Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DAN PERMUKIMAN

DI KOTA BATAM TAHUN 1997-2007

Malindo Andhi Saputra


Malindo.andhi.s@mail.ugm.ac.id

Rini Rachmawati
r.rachmawati@geo.ugm.ac.id

ABSTRAK

Batam merupakan kota dengan pertumbuhan ekonomi 7% pertahun, Kegiatan industri


menjadi sektor dominan aktivitas ekonomi di Batam. Penelitian ini memiliki tujuan: 1). mengetahui
perkembangan spasial permukiman dan industri Kota Batam tahun 1997-2007, 2). mengetahui pola
permukiman dan pola industri Kota Batam tahun 1997-2007, 3). mengetahui hubungan pola
permukiman dengan kawasan industri di Kota Batam.Penelitian ini menggunakan metode kombinasi
pendekatan kualitatif dan kuantitaif terkait dengan analisisnya. Data primer berupa hasil wawancara
mendalam dan kuesioner sedangkan data sekunder berupa foto udara, peta tematik, dan data statistik.
Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis pola, struktur, proses dan kecenderungan keruangan.
Perkembangan industri dan permukiman termasuk sangat cepat perubahan kuantitas dan lokasi.
Industri dari 9 menjadi 21 kawasan industri serta puluhan perumahan menjadi ratusan perumahan.
Pola perkembangan permukiman dan industri cenderung menyebar dengan arah perkembangan yaitu
Timur Laut dan Barat Laut. Terdapat indikasi hubungan keduannya dilihat dari perkembangan dan
lokasi spasialnya yang berdampingan dan mengelilingi satu sama lainnya.

Kata kunci : Perkembangan, Industri, Permukiman, Hubungan, Batam


ABSTRACT

Batam is a city with the economic growth about 7% per years. Industrial activity is major
economic activity in Batam. The aims of this reasearch are: 1). To know the spatial development of
industry and settlement 1997-2007, 2). To know settlement and industrial pattern 1997-2007 in
Batam, 3). To know the relationship between industrial pattern and settlement development in
Batam.This reasearch used combination between qualitative and quantitative approach. Primary data
is indepth interview and questionnaires result and secondary data are such as aerial photograph,
thematic map and statistics data. Analysis technique that used are spatial pattern, structure pattern,
spatial process and spatial tendency trend analysis. The development of industrial and settlement are
very fast in quantities and the location. Industry is developed from 9 become 21 industrial estate and
the settlement change from tenth housing become hundreds housing. The development pattern of
settlement and industrial are dispersed, with the direction of development to the East Sea and West
Sea part of Batam. There is relationship indication between industrial and settlement, by the
development and spatial location arrangement that near and around each other.

Key words : Development, Industrial, Settlement, Relationship, Batam

409
Pendahuluan segala aspek. Penduduk terus meningkat
dari tahun ke tahun, hingga di Tahun 2010
Kebutuhan pokok manusia terdiri mencapai 1.235.881 jiwa, padahal pada
dari 3 jenis yaitu kebutuhan sandang tahun 1993 penduduk kota Batam hanya
berupa pakaian, kebutuhan pangan berupa 146.705 jiwa (Batam dalam angka, 2010).
berbagai jenis makanan dan minuman serta Pertumbuhan penduduk yang signifikan ini
kebutuhan papan berupa tempat tinggal. secara otomatis diikuti dengan perubahan
Tempat tinggal atau permukiman penggunaan lahan serta peningkatan
merupakan hal yang pokok dalam permintaan ruang untuk permukiman dan
kehidupan manusia. Pembangunan berbagai fasilitas pendukungnya.
perekonomian suatu negara tidak pernah
lepas dari pembangunan permukiman Kota dengan luas kurang lebih
sebagai suatu kebutuhan dalam kehidupan 103.000 Ha (BPS, 2012) dapat dikatakan
masyarakat. Saat ini, masalah permukiman memiliki keterbatasan dalam hal luasan
di Indonesia mencerminkan akibat-akibat daratan dan pertambahan jumlah penduduk
dari keterbelakangan pembangunan dan yang signifikan menjadi masalah dalam
juga sekaligus masalah pembangunan itu perkembangan Kota Batam.
sendiri, di negara berkembang kita temui Perkembangan dan kebutuhan yang masif
adanya permukiman kumuh (slum area) membutuhkan perencanaan yang baik agar
yang dapat dikatakan tidak memenuhi masalah perkotaan yang muncul seperti
kriteria layak sebagai tempat tinggal. kemacetan, permukiman liar dan
Faktor utama pendorong dari masalah perubahan pemamfaatan lahan lindung
permukiman ini yaitu jumlah penduduk menjadi budidaya dapat diatasi. Yunus
yang selalu bertambah tiap (1987) menyatakan bahwa working
tahunnya.Jumlah penduduk yang semakin opportunities dalam hal ini industri
bertambah ini secara otomatis akan diikuti merupakan salah satu pembentuk lingkaran
oleh peningkatan kebutuhan permukiman. permukiman dan aglomerasi industri juga
menjadi pendorong terjadinya pemusatan
Kota Batam merupakan salah satu kegiatan manusia pada suatu area. Dimana
dari 6 kabupaten/kota yang ada di Provinsi ada industri maka disitu akan
Kepulauan Riau, Kegiatan industri menimbulkan berbagai aktivitas lainnya,
merupakan sektor pendorong kemajuan pembangunan industri akan menyebabkan
kota ini, Industri sendiri menyumbang gejala pemekaran kota dalam artian fisikal
lebih dari 50% dari keseluruhan PDRB seperti permukiman (Yunus, 2005). Hal ini
kota Batam (BPS, 2010) ini membuktikan merupakan alasan mengapa peneliti
bahwa peran industri dalam perkembangan mengambil sektor industri dan kaitannya
ekonomi Kota Batam sangat besar. dengan permukiman sebagai obyek
Penduduk terus meningkat dari tahun ke penelitian.
tahun, hingga di Tahun 2010 mencapai
1.235.881 jiwa, padahal pada tahun 1993 Tujuan Penenlitian
penduduk kota Batam hanya 146.705 jiwa
(Batam dalam angka, 2010). Pertumbuhan Berdasarkan latar belakang dan beberapa
penduduk yang signifikan ini secara rumusan masalah diatas maka tujuan dari
otomatis diikuti dengan perubahan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut
penggunaan lahan serta peningkatan : (1) Mengetahui perkembangan spasial
permintaan ruang untuk permukiman dan permukiman dan industri Kota Batam
berbagai fasilitas pendukungnya. tahun 1997-2007, (2) Mengetahui pola
Perkembangan pembangunan Kota Batam permukiman dan pola industri Kota Batam
ini juga diikuti oleh perkembangan spasial (3) Mengetahui hubungan pola
yang cepat, hingga sekarang terlihat permukiman dengan kawasan industri di
perubahan yang sangat signifikan dari Kota Batam.

410
Kajian Pustaka pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
Teori Struktur Ruang pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan
Teori Burgess membagi kota ekonomi. Adapun fasilitas kota perkotaan
menjadi 6 zona sebagai berikut (Burgess, sebagai berikut (Tarigan, 2005) (1) Pusat
1925) : (1) Zona pusat daerah kegiatan perdagangan (2) Pusat pelayanan jasa
(Central Business District),(2) Zona (3)Pusat prasarana perkotaan (4) Pusat
peralihan atau zona transisi (3) Zona penyediaan fasilitas sosial (5) Pusat
permukiman kelas pekerja (4) Residential pemerintahan (6) Pusat komunikasi dan
zone, (5) Zona penglaju (commuters pangkalan transportasi (7) Lokasi
zone),Kemudian tahun 1939, Hoyt juga permukiman yang tertata
mengungkapkan teori yang serupa dengan
Burgess, namun pada teori sektoral ini Permukiman dan Pola Permukiman
memiliki pola ruang yang berbeda dan Undang-Undang No.1 Tahun 2011
tidak sesederhana yang diungkapkan oleh tentang Perumahan dan Permukiman,
Burgess. Harris dan Ullman tahun 1945 mendefinisikan permukiman adalah bagian
mengungkapkan bahwa pertumbuhan kota dari lingkungan hunian yang terdiri atas
yang diawali dengan satu pusat akan lebih dari satu satuan perumahan yang
menjadi rumit, dengan munculnya pusat- mempunyai prasarana, sarana, utilitas
pusat tambahan yang menjadi pusat umum, serta mempunyai penunjang
pertumbuhan baru dalam kota (growing kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan
points). atau kawasan perdesaan. Budihardjo
menyatakan bahwa penentuan lokasi
Kota dan Perkotaan perumahan atau permukiman perlu
Kota dapat dipandang dari segi memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)
fisik, sosial maupun ekonomi. Kota dari segi teknis pelaksanaanya: mudah untuk
segi fisik dapat dibagi menjadi tiga dikerjakan, tidak berada di daerah banjir,
tingkatan yaitu bangunan-bangunan dan gempa, angin ribut, mudah dicapai tanpa
kegiatannya yang terdapat diatas atau hambatan, sumber air tersedia dan
dekat dengan muka tanah, instalasi- sebagainya; (2) segi tata guna tanah: tanah
instalasi bawah tanah, dan kegiatan- yang telah sukar dikembangkan secara
kegiatan di ruangan “kosong” di angkasa, produktif, bukan daerah persawahan,
Dari segi sosial, kota berhubungan erat bukan daerah usaha seperti perkantoran,
dengan besaran jumlah penduduk dan industri, tidak merusak lingkungan dan
komposisi penduduknya, secara sosial juga sebagainya; (3) segi kesehatan dan
dapat dipandang dari sudut keruangan kemudahan: sebaiknya jauh dari pabrik
yaitu disekeliling pusat pemerintahan dan yang berpolusi, lokasinya mudah
komersial biasanya terdapat apartemen dan mendapatkan air minum, listrik, sekolah,
bangunan tidak terawat sebagai tempat dan lainnya, serta lokasinya mudah dicapai
tinggal penduduk. Secara ekonomi, kota dari tempat kerja penghuninya; (4) segi
dipandang sebagai fungsi untuk politis dan ekonomis: mendatangkan
menghasilkan penghasilan yang cukup keuntungan bagi developer, menciptakan
melalui produksi barang dan jasa, demi kesempatan kerja dan berusaha bagi
mendukung kehidupan penduduknya dan masyarakat sekitarnya (Budihardjo, 2009).
keberlangsungan kota itu sendiri (Branch,
1985). Tinjauan pola permukiman dari
tinjauan individual menitikberatkan pada
Menurut UU No 26 Tahun 2007, bahasan bentuk-bentuk permukiman secara
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang individual, sehingga dapat dibedakan
mempunyai kegiatan utama bukan menjadi pola permukiman bentuk
pertanian dengan susunan fungsi kawasan melingkar, pola permukiman bentuk
sebagai tempat permukiman perkotaan, persegi panjang, pola permukiman bentuk

411
kubus dan dapat diturunkan ke sub- Metodologi
kategori yang lebih spesifik seperti pola
permukiman memanjang sungai, jalan dan Penelitian yang dilakukan
garis pantai. Sedangkan tinjauan pola meneggunakan pendekatan kombinasi
permukiman dari aspek kelompok antara kualitatif dan kuantitatif.Penelitian
mengarah pada bahasan sifat persebaran ini termasuk juga pada penelitian survei
dari individu permukiman dalam satu deskriptif terkait dengan objek kajian dan
kelompok dapat dibedakan menjadi pola karakteristik datanya, dimana pada
menyebar atau pola mengelompok dan pembahasan banyak menggunakan analisis
diturunkan ke katagori lebih spesifik berupa tabel, peta, grafik, foto udara, peta
seperti pola menyebar teratur, pola dan citra satelit. Hal lain berkaitan metode
mengelompok teratur dan sebagianya. yaitu penelitian ini merupakan penenlitian
(Ritohardoyo. 1989) survei deskriptif dan sampling (Yunus,
2010: 312).
Industri
Menurut UU No. 3 Tahun 2014 Dalam penelitian pengumpulan data
tentang perindustrian, industri adalah sekunder dilakukan dengan interpretasi
kegiatan ekonomi yang mengolah bahan peta hasil olahan, interpretasi tabel dan
mentah, bahan baku dan/atau grafik dari sumber seperti BPS dan Batam
memanfaatkan sumber daya industri Pengusahaan, Interpretasi berita surat
sehingga menghasilkan barang yang kabar, mempelajari penelitian berkaitan
mempunyai nilai tambah atau manfaat pembangunan wilayah serta akses internet.
lebih tinggi, termasuk jasa industri. Pengumpulan data utama berasal dari
Perindustrian diselenggarakan dengan Buku Kota Batam dalam Angka untuk
tujuan : (1) Mewujudkan industri nasional mengetahui kondisi kependudukan,
sebagai pilar dan penggerak perekonomian dokumen profil kawasan industri dan
nasional (2) Mewujudkan kedalaman dan permukiman, serta produk Rencana Tata
kekuatan struktur ekonomi Ruang Wilayah (RTRW), RPJMD Kota
(3)Mewujudkan industri yang mandiri, Batam, dan buku sejarah perkembangan
berdaya saing, dan maju, serta Industri Batam tahun tertentu yang dikeluarkan
Hijau (4) Mewujudkan kepastian berusaha, oleh BP Batam.Pengumpulan data primer
persaingan yang sehat, serta mencegah dilakukan dengan menggunakan
pemusatan atau penguasaan Industri oleh wawancara mendalam dengan beberapa
satu kelompok atau perseorangan yang informan seperti Bappeda, BPD, Badan
merugikan masyarakat (5) Membuka pengusahaan, pengelolah Kawasan Industri
kesempatan berusaha dan perluasan dan Pengembang Perumahan dan
kesempatan kerja (6) Mewujudkan questionnaires semi terstruktur terhadap
pemerataan pembangunan Industri ke pekerja dan pemukim serta observasi
seluruh wilayah Indonesia guna langsung.
memperkuat dan memperkukuh ketahanan
Teknik analisis yang digunakan
nasional (7) Meningkatkan kemakmuran
terdiri dari analisis pola, struktur dan
dan kesejahteraan masyarakat secara
proses perkembangan permukiman dan
berkeadilan.Sedangkan kawasan industri
industri di Kota Batam. Tahapan analisis
adalah kawasan tempat pemusatan
yang dilakukan berdasarkan metode yang
kegiatan industri yang dilengkapi dengan
telah ditentukan digunakan untuk
sarana prasarana penunjang yang
menjelaskan perkembangan wilayah dan
dikembangkan dan dikelola oleh
peningkatan kebutuhan lahan, perubahan
perusahaan kawasan industri
penggunaan lahan, kecenderungan pola
ruang kawasan perumahan dan

412
permukiman serta hubungannya dengan namun masih terpencar-pencar sehingga
perkembangan kawasan industri yang ada. sulit untuk diidentifikasi
keberadaannya.persebaran.
Hasil dan Pembahasan Industri kota Batam mulai mengalir
Perkembangan Spasial Permukiman deras di tahun 1980-an, puncaknya
Tahun 1997-2007 booming industri yaitu pada tahun 1990-
Pulau Batam dan Temasek 1995 dimana penduduk Batam saat itu dari
(Singapura) merupakan bagian dari 6000 jiwa ditahun 1970an telah berubah
Kesultanan Johor sejak tahun 1513, Pulau 3000% menjadi sekitar 200.000 jiwa di
Batam hanya didiami oleh Orang Selat tahun 1995. Pada tahun tersebut perubahan
atau Orang Laut sejak tahun 1300 M, ada keruangan Batam sudah terlihat
juga sumber yang mengatakan bahwa perbedaannya dengan tahun awal
Batam didiami juga oleh Orang Melayu ditemukannya. Berdasarkan data referensi
sejak tahun 231 M. Komunitas Orang pada awalnya industri di Batam hanya
Melayu menempati daerah-daerah pantai terdapat satu perusahaan asing yang
dan tersebar di berbagai titik yakni bernama Ingram (sekarang Mc. Dermott
Tanjung Uma, Nongsa, Batubesar dan Indonesia, kemudian berkembang menjadi
Tanjung Sengkuang dan beberapa 10 perusahaan asing dan domestik yang
perkampungan lainnya di sepanjang pesisir membuka gudang dan produksinya di
Pulau Batam. Setelah 20 tahun semenjak Batam.Tahun 1997, industri di Batam
dibukanya Pulau Batam dan terjadi sudah berkembang sangat pesat dan jauh
booming industri, perubahan lahan dari tahun 1978, telah terdapat 9 kawasan
terbangun terlihat cukup signifikan di industri dengan jumlah perusahaan atau
beberapa wilayah. Tahun 1997, industri yang ada sebanyak lebih dari 250
berdasarkan analisis peta dan data tabular industri berbagai jenis.Dari sembilan
diketahui bahwa 33% wilayah Pulau kawasan industri tersebut Kabil Industrial
Batam telah menjadi lahan terbangun Estate memiliki lahan paling luas yaitu
berupa permukiman, pusat niaga dan jasa, 410 hektar
pelayanan umum dan industri. Luasan
permukiman secara keseluruhan di Pulau Industri yang berkembang pesat
Batam pada tahun 1997 yaitu sekitar 2000 pada awal berdirinya kawasan industri
Ha atau sekitar 4 % dari keseluruhan luas seperti Kabil dan Batamindo cukup
Pulau Batam (45947 Ha), sedangkan beragam, dari mulai kawasan kabil yang
industri sendiri luasnya sudah mencapai sebagian besar merupakan industri berat
7% dari luas Pulau Batam, sisanya seperti seperti oil and gas industry, construction,
perdagangan jasa dan perkantoran masing- telecomunication, logistics, pipe coating,
masing 3,5% dan kawasan lindung berupa manufacture of metal dan garment
hutan menguasai dengan luasan 70 % dari sedangkan kawasan Batamindo lebih
keseluruhan Pulau Batam. mengarah kepada ligth and non pollutive
industry seperti ICT, electric, electronic,
Permukiman di Pulau Batam plastic moulding dan makantan (jenis
dengan skala besar pada tahun 1997 baru industri pengaruhi lokasi). Penetapan jenis
ditemukan beberapa titik dengan industri di dasarkan kepada lokasi atau
kepadatan penduduk tinggi. Pada tahun letak serta fungsi kecamatan atau wilayah
1997 penduduk telah mencapai sekitar 255 tersebut. Misalnya kecamatan Batam
ribu jiwa, yang tersebar di kecamatan Centre merupakan pusat pemerintahan dan
Sekupang, Batam Kota, Batu Aji dan perdagangan jasa, maka industri yang
Nongsa dengan luasan yang masing- diperbolehkan yaitu clear industry atau
masing kurang dari 1000 Ha. Pada tahun industri bebas dari polusi
1997 juga telah terdapat permukiman liar

413
permukiman maka seharusnya di tahun
2007, ketika penduduk berjumlah 724.315,
maka ruang dibutuhkan untuk permukiman
sekitar 5800 Ha, namun kenyataannya
hampir lebih dari 2 kali lipat yang
seharusnya. Ini menunjukkan luasan akan
permukiman meningkat tajam.

Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan tahun 1997-2007

Tahun 2007, penggunaan lahan di


Pulau Batam sudah berubah sangat drastis.
Luasan lahan terbangun di Pulau Batam
naik secara signifikan yaitu menjadi
sebesar 51% dan sisanya lahan non
terbangun. Ini cukup berbeda 180 derajat
dari keadaan saat tahun 1997, dimana Gambar 2. Peta Perubahan Penggunaan Lahan
awalnya lahan non terbangun lebih 1997-2007
dominan. Terjadi peningkatan sebesar 20%
lahan terbangun. Perubahan dari lahan non Tahun 2007, kawasan industri di
terbangun menjadi lahan terbangun sekitar Batam mengalami pertambahan jumlah
15.000 hektar atau lebih dari speretiga luas secara kuantitas baik itu jumlah maupun
daratan Pulau Batam. Sebagian besar luasan, luasan industri di Pulau Batam
perubahan ini yaitu hutan menjadi bertambah dari 3194 Ha menjadi 4620,
permukiman dan industri atau bertambah sekitar 1500 Ha,
pertambahan luas ini tentunya disebabkan
Luas lahan permukiman secara oleh naiknya investasi di kota Batam.
signifikan naik dari semula luasannya Pembangunan kawasan industri secara
hanya 1585 Ha mejadi 10189 ha atau naik spasial berada pada daerah perencanaan
sekitar 7 kali lipatnya. Dari data profil yang sudah ditetapkan Otorita Batam,
perumahan kota Batam didapati bahwa meskipun terdapat perbedaan atau
pada tahun 2009 perumahan dikawasan penyimpangan dalam segi luasan, lokasi
Batam Kota saja bertambah sekitar 30 dan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada
perumahan baru, sedangkan di kawasan peta kawasan industri setelah tahun 2000
Sungai Beduk (Tanjung Piayu) bertambah yang telah diolah. Pada tahun 1997 jumlah
lebih dari 5 perumahan dengan kapasitas kawasan industri di kota Batam hanya
penduduk hingga lebih dari 100.000 jiwa. berjumlah 9 kawasan industri namun
Di kecamatan Sagulung dan Batu Aji setelah tahun 2000 jumlahnya meningkat
bertambah lebih dari 25 perumahan baru bahkan di tahun 2007 kawasan industri di
dengan kapasitas penduduk lebih dari kota Batam berubah menjadi 21 kawasan
200.000 jiwa. Hal ini sangat wajar terjadi industri yang tersebar di berbagai
jika kita melihat jumlah penduduk Batam kecamatan di pulau Batam. Berikut
tahun 2007 yang telah berjumlah lebih dari kawasan industri di Batam hingga tahun
800 ribu dan kini mencapai 1.200.000 2013.Kawasan industri yang baru
jiwa(tahun 2014). Jika kita analisis, tahun cenderung berada di area yang sama,
1997 penduduk Pulau Batam 255.179 jiwa contohnya, kawasan industri yang ada di
membutuhkan 1585 Ha sebagai Batam Kota, yang awalnya hanya terdapar
2 kawasan industri kini menjadi 8 kawasan

414
industri yang terletak bersebelahan dengan rumah satu sama lain sangat dekat,
kawasan industri sebelumnya, hal ini penduduk yang ada merupakan penduduk
disebabkan oleh karena mengacu pada hasil migrasi masuk ke Batam, karena
dokumen perencanaan yang telah perumahan ini baru dibangun tahun 2003.
ditetapkan sebelumnya Secara otomatis penduduk berasal dari
berbagai suku dan daerah atau
Melihat perkembangan multikultural yang kental. Selain itu karena
permukiman dan industri di Pulau Batam, ini rumah bertipe kecil maka kita dapat
maka penulis menyimpulkan bahwa dalam menganalisis kondisi ekonomi penduduk
perencanaan dan struktur kota mengacu sekitar pasti berada di kalangan menengah
pada teori inti berganda milik Harris- ke bawah dengan pekerjaan beragam
Ullman (1945) yang mengalami seperti buruh pabrik hingga pedagang.
modifikasi. Batam Centre (Batam Kota)
merupakan CBD dibidang pemerintahan, Pola persebaran permukiman di
perdagangan dan jasa, namun di sisi lain Batam, sedikit berbeda dengan yang di
juga terdapat wilayah Nagoya dan Jodoh ungkapkan Ritohardoyo (1989) yang
(Batu Ampar dan Lubuk Baja) yang menyatakan bahwa persebaran
merupakan pusat kegiatan perdagangan permukiman dibatasi oleh lingkungan,
dan jasa utama di Batam, tidak hanya seperti kondisi fisik yang berbukit-bukit,
kedua lokasi ini yang menjadi pusat, tetapi ketersediaan air, dan budaya. Kondisi fisik
juga kwasan industri skala besar di Pulau yang seragam tiap lokasinya membuat hal
Batam juga menjadi pusat-pusat kegiatan tersebut bukan menjadi masalah, tapi
baru (new growing points) di Batam, sudah menjadi kewajaran tersendiri.
dimana pelayanan sosial dan ekonomi Sedangkan kondisi lainnya seperti sosial-
sudah tersedia di sekitar kawasan industri ekonomi, masih menjadi faktor penentu
ini sesuai aturan dalam RTRW Kota persebaran permukiman di Batam terutama
Batam. Pusat kegiatan utama dan baru di tingkat pendapatan. Hal yang berhubungan
Batam ini umumnya dikelilingi oleh dengan fasilitas dan infrastruktur seperti
permukiman, Batam Centre, Jodoh dan ketersediaan air, listrik dan fasilitas
Nagoya dikelilingi oleh permukiman lainnya juga sudah teratasi dengan
menengah atas, sedangkan pusat kegiatan pembangunan Kota Batam yang bergerak
baru di kawasan industri, dikelilingi sangat maju.
permukiman kelas menengah dan kelas
bawah. Secara umum di Kota Batam,
keberadaan industri mendahului
permukiman yang ada disekitarnya, ini
berarti permukiman muncul sebagian besar
Pola Perkembangan Spasial Industri dikarenakan adanya industri di lokasi
dan Permukiman tersebut. Seperti pada awalnya Batam
Pola perkembangan spasial memang direncanakan sebagai kota
permukiman cenderung tidak berubah, industri oleh pemerintah pusat. Oleh
yaitu tersebar dengan bentuk permukiman karena itu, perencanaan lokasi industri
memanjang dan sejajar jalan, permukiman merupakan prioritas utama pemegang
tersebar di seluruh kecamatan di Pulau kebijakan. Badan pengusahaan sebagai
Batam. Perumahan di Batam cenderung pihak berwenang merencanakan lokasi
dibangun secara besar-besaran, misalnya industri terdahulu kemudian diikuti oleh
perumahan di Tanjung Piayu yang izin pembangunan permukiman baik
dibangun lebih dari 1000 rumah (100 Ha)
dengan tipe kecil (tipe 57), dari perumahan
ini kita dapat lihat bahwa keadaan sosial
masyarakatnya sangat rapat karena jarak

415
ituperumahan maupun kavling. meyakinkan bila subyek yang
memamfaatkan keduanya yang menilai
apakah terdapat pengaruh lokasi industri
dengan lokasi bermukim mereka.Dari
berbagai variabel pertanyaan di atas dan
pernyataan responden, peneliti dapat
mengambil kesimpulan bahwa, memang
terdapat indikasi hubungan antara
permukiman dan industri, secara tata ruang
dan lokasinya, namun sesungguhnya tidak
terdapat benang merah yang mutlah untuk
hubungan aktivitas bekerja dan bermukim.
Gambar 3. Peta Arah Perkembangan Perubahan Bagi para pekerja dan pemukim, di kota
Lahan industri dan kota perantau seperti Batam,
ketersediaan lapangan pekerjaan
Pola industri di Pulau Batam, merupakan hal utama, dibandingkan letak
sangat jelas yaitu menyebar di beberapa antara industri dan permukiman tersebut,
lokasi dan berbetuk kluster. Persebarnnya tetapi akan tetap lebih baik jika tempat
pun diseluruh kecamatan di Pulau Batam. tinggal mereka dekat dan memiliki akses
Pulau Batam sendiri bila diamati kepada tempat mereka bekerja. Bagi
perkembangan spasialnya mengarah pekerja di kawasan industri batam, letak
kebeberapa arah yaitu paling besar permukiman bukanlah preferensi utama
mengarah ke arah Timur laut atau daerah pemilihan tempat tinggal.
antara utara dan timur dipicu oleh adanya
pusat pemerintahan dan jasa di bagain Kesimpulan
tersebut, kemudian selanjutnya yang Kawasan industri dan permukiman
mengalami perkembangan spasial terbesar Batam sebelum dan sesudah tahun 2000
yaitu mengarah ke barat daya atau daerah mengalami perkembangan yang sangat
antara selatan dan barat, perkembangan ini drastis dalam hal kuantitas dan
dominan oleh permukiman dan industri penempatan lokasi. Sebelum tahun 2000,
besar. Dimasa yang akan datang dipastikan diawal dibukanya Batam hanya terdapat 10
perkembangan Pulau Batam masih tetap perusahaan dan di tahun 1997 sudah
mengarah ke dua bagain tersebut, dan terdapar 9 kawasan industri, sedangkan
paling memungkinkan daerah yang akan setelah tahun 2007 terdapat 21 kawasan
dibuka semakin besar untuk lahan Perumahan berkembang dari hanya
terbangun ada di arah Tenggara yaitu puluhan kini telah menjadi ratusan
kecamatan Sungai Beduk yang masih perumahan yang tersebar di semua
didominasi Hutan Lindung, faktor yang kecamatan. Pola perkembangan industri
dapat mendorong perkembangan ke arah dan permukiman cenderung sama yaitu ke
ini antara lain seperti lokasi yang dekat arah Timur Laut, Barat Laut dan Tenggara,
dengan industri hingga infrastruktur yang dengan pola persebaran industri dan
sudah memadai. permukiman menyebar dengan bentuk
memanjang sejajar, dimana keberadaan
permukimanmengikuti industri. jalan
mengelilingi industri yang ada. Terdapat
Hubungan Pola Permukiman dan
indikasi hubungan anatara perkembangan
Kegiatan Industri di Pulau Batam
permukiman dan industri terlihat dari
Indikasi hubungan kedua aspek ini
lokasi dan pola keruangan yang ada dan
yaitu perumahan dan industri tergambar
berdasarkan hasil respondensi dengan
dalam pola pemamfaatan lahan terbangun
berbagai pihak bahwa adanya keterkaitan
pada peta dan dikaitkan akan lebih

416
keduannya, termasuk dalam tata ruang Undang-undang No. 1 Tahun 2011
yang menempatan permukiman dan Tentang Perumahan dan Permukiman
industri sengaja berdampingan untuk
saling melengkapi dan mendukung
Saran
Diperlukan penelitian hubungan
antara industri dengan variabel yang
berbeda dan sebaliknya perkembangan
permukiman dengan variabel yang berbeda
seperti perdagangan, niaga ataupun
pariwisata yang merupakan sektor cukup
dominan di Batam. Perlu dilakukan
pengembangan tata ruang yang lebih
modern, efektif, dan efisien dalam
pembangunan fisik untuk mengantisispasi
perkembangan fisik yang cukup signifikan
di masa mendatang terutama permukiman
dapat dipertimbangkan untuk
mengutamakan permukiman vertikal.
Daftar Pustaka
Badan Pengusahaan Batam. 2010. Batam
Industrial Estate Profile. Batam: BP
Batam.
Branch, Melville. 1985. Comprehensive
City Planning: Introduction &
Explanation. The Planners Press of
American Planning Association. USA
Budihardjo, Eko. 2009. Perumahan dan
Permukiman di Indonesia. Bandung:
Alumni.
Park, Robert E & Burgess, Ernest W.
(1925). The City, Suggestions for
Investigation of Human Behavior in The
Urban Environment. London: The
University of Chicago Press.
Su Ritohardoyo. 2000. “Handout: Geografi
Permukiman Bagian I”. Fakultas
Geografi UGM.
Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi
Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Bumi Aksara.
Yunus, H. S. 2010. Metodologi Penelitian
Wilayah Kontemporer. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

417

Anda mungkin juga menyukai