Contoh-Contoh Etiket:
Berlaku bila Ada maupun tidak ada saksi mata Ada saksi mata
1. Perbedaan Keberlakuan
Perbedaan etika dan etiket dapat dilihat dari keberlakuannya. Etika adalah
norma yang berlaku meski kita tidak sedang dalam pengawasan orang lain.
Meski tidak ada saksi mata, jika kita mempunyai etika maka kita akan
menghindari suatu perbuatan yang bernilai buruk. Contohnya adalah larangan
mencuri. Seorang yang punya etika tidak akan mencuri sesuatu dari seseorang
meskipun ada kesempatan dan tidak ada saksi yang mengawasinya.
Sementara etiket adalah norma yang hanya berlaku dalam pergaulan.
Ketika ada orang lain, etiket berlaku, sedangkan jika tidak ada orang lain
maka etiket tidak berlaku. Contoh sederhananya adalah adab mengupil,
kentut, meludah, bersendawa, makan tanpa sendok, dan lain sebagainya.
Tindakan-tindakan tersebut akan dinilai kurang sopan jika ada orang lain yang
menyaksikannya, sementara jika tidak ada orang lain, melakukan semua
tindakan tersebut tidaklah menjadi masalah.
2. Perbedaan Sifat
Perbedaan etika dan etiket juga bisa ditinjau dari sifat keduanya. Etika
berlaku secara absolut sementara etiket bersifat relatif. Contoh mudahnya
adalah etika larangan mencuri dan etiket makan tanpa sendok. Etika larangan
mencuri diakui oleh semua bangsa dan agama di dunia sementara etiket
makan tanpa sendok hanya berlaku di kalangan borjuis, sementara dalam
agama Islam tindakan tersebut justru menjadi anjuran (sunnah).
3. Perbedaan Cara Memandang
Cara memandang dan menilai etika dan etiket seseorang juga berbeda.
Etika harus dinilai secara batiniah, sementara etiket hanya dapat dipandang
secara lahiriah. Artinya, walaupun memiliki tingkah laku yang baik, secara
batiniah seorang yang mencuri tetaplah pencuri. Orang tersebut tidak beretika,
karena orang yang beretika tidak akan punya sifat munafik. Sedangkan
seorang yang berniat mencuri akan tetap dipandang memiliki etiket jika ia
dapat bertingkah laku secara baik dan sopan di depan orang lain.
4. Perbedaan Makna
Perbedaan etika dan etiket yang terakhir terletak pada maknanya. Makna
etika adalah sebagai norma atau aturan tentang perbuatan, contohnya mencuri
tidak dibolehkan, menipu tidak dibolehkan, berkata jujur diharuskan, dan lain
sebagainya. Sedangkan makna etiket lebih sempit, yaitu terkait dengan cara
perbuatan yang harus dilakukan, contohnya memberikan sesuatu
menggunakan tangan kanan, makan menggunakan sendok, menguap dengan
menutup mulut, dan lain sebagainya.
B. Tata Pergaulan
1. Tata Krama
a. Pengertian Tata Krama
Tata Krama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam
lingkungan pergaulan antara manusia setempat dan berlaku dalam kurun
waktu tertantu. Secara Harfiah tata krama terdiri dari dua kata yaitu : tata berarti
adat, aturan dan lain-lain. Dan krama yang berarti sopan santun, kelakuan atau
perbuatan. Sebutan lain untuk tata krama yaitu etika yang merupakan bagian dari
kehidupan kita.
Tata krama atau adat sopan santun atau yang biasa disebut etiket telah
menjadi bahan dalam hidup kita, ia telah menjadi persyaratan dalam hidup sehari-
hari, malahan menjadi meningkat dan sangat berperan untuk memudahkan
manusia diterima di masyarakatnya. Pada waktu kita masih kanak-kanak, secara
tidak sadar orang tua kita telah melatih anda agar menerima pemberian orang
dengan tangan kanan,lalu mengucapkan terima kasih.
Tata krama adalah kebiasaan. Kebiasaan ini merupakan tata cara yang
lahir dalam hubungan antar manusia. Kebiasaan ini muncul karena adanya aksi
dan reaksi dalam pergaulan. Sebagai contoh, kalau orang indonesia setuju dengan
apa yang dikemukakan ia akan mengangguk- anggukan kepalanya. Sebaliknya di
negeri lain ada yang menyatakan setuju dengan menggeleng-gelengkan
kepalanya.
b. Pentingnya Tata Krama
Orang tua kita juga melatih kita cara makan,minum, menyapa, memberi
hormat, berbicara, berpakaian, dan bersikap jika ada tamu yang datang kerumah
anda. Lama kelamaan perilaku kita terbentuk menjadi suatu kebiasaan, tanpa
memikirkan mengapa kita harus bertindak seperti yang demikian.
Tata krama yang semula berlaku dalam lingkungan terbatas, lama
kelamaan dapat merambat kelingkungan masyarakat yang lebih luas. Banyak
manusia yang memiliki jenis manusia tipe durian, yaitu orang yang
penampilannya tidak menarik, kasar, dan tidak mengundang simpati, namun
berhati emas. Hatinya diliputi sifat-sifat terpuji, seperti rendah hati, suka
memaafkan, suka menolong, dan menghargai orang, serta tidak menyakiti orang
lain. Manusia tipe kedondong akan dijauhi orang setelah merasakan betapa asam
sifat-sifatnya.
Disinilah letak betapa pentingnya tata krama. Orang yang mengenal dan
menerapkannya akan melahirkan penampilan yang menarik seperti kulit
kedongdong,dan perhatian itu tepancar dari hati seperti isi durian. Orang yang
memiliki tatan karma yang baik berarti mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya
berarti dia bias membaca peluang. Kemungkinan besar orang yang mampu
menyesuaikan diri dan membaca peluang adalah orang yang akan sukses di
kemudian hari.
c. Jenis-Jenis Tata Krama
1) Tata Krama Berbicara
a) Sopan santun berbicara berkaitan erat dengan:
1. Siapa yang diajak bicara
2. Kalimat yang diperlukan
3. Dimana pembicaraan itu dilakukan
4. Sikap berbicara
5. Tata cara berbicara
b) Jika berbicara dengan orang yang lebih tua atau yang dihormati, maka
pergunakanlah bahasa yang sopan
c) Perlu diperhatikan dimana pembicaraan itu dilakukan
d) Perlu diingat dalam berbicara dengan seseorang perlu menghindari sikap-
sikap:
a) Memotong pembicaraan orang lain
b) Memborong pembicaraan
c) Berbicara tanpa memandang yang diajak bicara
d) Berbicara berkepanjangan tak tentu arah
e) Acuh tak acuh terhadap pembicaraan teman bicara
2) Tata Krama Pergaulan
Bergaul yang baik adalah pergaulan dari hati dengan penuh keihlasan.
Pergaulan dengan penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang
bernilai rendah tidak akan pernah ‘langgeng’ dan cenderung akan
menimbulkan masalah. Bergaul dengan hati akan membuat kita tentram dan
nyaman. Kita tidak akan dihantui dengan perasaan tidak enak dan tidak ada
rasa takut kehilangan.
Apalagi kita bergaul dengan orang yang sering menyakiti hati, baik secara
lisan maupun sikap/perbuatan. Niscaya kita tidak akan pernah tenang dan
senang bergaul dan berdekatan dengan orang tersebut. Bahkan nantinya kita
cenderung menghindari mereka. Hal ini juga berlaku bagi kita, jika kita
dianggap merugikan sehingga sejak awal pun orang akan menghindari diri
kita.
Orang yang menyesuaikan diri dalam pergaulan adalah orang yang dapat
menyesuaikandiri dengan tatakrama yang berlaku.
Agar terjadi hubungan selaras, serasi, sesuai dengan etika pergaulan
seseorang perlu bersikap antara lain :
a) Acuh terhadap orang lain
b) Mengetuk pintu bila akan memasuki suatu tempat
c) Memberi salam bila berjumpa seseorang
d) Mohon maaf bila terlambat-melakukan perintah dengan wajah yang
jernih
e) Dapat menempatkan diri
f) Sanggup menyesuaikan diri dengan lingkungan
g) Rendah hati, tidak ingin menang sendiri
h) Siap memberi bantuan sesuai batas kemampuan
i) Mengucapkan terima kasih bila menerima bantuan dari orang
Dalam bergaul kita patut mematuhi rambu-rambu atau tata krama dalam
pergaulan agar kita senantiasa membina hubungan baik dengan orang lain.
Rambu-rambu tersebut adalah :
1. Hindari Penghinaan
Janganlah pernah melakukan hal-hal yang bersifat merendahkan,
ejekan, dan penghinaan dalam bentuk apapun terhadap orang lain, baik
tentang kepribadiannya, postur tubuhnya, kemampuannya dan kaadaan
sosialnya. Hal ini akan menimbulkan perasaan sakit hati dan dendam
terhadap seseorang.
2. Hindari Ikut Campur Urusan Pribadi
Hindari ikut campur urusan pribadi orang lain yang tidak ada
manfaatnya bagi kita, bila terlibat. Karena bila kita melakukannya,
yang muncul hanyalah ketidaksuka-sukaan di salah satu pihak.
3. Hindari Memotong Pembicaraan
Janganlah suka memotong pembicaraan orang lain, jika hal ini
dilakukan dalam bergaul akan berkembang menjadi ketidaksukaan
bahkan kebencian dapat bersarang ditubuh seseorang. Karena betapa
tidak enaknya bila kita sedang bicara kemudian tiba-tiba dipotong dan
disangkal oleh orang lain.
4. Hindari Membanding-bandingkan
Sedikitpun jangan sekali-kali secara sengaja membanding-
bandingkan orang lain, baik itu berupa jasa, kebaikan penampilan,
perbuatan, harta dan sebagainya. Jika orang tersebut mendengarkan
menyebabkan dia merasa dirinya tidak berharga, merasa rendah diri
atau sampai terhina.
5. Jangan membela musuhnya dan mencaci kawannya.
Setiap orang mempunyai kawan yang disukai maupun yang
dibenci. Bila membela musuhnya, maka kita akan bergabung dengan
musuhnya. Sedangkan apabila kita membenci kawannya maka kita
akan dianggap sedang mencaci dirinya. Karena orang itupun akan
merasa terhina bila temannya dihina. Sebaiknya bersikaplah netral
untuk kebaikan semua pihak. Sementara itu, dalam bergaul seharusnya
kita prioritaskan adalah memperbanyak kawan bukan lawan.
6. Hindari Merusak Kebahagiaan
Bila seseorang tengah suka cita, gembira dan bahagia jangan
sekali-kali kita melakukan tindakan yang merusak kebahagiaan atau
kegembiraannya saat itu juga.
7. Jangan Mengungkit masa Lalunya
Janganlah pernah mengungkit kesalahan, aib atau kekurangan yang
sedang berusaha ditutup-tutupi. Siapa tahu kelemahan di masa lalu
sudah terhapus dengan ia bertaubat. Belajarlah untuk selalu bersama-
sama memulai lembaran baru yang lebih putih, bersih dan bersemangat
untuk mengisi lembaran tersebut dengan kebaikan demi kebaikan.
8. Hati-hati dengan marah
Kemarahan yang tak terkendali dapat menghasilkan kata dan
perilaku yang keji, yang akan melukai perasaan orang lain. Hal ini
tentunya dapat merusak atau menghancurkan hubungan baik di
lingkungan manapun.
9. Hindari Menertawakan Orang lain.
Sebagian besar sikap menertawakan muncul karena menyaksikan
kekurangan orang lain. Sikap, penampilan dan wajah terkadang
membuat sebagian orang tertawa karena terlihat lucu dimata mereka.
Ingatlah tertawa yang tidak pada tempatnya akan mengundang rasa
sakit hati dan merasa terhina.
Orang yang dapat menyesuaikan diri dalam pergaulan adalah orang yang
dapat menyesuaikan diri dengan tata krama yang berlaku. Dalam etika pergaulan
manusia perlu diperhatikan 3 hal, yaitu : siapa yang dihadapi, dimana pergaulan
itu berlangsung, dan bagaimana cara bersikap.
Disusun oleh:
Kelompok III
Ihza Handika 1610711018
Endang Dwi Suhartiningsih 1610711055
Assyfa Siti Rohmah 1610711061
Siti Juharotul Fikriyah 1610711123