Anda di halaman 1dari 13

Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No.

1 Januari (2018) 23-35

JMP Online
Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) Vol 2, No. 1, 23-35.
© 2018 Kresna BIP.
URL : http://e-jurnalmit rapendidikan.co m ISSN 2550-0481

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM


DALAM MENYELESAIKAN SOAL KELILING DAN LUAS SEGITIGA BAGI
SISWA KELAS VIII

Feri Yohanes1), Sutriyono2)


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

Dikirim : 06 Januari 2018 Pemahaman konsep merupakan kecakapan atau


Revisi pertama :06 Januari 2018 kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam
Diterima : 08 Januari 2018 belajar matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman
Tersedia online : 20 Januari 2018 konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep (Depdiknas 2003: 2).
Kata Kunci : Pemahaman Konsep, Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman
Taksonomi Bloom, Keliling dan konsep berdasarkan Taksonomi Bloom dalam menyelesaikan
Luas Segitiga soal keliling dan luas segitiga pada siswa kelas VIII C SMP
Negeri 1 Getasan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian
kualitatif deskriptif dengan subyek enam siswa diantaranya dua
Email : 202014076@student.uksw.edu 1 , berkemampuan tinggi, dua berkemampuan sedang, dan dua
sutriyono@staff.uksw.edu 2 berkemampuan rendah. Pengambilan subyek dilandasi dengan
pretest, hasil pertimbangan, dan saran dari pendidik.
Pengambilan data dilakukan dengan wawancara yang disertai
dengan soal tes yang mempunyai tingk at kesulitan rendah
sampai tingkat kesulitan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa subyek berkemampuan tinggi
mencapai level evaluasi (Evaluation), subyek berkemampuan
sedang mencapai level penerapan (Apllication), dan subyek
berkemampuan rendah mencapai level pengetahuan
(Knowlegde). Manfaat dalam penelitian ini adalah mengukur
pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan menjadi media
evaluasi untuk pendidik dapat mengetahui karakter siswa serta
bahan evaluasi pendidik dalam menanamkan konsep pada
siswa.

Feri Yohanes 23
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Geometri adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat, pengukuran, dan
hubungan titik, garis, bidang dan bangun ruang Wright (2002:181).Marhijanto (1999:
136) menyatakan geometri adalah cabang matematika yang mempelajari tentang ilmu
ukur. Tujuan pembelajaran geometri antara lain: 1) mengembangkan kemampuan
berpikir logis; 2) mengembangkan intuisi spasial mengenai dunia nyata; 3)
memperoleh pengetahuan yang akan digunakan untuk matematika lanjut; 4)
mengajarkan cara membaca dan menginterprestasikan bahasa matematika Suydam
(1981: 481). Menurut Budiarto (2000:439) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran
geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, mengembangkan
intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan
dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematik. Menurut
NTCM (2000:308), pembelajaran geometri menuntut siswa untuk memiliki
kemampuan, antara lain: 1) mampu menganalisis karakter dan sifat dari bentuk
geometri baik 2D maupun 3D dan mampu membangun argumen-argumen matematika
mengenai hubungan geometri dengan yang lainnya; 2) mampu menentukan kedudukan
suatu titik dengan lebih spesifik dan gambaran hubungan spasial dengan sistem yang
lain; 3) aplikasi transformasi dan menggunakannya secara simetris untuk menganalisis
situasi matematika; 4) menggunakan visualisasi, penalaran spasial, dan model geometri
yang digunakan untuk memecahkan permasalahan.
Hasil survei kemampuan pemahaman konsep siswa dalammata pelajaran
matematika yang dilakukan TIMSS (Trends in International Mathematics and Science
Study). TIMSS adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa
sekolah menengah pertama.Pada bulan Desember tahun 2012, TIMSS telah
mempublikasikan hasil studi terbarunya yang dilakukan pada tahun 2011. Berdasarkan
hasil survei Mullis et al (2012) pada hasil studi TIMSS tersebut, Indonesia berada di
peringkat 38 dari 45 negara dengan skor 386. Pengukuran terhadap ranah kognitif
TIMSS menurut Mullis et al (2012) dibagimenjadi tiga domain yaitu knowing
(mengetahui), applying (mengaplikasikan) danreasoning (penalaran).Sementara itu,
salah satu poin dalam tujuan mata pelajaran matematika Indonesia adalah memahami
konsep matematis dan menjelaskan keterkaitan antar konsep.Poin tersebut termas uk ke
dalam domain knowing dan applying TIMSS, dimanarata-rata persentase jawaban
benar siswa Indonesia pada survey TIMSS tahun2011 adalah: 31% untuk knowing,
23% untuk applying dan 17% untuk reasoning.Rata-rata tersebut pun jauh dibawah
rata-rata persen jawaban benar internationalyaitu: 49% untuk knowing, 39% untuk
applying, dan 30% untuk reasoning.Rendahnya persentase pada domain knowing dan
applying menunjukkan bahwakemampuan pemahaman konsep matematis siswa di
Indonesia masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 1 Getasan
yang bernama Bu Elita.Hasil dari wawancara singkat dengan Bu Elita menyatakan
bahwa kelas VIII C merupakan kelas ungul dari semua kelas VIII di SMP Negeri 1
Getasan.Bu Elita juga menegaskan bahwa dalam kelas unggulan ini tidak semua siswa
dapat mendapatkan nilai yang maksimal pada pembelajaran matematika dikarena
setiap siswa memiliki daya pemahaman konsep yang berbeda. Berhubungan dengan

Feri Yohanes 24
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

pemahaman konsep siswa khususnya materi segitiga, siswa dapat dikelompokan


menjadi tiga tingkatan, yaitu: 1). Tingkat kemampuan tinggi, dimana siswa yang
mempunyai kemampuan tinggi dapat memahami konsep dari dari dasar sampai ke
penyelesaian masalah. 2). Tingkat kemampuan sedang, dimana siswa dapat menguasi
konsep dasar tetapi jika diberikan permasalahan yang lebih rumit tidak bisa
menyelesaikan. 3). Tingkat kemampuan rendah, dimana siswa tidak memahami konsep
dasar. Siswa mendapatkan hasil yang tinggi dapat disebabkan oleh siswa mampu
memahmai konsep dan siswa hanya menghafal rumus serta bisa dalam perhitungan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Afiadatul Munirom (2015)
yang mengatakan bahwa berdasarkan Taksonomi Bloompemahaman siswa kelas XI
IPA MA Pembangunan Pacitan kelompok kemampuanakademik tinggi berada pada
level aplikasi, siswa kelompok kemampuanakademik sedang berada pada level
aplikasi, dan siswa kelompok kemampuanakademik rendah berada pada level
pengetahuan
Berdasarkan uraian di atas mengenai latar bekang, peneliti menindak lanjut
untuk mengetahui pemahaman konsep siswa dengan melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Pemahaman Konsep Berdasarkan Taksonomi Bloom dalam
Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas Segitiga pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri
1 Getasan.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat fokus penelitian sebagai
berikut ini:
1. Bagaimana pemahaman konsep siswa berkemampuan tinggi b erdasarkan
Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas Segitiga pada
Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan ?.
2. Bagaimana pemahaman konsep siswa berkemampuan sedang b erdasarkan
Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas Segitiga pada
Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan ?.
3. Bagaimana pemahaman konsep siswa berkemampuan rendah berdasarkan
Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas Segitiga pada
Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan ?.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dibuat dan ditetapan. Tujuan penelitian
ini sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa yang berkemampuan tinggi
berdasarkan Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas
Segitiga pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan.
2. Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa yang berkemampuan sedang
berdasarkan Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas
Segitiga pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan.
3. Mendeskripsikan pemahaman konsep siswa yang berkemampuan rendah
berdasarkan Taksonomi Bloom dalam Menyelesaikan Soal Keliling dan Luas
Segitiga pada Siswa Kelas VII C SMP Negeri 1 Getasan.

Feri Yohanes 25
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

KAJIAN PUSTAKA
Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep terdiri dari dua kata, yaitu pemahaman dan konsep.
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya: 1) Pengertian, pengetahuan yang
banyak; 2) Pendapat, pikiran; 3) Aliran, pandangan; 4) Mengerti benar; 5) Pandai dan
mengerti benar (Poerwadarminta, Pusat Bahasa Depdiknas, 2009: 821). Narbuko
(2008:141), konsep merupakan hal yang abstrak, makaperluditerjemahkan dengan
kata-kata sedemikian rupa sehingga dapat diukur secara empiris. Pemahaman konsep
(Depdiknas 2003: 2), merupakan salah satu kecakapan atau kemahiran matematika
yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan
pemahaman konsep matematika yang dipelajarinya, menjelaskan keterkaitan antar
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah.
Menurut Daryanto (2008:106), kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat
kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan ke dalam tiga tingkatan
sebagai berikut:
1. Menerjemahkan (translation)
Menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan arti dari bahasa yang satu ke
dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model
simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.
2. Menafsirkan (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah kemampuan untuk
mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara
menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh
berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi yang dijabarkan
sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.
3. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi karena seseorang
dituntut untuk bisa melihat sesuatu diblik yang tertulis.Membuat ramalan tentang
konsekuensi atau memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun
masalahnya.
Pemahaman konsep dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar siswa. Siswa
dapat paham bisa dengan diri sendiri dan juga lingkuangan sosial sebagai berikut ini:
1. Faktor Internal
Faktor yang ada pada organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individu, yang
termasuk dalam faktor individu antara lain kematangan atau pertumbuhan,
kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi.
2. Faktor Eksternal
Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial, yang termasuk
faktor sosial ini antara lain keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara
mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan yang dapat
mempengaruhi dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Feri Yohanes 26
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merupakan sebuahmetode untuk pengklasifikasian tujuan
pendidikan, yang mana Benjamin S. Bloom,M.D. Englehart, E. Furst, W.H. Hill,
Daniel R. Krathwohl dan Ralph E. Tylor merupakan pencetus metode tersebut.
Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa Taksonomi
(pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada ketiga jenis
domain yang melekat pada diri peserta didik,yaitu: (a) ranah proses berpikir (cognitive
domain), (b) ranah nilai atau sikap (affective domain), dan (c) ranah keterampilan
(psychomotor domain). Dari ketiga domain di atas, peneliti mengkhususkan
pembahasan pada satu ranah tujuan pendidikan yaitu proses berpikir (cognitive
domain). Bloom mengklasifikasikan ranah kognitif ke dalam enam level terendah
sampai dengan level tertinggi. Keenam level dimaksud adalah: pengetahua/ingatan
(knnowledge) (C1), pemahaman (comprehension) (C2), penerapan (application)(C3),
analisis (analysis) (C4), sintesis (synthesis) (C5), dan penilaian (evaluation) (C6).
Berdasarkan keenam level tersebut dapat digambarkan sebuah tangga.

Penjelasan mengenai indikator taksonomi Bloom yang terdiri dari enam aspek
dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut ini.
1. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan adalah ingatan tentang materi atau bahan yang sudah pernah
dipelajari yang telah disampaikan guru.Kemampuan dalam tahap ini menuntut
siswa untuk dapat mengenali atau mengetahi adanya konsep, fakta atau istilah-
istilah tanpa harus mengerti atau dapat memggunakan. Indikator dari pengetahuan
adalah siswa dapat menyebutkan, menunjujkkan, mengenal, mengingat kembali,
menyebutkan definisi, memilih, dan menyatakan. Pengetahuan adalah level paling
rendah dari Taksnomi Bloom karena siswa hanya mampu untuk mengingat saja
dari yang didapatnya.

Feri Yohanes 27
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

2. Pemahaman (Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap arti suatu materi atau informasi
yang dipelajari atau yang disampaikan guru. Kemampuan siswa lebih tinggi
setelah melewati tingkatan hafalan pada tingkatan awal.Kamampuan dalam tahap
ini siswa sudah mampu memahami dan mencerna makna yang terkandung dari
pesan yang sudah dihafalkan sebelumnya. Kamampuan pemahaman dapat
dijabarkan menjadi tiga kategori sebagai berikut: 1) Menerjemahkan adalah
sebagai perubahan konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik, pengalihan
konsep yang berupa kata-kata ke dalam gambar atau grafik, 2) Menginterprestasi
adalah kemampuan untuk mengenal dan memahami serta siswa diharapkan
mampu untuk menafsirkan kembali data, 3) Mengekstrapolasi adalah kemampuan
siswa untuk memahmai hal- hal yang berkaitan dengan pola dan intelektual yang
lebih tinggi.
3. Penerapan (Application)
Penerapan adalah kemampuan menerapkan informasi atau materi yang telah
dipelajari ke dalam suatu keadaan baru dan konkret dengan hanya mendapat
sedikit pengarahan. Penerapan yang dimaksud siswa dapat menggunakan suatu
aturan, konsep, metode dan teori guna memecahkan masalah. Pada tahap ini siswa
mampu menerapkan pesan yang bersifat teoritis tersebut dalam aktivitas dan
permasalahan yang baru dan lebih konkret.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemapuan memecahkan atau menguraikan suatu materi atau
informasi menjadi komponen-komponen yang lebih keci sehingga lebih mudah
dipahami. Kemampuan analisi dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu: 1)
Analisis Unsur artinya diiperlukan kemampuan merumuskan asumsi-asumsi dan
mengidentifikasi unusu- unsur penting dan dapat membedakan antara fakta dan
nilai, 2) Analisis Hubungan artinya analisi yang menuntut kamampuan siswa
dalam mengenal unsur-unsur dan pola hubungannya, 3) Analisis Prinsip-Prinsip
yang Terorganisasi artinya analisis hubungan yang menuntut kemampuan siswa
dalam menganalisis pokok-pokok yang melandasi tatanan suatu organisasi.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian atau komponen
menjadi suatu bentuk yang lengkap dan unik. Pada tahap ini siswa mampu
mengkombinasikan beberapa permasalahan menjadi satu rangkaian yang utuh,
sehingga terbukti bahwa pesan yang didapat memiliki keterkaitan antara satu
pesan dengan pesan yang lain.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan menentukan nilai suatu materi, pernyataan, laporan,
cerita, atau lainnya untuk tujuan tertentu. Penilaian dilakukan berdasarkan pada
satu kriteria yang baku dan jelas. Tingkatan terakhir dari pemahaman adalah
tingkatan evaluasi.Pada tahap ini siswa mampu memberikan penilaian, argumen,
atau tanggapan dari pesan yang telah dipahami sehingga siswa memiliki
pandangan tersendiri dari pesan tersebut.

Feri Yohanes 28
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut
Sukmadinata (2009:53-60), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, presepsi, dan orang secara individual maupun kelompok. Sugiono
(2009:15), penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositifsime, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber dan data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan data dilakukan dengan triangulasi (gabungan) analisis dat bersifat
induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna
daripada generalisasi. Penelitian ini lebih menekankan pada makna yang akan diambil
dari hasil penelitian yang dilakukan.

Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung atas dua tahap yaitu: Pretest pada tanggal 4
September 2017 dan wawancara pada tanggal 16 September 2017. Penyusunan laporan
berlangsung sampai bulan Desember 2017.

Subyek Penelitian
Menurut Arikunto (2007:152), subyek penelitian adalah sesuatu yang sangat
penting kedudukannya di dalam penelitian, subyek penelitian harus ditata sebelum
peneliti mengumpulkan data. Subyek dalam penelitian ini dilakukan pada Siswa SMP
Kelas VIII C 1 Getasan yang diambil secara tingkatkan pemahaman untuk menjadi
subyek penelitian. Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan pre test untuk
menentukan tingkatan kelas rendah, sedang dan tinggi. Subyek setiap kelas dari rendah
sampai tinggi akan diambil dua siswa. Berdasarkan uraian diatas subyek dalam
penelitian ini adalah siswa siswa yang mewakili setiap tingkatan kelas dan
rekomendasi dari guru pamong.

Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik
wawancara, teknik tes dan teknik dokumentasi. Menurut Maryadi (2010:14), teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik yang
memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama. Teknik
pengumpulan data sangat penting dalam penelitian sebagai faktor yang mend ukung
proses penelitian dapat dijelaskan seperti dibawah ini.
1. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti
(Sugiyono, 2013: 194). Moleong (1991: 135) menjelaskan bahwa wawancara
dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam metode ini peneliti dan responden
berhadapan langsung (tatap muka) untuk mendapatkan informasi secara lisan
dengan mendapatkan data tujuan yang dapat menjelaskan masalah penelitian.

Feri Yohanes 29
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

2. Tes
Menurut Arikunto dan Jabar (2004) merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan menggunakan cara ata u aturan
yang telah ditentukan. Dalam hal ini harus dibedakan pengertian antara tes,
testing, testee, tester. Testing adalah saat pada waktu tes tersebut dilaksanakan
(saat pengambilan tes). Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa pada materi yang telah diajarkan.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen
yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain- lain.
Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar,
patung, film dan lain- lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Sugiyono
(2013:240).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil Pretest dan yang telah dilakukan, didapatkan 6 subjek
dengan tingkat kemampuan tinggi sedang dan rendah. Pengelompokan subjek dalam
kriteria tinggi sedang rendah sesuai dengan tahapan analisi Bloom yang terbagi dalam
6 tahap. Dalam setiap tingkat kemampuan berfikit tinggi, sedang dan rendah diwakili
dengan 2 subjek. Peneliti melakukan langkah selanjutnya dengan melakukan
wawancara yang dilakukan pada 6 subjek yang sudah dipilih tersebut. Penelitian ini
menghasilkan pemahaman konsep seuai dengan daya fikir subjek terhadap
permasalahan yang diberikan disertai dengan wawancara tidak terstruktur.Penelitian
dibagi dalam beberapa aktivitas. Aktivitas yang dilakukan peneliti diantaranya tes,
wawancara dan dokumentasi.Dari hasil wawancara yang sudah dilakukan didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Subjek berkemampuan Tinggi (2 subjek)
Siswa berkemampuan tinggi dalam subyek penelitian ini diambil dua subyek
yang diambil berdasarkan hasil pretest dan saran dari guru matematika yang mengajar.

Gambar 1. Subyek Pertama Kemampuan Tinggi

Feri Yohanes 30
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

Dalam hasil wawancara yang sudah dilakukan. Subjek pertama yang


mempunyai kemampuan tinggi ini mampu menyelesaikan soal yang diberikan oleh
peneliti dengan baik. Pemahaman tentang pengerjaan soal yang diberikan sesuai
dengan yang diharapkan peneliti. Dalam hal ini subjek mampu menyelesaikan sampai
ketahap Bloom yang terakhir yaitu tahap evaluasi.

Gambar 2. Subyek Kedua Ke mampuan Tinggi


Dalam hasil wawancara yang sudah dilakukan kepada subjek ke 2
berkemampuan tinggi didapatkan hasil bahwa subjek dapat menyelesaikan juga soal
yang diberikan peneliti sampai pada tahap evaluasi. Namun ada perbedaan yang terjadi
saat proses wawancara, dimana peneliti menemukan bahwa pemahaman subjek untuk
mengutarakan apa yang ia kerjakan masih kurang.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah dilakukan oleh 2 subjek, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pemahaman siswa jika sampai pada tahap evaluasi sesuai dengan
tahapan taksonomi Bloom, maka subjek tersebut dapat dikatakan berada pada
kemampuan tinggi. Subyek berkemampuan tinggi mampu menjawab semua
pertanyaan yang diberikan peneliti dengan berusaha untuk mencoba sampai subyek
menemukan hasil penyelesaian.
1. Subjek berkemampuan Sedang (2 subjek)
Siswa berkemampuan sedang dalam subyek penelitian ini diambil dua subyek
yang diambil berdasarkan hasil pretest dan saran dari guru matematika yang mengajar.

Gambar 3. Subyek Pertama Kemampuan Sedang

Feri Yohanes 31
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

Berdasarkan hasil wawancara dan pengerjaan yang dilakukan subjek ke 3


didapat hasil bahwa subje ke 3 ini hanya mampu menyelesaikan soal sampai nomor 3
saja. Dalam pengerjaan soal yang diberikan subjek dapat menghitung sesuai langkah
yang seharusnya, namun dalam menghitung hasil akhirnya subjek kurang teliti dalam
perhitungannya saja. Dengan demikian subjek ke 3 hanya sampai pada tahap
penerapan

Gambar 4. Subyek Kedua Ke mampuan Sedang


Berdasarkan hasil wawancara dan pengerjaan yang sudah dilakukan pada
subjek ke 4 didapatkan hasil bahwa subjek ini mampu mengerjakan soal sampai nomor
3 dengan menuliskan hasil yang benar. Saat lanjut ke nomor 4 subjek mengalami
sebuah kesulitan sehinggan subjek ke 4 ini hanya berhenti pada pengerjaan soal nomer
3 saja. Ini berarti subjek hanya mampu mencapai tahapan taksonomi Bloom pada tahap
penerapan.
Berdasarkan hasil wawancara dan pengerjaan yang sudah diberikan oleh
peneliti dapat disimpulkan bahwa kedua subjek diatas berada pada subjek yang
berkemampuan sedang.Penentuan subjek berkemampuan sedang juga berdasarkan
pada pemahamaman subjek yang berhenti pada tahap penerapan sesuai dengan tahapan
taksonomi Bloom.
2. Subjek berkemampuan Rendah (2 subjek)
Siswa berkemampuan rendah dalam subyek penelitian ini diambil dua subyek
yang diambil berdasarkan hasil pretest dan saran dari guru matematika yang mengajar.

Gambar 5. Subyek Pertama Berkemampuan Rendah

Feri Yohanes 32
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

Berdasarkan hasil wawancara dan pengerjaan subjek didapatkan hasil


pemahaman subjek yang berada pada tahap pengetahuan saja, dengan kata lain subjek
hanya mampu mengerjakan nomor 1 saja.

Gambar 6. Subyek Kedua Berkemampuan Rendah


Berdasarkan hasil wawancara dan pengerjaan subjek diatas dapat disimpulkan
bahwa subjek juga hanya mampu mengerjakan sampai pada tahap pengetahuan subjek.
Terdapat sedikit perbedaan dengan subjek satunya dimana subjek terakhir ini berusaha
mencoba untuk melanjutkan ke soal berikutnya namun tidak bisa.
Berdasarkan wawancara kedua subjek diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
subjek dapat dikatakan berkemampuan rendah jika hanya sampai pada tahap
pengetahuan saja.Tahap tersebut berdasarkan taksonomi Bloom yang pertama yaitu
pengetahuan.

Pembahasan
Hasil dari penelitian yang menyatakan bahwa ketiga kategori tingkatan subyek
mempunyai karakteristik yang baik. Hasil penelitian subyek berkemampun tinggi
terbagi menjadi dua siswa, yaitu: 1) Siswa pertama yang bernama Ulya dari hasil
pretest menunjukkan tergolong pada kategori tinggi, siswa dapat mencapai level akhir
evaluasi dari tingkatan Taksonomi Bloom dengan menjawab pertanyaan yang ada.2).
Siswa kedua yang bernama Anik dari hasil pretest menunjukkan tergolong pada
kategori tinggi, siswa dapat mencapai level akhir evaluasi dari tingkatan Taksonomi
Bloom dengan menyelesaiakn soal yang telah disajikan peneliti. Siswa ini tidak begitu
memahami akan konsep dasar tetapi dapat menyelesaikan permasalahan tentang luas
dan keliling segitiga.Hasil penelitian subyek berkemampuan sedang terbagi menjadi
dua, yaitu: 1). Siswa pertama yang bernama Elang dari hasil pretest menunjukkan
tergolong pada kategori sedang, siswa dapat mencapai level penerapan pada tingkatan
Taksonomi Bloom. Siswa hanya dapat menjawab pertanyaan awal serta dapat
menyelesaiakan permasalahan yang langsung dapat diselesaikan dengan menggunakan
rumus.Hambatan dalam menyelesaikan soal berikutnya siswa tidak dapat mengerjakan
karena soal tidak bisa diselesaikan langsung menggunakan rumus. Siswa ini tidak
dapat mencerna apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu untuk menentukan keliling
dan luas segitiga dan siswa menyerah karena tidak bisa mengerjakannya.2). Siswa
kedua yang bernama Galih dari hasil pretest menunjukkan tergolong pada kategori

Feri Yohanes 33
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

sedang, siswa dapat mencapai level penerapan pada tingkatan Taksonomi Bloom.
Siswa hanya dapat menyelesaikan pertanya sampai munculnya permasalahan yang
diberikan peneliti. Siswa dapat menyelesaikan masalah tersebut tetapi hasil akhir dari
pekerjaannya salah.Siswa telah berusaha mengecek kesalahannya dimana tetapi tidak
menyadari bahwa operasi pekerjaanya salah.Hasil penelitian subyek berkemampuan
rendah terbago menjadi dua, yaitu: 1). Siswa pertama yang bernama Rafdi dari hasil
pretest menunjukkan tergolong rendah, siswa dapat mencapai level pengetahuan atau
dasar pada tingkatan Taksonomi Bloom. Siswa hanya dapat menyelesaikan pertanyaan
awal yang diberikan peneliti tentang pengetahuan meliputi, pengertian segitiga dan
jenis-jenis segitiga serta perbedaan jenis-jenis segitiga. Siswa saat ditanya konsep luas
dan keliling belum mampu untuk menjelaskan atau menggambarkan serta
mendeskripsikannya. 2). Siswa kedua yang bernama Mizella dari hasil pretest
menunjukkan tergolong rendah, siswa dapat mencapai level pengetahuan atau dasar
pada tingkatan Taksonomi Bloom. Siswa ini hampir sama dengan ssiswa pertama pada
subyek rendah hanya dapat menyelesaikan pertanyaan awal yang diberikan peneliti
tentang pengetahuan meliputi, pengertian segitiga dan jenis-jenis segitiga serta
perbedaan jenis-jenis segitiga.
Berdasarkan tahap perkembangan Piaget yang keempat adalah periode
operasional formal (11 tahun sampai dewasa). Tahap operasional formal adalah tahap
akhir pada perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini dimulai dari anak
berumur sebelas tahun hingga dewasa.Karakteristik tahap ini adalah anak sudah
mempunyai kemampuan untuk berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Tahap ini anak juga dapat
menggunakan logika berfikirnya untuk mengenali keabstrakan yang ada
disekitarnya.penalaran terjuadi dalam struktur kognitif telah mampu menggunakan
simbo-simbol, abstraksi, dan generalisasi. Anak telah mempunyai kemampuan-
kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan dan
memahami konsep.Berdasarkan teori Gagne pada tipe belajar konsep yang
menyatakakan belajar pada tipe ini dimaksudkan anak dapat memperoleh pemahaman
atau pengertian tentang seusatu yang mendasar. Konsep dasar sangatlah penting untuk
mendasari suatu proses perkembangan dalam hal belajar. Belejar mempunyai konsep
awal sampai akhir yaitu penyelesaian masalah langkah- langkah yang digunakan harus
urut dan sistematis untuk mempermudah anak dapat memaha mi sesuatu yang sedang
dipelajari.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga
tingkat kemampuan yang siswa miliki mempunyai pemahaman konsep pada keliling
dan luas segitiga yang berbeda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa subyek yang
mempunyai kemampuan tinggi dapat mencapai level puncak dari Taksonomi Bloom
yaitu evaluasi (Evaluation) setelah menyelesaikan pertanyaan dari tahap awal sampai
akhir penyelesaian masalah serta pengungkapan materi segitiga, subyek yang
mempunyai kemampuan sedang dapat mencapai level penerapan (Apllication) setelah
menyelesaikan pertanyaan dari tahap awal tetapi berhenti pada tahap penerapan karena

Feri Yohanes 34
Feri Yohanes / JMP Online Vol. 2 No. 1 Januari (2018) 23-35

tidak bisa untuk menganalisis permasalahan yang lebih sulit, subyek yang mempunyai
kemampuan rendah dapat mencapai level awal atau dasar yaitu pengetahuan
(Knowlegde) karena hanya bisa menjawab definisi dan jenis-jenis segitiga, siswa tidak
mampu untuk menjelaskan konsep keliling dan luas dari segitiga serta perbedaannya.

Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh peneliti yaitu bagi peneliti lain yang hendak
melakukan penelitian sejenis diharapkan mampu lebih baik dari penelitian sebelumnya
yang telah dilakukan sehingga kekurangan dalam penelitian sebelumnya dapat
terhindar pada penelitian selanjutnya. Peneliti lain yang hendak meneliti sebaiknya
mempersiapkan semua komponen pendukung yang akan digunakan serta pemilihan
subyek harus tepat sesuai dengan kualitas siswa jangan sampai terkecoh dengan siswa
yang mendapt nnilai tinggi tetapi kenyataannya tidak bisa menjawab semua pertanyaan
dengan tepat. Saran untuk guru yang mengajar matematika gunakan Taksonomi Bloom
ini sebagai media evaluasi ketika mengajar dikelas apakah siswa sudah dpat mengerti
dan paham akan apa yang telah diajarkan pendidik sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Kesumawati, Nila. 2008. Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika. Universitas PGRI
Palembang
Khoiri, Miftahul. 2014. Pemahaman Siswa pada Konsep Segiempat Berdasarkan Teori
Van Hiele. Prosiding Seminar Nasional Matematika. Universitas Jember.
Mawaddah, Siti dan Maryanti, Ratih. 2016. Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa SMP dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan
Terbimbing (Discovery Learning). Jurnal Pendidikan Matematika. Universitas
Lambung Mungkarat.
Muniroh, Afidatul. 2015. Profil Pemahaman Berdasarkan Taksonomi Bloom Siswa
Kelas XI IPA MA Pembangunan Pacitan dalam Menyelesaikan Soal Matematika
Materi Suku Banyak Ditinjau dari Kemampuan Akademik. Skripsi. Institut
Agama Islam Negeri Tulungagung.
Murizal, Angga. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran
Quantum Teaching. Jurnal Pendidikan Mtematika FMIPA UNP.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Pendekatan
Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Wibowo, Puji. 2016. Analisis Tingkat Kognitif Latian Soal Berdaarkan Taksonomi
Bloom Pada Buku Teks Matematiks SMP Kelas VIII Kurikulum 2013. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember.

Feri Yohanes 35

Anda mungkin juga menyukai