah dapat
seluruhnya (100%) sudah tuntas. Hal ini menunjukkan dikatakan bahwa pada dirinya tidak berlangsung
bahwa pada siklus 2 penerapan pendekatan kooperatif proses belajar, karena proses belajar itu dimulai dari
pada pokok bahasan pencak silat dianggap selesai. suatu yang tidak dikenalnya untuk kemudian dikuasai
Dari hasil penelitian, tampaklah bahwa hasil tes atau dimiliki dan dipergunakan sampai pada suatu saat
telah sesuai dengan hasil tindakan pada siklus 2. Dari dievaluasi melalui tes yang dilaksanakan guru. Semua
aspek kegunaan pembelajaran kooperatif sudah cukup itu ditempuh melalui proses belajar.
paham misalnya aspek kebugaran, keaktifan atau
semangat siswa, gerak dasar, kreatif dan intelektual,
sosial/percaya diri dan emosional/mental semuanya Kesimpulan
dapat diikuti dengan baik oleh siswa. Pada siklus 2 Pendekatan kooperatif pada pembelajaran
seluruh siswa sudah tuntas, nilai rata-rata yang didapat pencak silat dapat menuntaskan hasil belajar siswa
siswa mencapai > 70 dan sudah melampaui nilai kelas X SMA Negeri 4 Banda Aceh. Hasil analisis
standar klasikal yaitu 70. data tentang belajar siswa pada siklus 1 terdapat 26
orang yang tuntas (81,25%), dan siklus 2 naik menjadi
Pembahasan 100%, secara klasikal siklus 1 terdapat 6 orang yang
Hasil belajar siswa dari siklus ke siklus dengan tidak tuntas (18,75%), dan siklus 2 hasil belajar yang
menggunakan menggunakan pendekatan kooperatif didapat siswa secara klasikal telah tuntas yaitu > 70%
pada pokok bahasan pencak silat juga mengalami dan seluruhnya sudah tuntas. Hasil belajar siswa
peningkatan yang berarti. Pada siklus 1 nilai rata-rata dengan menggunakan pendekatan kooperatif dapat
yang didapat siswa ada yang tidak tuntas yaitu 6 orang meningkatkan ketuntasan belajar siswa, karena guru
(18,75%) memperoleh nilai di bawah < 69 dan 26 telah menggunakannya dengan strategi dan metode
orang (81,25%) mendapat nilai > 70, dan siklus ke-2 yang tepat, khususnya pada siklus II.
naik menjadi seluruhnya 32 orang (100%) tuntas <
70. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan
pendekatan kooperatif pada pokok bahasan pencak Daftar Pustaka
silat ada peningkatan prestasi belajar siswa. Amir, Nyak (2005) Pembelajaran Pendidikan
Perubahan tersebut disebabkan karena strategi Jasmani di Sekolah Dasar. Banda Aceh: Syiah
pembelajaran yang baik, seperti yang dikemukakan Kuala University Press.
oleh Danim, (2006:222) sebagai berikut: Amir, Nyak. dkK (2006) Pembelajaran Pendidikan
Strategi pembelajaran yang dilakukan berulang- Jasmani Konsep dan Praktik. Banda Aceh:
ulang akan memberi kesan, mengkontribusi pada Syiah Kuala University Press.
inisiatif-inisiatif restrukturisasi dan menurut apa yang Amran, SN (2010) Menguak Rumpun Pencak Silat
dirasakan oleh guru-guru, hal itu memberikan Minangkabau. Pekanbaru: PT. Sutra Benta
sumbangan bagi perbaikan perolehan belajar pada Perkasa.

Supriadi 31
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Arikunto, Suharsimi (2008) Prosedur Penelitian Rahmah, Johar (2006) Modul Strategi Belajar
Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Mengajar. Banda Aceh: FKIP Unsyiah.
Anonim (2011) Upaya Pembaharuan dalam Ratumanan, TG (2004) Belajar dan Pembelajaran.
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ambon: Unesa University Press.
Ibrahim, Muslimin (2005) Pembelajaran Berdasarkan Porter de, Bobbi (2001) Quantum Teaching,
Masalah. Surabaya: Unesa University Press. Membiasakan Belajar Nyaman dan
Kaufeldt, Martha (2008) Wahai Para Guru Ubahlah Menyenangkan. Terjemahan. Bandung: Kaifa.
Cara Mengajarmu (Perintah Pengajaran yang Sanjaya, Wina (2006) Strategi pembelajaran
Berbeda-beda dan Sesuai dengan Otak. Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang. Jakarta: Prenada Media.
Muhajir (2004) Pendidikan Jasmani Teori dan Praktik Slaven, Robert (1995) Education Psychology, Teori
SMA. Jakarta: Erlangga. and Practice. Boston: Allyn and Bacon.
Nasution, Ali Mhd (2005) Alternatif Strategi Wiriatmadja, R (2005) Metode Penelitian Tindakan
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Jakarta: Depdiknas.
Nasution, S (1994) Berbagai Pendekatan dalam
Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.

32 Supriadi
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

PENERAPAN LESSON STUDY PADA POKOK BAHASAN PERMAINAN SEPAKBOLA


UNTUK KETUNTASAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SISWA
KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH

Sulaiman*)

Abstrak: Hasil penilaian pokok bahasan kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Banda Aceh belum dapat
memberikan ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
penerapan model pembelajaran Lesson Study untuk meningkatkan ketuntasan hasil pembelajaran
pendidikan jasmani. Adapun jenis penelitian ini adalah tindakan kelas, sedangkan instrumen yang
digunakan format observasi. Subjek penelitian siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 1 Banda Aceh .
Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan analisis menggunakan statistic deskriptif. Hasil
penelitian bahwa penggunaan pendekatan kooperatif pada pokok bahasan pencak silat siswa kelas X SMA
Negeri 4 Banda Aceh. dapat meningkatkan ketuntasan yang terdiri aspek kebugaran, keaktifan, gerak
dasar, kreatif, kerjasama dan mental.

Kata Kunci: Penerapan, Lesson Study, Ketuntasan, Sepakbola

Pendahuluan guru menilai hasil proses pembelajaran belum


Pembelajaran dapat dilihat dari dua segi yaitu dipahami dengan baik. Masalah ini terlihat dari hasil
pembelajaran sebagai suatu proses dan hasil, penelitian pada SMP Negeri 1 Banda Aceh. Secara
pembelajaran sebagai suatu proses yang dikemukakan umum proses pembelajar mengajar pendidikan
dalam undang-undang No.20 Tahun 2003. Tentang jasmani pada SMP Negeri 1 Banda Aceh dapat
sistem pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa digambarkan masih kurang. Salah satu untuk
pembelajaran yaitu proses interaksi peserta didik memperbaiki maksud di atas, peneliti
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu mempergunakan satu cara strategi khusus, dalam
lingkungan belajar. Depdiknas (2002:13) menjelaskan masalah ini mempergunakan model penerapan
bahwa pembelajaran yaitu suatu proses pemberian pembelajaran lesson study untuk meningkatkan
layanan kepada setiap siswa agar mereka meningkat aktivitas dan kreativitas siswa pada SMP Negeri 1
searah dengan bakat yang dimilikinya. Depdiknas Banda Aceh dalam pokok bahasan permainan sepak
(2004:II) mengatakan yaitu pembelajaran adalah bola.
proses membangun pengetahuan.
Hasibuan (2000:32) mengatakan pembelajaran Kerangka Teoritis
sebagai perubahan pada diri individu dalam aspek Pengertian Belajar
pengetahuan, sikap, keterampilan dan kebiasaan dalam Belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan
produk dari interaksi dengan lingkungannya. di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang
Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan
individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada
akan sulit untuk mengantarkan anak didik ke arah proses pembelajaran. Pembelajaran ialah suatu proses
percapaian tujuan pembelajaran, konsekuensi dari yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadi perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan,
kesenjangan yang nyata antara anak yang kompetensi sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang dalam interaksi dengan lingkungannya. Surya
tidak berkompetensi. Kondisi seperti ini (2004:7).
mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam Beberapa prinsip yang menjadi landasan
belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal pengertian tersebut di atas ialah: Pertama,
ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan
pembelajaran di sekolah seperti dalam pembelajaran perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri
pendidikan jasmani dan Kesehatan (Amir, 2006:14). utama proses pembelajaran itu adalah adanya
Dalam peningkatan kualitas proses perubahan perilaku dalam diri individu. Artinya
pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, guru seseorang telah mengalami pembelajaran akan
sering terlihat terus menerus dalam proses belajar berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan
mengajar tanpa menyadari dan mengintrospeksi apa perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan
yang telah diberikan kepada peserta didik, apakah perilaku sebagai hasil pembelajaran mempunyai cirri-
sudah berhasil atau belum berhasil, dan bagaimana ciri sebagai berikut: (a) perubahan yang disadari,

Sulaiman 33
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

artinya individu yang melakukan proses pembelajaran pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
menyadari bahwa pengetahuan, keterampilan, dan ia dengan lingkungannya (Surya: 2004:7).
lebih yakin terhadap dirinya. (b). Perubahan bersifat Menurut Surya (2004:7) bahwa ada beberapa
kontinyu (berkesinambungan) Artinya suatu prinsip yang menjadi landasan tersebut di atas:
perubahan yang terjadi, meyebabkan terjadinya Pertama, pembelajaran sebagai usaha memperoleh
perubahan perilaku yang lain. (c). Perubahan bersifat perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna
fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah
sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi adanya perubahan perilaku dalam diri individu.
individu yang bersangkutan. (d) perubahan bersifat Artinya seseorang telah mengalami pembelajaran akan
positif, artinya terjadi adanya pertambahan perubahan berubah perilakunya. Tetapi tidak semua perubahan
dalam diri individu (e) Perubahan yang bersifat aktif, perilaku sebagai hasil pembelajaran.
artinya perubahan itu terjadi dengan sedirinya, akan Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan
tetapi melalui aktivitas individu. (f). Perubahan yang perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung
bersifat permanent (menentap), artinya perubahan makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil
yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada pembelajaran adalah meliputi aspek kognitif, afektif
secara kekal dalam diri individu, setidak-tidaknya dan psikomotor. Pembelajaran merupakan suatu
untuk masa tetentu. (g). Perubahan yang bertujuan dan proses, ini mengandung makna bahwa pembelajaran
terarah, artinya perubahan itu terjadi karena ada itu merupakan suatu aktivitas yang
sesuatu yang akan yang akan dicapai. Kedua, Hasil berkesinambungan. Proses pembelajaran terjadi
pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku karena adanya sesuatu yang mendorong dan ada
secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna sesuatu tujuan yang hendak dicapai. Prinsip ini
bahwa perubahan perilkau sebagai hasil pembelajaran mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu
adalah meliputi aspek kognitif, afektif dan terjadi karena adanya kebutuhan yang harus
psikomotor. Ketiga, pembelajaran merupakan suatu dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai.
proses. Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pada
pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang dasarnya pengalaman adalah kehidupan melalui situasi
berkesinambungan. Keempat, proses pembelajaran yang nyata dengan tujuan tertentu.
terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan
ada sesuatu tujuan yang akan di capai. Prinsip ini Pengertian Pendidikan Jasmani
mengandung makna bahwa aktivitas pembelajaran itu Pendidikan jasmani merupakan bagian penting
terjadi karena adanya kebutuhan yang harus dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya
dipuaskan, dan adanya tujuan yang ingin dicapai. dekorasi atau ornament (keterampilan) yang ditempel
Kelima, pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. pada program sekolah sebagai alat untuk membuat
Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari
situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Surya
pendidikan. Melalui penjas yang diarahkan dengan
(2004:7).
Dari beberapa definisi tersebut, dapat baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan
disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat
perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan
melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada hidup sehat, berkembang secara sosial, dan
kenyataanya tidak semua perubahan termasuk kategori menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya
belajar. Dalam belajar yang terpenting adalah proses (Mutohir, 1992:145). Meskipun penjas menawarkan
bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk
diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain itu mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan
hanya sebagai perantara atau penunjang dalam semata-mata agar anak-anak bergembira dan
kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan
bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah
baik.
pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran
selingan, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan
Hakikat Belajar yang bersifat mendidik.
Belajar adalah keseluruhan proses pendidikan Definisi di atas mengukuhkan bahwa
di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan
paling utama. Berarti keberhasilan pencapaian tujuan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk
pendidikan banyak pada proses pembelajaran. membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara
Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu
individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku menjadi sumber daya manusia seutuhnya. Pencapaian
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan

34 Sulaiman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pendidikan jasmani dan tak ada pendidikan jasmani
pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik yang tidak berintensikan pendidikan.”
anak. Olahraga adalah serangkaian gerakan olahraga
Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak
pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. (mempertahankan hidup) dan meningkatkan
kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup).
Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang
Seperti halnya makan, Olahraga merupakan kebutuhan
membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah hidup yang sifatnya periodik; artinya Olahraga sebagai
alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia alat untuk memelihara dan membina kesehatan, tidak
yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang dapat ditinggalkan. Olahraga merupakan alat untuk
secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi merangsang pertumbuhan dan perkembangan jasmani,
yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan rohani dan sosial.
perkembangan anak didik.
Tujuan pendidikan jasmani sudah terarah yaitu Kurikulum Pendidikan Jasmani
memberikan kesempatan kepada anak untuk Pendidikan adalah upaya manusia untuk
mempelajari berbagai kegiatan yang membina memanusiakan manusia, manusia pada hakikatnya
adalah makhluk tuhan yang paling tinggi
sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam
dibandingkan dengan makhluk lain ciptaannya, sebab
aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. memiliki kemampuan berbahasa dan akal pikiran,
Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk sehingga manusia mampu mengembangkan dininya
mengembangkan potensi setiap anak setinggi- sebagai manusia yang berbudaya. Kemampuan
tingginya (Mutohir, 1992:35). Dalam bentuk began, mengembangkan diri dilakukan melalui interaksi
secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun
(domain) sebagai satu kesatuan. lingkungan sosial. Sudjana (1996:1).
Kondisi Pendidikan Jasmani Pendidikan sebagai upaya memanusiakan
Pengertian di atas sesuai dengan pendapat manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan
Mutohir (1992:2) yang mengemukakan; “pendidikan kemampuan atau potensi individu sehingga dapat
jasmani merupakan bagian integral dan pendidikan hidup secara optimal baik sebagai pribadi maupun
secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai
yang bertujuan mengembangkan secara organik, moral dan berbagal pedoman hidupnya. Pendidikan
neuromuskuler, intelektual dan emosional”. adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan martabat manusia, melalui proses yang panjang dan
aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi
tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara melalui interaksi insani, tanpa batasan ruang dan
umum (general education). Tentunya proses tersebut waktu. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga,
dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi dilanjutkan dan ditempatkan dalam lingkungan
sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan
yang ditetapkan. hasil-hasilnya digunakan dalam membangun
Berdasarkan beberapa kutipan di atas dapat kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat,
didefinisikan Pendidikan jasmani adalah suatu proses bangsa dan negaranya. Sudjana (1996:2).
pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain Menurut Gagne (2003:20), kurikulum adalah
untuk meningkatkan kebugaran jasmani, suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out-
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan comes) yang diharapkan dan suatu pembelajaran.
dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk
kecerdasan. Lingkungan belajar diatur secara seksama suatu bidang studi, sehingga membenikan pedoman
untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan dan instruksi untuk mengembangkan strategi
seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus
afektif setiap siswa. diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan
tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan
Pendidikan Jasmani di Sekolah dapat tercapai. Sedangkan menurut (Depdikbud,
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan 2004:17), kurikulum merupakan gagasan pendidikan
merupakan mata pelajaran yang dapat menjadikan yang diekspresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin,
proses pendidikan di sekolah lengkap, utuh, dan kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini
mengantarkan siswa tumbuh dalam dirinya (Zupri, definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga
2009:1). Rijadorp dalam Harsuki (2003:47) yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan
mengatakan, “Tak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program

Sulaiman 35
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pembelajaran yang terencana dari suatu institusi sangat besar berupa Informasi berharga untuk
pendidikan. meningkatkan keterampillan mangajar mereka.
Perubahan kurikulum yang berlangsung saat ini
adalah kurikulum yang berbasis kompetensi yang Konsep Lesson Study
diadopsi secara inklusif dalam kurikulum 2004, Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali
sebagaimana Pendapat Mulyasa (2007:62) bahwa: dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di
“Berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan
diterapkan kurikulum berbasis kompetensi istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang
(competency based curiculum) yang dapat membekali yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan
peserta didik dengan berbagai kemampuan yang kenkyuu jugyo di Jepang (Hendayana, 2006:19).
sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan reformasi, Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson
guna menjawab tantangan arus globalisasi, Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa
berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara
kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine
berbagai perubahan”. Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson
Study di Jepang sejak tahun 1993.
Lesson study dapat diselenggarakan oleh
Pengertian Lesson Study kelompok guru-guru di suatu distrik atau
Lesson Study dimulai di Jepang sekitar tahun diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang
1870-an (Inagaki and Sato, 1996). Lesson Study semacam MGMP di Indonesia. Kelompok guru dari
adalah suatu metode analisis kasus pada praktik beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan
pembelajaran, ditujukan untuk membantu lesson study. Lesson study yang sangat popular di
pengembangan profesional para guru dan membuka Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh
kesempatan bagi mereka untuk saling belajar suatu sekolah dan dikenal sebagai konaikenshu yang
berdasarkan praktik-praktik nyata di tingkat kelas. berkembang sejak awal tahun 1960-an. Konaikenshu
Lesson Study (istilah Jepang: jugyokenkyuu) juga dibentuk oleh dua kata yaitu konai yang berarti di
adalah suatu model pembinaan profesi pendidik sekolah dan kata kenshu yang berarti training. Jadi
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif istilah konaikenshu berarti school-based in-service
dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip training atau in-service education within the school
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun atau in-house workshop.
learning community (Hendayana dkk, 2005:10).
Hendayana, (2006:31) juga mengemukakan Sistim Lesson Study
bahwa “Lesson Study suatu strategi atau metode dalam Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya
pembelajaran, dan merupakan salah satu upaya bahwa leson study pada dasarnya meliputil tiga bagian
pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran kegiatan yakni perencanaan implementasi, dan
yang dilakukan oleh sekelompok guru secara refleksi. Untuk mempersiapkan sebuah lesson study
kolaboratif dan berkesinambungan, dalam hal pertama yang sangat penting adalah melakukan
merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan persiapan. Tahap awal persiapan dapat dimulain
melaporkan hasil pembelajaran”. dengan melakukan_identifikasi malasah pembelajaran
Pada tahun 1970-an pemerintah Jepang yang meliputi materi ajar, teaching materials (hands
merasakan manfaat dari konaikenshu dan sejak itu on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan
pemerintah Jepang mendorong sekolah-sekolah untuk berperan menjadi guru.
melaksanakan konaikenshu dengan menyediakan Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan
dukungan biaya dan insentif bagi sekolah yang dengan kurikulurn yang berlaku serta program yang
melaksanakan konaikenshu. Kebanyakan sekolah sedang berjalan di sekolah. Analisis mendalam tentang
dasar dan sekolah menengah pertama di Jepang materi ajar dan hands on yang dipilih perlu dilakuka
melaksanakan konaikenshu. Walaupun pemerintah secara bersama-sama untuk memperoleh alternatif
Jepang telah menyediakan dukungan biaya bagi terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa
sekolah-sekolah untuk melaksanakan konaikenshu secara optimal. Hendayana, dkk. (2006:61)
tetapi kabanyakan sekolah melaksanakan konalkenshu berpendapat bahwa pada tahapan analisis tersebut
secara sukareka kerena sekolah marasakan perlu dipertimbangkan kedalaman materi yang akan
manfaatnya. disajikan ditinjau antara lain dari tuntutan kurikulum,
Alasan mengapa lesson study menjadi latar belakang pengetahuan dan kernarnpuan siswa,
popular di Jepang karena lesson study sangat kornpetensi yang akan dikembangkan, serta
membantu guru-guru. Walaupun lesson study menyita kemungkinan-kemungkinan pengembangan dalam
waktu tetapi guru-guru memperoleh manfaat yang

36 Sulaiman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Kelebihan Lesson Study dan sempit, apalagi dihadiri banyak observer sehingga
Penerapan pembelajaran model lesson study menambah sesak dan pengap.
sebagai media pembelajaran memiliki keunggulan Kendala lainnya adalah berkenaan dengan cara
tersendiri dibandingkan model pembelajaran lainnya. menyampaikan pendapat dalam kegiatan refleksi.
Walaupun lesson study menghabiskan banyak waktu Walaupun sudah diingatkan saat sosialisasi bahwa
tetapi guru-guru memperoleh manfaat yang sangat fokus observasi adalah cara belajar siswa, tidak
besar berupa informasi berharga untuk meningkatkan mengkritik guru secara langsung, tapi karena belum
keterampilan mengajar. terbiasa masih sering muncul bentuk kritikan langsung
Kegiatan lesson study pada dasarnya kepada prilaku guru. Hal ini yang kadang-kadang
merupakan suatu kegiatan yang mampu mendorong menyebabkan kecil hati dari penyaji.
terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning
community) yang secara konsisten melakukan Prinsip-prinsip Lesson Study
continuous improvement baik pada level individu, Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling
kelompok, maupun pada sistem yang lebih umum. belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika
Pengetahuan yang dibangun melalui lesson study melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata
dapat menjadi modal sangat berharga untuk lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak boleh merasa
meningkatkan kualitas kinerja masing-masing fihak superior (merasa paling pintar) atau imperior (merasa
yang terlibat. Sebagai contoh, seorang guru yang rendah diri) tetapi semua peserta kegiatan Lesson
terlibat dalam observasi sebuah lesson study berhasil Study harus diniatkan untuk saling belajar
menemukan sejumlah hal penting berkenaan dengan (Hendayana, dkk., 2009:6). Peserta yang sudah paham
model pembelajaran yang dikembangkar (Hendayana, atau memiliki ilmu lebih harus mau berbagi dengan
dkk., 2006:60). peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang
Menurut pendapat di atas, bahan ajar belum paham harus mau bertanya kepada peserta yang
eksploratif yang digunakan ternyata telah mampu sudah paham. Keberadaan nara cumber dalam forum
mendorong kreativitas siswa sehingga mereka mampu Lesson Study harus bertindak sebagai facilitator,
menampilkan sebuah strategi barn yang bersifat bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi
orisinal. Berdasarkan pengalaman ini dia akan peserta mengembangkan potensi yang dimiliki para
berusaha mencoba menerapkan pendekatan tersebut peserta agar para peserta dapat maju bersama.
dalam pembelajaran di sekolahnya.

Kekurangan Lesson Study Metode Penelitian


Selain kelebihan dari penerapan lesson study, Penelitian ini berkaitan dengan ketuntasan
penerapan pembelajaran model lesson study sebagai pembelajaran penerapan Lesson Study pada pokok
media pembelajaran juga memiliki memiliki bahasan permainan sepak bola pendidikan jasmani,
kekurangan. Hal ini terjadi karena lesson study olahraga dan kesehatan pada kelas VIII-4 di SMP
merupakan sesuatu yang baru dan menuntut Negeri 1 Banda Aceh. Pendekatan penelitian yang
koordinasi banyak pihak tidak jarang guru digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan
menemukan beberapa masalah saat melaksanakannya. menggunakan data kualitatif yang di kuantifikasikan.
selanjutnya ketersediaan sarana dan dukungan Metode deskriptif adalah penelitian dengan
financial juga menjadi kendala dalam penerapan menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis
lesson study. Untuk bisa berjalannya kegiatan ini sehingga lebih mudah dipahami. (Arikkunto, 1993).
seharusnya sekolah sudah membuat kesepakatan Rancangan dalam penelitian ini adalah bersifat
bersama bahwa biaya kebutuhan guru harus tindakan untuk mendapatkan data yang baik dalam
ditanggung sekolah. Tapi kenyataan di lapangan penelitian ini, memerlukan suatu rancangan atau
sering menemui kendala, guru malu untuk meminta gambaran tentang pelaksanaan penelitian. Rancangan
sekedar ongkos yang tak seberapa tapi sangat penelitian merupakan ancang-ancang dalam suatu
diperlukannya. Juga jurusan belum mempunyai penelitian sebelum penelitian di laksanakan di
anggaran khusus untuk hal tersebut. Selain dana, juga lapangan. Adapun yang menjadi rancangan penelitian
fasilitas di sekolah. Bila guru ingin melaksanakan dalam penelitian adalah pertama peneliti menyusun
pembelajaran yang menuntut eksperimen kelompok instrumen penelitian dan memodifikasi alat
jumlah set alat yang tersedia biasanya tidak memadai pembelajaran serta menyusun RPP dan menyusun
untuk jumlah siswa. Terkadang hanya tersedia rencana pelaksanaan kegiatan penelitian.
setengahnya. Untuk itulah biasanya dibantu dengan Hasil analisis berupa masukan yang akan
meminjam dari Jurusan. Kondisi bangku di ruangan digunakan untuk perbaikan pelaksanaan proses
kelas sekolah umumnya tidak mendukung mobilitas pembelajaran pada siklus berikutnya. Muslich
dan interaksi siswa yang baik. Bangku umumnya statis (2009:43) menjelaskan bahwa “Tahap-tahap penelitian
dalam masing-masing tindakan terjadi secara berulang

Sulaiman 37
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

yang akhirnya menghasilkan beberapa tindakan secara Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk
berulang dalam penelitian kelas. Tahap-tahap tersebut mengukur sejauh mana efektivitas penerapan
membentuk spiral” pembelajaran lesson study pada pokok bahasan
Pelaksanaan Penelitian permainan sepak bola untuk ketuntasan pembelajaran
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, indikator
dari efektivitas pembelajaran adalah peningkatan
Rencana
ketuntasan hasil belajar siswa (Rivai:2008: 27),
awal
dengan kata lain bahwa untuk melihat efektivitas
Siklus 1 sebuah proses pembelajaran bisa dilihat dari
pencapaian hasil pembelajarannya. Analisis
Refleksi pembelajaran pada proses penelitian ini adalah dengan
menggunakan deskriptif kualitatif dengan kriteria
tuntas dan tidak tuntas sesuai dengan persentase yang
telah dijelaskan pada teknik pengumpulan data.
Tindakan/ Penelitian dilaksanakan pada Tanggal 11 dan
Observasi 18 April tahun 2012 dan tempat penelitian di
lingkungan sekolah SMP Negeri 1 Banda Aceh dan
Lapangan SMP Negeri 1 Banda Aceh.

Hasil dan Pembahasan Penelitian


Rencana Hasil Penelitian
yang
direvisi Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan berdasarkan siklus yang telah
direncanakan sebelumnya. Namun demikian, jumlah
siklus tidak dapat ditentukan apabila ketuntasan
Gambar 1. Bagan Siklus Spiral (Arikunto, 2008:16)
pembelajaran siswa mencapai standar minimal yang
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas telah ditetapkan dalam criteria ketuntasan minimal
VIII-4 SMP Negeri 1 Banda Aceh tahun 2011yang yang telah ditentukan di SMP Negeri 1. Setiap
berjumlah 30 orang siswa. Jumlah siswa tersebut pelaksanaan siklus pembelajaran yang telah dilakukan,
terdiri dari 19 orang siswa laki-laki dan 11 orang maka guru bersama observer melakukan refleksi untuk
siswa perempuan. mengetahui kekurangan serta hasil pengamatan
Adanya alat ukur yang baik sangat diperlukan observer untuk merencanakan siklus selanjutnya.
karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan Siklus yang dilaksanakan dalam penelitian ini terdiri
pengukuran. Alat ukur dalam penelitian biasanya dari dua siklus. Hal ini dikarenakan pada siklus kedua
disebut instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian
tingkat ketuntasan pembelajaran sudah mencapai
adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati standar minimal sehingga tidak dilanjutkan pada
(Sugiyono, 2001:84). siklus selanjutnya.
Selanjutnya dijelaskan beberapa metode yang Adapun refleksi hasil per siklus diuraikan di
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan bawah ini.
menggunakan metode, hasil evaluasi, observasi 1. Siklus I
mengajar praktek, dan dokumentasi serta catatan arsip Pelaksanaan pembelajaran pada siklus pertama
yang menunjang penelitian. menunjukkan beberapa perubahan pada diri siswa, ini
Instrumen penelitian menggunakan format ditandai dengan adanya suasana baru yang dialami
observasi, yang diamati oleh tiga orang observer siswa ketika dalam pembelajaran dengan adanya
dengan ceklist dalam beberapa aspek, kebugaran,
permainan sepak bola. Hal ini menunjukkan bahwa
aktif, gerak, dasar, kreatif/intelektual, sosial/gembira
dan emosional dalam ketutasan belajar siswa tentang penerapan pembelajaran lesson studi dengan
materi pokok bahasan permainan sepak bola. pendekatan permainan sepak bola masih baru bagi
Untuk mengumpulkan data penelitian, di siswa. Namun demikian tujuan tercapainya ketuntasan
lakukan dengan cara menentukan sumber data terlebih pembelajaran pada siklus pertama ini belum selesai.
dahulu, kemudian jenis data, dan instrumen yang di Dari hasil rekapitulasi para observer terdapat beberapa
gunakan. Kemudian melakukan pengamatan terhadap kelemahan yang belum dikuasai oleh siswa. Tujuan
aktivitas siswa dengan mengisi lembaran observasi terdiri dari beberapa aspek yang menjadi penilaian inti
menurut kriteria penilaian yang sudah disiapkan. observer. Adapun hasil rekapitulasi ketuntasan

38 Sulaiman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pembelajaran siklus pertama dapat dilihat pada tabel observer untuk meningkatkan persentase ketuntasan
berikut ini. pembelajaran siswa, maka pembelajaran pada siklus
Tabel 1. Rekapitulasi Ketuntasan Pembelajaran kedua menunjukkan hasil yang standar. Sesuai dengan
Kompetensi Dasar Permainan Sepak Bola Siklus I KKM yang sudah ditentukan di SMP Negeri 1 Banda
Ketuntasan Belajar Aceh, sebagaimana yang direkapitulasi pada tabel 2 di
No
Obser Bugar Aktif
Kreati
Sosial
Gembi Emosi bawah ini.
Tabel 2. Rekapitulasi Ketuntasan Pembelajaran
ver f ra onal
T T T T T T
Kompetensi Dasar Permainan Sepak Bola Siklus II
T T T T T T
T T T T T T
1 Observ 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0
er 1 Ketuntasan Belajar
2 Observ 12 18 16 14 12 18 12 18 29 1 11 19 No
Observe
Bugar Aktif Kreatif Sosial GembiraEmosional
er 2 r
3 Observ 30 0 29 1 30 0 30 0 30 0 30 0 T TT T TT T TT T TT T TT T TT
er 3 1 Observer 1 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0
Jumlah 72 18 75 15 72 18 72 18 89 1 71 19
2 Observer 2 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0
Persentase
ketuntasan 80.0 20.0 83.3 16.7 80.0 20.0 80.0 20.0 98.9 1.1 78.9 21.1
3 Observer 3 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0 30 0
Jumlah 90 0 90 0 90 0 90 0 90 0 90 0

Persentase
Dari tabel di atas dapat diketahui beberapa ketuntasan 100.0 0 100.0 0 100.0 0 100.0 0 100.0 0 100.0 0

aspek ketuntasan belajar yang direkapitulasi dari tiga


observer. Hasil tersebut menunjukkan persentase Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada
keseluruhan siswa yang fluktuatif. Artinya tidak ada peningkatan pelaksanaan pembelajaran dari siklus
keseragaman dan setiap aspek yang dimunculkan oleh pertama. Semua aspek mengalami peningkatan yang
siswa. Dari tabel tersebut persentase yang paling cukup baik, aspek ini dimulai dari bugar sampai
tinggi adalah gembira yaitu 98,9%, sedangkan dengan aspek emosional yaitu 100,0%. Hasil ini
persentase ketuntasan yang paling rendah adalah menunjukkan tingkat yang maksimal (tuntas) dalam
emosional dengan persentase yaitu 78,9%. Dengan pelaksanaan teknik dasar menendang bola.
demikian keseluruhan aspek yang diamati sudah Dari pengamatan pada siklus pertama yang
tuntas, namun nilai ketuntasan tersebut belum telah dilakukan serta perencanaan yang telah
memuaskan bagi penulis. Tingkat ketuntasan ke enam mengalami beberapa perubahan, maka tahap tindakan
aspek tersebut berkisar dari yang paling rendah ke untuk siklus kedua dapat dilaksanakan. Pada siklus ini
tingkat tertinggi adalah 78,9% sampai 98,9%. Berarti perubahan terjadi secara keseluruhan dengan
enam aspek ini tuntas dengan persentase yang tinggi. pengulangan dan pengarahan pada siklus pertama
Dari pengamatan observer serta tingkat siswa sudah menunjukkan pemahaman terhadap
ketuntasan yang sudah diketahui dan diukur teknik dasar dalam permainan sepak bola. Siswa
sepenuhnya, maka dari hasil diskusi dengan observer sudah terarah dan paham tentang penerapan model
siklus pertama harus dilanjutkan pada siklus ke dua pembelajaran lesson study pada pokok bahsan
karena peneliti belum puas dengan hasil ketuntasan permainan sepak bola. Dengan penerapan pembelajran
yang diperoleh siswa. Perbaikan yang dilakukan lesson study, proses belajar mengajar mengalami
adalah kebugaran pada siklus kedua dengan penerapan peningkatan dalam pembelajaran pokok bahasan
materi yang diberikan dalam bentuk menggiring permainan sepak bola khususnya siswa kelas II-4 SMP
diarahkan kepada siswa melalui pendekatan individu Negeri 1 Banda Aceh.
dan kelompok yang belum mencapai ketuntasan. Dari hasil diskusi dengan observer ditambah
Selanjutnya, penyesuaian bahasa yang lebih sederhana dengan hasil pengamatan guru sendiri pada siklus
dalam menjelaskan arahan pembelajaran kepada siswa kedua ini, maka siklus kedua sudah dapat dihentikan
khususnya kebugaran dalam menggiring bola. Guru dengan pertimbangan bahwa indikator perencanaan
dan para observer menerapkan strategi pembelajaran pembelajaran telah tercapai melalui pengamatan.
lasson study. Penerapan lesson study disesuaikan Lembar observasi yang menjadi pedoman observer
dengan aturan pembelajaran sepak bola sesuai dengan telah menunjukkan nilai yang dianggap cukup standar,
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). penerapan maka siklus pembelajaran sebagai tindakan tidak lagi
yang lebih baik untuk meningkatkan aspek yang dilanjutkan pada siklus ketiga.
dianggap belum tuntas diulang secara sistematis, yaitu
tentang kebugaran dalam teknik dasar menggiring Pembahasan
bola. Dari hasil penelitian di atas telah diketahui
bahwa beberapa peningkatan aspek pembelajaran yang
2. Siklus II dimulai dari kebugaran, aktif, kreatif, sosial, gembira,
Pelaksanaan pembelajaran siklus ke dua dan emosional. Beberapa perubahan telah terjadi
menunjukkan hasil yang berbeda dari siklus pertama. selama pelaksanaan pembelajaran dari siklus pertama
Setelah melakukan perencanaan dan diskusi dengan dan siklus kedua. Dilihat dari pelaksanaan pada aspek

Sulaiman 39
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pertama bahwa terdapat beberapa permasalahan Arikunto, Suharsimi (1993) Prosedur penelitian Suatu
tentang pembelajaran yang dilaksanakan, seperti pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
teknik dasar menendang dan teknik dasar menggiring Aang (2004) Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
yang dilakukan siswa kelas II-4 SMP Negeri 1 Banda Jasmani. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aceh masih kaku, tidak adanya pemahaman yang Bill, Cerbin & Bryan, Kopp (2002) A Brief
sama tentang bagaimana bentuk pembelajaran Introduction to College Lesson Study. Lesson
permainan sepak bola yang sebenarnya. Dalam hal ini Study Project. online: http
guru membuat arahan kepada siswa dengan ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
pendekatan individu dan kelompok dalam Dakir, H, (2004). Perencanaan dan Pengembangan
memberikan arahan yang sebenarnya. Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dari aspek siklus pertama, seperti yang Depdikbud (1998) Pedoman Penyusunan Karya
ditunjukkan pada hasil penelitian bahwa ke enam Ilmiah di Bidang Pendidikan. Jakarta:
aspek yang dinilai oleh observer sudah tuntas, namun Dikdasmen.
belum mencapai tujuan yang peneliti harapkan. Hal ini Depdiknas (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
berakibat kepada kurangnya keseriusan siswa dalam Dikdasmen.
pembelajaran permainan sepak bola. Selanjutnya Depdikbud (2007) Kurikulum Tingkat Standar
berdampak pada tidak termotivasinya siswa untuk Pendidikan. Jakarta: Dharma Bhakti.
belajar. Fricker, PA dan Fitch, KD (2002) The Profesional
Dari pendapat di atas diketahui bahwa Education of Teacher. Alin and Bacon, Inc.
pembelajaran siklus pertama sudah menunjukkan Boston.
adanya indikator ketuntasan belajar yang merujuk Gagne dalam Nasution, S (2003) Berbagai
kepada tujuan pembelajaran jasmani yang sebenarnya, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
namun belum mencapai tujuan yang peneliti harapkan. Jakarta: Bumi Aksara.
Dengan demikian perencanaan pada siklus kedua lebih Hamalik, Oemar (2005) Psikologi Belajar dan
dimatangkan dengan memberikan pengarahan serta Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
motivasi belajar kepada siswa. Dengan melakukan Harsuki (2002) Perkembangan Olahraga Terkini
pengarahan sederhana untuk tingkat sekolah Kajian Para Pakar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
menengah maka materi pembelajaran ini dapat dengan Persada.
mudah dipahami siswa. Hal ini menjadi tantangan Harsono (2001) Strategi Pembelajaran Berorientasi
bagi guru yang melaksanakan pembelajaran melalui Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
penerapan pembelajaran model lesson study dengan Prenada Media.
beberapa aturan dalam pembelajaran. KBBI (2002) Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Dari penjelasan di atas, tindakan penerapan Jakarta: Balai Pustaka.
pembelajaran dengan model lesson study telah Lewis, Chterine (2004) Does Lesson Study Have a
memenuhi kriteria belajar tuntas seperti yang telah Future in the United States?. Online:
ditentukan dalam KKM, dimana siswa telah http://www.sowi-online.de/journal/2004-
menguasai materi pembelajaran yang ditinjau dari 1/lesson_lewis.htm.
enam aspek, yaitu kebugaran, aktif, kreatif, sosial, Muhammad, (2004). Guru Dalam Proses Belajar
gembira, dan emosional. Mengajar Cetakan II. Bandung. Sinar Baru
Algesindo.
Kesimpulan Sardiman, A.M (2002) Interaksi dan Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian dapat diuraikan mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
bahwa penelitian dengan penerapan pembelajaran Sarumpaet, A (1992) Permainan Besar. Jakarta:
lesson study dalam materi permainan sepak bola dapat Depdikbud.
mencapai ketuntasan dalam pembelajaran pendidikan Suparman, A (1997) Model-model Pembelajaran
jasmani, olahraga dan kesehatan pada siswa kelas II-4 Interaktif. Jakarta: STIA-LAN.
SMP Negeri 1 Banda Aceh. Hasil penelitian pada Surahmat, Wirnarno (1990) Pengantar Interaksi
siklus I rata-rata tingkat ketuntasan dari proses Mengajar. Bandung: Tarsito.
pembelajaran 83.5%, hal tersebut sudah mencapai Sumardjono, S (2002) Pengetahuan Praktis
tingkat ketuntasan, namun belum mencapai tujuan Kesehatan dalam Olahraga. Jakarta. PT.
yang peneliti harapkan. Sedangkan pada siklus II rata- Gramedia.
rata tingkat ketuntasan dari hasil penelitian yaitu Sunarwan (1991) Pendekatan Sistem Dalam
100%, jadi hasil rata-rata tersebut mencapai tingkat Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret
ketuntasan. University Press:.
Surya, Mohamad, (2004). Psikologi Pembelajaran &
Daftar Pustaka Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Amir, Nyak (2006) Pembelajaran Pendidikan Suryosubbroto, (2001). Teknologi Pembelajaran
Jasmani Syiah Kuala. Banda Aceh: University Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY.
Press.

40 Sulaiman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. Agustus 2013

PENDATAAN DAN PEMETAAN OLAHRAGA PRESTASI


KONI KABUPATEN PIDIE
TAHUN 2006 s/d 2012

Ghazali*)

Abstrak: Tumbuh kembangnya prestasi olahraga di suatu Provinsi berakar dari pembinaan prestasi
Kabupaten/Kota, dalam hal ini potensi yang ada di daerah harus dikembangkan untuk menyokong prestasi
olahraga di tingkat Provinsi dan Nasional. Oleh karena itu tiap-tiap Kabupaten/Kota harus melakukan
pembinaan yang bagus, sehingga menghasilkan prestasi yang membanggakan. Oleh karena itu, kajian ini
menarik untuk dilakukan penelitian. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah hasil pendataan dan pemetaan olahraga prestasi KONI Kabupaten Pidie dari tahun 2006
s/d 2012 ? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pendataan dan pemetaan Olahraga prestasi
KONI Kabupaten Pidie dari tahun 2006 s/d 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menujukan bahwa hasil pendataan
KONI Kabupaten Pidie secara organisasi sudah berjalan sebagaimana mestinya dan hasil pemetaan
olahraga prestasi KONI Kabupaten Pidie tergolong bagus, ini terbukti dari hasil PORDA XI tahun 2010
yang memiliki peningkatan dari PORDA X tahun 2006. Dari hasil yang didapatkan di lapangan, peneliti
dapat menyarankan agar lebih ditingkatkan lagi pembinaan olahraga prestasi yang dimiliki KONI
Kabupaten Pidie untuk menuju hasil yang lebih maksimal lagi ke depan dalam menjalankan setiap program
yang direncanakan.

Kata Kunci: Pendataan, Pemetaan, Olahraga Prestasi

Pendahuluan standarisasi, Penggalangan sumber daya keolahragaan


Aceh sebagai salah satu Propinsi yang yang berbasis Prestasi lokal”. Ayat (2) menjelaskan
berpenduduk (24 juta jiwa) sebenarnya berpeluang juga: ”Pemerintah Kabupaten/kota Wajib mengelola
untuk dapat mensejajarkan diri dengan propinsi lain di sekurang-kurangnya satu cabang olahraga prestasi
Indonesia terutama di kawasan Aceh, maupun yang bertaraf Nasional dan/atau Internasional” (UU RI
Sumatra di bidang Olahraga jika saja sumber daya No.3, tahun 2005). Diktum ini mengamanahkan
manusia yang begitu besar dapat dikelola dengan baik. bahwa pembinaan olahraga sudah waktunya di pacu
Pengelolaan yang dimaksud adalah manajemen mulai daerah, termasuk Kabupaten/Kota. Dengan
pembinaan olahraga secara kontinu mulai dari usia demikian akan akselerasi pencapaian prestasi segera
dini sampai kepada usia emas dapat berarti. Secara tercapai. Pertanyaan besar yang perlu dicari
umum kemunduran prestasi Kabupaten Pidie dapat jawabannya adalah: “Apakah amanah Undang-
dilihat dalam perjalanan event PORDA yang diikuti Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem
Kabupaten Pidie. Keolahragaan Nasional ini sudah dijalankan.
Tumbuh kembangnya prestasi olahraga di Berdasarkan hasil survey awal yang peneliti
Propinsi berakar dari pembinaan prestasi Kabupaten. lakukan pada tanggal 20 Maret 2012 kepada beberapa
Untuk itu potensi yang ada di daerah harus staf KONI Kabupaten Pidie, sebagian dari mereka
dikembangkan untuk menyokong prestasi olahraga di menyatakan bahwa prestasi olahraga di Kabupaten
tingkat Propinsi dan Nasional. Dalam UU RI No. 3 Pidie sangat bagus dan sangat membanggakan,
tahun 2005, pasal 33 disebutkan: “Pemerintah Provinsi sebagian staf KONI Kabupaten Pidie lainya
melaksanakan kebijakan keolahragaan, perencanaan, menyatakan bahwa prestasi olahraga Kabupaten Pidie
koordinasi, pembinaan, pengembangan, penerapan naik turun dalam arti kata hasil yang diperoleh tidak
standarisasi, penggalangan sumber daya dan stabil seiring dengan perkembangan olahraga di
pengawasan.” (UU RI No.3, tahun 2005). Artinya berbagai Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Aceh.
bahwa pemprov mempunyai tanggung jawab juga Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti
dalam meningkatkan prestasi secara Nasional melalui berkeinginan untuk melakukan sebuah penelitian
pengembangan dan pembinaan olahraga di provinsi. dengan judul Pendataan dan Pemetaan Olahraga
Selanjutnya pasal 34 ayat (1) dijelaskan juga Prestasi KONI Kabupaten Pidie dari tahun 2006 s/d
bahwa “Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan 2012.
Perencanaan, Pembinaan, Pengembangan, Penerapan

Ghazali 41
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Kerangka Teoritis adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan


Pengertian Pendataan tersebut, segala aspek kehidupan dalam bidang
Setiap peneliti harus menyajikan data yang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan
telah di peroleh, baik melalui observasi, wawancara, termasuk pemerintahan harus senantiasa berdasarkan
Kuesioner (angket) maupun dokumentasi. Prinsip atas hukum. Olahraga merupakan bagian dari proses
penyajian data adalah komunikatif dan lengkap, dalam dan pencapaian tujuan pembangunan nasional
arti kata yang disajikan dapat menarik perhatian pihak sehingga keberadaan dan peranan olahraga dalam
lain untuk membacanya dan mudah memahami isinya kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
(Sugiyono, 2010:29). Penyajian data komunikatif harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam
dapat dilakukan dengan penyajian data dibuat sistem hukum nasional (Sistem Olahraga Nasional,
berwarna dan apabila data yang disajikan cukup 2005:22).
banyak maka perlu bervariasi penyajiannya. Prinsip transparansi dan akuntabilitas diarahkan
Pengumpulan data merupakan salah satu untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat
tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik diakses sehingga memberikan peluang bagi semua
pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data pihak untuk berperan serta dalam kegiatan Olahraga,
yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan
Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk
dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri memperoleh haknya, serta memungkinkan berjalannya
penelitian kualitatif (sebagaimana telah dibahas pada mekanisme kontrol untuk menghindari kekurangan
materi sebelumnya). Sebab, kesalahan atau dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran
ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data Olahraga nasional dapat tercapai. Dalam Undang-
akan berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak Undang ini, sistem olahraga nasional merupakan
credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa keseluruhan subsistem olahraga yang saling terkait
dipertanggungjawabkan. Hasil penelitian demikian secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan untuk
sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai mencapai tujuan olahraga nasional.
dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan Keterbatasan sumber pendanaan merupakan
publik (Rahardjo, 2011:1). permasalahan khusus dalam kegiatan olahraga di
Penggunaan istilah ‘data’ sebenarnya Indonesia. Hal ini semakin terasa dengan
meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode perkembangan olahraga modern yang menuntut
penelitian kuantitatif yang biasanya berupa tabel pengelolaan, pembinaan dan pengembangan olahraga
angka. Namun, di dalam metode penelitian kualitatif didukung oleh anggaran yang memadai. Untuk itu,
yang dimaksudkan dengan data adalah segala kebijakan tentang sistem pengalokasian dana di dalam
informasi baik lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan
gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam
masalah penelitian sebagaimana dinyatakan di dalam bidang olahraga sesuai dengan kemampuan anggaran
rumusan masalah atau fokus penelitian (Rahardjo, harus dilaksanakan agar pembinaan dan
2011:1). pengembangan olahraga nasional dapat berjalan
Dalam metode penelitian kualitatif, lazimnya lancar. Selain itu, sumber daya dari masyarakat perlu
data dikumpulkan dengan beberapa teknik dioptimalkan, antara lain, melalui peran serta
pengumpulan data kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). masyarakat dalam pengadaan dana,
observasi, 3). dokumentasi, dan 4). diskusi terfokus pengadaan/pemeliharaan prasarana dan sarana, dan
(Focus Group Discussion). Sebelum masing-masing dalam industri olahraga (Sistem Olahraga Nasional,
teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan 2005:23).
di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami Dengan Undang-Undang ini sistem pembinaan
oleh setiap peneliti adalah alasan mengapa masing- dan pengembangan olahraga nasional ditata sebagai
masing teknik tersebut dipakai, untuk memperoleh suatu bangunan sistem olahraga yang pada intinya
informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana dilakukan pembinaan dan pengembangan olahraga
yang memerlukan teknik wawancara, mana yang yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga,
memerlukan teknik observasi, mana yang harus pemantauan dan pemanduan, serta pengembangan
kedua-duanya dilakukan. Pilihan teknik sangat bakat dan peningkatan prestasi. Penahapan tersebut
tergantung pada jenis informasi yang diperoleh diarahkan untuk pemasalan dan pembudayaan
(Rahardjo, 2011:2). olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi
olahraga pada tingkat daerah, nasional, dan
internasional. Semua penahapan tersebut melibatkan
Sistem Olahraga Nasional unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan, dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik organisasi olahraga yang ada dalam masyarakat, baik
Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia pada tingkat daerah maupun pusat. Sesuai dengan

42 Ghazali
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

penahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga Gambar 1. menjelaskan bahwa bangunan
dapat saling bersinergi sehingga membentuk bangunan olahraga terdiri dari 3 pilar bangunan olahraga, yaitu:
sistem olahraga nasional yang luwes dan menyeluruh. Olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan olahraga
Sistem ini melibatkan tiga jalur, yaitu jalur keluarga, prestasi. Ketiga pilar tersebut saling terkait satu sama
jalur pendidikan, dan jalur masyarakat yang saling lain dan digambarkan dalam bangunan system
bersinergi untuk memperkukuh bangunan sistem pembinaan keolahragaan.
olahraga nasional (Sistem Olahraga Nasional,
2005:23). Sistem Pembinaan
Sesuai visi dan kelembagaan olahraga nasional Hakikat olahraga adalah refleksi kehidupan
yaitu meningkatkan partisipasi aktif masyarakat masyarakat suatu bangsa. Di dalamnya olahraga
secara luas, merata melalui aktivitas jasmani sehingga tergambar aspirasi serta nilai-nilai luhur suatu
terbentuk karakter bangsa yang tangguh, masyarakat, yang tercermin lewat hasrat
meningkatnya derajat sehat dan bugar, serta mewujudkan diri melalui prestasi olahraga. Sebuah
pencapaian prestasi olahraga yang optimal dan moto yang berlaku, bahwa kemajuan suatu bangsa
membangun atau mendata sistem pembinaan dan tercermin dari prestasi olahraganya. Dapatkah
pembangunan olahraga nasional yang menjamin olahraga Indonesia dijadikan alat pendorong gerakan
kesinambungan antara lembaga-lembaga terkait, kemasyarakat bagi lahirnya insan manusia yang
diatas landasan pembinaan yang kuat, sehingga dapat berprestasi, baik secara fisik, mental, intelektual, serta
dioptimalkan kemaslahatan bagi individu dan sosialnya.
masyarakat, baik mencakup aspek fisik, intelektual, Secara makro Basis system pembinaan olahraga
sosial, emosional, dan moral di samping pencapaian prestasi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 4
prestasi disertai dampak pengiring yang berkaitan bagian: 1). Berbasis pembinaan induk organisasi
dengan tujuan yang bersifat ekonomis, maka perlu olahraga tanpa atau dengan fasilitas PUSDIKLAT,
ditempuh langkah-langkah yang strategis berkaitan 2). Memanfaatkan PPLP. PPLM, Sekolah Khusus
dengan prestasi olahraga daerah. Olahraga, 3). Memanfaatkan pelatnas jangka panjang,
Pembinaan olahraga kompetitif dan pencapaian dan 4). Memanfaatkan atlet/pelajar/mahasiswa yang
prestasi dapat dimanfaatkan sebagai pemicu bagi berlatih di luar negeri sambil sekolah (KONI). Secara
pengembangan sektor kegiatan lainnya, berdasarkan umum proses yang ada ini masih belum memadai,
nilai-nilai yang relevan, nilai kehormatan, semangat mengingat banyaknya kendala-kendala yang harus
kejuangan, kebersamaan, pengorbanan, orientasi diatasi, salah satunya adalah proses pembinaan yang
terhadap mutu dan prestasi dan tindakan rasional. belum melalui jenjang yang bertahap dan kontinu
Parameter keberhasilan pembinaan, diutamakan pada serta belum sepenuhnya berbasiskan IPTEK olahraga.
kriteria pencapaian mutu prestasi, bukan medali yang Untuk itu perlu adanya upaya strategis dan
banyak. Paradigma baru ini diharapkan mampu mendasar untuk menggalang seluruh potensi yang
mengakselerasi peningkatan prestasi olahraga di ada.
tingkat Internasional.
Menurut pemikiran Mutohir (2004:23) KARYAWAN,
TNI, POLRI
TIMNAS
bangunan system pembinaan olahraga Indonesia
diilustrasikan sebagai berikut:
SEKOLAH
Medali KLUB PPLP/ KHUSUS
KEJAYAAN PELATNAS
KONI SEKOLAH PPLM OLAHRAGAWAN

Emas
KLUB Atlet Elit
KEJURNAS/
PON
SENTRA-SENTRA
Atlet Pilihan OLAHRAGA
USIA DINI, YUNIOR, SENIOR
Lingkungan

Masyarakat
OLAHRAGA OLAHRAGA Lantai Gambar 2. Sistem Penjenjangan Pembinaan Olahraga
Lingkungan REKREASI PRESTASI
Ketiga
Prestasi (Kemenegpora,2006)
Sekolah
OLAHRAGA PENDIDIKAN
Lantai
Gambar ini menunjukkan secara sistematis
Kedua
penjenjangan atlet sampai dengan terbentuknya Tim
Lingkungan
PONDASI
Lantai Nasional yang akan ditugasi sebagai duta bangsa.
Keluarga Dasar
Menurut Mutohir (2003:34) bahwa Pembinaan
olahraga melalui jalur pendidikan oleh Ditjora
Depdiknas dimulai dengan peningkatan mutu penjas,
Gambar 1. Bangunan Sistem Pembinaan pembinaan klub olahraga sekolah, peningkatan mutu
Keolahragaan (Mutohir, 2004)

Ghazali 43
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

PPLP, SK Ragunan dan PPLM. Adapun bentuk dikelola oleh DEPDIKNAS dan. 2). Jalur non formal
kebijakan yang dikelola oleh Komite Olahraga Nasional. Untuk
Ditjora Program Olahraga sekolah dengan jalur formal lebih lanjut dapat digambarkan sebagai
langkah-langkah: 1). Pembibitan, 2). Subsidi PPLP berikut:
dan SKO, 3). Pengadaan Sarana dan Prasarana
Olahraga, 4). Pengiriman atlet pada suatu kejuaraan
dalam maupun luar negeri, 5). Penghargaan, 6). Pekan
Olahraga Tahunan Sekolah Dasar, 7). Pembimbing
Klub Olahraga Usia Dini, 8). Pengadaan Buku
referensi Usia Dini, 9). Penataran pemandu bakat guru
penjas. Jenis Olahraga yang dikembangkan pada jalur
pendidikan, pada cabang olahraga, dengan kriteria
sebagai berikut: (a) Olahraga Mendunia seperti: Bulu
Tangkis, Panahan, Tenis, Angkat Besi/berat, (b)
Olahraga Perorangan: Atletik, Senam, Renang, Balap
Sepeda, (c) Olahraga perorangan lanjutan: Menembak,
Pencak Silat, Dayung, (d) Olahraga Merakyat: Sepak
Bola, Bola voli, dan Bola Basket.
Dalam hubungan dengan pembinaan,
sebenarnya ada kata kunci yang harus diperhatikan
dalam olahraga prestasi (KONI, 1988), antara lain: 1).
Pembinaan Usia Dini, 2). Faktor Sekolah, 3). Sistem Gambar 4. Pembinaan Olahraga Pelajar (Sumber
Latihan yang bertahap dan berkelanjutan, 4). Sistem KONI Pusat, Garda Emas,1998)
Kompetisi yang cukup, 5). Pelatih handal, 6). IPTEK
Olahraga, 7). Dana, 8). Jaminan masa depan, 9). Dari Gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa
Organisasi pembinaan olahraga prestasi yang prestasi pelajar dapat ditempuh melalui 2 jalur yang
profesional. tidak padat dipisahkan di antaranya proses
Ha l ini mengisyaratkan bahwa untuk pembinaan/latihan dan kompetisi antara pelajar.
mencapai suatu prestasi diperlukan berbagai Proses latihan dimulai dari beberapa cabang olahraga
komponen yang merupakan satu kesatuan, puncak dari pendidikan jasmani di sekolah, selanjutnya para siswa
pembinaan adalah prestasi. Prestasi tidak muncul yang berbakat dilanjutkan pembinaannya di klub
dengan secara tiba-tiba, namun melalui pentahapan- olahraga pelajar. Selanjutnya dari klub pelajar ini di
pentahapan tertentu. Menurut KONI Pusat, seleksi lagi untuk dimasukkan di PPLP/Kelas
Pertahapan pembinaan prestasi secara nasional dapat Olahraga, kemudian bagi siswa yang berpotensi lebih
digambarkan sebagai berikut: akan ditampung di sekolah Khusus Olahraga
Ragunan.
Dari jalur kompetisi ini dimulai dari
pertandingan dan perlombaan antar sekolah di
tingkat yang paling bawah yaitu lingkup Kecamatan,
selanjutnya sekolah yang terbaik akan mewakili
DEPDIKNAS
KONI Kecamatannya untuk bertanding di tingkat Kabupaten,
dan seterusnya sampai pada POPDA, POPWIL, dan
berakhir pada kompetisi tingkat Nasional. Model
kompetisi ini diklasifikasikan sesuai dengan kelompok
sekolahnya masing-masing.

Pengembangan Olahraga di Kabupaten Pidie


Berdasarkan Jumlah Penduduk Kabupaten
Pidie tahun 2011 berjumlah 428.017 ribu jiwa. Rasio
TALENT SCOUTING jenis kelamin Kabupaten Pidie pada tahun 2011
sebesar 67,5 persen, yang berarti daerah ini
mempunyai jumlah penduduk laki-laki lebih kecil
Gambar 3. Jenjang Pembinaan Olahraga Nasional dari pada perempuan. Secara Geografis Kabupaten
(Sumber: KONI Pusat, Garuda Emas, 1998) Pidie meliputi : (a) Dataran Rendah Pantai dan (b)
Pada gambar tersebut dapat dijelaskan Dataran Tinggi Tangse dan Geuempang dan
bahwa jenjang pembinaan olahraga nasional dapat Lintang Utara 04,30 derajat sampai 04,06 derajat,
ditempuh melalui 2 jalur, yaitu: 1). Jalur Formal, yang

44 Ghazali
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Bujur Timur 95,75 derajat sampai 96,20 derajat disimpulkan olahraga adalah melakukan cara tertentu
dengan luas Daerah Kabupaten Pidie seluruhnya untuk menguatkan dan menyehatkan jiwaraga dan
3.562,14 km2. badan.
Batas Kabupaten Pidie adalah: Di sebelah Utara
berbatas dengan Laut Selat Malaka, di sebelah Selatan Pengertian Pembinaan Olahraga Prestasi
dengan Kabupaten Aceh Barat dan Aceh Jaya, di Pengertian pembinaan olahraga dapat diperoleh
sebelah Timur dengan Kabupaten Pidie Jaya, dan di dengan beberapa cara, salah satu di antaranya adalah
sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Besar. dengan cara menganalisis arti dari kata secara kamus
Berdasarkan dari letak geografis, Kabupaten Pidie seperti diuraikan di atas, kata pembinaan adalah kata
dalam pasca PORDA tahun 2006 mengalami jadian yang dibentuk dari kata dasar ‘bina’ mendapat
perubahan yang signifikan dalam peningkatan akhiran ‘an’ menjadi binaan dan kata binaan mendapat
peringkat prestasinya. awalan pe ‘m’ menjadi Pembina atau Pembinaan.
Faktor Prasarana dan Sarana sebagai
pendukung sistem pembinaan, pada dasarnya menjadi Metode Penelitian
kendala tersendiri di berbagai daerah. Sudah menjadi Secara khusus penelitian tentang Pendataan
rahasia umum bahwa faktor ini sering menjadi dan Pemetaan Olahraga Prestasi KONI Kabupaten
benturan di daerah-daerah. Hal ini bisa diatasi dengan Pidie Tahun 2006 s/d 2012. Maka penelitian ini
perhatian pemerintah maupun pengusaha serta tokoh tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif dengan
olahraga untuk memperhatikan secara proporsional. pendekatan kualitatif, dengan demikian akan
Oleh karena itu pemerintah pusat maupun daerah menggambarkan dan menafsirkan kejadian yang
sudah saatnya untuk membangun sarana dan sebenarnya melalui penyelidikan dan pengamatan
prasarana olahraga sesuai dengan kebutuhan langsung tentang mekanisme pendataan dan pemetaan
olahraga prestasi di masing - masing pengcab. olahraga prestasi KONI Kabupaten Pidie.
Faktor lingkungan. Olahraga Prestasi daerah Menurut Nasution (1992:5) Penelitian
tidak bisa di lepas pisahkan dengan lingkungan, baik kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang
lingkungan geografis, maupun dukungan oleh Sumber dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka
Daya Manusia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan dan berusaha memahami bahasa dan tafsiran
bahwa Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) tentang dunia sekitarnya. Selanjutnya Sugiyono
adalah suatu Organisasi yang membidangi khusus (2010:1) menyatakan penelitian kualitatif adalah
masalah olahraga yang di isi sejumlah orang yang Penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
ditunjuk untuk melaksanakan dan membina olahraga kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah
prestasi di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data
Republik Indonesia, dan oleh sebab itu KONI dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
Kabupaten Pidie berpeluang untuk memajukan bersifat induktif, dan hasil penelitiannya lebih
olahraga sesuai telak Geografis dan Sumber Daya menekan makna dari pada generalisasi.
Manusia. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan
dimulai pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2012
Pengertian Olahraga Prestasi bertempat di Kantor KONI Kabupaten Pidie, Jalan
Kata Olahraga berasal dari kata Olah dan Keunire. Kota Sigli Propinsi Aceh. Komite Olahraga
Raga. Menurut kamus, kata olah memiliki arti laku, Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Pidie.
cara melakukan sesuatu, akal, daya upaya, tipu daya, Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 tahap, untuk
perbuatan, buatan, tingkah, canda, mengolah, memudahkan dalam melakukan penelitian ini maka
mengerjakan dan mengusahakan. Kemudian kata raga peneliti membuat suatu rancangan penelitian, sesuai
memiliki arti badan, jiwaraga, memperlihatkan diri dengan pendapat Arikunto (2006:105) yang
dan berlagak, Olah dalam arti laku memiliki makna menjelaskan bahwa: “Rancangan Penelitian adalah
yang sama dengan olah dalam arti akal, daya upaya, rencana yang dibuat oleh peneliti sebagai ancang-
tipu daya, perbuatan, buatan, tingkah dan canda. ancang kegiatan yang akan dilakukan”.
Berdasarkan persamaan makna tersebut dapat Pelaksanaan penelitian ini dengan cara
disimpulkan bahwa olah berarti melakukan atau melakukan wawancara, observasi, dan studi
mengerjakan perbuatan tertentu dengan cara yang dokumentasi terhadap kinerja KONI Kabupaten Pidie
tertentu pula. Selanjutnya raga dalam arti badan yang terdiri dari Ketua Umum KONI, Ketua Harian,
memiliki makna yang sama dengan raga dalam arti Sekretaris Umum, Bidang Organisasi, Bidang
jiwa sama dengan badan juga, oleh karena itu Pembina Prestasi, Bidang Anggaran, Pengurus Cabang
persamaan makna tersebut dapat disimpulkan bahwa Olahraga Kabupaten, Pelatih Cabang Olahraga
raga berarti berlagak atau memperlihatkan badan dan Kabupaten.
jiwa raga sama artinya dengan menguatkan dan Subjek penelitian sumber data yang
menyehatkan badan, berdasarkan uraian di atas dapat memberikan kejelasan mengenai duduk persoalan

Ghazali 45
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

yang akan dikaji. Dalam penelitian kualitatif yang observasi, mulai bulan April di lanjutkan pada kedua
dijadikan subjek hanyalah sumber yang dapat yaitu wawancara, pada tahap ini semua subjek
memberikan informasi secara lengkap mengenai penelitian diwawancarai menurut bidangnya masing-
beberapa peristiwa, manusia dan situasi yang masing dan proses pengambilan data wawancaranya
diobservasi. dipusatkan pada kantor KONI Kabupaten Pidie.
Penelitian ini di fokuskan pada proses Pengambilan data tahap ketiga atau terakhir
Pendataan terhadap olahraga prestasi KONI yaitu studi dokumentasi pada tanggal 10 Juni 2012,
Kabupaten Pidie, untuk memudahkan dan efektifnya pada tahap ini penulis melakukan pengecekan semua
penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik data yang keperluan dalam penelitian ini pada kantor
purposive sampling, sesuai dengan pendapat dari KONI Kabupaten Pidie. Setiap tahap yang
Arikunto (2002:15) menjelaskan bahwa Teknik pengambilan data dilanjutkan dengan penulisan
Purposive Sampling adalah “Penentuan sampel laporan pada minggu terakhir pada setiap bulan dan
dengan pertimbangan tertentu yang dipandang dapat pada minggu terakhir bulai Juni semua laporan
memberikan data secara maksimal”. Berdasarkan penelitian dikumpulkan dan dirangkum.
pendapat diatas maka yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah Pengurus KONI Kabupaten masa Hasil dan Pembahasan Penelitian
bakti 2006 s/d 2012. Hasil Penelitian
Instrumen adalah alat pengumpulan data, Program kerja Koni Kabupaten Pidie
menurut Arikunto (2002:137) instrumen adalah alat meliputi program pembibitan atau pemanduan bakat,
pada waktu peneliti menggunakan suatu metode” program pembinaan, program pembibitan dan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengembangan, peningkatan, dengan keterlaksanaan
daftar wawancara dan dokumentasi, sebelum program kerja 5 tahun terakhir menargetkan medali.
mengumpulkan data, penulis melakukan observasi Untuk dukungan pemerintah Daerah kepada Koni
lapangan, agar memperoleh data yang lebih akurat, Kabupaten Pidie, di bidang Kebijakan diberikan hak
yang mencakup pada Pendataan dan Pemetaan dan wewenang terhadap peraturan daerah, surat
olahraga prestasi Koni Kabupaten Pidie tahun 2006 keputusan bupati dan instruksi bupati, tetapi untuk
s/d 2012. pendanaan yang diberikan kepada Koni Kabupaten
Dalam penelitian kualitatif menurut Nasution Pidie tidak memadai.
(1992:54), “Peneliti bertindak sebagai instrumen atau Tingkat prestasi yang dimiliki Kabupaten Pidie
peneliti sebagai alat penelitian utama yang terjun pada even PORDA X di Takengon tahun 2006 dengan
langsung kelapangan. Peneliti melaksanakan langsung menurunkan 21 cabang olahraga dan pada Even
penelitian dengan mengumpulkan informasi melalui PORDA XI di Bireuen tahun 2010 dengan
observasi dan wawancara”. menurunkan 11 cabang olahraga, hasil perolehan
Teknik pengumpulan data yang digunakan medalinya
dalam penelitian ini yaitu melalui observasi, Uraian penjelasan mengenai potensi
wawancara dan studi dokumentasi, ketiga teknik ketercapaian olahraga prestasi berdasarkan budaya
pengumpulan data tersebut saling melengkapi, masyarakat dan Letak Geografis. budaya masyarakat
sehingga diperoleh suatu informasi yang diharapkan. berkaitan dengan apakah olahraga tersebut sesuai
Adapun ketiga teknik tersebut adalah :Observasi, 2. dengan budaya setempat misalnya cabang olahraga
Wawancara, 3. Studi Dokumentasi Atletik sesuai untuk Kabupaten, Kecamatan Tangse
Data yang telah diperoleh dari lapangan akan dan Geuempang serta Muara Tiga (Laweueng).
memiliki makna yang berarti bila dilanjutkan dengan Cabang Sepak Bola, Bola Voli, Bulu tangkis, Tenis
kegiatan analisis data. Kegiatan ini dilakukan Meja serta permainan Bola Basket sesuai untuk
sepanjang penelitian itu berlangsung. Hal ini Kabupaten Kota Sigli dan sekitarnya, begitu juga
dimaksud apabila ada data yang kurang dapat segera olahraga bela diri, sedangkan letak Geografis
dilengkapi dan dapat diverifikasi dengan sumber lain, disesuaikan dengan keadaan Kecamatan masing-
ini sesuai dengan pendapat dari Sugiyono (2009:244) masing misalnya berbukitkan sesuai untuk lari jarak
yang mengatakan bahwa “Melakukan analisis adalah jauh, Dukungan Sumber Daya Manusia juga
pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis merupakan aspek yang dapat menjelaskan uraian
memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual mengenai potensi olahraga prestasi di Kabupaten
yang tinggi. Pidie.
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal Pemetaan Cabang Olahraga yang diprioritaskan
20 Maret 2012 dan berakhir 5 Juni 2012 bertempat di dan Potensi di KONI Kabupaten Pidie secara umum
KONI Kabupaten Pidie, adapun jadwal Penelitian, didukung oleh Sumber Daya Manusia yang cukup
bulan pertama peneliti melakukan observasi dari baik secara kuantitas maupun kualitas. Sebagai
minggu pertama sampai minggu ketiga, setelah selesai gambaran, secara menyeluruh KONI Kabupaten Pidie
mendapatkan informasi tentang data dari tahap didukung Sumber Daya Manusia seperti: 1). Atlet

46 Ghazali
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Senior sebanyak 143 Orang, 2). Atlet Junior sebanyak XI tahun 2010 yang memiliki peningkatan dari
120 Orang, 3). Atlet Pra-Junior (dari hasil pemandu PORDA X tahun 2006.
bakat) sebanyak 115 Orang, 4). Pelatih bersetifikat
Nasional sebanyak 3 Orang, 5). Pelatih bersertifikat Daftar Pustaka
Daerah 29 Orang, 6). Wasit/Juri bersetifikat Nasional Arikunto, S (1997) Prosedur Penelitian Suatu
6 Orang, 7). Wasit/Juri bersetifikat Daerah sebanyak Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
17 Orang. __________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta:
Dukungan Sumber Daya Manusia Lain yang Rineka Cipta.
tak kalah pentingnya adalah dari tenaga Akademisi Arismunandar, Wismoyo (1997) Pemantapan Potensi
dari Perguruan Tinggi. Sebanyak 15 Dosen Olahraga Keolahragaan Nasional. Jakarta: Garud Cipta
yang berkualifikasi Strata1, dan Strata 2 dari Maju.
Universitas Jabal Ghafur – Sigli, juga merupakan Bungin, M. Burhan (2007) Penelitian Kualitatif:
modal untuk membangun prestasi di KONI Kabupaten Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Pidie. Demikian Juga keberadaan Guru Pendidikan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana
Jasmani dapat memberikan warna dalam membangun Prenada Media Group.
olahraga di Kabupaten Pidie. Masyarakat yang Dirham (1986) Kepemimpinan Organisasi dan
heterogen dan jumlah Penduduk tahun 2011 berjumlah Administrasi Olahraga. Semarang: IKIP
428.017 ribu jiwa juga merupakan modal bagi Semarang.
perkembangan olahraga di Kabupaten Pidie. Djati dan Suprihanto (1982) Manajemen Umum
Dengan melihat kondisi yang demikian ini, Sebuah Pengantar Edisi Pertama.
merupakan suatu peluang yang sangat terbuka bagi Yogyakarta: BPFE.
Kabupaten Pidie. Sehingga bukan suatu yang tidak Edimartanto (2008) Evaluasi Program Pembinaan
mungkin KONI Kabupaten Pidie akan mencetak Olahraga Berbakat di Dinas Pendidikan
prestasi yang diharapkan memberi kontribusi pada Kulon Progo. Tesis Program Pascasarjana:
prestasi tingkat Propinsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Hadar, Nawawi (1991) Instrumen Penelitian Bidang
Pembahasan Sosial. Yogyakarta: UGM press.
Berdasarkan pada hasil penelitian di atas, Harsuki (2003) Perkembangan Olahraga Terkini.
selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif Jakarta: Raja Grafindo Persada.
yang merupakan temuan penelitian. Berkaitan dengan Hasan, I (2002) Pokok-pokok Materi Metodelogi
hal tersebut temuan penelitian yang dapat dijelaskan Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia
meliputi: (1) Pengurus olahraga, (2) Jenis cabang Indonesia.
olahraga Prestasi, (3) Sistem Pembinaan Olahraga Komite Olahraga Nasional Indonesia (1999)
Prestasi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Namun demikian ada titik-titik kelemahan yang Tangga. Jakarta: Komite Olahraga Nasional
harus mendapat perhatian serius. Di antaranya adalah Indonesia.
sistem pembinaan itu harus berjenjang. Ada beberapa KONI Pusat (2011) Tugas Pokok Komite Olahraga
cabang olahraga yang kurang didukung oleh Nasional Indonesia. KONI Pusat.
pembinaan yang berjenjang dimulai dari usia muda KONI Kabupaten Pidie (2010) Laporan Pelaksanaan
seperti: Anggar dan Bola Basket. Kondisi demikian Musyawarah Kabupaten (MUSORKAB).
dimaklumi karena kendala klasik adalah pendanaan KONI Kabupaten Pidie.
yang berdampak pada beberapa segmen Sarana dan Singarimbun (1989) Metode Penelitian Survai.
Prasarana. Jakarta: LP3S
Sistem Keolahragaan Nasional ( 2005) Penjelasan
Kesimpulan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Nomor 3 tahun 2005. [online]. Tersedia
peneliti dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. http://www.google.com [1 Agustus 2012].
Hasil pendataan KONI Kabupaten Pidie secara Slameto ( 2003) Belajar dan Faktor-faktor Yang
organisasi sudah berjalan sebagaimana mestinya. 2. Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasil pemetaan olahraga prestasi KONI Kabupaten Sugiono (2010) Statistik Untuk Penelitian. Bandung:
Pidie tergolong bagus, ini terbukti dari hasil PORDA Alfabeta.

Ghazali 47
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

PENDEKATAN BERMAIN PADA SUB-POKOK BAHASAN LARI CEPAT


UNTUK KETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI

Teuku Hasan*)

Abstrak: Hasil pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani materi pokok bahasan lari cepat kelas X SMA
Negeri 1 Teunom menunjukkan belum tuntasnya pembelajaran, sesuai dengan permasalahan tersebut maka
penulis tertarik melakukan penelitian dengan metode pendekatan bermain pada pokok bahasan lari cepat
untuk meningkatkan ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani pokok bahasan lari cepat dengan pendekatan
bermain siswa kelas X A dengan jumlah 20 orang siswa. Adapun jenis ini adalah penelitian tindakan kelas,
sedangkan instrument penelitian yang digunakan format observasi. Data dianalisis dengan mentabulasi hasil
pengamatan ke dalam tabel untuk mengetahui ketuntasan hasil pembelajaran. Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa pendekatan bermain pada pokok bahasan lari cepat dapat menuntaskan hasil
pembelajaran pendidikan jasmani pada kelas X SMA Negeri 1 Teunom dengan persentase 85% dari
beberapa aspek diantaranya, bugar, aktif, kreatif/intelektual, gerak dasar, sosial, gembira dan
emosional/mental.

Kata Kunci: Penerapan, Pendekatan Bermain, Lari Cepat dan Ketuntasan Belajar.

Pendahuluan membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan


Dalam Undang-Undang tentang Sistem aktif sepanjang hayat.
Pendidikan Nasional, UU RI No. 20 Th. 2003 Bab II. Amir (2006:47) mengemukakan bahwa:
Pasal 3 (2008:7) disebutkan bahwa: “Pendidikan “Pembelajaran pendidikan jasmani perlu diusahakan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan agar anak merasa senang, hal ini dapat tercapai apabila
membentuk watak serta peradaban bangsa yang semua yang ada kaitannya dengan proses belajar
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan mengajar pendidikan jasmani harus sesuai dengan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi tingkat usia, perkembangan dan kemampuan, karena
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan anak harus dipandang sebagai pribadi yang utuh perlu
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dilakukan modifikasi dalam bentuk permainan.
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan Siswa dan bermain merupakan dua hal yang
menjadi warga negara yang demokratis serta tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi
bertanggung jawab”. siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya
Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan sebagainya.
bagian integral dari sistem pendidikan secara Melalui bermain anak dapat mengaktualisasi dan
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti
jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan
tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan
mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga motivasi pada siswa untuk berpartisipasi.
mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, Menurut Lutan dalam Samsuddin (2008:32)
keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, bahwa: “Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral jasmani diperlukan, dengan tujuan agar: (1) siswa
melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga. memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2)
Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam
penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan berpartisipasi, (3) siswa dapat melakukan pola gerak
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang benar”.
yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani Pendekatan bermain adalah salah satu bentuk
memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat dari pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja,
aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan
dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan

48 Teuku Hasan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan bangsa dan negara”.
judul: “Pendekatan Bermain Pada Sub-Pokok Bahasan Sesuai dengan beberapa pendapat di atas
Lari Cepat Untuk Ketuntasan Hasil Pembelajaran pendidikan jasmani mengandung tujuan yang ingin
Pendidikan Jasmani”. dicapai yaitu individu yang kemampuan-kemampuan
dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk
kepentingan hidupnya sebagai seorang individu,
Kerangka Teoritis maupun sebagai warga negara atau warga masyarakat.
Menurut Depdikbud (1994) bahwa: Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu
“Pendidikan jasmani adalah mata pelajaran yang melakukan usaha yang disengaja dan terencana dalam
merupakan bagian pendidikan keseluruhan yang memilih materi (isi), strategi kegiatan dan teknik
dalam proses pembelajarannya mengutamakan penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat
aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup sehat menuju diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
pada pertumbuhan dan pengembangan jasmani, masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan
mental, sosial dan emosional yang selaras, serasi dan nonformal.
seimbang”. Kemudian Suryosubroto (2002:249)
Sedangkan Suherman (2001:6) mengemukakan menyebutkan definisi belajar sebagai berikut:
bahwa: “Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang 1. Belajar itu membawa perubahan (dalam arti
mengaktualisasi potensi-potensi aktivitas manusia behavior changes, actual maupun potensial).
berupa sikap, tindak, dan karya yang diberi bentuk, isi, 2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya
dan arah menuju kebulatan pribadi sesuai dengan cita- kecakapan baru.
cita kemanusiaan”. 3. Perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat 4. Berdasarkan definisi belajar tersebut, belajar
disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah proses merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang dengan sengaja agar memperoleh kecakapan dan
direncanakan secara sistematik diarahkan untuk keterampilan baru. Keterampilan belajar dapat
mengembangkan dan meningkatkan individu secara digolongkan kepada keterampilan dari segi kognitif,
organik, neuromuskuler, kognitif, dan emosional afektif dan psimotorik.
dalam kerangka system pendidikan nasional. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani
Amir (2006:8) mengemukakan tujuan menurut E-Learning Pendidikan Olahraga Universitas
pendidikan jasmani di sekolah yaitu: (1) membantu Negeri Padang (2009) sebagai berikut:
siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan 1) Permainan dan olahraga
rohani serta kesehatan melalui pengenalan dan Permainan dan olahraga terdiri dari berbagai jenis
penanaman sikap positif serta kemampuan gerak permainan dan olahraga baik terstruktur maupun tidak
dasar berbagai aktivitas fisik, (2) untuk tercapai yang dilakukan secara perorangan maupun beregu.
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, sikap Dalam aktivitas ini termasuk juga pengembangan
dan prilaku disiplin, kejujuran, kerjasama, aspek pengetahuan yang relevan dan sistem nilai kerja
menyenangi aktivitas jasmani, tersalurnya hasrat sama, sportivitas, jujur, berfikir kritis. Permainan dan
bergerak dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan.
jasmani. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-
Amir (2006:8) mengemukakan tujuan lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders,
pendidikan jasmani di sekolah yaitu: (1) membantu kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja,
siswa untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta
rohani serta kesehatan melalui pengenalan dan aktivitas lainnya.
penanaman sikap positif serta kemampuan gerak 2) Aktivitas pengembangan
dasar berbagai aktivitas fisik. (2) untuk tercapai Aktivitas pengembangan berisi tentang kegiatan yang
pertumbuhan dan perkembangan jasmani, sikap dan berfungsi untuk membentuk postur tubuh yang ideal
prilaku disiplin, kejujuran, kerjasama, menyenangi dan pengembangan komponen kebugaran jasmani,
aktivitas jasmani, tersalurnya hasrat bergerak dan pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta
meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani. nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Aktivitas
Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh,
tentang Sisdiknas dikemukakan: “Pendidikan adalah komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana tubuh serta aktivitas lainnya.
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik 3) Aktivitas senam
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Teuku Hasan 49
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Aktivitas senam berisi tentang kegiatan yang Modifikasi pembelajaran pendidikan jasmani sebagai
berhubungan ketangkasan seperti ketangkasan pendekatan alternatif dalam pengajaran pendidikan
sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan jasmani mutlak dilakukan. Dalam proses pembelajaran
dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya seorang guru harus mampu melakukan pendekatan
yang bertujuan untuk melatih keberanian, kapasitas bermain dengan keterampilan yang hendak diajarkan
diri, dan pengembangan aspek pengetahuan yang agar sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Lutan dalam Samsuddin (2008:44) menyatakan
4) Aktivitas ritmik bahwa: “Dalam proses pembelajaran yang
dimodifikasi adalah peraturan permainan dan jumlah
Aktivitas ritmik berisi tentang hubungan gerak dengan
pemain, bola yang kecil ataupun bola yang lembut,
irama dan juga pengembangan aspek pengetahuan
ukuran peralatan, jauh atau dekat target yang dicapai,
yang relevan serta nilai-nilai yang terkandung di serta waktu yang digunakan dalam permainan”.
dalamnya. Dalam proses pembelajaran aktivitas ritmik Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru
lebih menfokuskan pada kesesuaian atau keterpaduan harus menggunakan aliran humanistik, yaitu
antara gerak dan irama. Adapun pembelajaran pada memberikan tempat kepada siswa dan pendidikan di
materi aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam arahkan kepada pembinaan dan pembentukan manusia
pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. seutuhnya baik fisik, intelektual, social, emosional,
5) Akuatik (aktivitas air). sikap, perasaan dan nilai. Pembelajaran yang bersifat
Aktivitas air berisi tentang kegiatan di air, meliputi: humanistik menuntut hubungan emosional yang baik
permainan di air, keselamatan air, keterampilan antara guru dan siswa.
bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya yang Kegiatan atletik bernuansa permainan
bertujuan pengembangan aspek pengetahuan yang mengandung beberapa ciri sebagai berikut:
relevan serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 1) Siswa terlibat dalam tugas gerak yang berfariasi
6) Pendidikan luar kelas (outdoor education). dengan irama tertentu.
Aktivitas luar sekolah berisi tentang kegiatan di luar 2) Mengakibatkan kegemaran berlomba/bersaing
sekolah dan di alam bebas lainnya yang bertujuan secara sehat.
pengembangan aspek pengetahuan yang relevan serta 3) Menyalurkan hasrat siswa untuk mencoba
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Adapun menggunakan alat-alat berlatih.
materi aktivitas luar kelas meliputi:
4) Tugas gerak yang mengandung resiko yang
piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,
sepadan dengan kemampuan siswa dan menjadi
berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung dan lain
sebagainya. tantangan.
7) Kesehatan sekolah. 5) Menguji ketangkasan untuk melaksanakan
Kesehatan sekolah meliputi penanaman budaya hidup tugas-tugas gerak yang baru. (Saputra, 2001/9-
sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang 10).
terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat,
merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan Metode Penelitian
dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat Dalam suatu penelitian selalu digunakan
cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan metode penelitian dengan tujuan agar penelitian
berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek tersebut dapat terarah, teratur dan mencapai hasil yang
kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara diharapkan sesuai dengan kondisi objek penelitian.
implisit masuk ke dalam semua aspek. Prosedur penelitian disebut juga metode penelitian.
Lari adalah gerak berpindah tempat maju ke depan Adapun metodologi penelitian adalah suatu
yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Pada lari ada pengetahuan tentang berbagai macam cara kerja yang
saat keuda kaki tidak berhubungan (kontak) dengan disesuaikan dengan objek ilmu-ilmu yang
tanah atau badan melayang di udara (Syarifudin, bersangkutan. Penggunaan metodologi penelitian
2004). Hal ini berbeda dengan jalan sekalipun dalam suatu penelitian harus tepat dan mengarah pada
dilakuan dengan cepat. Menurut Pengurus Besar tujuan penelitian. Menurut Arikunto (2006:136)
Persatuan Atletik Seluruh Indoneisa (PB PASI) (1989) bahwa: “Metode penelitian adalah suatu cara yang
yang dikutip Mulyanto (2005:144) menyatakan
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
bahwa: “Jalan cepat adalah gerak maju langkah kaki
yang dilakukan sedemikian rupa sehingga kontak penelitian”.
dengan tanah tetap terpelihara dan tidak terputus”. Jenis penelitian ini peneliti menggunakan
Dalam hal ini yang termasuk dalam lari jarak pendek metode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian
adalah lari 100 meter, 200 meter, dan 400 meter utnuk tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu objek
perlombaan yang dilakukan pada gelanggang terbuka. dalam hal ini yaitu siswa, dengan pembelajaran yang
Sedangkan untuk perlombaan yang dilakukan pada menggunakan pendekatan bermain untuk ketuntasan
gelanggang tertutup terdapat beberapa nomor lain belajar siswa. Melalui tindakan yang sengaja
yang dilombakan, yaitu lari 50 meter dan 60 meter. dilakukan dengan tujuan tertentu dalam bentuk

50 Teuku Hasan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau. teknik analisis diskriptif. Teknik ini digunakan untuk
Menurut Ebbut dalam Wiriatmaja (2005:12) mengolah data yang bersifat kualitatif, baik yang
bahwa: “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah berhubungan dengan keberhasilan proses maupun
sajian sistematika dari upaya perbaikan pelaksanaan hasil pembelajaran.
praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan
Adapun data yang bersifat kuantitatif dianalisis
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari dengan teknik deskriptif kuantitatif sederhana.
tindakan-tindakan tersebut. Analisis data dilakukan pada saat proses pengumpulan
Adapun rancangan penelitian yang penulis buat data sedang berlangsung dan pada saat data telah
adalah sebagai berikut: terkumpul seluruhnya. Bersamaan pengumpulan data,
dilakukan pula analisis data yang didapatkan. Proses
Perencana ini dilakukan dengan maksud mempertajam fokus atau
an pokok persoalan.
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaa Analisis data dilakukan sejak awal kegiatan
nnn dalam proses pembelajaran berlangsung. Dalam
Pengamata menganalisa data peneliti membandingkan hasil
n belajar sebelum tindakan dengan hasil siswa setelah
tindakan. Data-data perlu dianalisis agar mempunyai
Perencana
makna guna pemecahan masalah.
an
Refleksi SIKLUS II Pelaksana Hasil dan Pembahasan Penelitian
an Hasil Penelitian
Pengamat Hasil penelitian tindakan tentang pendekatan
an bermain pada sub-pokok bahasan lari cepat untuk
ketuntasan hasil pembelajaran pendidikan jasmani
? dilakukan dalam beberapa siklus. Penelitian tindakan
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan siklus yang telah
direncanakan. Setiap pelaksanaan siklus penelitian
Sebelum melakukan pelaksanaan tindakan, tindakan kelas yang telah dilakukan, guru beserta
terlebih dahulu guru menyusun Rencana Pelaksanaan observer melakukan refleksi untuk mengetahui
Pembelajaran (RPP) berdasarkan studi awal di SMA kekurangan serta hasil pengamatan observer untuk
Negeri 1 Teunom Kabupaten Aceh Jaya peneliti merencanakan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini
melakukan observasi untuk mengetahui sejauh mana hanya terdiri dari dua siklus dikarenakan pada siklus
keefektifan pembelajaran pendidikan jasmani dengan kedua tingkat ketuntasan belajar sudah mencapai
menggunakan pendekatan bermain pada sub-pokok kriteria ketuntasan minimal.
bahasan lari cepat. Dalam pelaksanaan tindakan
(action) yang merupakan implementasi dari pada isi 1. Siklus I
rancangan yaitu menggunakan tindakan kelas dengan Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan
pendekatan bermain.Instrumen penelitian bermain pada siklus pertama menggambarkan suatu
menggunakan format observasi yang diamati oleh 3 perubahan yang terjadi pada siswa. Perubahan ini
observer. disebabkan dengan adanya suasana baru yang dialami
Dalam pengumpulan data menggunakan lembar siswa pada proses pembelajaran yaitu dengan adanya
format observasi dengan melakukan pengamatan permainan. Berdasarkan hasil pengamatan observer
langsung oleh observer sebanyak 3 orang dalam dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I proses
proses pelaksanaan penelitian tindakan pada siswa pembelajaran dapat dikatakan belum tuntas. Hal ini
kelas X di SMA Negeri 1 Teunom Kabupaten Aceh disebabkan karena siswa masih belum memahami dan
Jaya. belum menguasai dengan benar teknik permainan
Setelah data terkumpul, maka penulis yang diberikan dalam pembelajaran pada siklus
menganalisis data tersebut sesuai dengan materi yang pertama sehingga terlihat kelemahan siswa dari
telah diberikan sehingga dapat mengetahui tingkat beberapa aspek yang dinilai.
ketuntassan belajar siswa. Teknik analisa data yang

Teuku Hasan 51
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Adapun hasil rekapitulasi ketuntasan belajar teknik permainan baik secara individual maupun
dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat di klasikal, sehingga siswa lebih memahami bagaimana
lihat pada tabel berikut: permainan dilakukan dengan baik dan benar serta
menyenangkan.
Tabel 1. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus I
Ketuntasan Belajar 2. Siklus II
N Observ Kreat Gera Dalam proses pembelajaran pada siklus kedua
o er Bug
ar
Akti
f
if/
Intele
k
Dasa
Sosial
Gemb
ira
Emos
ional menunjukkan hasil yang berbeda dari pada
ktual r pembelajaran pada siklus pertama. Hal ini disebabkan
T TT T TT T TT T TT T TT T TT T TT dengan adanya perencanaan dan diskusi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang lebih baik dengan
1. Observer1 8 12 11 9 12 8 10 10 8 12 10 10 13 7
observer untuk meningkatkan persentase ketuntasan
2. Observer 2 10 10 8 12 7 13 12 8 10 10 12 8 10 10
belajar siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada
3. Observer 3 6 14 10 10 9 11 14 6 11 9 14 6 8 12
siklus kedua sesuai dengan data hasil pengamatan
Jumlah 24 36 29 31 28 32 36 24 29 31 36 24 31 29
Persentase observer menunjukkan bahwa hasil pembelajaran dan
40 60 48,3 51,7 46,7 53,3 60 40 48,3 51,7 60 40 51,7 48,3
Ketuntasan pelaksanaan tindakan memberikan hasil yang
maksimal.
Ket: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Adapun hasil rekapitulasi pelaksanaan
pembelajaran pada siklus kedua adalah sebagai
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui berikut:
ketuntasan belajar ketujuh aspek penilaian yang Tabel 2. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II
direkapitulasi dari tiga observer. Data pada tabel Ketuntasan Belajar
menunjukkan bahwa nilai persentase ketuntasan dari N Observe Kreat
Gera
setiap aspek diantaranya: aspek bugar 40%, aspek o r if/ Gemb Emosi
Bugar Aktif k Sosial
Intele ira onal
Dasar
kreatif 46,7%, aspek aktif 48,3%, aspek sosial 48,3%, ktual
T TT T TT T TT T TT T TT T TT T TT
aspek emosional 51,7%, dan aspek gembira 60% serta
1. Observer 1 20 0 17 3 18 2 18 2 18 2 20 0 19 1
aspek gerak dasar 60%.
2. Observer 2 20 0 16 4 17 3 19 1 18 2 18 2 18 2
Sesuai dengan data tersebut, maka yang paling
3. Observer 3 20 0 16 4 15 5 18 2 17 3 19 1 17 3
tinggi yaitu 60% untuk aspek gerak dasar dan
gembira, sedangkan persentase ketuntasan yang paling Jumlah 60 0 49 11 50 10 55 5 53 7 57 3 54 6
Persentase
rendah yaitu 40% untuk aspek bugar. Dari Ketuntasan
100 0 81.7 18.3 83.3 16.7 91.7 8.3 88.3 11.7 95 5 90 10

keseluruhan aspek yang diamati, belum ada satupun Sumber: Data Penelitian 2012
aspek yang memenuhi kriteria ketuntasan yaitu
persentase kriteria ketuntasan minimal 75%. Tingkat Ket: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas
ketuntasan ketujuh aspek yang diamati berada pada
persentase 40% sampai 60%. Hal ini menunjukkan Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa persentase
bahwa persentase aspek yang tidak tuntas memiliki ketuntasan yang paling tinggi aspek bugar berada pada
persentase yang cukup tinggi. angka 100%, Seluruh aspek yang diamati mengalami
Proses pembelajaran yang tidak tuntas pada peningkatan yang cukup tinggi. Aspek ini dimulai dari
pelaksanaan siklus pertama setelah di amati dari aspek gembira pada 95%, aspek aktif 81.7%, aspek
beberapa aspek yang disebabkan oleh siswa yang kreatif/intelaktual 83,3%, aspek sosial 88,3%, aspek
masih belum memahami dan mengerti tentang emosional 90%, aspek gerak dasar 91,7% dengan
permainan yang diberikan, sehinggu siswa masih aspek gembira 95%. Hal ini menunjukkan bahwa
merasa bingung bagaimana teknik melakukan lari terdapat peningkatan persentase ketuntasan dari
melalui pembelajaran pendekatan bermain. pelaksanaan siklus pertama.
Sesuai dengan hasil pengamatan observer Penilaian yang diberikan oleh ketiga observer
bahwa pembelajaran pada siklus pertama dapat tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan
dikatakan belum tuntas. Berdasarkan hal tersebut penilaian hanya memiliki selisih satu orang, dan
observer melakukan diskusi untuk melanjutkan kadang kadang mempunyai penilaian yang sama.
pembelajaran dengan siklus kedua. Dalam Untuk aspek ketidaktuntasan persentase yang tertinggi
pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, dilakukan bernilai 18.3% untuk aspek aktif kemudian disusul
perbaikan RPP yaitu penerapan permainan kecepatan oleh aspek kreatif dengan nilai 16.7%.
lari memindahkan bola dengan berkelompok dan Sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus
diberikan waktu yang telah ditentukan untuk setiap pertama yang telah dilakukan seperti yang diatur
kelompok. dalam perencanaan apabila pembelajaran dengan
Sebelum pelaksanaan tindakan, setiap pelaksanaan tindakan pada siklus pertama maka akan
kelompok diberikan arahan tentang mekanisme dan dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan siklus kedua.

52 Teuku Hasan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Setelah di lihat dari hasil pengamatan observer antara psikomotor, domain kognitif, dan domain afektif,
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama, maka tahap selain itu juga pendidikan jasmani adalah untuk
tindakan untuk siklus kedua dapat dilaksanakan. Pada menciptakan lingkungan yang bisa merangsang
siklus kedua terjadi perubahan yang sangat signifikan pengalaman gerak siswa untuk menghasilkan respon
diantaranya pada aspek gembira, aktif. Hal ini yang diinginkan, yang memberikan kontribusi dalam
dikarenakan siswa telah memahami tata cara dan mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara
peraturan permainan, sehingga mereka lebih mampu optimal (Amir, 2006:5).
mengekspresikan aktivitas gerak lari dengan Sesuai dengan hasil penelitian dan pengolahan
pendekatan bermain yang dilakukan. data di atas tentang pendekatan bermain pada sub-
Berdasarkan data hasil pengamatan observer pokok bahasan lari cepat dengan menggunakan siklus
dalam pelaksanaan tindakan siklus kedua seperti yang II, jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan belajar
tertera pada tabel 4.1 di atas. Maka pelaksanaan adalah 90% dan 10% siswa berada pada kategori tidak
tindakan siklus kedua sudah dapat dihentikan dengan tuntas. Kriteria ketuntasan belajar yang diperoleh
pertimbangan bahwa indikator perencanaan siswa pada umumnya pada pelaksanaan tindakan
pembelajaran telah tercapai dari data yang dengan siklus kedua merupakan dampak dari
menunjukkan nilai yang di peroleh siswa dari ketujuh pengalaman yang sudah dialami siswa dan arahan dari
aspek dianggap memenuhi kriteria ketuntasan belajar. guru, sehingga siswa dapat memahami bagaimana
Pada pembelajaran dengan pendekatan bermain pembelajaran dalam bentuk permainan yang dilakukan
pada siklus kedua jelas terlihat adanya peningkatan ke pada siklus kedua
tujuh aspek yang diamati observer. Hal ini Lutan dalam Samsuddin (1988:32) menyatakan
membuktikan bahwa pembelajaran dengan pendekatan bahwa: Modifikasi dalam mata pelajaran pendidikan
bermain dan sesuai dengan model Pembelajaran Aktif, jasmani diperlukan, dengan tujuan agar:
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan 1. Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti
(PAIKEM) dapat menuntaskan pembelajaran siswa pelajaran
kelas X SMA Negeri 1 Teunom Kabupaten Aceh Jaya. 2. Meningkatakan kemungkinan keberhasilan dalam
berpartisipasi
Pembahasan 3. Siswa dapat melakukan pola gerak yang benar.
Sesuai dengan hasil penelitian di atas dapat Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa
diketahui bahwa adanya peningkatan dari beberapa sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan pada siklus
aspek pembelajaran yang dimulai dari kebugaran, kedua yaitu adanya peningkatan yang signifikan dari
aktif, kreatif, dan intelektual, gerak dasar, sosial, ketujuh aspek dalam pelaksanaan pembelajaran
gembira, emosional dan mental. Beberapa peningkatan berdasarkan penilaian observer.
terjadi selama pelaksanaan pembelajaran dari siklus I Sesuai dengan kriteria ketuntasan standar
dan siklus II. Dalam pelaksanaan pembelajaran pada minimal dalam proses pembejaran pendidikan jasmani
aspek pertama terdapat beberapa permasalahan yaitu yaitu 75%. Maka ketuntasan hasil pembelajaran
siswa belum memahami tentang aturan permainan berdasarkan hasil penelitian tindakan pada siklus II
yang sebenarnya sehingga tidak dapat melakukan adalah 90%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
bentuk permainan dengan optimal. Dalam hal ini guru pembelajaran pendidikan jasmani dengan
memberikan arahan kepada siswa dengan pendekatan menggunakan siklus kedua telah tuntas. Menurut
individu dan kelompok dalam melakukan permainan Suryosubroto (2002:96) bahwa: ”Belajar tuntas adalah
yang sebenarnya. pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara
Berdasarkan hasil penelitian di atas tentang perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain
pendekatan bermain pada sub-pokok bahasan lari penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas
cepat dengan menggunakan siklus I, jumlah siswa adalah memungkinkan 75% sampai 90% siswa untuk
yang memperoleh ketuntasan belajar adalah 50,7% mencapai belajar yang sama tingginya dengan
dan 49,3% siswa berada pada kategori tidak tuntas. kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal”.
Hal ini disebabkan karena siswa belum pernah Pendekatan bermain pada siklus II yaitu
mengikuti pembelajaran dengan pendekatan bermain, permainan kelincahan memindahkan bola sangat
sehingga masih sulit memahami bagaimana teknik efektif dilaksanakan dalam proses pembelajaran pada
bermain yang sebenarnya. sub-pokok bahasan lari cepat karena dapat
Secara operasional tujuan pendidikan jasmani meningkatkan kebugaran, keaktifan, kreatifitas, gerak
meliputi: pengembangan kebugaran fisik, dasar lari, sosial, kegembiraan dan emosional siswa
pengembangan keterampilan dasar motorik, dalam proses belajar mengajar.
pengembangan kognitif dan pengembangan afektif, di
samping itu juga ada empat domain yang ingin Kesimpulan
dikembangkan yang ingin dikembangkan dalam 1. Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I, maka
pendidikan jasmani yaitu domain fisik, domain pembelajaran dengan pendekatan bermain pada sub-

Teuku Hasan 53
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

pokok bahasan lari cepat secara klasikal di Masnun, Dadang (1987) Kinesiologi. Jakarta: FPOK-
kategorikan tidak tuntas dengan nilai rata-rata IKIP Jakarta. www.google.co.id.
50,7% sedangkan untuk persentase ketuntasan Mulyanto, Taufik (2005) Metode Latihan Lari Cepat
hanya 49,3% dari jumlah siswa yang proses 100 Meter. Jakarta: Universitas Negeri
pembelajarannya telah tuntas. Jakarta. www.google.co.id.
2. Sesuai dengan hasil penelitian pada siklus II, maka Sagala, Syaiful (2003) Konsep dan Makna
pembelajaran dengan pendekatan bermain pada sub- Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
pokok bahasan lari cepat di kategorikan tuntas Samsudin (2008) Pembelajaran Pendidikan Jasmani
dengan nilai rata-rata dari ketujuh aspek adalah 90% Olahraga dan Kesehatan SMA/MA. Jakarta:
sedangkan untuk persentase siswa yang tidak tuntas Litera.
hanya 10% yang proses pembelajarannya tidak Saputra, Yuda (2001) Model Pendekatan Bermain
tuntas. Pada Materi Atletik. www.google.co.id.
3. Dari hasil pelaksanaan siklus pertama dan kedua Suherman, Adang (2001) Menuju Perkembangan
diperoleh nilai rata-rata siklus I adalah 50,7% dan Menyeluruh. Jakarta: Depdiknas
siklus II adalah 90%. Sehingga dapat diketahui Suryosubroto (2002) Proses Belajar Mengajar di
adanya peningkatan antara siklus I dengan siklus ke Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
II dengan selisih 41,8%. Pelaksanaan pembelajaran Syarifuddin, A., (2004). Atletik. Jakarta: Depdikbud.
pada siklus I dan siklus II memberikan arti bahwa Dirjen dikti. Proyek Pembinaan Tenaga
adanya peningkatan yang signifikan. Kependidikan.
Syarifuddin, A (1997) Panduan Guru Pendidikan
Daftar Pustaka Jasmani dan Kesehatan SLTP. Jakarta:
Amir, Nyak (2006) Pembelajaran Pendidikan Grasindo.
Jasmani. Banda Aceh: Syiah Kuala University Trianto (2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif
Press. Beorientasi Konstruktif Konsep, Landasan
Amir, dkk (2005) Pembelajaran Pendidikan Jasmani Teoritis dan Implementasinya. Jakarta:
di Sekolah Dasar Praktek dan Didaktik. Banda Prestasi Pustaka.
Aceh: Syiah Kuala University Press. Wiriatmadja, R (2005). Metode Penelitian Tindakan
Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Kelas. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
B. Uno. Hamzah (2011) Menjadi Peneliti PTK Yang
Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.
E-Learning Pendidikan Olahraga Universitas Negeri
Padang (2009) Ruang Lingkup Pendidikan
Jasmani. http://elearning-po.unp.ac.id

54 Teuku Hasan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

EFEK AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEGARAN JASMANI ANAK


USIA SEKOLAH DAN REMAJA

Saminan*)

Abstrak: Anak dan remaja adalah periode penting dari kehidupan, karena perilaku hidup sehat pada usia
anak dan remaja mempengaruhi perilaku dan status kesehatan di usia dewasa. Kekuatan merupakan salah
satu komponen kondisi fisik yang sangat penting, guna meningkatkan komponen-komponen yang lain.
Aktivitas fisik memiliki efek yang berbeda-beda terhadap kesegaran jasmani tergantung kepada intensitas
dan aktivitas fisik. Hal ini memiliki hubungan timbal balik yaitu kesegaran jasmani menentukan kapasitas
untuk melakukan aktivitas fisik.

Kata Kunci: Aktivitas fisik, Kesegaran Jasmani

Pendahuluan komponen kondisi fisik yang penting guna


Dalam rangka pencapaian kesegaran jasmani, mendukung komponen-komponen fisik lainnya”.
salah satu cara yang ditempuh oleh manusia adalah Kekuatan otot merupakan unsur yang dapat
dengan melakukan aktivitas fisik olahraga. Adapun ditingkatkan sampai sub maksimal sesuai dengan
tujuan lain dari kegiatan olahraga ini adalah untuk kebutuhan.
meningkatkan prestasi sesuai dengan cabang olahraga Kekuatan otot merupakan kemampuan otot
yang ditekuninya. untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu
Anak dan remaja adalah periode penting dari tahanan (Harsono, 1988). Kekuatan otot merupakan
kehidupan, karena perilaku hidup sehat pada usia anak unsur yang penting untuk meningkatkan kondisi fisik
dan remaja mempengaruhi perilaku dan status secara menyeluruh.
kesehatan di usia dewasa (Ortega et al, 2008). Penelitian sebelumnya oleh Jeszka et al (2000)
Pengertian remaja menurut WHO tahun 2005 adalah menyatakan bahwa tingkat kesegaran jasmani sangat
anak yang berumur 10-19 tahun dan mengalami berhubungan dengan kebiasaan komsumsi zat gizi.
periode transisi antara anak-anak dan dewasa. Hal ini Umur dan status zat gizi dapat diindikasikan sebagai
ditandai oleh pertumbuhan dan perkembangan yang faktor utama untuk kinerja fisik dan penurunan tingkat
cepat serta perubahan morfologi dan fisiologis kesegaran jasmani (Teixeira and Felden, 2010).
(Preedy, 2012). Ada dua faktor penentu pada proses Aktivitas fisik juga berpengaruh dalam semua
tumbuh kembang anak secara keseluruhan, yaitu komponen kesegaran jasmani (Ortega et al, 2008).
faktor genetik dan faktor lingkungan (Ulvie,2011). Tingkat kesegaran jasmani merupakan salah
Data demografi menujukkan bahwa remaja satu indikator pembangunan kesehatan menuju
merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Indonesia sehat pada tahun 2010 yang memerlukan
Sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja pengukuran secara berskala (Ulvie, 2011).
berumur 10-19 tahun (Soetjiningsih,2004). Di Berdasarkan penjelasan diatas penulis akan
Amerika tahun 2006, 21,4 juta penduduk terdiri dari menguraikan pentingnya aktivitas fisik terhadap
remaja berumur 13-17 tahun (Institute of Medicine kesegaran jasmani bagi anak usia sekolah dan remaja.
US, 2009). Kelompok umur 10-19 tahun di Indonesia
sekita 22% dari total populasi. Remaja yang akan Kerangka Teoritis
memiliki sumber daya manusia (SDM) berkualitas Pengertian Aktivitas Fisik
adalah remaja yang mencapai keadaan biologisnya Aktivitas fisik adalah pergerakan otot yang
secara optimal. Tercapainya potensi biologis yang menggunakan energi (Soeharto, 2001). Winnick 1999
optimal merupakan hasil interaksi antara faktor mengartikan aktivitas fisik sebagai gerakan tubuh
genetik dan lingkungan biopsikososial yang salah yang dihasilkan otot rangka dan mengeluarkan energi
satunya adalah asupan zat gizi yang adekuat (Soeharto, 2001).
(Soetjiningsih,2004). Menurut Center For Disease Control and
Kekuatan merupakan salah satu komponen Prevention (2012) manfaat aktivitas fisik adalah
kondisi fisik yang sangat penting guna meningkatkan sebagai berikut:
komponen-komponen yang lain. Hal tersebut 1. Membantu membangun dan menjaga kesehatan
disebabkan karena seseorang atlet yang memiliki tulang dan otot
kekuatan dengan baik, akan mampu melakukan 2. Membantu mengurangi resiko obesitas dan penyakit
aktivitas sampai batas maksimal dari kemampuan otot kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan
yang dilibatkan dalam setiap gerakannya. Sajoto kanker usus besar
(1998) menyatakan: “Kekuatan adalah salah satu

Saminan 55
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

3. Mengurangi perasaan depresi dan kecemasan kesegaran jasmani yaitu kemampuan untuk melakukan
sehingga meningkatkan kesehatan psikologis pekerjaan, kegiatan rekreasi dan aktivitas harian tanpa
4. Dapat membantu meningkatkan kinerja akademik merasa kelelahan (Heyward, 2006).
siswa, termasuk faktor yang mempengaruhinya.
Menurut Center For Disease Control and Komponen Kesegaran Jasmani
Prevention (2012) akibat dari ketidakaktifan fisik Dalam kesegaran jasmani terdapat komponen
jangka panjang dapat menimbulkan, diantaranya: yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Kegemukan dan obesitas, yang dipengaruhi oleh 1. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
aktivitas fisik dan pola makan yang buruk, dapat kesehatan (healh related fitness)
meningkatkan risiko seseorang untuk diabetes, komponen kesegaran jasmani yang
tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, asma, berhubungan dengan kesehatan terdiri dari komponen
arthritis, dan status kesehatan yang buruk. dasar yang saling berhubungan antara yang satu
2. Aktivitas fisik meningkatkan risiko seseorang untuk dengan yang lain, antara lain: daya tahan jantung-paru
mati muda, meninggal karena penyakit jantung, dan yang merupakan kemampuan jantung, paru dan
diabetes, kanker usus besar, dan tekanan darah sirkulasi untuk menyalurkan oksigen ke sel untuk
tinggi. memenuhi kebutuhan aktivitas yang ritmik dan
kontinue (Hoeger and Hoeger, 2011). Kekuatan otot
Klasifikasi Aktivitas Fisik yang merupakan tenaga, gaya atau tegangan yang
Taringan (2007) menyatakan aktivitas fisik dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada
dapat dikelompokkan menjadi: saat kontraksi dengan beban maksimal. Daya tahan
1) Aktivitas ringan yaitu aktivitas yang tidak otot adalah kapasitas sekelompok otot untuk
menimbulkan perubahan nafas, termasuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulang-
diantaranya adalah aktivitas berjalan dari suatu ulang terhadap suatu beban submaksimal dalam
tempat ke tempat lain, duduk setiap hari sembari jangka waktu tertentu (Wahjoedi, 2011). Kelenturan
bekerja, di rumah, di waktu senggang, duduk lama adalah pencapaian gerak pada sendi atau kelompok
dibangku, mengunjungi teman, membaca, sendi tanpa menyebabkan cedera (Hoeger and Hoeger,
berbaring, serta menonton TV dihitung dalam jam 2011). Komposisi tubuh pada dasarnya terdiri dari 2
perhari. komponen, yakni : lemak tubuh (fat mass) dan massa
2) Aktivitas sedang yaitu aktivitas yang menimbulkan tubuh tanpa lemak (fat-free mass) (Hoeger and
perubahan nafas lebih daripada normal, termasuk Hoeger, 2011).
diantaranya adalah membawa beban ringan, 2. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
bersepeda dengan kecepatan teratur, bermain tenis keterampilan gerak (skill related fitness)
ganda dan sebagainya, dihitung dalam jam perhari. Komponen kesegaran jasmani yang
3) Aktivitas berat yaitu aktivitas yang menimbulkan berhubungan dengan keterampilan, antara lain:
perubahan nafas yang sangat berat dari pada kecepatan (Speed) merupakan kemampuan berpindah
normal, termasuk diantaranya adalah mengangkat dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu paling
beban, aerobik, dan bersepeda cepat, dihitung singkat (Wahjoedi, 2001). Kecepatan bersifat
dalam jam perhari. lokomotor dan gerakannya bersifat siklik atau jenis
gerak yang dilakukan berulang-ulang (Silalahi, 2011).
Faktor Mempengaruhi Aktivitas Fisik Daya letak (power) gabungan antara kekuatan dan
Beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas kecepatan atau pengerahan gaya otot maksimum
fisik diantaranya faktor biologis termasuk nutrisi, dengan kecepatan maksimum. Anak membutuhkan
stattus kesehatan, jenis kelamin, maturitas seksual komponen tersebut untuk menunjukkan
pada wanita, genetik pada bayi kembar dan kebiasaan kemampuannya kepada orang lain (Silalahi, 2011).
keluarga dalam beraktivitas (Marlina et al, 2004). Kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah
Faktor lainnya mencakup psikologi, sosial, demografis arah secara cepat tanpa adanya gangguan
dan kognitif (Marlina et al, 2004; Dishman et al, keseimbangan atau kehilangan keseimbangan
2012). (Wahjoedi, 2001). Keseimbangan (balance) adalah
kemampuan untuk mempertahankan posisi atau sikap
Pengertian Kesegaran Jasmani tubuh secara tepat saat melakukan gerakan
Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh (Wahjoedi,2001). Ketepatan (accurancy) adalah
untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk
dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti mengarahkan sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki
serta dengan cadangan energi yang tersisa ia mampu (Wahjoedi, 2001). Dan Koordinasi (coordination)
menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan
darurat yang tidak terduga (Nenggala, 2006). gerakan secara tepat, cermat, dan efesien (Wahjoedi,
Pengertian lain menyebutkan hal yang sama mengenai 2001).

56 Saminan
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11381
Faktor Mempengaruhi Kesegaran Jasmani 153>
Beberapa faktor yang mempengaruhi kesegaran Malina, R.M; Bouchard, C and Bar-Or, O (2004)
jasmani diantaranya perilaku gaya hidup misalnya Growth, Maturation, and Physical Activity.
merokok, diet, komsumsi alkohol dan tidur serta Human Kinetics; 471-472.
beberapa lainnya seperti usia, jenis kelamin, status Nenggala, A.K (2006) Pendidikan Jasmani, Olahraga
sosial ekonomi, kepribadian, motivasi dan sikap dan Kesehatan. Jakarta: Grafindo Media
terhadap aktivitas fisik dan kebiasaan kesehatan Pratama.
lainnya dapat membentuk pola gaya hidup sesorang Preedy, V.R (2012) Handbook of Anthropometry:
(Tammelin, 2003). Physical Measure of Human Form in Health
Faktor lainnya adalah genetik dan lingkungan & Disease Chapter 82 Anthropometry of
sosial menggabungkan kondisi sosial, budaya, politik, Adolescent: Brazilian Perspective. Springer
dan ekonomi yang mempengaruhi aktivitas fisik, Science. New York: 1358
kebugaran dan kesehatan (Tammelin, 2003). Sajoto, M (1988) Peningkatan dan Pembinaan
Kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban, Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Edisi Revisi.
kualitas udara, ketinggian dan perubahan iklim, dapat Dahara Prize: semarang
mempengaruhi aktivitas fisik, yang berhubungan Silalahi, R.G.H (2011) Hubungan Kebiasaan Sarapan
dengan kesegaran jasmani dan kesehatan (Tammelin, Pagi denagn Kesegaran Jasmani pada Murid
2003). SMP ST. Thomas 3 Medan tahun 2011.
Repository USU
Soeharto, I (2001) Penyakit Jantung Koroner dan
Kesimpulan Serangan Jantung. Jakarta: Gramedia
Berdasarkan penjelasan uraian diatas maka Pustaka Utama.
dapat disimpulkan bahwa: aktivitas fisik sangat Soetjiningsig (2004) Tumbuh Kembang Remaja dan
mempengaruhi kesegaran jasmani, menurunkan Permasalahannya Bab I Pertumbuhan
kualitas hidup dan imun tubuh serta meningkatkan Somatik pada Remaja. Jakarta: CV Sagung
resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. Aktivitas seto: 1-22
fisik memiliki efek yang berbeda-beda terhadap Tammelin, T (2003) Physical Activity from
kesegaran jasmani tergantung kepada intensitas dari Adolescence to adulthood and health-related
akivitas fisik. Hal ini memiliki hubungan timbal balik fitness at age 31. Oulo University Library.
yaitu kesegaran jasmani menentukan kapasitas untuk Dapat diakses melalui
melakukan aktivitas fisik. Tingkat aktivitas fisik dan http://herkules.oulu.fi/isbn9514272331/html/i
kesegaran jasmani mempengaruhi kesehatan kualitas ndex.html
hidup dan daya tahan tubuh. Taringan, N (2007) Hubungan Citra Tubuh dengan
Status Obesitas, Aktivitas Fisik, dan Asupan
DAFTAR PUSTAKA Energi Remaja SLTP di Kota Yogyakarta
Center For Control and Prevention (CDC) (2012) dan Kabupaten Bantul. Jurnal Ilmiah
Adolescent and School Health. United Stated. PANNMED 2: 1-8
Dapat diakses melalui Teixeria, C.S and Felden, E (2010) Physical Fitness,
http://www.cdc.gov/healtyyouth/physicalacti Age and Nutritional status of Military
vity/facts.htm Personnel. Arq Bras Cardiol 94 (4): 412-417
Dishman, R.K; Heath, G.W; Lee, I.M (2012) Physical Ulvie, Y.N.S (2011) Tingkatan Kesegaran Jasmani,
Activity Epidemiology. Human Kinetics: 508 Status Gizi dan Asupan Gizi Makan Pagi
Harsono (1988) Coaching dan Aspek Aspek Psikologis pada Siswa SMP Negeri Kota Yogyakarta.
dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia I
Kusuma. Wahjoedi (2001) Landasan Evaluasi Pendidikan
Hoeger, W.W.K and Hoeger, S.A (2011) Fitnes and Jasmani. PT. Rajagrafindo Persada.
Wellness. Cangange Learning. USA Indonesia 59-77
Institute of Medicine U.S (2009) Review of the HHS
Family Planning Program. National
Academics Press. US: 23
Jezka,. J; Zielke, M and Bajerska, J (2000) Evaluation
of Nutritional Habits, Nutritional Status and
Physical Perfomance in Selected Group of
Adolescents. Med Wieku Rozwoj 4(3 suppl 1):
65-75. <

Saminan 57
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

KOMUNIKASI MASSA DALAM OLAHRAGA

Soedirman*)

Abstrak: Olahraga adalah fenomena social, yang perkembangnya tidak pernah bisa terlepas dari dinamika
social itu sendirri. Sebagai fenomenan social maka olahraga harus bisa berinteraksi dengan kehidupan
social, dan sebaliknya kondisi social masyarakat sangat mewarnai perkembangan olahraga. Agar hal
tersebut bisa berlangsung efektif, maka ada satu kata kunci dalam yang harus ditangkap dalam olahraga,
yaitu “komunikasi”. Dengan komunikasi yang efektif maka olahraga bisa berkembang seiring dengan
perkembangan jaman.

Kata kunci: Fenomena Social, Komunikasi, Massa, Budaya.

Pendahuluan atlet sepakbolanya agar bisa berpartisipasi secara


Tidak dapat dipungkiri bahwa dewasa ini langsung pada kesempatan yang lainnya.
perkembangan olahraga sudah semakin pesat seiring Demikianlah pula bagi negara penyelenggara,
dengan semakin diterapkan ilmu pengetahuan dan keutungan finasial yang berlipat ganda akan mereka
teknologi dalam dunia keolahragaan. Olahraga sudah dapatkan dari ajang penyelenggaraan ini.
bergeser dari fungsi semula, tidak lagi sebagai
persembahan terhadap dewa-dewa seperti pada jaman Kerangka Teoritis
Yunani Kuno, tetapi mengarah pada pemiliharaann Peran Komunikasi Masa dalam Olahraga
dan peningkatan kebugaran, sebagai alat untuk Kalau menyimak uraian di atas sebetelnya ada
mencapai tujuan pendidikan, peningkatan sumber satu kata kunci yang membuat segala hal di atas dapat
daya manusia, prestise bahkan sebagai alat untuk terjadi, yaitu komunikasi. Begitu penting fungsi
menyampaikan pesan tertentu guna mempengaruhi komunikasi. Begitu tingginya kedudukan kumunikasi.
masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sehingga semua pihak berlomba-lomba menangkap
Kemal dan Supandi (1990) yang menjelaskan olahraga hal ini. Mereka ingin yang terdepan dan tercepat
telah berkembanng menjadi fenomena sosial yang dalam menyampaikan komukasi mereka, menguasai
terbesar di seluruh dunia, olahraga menjadi latihan, informasi berarti pula dengan mudah menguasaai
tontonan, pendidikan, mata pencaharian kesehatan dan masa.
kebugaran. Komunikasi pada hakekatnya adalah proses
Kenyataan yang dapat ditunjukkan sebagai yang dilakukan seseorang /kelompok/pihak tertentu
bukti bahwa olahraga sebagai fenomena social, melemperar lambang/idea yang ditujukan kepada
misalnya sewaktu persiapan menjelang kejuaraaan orang lain/kelompok lain/pihak lain. Dengan tujuan
dunia sepakbola, semua lapisan masyarakat agar terjadi persamaan pendapat di antara yang terlibat
penggemar sepakbola sibuk dengan tawaran jadwal komunikasi, di dalam mengartikan lambang/idea itu.
pertandingan yang akan ditayangkan oleh televisi- Komunikasi itu dapat dilakukan secara langsung,
televisi di dunia termasuk di Indonesia, demikian pula dengan atau tanpa media, dapat menggunakan media
berbagai perusahaan berlomba-lombba menawarkan massa dapat pula berlangsung secara rutin, tetapi
produk unggulannya. Bukan hanya alat olahraga saja, dapat pula secara tidak rutin. Pemilihan/penggunaan
tetapi sudah merambah ke berbagai produk seperti saluran/media disesuaikan dengan kebutuhan dan
eletronik, biro perjalanan dan wisata, pakaian, kaset tujuan dilakukannya komunikasi itu.
rekaman, makanan dan minuman, mobil dan lain Suherman (1975) memberikan definisi tentang
sebagainya. Eksploitasi besar-besaran dari moment ini komunikasi sebagai berikut: Bila kita melakukan
membutuhkan dana milyaran bahkan trilyunan yang komunikasi, kita mencoba membangunan persamaan
dikeluarkan dengan harapan trilyunan pula dengan seseorang. Kita mencoba tukar menukar
keuntungan yang didapat. informasi, idea atau sikap, intisari dari komunikasi
Fenomenan tersebut sudah barang tentu adalah terutama dalam mengartikan peran, sehingga
berpengaruh pada atlet, pelatih, manajer, bukan saja anatara penerimaan dan pengirim dapat mengartikan
langsung pada negara yang berpartisipasi pada final yang sama terhadap pesan itu.
sepakbola dunia atas tetapi juga pada negara dan Hovland. Lebih tegas lagi dalam
berbagai wilayah lainnya untuk bisa terus membina mengindentifikasi komunikasi, seperti dalam
ungkapannya adalah proses di mana seseorang

58 Soedirman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

(komunikator) mengirim rangsangan (biasanya berupa dasar yang ada harus menyesuaikan diri teori yang
lambang) dengan maksud untuk mengubah sikap menyatakan bahwa massa pada komunikasi massa
individu-individu yang lain (kominikan). adalah hiterogen dan terpencar diberbagai tempat,
Nampaknya pengertian komunikasi memang semakin lama semakin luntur dalam masyarakat dunia
sangat sederhana dan mudah dipahami, tetapi telah terbentuk yaitu masyarakat informasi yang
pelaksanaannya tidaklah semudah yang kita duga. Hal tinggal di satu tempat yaitu dunia fenomena ini yaitu
ini bisa apabila yang terlibat komunikasi memiliki dikatakan sebagai fenomena Global.
refensi yang berbeda, atau di dalam komunikasi Dalam pengertian di atas komunikasi massa
berjalan satu arah. Maka usaha untuk membentuk teleh terarah pada komunikasi menggunakan media
persamaan ini akan mengalami erosi atau massa moderen yang terbit atau disiarkan secara
penyimpangan arti sehingga apa yang dimaksud oleh periodik, seperti surat kabar, radio, televisi, internet
pengirim diartikan lain oleh penerima. Dalam hal dan lainnya. Ada bentuk komunikasi massa yang
yang seperti ini Susanto (1981) menyampaikan hal lainnya yang berbeda dari bentuk di atas akan tetapi
sebagai berikut karena itulah proses menjadi saling berhubungan, seperti wayang, lawakan, Ienong,
pengertian/isi pesan menjadi milik beersama hanyalah Sandiwara yang dalam pelaksanaan saling betatap
efektif bila disalurkan melalui dan memanfaatkan muka.
sistem nilai masyarakat yang bersangkutan. Komunikasi massa mempunyai hubungan
Bila menghendaki komunikasi berjalan dengan timbal balik dalam Olahraga. Artinya segala aktifitas
baik maka teknik-teknik yang digunakan dalam Olahraga melahirkan informasi yang harus
komunikasi juga harus dikuasai. Hal ini perlu disampaikan kepada massa.Demikian sebaliknya hasil
diperhatikan mengingat hampir seluruh kehidupan dari sebuah proses ini komunikasi massa dapat
manusia menggunakan komunikasi. Susanto (1981) membentuk masyarakat olahraga. Yang dimaksut
menyebutkan bahwa aktivitas manusia sehari-hari dalm komunikasi massa pada umumnya adalah
hampir 90% menggunakan komunikasi. pembaca surat kabar atau majalah, pendengar radio,
Komunikasi adalah dasar dari proses sosial penonton televisi, penyimak pamflek dan sebagainya.
dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mau tidak Mereka pada umumnya memiliki sifat-sifat:
mau akam menimbulkan pengaruh pada semua proses a.Banyak jumlahnya
sosial, dan berakhir pada bentuk, perilaku dan adat b.Tidak saling kenal
kebiasaan. Di dalam komunikasi maka terjadilah c.Heterogen
sebenarnya proses penyesuaian diri manusia dengan d.Tidak terorganisir
situasinya, sebagaimana juga usaha menguasaaii e.Tidak kenal dekat dengan komunikasi
keadaan; karena itulah maka manusia berkomunikasi. f.Tidak dapat memberi umpan balik secara langsung
Menurut Laswell proses komunikasi dapat dijabarkan (Wahyudi,1986)
dengan menjawab pertanyaan di bawah ini. Dengan memilih sifat di atas maka media masa
a. Who: unsur yang terdapt pada sumber atau yang efektif apabila memiliki karakteristik sebagai
komunikasi berikut:
b. Says what : terdapat pada isi pesan (massages) a.Bersifat umum
c. In Which Channel : terdapat pada sarana/media b.Bisa diterima masyarakat yang hiterogen
d. To Whom : terdapat pada sasaran (komunikan) c.Lepas dari hubungan kepribadian
e. With what effect : terdapat pada pengaruh yang d.Menimbulkan kesamaan
ditimbulkan. Olahraga sebagai fenomena social akan mudah
dalam memenuhi karakteristik di atas oleh karena itu
Jenis Komunikasi olahraga akan mudah menunjang keberhasilan
Komunikasi dalam prakteknya mempunyai komunikasi massa.
beberapa jenis, yaitu:
1. Komunikasi antar pribadi Pengaruh Sosial Olahraga .
2. Komunikasi kelompok bukan massa Philips (1993) Memaparkan berbagai alasan
3. Komunikasi massa mengapa seseorang memberi perhatian dan
Dalam penerapannya di lapangan berbagai jenis berpartisipasi dalam olahraga. Hal ini yang
komunikasi ini untuk mendapatkan hasil yang menyebabkan oahraga bisa berkembang dan populer
dikehendaki perlu dipilih media/sarana yang dipakai. antara lain karena faktor wilayah (seperti bola voli,
Jadi disini si komunikator harus pandai-pandai dalam polo air, hoki). Ada juga yang tergantung pada kondisi
memiliki saluran yang dipakai. Jadi disini si geografis (seperti ski dipergunungan alpi, surving
komunikator harus pandai-pandai dalam memilih layar) ada yang terbatas karena faktor ekonomi
paluran yang dipakai. misalnya (seperti dayung) ada pula yang menyangkut
Saat ini telah berlangsung revolusi komunikasi masalah rasional/kelompok etnis tertentu (seperti: bola
perubahan-perubahan tengah terjadi dan teori-teori basket, judo, kempo, pencak silat).Dalam

Soedirman 59
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

perkembangan olahraga juga merupakan refleksi dari Seiring dengan pergeseran nilai kegiatan
unsur-unsur (etnis, ekonomi, rasial dan jenis olahraga pada masyarakat moderen berubah fungsi
kelamin/gender) yang menjadi karakteristik sosial untuk hal-hal sebagai berikut:
masyarakat. Dengan perbedaan-perbedaan sosial a.Olahraga sebagai tujuan sebagai kelangsungan hidup
tersebut, olahraga juga membentuk berbagai secara moderen
perbedaan sosial bagi pelakunya.
b.Olahraga sebagai tujuan kegembiraan
Sebagai bagian dari fenomena sosial olahraga
mempunyai andil yang besar dalam membentuk c.Olahraga sebagai tujuan prestasi
karakter masyarakat di suatu tempat atau di suatu Dari ketiga fungsi di atas olahraga berkembang
daerah. Olahraga juga berkembang seiring dengan ditengah-tengah dinamika masyarakat. Dengan
perkembangan karakter sosial suatu wilayah tertentu pergeseran fungsi di atas bukan berarti nilai olahraga
berdasarkan tnis, ekonomi, rasial, dan geografis akan pudar. Sebab hal tersebut semata karena tuntutan
tertentu. Dengan media olahraga suatu pesan atau ide perkembangan jaman. Sehingga olahraga dituntut
tertentu akan dapat dan mudah ditangkap oleh untuk bisa terus menyesuaikan diri dengan arus
masyarakat.dari pandangan sosiologi olahraga itu perkembangan. Hal tersebut dimaksudkan agar
tidak lain merupakan suatu interaksi antar individu olahraga tetap merupakan bagian dari fenomena sosial
dalam situasi rasional yang kedudukannya ada di
dan tak pernah lepas sedikitpun dengan masyarakat.
antara rentangan bekerja dan bermain. Secara tegas
Luscher (1967) menyatakan, bahwa olahraga adalah Agar olahraga bisa besemayam terus di dalam
kegiatan rasional yang mengandung permainan dinamika masyarakat. Danisworo (1997)
dengan imbalan yang bersifat ekstrinsik menggambarkan fungsi olahraga bagi masyarakat
modern adalah sebagai berikut:

Budaya dan Olahraga


Huky (1986) menyatakan, bahwa kebudayaan SPORTS
merupakan kebulatan yang komplek dari (AS MODERN URBAN CULTURE)
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
kebiasaan dan kapabilitas serta kebiasaan lainnya yang
diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan sebagai pola tingkah laku yang selalu
berubah tingkah laku itu dipelajari dan dapat ORGANIZED PLAY SPONTANEOUS
menghasilkan sikap, nilai, pengetahuan dan obyek- (GAMES)

obyek materi yang disebarkan dan di alihkan di antara


anggota masyarakat. Selain hal yang disebutkan di
atas kebudayaan juga mempunyai ciri-ciri seperti:
a. Kebudayaan dapat memuaskan COMPETITIV NON- CASUAL
b. Kebudayaan bersifat adaptif. E COMPETITIVE
c. Kebudayaan bersifat adadtif
d. Kebudayaan merupakan abtraksi kenyataan dasar
manusia, yaitu tingkah laku manusia dan hasil- Physical contest
- - Walking
hasilnya Marching
-
- Group Physical
Jogging
Budaya suatu tempat sangat berpengaruh Exercise: - Bicycling
terhadap perkembangan olahraga, karena karakteristik - Aerobics - Hiking

karena karakteristik budaya yang ada dengan - Tai chi

sendirinya mewarnai kegiatan suatu tempat. Pada


zaman dahulu orang dalam mempertahankan
kehidupan sangat dituntut untuk selalu beraktivitas REQUIRE APPROPRIATE (URBAN)
seperti berburu maupun mempertahankan diri dari FACILITIES

ancaman binatang buas dan bencana alam. Dengan


keadaan seperti itu manusia dituntut untuk dapat
berlari, memanjat, melempar, melompat, berenang,
dan lain-lain

60 Soedirman
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Daftar Pustaka Laswell,H.D (1949) The aet oc Communication.


Albig, W (1939) Public Opinio. ist ed: New York and Yrban : The University of IIIionis Press.
London, Tenth Impression Philips, J.C (1993) Sociology of Sport. Boston, Allyn
Danisworo, M (1997) Spontaneous Sport as a Non and Bacon: University of the Pacific.
physical Component of Urban Design, Schramm, W (1965) The Press and Effect of Mass.
Jakarta Scientific Seminar of the 19 th. SEA Communication Urbana: University of
GAMES Susanto, A.S (1981) Inti Filsafat Komunikasi,
Hovland, C.I (1953) Social Communication, Reader in Pendidikan dan Perkembangan Komunikasi
Public Opinion and Communication, Illionis Massa: Jakarta, FISS. UI.
Huky (1986) Pengantar Sosiologi, Surabaya: Usaha Wahyudi, J.B (1986) Media Komunikasi Massa
Nasional televisi, Bandung: PT. Alumni
Kemal dan Supandi, J (1990) Pengantar Sosiologi
Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Soedirman 61
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA


MELALUI OLAHRAGA

Saifuddin*)

Abstrak: character building atau pembentukan karakter bangsa adalah suatu ide bahwa setiap indifidu
manusia memiliki ciri watak pribadi yang dicerminkan dari budi pekerti atau nilai jiwanya yang luhur. Di
saat banyak orang membicarakan carut-marutnya kehidupan bermanyarakat dan kenegaraan dewasa ini,
ada baiknya kita menengok kembali dan belajar dari fenomena olahraga. Sepanjang sejarah, olahraga
telah membuktikan dirinya sebagai intrumen yang efektif bagi kemanusiaan. Tidak saja bagi upaya
mewujudkan perdamaian, tapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Rasanya
sulit menemukan sebuah event yang mengundang dan menyita perhatian banyak orang dari berbagai
belahan dunia selain olahraga. Sejarah membuktikan bahwa olahraga sanggup memelihara suasana
persahabatan dalam hitungan abad. Ketika dunia politik masih belajar demokrasi, dan egariter. Takkala
dunia manajemen memerlukan berbagai regulasi dan etika tertulis, olahraga lancar-lancar saja hanya
dengan kesepakatan, dan kelaziman.Olahraga pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan. Sudah tentu, ini
tidak dimaksudkan untuk melakukan simplifikasi. Tapi setidaknya, esensi-esensi dasar dari kehidupan
manusia dalam keseharian dapat kita temukan dalam olahraga.

Kata kunci: Membangun, Karakter, Olahraga

Pendahuluan membuahkan komplik antara kelompok satu dengan


Sejak tahun 1998, angin reformasi telah yang lain yang akan mengganggu rasa persatuan dan
menghembuskan oleh sejumlah kalangan yang kesatuan bangsa. Implikasi lebih lanjut juga akan
dimotori mahasiswa. Reformasi dimaksudkan untuk menggangu stabilitas nasional yang merupakan
melakukan perubahan kearah kebaikan yang dilakukan prasyarat penting berlangsungnya proses
secara gradual dan Lega. Era reformasi telah menbawa pembangunan.jangan sampai terjadi gerak reformasi
bangsa Indonesia menuju masa transisi-demokratis; justru semakin menjauhkan bangsa ini mencapai
dari kondisi sebelumnya yang represif dan opresif tujuan dan cita-cita.
menuju sebuah kondisi yang memungkinkan setiap Gejala perubahan sikap dan perilaku yang
warga negara berekspresi secara bebas dan cenderung menyimpang dari kepentingan nasional,
berdinamis. Dalam masa transisi, biasanya juga perlu dicermati dan diorientasi melalui pembinaan
menjadi proses traspormasi nilai-nilai yang begitu yang sistematik dan berkelanjutan dengan
cepat yang tidak jarang menimbulkan dampak negatif. memperhatikan kondisi internal dan eskternal bangsa
Tentunya kita tidak menginginkan bahwa dengan Indonesia secara menyeluruh. Pembinaan pribadi
reformasi malah menyebabkan bangsa ini manusia Indonesia tersebut diarahkan kepada
menyebabkan kemunduran. peningkatan rasa persatuan dan kesatuan bangsa
Kekhawatiran tersebut bukanlah tanpa alasan. dalam rangka memperkokoh stabilitas nasional.
Tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
bernegara setelah bergulirng nya reformasi justru dan bernegara yang dinamik, komplik yang terjadi
menunjukkan adanya kecenderungan yang antara yang satu dengan yang lain atau kelompok yang
memperihatinkan, terutama terkait dengan sikap dan satu dengan yang lain adalah hal yang wajar. Namun
perilaku kita sebagai bangsa yang beradap. perlu dijaga agar komplik kepentingan tersebut jangan
Kepribadian bangsa yang terkenal menjunjung tinggi sampai berkembang menjadi komplik yang mengarah
moral dan etika terkikis oleh sikap dan perilaku yang pada perpecahan yang pada akhirnya mengancam
mementingkan kepentingan pribadi atau kelompok persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam upaya
ketimbang kepentingan bangsa dan negaraa KKN mengatasi setiap komplik yang terjadi, diperlukan
(Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) yang di era orde kedewasaan semua pihak dalam bersikap dan
baru dikritik habis-habisan, bukan berarti di era berprilaku, baik dalam tataran supratur pemegang
reformasi semakin berkurang .Di era otonomi, hingga kekuasaan, di lingkungan formal dan informal.
dewasa ini terdapat kecenderungan gejolak KKN Kearifan dan kebijakan yang didasari pada pola
justru terdistribusi secara meluas. tingkah laku yang bermoral sesuai dengan tata
Kondisi yang demikian perlu dicermati secara kehidupan yang mengutamakan kepentingan bangsa
seksama agar perubahan yang kita kehendaki tidak dan negara menjadi faktor penting untuk mewujutkan
bergerak kearah yang salah. Reformasi justru persatuan dan kesatuan bangsa.

62 Saifuddin
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Dalam melaksanakan reforasi, bangsa Takkala dunia manajemen memerlukan berbagai


Indonesia memerlukan sikap dan perilaku yang regulasi dan etika tertulis, olahraga lancar-lancar saja
bersumber dari nilai-nilai sosial budaya hanya dengan kesepakatan, dan kelaziman.
kemasyarakatan bangsa Indonesia sendiri.nilai-nilai Olahraga pada hakikatnya adalah miniatur
tersebut pada hakikatnya telah terkristalisasi didalam kehidupan. Sudah tentu, ini tidak dimaksudkan untuk
sila-sila pancasila dan juga dilegalisasikan dalam melakukan simplifikasi. Tapi setidaknya, esensi-esensi
pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena dasar dari kehidupan manusia dalam keseharian dapat
itu, dalam upaya meningkatkan persatuan dan kita temukan dalam olahraga. Ambil contoh misalnya,
kesatuan bangsa guna memperkokoh stabilitas persaingan sepanjang kehidupan, seolah manusia itu
nasional, upaya-upaya pembinaan pribadi manusia ditakdirkan untuk saling bersaing menjadi yang
Indonesia perlu terus dilakukan, terutama bagi terbaik. Mulai awal proses terjadinya manusia,
generasi yang akan tampil sebagai pembimbing persaingan sudah nampak. Lihatlah bagaimana sel
nasional di masa depan. Bagaimanapun eksistensi sperma bersaing dengan jutaan sel seperma untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus membuahi sel telur. Mereka bersaing, berkompetisi
tetap dipertahankan.NKRI akan tetap kokoh jika setiap untuk menjadi yang terkuat dan tercepat untuk
manusia Indonesia mempunyai kualitas pribadi yang menembus sel telur. Esensi juga akan terjadi ketika
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, memegang anak manusia memasuki sekolah, mendapatkan
teguh tradisi bangsa yang luhur, dan mengutamakan pekerjaan, meraih jabatan, dan lain sebagainya.
kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau Pendek kata, persaingan menjadi sesuatu yang tak bisa
golongan. dihindarkan dalam kehidupan manusia, dan esensi
Gejala disentegrasi bangsa sebagai akibat tersebut menjadi ciri utama dari olahraga, yaitu
keinginan beberapa daerah ingin memisahkan diri kompetitif.
NKRI dan meningkatnya komplik horizontal Barangkali dalam keseharian adalah hal biasa,
dikalangan kelompok masyarakat tampaknya masih yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana ketika
saja terjadi.seakan berita negatip selalu menyelimuti, orang atau sekelompok orang berkompetisi dilakukan
apakah tawuran pelajar, penggunaan obat-obat secara fail, matuatuhi aturan main yang ada, dan
terlarang sampai pada pergaulan bebas.semua menjunjung tinggi nilai moral dan keadilan. Dalam
itu,sangat boleh jadi disebabkan oleh terdegradasinya kaitan ini, saya ingin memberi contoh klasik dalam
nilai-nilai luhur dan karakter kemanusiaan disebagian dunia olahraga. Marilah kita ingat kembali bagaimana
masyarakat kita. seorang Eugenio Monti, atlit kereta luncur (bobsled)
Jika kita membayangkan carut marutnya menunjukkan perilaku sebagai kompetitor
persoalan bangsa, seolah kita pesimis akan masa sejati.Ketika itu, tahun 1964 diselenggaran olimpiade
depan bangsa ini. Namun,sebagai bangsa yang besar musim dingin di Austria. Monti telah selesai
kita harus tetap optimis bahwa kita mampu mengatasi melakukan giliran luncuran yang terakhir dengan
persoalan-persoalan bangsa yang sekarang ini sedang catatan waktu yang sangat menakjubkan. Ia akan
terjadi. Dibutuhkan keyakinan yang kuat dan kerja dipastikan menjadi juara anda saja lawan terakhir nya,
keras dari semua pihak untuk bisa cepat keluar dari Tony Nash, tidak berhasil melampaui catatan waktu
kerisis. Indonesia kedepan menjadi indonesi yang yang dibuatnya. Menjelang tampil nya Nash, tersiar
mandiri ,bersatu, demokratis, berkeadilan dan hidup kabar ada bagian onderdil, dari kereta Nash yang
dalam suasana penuh kedamaain. rusak yang bisa jadi akan mempengaruhi terhadap
prestasinya. Mendengar kabar itu Monti mencopot
Kerangka Teoritis bagian tersebut dari kereta nya dan kemudian
Belajar dari Fenomena Olahraga mengirimkannya kepada Nash. Nash kemudian
Di saat banyak orang membicarakan carut- melakukan giliran nya dan sampai garis fionis dengan
marutnya kehidupan bermanyarakat dan kenegaraan menciptakan rekor baru serta memenangkan medali
dewasa ini, ada baiknya kita menengok kembali dan emas.
belajar dari fenomena olahraga. Sepanjang sejarah, Perilaku yang ditunjukkan oleh Monti jelas
olahraga telah membuktikan dirinya sebagai intrumen memperlihatkan semangat kompetitor sejati.Andai
yang efektif bagi kemanusiaan. Tidak saja bagi upaya saja ia berorientasi pada kemenangan, bisa saja ia
mewujudkan perdamaian, tapi juga penghormatan tidak memberikan orderdil tersebut, dan ia tau betul
terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. resikonya.Tapi,atlit dari Italia tersebut berpendirian
Rasanya sulit menemukan sebuah event yang bahwa tidak ingin menang di atas ketidak berdayaan
mengundang dan menyita perhatian banyak orang dari lawan dan memilih memberi kesempatan yang sama
berbagai belahan dunia selain olahraga. Sejarah kepada lawan nya. Ia tidak menginginkan
membuktikan bahwa olahraga sanggup memelihara kemengangan murahan, perbuatan Monti tersebut jelas
suasana persahabatan dalam hitungan abad. Ketika menunjukkan betapapun kita bersaing-kompetisi-
dunia politik masih belajar demokrasi, dan egariter. semua nya perlu dilakukan secara fail. Karena itu, tak

Saifuddin 63
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

heran bila Monti dianugrahi International Fail Play diikut Ganefo pada tanggal 8 November 1963, bahwa
untuk pertama kalinya. harga diri seseorang bukan dari keturunan, kasta, atau
Pada tanggal 2 November 1962 berlangsung yang lain, tetapi dari budi pekerti atau karakter yang
pertandingan sepak bola babak final liga spanyol luhur dan mulia. Lebih lanjud dijelaskan bahwa
antara Real Madrid vs Sabadell. Walaupun kedaulata rakyat (demokrasi) adalah sebagai karakter
pertanndinga sudah berlangsung 50’belum juga terjadi bangsa Indonesia. Setiap orang memiliki hak dan
gol.Pedro Zabadell, sayap kanan Sabadell ketika ia kesempatan yang sama. Ia juga memiliki kebebasan
mendapat peluang untuk mencetak gol kegawang Rel untuk mengekspresikan hak-haknya. Tapi perlu segera
kenyataan nya, memerlukan disiplin, toleransi dan
Madrid, tapi pada saat yang bersamaan terjadi
bertindak. Dan, dalam konteks yang demikian,
benturan yang sangat keras diantara pemain belakang
olahraga sangat membantu dalam pengembangan,
Real Madrid sendiri yaitu antara kipper dan beck yang pemupukan, serta pemeliharaannya.
menyebabkan cedera berat hingga pingsan. Dengan Olahraga mengajarkan pada seseorang akan
satu sontekan kaki saja, gol dipastika terjadi, tapi itu kedisiplinan, jiwa sportivitas, tidak mudah
tidak dilakukan oleh Zaballa. Ia memilih memberikan menyerah,mempunyai jiwa kompetitif yang tinggi,
bola itu kepada pemain lawan dengan pelan. Setelah semangat bekerja sama, mengerti akan adanya aturan,
pertandingan berakhir, dan dimenangkan oleh Real berani mengambil keputusan. Pendek kata, olahraga
Madrid 1-0, penonton sejumlah 80.000 orang ketika akan membentuk manusia dengan kepribadian yang
itu memberi sorak kepada Zaballa. Zaballa sendiri sehat.Ini relevan dengan pemikiran Baron Piere de
menyatakan bahwa ia menuruti kata hatinya untuk Coubertin, penggagas Olympiade moderen bahwa
tidak membuat gol dalam suasana ketidak berdayaan tujuan olahraga terletak pada fungsinya.
lawan. Maka juga tidak heran, bila perbuatan yanga Olahraga juga membina manusia menuju
mulia tersebut membawa Zaballa dianugrahi kesempurnaan seperti tercermin dalam
International Fail Play, motto.Citius,Altius,Fortius,telah diakui dunia sebagai
Ditengah carut-marutnya kehidupan berbangsa gerakan Olympiade (Olympic Movement). Citius,
dan bernegara sekarang ini, dimana sekarang ini sesungguhnya tidak hanya diartikan sebagai lebih
semua orang bersaing merebut kekuasaan, jabatan, cepat atau tercepat, seperti terekam pada prestasi
pengaruh, dan lainnya. Rasanya diperlukan orang- seseorang atlik dalam berlari, namun makna
orang seperti Monti dan Zaballa. Orang-orang yang sesungguh nya mnunjukkan kualitas mental seseorang
mampu mengambil keputusan lebih cepat dan lebih
tidak haus dengan kekuasaan dengan menghalalkan
cerdas. Makna Altius,bukan pengertian lebih tinggi
segala cara demi meraih kemenangan. Orang-orang atau tertinggi mencapai prestasi, misalnya lompat
sepak terjangnya, menjungjung tinggi nilai-nilai moral tinggi atau lompat galah dalam atletik, namun merujuk
kemanusiaan. Tapi tentu, untuk mewujudkan semua pada moral yang lebih luhur atau mulia. Demikian
itu, diperlukan individu-individu yang berkarakter dan pula Fortius,bukan pengertian lebih kuat atau terkuat
memegang teguh nilai-nilai kebangsaan. Dalam terkuat dalam prestasi olahraga angkat berat misalnya,
konstek inilah, olahraga menjadi bagian penting, tetapi menunjukan kualitas pribadi ytang lebih ulek
sebagai salah satu instrumen pembentukan nilai dan dan tangguh.
karakter kebangsaan. Tabel 1. Sejumlah ketrampilan dan nilai yang dapat
dipelajari melalui olahraga
No Ketrampilan/Nilai No Ketrampilan/Nilai
Bagaimana Olahraga Mampu Membentuk
Karakter 1 Kerjasama 13 Fair play
Ungkapan bijak “Sport build character” 2 Komunikasi 14 Sharing
telah ada sejak zaman Yunani kuno. Ia telah menjadi 3 Patuh pada aturan 15 Harga diri
sebuah credo dan keyakinan sejarah dari waktu 4 Memecahkan 16 Kepercayaan
kewaktu. Di awal kemerdekaan, Bung Karno masalah 17 Kejujuran
menggunakan Spirit ungkapan tersebut untuk 5 Pengertian 18 Penghormatan diri
membangkitkan kemandirian Bangsa
6 Keterjalina 19 Toleransi
Indonesia.Menurut Bung karno “ kita bukan saja
membentuk suatu bangsa yang bersatu, namun suatu 7 Kepemimpinan 20 Kegembiraan
bangsa yang bersatu dan berkarakter. Dan Olahraga 8 Hormat pada orang 21 Kerja sama
adalah komponen mutlak dari proses pembentukan lain 22 Disiplin
karakter itu” 9 Kerja keras 23 Percaya diri
Istilah character building atau pembentukan 10 Meraih kemenangan
karakter bangsa adalah suatu ide bahwa setiap indifidu Belajar dari
manusia memiliki ciri watak pribadi yang dicerminkan 11 kekalahan
dari budi pekerti atau nilai jiwanya yang luhur dan 12 Mengelola
mulia. Di gambarkan oleh Bung karno, pada saat persaingan
memberikan amanat kepada olahragawan yang akan

64 Saifuddin
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Olahraga merupakan sekolah kehidupan olahraga,mereka yang terjun dalam sepak bola kasus
(school for life).Sejumlah ketrampilan dan nilai penggunaan obat-obat terlarang lebih tinggi
merupakan pondasi perkembangan penyeluruhan dari dibandingkan cabang olahraga yang lain.
para pemuda dapat dipelajari melalui kegiatan 4. Integrasi Sosial
bermain, pendidikan jasmani dan olahraga Ketika Umumnya anak-anak dan remaja tidak terlalu “
sekelompok orang bermain sepak bola, misalnya betah” tinggal di institusi-institusi sosial seperti
mereka bukan hanya sekedar mengiring dan rumah, sekolah,tetangga,dan tempat ibadah. Sebagian
menendang bola.Hakikat nya mereka belajar bekerja besar waktunya dicurahkan bersama teman dan
sama, mengatasi rintangan, memecahkan masalah,dan kelompoknya, sehingga terkesan ekslusif.Kegiatan
mencapai tujuan. Karena itu, tidak mengherankan jika olahraga memberi kesempatan yang baik bagi
sejak tahun 2000, di Zimbabwe telah dikembangkan remaja,baik lelaki maupun wanita untuk terintegrasi
Youth Education Through Sport (YES) di 10 dalam jaringan sosial dan mengembangkan
propinsi.sebuah program olahraga dan pendidikan dari kepercayaan sosial (social coomfidence).Studi yang
pemuda untuk pemuda yang bertujuan untuk dilakukan Brettcneider (1998) menunjukan bahwa
mengembangkan kepribadian pemuda termasuk remaja umumnya membutukan integrasi dengan yang
didalam nya pembentukan disiplin, harga diri, kerja lain dan membutukan hubungan sosial,tidak saja dari
sama, toleransi, kejujuran dan rasa hormat terhadap kelompoknya melaiankan juga dari kelompok dan
orang lain.Setiap partisipan harus membuat komitmen institusi yang lain.Dalam hal yang demkian,kegiatan
untuk tinggal disekolah dan menjadi suka relawan olahraga menjadi media yang efektif.
dimasyarat. Mereka mensosialisasikan sejumlah Pertanyaan yag sekarang,bagaimana komitmen
kecakapan hidup (life skills) kepada para pemuda kita untuk membangun olahraga? Krisis ekonomi
melalui tutor sebaya atau model sering kali digunakan sebagai justifikasi.Kemajuan
Pada bagian akan mengemukakan beberapa ekonomi sesungguhnya tidak selalu merupakan factor
hasil riset terkait dengan pengaruh aktifitas olahraga yang dapat dijadikan ukuran bahwa pemerintah
terhadap beberapa dimensi kepribadian. memberikan perhatian terhadap olahraga. Contoh,
1. Olahraga dan Konsep Diri (self-concept) Taiwan yang penduduk nya yang rata-rata melebihi
Kebanyakan studi menyatakan bahwa ada inggris dan beberapa negara barat, namun hanya 3
hubungan yang positif antara keterlibatan dalam persen dari Gross Domestic Bruto (GDB) yang
olahraga dengan perkembangan identitas remaja dialokasi untuk pendidikan (dan pendidikan jasmani
(Biddle,Sallis,&Cavill, 1998).Mereka yang terlibat dan olahraga termasuk didalamnya). Negara-negara di
aktif dalam aktifitas olahraga menunjukan tingkat Afrika seperti Kenya, Kamerun dan sebagainya
kepercayaan diri (self-confidence) yang lebih tinggi memberikan perhatian besar terhadap olahraga bukan
dibandingkan mereka yang tidak terlibat. karena kemajuan ekonomi.
Ketika para remaja terlibat dalam olahraga Demikian pula, kondisi politik suatu negara
kompetitif,ternyata mereka menunjukkan konsep diri tidak selalu menjadi tolok ukur utama untuk
yang lebih positif dibandingkan mereka yang tidak menjelaskan besarnya perhatian pemerintah terhadap
terlibat dalam olahraga kompetitif (Brettscneider & olahraga seperti Argertina, dan Brazir, yang dalam
Klimek, 1998; Richartz &Brettscneider, 1996).Konsep situasi krisis politik justru perhatiannya terhadap
diri yang positip tampak tidak hanya dalam dimensi olahraga tetap tinggi.Pemerintah menyediakan fasilitas
fisik,tetapi juga sosial, dan yang lebih surprise adalah olahraga agar olahraga khususnya sepak bola agar
pengaruhnya pada perkembangan intelektual. menjadi budaya dalam masyarakat nya. Dengan
2.Kemampuan Mengatasi Stress (coping with sresss) demikian sesungguh nya yang diperlukan adanya
Sebagaimana di maklumi bahwa kehidupan “political will” dan” political ation” dari semua pihak.
remaja sangat rentan terhadap persoalan-peroalan Berdasarkan pernyataan empirik olahrara dapat
psikososial,seperti godaan terhadp penggunaan obat- digunakan sebagai intrumen untuk
obat terlarang,minuman keras, pergaulan bebas, dan melakukan”rekayasa social” dalam rangka
penyakit sosial lainya.Hasil studi membuktikan bahwa pembentukan nilai dan karakter manusia
remaja yang terlibat dalam aktivitas fisik lebih Indonesia.Olahraga juga merupakan alat untuk
memiliki ketahanan dan mampu mengatasi sressor mengembangkan idealisme yang mengandung pesan
dari lingkungan (Brinkhoff,1998) perdamaian, kebebasan dan persaudaraan sebagai
3. Penyimpangan Perilaku Remaja landasan tatanan Indonesia baru.
Hasil studi (Biddle,Sallis,&Cavill, 1998) Pembanguna berakhir pada muara yang sama
menyatakan bahwa remaja yang aktif dalam olahrara yaitu membangun tatanan dunia baru,bagian dari
penyimpanga perilakunya lebih kecil dibandingkan nation and character building yang dikenal dengan
mereka yang tidak berpatisipasi dalam nasionalisme dan spirit mengabdi dalam kehidupan.
olahraga.Meskipun demikian, dalam studi tersebut
juga dikemukakan bahwa diantara beberapa cabang

Saifuddin 65
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Kesimpulan Daftara Pustaka


Olahraga adalah sebagai alat untuk membina Mutohir, T.C & Lutan (2001) Olahraga dan
karakter manusia, banyak studi mengatakan ada transformasi Nilai. Olahraga dan etika fair
hubunga positif antara keterlibatan dalam olahraga play. Jakarta: Direktorat Jenderal
dengan perkembangan identitas remaja. Mereka yang Olahraga-Departemen pendidikan
terlibat dalam aktifitas olahraga memperlihatkan Nasional.
tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi disbanding Maksum, A., dkk., (2004) Pengkajian Sport
merka yang tidak telibat. Ketika remaja terlibat dalam Development Index (cetakan I). Surabaya:
olahraga kompetitif mereka menunjukan dirinya lebih University press.
Maksum,A (2002) Reaktualisasi Gagasan Baron
kuat hubungan sosial nya dari pada orang yang tidak
Pierre de Coubertin dalam konteks
terlibat dalam olahraga. Dan olahraga mampu
Olahraga Kekinian: Mengkaji ulang hasil
mengatasi stres yang ada. Dengan olahraga mereka Akademi Olympik ke 5 di Kuala Lumpur.
bisa menjalin kerja sama, kedisiplinan, toleransi, dan Vries,L,A (2003). Strategy for People Empowering
rasa hormat kepada orang lain. and Building Capacity for Acceerlating
local development through sport: Typical
issue in asia.Paper presented in
International Conference on sport and
sustainable Development. Yokyakarta,
September 2003.

66 Saifuddin
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

KARBOHIDRAT SEBAGAI PENGHASIL ENERGI

Nyak Amir*)

Abstrak: character building atau pembentukan karakter bangsa adalah suatu ide bahwa setiap indifidu
manusia memiliki ciri watak pribadi yang dicerminkan dari budi pekerti atau nilai jiwanya yang luhur. Di
saat banyak orang membicarakan carut-marutnya kehidupan bermanyarakat dan kenegaraan dewasa ini,
ada baiknya kita menengok kembali dan belajar dari fenomena olahraga. Sepanjang sejarah, olahraga
telah membuktikan dirinya sebagai intrumen yang efektif bagi kemanusiaan. Tidak saja bagi upaya
mewujudkan perdamaian, tapi juga penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Rasanya
sulit menemukan sebuah event yang mengundang dan menyita perhatian banyak orang dari berbagai
belahan dunia selain olahraga. Sejarah membuktikan bahwa olahraga sanggup memelihara suasana
persahabatan dalam hitungan abad. Ketika dunia politik masih belajar demokrasi, dan egariter. Takkala
dunia manajemen memerlukan berbagai regulasi dan etika tertulis, olahraga lancar-lancar saja hanya
dengan kesepakatan, dan kelaziman.Olahraga pada hakikatnya adalah miniatur kehidupan. Sudah tentu, ini
tidak dimaksudkan untuk melakukan simplifikasi. Tapi setidaknya, esensi-esensi dasar dari kehidupan
manusia dalam keseharian dapat kita temukan dalam olahraga.

Kata kunci: Karbohidrat, Penghasil,Energi

Pendahuluan di dalam susu. Pada tumbuh-tumbuhan, karbohidrat di


Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat bentuk dari basil reaksi CO2 dan H2O melalui proses
gizi yang fungsi utamanya sebagai penghasil enersi, foto sintese di dalam sel-sel tumbuh-tumbuhan yang
dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. mengandung hijau daun (klorofil). Matahari
Walaupun lemak menghasilkan enersi lebih besar, merupakan sumber dari seluruh kehidupan, tanpa
namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari- matahari tanda-tanda dari kehidupan tidak akan
hari sebagai bahan makanan pokok, terutama pada dijumpai.
negara sedang berkembang. Di negara sedang
berkembang karbohidrat dikonsumsi sekitar 70-80% Kerangka Pemikiran
dari total kalori, bahkan pada daerah-daerah miskin Fungsi karbohidrat
bisa mencapai 90%. Sedangkan pada negara maju Karbohidrat mempunyai peranan penting dalam
karbohidrat dikonsumsi hanya sekitar 40-60%. Hal ini menentukan karakteristik bahan makanan, seperti rasa,
disebabkan sumber bahan makanan yang mengandung warna dan tekstur.
karbohidrat lebih murah harganya dibandingkan Fungsi karbohidrat di dalam tubuh adalah:
sumber bahan makanan kaya lemak maupun protein. 1. Fungsi utamanya sebagai sumber enersi (1 gram
Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia karbohidrat menghasilkan 4 kalori) bagi kebutuhan
(beras, gandum, jagung, kentang dan sebagainya), sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat
serta pada biji-bijian yang tersebar luas di alam. diubah langsung menjadi enersi untuk aktifitas
Definisi tubuh, clan sebagian lagi disimpan dalam bentuk
Secara umum definisi karbohidrat adalah glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan
senyawa organik yang mengandung atom Karbon, tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya
Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur dapat menggunakan enersi yang berasal dari
Hidrogen clan oksigen dalam komposisi menghasilkan karbohidrat saja.
H2O. Di dalam tubuh karbohidrat dapat dibentuk dari 2. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai
beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol penghasil enersi.
lemak. Akan tetapi sebagian besar karbohidrat Kebutuhan tubuh akan enersi merupakan prioritas
diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi pertama; bila karbohidrat yang di konsumsi tidak
sehari-hari, terutama sumber bahan makan yang mencukupi untuk kebutuhan enersi tubuh dan jika
berasal dari tumbuh-tumbuhan. tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau
Sumber karbohidrat nabati dalam glikogen cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh,
bentuk glikogen, hanya dijumpai pada otot dan hati maka protein akan menggantikan fungsi
dan karbohidrat dalam bentuk laktosa hanya dijumpai karbohidrat sebagai penghasil enersi. Dengan

Nyak Amir 67
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

demikian protein akan meninggalkan fungsi habis selama masa puasa yang lama (15 jam) dan
utamanya sebagai zat pembangun. Apabila dapat menyimpan 490 mmol glikogen dengan diet
keadaan ini berlangsung terus menerus, maka campuran sampai 60 mmol glikogen dengan diet
keadaan kekurangan enersi dan protein (KEP) rendah karbohidrat. Konsumsi makanan tinggi
tidak dapat dihindari lagi. karbohidrat dapat meningkatkan glikogen kurang lebih
3. Membantu metabolisme lemak dan protein dengan 900 mmol. Namun karena simpanan glikogen hati ini
demikian dapat mencegah terjadinya ketosis dan sifatnya labil, disarankan agar latihan yang lama
pemecahan protein yang berlebihan. dilakukan 1-4 jam setelah makan makanan sumber
4. Di dalam hepar berfungsi untuk detoksifikasi zat- karbohidrat yang terakhir. Jika latihan yang lama
zat toksik tertentu. dilakukan pada pagi hari setelah puasa semalam, maka
5. Beberapa jenis karbohidrat mempunyai fungsi diet tinggi karbohidrat harus dikonsumsi pada tengah
khusus di dalam tubuh. Laktosa rnisalnya malam.
berfungsi membantu penyerapan kalsium. Ribosa
merupakan merupakan komponen yang penting Faktor Yang Mempengaruhi Simpanan Glikogen
dalam asam nukleat. Otot
6. Selain itu beberapa golongan karbohidrat yang tidak 1.Jumlah karbohidrat
dapat dicerna, mengandung serat (dietary fiber) Berdasarkan berbagai penelitian terlihat bahwa
berguna untuk pencernaan, memperlancar defekasi. kecepatan simpanan glikogen yang maksimal terjadi
ketika 0,7-1,0 g/kg BB karbohidrat dikonsumsi setiap
2 jam pada tahap awal proses pemulihan, atau total
Mekanisme Penyediaan Dan Penggunaan asupan karbohidrat 8-10 g/kg BB/24 jam. Jumlah
Karbohidrat Selama Latihan karbohidrat ini dapat digambarkan dengan asupan
Produksi adenosine triphosphate (ATP) selama karbohidrat 500-800 g/hari untuk rata-rata atlit atau
kerja otot yang intensif tergantung dari ketersediaan dalam presentase 65-70% dari total energi untuk atlet
glikogen otot dan glukosa darah. Aktifitas fisik yang dengan latihan yang berat.
ringan mungkin dapat dihasilkan dengan sumber 2.Besarnya pengosongan glikogen
karbohidrat yang rendah. Namun tidak mungkin Kecepatan simpanan glikogen paling besar
memenuhi kebutuhan ATP dan untuk terjadi pada jam-jam pertama masa pemulihan setelah
mempertahankan tekanan kontraktil yang dibutuhkan latihan, ketika pengosongan otot terjadi maksimal
otot untuk penampilan fisik yang lebih tinggi jika dibandingkan jika pengosongan otot hanya sedikit.
sumber energi ini habis. 3.Waktu konsumsi karbohidrat
Jaringan otot merupakan simpanan glikogen Kegagalan mengkonsumsi makanan sumber
yang utama (400 g; 6,7 MJ), kemudian hati (70 g; 1,2 karbohidrat segera pada tahap pemulihan akan
MJ) dan glukosa darah (2,5 g; 342 kJ). Jumlah ini menghambat penyimpanan glikogen. Hal ini
dapat bervariasi diantara individu, dan tergantung disebabkan kegagalan mengambil keuntungan waktu
faktor seperti intake atau asupan makanan. Walaupun peningkatan sintesa glikogen langsung setelah latihan
karbohidrat bukan satu-satunya sumber energi, namun dihentikan, serta karena penundaan penyediaan
karbohidrat lebih dibutuhkan sebagai sumber energi makanan bagi sel otot. Hal ini penting ketika waktu
otot untuk aktifitas fisik yang tinggi. antar latihan hanya 6-8 jam, namun sedikit efeknya
Kandungan glikogen otot pada individu yang jika waktu pemulihan lebih lama (24-48 jam). Sintesa
tidak terlatih diperkirakan 70-110 mmol/kg berat otot. glikogen tidak dipengaruhi oleh frekuensi makan
Di lain pihak atlet endurance yang terlatih dengan diet (porsi kecil tapi sering atau porsi besar sekaligus).
campuran dengan istirahat sehari, mungkin Atlet disarankan untuk memilih jadwal makan yang
mempunyai kandungan glikogen otot 130-230 praktis dan nyaman; porsi kecil tapi sering mungkin
mmol/kg berat otot. bermanfaat untuk mengatasi problem makan makanan
Penggunaan glikogen otot selama aktifitas fisik tinggi karbohidrat yang volumenya besar (“Bulky”).
dipengaruhi berbagai faktor, misalnya intensitas 4. Jenis karbohidrat
latihan (latihan dengan intensitas tinggi, penggunaan Manusia membutuhkan karbohidrat dalam
glikogen meningkat), diet sebelum latihan (semakin jumlah tertentu setiap harinya. Walaupun tubuh tidak
tinggi simpanan glikogen, semakin lama atlet dapat membutuhkan dalam jumlah yang khusus, kekurangan
melakukan latihan). Diet tinggi karbohidrat selama 3 karbohidrat yang sangat parah akan menimbulkan
hari menghasilkan simpanan glikogen sebanyak 200 masalah. Diperlukan sekitar 2 gram karbohidrat per
mmol/kg berat otot, dengan lama latihan 170 menit. Kg berat badan sehari untuk mencegah terjadinya
Simpanan glikogen hati memainkan peranan ketosis.
yang penting dalam mempertahankan kadar glukosa Secara keseluruhan tubuh harus
darah selama masa istirahat (diantara waktu makan mempertahankan keseimbangan tertentu dalam
utama) dan selama latihan. Kadar glikogen hati dapat

68 Nyak Amir
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

utilisasi karbohidrat, lemak dan protein sebagai karbohidrat sederhana misal fruktosa indeks
sumber enersi. glikemiknya rendah. Pada prinsipnya simpanan
Jika asupan karbohidrat ditiadakan, maka glikogen otot mencapai yang terbaik jika
cadangan lemak dalam jaringan adiposa akan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat yang
dimobilisasi sedemikian cepatnya, sehingga tubuh menghasilkan glukosa yang cukup cepat pada aliran
tidak dapat mengoksidasi karbohidrat seluruhnya darah.
menjadi CO2 dan H2O. Sebagian dari hasil pemecahan
lemak itu akan diubah menjadi substansi yang disebut
dengan keton bodies. Walaupun tubuh dapat Faktor Yang Mempengaruhi Simpanan Glikogen
menggunakan keton bodies ini sebagai penghasil Hati
enersi dan dieksresikan melalui urine, produksi dalam 1.Waktu makan makanan sumber karbohidrat
jumlah besar akan teljadi penumpukan keton bodies di Puasa semalam dapat menurunkan simpanan
dalam darah dan mengakibatkan terjadinya ketosis. glikogen hati dan mempengaruhi penampilan atlet jika
Hal ini sangat berbahaya dan dapat terjadi pada latihan dilakukan dalam waktu lama. Untuk menjamin
penderita Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol. tingginya simpanan glikogen hati untuk menjalani
Jumlah asupan karbohidrat juga mempengaruhi latihan tsb, dianjurkan makanan terakhir dimakan
penggunaan protein sebagai penghasil enersi. Jika tidak lebih dari 2-6 jam sebelum latihan. Hal ini
asupan karbohidrat rendah, tubuh akan memecah asam mungkin tidak praktis untuk atlet yang akan latihan
amino untuk menghasilkan enersi dan mensintesa pada pagi dini hari. Pada kasus ini makanan terakhir
glukosa tubuh, sehingga jaringan yang membutuhkan yang dimakan malam sebelumnya sebaiknya
gula ini akan mampu menjalankan fungsinya. Oleh mengandung banyak karbohidrat.
karena sebagian protein tubuh digunakan untuk tujuan 2.Jenis karbohidrat
ini, maka sedikit karbohidrat dapat menyebabkan Konsumsi makanan yang mengandung fruktosa
pemecahan dari jaringan otot untuk menghasilkan akan meningkatkan kecepatan sintesa glikogen hati
enersi. dibandingkan dengan glukosa. Oleh karena itu untuk
Gejala yang timbul akibat asupan karbohidrat memaksimalkan simpanan glikogen hati, makanan
yang rendah adalah fatique, dehidrasi, mual, nafsu yang tinggi fruktosa (buah, jus buah) harus termasuk
makan berkurang, dan tekanan darah kadang-kadang di dalam diet selama masa pemulihan.
turun dengan mendadak sewaktu bangkit dari posisi
berbaring (hipotensi ortostatik). Karbohidrat dan Persiapan Pertandingan
Asupan karbohidrat yang adekwat, penting Pada jenis olahraga “Endurance” (daya tahan)
untuk mempertahankan cadangan glikogen yang dengan intensitas yang tinggi seperti maraton, triatlon
dibutuhkan pada aktifitas fisik jangka panjang. dan cross country sangat membutuhkan simpanan
Peningkatan glikogen otot dengan adanya proses glikogen daripada olahraga “Non-endurance” dimana
penumpukan karbohidrat akan menambah stamina 30- intensitasnya rendah, atau tinggi hanya untuk waktu
60 menit lebih lama. yang pendek misalnya senam, ski, lari jarak pendek,
Pemberian makanan sumber glukosa dan sepakbola, bolabasket.
sukrosa setelah latihan yang lama menghasilkan Simpanan glikogen yang normal cukup atau
pemulihan glikogen otot yang sama, sedangkan adekuat untuk olahraga non endurance. Hal ini dapat
fruktosa menghasilkan simpanan yang lebih rendah. dicapai dengan mengkonsumsi secara teratur diet
Penelitian menunjukkan pada 24 jam pertama tinggi karbohidrat (7-10 g CHO/kg BB/hari atau 55-
karbohidrat sederhana dan komplek menghasilkan 70% CHO dari total energi), kemudian dilanjutkan
simpanan glikogen yang sama, kemudian pada 24 jam mengurangi latihan dan meningkatkan konsumsi
berikutnya intake karbohidrat komplek menghasilkan karbohidrat 10 g/kg BB/hari 24-36 jam sebelum
simpanan glikogen yang lebih banyak. Penelitian lain bertanding. Sayangnya kebiasaan makan atlet tidak
memperlihatkan bahwa konsumsi karbohidrat dapat memenuhi asupan CHO ini, sehingga simpanan
sederhana akan meningkatkan simpanan glikogen glikogen menjadi rendah.
pada 6 jam setelah latihan. Sebagai tambahan Pada olahraga non endurance yang dapat
penelitian oleh Burke (1993) memperlihatkan bahwa digambarkan dengan lama latihan terus menerus < 60-
diet dengan indeks glikemik yang tinggi akan 80 menit, simpanan glikogen dapat dicapai dengan
meningkatkan simpanan glikogen pada 24 jam cara di atas. Namun untuk olahraga endurance (>90
pemulihan setelah latihan berat, dibandingkan dengan menit) dan ultra endurance (> 4 jam), simpanan
pemberian diet dengan indeks glikemik yang rendah. glikogen yang normal tidak akan memenuhi. Untuk
Klasifikasi karbohidrat sederhana dan komplek tidak mengatasi hal ini dikenal tehnik yang dinamakan
sama dengan makanan yang indeks glikemiknya tinggi “Carbohydrate Loading” yang dapat meningkatkan
dan rendah. Ada karbohidrat komplek yang indeks simpanan glikogen 200-300%, dimana kelelahan dapat
glikemiknya tinggi misal kentang, roti. Dilain pihak ditunda dan penampilan atlet dapat ditingkatkan.

Nyak Amir 69
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Atlet dan pelatih perlu memperhatikan


Glikogen Atau Karbohidrat Loading kebutuhan latihan dan diet untuk memaksimalkan
1.Cara yang asli (Astrand’s carbohydrate loading) karbohidrat loading. Sementara kadar glikogen dapat
 Tujuh hari sebelum bertanding dilakukan latihan ditingkatkan dalam waktu 24 jam dengan diet tinggi
yang berat (hari 1) untuk menghabiskan simpanan karbohidrat (7-10 g/kg BB atau 70-85% dari total
glikogen
energi), diperlukan waktu 3 – 5 hari untuk mencapai
 Kemudian pada hari ke 2-4 diberikan diet rendah
kadar yang maksimal. Tiga (3) hari diet tinggi
karbohidrat tinggi protein dan lemak untuk
memenuhi kebutuhan energi, namun mencegah karbohidrat umumnya dirasakan cukup untuk
pengisian glikogen kompetisi dan juga untuk meminimalkan lipogenesis.
 Pada hari ke 5-7 sebelum bertanding diberi diet Jenis karbohidrat yang dikonsumsi atlet pada
tinggi karbohidrat (70% dari total energi) untuk setiap kali makan utamanya harus berasal dari
memaksimalkan glikogen ke dalam otot yang habis makanan sumber karbohidrat yang bergizi, namun
glikogennya. Pada masa ini latihan dikurangi untuk makanan tsb volumenya besar (bulky) sehingga dapat
menurunkan penggunaan glikogen otot dan mempengaruhi asupan yang adekuat atau
menjamin simpanan yang maksimal pada hari meningkatkan frekuensi buang air besar. Penggunaan
pertandingan (hari ke 8). gula dan bentuk karbohidrat lain yang padat dapat
Cara ini dapat meningkatkan simpanan menjamin konsumsi energi dan karbohidrat yang
glikogen dari kadar normal (80-100 mmol/kg BB)
adekuat. Mengurangi jumlah serat atau pemberian
menjadi 200 mmol/kg BB. Manfaat dari karbohidrat
loading ini dapat menunda kelelahan (dikenal dengan makanan cair mungkin dapat dilakukan.
istilah “Hitting the wall” sampai 90-120 menit, dan
dapat mencegah hipoglikemia (dikenal dengan istilah Daftar Makanan dengan kandungan 50 g karbohidrat
“Bonking” – rendah lemak
2.Kelemahan Cara Karbohidrat Loading yang asli Nama Makanan Berat
Kenaikan BB mungkin terjadi pada fase diet
tinggi karbohidrat, sebesar 2,1-3,5 kg berasal dari Roti dan serealia
kenaikan simpanan air bersamaan dengan simpanan Nasi 1 gelas (125 g)
Roti 4 iris (90 g)
glikogen. Sementara ekstra glikogen dan air dapat
Mie kering 1,25 gelas (60 g)
menghilangkan rasa letih dan kemungkinan dehidrasi Bihun ¾ gelas (60 g)
selama pertandingan, juga dapat menambah ekstra BB Ubi jalar 1 bj besar/2 bj kecil (170 g)
yang dapat mempengaruhi olahraga yang Singkong 1 ptg besar/2 ptg kecil (150 g)
memperhatikan kecepatan, kelenturan daripada daya Krackers 6 bh besar (60 g)
tahan. Muffin 1,5 sdg
Fase diet rendah karbohidrat dapat memberi Pancakes 3 bh
efek samping seperti kelelahan, mual, ketosis, BB
menurun, pengeluaran sodium dan air meningkat. Produk susu
Untuk mengurangi efek samping ini maka dilakukan Susu skim 12 sdm
Yoghurt – buah 400 g
modifikasi karbohidrat loading yang asli dengan
(skim)
menghilangkan fase diet rendah karbohidrat. Yoghurt – natural 800 g
(skim)
3.Karbohidrat loading yang dimodifikasi Berlanjut ……
Modifikasi karbohidrat loading dilakukan Lanjutan …
dengan menghilangkan fase latihan yang berat serta Sayuran
pembatasan karbohidrat. Enam (6) hari sebelum Jagung 4 tongkol
pertandingan, diberikan makanan dengan tinggi Kentang 2,5 sdg/3 kecil (260 g)
karbohidrat (70% dari total energi) diikuti dengan Bayam 5 gelas (500 g)
jadwal latihan yang sedang selama 3 hari, dilanjutkan Daun singkong 5 gelas (500 g)
3 hari dengan latihan ringan. Kenaikan konsentrasi Buah
Pisang 2 bh sdg/4 bh kecil
glikogen otot diperoleh sebesar 130-205 mmol/kg BB
Mangga 3 bh sdg (360 g)
dibandingkan dengan 80-212 mmol/kg BB dengan Lanjutan ….
cara Astrand. Selain itu penghilangan latihan yang Nenas 1 bh sdg (360 g)
keras serta pembatasan karbohidrat, akan menurunkan Pepaya 4 ptg besar (500 g)
resiko luka dan efek samping. Kismis 4,5 sdm

70 Nyak Amir
Jurnal Sport Pedagogy Vol. 3. No. 1. April 2013

Minuman, snack dll Analisa Diet :


Madu 2 sdm  Energi 4000 Kalori
Jam 3 sdm  Protein 100 g (10%)
Jus jeruk 600 ml (2-3 gls)  Lemak 45 g (10%)
Softdrink 450 ml  Karbohidrat 800 g (80%)
Getuk singkong 100 g
Getuk pisang 125 g Dafrat Pustaka
Bika ambon 100 g Burke, L; Vicki Deakin (1994) Clinical Sport
Dodol bali 75 g Nutrition, Mc-Graw-Hill Co, Sydney.
Koya mirasa 75 g Burke, L, (1995) The Complete Guide for Sport
Yangko 100 g Performance, Allen & Unwin, Australia.
Modulon, S and Dr. Louise Burke (1997) Cooking for
Contoh Diet Carbohydrate Loading Champions : A Guide to Healthy Large
Menu Makanan Berat (g) Quantity Cooking for Athletes and other
Makan Pagi: active people, AIS, Canberra. 1997
 Nasi 200 g (1 piring) Depkes (1993) Pedoman Pengaturan Makanan Atlet,
 Mapo tahu 100 g (mgk sdg) Jakarta.
 Cah sayur 100 g (1 mgk) Depkes (1995) Gizi Atlet Untuk Prestasi. Jakarta.
 Buah pisang 100 g (1 buah) Th. Sediyanti (1993) Masalah-masalah dalam
 Susu 20 g (1 gelas) Pelayanan Makanan Atlet dan Pemecahannya,
 Jus buah 300 ml (1 gelas besar) PON XIII, 1993. Jakarta.
Pukul 10.00: Tim Penilai Jasa Boga, (1996) Laporan Tim Penilai
 Getuk singkong 50 g (2 ptg kcl) Jasaboga PON XIV tahun 1996, Jakarta.
 Pancake + 1 bh sdg Achmad, Djaeni Sediaoetama (1989) Ilmu Gizi,
madu Penerbit Dian Rakyat, Jakarta.
300 ml (1 gls besar) Eleanor R. Williams (1984) Nutrition, Principles,
 Jus buah
Issues, and Applications. McGraw-Hill Book
Company, New York Copyright.
Makan Siang:
 Nasi 300 g (1 piring penuh)
 Sayur asem 100 g (1 mgk)
 Empal/ikan mas 50 g (1 ptg sdg)
goring
 Oseng oncom 50 g (1 mgk sdg)
cabe hijau
 Selada buah 200 g (2 mgk sdg)
 Jus buah 300 ml (1 gls besar)

Pukul 16.00:
 Bika ambon 50 g (1 ptg sdg)
 Yangko 50 g (3 bh)
 Jus buah 300 ml (1 gls besar)

Makan malam:
 Nasi 300 g
 Capcay sayuran 150 g (1 mgk besar)
+ ayam
 Selada buah 200 g (2 mgk sdg)
 Jus buah 300 ml (1 gls besar)

Pukul 21.00:
 Roti isi pisang 50 g (1 tangkep)
panggang +
madu
 Susu 20 g (1 gelas)

Nyak Amir 71

Anda mungkin juga menyukai