BBLR
BBLR
PENDAHULUAN
Berat badan adalah sakah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor terpenting kematian neonatal.
hipotermia dan pemberian ASI yang kurang adekuat. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa kematian karena hipotermia pada bayi berat lahir rendah
merupakan salah satu penyebab kematian neonatal yang cukup tinggi, yaitu sebanyak
27 % kasus.
hingga 80% dari seluruh kematian neonatus dan memiliki risiko kematian 20 kali
lebih besar dari bayi dengan berat normal. Berdasarkan data WHO dan UNICEF, pada
tahun 2013 sekitar 22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir
dengan berat badan lahir rendah. Adapun persentase BBLR di negara berkembang
adalah 16,5 % dua kali lebih besar dari pada negara maju (7%). Presentasi angka
kejadian BBLR di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2013, jumlah kelahiran BBLR
tahun 2013 adalah 10,2%, mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2010
sebesar 11,1%
Bayi dengan berat lahir rendah memberikan dampak yang tidak hanya dalam
jangka pendek seperti ikterus atau gangguan pernafasan, namun akan berdampak
jangka panjang baik pada psikis maupun fisik anak seperti ganngguan perkembangan,
gangguan bicara dan komunikasi, gangguan belajar, kelainan bawaan dan sebagainya.
1
Maka mengingat segala komplikasi yang dapat terjadi dan masih tingginya
angka kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR), penulis merasa perlu membuat referat
tentang bayi berat lahir rendah untuk mengetahui gambaran umum maupun
tatalaksananya.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
< 2500 gram tanpa memandang usia gestasi (IDAI, 2010)
2.2 Klasifikasi
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR:
Bayi dengan berat lahir rendah sering diklasifikasikan berdasarkan :
1. Berat badan lahir
a. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), dengan berat lahir <1000
gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), dengan berat lahir 1001-1500
gram.
c. Bayi berat lahir rendah (BBLR), dengan berat badan 1501-2499 gram .
2. Usia kehamilan
a. Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan belum
mencapai 38 minggu.
b. Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan 38-42
minggu.
c. Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan lebih
dari 42 minggu.
3. Usia kehamilan dan berat badan lahir
a. Masa kehamilan kurang dari 38 minggu dengan berat yang sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan (sesuai untuk masa kehamilan=SMK),
dimana masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur.
b. Bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan=KMK)
3
Untuk mendapatkan keseragaman, maka pada kongres Ëuropean perinatal
Medicine” ke II di London (1970) telah diusulkan definisi sebagai
berikut:
- bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37
minggu
- bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu
- bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan
neonatus kurang bulan-sesuai dengan masa kehamilan (NKB-SMK)
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya pada masa
gestasi. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya ( KMK)
2.3 Faktor-faktor Penyebab BBLR
2.3.1 Faktor ibu
1. Sosioekonomi dan demografi
Sosioekonomi meliputi status sosial ekonomi yang rendah, status perkawinan,
tingkat pendidikan yang rendah. Budaya meliputi ras/ suku. Faktor demografi
meliputi umur ibu sewaktu hamil. Prognosa kehamilan sangat ditentukan oleh
usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang
terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan resiko tinggi. Kehamilan
pada usia muda merupakan faktor resiko hal ini disebabkan belum matangnya
organ reproduksi untuk hamil (endometrium belum sempurna) sedangkan pada
umur diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur serta memperbesar
kemungkinan untuk menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat
terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin dan
beresiko untuk mengalami kelahiran prematur. Angka kejadian prematuritas
tertinggi ialah pada usia kurang dari 20 tahun. Kejadian terendah terjadi pada usia
antara 26–35 tahun.
4
Faktor sosial ekonomi, budaya berhubungan dengan tingkat pendidikan,
pekerjaan ibu, ekonomi keluarga. Pendidikan secara tidak langsung akan
mempengaruhi hasil suatu kehamilan khususnya terhadap kejadian bayi dengan
berat badan lahir rendah. Hal ini dikaitkan dengan pengetahuan ibu dalam
memelihara kondisi kehamilan serta upaya mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan selama kehamilan.
Ekonomi keluarga dapat menunjukkan gambaran kemampuan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan gzi ibu selama hamil yang berperan dalam pertumbuhan
janin. Keadaan sosial ekonomi sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas.
Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan keadaan gizi yang kurang baik dan periksa hamil.
Pekerjaan fisik banyak dihubungkan dengan peranan seorang ibu yang
mempunyai pekerjaan tambahan diluar pekerjaan rumah tangga dalam upaya
meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan ibu selama kehamilan
dapat menimbulkan terjadinya prematuritas karena ibu tidak dapat beristirahat
dan hal tersebut dapat mempengaruhi janin yang sedang dikandung.
Kejadian prematuritas juga terjadi pada bayi yang lahir dari perkawinan yang
tidak sah lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan
yang sah. Hal ini karena hamil diluar nikah masih merupakan sesuatu yang belum
dapat diterima masyarakat, karena dianggap sebagai anak haram atau hasil
perzinahan. Wanita yang hamil diluar nikah akan menghadapi masalah psikologis
yaitu takut, rendah diri terhadap kehamilannya sehingga cenderung untuk
menghilangkan dengan cara menggugurkan kandungan. Oleh sebab itu layanan
antenatal bahkan tidak pernah dilakukan.
2. Resiko medis ibu
Resiko medis ibu sebelum hamil antara lain paritas, bila berat badan kurang
dari 40 kg dan tinggi badan ibu kurang dari 145 cm, cacat bawaan, pernah
melahirkan BBLR, abortus spontan dan faktor genetik. Paritas adalah jumlah
anak yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu. Paritas yang beresiko melahirkan
BBLR adalah paritas nol yaitu bila ibu pertama kali hamil dan paritas lebih dari
empat. Hal ini dapat berpengaruh pada kehamilan berikutnya karena kondisi
rahim ibu belum pulih jika untuk hamil kembali.
Jarak kehamilan juga merupakan faktor resiko medis ibu sebelum hamil yang
mempengaruhi kejadian BBLR. Semakin kecil jarak antara dua kelahiran
5
semakin besar resiko melahirkan BBLR. Kejadian tersebut disebabkan oleh
komplikasi perdarahan antepartum, partus prematur dan anemia berat.
Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami
gangguan/komplikasi selama kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu
komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi secara terus menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi, perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar
estrogen. Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
asupan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin.
BBLR juga terjadi jika Ibu menderita pre eklampsia dan eklampsia. Pre
eklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan. Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita
hamil, dalam persalinan / nifas yang ditandai dengan kejang dan koma. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta
menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi partus
prematur.
6
darah lebih rendah dari nilai normal yaitu 11 g/100 ml. Kehamilan memerlukan
tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk
sel darah merah janin dan plasenta. Pengaruh anemia terhadap kehamilan yaitu
dapat terjadi abortus, persalinan prematur, perdarahan antepartum.
3. Lingkungan dan perilaku
Perilaku ibu yang suka merokok maupun terkena pajanan asap rokok, serta
konsumsi alkohol dan obat-obatan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR.
Menurut penelitian angka insidensi bayi BBLR dari ibu yang merokok dua kali
lebh besar dari ibu yang tidak merokok. Penggunaan obat juga menyebabkan
sejumlah efek yang merusak pada janin termasuk pertumbuhannya dan dapat
menyebabkan cacat kongenital. Radiasi dan paparan zat-zat racun juga
berpengaruh, kondisi tersebut dikhawatirkan terjadi mutasi gen sehingga dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin.
Lingkungan juga mempengaruhi untuk menjadi resiko untuk melahirkan
BBLR. Faktor lingkungan yaitu bila ibu bertempat tinggal di dataran tinggi
seperti pegunungan. Hal tersebut menyebabkan rendahnya kadar oksigen sehigga
suplai oksigen terhadap janin menjadi terganggu. Ibu yang tempat tinggalnya di
dataran tinggi beresiko untuk mengalami hipoksia janin yang menyebabkan
asfiksia neonatorum. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap janin oleh
karena gangguan oksigenisasi/ kadar oksigen udara lebih rendah dan dapat
menyebabkan lahirnya bayi BBLR.
4. Pelayanan antenatal
Pemeriksaan antenatal dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan
terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu pembantu bidan, bidan, dokter dan
perawat yang sudah dilatih. Jumlah kunjungan perawatan kehamilan berkaitan
dengan kejadian BBLR. Pengaruh pelayanan antenatal selama kehamilan
terhadap kejadian BBLR meliputi faktor-faktor sebagai berikut yaitu : kunjungan
pertama pelayanan antenatal, jumlah kunjungan pelayanan antenatal, serta
kualitas pelayanan antenatal.
5. Faktor resiko lain yang berkembang seperti stress, faktor fisik dan psikososial
Kondisi kejiwaan ibu juga sangat berpengaruh kepada janin. Oleh sebab
itu keadaan mental ibu selama kehamilan juga harus dijaga dan diperhatikan,
antara lain dengan cara memberikan motivasi kepada ibu selama pemeriksaan
7
kehamilan. Dukungan psikologis dan perhatian akan berdampak terhadap pola
kehidupan sosial pada wanita hamil, sehingga wanita hamil merasa nyaman dan
dapat menjaga emosional selama kehamilannya. Gangguan emosional dapat
mengganggu kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya serta menghambat
asuhan neonatal pascapersalinan.
2.3.2 Faktor janin
1. Hidraamion/polihidramnion yaitu keadaan dimana banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc, pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat
mencapai 1000 cc untuk kemudian menurun lagi setelah minggu ke 38
sehingga hanya tinggal beberapa ratus cc saja. Hidraamnion dianggap sebagai
kehamilan resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak, pada
hidramnion menyebabkan uterus regang sehingga dapat menyebabkan partus
prematur. Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan ganda.
2. Kehamilan ganda/ kembar ialah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan bayi yang
umumnya baru lahir pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.
Frekuensi hidramnion kira – kira sepuluh kali lebih besar pada kehamilan
ganda daripada kehamilan tunggal. Pada kehamilan kembar cenderung untuk
terjadinya partus prematur.
3. Keadaan lain yang mungkin terjadi BBLR yaitu cacat bawaan akibat kelainan
kromosom (sindroma down, turner) serta cacat bawaan karena infeksi
intrauterine (menyebabkan gangguan pada bayi dalam bentuk fetal
dismaturity) sehingga janin lahir dengan berat badan yang lebih kecil atau mati
dalam kandungan, BBLR dapat terjadi akibat ketuban pecah dini yaitu
keluarnya cairan jernih dari vagina pada kehamilan lebih dari 20 minggu
sebelum proses persalinan berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kondisi
janin. Bila usia kehamilan belum cukup bulan, namun ketuban sudah pecah
sebelum waktunya maka hal tersebut dapat mengakibatkan kelahiran prematur
sehingga bayi yang dilahirkan beresiko untuk BBLR.
2.4 Tanda dan Gejala BBLR
Berat kurang dari 2500 gram
8
Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
2.5 Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam
jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan anamesis,
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan
BBLR (3):
1. Umur ibu
9
6. Aktivitas
B. Pemeriksaan Fisik.
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
C. Pemeriksaan Penunjang
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
10
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahanpada sistem tubuh,
oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil.Kematian perinatal pada bayi
BBLR adalah 8 kali lebih besar daribayi normal. Prognosis akan lebih buruk
dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
1) Gangguan Metabolik
a) Hipotermia
Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan system pengaturan suhu
tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun ciri-ciri bayi BBLR yang
11
3. Menangis sangat lemah.
5. Pernafasan lambat.
b) Hipoglikemia
c) Hiperglikemia
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat
membutuhkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih sedikit tetapi sering.
2) Gangguan Pernafasan
imatur pada system pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada
paru-paru. Secara garis besar, penyebab sesak nafas pada neonatus dibagi
12
menjadi 2 (dua), yaitu kelainan medik : sindroma aspirasi meconium,
b) Asfiksia
Bayi BBLR bisa kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada
Kerap terjadi pada bayi BBLR karena prematuritas. Organ paru-paru dan
saksama.
Sehingga menyebabkan bayi sesak nafas (asfiksia). Pada bayi BBLR baik
kurang, cukup atau lebih bulan, semuanya berdampak pada proses adaptasi
a) Masalah perdarahan
faktor pembekuan darah dan faktor fungsi pembekuan darah abnormal atau
b) Anemia
13
Anemia fisiologik pada bayi BBLR disebabkan oleh supresi eritropoesis
pasca lahir, persediaan besi janin yang sedikit serta bertambah besarnya
volume darah sebagai akibat pertumbuhan yang relative lebih cepat. Oleh
c) Kejang
penurunan kesadaran, terjadi gerakan yang tidak terkendali pada mulut, mata,
atau anggota gerak lainnya. Atau terjadi mulut mencucu, terjadi kekauan
a) Gangguan eliminasi
metabolism dan air masih belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara
b) Distensi abdomen
Distansia abdomen adalah kelainan yang berkaitan dengan usus bayi. Distensi
c) Gangguan Pencernaan
berkurang.
14
b. Masalah jangka panjang pada BBLR
1) Masalah Psikis
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat
menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi BBLR
tahun.
Luaran jangka panjang BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah) erat
dengan derajat imaturitas bayi (ditinjau dari berat lahir atau masa gestasi).
khusus.
2) Masalah Fisik
Keadaan ini dapat disebabkan karena infeksi, kebiasaan ibu merokok selama
15
b) Gangguan penglihatan (retinopati) dan pendengaran
bayi BBLR dengan BB < 1500 gram dan masa gestasi < 30 minggu. Bayi
c) Kelainan bawaan
akibat :
2.7.Tatalaksana
Adapun penatalaksanaan atau manajemen terapi pada bayi BBLR
yaitu:
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolisme rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematur dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
16
menggunakan metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan
pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan bayi berat badan lahir rendah. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan
pertama jika bayi mampu mengisap. ASI merupakan makanan yang paling
diberikan. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi yang tidak
cukup mengisap. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/kgBB/hari. Jika ASI
ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu
formula yang komposisinya mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
c. Pencegahan infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya
disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah,
aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan
perlindungan terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu, bayi
BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun.
baju khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata,
hidung, kulit, tindakan aseptis dan antiseptik alatalat yang digunakan, isolasi
17
pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat pasien ideal, mengatur kunjungan,
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
e. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
dalam masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina
asfiksia, hipoksia, dan akhirnya kematian. Selain itu BBLR tidak dapat
dapat lahir dengan asfiksia perinatal. Bayi BBLR berisiko mengalami serangan
apneu dan defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang
cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini
18
endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian
intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat dicegah sekaligus
2010)
2.8 PROGNOSIS
gestasi (makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka
Asfiksia sendiri merupakan komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir
rendah, bila tidak segera diatasi maka prognosis neonatus menjadi buruk.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang
tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu
19
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : By. Ny. H
Tanggal Lahir : 17 September 2018
Jenis Kelamin : Perempuan
BBL : 1620 gram
PB : 42 cm
Alamat : Bandar Kedung Mulyo - Jombang
RM : 41 88 86
Ayah:
o Nama : Tn. V
o Usia : 34 tahun
o Pekerjaan : Swasta
o Pendidikan : SMA
Ibu:
o Nama : Ny. H
o Usia : 33 tahun
o Pekerjaan : IRT
o Pendidikan : SMA
3.2 Anamnesis
Keluhan utama:
BBLR
RPS :
• Dx ibu GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
• Bayi lahir Spt B, bayi lahir langsung menangis , ketuban jernih., AS 7-8 jam
07.10
• Kondisi bayi saat di ruangan : Apgar score 7-8 BB 1620 gram. Kondisi
bayi gerak tangis cukup , sesak (-), pernapasan cuping hidung (-), BAK/BAB
(-/-) .
20
Trimester I -
Trimester II 2x kontrol bidan, USG –, Robboransia
Trimester III 4x kontrol Sp.OG, USG 3x, Robboransia
Riwayat diabetes mellitus (-), hipertensi (-), keputihan (-), keguguran (-)
Riwayat persalinan :
Ibu melahirkan di Ruang bersalin RSUD Jombang
Usia kehamilan 35 minggu
Bayi lahir Spontan letak kepala, Ketuban Jernih, Plasenta Lahir lengkap jam
07.10.
Sudah diberikan Inj. Vitamin K 1 mg i.m dan gentamycin eye drop 1 tetes
OD/OS
Ballard Score :
Maturitas fisik Bayi
Total ballard score: 13+13 = 26 ≈ 34-35 minggu
21
Sistem Neurologis
- Kesadaran : Waspada
- Aktivitas : Bangun/sadar
- Pergerakan : Spontan
- Tonus : Normal
- Kejang : (-)
22
Kepala dan Leher Bayi
- Tidak ada cephal hematoma, tidak ada Caput succadenum
- Anemis (-), ikterus (-)
- Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
- Mukosa mulut dan bibir basah, sianosis (-)
Sistem Pernafasan :
- Warna Kulit : Merah muda
- Kecepatan nafas : 42 x/menit, reguler
- Pernafasan : grunting (-), pergerakan simetris, retraksi(-)
- SuaraNafas : vesikuler, tidak ada ronchi maupun wheezing
Down score :
o Frekuensi nafas : 42x/ menit
o Sianosis : Tidak ada
o Retraksi /PCH : tidak ada
o Air entry : udara masuk bilateral baik
o Merintih : Tidak ada
Total :0
Sistem cardiovaskular:
- Suara jantung : reguler, HR 113 x/menit
- Auskultasi : dengar dengan mudah, S1 S2 tunggal
23
- Murmur : tidak
- Denyut nadi perifer : normal
- CRT : <3 detik
Sistem gastrointestinal:
- Inspeksi : flat
- Bising usus : (+) normal
- Palpasi abdomen : soefl, turgor kulit baik
- Umbilicus : tidak ada tanda-tanda infeksi, pus tidak ada
- Anus : ada
3.4 POMR
Clue and Cue :
GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
Bayi lahir 1620 gram/ perempuan/AS 7-8 /down score 0
Gerak tangis kuat, Ketuban Jernih
Plasenta lahir lengkap
BKB-SMK
Problem List :
- BKB-SMK
- BBLR
Initial Diagnosis :
BKB + BBLR
Planing Diagnosis :
-
Planing Therapy :
MRS
Perawatan BBLR dan tali pusat
Thermoregulasi
KMC
Latihan Minum ASI
Planing Monitoring
- Tanda-tanda vital (suhu)
24
- Berat Badan tiap hari
- Tanda bahaya dan infeksi
- Kemampuan Menghisap
- Monitoring tali pusat
Planing Edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang keadaan pasien
Menjelaskan tentang tatalaksana yang akan diberikan kepada pasien
Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis yang mungkin akan terjadi
Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi
3.5 POMR
P - Thermoregulasi - Thermoregulasi
- ASI 8x20-25 cc - ASI 8x 25-30 cc
25
Tgl 19 September 2018 17 September 2018
S Gerak tangis cukup Gerak tangis cukup
Sesak(-) Sesak(-)
Hipesalivasi(-) Hipesalivasi(-)
Demam(-) Demam(-)
BAB BAK +/+ BAB BAK +/+
Tumpah () Tumpah ()
Latian netek + KMC (+)
O HR 144 RR 48 S 36.7 HR 140 RR 44 S 36.8
Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-) Kepala : a/i/c/d -/-/-/- PCH (-)
Thorak : Thorak :
P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh P : retraksi (-), Vesikular (+/+) Rh
(-/-), Wh (-/-) (-/-), Wh (-/-)
C : S1S2 tunggal C : S1S2 tunggal
Abdomen : Soefl, Flat Abdomen : Soefl, Flat
Ekstrimitas : akral hangat (+/+), Ekstrimitas : akral hangat (+/+), CRT
CRT 3” 3”
BB : 1645 BB : 1650
A - BKB - BKB-SMK
- BBLR - BBLR
P - Thermoregulasi - Thermoregulasi
- KMC - ASI 30-35 cc
- ASI 8x30-35 cc - KRS
26
BAB 4
PEMBAHASAN
BBLR yaitu bayi berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
gestasi.Dari anamnesis didapatkan informasi pasien
Dx ibu GVP2022 UK 35 minggu, THIU + letkep + inp kala II
Bayi lahir / 1620 gram/ laki-laki/ AS 7-8/ down score 0/ballard 26 ≈ 34-35
minggu
27
a. Merokok/terkena + Walaupun sang ibu tidak merokok, tapi
pajanan asap rokok ibu merupakan perokok pasif sehingga
dapat mengganggu pertumbuhan bayi,
dalam teori menyebutkan bahwa
merokok beresiko menyebabkan BBLR
2x dari pada yang tidak merokok.
b. Konsumsi alkohol dan - Dari anamnesis tidak ada riwayat
obat-obatan beresiko kehamilan pada ibu bahwa
mengkonsumsi alcohol atau obat-obatan
beresiko
c. Pelayanan antenatal + Anjuran pemerintah dalam melakukan
ANC:
Trimester 1 min 1x 2x
Trimester 2 min 1x 2x
Trimester 3 min 2x 3x
3. Faktor janin
a. Hidramnion / - Tidak ada riwayat kehamilan pada ibu
polihidramnion bahwa terdapat hidramnion
Data bayi
Bayi lahir / 1620 gram/ perempuan / AS 7-8 / down score 0/ballard 26 ≈ 34-35
minggu
SptB lahir langsung menangis , gerak tangis kuat, ketuban Jernih
28
- Lingkar Dada : 28 cm
- Lingkar abdomen: 26 cm
Dari data diatas maka dapart disimpulakan bahwa pernapasan bayi tidak ada
masalah (AS 8-9), tidak hipotermi (36.5) dan tidak ada indikasi pemberian antibiotic
(ketuban jernih, suhu 36.5,) sehingga dalam kasus ini masalah yang dihadapi adalah
murni BBLR tanpa komplikasi.
Sehingga tatalaksana pada bayi ini adalah
1. Thermoregulasi karena bayi baru lahir masih menyesuaikan suhu dengan
lingkuan sekitar, sehingga bayi ditaruh dibwah lampu untuk menjaga suhu
sekitar.
2. Latihan netek + KMC ini merupakan latihan untuk menjalin hubungan
antara ibu dengan bayi, sekaligus melatih ibu untuk bisa memberikan asi pada
bayi.
3. Perawatan Bayi & Tali pusar
4. Pemberian ASI untuk menjaga gizi dan berat badan dari bayi
a. Hari 1 8x5 cc (normalnya 8x7cc karena BBLR dan lambung
bayi masih seukuran biji kemiri maka diberi 8x5 cc)
b. Hari 2 8x10 cc (normalnya 8x14 cc akan tetapi karena bayi
masih tumpah waktu diberi 8x5cc maka diberi 8x10 cc terlebih
dahulu)
c. Hari 3 8x25 cc
29
BAB V
KESIMPULAN
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan Bayi Baru Lahir (BBL).
Rerata berat badan normal (usia gestasi 37 sampai dengan 41 minggu) adalah 3200
gram. Secara umum, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) lebih besar resikonya untuk
mengalami masalah atau komplikasi pada saat lahir. BBLR adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir rendah
kesehatan anak, karena merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini.
30
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
Ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi BBLR ditinjau dari faktor
ibu, kehamilan, dan faktor janin. Faktor ibu meliputi gizi saat hamil kurang, umur ibu
(<20 tahun dan > 35 tahun), jarak kehamilan terlalu dekat, dan penyakit menahun,
faktor kehamilan seperti hidramnion dan kehamilan ganda. Faktor janin yang
mempengaruhi BBLR seperti cacat bawaan dan infeksi dalam rahim. Faktor-faktor
resiko lainnya yang mempengaruhi kejadian BBLR antara lain paritas, status
DAFTAR PUSTAKA
Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
31
Crisp S, Rainbow Jo. 2013. Emergencies in paediatrics and neonatology. 2 nd edition.
Oxford medical publications: Oxford University Press
Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Polin RA, Yoder MC. 2015. Workbook in practical neonatology. 5th edition. Elsevier
saunders: Philadelphia, PA
Rudolph AJ. 2017. Guidelines for acute care of the neonate edition 25 th. Departemen
of neonatology: Baylor College of Medicine
32