Pengertian Vullnus
Vulnus laseratum adalah luka robek akibat terkena mesin, kayu atau
benda lainya yang menyebabkan robeknya jaringan dan ada juga yang
menyebutnya vulnus laseratum adalah luka yang bentuknya tidak beraturan.
Vulnus/luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Mansjoer menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas
kulit atau otot”. Vulnus Laseratum (luka robek) adalah luka yang terjadi akibat
kekerasan benda tumpul, robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di
dalam seperti patah.
Luka robek, laserasi, atau vulnus laceratum merupakan luka yang
tepinya tidak rata, compang-camping, bergerigi yang disebabkan oleh benda
yang permukaannya tidak rata, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau
goresan kawat (Smeltzer, Bare, 2013).
jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul,
dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan
meningkatkan resiko infeksi.
B. Etiologi
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Alat yang tumpul
2. Jatuh ke benda tajam dan keras
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
5. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur,
dan terjepit
6. Trauma elektrik dan penyebab karena listrik dan elektrik
7. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin
C. Manifestasi klinis
Mansjoer menyatakan manifestasi klinis vulnus laseratum adalah seabagai
berikut:
1. Luka tidak teratur
2. Nyeri
3. Jaringan rusak atau robek
4. Bengkak
5. Pendarahan
6. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah
rambut
7. Tampak lecet atau memar di setiap luka
8. Syok dan sindroma remuk (cris sindroma). Syok sering terjadi akibat
kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga
tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak
sadar. Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-
otot pada daerah yang luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan
menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut nekrosis
yang ditandai dengan urin berwarna merah, disuria hingga anuria dan
ureum darah meningkat.
D. Klasifikasi
Trauma arteri umumnya disebabkan oleh trauma benda tajam (50%)
misalnya karena tembakan, luka tusuk, trauma ksecelakaan kerja atau
kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera
yaitu:
1. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding
2. Derajat II adalah robekan varsial sehingga didnding arteri juga terluka dan
biasanya menimbulkan perdarahan yang hebat
3. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis
menunjukkan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami
vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan
E. Patofisiologi
Vulnus laseratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon
tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi
peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada
peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang
di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan
baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang
nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang
hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi
ketertiban gerak.
F. Pathway
Etiologi vullnus
Traumatik jaringan
Resiko syok
Kerusakan Nyeri akut hipovolemik
integritas
kulit
Pergerakan
terbatas
Hambatan
mobilitas fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Sel darah putih (leucosit) respon terhadap proses infeksi
3. Hematokrit dan Hb, pada pendarahan hematokrit dan Hb menurun disertai
leukositosis
4. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi
5. Gula darah memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetes melitus
6. Sedimen urine menunjukkan adanya trauma pada saluran kencing, jika
kadar amilase 100 unit dalam 100 ml, cairan intra abdomen,
memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali
7. MRI
8. CT scan
9. Ultrasonografi
H. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antibiotik,dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka
Meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi)
2. Tindakan antiseptik
Prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk melakukan pencucian
luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: alkohol
(sifatnya bakterisida kuat cepat/efektif, halogen dan senyawanya,
oksidansia, logam berat dan garamnya, asam borat sebagai bakteriostatik
lemah/konsentrasi 3 %, derivat fenol, dan basa ammonium kuartener
disebut juga etakridin atau rivanol.
3. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh di jahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh persekundam atau pertetiam.
4. Penutupan luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal
5. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom
6. Pemberian antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik
7. Pengangkatan jahitan
Jahitan diangka bila fungsinya sidah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.
Ditandai dengan :
Gangguan pada
bagian tubuh :
Kerusakan lapisan
kulit (dermis) :
Gangguan
permukaan kulit
(epidermis) :
DAFTAR PUSTAKA