Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI DIRUANG INTENSIF WANITA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 08 Juli 2019 s/d 03 Agustus 2019

Oleh :
Sri Linda, S.Kep
NIM 194691920034

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
DIRUANG INTENSIF WANITA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 08 Juli 2019 s/d 03 Agustus 2019

Oleh :
Sri Linda, S.Kep
NIM 194691920034

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

………………………… ……………………….
NIP. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar
manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
hidupnya, kesehatannya dan kesejahteraannya sesuai dengan kondisi
kesehatannya . Klien dinyatakan terganggu perawatan dirinya ika tidak
dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah & Iskandar, 2012:147).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku
negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154).

B. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut Fitria (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Mandi/hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
2. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam,memilih pakaian, meggunakan alat
tambahan, emngguakan kancig tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskkan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, meggunakan alat tambahan, mendapat makanan,
membuka container, memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil
makanan dari wadah lalu memasukannya ke mulut, melengkapi
makan, mencerna makanan menurut cara diterima masyarakat,
mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil
(Mukhripah & Iskandar, 2012:149-150)

C. Klasifikasi
Menurut NANDA (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: Mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri: Berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas berpakaian dan berias untuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: Makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas sendiri
4. Defisit perawatan diri: Eliminasi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktivitas eliminasi sendiri.

D. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Pola perawatan diri kadang perawatan Tidak melakukan
seimbang diri kadang tidak perawatan saat
stress

Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan
mampu untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan
stresor kadang – kadang klien tidak memperhatikan perawatan
dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.
E. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi pada deficit perawatan diri menurut (Mukhripah &
Iskandar, 2012: 148), yaitu :
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
F. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene menuurut
(Mukhripah & Iskandar, 2012: 148) adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang
untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

G. Mekanisme Koping
1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi sosial, menarik diri
4. Intelektualisasi (Mukhripah & Iskandar, 2012:153).
Mekanisme koping secara penggolongannya menurut (Herdman
Ade, 2011:153-154) mekanisme koping menurut penggolongannya
dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukund fungsi integrasi,
pertumbuhan, belajar mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatn diri secara mandiri.

2. Mekanisme koping maladaptive

Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

H. Proses Terjadinya Masalah

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa


terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan
untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan
diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan
secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting ( buang air
besar [BAB]atau buang air kecil [BAK])secara mandiri (Yusuf, Rizky &
Hanik,2015:154).

I. Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan kesehatan
(BAB dan BAK, mandi, makan dan minum)

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Causa Menurunnya motivasi
dalam perawatan diri

Isolasi Sosial Menarik Diri

J. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Defisit perawatan diri
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
2. Data Yang Perlu Dikaji
a. Data Mayor
1) Data Subjektif
a) Mengatakan malas mandi
b) Tidak tahu cara berpakaian/berhias dengan baik
c) Tidak tahu cara eliminasi yang baik
2) Data Objektif
a) Badan kotor dan tidak terawatt
b) Rambut tidak rapi
c) Pakaian/dandanan tidak rapi
b. Data Minor
1) Data Subjektif
a) Merasa tidak berguna
b) Merasa tidak perlu mengubah penampilan
c) Merasa tidak ada yang perduli
d) Mengatakan ingin disuapi
2) Data Objektif
a) Tidak tersedia alat kebersihan
b) Tidak tersedia alat makan
c) Tidak tersedia alat toileting
Klien mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak
mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias,
tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
c. Data Obyektif:
Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang
dan kotor, gigi kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa
menggunakan alat mandi.

K. Diagnosa Keperawatan Jiwa


1. Penurunan Kemampuan dan Motivasi Merawat Diri
2. Defisit Perawatan Diri
L. Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa
1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
a. Untuk Klien
Tujuan Umun: Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya
untuk memperhatikan kebersihan diri.
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
Kriteria evaluasi: Dalam berinteraksi klien menunjukan tanda-
tanda percaya pada perawat:
1) Wajah cerah, tersenyum
2) Mau berkenalan
3) Ada kontak mata
4) Menerima kehadiran perawat
5) Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
a) Berikan salam setiap berinteraksi.
b) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
perawat berkenalan.
c) Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi.
e) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f) Buat kontrak interaksi yang jelas.
g) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h) Penuhi kebutuhan dasar klien.
2. Untuk Keluarga
a. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien dan
memotivasi klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan
keluarga
b. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
2. Defisit Perawatan Diri
a. Untuk Klien
Tujuan: Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian, makan, dan BAB/BAK
Intervensi:
1) Mengkaji kemampuan melakukan perawatan diri secara
mandiri
2) Memberikan cara melakukan mandi/membersihkan diri,
berhias, makan/minum, BAB/BAK secara mandiri
3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
mengawali masalah kurang perawatan diri.

b. Untuk Keluarga
1) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri
yang dibutuhkan oleh klien agar dapat menjaga kebersihan
diri
2) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat dan
memantau klien dalam merawat klien
3) Anjurkan klien untuk memberikan pujian atas keberhasilan
klien dalam merawat diri.
M. Strategi Pelaksanaan Tindakan
SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 1 SP 1
1) Identifikasi masalah 1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan
perawatan diri, berdandan, keluarga dalam merawat pasien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
makan dan minum serta
defisit perawatan diri, dan jenis defisit
BAB/BAK
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri yang dialami pasien
kebersihan diri beserta proses terjadinya
3) Jelaskan cara dan alat 3) Menjelaskan cara-cara merawat pasien
kebersihan diri defisit perawatan diri
4) Latih cara menjaga
kebersihan diri : mandi,
ganti pakaian, sikat gigi,
cuci rambut dan potong
kuku
5) Masukkan dalam jadwal
kegiatan untuk latihan
mandi, sikat gigi (2 kali per
hari), cuci rambut (2 kali
perminggu) potong kuku
(1x/minggu)
SP 2 SP 2
1) Evaluasi kegiatan 1) Melatih keluarga mempraktekkan cara
kebersihan diri. Beri pujian merawat pasien dengan defisit perawatan
2) Jelaskan cara dan alat
diri
untuk berdandan 2) Melatih keluarga melakukan cara merawat
3) Latih cara berdandan
langsung kepada pasien defisit perawatan
setelah kebersihan diri :
diri
sisiran, rias muka untuk
wanita, sisiran, cukuran
untuk pria
4) Masukan: jadwal kegiatan
untuk kebersihan diri
SP Pada Pasien SP Pada Keluarga
SP 3 SP 3
1) Evaluasi kegiatan 1) Membantu keluarga membuat jadual
kebersihan diri dan aktivitas di rumah termasuk minum obat
berdandan. Beri pujian. (discharge planning)
2) Jelaskan cara dan alat 2) Menjelaskan follow up pasien setelah
makan minum pulang
3) Latih cara makan dan
minum yang baik
4) Masukan jadwal kegiatan
untuk latihan kebersihan
diri, berdandan, makan
minum yang baik
SP 4
1) Evaluasi kegiatan
kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum. Beri
pujian
2) Jelaskan eliminasi/toileting
yang baik
3) Latih cara eliminasi/toileting
yang baik
4) Masukkan jadwal kegiatan
untuk latihan kebersihan
diri, berdandan, makan dan
minum serta BAB/BAK
SP 5-12
1) Evaluasi kegiatan
latihan perawatan diri :
kebersihan diri, dandan,
makan dan minum, BAB
dan BAK. Beri pujian
2) Latih kegiatan harian
3) Nilai kemampuan yang
telah mandiri
4) Nilai apakah perawatan
diri telah baik
Daftar Pustaka

Herdman Ade. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal Wahit, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Salemba Medika.

Keliat, B. A., dkk. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN


(Basic Course). Yogyakarta: EGC.

Mukhripah & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika


Aditama.

Nanda. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions and Classification (2015-2017)


Tenth Edition editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta:
ECG.

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Medika.

Yusuf, Rizky, & Hanik. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai