Anda di halaman 1dari 16

A.

Pengertian Vullnus
Vulnus laseratum adalah luka robek akibat terkena mesin, kayu atau
benda lainya yang menyebabkan robeknya jaringan dan ada juga yang
menyebutnya vulnus laseratum adalah luka yang bentuknya tidak beraturan.
Vulnus/luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Mansjoer menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas
kulit atau otot”. Vulnus Laseratum (luka robek) adalah luka yang terjadi akibat
kekerasan benda tumpul, robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di
dalam seperti patah.
Luka robek, laserasi, atau vulnus laceratum merupakan luka yang
tepinya tidak rata, compang-camping, bergerigi yang disebabkan oleh benda
yang permukaannya tidak rata, seperti luka yang dibuat oleh kaca atau
goresan kawat (Smeltzer, Bare, 2013).
jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul,
dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan
meningkatkan resiko infeksi.

B. Etiologi
Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Alat yang tumpul
2. Jatuh ke benda tajam dan keras
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
5. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur,
dan terjepit
6. Trauma elektrik dan penyebab karena listrik dan elektrik
7. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin

C. Manifestasi klinis
Mansjoer menyatakan manifestasi klinis vulnus laseratum adalah seabagai
berikut:
1. Luka tidak teratur
2. Nyeri
3. Jaringan rusak atau robek
4. Bengkak
5. Pendarahan
6. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah
rambut
7. Tampak lecet atau memar di setiap luka
8. Syok dan sindroma remuk (cris sindroma). Syok sering terjadi akibat
kegagalan sirkulasi perifer ditandai dengan tekanan darah menurun hingga
tidak teraba, keringat dingin dan lemah, kesadaran menurun hingga tidak
sadar. Syok dapat terjadi akibat adanya daerah yang hancur misalnya otot-
otot pada daerah yang luka, sehingga hemoglobin turut hancur dan
menumpuk di ginjal yang mengakibatkan kelainan yang disebut nekrosis
yang ditandai dengan urin berwarna merah, disuria hingga anuria dan
ureum darah meningkat.

D. Klasifikasi
Trauma arteri umumnya disebabkan oleh trauma benda tajam (50%)
misalnya karena tembakan, luka tusuk, trauma ksecelakaan kerja atau
kecelakaan lalu lintas, trauma arteri dibedakan berdasarkan beratnya cidera
yaitu:
1. Derajat I adalah robekan adviticia dan media, tanpa menembus dinding
2. Derajat II adalah robekan varsial sehingga didnding arteri juga terluka dan
biasanya menimbulkan perdarahan yang hebat
3. Derajat III adalah pembuluh darah putus total, gambaran klinis
menunjukkan pendarahan yang tidak besar, arteri akan mengalami
vasokontriksi dan retraksi sehingga masuk ke jaringan

E. Patofisiologi
Vulnus laseratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh,
kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon
tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi
peradangan akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada
peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang
di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan
baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang
nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang
hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi
kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga
akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan
rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi
ketertiban gerak.

F. Pathway
Etiologi vullnus

Traumatik jaringan

Rusaknya kontinuitas jaringan

Kerusakan kulit Kerusakan saraf Perdarahan


perifer berlebihan

Rusaknya Menstimulus pengeluaran Perpindahan cairan


barrier tubuh neurotransmitter intravaskuler ke
(prostaglandin histamin, ekstravaskuler
bradikinin, serotonin)
Terpapar
dengan Keluarnya cairan
lingkungan Serabut eferen tubuh

Kemampuan Hipotensi, hipovolemi,


Resiko ambang batas tubuh hipoksia
infeksi tidak menahan

Resiko syok
Kerusakan Nyeri akut hipovolemik
integritas
kulit
Pergerakan
terbatas

Hambatan
mobilitas fisik
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Sel darah putih (leucosit) respon terhadap proses infeksi
3. Hematokrit dan Hb, pada pendarahan hematokrit dan Hb menurun disertai
leukositosis
4. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi
5. Gula darah memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetes melitus
6. Sedimen urine menunjukkan adanya trauma pada saluran kencing, jika
kadar amilase 100 unit dalam 100 ml, cairan intra abdomen,
memungkinkan trauma pada pankreas besar sekali
7. MRI
8. CT scan
9. Ultrasonografi

H. Penatalaksanaan
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antibiotik,dan pengangkatan jahitan.
1. Evaluasi luka
Meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi)
2. Tindakan antiseptik
Prinsipnya untuk membersihkan kulit. Untuk melakukan pencucian
luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti: alkohol
(sifatnya bakterisida kuat cepat/efektif, halogen dan senyawanya,
oksidansia, logam berat dan garamnya, asam borat sebagai bakteriostatik
lemah/konsentrasi 3 %, derivat fenol, dan basa ammonium kuartener
disebut juga etakridin atau rivanol.
3. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur
kurang dari 8 jam boleh di jahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan
sembuh persekundam atau pertetiam.
4. Penutupan luka
Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik
pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal
5. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung
pada kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah
berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom
6. Pemberian antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik
7. Pengangkatan jahitan
Jahitan diangka bila fungsinya sidah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi.

I. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Adanya sumbatan / obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk, jika ada obstruksi maka
lakukan:
 Chin lift/jaw trust
 Suction / hisap
 Guedel airway
 Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi
netral
2) Breathing
Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan/ atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi/aspirasi, whezing, sonor,stridor/ngorok,ekspansi dinding dada
3) Circulation
TD dapat normal atau meningkat,hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, distrimia, kulit dn
membran mukosa pucat, dingin,sianosis pada tahap lanjut
4) Disability
Menilai kesadaran dengan cepat, apakah sadar, hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar, tidak menganjurkan
mengukur GCS. Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah:
A (awake)
V: respon bicara
P : respon nyeri
U : tidak ada respon
b. Pengkajian sekunder
1) Identitas
Nama, Umur, Suku/ bangsa, Agama, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan
2) Riwayat kesehatan sekarang
 Sumber kecelakaan
 Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
 Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol,obat-obatan.
 Keadaan fisik sekitar luka
3) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien memiliki penyakit keturunan atau tidak seperti (DM, gagal
jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan).
4) Pemeriksaan fisik
 Aktifitas atau istirahat
Gejala : merasa lemah dan lelah
Tanda : perubahan kesadaran, penurunan kekuatan tahana
keterbatasan rentang gerak, perubahan aktifitas
 Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah / normal
Tanda : Perubahan frekwensi jantung takikardi atau bradikardi
 Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian
Tanda : Ketakutan, cemas, gelisah
 Eliminasi
Gejala : Konstipasi, retensi urin
 Neurosensori
Gejala : Vertigo, tiitus, baal pada ekstermitas, kesemutan nyeri
Tanda : Sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing,
nyeri pada daerah cidera, kemerah-merahan
 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri pada daerah luka bila disentuh atau di tekan
Tanda :
 Wajah meringis, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidakbisa tidur
 Kulit nyeri panas
 Pada luka warna kemerahan, bau , edema
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma/diskontinuitas jaringan
b. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan gangguan integritas
kulit.
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan,
terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
d. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan akut
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut

Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Nyeri akut berhubungan NOC : NIC:
dengan Setelah diberikan tindakan Manajemen Nyeri (Pain Management) :
□ Agen cedera biologis keperawatan Nyeri terkontrol □ Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
□ Agen cedera fisik dengan kriteria hasil : □ Kaji nyeri secraa komprehensif meliputi
□ Agen cedera psikologis □ Mengenali faktor penyebab (lokasi,karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
□ Agen cedera zat kimia hari ke: intensitas nyeri)
1 2 3 4 5 □ Kaji skala nyeri
Ditandai dengan: □ Mengenali onset (lamanya □ Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
□ Gangguan tidur (mata nyeri) hari ke: mengekspresikan nyeri
sayu, tamak capek, sulit 1 2 3 4 5 □ Kaji faktor yang dapat menyebabkan nyeri timbul
atau gerakan kacau, □ Menggunakan metode □ Anjurkan pada pasien untuk cukup istirahat
menyeringai) pencegahan untuk □ Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
□ Respon autonom (seperti mengurangi nyeri hari ke: □ Monitor tanda-tanda vital
diaphoresis, perubahan 1 2 3 4 5 □ Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi (relaksasi) untuk
tekanan darah, perubahan □ Menggunakan metode mengurangi nyeri
nadi, nafas dan dilatasi nonanalgetik untuk □ Jelaskan faktor yang dapat mempengaruhi nyeri
pupil) mengurangi nyeri hari ke: □ Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
□ Tingkah laku ekspresif 1 2 3 4 5
(contoh: gelisah, merintih, □ Menggunakan analgesic Analgesic Administration
menangis, waspada, sesuai dengan kebutuhan □ Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri
iritabel) hari ke: sebelum pemberian obat
□ Perubahan dalam nafsu 1 2 3 4 5 □ Cek instruksi dokter tentang obat, dosis, dan frekuensi
makan dan minum □ Mencari bantuan tenaga □ Cek riwayat alergi
kesehatan hari ke: □ Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari
1 2 3 4 5 analgesic ketika pemberian lebih dari Satu
□ Melaporkan gejala pada □ tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya
petugas kesehatan hari ke: nyeri
1 2 3 4 5 □ Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis
□ Mengenali gejala-gejala nyeri optimal
hari ke: □ Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri
1 2 3 4 5 secara teratur
□ Melaporkan nyeri yang sudah □ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
terkontrol hari ke: analgesic pertama kali
1 2 3 4 5 □ Berikan analgesic tepat waktu saat nyeri hebat
□ Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala (efek
samping)
b. Resiko Infeksi
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
Dengan faktor-faktor resiko : Setelah dilakukan tindakan Infection control ( kontrol infeksi )
□ Penyekit kronis keperawatan risiko infeksi □ Bersihkan lingkungan setelah di pakai
□ DM terkontrol denagn kriteria hasil : pasien lain
□ Obesitas □ Klien bebas dari tanda dan □ Pertahankan teknik isolasi
□ Pengetahuan yang tidak untk gejala infeksi hari ke: □ Batasi pengunjung bila perlu
menghindaripemajangan patogen 12345 □ Intruksikan pada pengunjung untuk
□ Pertahanan tubuh primer yang □ Menunjukkan untuk mencuci tangan saat berkunjung dan
tidak adekuat mencegah timbulnya infeksi setelah berkunjung meninggalkan
□ Gangguan peristaltik hari ke: pasien
□ Kerusakan integritas kulit 12345 □ Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
(pemasangan kateter tangan
intravena, prosedut invasif) □ Jumlah leukosit dalam batas □ Cuci tanan setiap sebelum dan
□ Perubahan sekresi PH normal hari ke: sesudah tindakan keperawatan
□ Penurunan kerja siliaris 12345 □ Gunakan baju, sarung tangan sebagai
□ Pecah ketuban dini alat pelindung
□ Pecah ketuban lama □ Menunjukkan perilaku hidup □ Pertahankan lingkungan aseptik selama
□ Merokok sehat hari ke: pemasangan alat
□ Stasis cairan tubuh 12345 □ Ganti letak iv perifer dan line central
□ Trauma jaringan dan dressing sesuai dengan petunjuk
□ Ketidakadekuatan pertahanan umum
sekunder □ Gunakan kateter intermiten untuk
□ Penurunan Hb menurunkan infeksi kantung kencing
□ Imunosupresi □ Tingkatkan intake nutrisi
□ Leukopenia □ Berikan terapi antibiotik bila perlu
□ Supresi respons inflamsi
□ Vaksinasi tidak adekuat
□ Pemajanan terhadap patogen Infection protection ( proteksi terhadap
lingkungan meningkat infeksi )
□ Prosedur invasif □ Monitor tanda dan gejala infeksi
□ Malnutrisi sistemik dan loka
□ Monitor hitung granulosit, wbc
Ditandai dengan : □ Monitro kerentanan terhadap infeksi
□ Malnutrisi □ Batasi pengunjung
□ Prosedur infasif □ Saring pengunjung terhadap penyakit
□ Imunosupresi menular
□ Pertahanan primer tidak adekuat □ Pertahankan teknik aspesis pada
(kerusakan kulit, trauma jaringan, pasien yang beresiko
gangguan peristaltik) □ Pertahankan teknik isolasi k/p
□ Berikan perawatan kulit pada area
epidema
□ Inspeksi kulit dan membaran mukosa
terhadap ke,erahan, panas, drainase
□ Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
□ Dorong masukkan nutrisi yang cukup
□ Dorong masukkan cairan
□ Dorong istirahat
□ Instrusikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
□ Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
□ Ajarkan cara menghindari infeksi
□ Laporkan kecurigaan infeksi
□ Laporkan kultur positif
c. Resiko syok hipovolemik
Hari/Tanggal Dianosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
Resiko syok hipovolemik NOC : NIC:
berhubungan dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Syok Preventif
 Perdarahan yang syok preventif dan syok management :  monitor status sirkulasi BP, warna kulit,
berlebihan, pindanya cairan resiko syok teratasi dengan kriteria hasil : suhu, denyut jantung, HR dan ritme nadi
intravaskuler ke  Nadi dalam batas normal hari ke: perifer dan kapiler refill
ekstravaskuler 1 2 3 4 5  monitor tanda inadekuat oksigenasi
 Perubahan aliran darah ke jaringan
jaringan tubuh  Irama jantung dalam batas yang  intruksikan monitor suhu dan pernafasan
diharapkan hari ke:  monitor inpute dan output
Ditandai dengan: 1 2 3 4 5  pantau nilai laboratorium: HB, HT,AGD,
1. TTV: dan elektrolit
TD :  Frekuensi nafas dalam batas yang  monitor hemodinamik invasi yang sesuai
N : diharapkan hari ke:  monitor tanda dan gejala asites
1 2 3 4 5  monitor tanda awal syok
S :
 tempatkan pasien pada pada posisi
RR : supine, kaki kaki elevasi untuk
2. Perdarahan  Natrium serum dalam batas normal
peningkatan preload dengan tepat
□ Hematom subcapsular hari ke:
 liat dan pelihara kepatenan jalan nafas
hati 1 2 3 4 5
 berikan cairan iv atau oral yang tepat
□ Aneuris aorta pecah  ajarkan keluarga dan pasien tentang
□ Perdarahan  Kalium serum dalam batas dalam
tanda dan gejala datangnya syok
gastrointestinal batas normal dan magnesium serum  ajarkan keluarga dan pasien tentang
□ Perlukaan ganda dalam batas normal hari ke: langkah untuk mengatasi gejala syok
3. Kehilangan plasma 1 2 3 4 5
□ Luka bakar yang luas
□ Pankreatitis  PH darah serum dalam batas normal Syok Management :
□ Deskuamasi kulit hari ke: □ monitor fungsi neurologis
□ Sindrom dumping 1 2 3 4 5 □ monitor fungsi renal (e.g.BUN dan Cr
4. Kehilangan cairan Lavel)
ektraseluler  TD dalam batas normal hari ke: □ monitor tekanan nadi
□ Muntah (vomitus) 1 2 3 4 5 □ monitor status cairan, input output
□ Dehidrasi □ catat gas arteri dan oksigen di jaringan
□ Diare □ memonitor gejala gagal pernafasan
□ Terapi diuretic yang (rendah PaO2, peningkatan PaO2
sangat agresif kelemahan otot pernafasan)
□ Diabetes insipidus □ monitor EKG
□ Insufisiensi renal □ Memanfaatkan pemantauaan jalur arteri
untuk meningkatkan akurasi pembacaan
tekanan darah
□ Menggambar darah arteri dan
memonitor jaringan oksigenasi
□ Memantau tren dalam parameter
hemodinamik (CVP, MAP, tekanan
kapiler pulmonal/ arteri)
□ Memantau factor penentu pengiriman
jaringan oksigen (PaO2 kadar
hemoglobin,SaO2, CO), jika tersedia
□ Memantau tingkat karbondioksida
sublingual dan / tonometry lambung
□ Memonitor gejala gagal pernafasan
(rendah PaO2, peningkatan PaCO2
tingkat, kelelahan otot pernafasan)
□ Monitor nilai laboratorium: (CBC dengan
diferensial, koagulasi profil, ABC, tingkat
laktat, budaya dan profil kimia)
□ Masukan dan memelihara besarnya
kebosanan akses IV
d. Kerusakan integritas kulit
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kerusakan integritas kulit NOC NIC :
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Pressure Management
Eksternal : keperawatan kerusakan  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
 Agens integritas kulit pasien longgar
farmaseutikal teratasi dengan kriteria hasil  Hindari kerutan pada tempat tidur
 Cedera kimiawi kulit :  Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
(mis, luka bakar,  Integritas kulit yang baik bisa  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali
metilen, klorida, dipertahankan (sensasi,  Monitor kuliat akan adanya kemerahan
kapsaisin, agens elastisitas, temperatur,  Oleskan lotion atau minyak /baby oil pada daerah yang
mustard) hidrasi, pigmentasi) pada tertekan
 Faktor mekanik hari ke :  Monitor aktivitas dan mobilitas pasien
(mis, daya gesek, 1 2 3 4 5  Memandikan pasien dengan air sabun dan air hangat
tekanan, imobilitas  Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
fisik)  Tidak ada luka/lesi pada kulit  Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
 Hipertermi pada hari ke : karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
 Hipotermi 1 2 3 4 5 tanda-tanda infeksi lokal)
 Kelembapan  Ajarkan kepada keluarga tentang luka dan perawatan luka
 Lembap  Perfusi jaringan baik pada  Kolaborasi ahli gizi pemberian diet TKTP, vitamin
 Terapi radiasi hari ke :  Cegah kontaminasi feses dan urin
 Usia ekstrem 1 2 3 4 5  Lakukan teknik perawatn luka dengan steril
 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
Internal :  Menunjukkan terjadinya  Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
 Gangguan proses penyembuhan luka yang sesuai
metabolisme pada hari ke :
 Gangguan 1 2 3 4 5
pigmentasi
 Gangguan sensasi
(akibat cedera
medula sinalis,
diabetes melitus,
dll)
 Gangguan sirkulasi
 Gangguan turgor
kulit
 Gangguan volume
cairan
 Imuniodefisiensi
 Nutrisi tidak
adekuat
 Perubahan
hormonal
 Tekanan pada
tonjolan tulang

Ditandai dengan :
 Gangguan pada
bagian tubuh :

 Kerusakan lapisan
kulit (dermis) :

 Gangguan
permukaan kulit
(epidermis) :
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2012). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2.


Jakarta : EGC
Doengoes, Marylin E., (2014), Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis
Company.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (2013). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2013). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Jakarta.
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (2012). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan
Essentia Media.
Ilyas, Sidarta. (2010). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Jakarta.
Wijana, Nana. (2013). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai