Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

Berat badan adalah sakah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal.

Penyumbang utama kematian BBLR adalah prematuritas, infeksi, asfiksia lahir,

hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa penelitian telah

membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada bayi berat lahir rendah

(BBLR) dan bayi prematur jumlahnya cukup bermakna. Dilaporkan BBLR

merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang cukup tinggi, yaitu sebanyak

27 % kasus.

WHO melaporkan, bayi dengan berat lahir rendah berkonstribusi sebanyak 60

hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki risiko kematian 20 kali

lebih besar dari bayi dengan berat normal. Berdasarkan data WHO dan UNICEF, pada

tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir

dengan berat badan lahir rendah. Adapun persentase BBLR di negara berkembang

adalah 16,5 % dua kali lebih besar dari pada negara maju (7%). Presentasi angka

kejadian BBLR di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah kelahiran BBLR

tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010

sebesar 11,1%

Bayi dengan berat lahir rendah memberikan dampak yang tidak hanya dalam

jangka pendek seperti ikterus atau gangguan pernafasan, namun akan berdampak

jangka panjang baik pada psikis maupun fisik anak seperti ganngguan perkembangan,

gangguan bicara dan komunikasi, gangguan belajar, kelainan bawaan dan sebagainya.

1
Maka mengingat segala komplikasi yang dapat terjadi dan masih tingginya

angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), penulis merasa perlu membuat referat

tentang bayi berat lahir rendah untuk mengetahui gambaran umum maupun

tatalaksananya.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
< 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (IDAI, 2010)
2.2 Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR:
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500
gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum
mencapai 38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih
dari 42 minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)

3
Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal
Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai
berikut:
- bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu
- bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu
- bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan
neonatus kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)
2.3 Faktor-faktor Penyebab BBLR
2.3.1 Faktor ibu
1. Sosioekonomi dan demografi
Sosioekonomi meliputi status sosial ekonomi yang rendah, status perkawinan,
tingkat pendidikan yang rendah. Budaya meliputi ras/ suku. Faktor demografi
meliputi umur ibu sewaktu hamil. Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh
usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang
terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. Kehamilan
pada usia muda merupakan faktor resiko hal ini disebabkan belum matangnya
organ reproduksi untuk hamil (endometrium belum sempurna) sedangkan pada
umur diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur serta memperbesar
kemungkinan untuk menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat
terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan
beresiko untuk mengalami kelahiran prematur. Angka kejadian prematuritas
tertinggi ialah pada usia kurang dari 20 tahun. Kejadian terendah terjadi pada usia
antara 26–35 tahun.

4
Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan,
pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan
berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam
memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.
Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gzi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan
janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa hamil.
Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang ibu yang
mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rumah tangga dalam upaya
meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan ibu selama kehamilan
dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat
dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung.
Kejadian prematuritas juga terjadi pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah. Hal ini karena hamil diluar nikah masih merupakan sesuatu yang belum
dapat diterima masyarakat, karena dianggap sebagai anak haram atau hasil
perzinahan. Wanita yang hamil diluar nikah akan menghadapi masalah psikologis
yaitu takut, rendah diri terhadap kehamilannya sehingga cenderung untuk
menghilangkan dengan cara menggugurkan kandungan. Oleh sebab itu layanan
antenatal bahkan tidak pernah dilakukan.
2. Resiko medis ibu
Resiko medis ibu sebelum hamil antara lain paritas, bila berat badan kurang
dari 40 kg dan tinggi badan ibu kurang dari 145 cm, cacat bawaan, pernah
melahirkan BBLR, abortus spontan dan faktor genetik. Paritas adalah jumlah
anak yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu. Paritas yang beresiko melahirkan
BBLR adalah paritas nol yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari
empat. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena kondisi
rahim ibu belum pulih jika untuk hamil kembali.
Jarak kehamilan juga merupakan faktor resiko medis ibu sebelum hamil yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran

5
semakin besar resiko melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh
komplikasi perdarahan antepartum, partus prematur dan anemia berat.
Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami
gangguan/komplikasi selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu
komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi, perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
estrogen. Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
asupan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin.

BBLR juga terjadi jika Ibu menderita pre eklampsia dan eklampsia. Pre
eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan / nifas yang ditandai dengan kejang dan koma. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta
menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi partus
prematur.

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya


perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, diabetes mellitus dan
penyakit infeksi menjadi salah satu penyebab BBLR karena janin tumbuh lambat
atau memperpendek usia kehamilan ibu.

Penyakit infeksi akut antara lain disebabkan oleh masuknya


mikroorganisme patogen dalam tubuh kemudian dapat menyebabkan timbulnya
tanda-tanda atau gejala penyakit. Mikroorganisme penyebab infeksi dapat berupa
bakteri, protozoa, jamur dan virus (rubella, toksoplasma). Hal tersebut dapat
menyebabkan kelainan dan penularan kongenital pada bayi sehingga bayi yang
dilahirkan prematur.

Patogenesis kejadian BBLR juga diakibatkan oleh penyakit TB paru,


malaria, penyakit non infeksi seperti penyakit jantung, asma dan kurang gizi
(KKP) karena status gizi yang buruk. Penyakit- penyakit tersebut dapat
mengganggu proses fisiologis metabolisme dan pertukaran gas pada janin
berakibat terjadinya partus prematur sehingga beresiko BBLR. Anemia pada ibu
hamil adalah suatu keadaan yang menunjukkan kadar haemoglobin (Hb) di dalam

6
darah lebih rendah dari nilai normal yaitu 11 g/100 ml. Kehamilan memerlukan
tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah janin dan plasenta. Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu
dapat terjadi abortus, persalinan prematur, perdarahan antepartum.
3. Lingkungan dan perilaku
Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena pajanan asap rokok, serta
konsumsi alkohol dan obat-obatan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR.
Menurut penelitian angka insidensi bayi BBLR dari ibu yang merokok dua kali
lebh besar dari ibu yang tidak merokok. Penggunaan obat juga menyebabkan
sejumlah efek yang merusak pada janin termasuk pertumbuhannya dan dapat
menyebabkan cacat kongenital. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga
berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi mutasi gen sehingga dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin.
Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan
BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi
seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehigga
suplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di
dataran tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan
asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh
karena gangguan oksigenisasi/ kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat
menyebabkan lahirnya bayi BBLR.
4. Pelayanan antenatal
Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan
terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan
perawat yang sudah dilatih. Jumlah kunjungan perawatan kehamilan berkaitan
dengan kejadian BBLR. Pengaruh pelayanan antenatal selama kehamilan
terhadap kejadian BBLR meliputi faktor-faktor sebagai berikut yaitu : kunjungan
pertama pelayanan antenatal, jumlah kunjungan pelayanan antenatal, serta
kualitas pelayanan antenatal.

5. Faktor resiko lain yang berkembang seperti stress, faktor fisik dan psikososial
Kondisi kejiwaan ibu juga sangat berpengaruh kepada janin. Oleh sebab
itu keadaan mental ibu selama kehamilan juga harus dijaga dan diperhatikan,
antara lain dengan cara memberikan motivasi kepada ibu selama pemeriksaan

7
kehamilan. Dukungan psikologis dan perhatian akan berdampak terhadap pola
kehidupan sosial pada wanita hamil, sehingga wanita hamil merasa nyaman dan
dapat menjaga emosional selama kehamilannya. Gangguan emosional dapat
mengganggu kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya serta menghambat
asuhan neonatal pascapersalinan.
2.3.2 Faktor janin
1. Hidraamion/polihidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat
mencapai 1000 cc untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38
sehingga hanya tinggal beberapa ratus cc saja. Hidraamnion dianggap sebagai
kehamilan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak, pada
hidramnion menyebabkan uterus regang sehingga dapat menyebabkan partus
prematur. Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda.
2. Kehamilan ganda/ kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang
umumnya baru lahir pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.
Frekuensi hidramnion kira – kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
ganda daripada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar cenderung untuk
terjadinya partus prematur.
3. Keadaan lain yang mungkin terjadi BBLR yaitu cacat bawaan akibat kelainan
kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan karena infeksi
intrauterine (menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal
dismaturity) sehingga janin lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau mati
dalam kandungan, BBLR dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu
keluarnya cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih dari 20 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi
janin. Bila usia kehamilan belum cukup bulan, namun ketuban sudah pecah
sebelum waktunya maka hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran prematur
sehingga bayi yang dilahirkan beresiko untuk BBLR.
2.4 Tanda dan Gejala BBLR
 Berat kurang dari 2500 gram

 Panjang badan kurang dari 45 cm.

 Lingkar dada kurang dari 30 cm.

8
 Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

 Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

 Kepala lebih besar dari badan (Saleha, 2012: 27).

 Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

 Otot hipotonik lemah.

 Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

 Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.

 Kepala tidak mampu tegak.

 Pernapasan 40 – 50 kali / menit.

 Nadi 100 – 140 kali / menit.

 Oosifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.

 Tulang rawan daun telinga belum cukup

2.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam

jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

A. Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan

mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR (3):

1. Umur ibu

2. Riwayat hari pertama haid terakir

3. Riwayat persalinan sebelumnya

4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya

5. Kenaikan berat badan selama hamil

9
6. Aktivitas

7. Penyakit yang diderita selama hamil

8. Obat-obatan yang diminum selama hamil

B. Pemeriksaan Fisik.

Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

1. Berat badan < 2500 gram

2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)

3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa

kehamilan).

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:

1. Pemeriksaan Skor Ballard

2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan

3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa

kadar elektrolit dan analisa gas darah.

10
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur

kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau

didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

2.6 Masalah Yang Sering Muncul pada Bayi BBLR

a. Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR

Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahanpada sistem tubuh,

oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil.Kematian perinatal pada bayi

BBLR adalah 8 kali lebih besar daribayi normal. Prognosis akan lebih buruk

bila berat badan semakinrendah, kematian sering disebabkan karena

komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan,

intracranial dan hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf,

gangguanbicara, tingkat kecerdasan rendah,. Prognosis ini juga tergantung

dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat

kehamilan, persalinan, dan postnatal. Pengaturan suhu lingkungan, resusitasi,

makanan, pencegahan infeksi, mengatasi pernapasan, asfiksia,

hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dan lainlain. Di bawah ini adalah beberapa

resiko permasalahan yang

mungkin akan timbul :

1) Gangguan Metabolik

a) Hipotermia

Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system pengaturan suhu

tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang

mengalami hipotermia adalah sebagai berikut :

1. Suhu tubuh 32˚C.

2. Mengantuk dan sukar dibangunkan.

11
3. Menangis sangat lemah.

4. Seluruh tubuh dingin.

5. Pernafasan lambat.

6. Pernafasan tidak teratur.

7. Bunyi jantung lambat.

8. Mengeras kaku (sklerema).

9. Tidak mau menetek, sehingga berisiko dehidrasi.

b) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah masalah metabolik paling umum pada neonatus. pada

anak-anak, nilai glukosa darah kurang dari 40 mg/Dl (2,2 MMOL/L)

merupakan hipoglikemia (Nadyah, 2013).

c) Hiperglikemia

Hiperglikemia sering merupakan masalah pada bayi yang sangat amat

prematur yang mendapat cairan glukosa berlebihan secara intravena tetapi

mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.

d) Masalah pemberian ASI

Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan

BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat

mengisap. Bayi BBLR sering mendapatkan ASI dengan bantuan,

membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering.

2) Gangguan Pernafasan

a) Sindroma gangguan pernafasan

Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah perkembangan

imatur pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada

paru-paru. Secara garis besar, penyebab sesak nafas pada neonatus dibagi

12
menjadi 2 (dua), yaitu kelainan medik : sindroma aspirasi meconium,

pneumonia atau kasus bedah choana atresia, fistula trachea oesophagus,

empisema lobaris konginetal.

b) Asfiksia

Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada

proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir.

Bayi BBLR membutuhkan kecepatan dan keterampilan resusitasi.

c) Apneu Periodik (Henti Nafas)

Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paru-paru dan

susunan saraf pusat yang belum sempurna mengakibatkan kadang-kadang

bayi berhenti bernafas. Hal ini tentu memerlukan pemantauan dengan

saksama.

d) Paru Belum Berkembang

Sehingga menyebabkan bayi sesak nafas (asfiksia). Pada bayi BBLR baik

kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi

pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir.

3) Gangguan sistem peredaran darah

a) Masalah perdarahan

Perdarahan pada neonatus mungkin dapat disebabkan karena kekurangan

faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau

menurun, gangguan trombosit, misalnya trombositopenia, trombositopati dan

gangguan pembuluh darah. Sebagai tindakan pencegahan perdarahan otak

dan saluran cerna pada BBLR, dapat diberikan injeksi vitamin K.

b) Anemia

13
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis

pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit serta bertambah besarnya

volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh

karena itu anemia pada BBLR terjadi lebih dini.

c) Kejang

Suatu kondisi apabila ditemukan adanya tremor yang disertai adanya

penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata,

atau anggota gerak lainnya. Atau terjadi mulut mencucu, terjadi kekauan

seluruh tubuh tanpa adanya rangsangan.

4) Gangguan cairan dan elektrolit

a) Gangguan eliminasi

Karena ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa

metabolism dan air masih belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara

anatomis maupun fungsinya.

b) Distensi abdomen

Distansia abdomen adalah kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. Distensi

abdomen akibat dari motilitas usus yang berkurang, volume lambung

berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk

mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa, vitamin yang larut dalam

lemak dan beberapa mineral tentu berkurang.

c) Gangguan Pencernaan

Saluran pencernaan pada bayi BBLR belum berfungsi sempurna sehingga

penyerapan makanan degan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot

pencernaan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung

berkurang.

14
b. Masalah jangka panjang pada BBLR

1) Masalah Psikis

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat

lahir rendah (BBLR) antara lain adalah sebagai berikut :

a) Gangguan perkembangan dan pertumbuhan

Pada bayi BBLR, pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan

dengan maturitas otak.

b) Gangguan bicara dan komunikasi

Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan bicara yang

menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi BBLR

kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan BLN sampai usia 6 ½

tahun.

c) Gangguan neurologi dan kognisi.

Luaran jangka panjang BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) erat

hubungan dengan usia kehamilan dan kelainan neurologi berbanding terbalik

dengan derajat imaturitas bayi (ditinjau dari berat lahir atau masa gestasi).

d) Gangguan belajar/masalah pendidikan sulit menilai untuk

Negara berkembang karena faktor kemiskinan juga berperan pada kinerja

sekolah. Suatu penelitian longitudinal di Negara maju (UK dan Eropa)

menunjukkan bahwa lebih banyak anak BBLR dimasukkan ke sekolah

khusus.

2) Masalah Fisik

a) Penyakit paru kronis

Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama

kehamilan dan radiasi udara di lingkungan.

15
b) Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran

Sering dikeluhkan gangguan penglihatan meskipun telah diberikan oksigen

terapi terkendali. Biasanya Retinophaty of prematurity (ROP) ini menyerang

bayi BBLR dengan BB < 1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu. Bayi

bisa mengalami kebutaan.

c) Kelainan bawaan

Kelainan bawaan (kelainan congenital) adalah suatu kelainan pada struktur,

fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika

dilahirkan. Secara umum, kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi

akibat :

a. Hilangnya bagian tubuh tertentu.

b. Kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu.

c. Kelainan bawaan pada kimia tubuh.

d. Faktor fisik pada rahim

e. Faktor genetik dan kromosom

2.7.Tatalaksana
Adapun penatalaksanaan atau manajemen terapi pada bayi BBLR

yaitu:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panasbadan dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolisme rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi

prematur harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati

dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat dibungkus

dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau

16
menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi

kanguru dalam kantung ibunya.

b. Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi

Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan

pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan

kebutuhan bayi berat badan lahir rendah. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan

pertama jika bayi mampu mengisap. ASI merupakan makanan yang paling

utama, sehingga ASI adalah pilihan yang harus didahulukan untuk

diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak

cukup mengisap. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

diminumkan dengan sendok perlahanlahan atau dengan memasang sonde ke

lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI

ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu

formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.

c. Pencegahan infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya

mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama

disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah,

aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan

fungsi imun belum berpengalaman. Fungsi perawatan disini adalah member

perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi

BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.

Digunakan masker dan

baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,

hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alatalat yang digunakan, isolasi

17
pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan,

menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia, dan

pemberian antibiotik yang tepat.

d. Penimbangan berat badan

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan

harus dilakukan dengan ketat

e. Pemberian oksigen

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,

akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan

sekitar 30-35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi

dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina

bayi yang dapat menimbulkan kebutaan

f. Pengawasan jalan nafas

Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea,

bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveoleris ke alveoli.

Terhambatnya jalan nafas dapat menimbulkan

asfiksia, hipoksia, dan akhirnya kematian. Selain itu BBLR tidak dapat

beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga

dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan

apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang

cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini

diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi lendir),

dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau

menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi

18
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian

intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus

mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi BBLR (Proverawati,

2010)

2.8 PROGNOSIS

Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa

gestasi (makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka

kematian), asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler,

infeksi gangguan metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia).

Asfiksia sendiri merupakan komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir

rendah, bila tidak segera diatasi maka prognosis neonatus menjadi buruk.

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang

tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu

lingkungan, resusitasi, makanan).

19
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas
 Nama : By. Ny. H
 Tanggal Lahir : 17 September 2018
 Jenis Kelamin : Perempuan
 BBL : 1620 gram
 PB : 42 cm
 Alamat : Bandar Kedung Mulyo - Jombang
 RM : 41 88 86
Ayah:
o Nama : Tn. V
o Usia : 34 tahun
o Pekerjaan : Swasta
o Pendidikan : SMA
Ibu:
o Nama : Ny. H
o Usia : 33 tahun
o Pekerjaan : IRT
o Pendidikan : SMA

3.2 Anamnesis
Keluhan utama:
BBLR
RPS :
• Dx ibu GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
• Bayi lahir Spt B, bayi lahir langsung menangis , ketuban jernih., AS 7-8 jam
07.10
• Kondisi bayi saat di ruangan : Apgar score 7-8  BB 1620 gram. Kondisi
bayi gerak tangis cukup , sesak (-), pernapasan cuping hidung (-), BAK/BAB
(-/-) .

Riwayat kehamilan ibu :


 Dx ibu GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II

 Aktivitas selama kehamilan tidak melakukan pekerjaan yang berat, hanya


melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak menyapu dan
mencuci.Sebelum merasakan kontraksi ibu melakukan senggama bersama
suaminya malam hari hari
 Selama kehamilan,

20
Trimester I -
Trimester II  2x kontrol bidan, USG –, Robboransia
Trimester III  4x kontrol Sp.OG, USG 3x, Robboransia
Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-), keputihan (-), keguguran (-)
Riwayat persalinan :
 Ibu melahirkan di Ruang bersalin RSUD Jombang
 Usia kehamilan 35 minggu
 Bayi lahir Spontan letak kepala, Ketuban Jernih, Plasenta Lahir lengkap jam
07.10.
 Sudah diberikan Inj. Vitamin K 1 mg i.m dan gentamycin eye drop 1 tetes
OD/OS

3.3. Pemeriksaan Fisik


Kesan Umum : gerak tangis : cukup
Tanda-tanda Vital :
- HR : 113 kali/menit
- RR : 42 kali/menit
- Suhu : 35,7 °C
- CRT : < 3 detik
Antropometri:
- BBL : 1620 gram
- Panjang Badan : 42 cm
- Lingkar kepala : 27 cm
- Lingkar Dada : 24 cm
- Lingkar abdomen: 22 cm

Ballard Score :
Maturitas fisik Bayi
Total ballard score: 13+13 = 26 ≈ 34-35 minggu

21
Sistem Neurologis
- Kesadaran : Waspada
- Aktivitas : Bangun/sadar
- Pergerakan : Spontan
- Tonus : Normal
- Kejang : (-)

22
Kepala dan Leher Bayi
- Tidak ada cephal hematoma, tidak ada Caput succadenum
- Anemis (-), ikterus (-)
- Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
- Mukosa mulut dan bibir basah, sianosis (-)
Sistem Pernafasan :
- Warna Kulit : Merah muda
- Kecepatan nafas : 42 x/menit, reguler
- Pernafasan : grunting (-), pergerakan simetris, retraksi(-)
- SuaraNafas : vesikuler, tidak ada ronchi maupun wheezing
Down score :
o Frekuensi nafas : 42x/ menit
o Sianosis : Tidak ada
o Retraksi /PCH : tidak ada
o Air entry : udara masuk bilateral baik
o Merintih : Tidak ada
Total :0
Sistem cardiovaskular:
- Suara jantung : reguler, HR 113 x/menit
- Auskultasi : dengar dengan mudah, S1 S2 tunggal

23
- Murmur : tidak
- Denyut nadi perifer : normal
- CRT : <3 detik
Sistem gastrointestinal:
- Inspeksi : flat
- Bising usus : (+) normal
- Palpasi abdomen : soefl, turgor kulit baik
- Umbilicus : tidak ada tanda-tanda infeksi, pus tidak ada
- Anus : ada

3.4 POMR
Clue and Cue :
 GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
 Bayi lahir 1620 gram/ perempuan/AS 7-8 /down score 0
 Gerak tangis kuat, Ketuban Jernih
 Plasenta lahir lengkap
BKB-SMK
Problem List :
- BKB-SMK
- BBLR
Initial Diagnosis :
 BKB + BBLR
Planing Diagnosis :
 -
Planing Therapy :
 MRS
 Perawatan BBLR dan tali pusat
 Thermoregulasi
 KMC
 Latihan Minum ASI
Planing Monitoring
- Tanda-tanda vital (suhu)

24
- Berat Badan tiap hari
- Tanda bahaya dan infeksi
- Kemampuan Menghisap
- Monitoring tali pusat
Planing Edukasi
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasien
 Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan diberikan kepada pasien
 Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis yang mungkin akan terjadi
 Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi

3.5 POMR

Tgl 17 September 2018 18 September 2018


S Gerak tangis cukup Gerak tangis cukup
Sesak(-) Sesak(-)
Hipesalivasi(-) Hipesalivasi(-)
Demam(-) Demam(-)
BAB BAK +/+ BAB BAK +/+
Tumpah (-) 

O HR 148 RR 50 S 35.7 HR 150 RR 46 S 35.9


Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-) Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-)
Thorak : Thorak :
P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh
(-/-), Wh (-/-) (-/-), Wh (-/-)
C : S1S2 tunggal C : S1S2 tunggal
Abdomen : Soefl, Flat Abdomen : Soefl, Flat
Ekstrimitas : akral hangat (+/+), Ekstrimitas : akral hangat (+/+), CRT
CRT 3” 3”
BB : 1605 BB : 1600
A - BKB - BKB
- BBLR - BBLR

P - Thermoregulasi - Thermoregulasi
- ASI 8x20-25 cc - ASI 8x 25-30 cc

25
Tgl 19 September 2018 17 September 2018
S Gerak tangis cukup Gerak tangis cukup
Sesak(-) Sesak(-)
Hipesalivasi(-) Hipesalivasi(-)
Demam(-) Demam(-)
BAB BAK +/+ BAB BAK +/+
Tumpah (­) Tumpah (­)
Latian netek + KMC (+)
O HR 144 RR 48 S 36.7 HR 140 RR 44 S 36.8
Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-) Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-)
Thorak : Thorak :
P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh
(-/-), Wh (-/-) (-/-), Wh (-/-)
C : S1S2 tunggal C : S1S2 tunggal
Abdomen : Soefl, Flat Abdomen : Soefl, Flat
Ekstrimitas : akral hangat (+/+), Ekstrimitas : akral hangat (+/+), CRT
CRT 3” 3”
BB : 1645 BB : 1650
A - BKB - BKB-SMK
- BBLR - BBLR
P - Thermoregulasi - Thermoregulasi
- KMC - ASI 30-35 cc
- ASI 8x30-35 cc - KRS

26
BAB 4
PEMBAHASAN
BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi.Dari anamnesis didapatkan informasi pasien
 Dx ibu GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
 Bayi lahir / 1620 gram/ laki-laki/ AS 7-8/ down score 0/ballard 26 ≈ 34-35
minggu

 SptB lahir langsung menangis , gerak tangis kuat, ketuban Jernih

Sehingga menurut klasifikasinya


1. Menurut harapan hidupnya
Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 2000- 2100 gram.
2. Menurut masa gestasinya
Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (BKB-
SMK).

Sedangkan berdasarkan factor penyebabnya didapatkan


1. Factor Ibu Keterangan
a. Ekonomi + Factor ekonomi bisa menjadi factor
yang mempengaruhi BBLR pada kasus
ini karena ekonomi menengah kebawah
dapat mempengaruhi gizi bayi pada
masa kehamilan
b. Status perkawinan - Status menikah (tidak factor)
c. Tingkat pendidikan + Disini dari kedua orang tua, pendidikan
terakhir SMA dan SMA sehingga
mungkin pengetahuan tentang gizi yang
diperlukan ibu pada waktu kehamilan
kurang dipantau
d. Paritas + Di dalam teori mengatakan bahwa pada
ibu dengan riwayat abortus salah satu
factor terjadinya BBLR (ibu abortus 2x)
e. Hiperemesis - Tidak ada riwayat kehamilan pada ibu
Gravidarum
f.Pre eklampsi dan - Tidak ada riwayat kehamilan pada ibu
eklampsia bahwa terdapat pre eklampsi atau
eklampsi
g. Penyakit tahunan - Tidak ada riwayat kehamilan pada ibu
bahwa ibu terdapat penyakit tahunan
2. Lingkungan dan
perilaku

27
a. Merokok/terkena + Walaupun sang ibu tidak merokok, tapi
pajanan asap rokok ibu merupakan perokok pasif sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan bayi,
dalam teori menyebutkan bahwa
merokok beresiko menyebabkan BBLR
2x dari pada yang tidak merokok.
b. Konsumsi alkohol dan - Dari anamnesis tidak ada riwayat
obat-obatan beresiko kehamilan pada ibu bahwa
mengkonsumsi alcohol atau obat-obatan
beresiko
c. Pelayanan antenatal + Anjuran pemerintah dalam melakukan
ANC:
Trimester 1 min 1x  2x
Trimester 2 min 1x  2x
Trimester 3 min 2x  3x

Pada kasus ini ibu htidak melakukan


ANC pada awal kehamilan

3. Faktor janin
a. Hidramnion / - Tidak ada riwayat kehamilan pada ibu
polihidramnion bahwa terdapat hidramnion

b. Kehamilan ganda/ - Tidak ada riwayat persalinan bahwa


kembar bayi gemeli
c. Cacat bawaan - Tidak ada pemeriksaan pada bayi
bahwa mengalami kelainan bawaan

Data bayi
 Bayi lahir / 1620 gram/ perempuan / AS 7-8 / down score 0/ballard 26 ≈ 34-35
minggu
 SptB lahir langsung menangis , gerak tangis kuat, ketuban Jernih

Kesan Umum : gerak tangis : cukup


Tanda-tanda Vital :
- HR : 148 kali/menit
- RR : 50 kali/menit
- Suhu : 36.5°C
- CRT : < 3detik
Antropometri:
- BBL : gram
- Panjang Badan : 45 cm
- Lingkar kepala : 30 cm

28
- Lingkar Dada : 28 cm
- Lingkar abdomen: 26 cm

Dari data diatas maka dapart disimpulakan bahwa pernapasan bayi tidak ada
masalah (AS 8-9), tidak hipotermi (36.5) dan tidak ada indikasi pemberian antibiotic
(ketuban jernih, suhu 36.5,) sehingga dalam kasus ini masalah yang dihadapi adalah
murni BBLR tanpa komplikasi.
Sehingga tatalaksana pada bayi ini adalah
1. Thermoregulasi  karena bayi baru lahir masih menyesuaikan suhu dengan
lingkuan sekitar, sehingga bayi ditaruh dibwah lampu untuk menjaga suhu
sekitar.
2. Latihan netek + KMC  ini merupakan latihan untuk menjalin hubungan
antara ibu dengan bayi, sekaligus melatih ibu untuk bisa memberikan asi pada
bayi.
3. Perawatan Bayi & Tali pusar
4. Pemberian ASI  untuk menjaga gizi dan berat badan dari bayi
a. Hari 1  8x5 cc (normalnya 8x7cc karena BBLR dan lambung
bayi masih seukuran biji kemiri maka diberi 8x5 cc)
b. Hari 2  8x10 cc (normalnya 8x14 cc akan tetapi karena bayi
masih tumpah waktu diberi 8x5cc maka diberi 8x10 cc terlebih
dahulu)
c. Hari 3  8x25 cc

29
BAB V
KESIMPULAN

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan Bayi Baru Lahir (BBL).

Rerata berat badan normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 3200

gram. Secara umum, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih besar resikonya untuk

mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir. BBLR adalah bayi dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir rendah

adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

Angka kematian bayi menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan

30
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya di masa depan.

Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi BBLR ditinjau dari faktor

ibu, kehamilan, dan faktor janin. Faktor ibu meliputi gizi saat hamil kurang, umur ibu

(<20 tahun dan > 35 tahun), jarak kehamilan terlalu dekat, dan penyakit menahun,

faktor kehamilan seperti hidramnion dan kehamilan ganda. Faktor janin yang

mempengaruhi BBLR seperti cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Faktor-faktor

resiko lainnya yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain paritas, status

ekonomi, pendidikan, dan pekerjaan ibu.

DAFTAR PUSTAKA

Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.

31
Crisp S, Rainbow Jo. 2013. Emergencies in paediatrics and neonatology. 2 nd edition.
Oxford medical publications: Oxford University Press

Dekpes. 2009. Kumpulan buku acuan kesehatan bayi baru lahir

Gomella TL. 2013. Neonatology management, procedure, on-call problems, diseases,


and drugs. 7th edition. McGraw-Hill Education: Lange

Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

Lissauer T et al.2016. Neontaology at a glance third edition. Wiley Blackwell

Mahayana SAS, Chunrayetti E, Yulistini. 2015. Faktor yang berpengaruh terhadap


kejadian berat lahir rendah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, pp: 664-673

Polin RA, Yoder MC. 2015. Workbook in practical neonatology. 5th edition. Elsevier
saunders: Philadelphia, PA

Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013

Rudolph AJ. 2017. Guidelines for acute care of the neonate edition 25 th. Departemen
of neonatology: Baylor College of Medicine

32

Anda mungkin juga menyukai