Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia
mencapai angka 101.367 kasus dan 2.382 korban meninggal dunia (BPJS
Ketenagakerjaan, 2017). Salah satu penyumbang terbesar tingginya kasus
kecelakaan kerja tersebut adalah kecelakaan kerja pada bidang Kontruksi.
Kecelakaan kerja pada bidang konstruksi meningkat seiring dengan
pembangunan infrastruktur yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia saat ini. Serangkaian musibah yang menelan korban jiwa
itu terjadi di berbagai proyek di berbagai daerah. Hal ini disebabkan karena
masih banyak tenaga kerja yang belum memahami peraturan K3 dan
menerapkannya dalam lingkungan kerja. Dengan demikian perlu adanya upaya
pengendalian, pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang
konstruksi sehingga dapat dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia secara
umum diperkirakan termasuk rendah. Kondisi tersebut mencerminkan
kesiapan daya saing Indonesia di dunia internasional masih sangat rendah.
Indonesia mengalami kesulitan menghadapi pasar global karena mengalami
ketidakefisienan pemanfaatan tenaga kerja (produktivitas kerja yang rendah).
Pada tahun 2018 terjadi banyak kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
kelalaian operator alat berat dan pengawasan penggunaan alat berat. Hal ini
membuat kami menciptakan suatu simulasi tower crane yang berbasis aplikasi
2D sehingga mudah diterapkan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi yang
akan menggunakan alat berat. Ide tersebut kami tulis dalam suatu karya tulis
ilmiah yang berjudul “Perancangan TCPS (Tower Crane Personal Simulator)
sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Berbudaya K3 dalam Rangka
Memperbaiki Kapasitas dan Kapabilitas Sumber Daya Manusia” yang berbasis
teknologi Virtual Reality.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dengan penjelasan masalah yang telah diuraikan dilatar belakang
penulisan, maka upaya atau solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan
simulasi untuk operator alat berat khususnya alat tower crane dengan konsep
aplikasi virtual reality. Maka rumusan masalah penulisan karya ilmiah ini
dapat diwakilkan dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep yang digunakan dalam TCPS (Tower Crane Personal
Simulator)?
2. Apa fungsi TCPS (Tower Crane Personal Simulator)?
3. Bagaimana langkah – langkah penggunaan TCPS?
4. Apa output yang dihasilkan dari pengaplikasian TCPS (Tower Crane
Personal Simulator) oleh operator?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1. Memberi pengenalan mengenai konsep pada perancangan TCPS.
2. Menjelaskan mengenai fungsi kerja dari perancangan TCPS.
3. Memberikan solusi terkait rendahnya kesadaran operator terhadap aspek
keselamatan dalam pengoperasian tower crane.
4. Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
dunia kerja sektor konstruksi dan sebagai referensi untuk penelitian
selanjutnya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja


Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak
terencana, kecelakaan tidak selalu menyebabkan luka-luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan material dan peralatan yang ada (De Reamer, 1958).
Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut OHSAS 18001:2007 adalah
insiden yang menimbulkan cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun
kefatalan (kematian). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak diduga dan tidak
dikehendaki disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Kecelakaan kerja umumnya terjadi pada pekerjaan yang
mengancam nyawa dengan risiko tinggi yang mengakibatkan kerugian baik
jiwa maupun harta benda. Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
kecelakaan dapat berupa banyak hal yaitu kerusakan, kekacauan organisasi,
keluhan, kesakitan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian.

2.1.1. Kecelakaan Kerja di Bidang Konstruksi


Masalah kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan sewaktu kerja
harus diutamakan oleh perusahaan jasa konstruksi. Dahulu para ahli
beranggapan suatu kecelakaan dikarenakan oleh tindakan pekerja yang
salah. Namun sekarang anggapan itu telah berbeda pandangan, yaitu
bahwa kecelakaan kerja bukan hanya disebabkan oleh tindakan
pekerjanya saja, tetapi juga faktor-faktor organisasi dan manajemen.
Para pekerja dan pegawai seharusnya dapat diarahkan dan dikontrol
oleh pihak manajemen guna terciptanya suatu kegiatan kerja yang aman.
Berdasarkan teori-teori penyebab kecelakaan terbaru, maka pihak
manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para
pekerjanya.
Angka kecelakaan kerja konstruksi di Indonesia masih termasuk
buruk. Pada tahun 2015, 2.375 orang meninggal dalam kecelakaan kerja
3
menurut Juan Somavia, Dirjen ILO, industri konstruksi termasuk paling
rentan kecelakaan.

2.2 Potensi Bahaya Kerja di Bidang Konstruksi


Dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja, adanya risiko dapat
ditimbulkan akibat dari perilaku dan kondisi yang kurang aman saat
melakukan pekerjaan. Hal ini dapat diartikan sebagai potensi bahaya. Bagi
perusahaan, potensi bahaya merupakan sebuah permasalahan utama yang
menimbulkan kerugian material, lingkungan, dan manusia. Salah satu dari
potensi bahaya di perusahaan adalah kecelakaan kerja.
Salah satu potensi bahaya yang diwaspadai dalam sektor konstruksi
adalah kelalaian dalam pengoperasian alat berat. Peristiwa tersebut merupakan
jenis kecelakaan kerja yang serius dan seringkali menyebabkan kerugian
materiil dan korban jiwa. Kelalaian pengoperasian tower crane adalah salah
satu contoh dari kelalaian pengoperasian alat berat yang terjadi. Akan tetapi,
hal tersebut kurang diperhatikan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi yang
menggunakan tower crane dalam pelaksanaannya. Kurangnya seleksi yang
ketat terhadap operator tower crane menjadi salah satu penyebab kecelakaan
terjadi.

2.3 Upaya Pengendalian Kecelakaan Kerja


Untuk meminimalisir adanya kecelakaan kerja dalam sektor kostruksi
dibutuhkan upaya pengendalian. Pengendalian risiko merupakan bagian dari
manajemen risiko dan dilakukan berdasarkan penilaian risiko terhadap
masing-masing pekerjaan. Dengan mempertimbangkan peralatan yang
digunakan, jumlah orang yang terlibat pada masing-masing pekerjaan akan
dapat diprediksi peluang kejadian dan tingkat keparahan dari risiko
kecelakaan. Secara hirarki, cara berpikir dalam melakukan pengendalian risiko
adalah dengan memerhatikan besaran nilai risiko ataupun tahapan
pengendalian risiko antara lain :

4
1. Eliminasi : Mengeliminasi atau menghilangkan sumber bahaya terhadap
kegiatan yang mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi.
2. Subtitusi : Melakukan substitusi atau mengganti dengan bahan atau
proses yang lebih aman.
3. Rekayasa teknik : Melakukan perubahan terhadap desain alat, proses,
atau layout.
4. Administrasi : Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan atau
standar untuk mengajak melakukan cara kerja yang aman (menyangkut
tentang prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan peringatan atau
larangan, inspeksi, dan lain sebagainya).
5. Penggunaan Personal Protection Equipment (PPE) : Merupakan
pengendalian yang paling akhir. PPE hanya berperan untuk kurangi
tingkat keparahan saja dan tidak pernah menyingkirkan bahaya.

2.4 Virtual Reality


Virtual Reality (VR) atau realitas maya adalah teknologi yang membuat
pengguna dapat berinteraksi dengan suatu lingkungan yang disimulasikan
komputer (computer-simulated environment) yaitu suatu lingkungan
sebenarnya yang ditiru atau lingkungan yang hanya ada dalam imajinasi.
Lingkungan realitas maya terkini umumnya menyajikan pengalaman visual
yang ditampilkan pada sebuah layar komputer atau melalui sebuah penampil
stereokopik. Beberapa simulasi tersebut mengikutsertakan tambahan informasi
hasil pengindraan, seperti suara melalui speaker atau headphone.
Virtual reality adalah teknologi menarik yang bertujuan untuk meniru
dunia nyata dengan lingkungan yang dihasilkan oleh komputer dan
melibatkan semua indra. Banyak jenis virtual reality yang sudah dibentuk
seperti digital heritage, simulasi pelatihan, virtual konser, dan lain-lain.
Dibandingkan dengan penelitian grafis tradisonal, teknologi virtual reality
menekankan pada interaksi antara pengguna dan sistem. Pengguna bisa
masuk dan mengalami lingkungan yang digital secara real-time, merasa
seperti berada disana sungguhan (Wu, 2005).

5
Salah satu pengaplikasian virtual reality dilakukan oleh Bahar (2014)
yang digunakan dalam bidang arsitektur khususnya berkaitan dengan
pelestarian warisan sejarah atau preservasi dan konservasi digital. Hasil dari
penelitian penerapan virtual reality ini untuk meningkatkan pengalaman 6
atas kolaborasi ruangan nyata dan semu sebagai kontribusi untuk pendidikan
warisan sejarah bagi generasi muda dan apresisasi publik. Melalui teknik
rekonstruksi model bangunan digital dimana pengguna dapat berinteraksi
terhadap objek yang ditampilkan, sehingga virtual reality ini dapat
meningkatkan proses pembelajaran dan memfasilitasi pemahaman pengguna
tentang setiap detail bangunan terutama apresiasi rincian kontruksi dan
urutan kronologis peristiwa dalam sejarah peradaban masa lalu.

6
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Tahapan Penulisan


Penyusunan karya ilmiah ini memiliki tahapan-tahapan dalam proses
pembuatannya. Mulai dari penentuan ide dan permasalahan, sampai dengan
menentukan solusi pemecahan masalah. Tahapan-tahapan tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Tahapan Perumusan Tema dan Gagasan
Tahapan ini merupakan langkah awal pembuatan karya tulis agar
menemukan suatu permasalahan yang dapat dijadikan sebagai topik
utama dalam penentuan gagasan. Tujuan dari perumusan tema dan
gagasan dalam karya tulis ini akan menentukan keberlanjutan penulisan
karya tulis secara keseluruhan.
2. Tahapan Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data merupakan lanjutan dari perumusan
tema dan gagasan. Tahapan ini berisi pengumpulan data-data dan teori
yang relevan menyangkut dari tema yang diangkat untuk menjadi topik
permasalahan.
3. Tahapan Analisis Karya Tulis
Tahapan analisis pada karya tulis ini bertujuan untuk
mengembangkan ide dan permasalahan agar dapat menemukan penyebab,
akibat, serta tahapan pemecahan suatu masalah. Analisis karya tulis
menjelaskan dari data yang telah ada dan dipadukan dengan gagasan yang
dikemukakan pada pendahuluan.
4. Tahapan Kesimpulan dan Saran
Pada tahapan ini menjelaskan tentang keseluruhan isi dari penulisan
karya tulis menjadi satu pokok pemahaman. Dari kesimpulan yang
diambil, akan ditemukan solusi pemecahan masalah serta saran untuk
keberlanjutan ide dari karya tulis ini.

7
3.2 Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam karya tulis ini berdasarkan literatur
kepustakaan ilmiah dari media cetak maupun media online. Referensi lain
yang digunakan dalam sumber karya tulis ilmiah ini berasal dari jurnal-jurnal
ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan sesuai tema lomba, buku yang
memuat topik tentang kesehatan dan keselamatan kerja, dan berbagai artikel
ilmiah online. Jenis data yang diambil sangat variatif, kualitatif, dan
kuantitatif demi keterpadunya karya tulis dengan diterapkannya karya tulis ini
di lapangan.

3.3 Analisis Data


Metode analisa data yang dilakukan dalam penulisan karya tulis ini
adalah sebagai berikut :
1. Metode analisa deskriptif
Analisa yang digunakan untuk menjelaskan data yang diperoleh
sehingga dapat mendeskripsikan maksud dari karya tulis ini dan dapat
digambarkan sesuai keadaan objek yang sebenarnya.
2. Metode analisa komparatif
Metode analisa komparatif digunakan untuk menjadikan
perbandingan dari ide dan gagasan dengan teori-teori yang sesuai dengan
topik yang diambil.

3.4 Penarikan Kesimpulan


Dari penulisan karya tulis ini berisikan pendahuluan sampai dengan
penuangan ide serta gagasan yang akan di analisis dan disesuaikan dengan
data yang diperoleh. Keseluruhan isi dari karya tulis akan dijadikan satu topik
untuk ditarik kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan yang diambil dari
keseluruhan isi penulisan akan ditemukan beberapa alternatif solusi yang
dapat ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang dibahas.

8
3.5 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam karya tulis ini digunakan untuk mempermudah
proses penyusunan penulisan karya tulis, sehingga lebih terarah pada tujuan
yang akan dicapai. Adapun kerangka berfikir dapat dijelaskan dari gambar
berikut :

Ide Penulisan
 Kecelakaan kerja pada bidang konstruksi
 Kecelakaan kerja dalam pengoperasian alat
berat

Tinjauan Pustaka
 Kesehatan dan keselamatan kerja konstruksi
 Alat berat tower crane

Eksplorasi Permasalahan
 Meminimalisir angka kecelakaan kerja
 Melatih kemampuan operator dalam
mengendalikan tower crane

Konsep simulator program untuk operator


tower crane

Kesimpulan dan saran

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir

9
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Konsep TCPS ( Tower Crane Personal Simulator )


TCPS (Tower Crane Personal Simulator) merupakan sebuah program
untuk mewujudkan gambaran pengoperasian tower crane yang mendekati
kenyataan. Di dalam kabin simulasi, terdapat suatu program yang
menampilkan bahaya yang akan dihadapi ketika mengoperasikan tower crane.
Hasil dari perancangan TCPS ini dapat menyadarkan para operator akibat
kelalaian dalam pengoperasian tower crane dan membangun budaya
keselamatan kerja yang taat prosedur. Selain itu, dikenalkan juga resiko
bahaya yang dapat terjadi ketika mengoperasikan tower crane. Dengan
konsep ini secara tidak langsung mendukung pemerintah dalam menekan
jumlah angka kecelakaan kerja khususnya dibidang konstruksi. Ada 2 tahap
dalam perancangan Tower Crane Personal Simulator, yaitu :
1. Tampilan Rancangan Tower Crane Virtual
Tower Crane Personal Simulator dirancang menyerupai lingkungan
kerja konstruksi secara nyata. Hal ini bertujuan agar pekerja memahami
dan menguji kemampuan dalam pemahaman K3 yang diterapkan pada
pengoperasian tower crane. Terdapat fitur utama dalam TCPS yaitu fitur
untuk menguji kemampuan K3 dan fitur mempelajari K3 sesuai level.

Gambar 4.1.1 Tampilan Tower Crane Virtual


10
Tampilan awal saat memulai Tower Crane Personal Simulator
(TCPS), operator berada dalam suatu kabin yang memiliki model seperti
kabin operator pada keadaan nyata. Di dalam tampilan tersebut terdapat
fitur-fitur agar operator dapat memilih simulasi yang diinginkan. Simulasi
yang ada pada tampilan virtual ini mengenai pekerjaan konstruksi
bangunan gedung maupun jembatan. Simulasi ini fokus pada objek untuk
mengangkat dan memindahkan material proyek yang berat dank eras.
Sehingga proses mobilisasi material harus menggunakan tower crane.
Tampilan virtual ini dilengkapi dengan tuas kontrol yang ada pada kabin
untuk menggerakkan material yang ada dibawah, sehingga operator dapat
memperkirakan tepat atau tidaknya material pada objek sasaran.

Gambar 4.1.2 Tampilan awal Tower Crane Personal Simulator

2. Kabin operator kontrol


Kabin operator kontrol dirancang sesuai dengan keadaan yang ada
di dalam alat tower crane yang sesungguhnya, bertujuan agar operator
tower crane memahami cara mengoperasikan tower crane pada keadaan
nyata. Di dalam kabin tersebut terdapat monitor untuk menampilkan
tampilan virtual TCPS yang akan dikendalikan oleh operator. Di dalam
kabin juga terdapat dua tuas pada sisi kanan dan kiri kursi kemudi. Tuas

11
kontrol pada sisi kanan dan sisi kiri memiliki fungsi yang berbeda, berikut
ini adalah fungsi tuas kontrol pada TCPS :
- Fungsi tuas kontrol sisi kanan
Jika didorong akan menurunkan hook (pengait) seperti yang
ditunjukan oleh panah hitam digambar, sedangkan jika ditarik akan
menaikan hook (pengait)
- Fungsi tuas kontrol sisi kiri
Jika didorong akan menggeser trolley ke arah luar seperti yang
ditunjukan oleh panah merah pada gambar, sedangkan jika ditarik
akan menggeser trolley ke arah dalam atau ke arah kabin seperti yang
ditunjukan oleh panah merah pada gambar.
Adapun cara penggunaan tuas kontrol pada TCPS adalah sebagai
berikut :
Jika tuas digeser ke kiri akan memutar kabin ke arah kiri begitu pula
sebaliknya jika tuas digeser ke kanan maka akan memutar kabin ke arah
kanan.

Gambar 4.1.3 Kabin Operator Kontrol

4.2 Fungsi TCPS (Tower Crane Personal Simulator)


TCPS (Tower Crane Personal Simulator) berfungsi sebagai sarana
verifikasi kembali Surat Ijin Operator atau SIO yang sudah dimiliki oleh
12
operator serta pengenalan risiko bahaya yang terjadi akibat kelalaian
operator atau kerusakan alat, sehingga operator dapat menanggulangi atau
meminimalisasi bahaya yang akan terjadi. Tower Crane Personal Simulator
(TCPS) dapat digunakan oleh perusahaan-perusahaan konstruksi atau
perusahaan kontraktor alat berat sebelum para pekerja atau para operator
mengoperasikan tower crane.

4.3 Output Penggunaan TCPS (Tower Crane Personal Simulator)


Output pada penggunaan Tower Crane Personal Simulator (TCPS) ini
adalah operator dapat mengetahui seberapa kemampuan diri untuk
mengoperasikan tower crane serta dapat menanggulangi risiko buruk yang
dapat terjadi saat pengoperasian tower crane. Operator yang kurang ahli
dalam mengendalikan tower crane tidak direkomendasikan untuk
mengoperasikan tower crane pada pekerjaan yang memiliki bobot yang
tinggi dan disarankan untuk mengulangi simulasi hingga dinyatakan lulus.

4.4 Langkah-langkah Penggunaan TCPS


Berikut ini merupakan langkah dalam menggunakan TCPS (Tower
Crane Personal Simulator) :

Gambar 4.4.1 Langkah–langkah Penggunaan TCPS

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
TCPS (Tower Crane Personal Simulator) merupakan inovasi program
simulasi pengoperasian tower crane dengan memperhatikan faktor keselamatan
untuk meningkatkan kualitas berbudaya K3. Simulasi ini dapat menguji
kemampuan operator terhadap pemahaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan waktu yang flexible dan risiko yang aman. Harapannya dengan adanya
TCPS dapat membantu pemerintah dalam menekan jumlah angka kecelakaan kerja.

5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang TCPS (Tower Crane
Personal Simulator) dan perlunya dukungan dari pemerintah, investor, dan
pengembang untuk merealisasikan TCPS.

14

Anda mungkin juga menyukai