Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
STROKE HEMORAGIK
Oleh
DIAN KURNIA DWI SAPUTRI
NIM. 1810029043
Pembimbing
dr. Waode Sri Nikmatiah, Sp. KFR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena berkat rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus tentang “Stroke Hemoragik”. Referat ini disusun
dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Rehabilitasi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. Waode Sri Nikmatiah, Sp.
KFR selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis
sehingga referat ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari masih terdapat banyak
ketidaksempurnaan dalam referat ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi
penyempurnaan referat ini. Akhir kata, semoga referat ini dapat berguna bagi para pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
2.2. Anamesis
- Keluhan Utama
Tangan dan kaki kanan tidak dapat digerakkan disertai tidak dapat mengeluarkan
bersuara
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan sejak 2 bulan SMRS.
Pasien sempat didagnosa terkena stroke hemoragik pada awal april 2018. Pasien
mengatakan keluhan awalnya berupa rasa pusing yang terjadi tiba-tiba dan setelah itu
pasien tidak sadarkan diri dan dikatakan jika tekanan darah saat masuk 280 mmHg.
Pasien sempat mengalami koma selama 3 hari dan dirawat selama 20 hari di stroke
center RS AWS. Awalnya pasien tidak mampu melakukan seluruh kegiatan, tidak
mampu menelan sehingga harus menggunakan NGT dan makan makanan cair, tidak
dapat mengeluarkan suara, mengalami kelemahan pada kaki dan tangan kiri, mata kanan
tidak dapat menutup rapat disertai dengan penglihatan kabur dan tidak mampu
mengontrol BAB maupun BAK. Saat ini pasien telah menjalani terapi wicara dan
fisioterapi sebanyak 4 kali. Pada tangan maupun kaki kanan sudah dapat bergeser
namun belum sanggup untuk diangkat. Pasien juga mengatakan telah mampu makan
makanan padat seperti nasi keras dan sayuran. Dalam 2 hari ini, pasien sudah mampu
merasakan jika akan BAB maupun BAK. Keluhan saat ini suara pasien masih belum
dapat keluar seperti dahulu disertai dengan mata kanan yang masih kabur.
- Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa (-)
Riwayat HT, DM, maupun penyakit jantung tidak diketahui
Pasien pernah menjalani pengobatan TB paru pada saat usia 23 tahun dan
dinyatakan sembuh
- Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa (-)
Riwayat HT, DM, maupun penyakit jantung tidak diketahui
- Riwayat Pengobatan
Amlodipin stop 2 minggu yang lalu
Pasien saat ini hanya mengkonsumsi obat Micardis dan Bisoprolol
- Riwayat Alergi
Tidak memiliki riwayat alergi
- Riwayat Psikososial dan Ekonomi
Hubungan antara keluarga baik-baik saja.
- Riwayat Kebiasaan
Merokok (+)
Alkohol (-)
- Anamesis Sistem
Kepala dan Leher : Sedikit pusing
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Respirasi : Tidak ada keluhan
Gastrointestinal : BAB lancar, sudah dapat BAB tanpa
menggunakan pencahar
Urogenital : BAK masih menggunakan kateter, sudah
dapat nyeri pada ujung penis
Muskuloskeletal : Kaki kanan merasa berat jika digerakkan,
tangan kanan melemah
Kulit : Tidak ada keluhan
Kepala/leher
Wajah : Wajah tampak turun sisi dextra (+)
Mata :Anemis (-/-), ikterik (-/-),pupil isokor, diameter 3mm/3mm,
refleks cahaya (+/+) Kelopak mata turun tidak dapat menutup sempurna
dextra
Hidung : Pernafasan cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), perdarahan (-), sudut mulut dextra turun (+)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), Peningkatan JVP (-)
Thorax
Paru: Inspeksi : Bentuk dan besar dada normal, tampak simetris,
pergerakan simetris, retraksi supra sternum (-), retraksi
supraclavicula (-), retraksi infraclavicula (-), retraksi
intercosta (-)
Palpasi : Gerakan napas simetris D=S
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : vesikular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Jantung: Inspeksi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Palpasi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
Auskultasi : S1 S2 Tunggal, Reguler. Mur-mur (-), Gallop (-), Suara
tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : Penonjolan organ (-), bekas operasi (-), pelebaran vena (-)
Palpasi : Soefl, nyeri tekan epigastrium (-), organomegali (-), asites (-)
Perkusi : Timpani dikeempat kuadran, acites (-)
Auskultasi : Bising usus (+), metalik sound (-)
Ekstremitas
Ekstremitas superior: Akral hangat (+/+), pucat (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas inferior: Akral hangat (+/+), pucat (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
2.10. Diagnosis
Stroke Hemoragik + Hemiparese dextra + disfonia
2.13. Penatalaksanaan
- Terapi Farmakologis :
Amlodipin
Lanset
Anti agregasi platetlet : Klopidogrel
Metformin
- Non-Farmakologis
Edukasi
o Kontrol rutin ke poli penyakit dalam, saraf, dan rehabilitasi medik
o Minum obat sesuai petunjuk secara teratur
o Makan makanan yang bergizi baik, rendah garam, rendah gula dan
rendah protein
o Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya
o Memberikan penjelasan kepada pasien agar tetap semangat untuk
melakukan latihan rutin, dan memberikan penjelasan kepada keluarga
pasien agar dapat membantu dan mendukung pasien agar dapat
sembuh secara optimal
Rehabilitasi Medik
o Fisioterapi : latihan ruang lingkup gerak sendi pasif seminggu 2 kali.
Imobilisasi bertahap, latihan duduk berdiri, latihan standing balance,
gait training, inhibin spastik anggota gerak bawah dan atas D, dan
strenghthens anggota gerak bawah dan atas D
o Okupasi terapi : latihan peningkatan activity daily living, latihan
motoric halus, ekstremitas inferior dan superior
o Terapi wicara : latihan artikulasi
o Ortotik prostetik : jika pasien sudah mampu berdiri stabil dapat
menggunakan tripod (bila pasien mampu untuk membeli)
o Psikologi : memberi dukungan mental pada penderita dan keluarga
tentang penyakit dan prognosis penyakitnya jika penderita latihan terus
secara rutin
o Social medik : memberikan edukasi dan bimbingan kepada pasien
untuk berobat dan berlatih secara teratur; mengadakan edukasi dan
evaluasi terhadap lingkungan rumah
2.15. Prognosis
- Vitam : ad bonam
- Functionam : Dubia ad bonam
- Sanationam : Dubia ad bonam
Activity Daily Living Test (Barthel Indeks)
Bowels Transfer
Scor : 1 Scor : 1
Toileting
0 = dependent Stairs
1 = needs some help, but can do something alone 0 = unable
2 = independent (on and off, dressing, wiping) 1 = needs help (verbal, physical, carrying aid)
2 = independent up and down
Scor : 1
Scor : 0
Feeding Bathing
0 = unable 0 = dependent
1 = needs help cutting, spreading butter, etc. 1 = independent (or in shower)
2 = independent (food provided within reach)
Scor : 0
Scor : 1
Total Scoring 6
Stroke Hemoragik
Pergerakan anggota gerak kanan Sulit melakukan aktivitas sehari-hari Pasien hanya berada di dalam rumah
terbatas seperti berjalan, berpakaian, toileting, dan sesekali keluar rumah dan
Kelemahan otot anggota gerak kanan berkendara dan lain-lain berjemur, saat ingin keluar pasien
Tidak mampu mengeluarkan suara membutuhkan orang lain untuk
saat berbicara menggunakan kursi roda
Dukungan terapi dari keluarga sangat besar Pasien sering melatih tangan kananya
Health services: merupakan pasien bpjs Riwayat penyakit yang sama pada
yang rutin melakukan terapi di poli keluarga (-)
rehabilitasi medik (fisioterapi, terapi Usia 57 tahun dan laki-laki
okupasi, dan terapi wicara) dan poli Syaraf
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel
yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya
terjadi kematian neuron.7
Stroke non hemoragik dibagi berdasarkan lokasi penggumpalan, yaitu:7
a. Stroke Non Hemoragik Embolik
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak,
melainkan di tempat lain seperti di jantung dan sistem vaskuler
sistemik. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada penyakit jantung
dengan shunt yang menghubungkan bagian kanan dengan bagian kiri
atrium atau ventrikel. Penyakit jantung rheumatoid akut 9 atau
menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis, fibrilasi
atrium, infark kordis akut dan embolus yang berasal dari vena
pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung
berkurang dan serangan biasanya muncul disaat penderita tengah
beraktivitas fisik seperti berolahraga.
b. Stroke Non Hemoragik Trombus
Terjadi karena adanya penggumpalan pembuluh darah ke otak. Dapat
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri
karotis) merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan
stroke pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus
posterior). Trombosis pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah
terhalang, biasanya ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
indikator penyakit atherosklerosis.8
1. Gangguan motoric
- Tonus abnormal (hipotonus/ hipertonus)
- Penurunan kekuatan otot
- Gangguan gerak volunter
- Gangguan keseimbangan
20
- Gangguan koordinasi
- Gangguan ketahanan
2. Gangguan sensorik
- Gangguan propioseptik
- Gangguan kinestetik
- Gangguan diskriminatif
3. Gangguan kognitif, memori dan atensi
- Gangguan atensi
- Gangguan memori
- Gangguan inisiatif
- Gangguan daya perencanaan
- Gangguan cara menyelesaikan suatu masalah
4. Gangguan kemampuan fungsional
- Gangguan dalam beraktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, ke
toilet dan berpakaian
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu
:12
1. Perubahan fisiologi pada aliran darah otak
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik
23
3.5. Diagnosis Stroke Non Hemoragik
3.5.1. Anamesis dan Pemeriksaan Fisik
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang mengalami defisit
neurologis akut (baik fokal maupun global) atau penurunan tingkat kesadaran.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke non hemoragik meliputi
hemiparese, monoparese atau quadriparese, tidak ada penurunan kesadaran, tidak
ada nyeri kepala dan reflek babinski dapat positif maupun negatif. Meskipun
gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul secara
bersamaan. Penentuan waktu terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian terapi trombolitik.8 Beberapa faktor dapat
membuat anamnesis menjadi sedikit sulit untuk mengetahui gejala atau onset
stroke seperti 8:
1. Stroke terjadi saat pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak
didapatkan hingga pasien bangun (wake up stroke).
2. Stroke mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari
pertolongan.
3. Penderita atau penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
4. Terdapat beberapa kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti
kejang, infeksi sistemik, tumor serebral, perdarahan subdural, ensefalitis
dan hiponatremia.
3.5.2. Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah
pemeriksaan yang paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke
akut yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan
distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan
lain yang gejalanya mirip dengan stroke (hematoma, neoplasma, abses).8
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya
tidak sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50%
pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut
dan/atau lesi lain yang merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi
trombolitik.10
24
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:15
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pungsi lumbal terkadang diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau
perdarahan subarachnoid ketika CT Scan negatif tetapi kecurigaan klinis tetap
menjadi acuan.15
3.7. Penatalaksanaan
Stroke adalah suatu kejadian yang berkembang, karena terjadinya jenjang
perubahan metabolik yang menimbulkan kerusakan saraf dengan lama bervariasi
setelah terhentinya aliran darah kesuatu bagian otak. Dengan demikian, untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas perlu dilakukan intervensi secara cepat.
Salah satu tugas terpenting dokter sewaktu menghadapi devisit neurologik akul,
fokal, dan nonkonvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan atau
iskemia-infark. Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena
terapi untuk pembentukan trombus dapat memicu perdarahan pada stroke
1
hemoragik. Pendekatan pada terapi darurat memiliki tiga tujuan: mencegah
25
2
cedera otak akut dengan memuliihkan perfusi kedaerah iskemik noninfark,
3
membalikkan cedera saraf sedapat mungkin, mencegah cedera neurologik lebih
lanjut dengan melindungi sel dari daerah penumbra iskemik dari kerusakan lebih
lanjut oleh jenjang glutamat.6
3.7.1. Penatalaksanaan Fase Akut
Fase akut (hari 0-14 sesudah onset penyakit)
Pada stroke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar
cedera jaringan neuron dapat dipulihkan.Mempertahankan fungsi jaringan adalah
tujuan dari apa yang disebut sebagai strategi neuroprotektif.6
Sasaran pengobatan : menyelamatkan neuron yang menderita jangan
sampai mati dan agar proses patologik lainnya yang menyertai tidak mengganggu
/ mengancam fungsi otak. Tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin
perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Secara umum dipakai
patokan 5B, yaitu:18
1. Breathing
Harus dijaga jalan nafas bersih dan longgar, dan bahwa fungsi paru-paru
cukup baik. Pemberian oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah
berkurang.18
2. Brain
Posisi kepala diangkat 20-30 derajat.
Udem otak dan kejang harus dihindari. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat
dari keadaan penderta yang mengantuk, adanya bradikardi, atau dengan
pemeriksaan funduskopi.18
3. Blood
- Jantung harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG.
- Tekanan darah dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan
sampai menurunkan perfusi otak.
- Kadar Hb harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak
- Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan dengan
drastis, lebih-lebih pada penderita dengan diabetes mellitus lama.
- Keseimbangan elektrolit dijaga.18,19
4. Bowel
26
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Nutrisi per oral hanya boleh
diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. Bila tidak baik atau pasien
tidak sadar, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.19
5. Bladder
Jika terjadi inkontinensia, kandung kemih dikosongkan dengan kateter
intermiten steril atau kateter tetap yang steril, maksimal 5-7 hari diganti,
disertai latihan buli-buli.19
Penatalaksanaan komplikasi:13
- Kejang harus segera diatasi dengan diazepam/fenitoin iv sesuai protokol
yang ada, lalu diturunkan perlahan.
- Ulkus stres: diatasi dengan antagonis reseptor H2
- Peneumoni: tindakan fisioterapi dada dan pemberian antibiotik spektrum
luas
- Tekanan intrakranial yang meninggi diturunkan dengan pemberian
Mannitol bolus: 1 g/kg BB dalam 20-30 menit kemudian dilanjutkan
dengan 0,25-0,5 g/kg BB setiap 6 jam selama maksimal 48 jam. Steroid
tidak digunakan secara rutin.
27
- Obat yang direkomendasikan: golongan beta bloker, ACE inhibitor, dan
antagonis kalsium.
- Hipotensi harus dikontrol sampai normal dengan dopamin drips dan
diobati penyebabnya.
- Hiperglikemi harus diturunkan hingga GDS: 100-150 mg% dengan insulin
subkutan selama 2-3 hari pertama
- Hipoglikemi diatasi segera dengan dekstrose 40% iv sampai normal dan
penyebabnya diobati,
- Hiponatremia dikoreksi dengan larutan NaCl 3%.
Penatalaksanaan spesifik:19
Pada fase akut dapat diberikan:
- Pentoksifilin infus dalam cairan ringer laktat dosis 8mg/kgbb/hari
- Aspirin 80 mg per hari secara oral 48 jam pertama setelah onset
- Dapat dipakai neuroprotektor: piracetam, cithicolin, nimodipin
3.7.2. Penatalaksanaan Pasca Akut
Setelah fase akut berlalu, sasaran pengobatan dititik beratkan tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke.
Terapi Preventif
Tujuannya, untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru
stroke, dengan jalan antara lain mengobati dan menghindari faktor-faktor resiko
stroke.
Untuk stroke infark diberikan : 20
a Obat-obat anti platelet aggregasi
b Obat-obat untuk perbaikan fungsi jantung dari ahlinya
c Faktor resiko dikurangi seminimal mungkin
Menghindari rokok, obesitas, stres
Berolahraga teratur
Rehabilitasi
28
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada usia di atas 45 tahun,
maka yang paling penting pada masa ini ialah upaya membatasi sejauh mungkin
kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, “terapi wicara”, dan
psikoterapi. Jika seorang pasien tidak lagi menderita sakit akut setelah suatu
stroke, staf perawatan kesehatan memfokuskan pada pemaksimalan kemampuan
fungsi pasien. Hal ini sering dilakukan di rumah sakit rehabilitasi atau area khusus
di rumah sakit umum. Rehabilitasi juga dapat bertempat di fasilitas perawat.20
Proses rehabilitasi dapat meliputi beberapa atau semua hal di bawah ini:20
1. Terapi bicara untuk belajar kembali berbicara dan menelan
2. Terapi okupasi untuk mendapatkan kembali ketangkasan lengan dan
tangan
3. Terapi fisik untuk memperbaiki kekuatan dan kemampuan berjalan, dan
4. Edukasi keluarga untuk memberikan orientasi kepada mereka dalam
merawat orang yang mereka cintai di rumah dan tantangan yang akan
mereka hadapi.
29
10-12 minggu Follow up
Review functional abilities
Ketika seorang pasien stroke telah siap untuk pulang ke rumah, seorang
perawat sebaiknya datang ke rumah selama periode waktu tertentu sampai
keluarga terbiasa dengan merawat pasien dan prosedur untuk memberikan
bermacam obat. Terapi fisik dapat dilanjutkan di rumah.20
Pada akhirnya pasien biasa ditinggalkan di rumah dengan satu atau lebih
orang yang menjaganya, yang sekarang mendapati hidupnya telah sangat berubah.
Merawat pasien stroke di rumah dapat sangat mudah atau sangat tidak mungkin.
Pada waktunya, ini akan menjadi jelas bahwa pasien harus ditempatkan pada
fasilitas perawatan yang terlatih karena perawatan yang sesuai tidak dapat
diberikan di rumah walaupun keluarga bermaksud baik untuk merawatnya.20
3.8. Komplikasi
Komplikasi pada stroke sering terjadi dan menyebabkan gejala klinik stroke
menjadi semakin memburuk. Tanda-tanda komplikasi harus dikenali sejak dini
sehingga dapat dicegah agar tidak semakin buruk dan dapat menentukan terapi
yang sesuai.21 Komplikasi pada stroke yaitu:21
30
1. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama):
- Edema serebri: Merupakan komplikasi yang umum terjadi, dapat
menyebabkan defisit neurologis menjadi lebih berat, terjadi
peningkatan tekanan intrakranial, herniasi dan akhirnya
menimbulkan kematian.
- Abnormalitas jantung: Kelaianan jantung dapat menjadi penyebab,
timbul bersama atau akibat stroke,merupakan penyebab kematian
mendadak pada stroke stadium awal.sepertiga sampai setengah
penderita stroke menderita gangguan ritme jantung.
- Kejang: kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke
hemoragik dan pada umumnya akan memperberat defisit
neurologis.
- Nyeri kepala
- Gangguan fungsi menelan dan asprasi
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama):
- Pneumonia: Akibat immobilisasi yang lama.2 merupakan salah satu
komplikasi stroke pada pernafasan yang paling sering, terjadi
kurang lebih pada 5% pasien dan sebagian besar terjadi pada
pasien yang menggunakan pipa nasogastrik.
- Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali
pada saat penderita mulai mobilisasi.
- Perdarahan gastrointestinal: Umumnya terjadi pada 3% kasus
stroke. Dapat merupakan komplikasi pemberian kortikosteroid
pada pasien stroke. Dianjurkan untuk memberikan antagonis H2
pada pasien stroke ini.
- Stroke rekuren
- Abnormalitas jantung
Stroke dapat menimbulkan beberapa kelainan jantung berupa:
- Edema pulmonal neurogenik
- Penurunan curah jantung
- Aritmia dan gangguan repolarisasi
- Deep vein Thrombosis (DVT)
31
- Infeksi traktus urinarius dan inkontinensia urin
3. Komplikasi jangka panjang
- Stroke rekuren
- Abnormalitas jantung
- Kelainan metabolik dan nutrisi
- Depresi
- Gangguan vaskuler lain: Penyakit vaskuler perifer.
3.9. Pencegahan
Pencegahan primer22
1. Strategi kampanye nasional yang terintegrasi dengan program pencegahan
penyakit vaskular lainnya
2. Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke
3. Menghindari: rokok, stres mental, alkohol, kegemukan, konsumsi garam
berlebihan, obat golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya
4. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan
5. Mengendalikan: hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, penyakit
vaskular aterosklerotik lainnya.
6. Menganjurkan: konsumsi gizi seimbang dan olahraga teratur
Pencegahan sekunder22
1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko lainnya
- Hipertensi: diet, obat antihipertensi yang sesuai
- Diabetes melitus: diet, OHO/insulin
- Dislipidemia: diet rendah lemak dan obat antidilipidemia
- Berhenti merokok
- Hindari alkohol, kegemukan, dan kurang gerak
- Hiperurisemia: diet, antihiperurisemia
2. Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin.
3. Obat-obatan yang digunakan:
- Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagi obat pilihan
pertama, dengan dosis berkisar 80-320 mg/hari
32
- Antikoagulan oral (warfarin/dikumarol) diberikan pada pasien
dengan faktor risiko penyakit jantung.
3.10. Prognosis
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara
sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal
ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun ada gejala sisa
seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala sisa ini masih bisa
disembuhkan.17
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah sakit
48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang perlu
dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk mengurangi
komplikasi akibat stroke dan berupaya mengembalikan keadaan penderita kembali
normal seperti sebelum serangan stroke.17
Upaya untuk memulihkan kondisi kesehatan penderita stroke sebaiknya
dilakukan secepat mungkin, idealnya dimulai 4-5 hari setelah kondisi pasien
stabil. Tiap pasien membutuhkan penanganan yang berbeda-beda, tergantung dari
kebutuhan pasien. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 6-12 bulan.17
Kehilangan fungsi juga dapat terjadi pada pasien stroke. Kehilangan fungsi
yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai impairments, disabilitas
dan handicaps. Oleh WHO membuat batasan sebagai berikut: 1
1. Impairments : menggambarkan hilangnya fungsi fisiologis, psikologis dan
anatomis yang disebabkan oleh stroke. Tindakan psikoterapi, fisioterapi,
terapi okupasional ditunjukkan untuk menetapkan kelainan ini.
2. Disabilitas : merupakan setiap hambatan, kehilangan kemampuan untuk
berbuat sesuatu yang seharusnya mampu dilakukan oleh orang yang sehat.
3. Handicaps : merupakan halangan atau gangguan pada seorang penderita
stroke untuk berperan sebagai manusia normal akibat impairment dan
disabilitas.
Dalam uji klinik, Indeks Barthel merupakan skala yang sering digunakan
untuk menilai keluaran dan merupakan pengukuran yang dipercaya dapat
33
memberikan penilaian yang lebih objektif terhadap pemulihan fungsional setelah
stroke.5
Indeks Barthel telah dikembangkan sejak tahun 1965 dan kemudian
dimodifikasi oleh Grager dkk sebagai suatu teknik yang menilai pengukuran
performasi pasien dalam 10 aktifitas hidup sehari-hari yang dikelompokkan ke dalam
2 kategori yaitu:5
1. Kategori yang berhubungan dengan self care antara lain : makan,
membersihkan diri, berpakaian, perawatan buang air besar dan buang air
kecil, penggunaan toilet.
2. Kategori yang berhubungan dengan morbiditas antara lain : berjalan,
berpindah dan menaiki tangga.
Skor maksimum dari Indeks Barthel ini adalah 100 yang menunjukkan bahwa
kemampuan fungsional penderita sangat mandiri dan dapat melakukan aktifitas
sehari-hari tanpa bantuan dari orang lain, sedangkan skor terendah adalah 0 yang
menunjukkan bahwa penderita mengalami ketergantungan total untuk dapat
melakukan aktifitas sehari-hari.5
34
BAB III
KESIMPULAN
35
DAFTAR PUSTAKA
37