KATA PENGANTAR
Saat ini energi listrik menjadi kebutuhan masyarakat yang sangat vital.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik dalam
pembukaan the 31st ASEAN Senior Official Meeting on Energy (SOME), Juni
2013 lalu di Bali mengungkapkan bahwa energi, pangan dan air menjadi
tiga kebutuhan pokok dunia. Menurut Menteri ESDM, saat ini jika listrik
mati seluruh kehidupan kita lumpuh. Oleh karena itu pemerintah melalui
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM berupaya
keras meningkatkan infrastruktur di sub sektor ketenagalistrikan.
Keseriusan Kementerian ESDM terlihat dari peningkatan angka rasio
elektrifikasi yaitu perbandingan rumah tangga berlistrik dengan
jumlah total rumah tangga di Indonesia. Hingga akhir tahun 2013,
angka rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 80,51%. Angka ini meningkat
13,36 % dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 67,15%.
Untuk mendorong peningkatan rasio elekrifikasi khususnya di daerah Perdesaan, Pemerintah telah
memprogramkan listrik perdesaan. Program ini merupakan penugasan Pemerintah kepada PLN untuk
melistriki masyarakat perdesaan yang pendanaannya diperoleh dari APBN, dan diutamakan pada Provinsi
dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah. Untuk menyambung listrik bagi masyarakat di perdesaan,
kurang mampu dan terpencil, pemerintah juga telah menetapkan program Instalasi Listrik Gratis untuk
Masyarakat Tidak Mampu.
Selain meningkatnya rasio elektrifikasi, capaian pemerintah di sub sektor ketenagalistrikan antara
lain adalah bertambahnya kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 2.185 MW, yaitu dari 45.253
MW di tahun 2012 menjadi 47.438 MW di tahun 2013. Tambahan pembangkit yang diselesaikan tahun
2013 tersebut berasal dari program 10.000 MW maupun program PLN reguler. Pemerintah secara
berkesinambungan juga berupaya untuk memperbaiki energy mix pembangkitan tenaga listrik dengan
menekan secara maksimal penggunaan BBM dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik. Realisasi
pemakaian bahan bakar minyak (BBM) pada tahun 2013 menurun menjadi 12,54%. Pada akhir tahun
2014 penggunaan bahan bakar minyak ditargetkan sebesar 9,70%.
Buku Capaian Kinerja Sektor Ketenagalistrikan tahun 2013 ini memberikan gambaran kepada
kita berbagai capaian, peluang dan tantangan dalam mengembangkan sektor ketenagalistrikan.
Tentu masih banyak kekurangan dalam penyusunan buku ini. Saran dan kritik membangun
untuk penerbitan selanjutnya dapat disampaikan melalui e-mail : kslr@djlpe.esdm. go.id.
Daftar Isi
• Pengantar ........................................................................................................ i
• PENDAHULUAN
A. Kebijakan........................................................................................................... 5
B. Visi Misi ............................................................................................................ 7
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat
dapat berpartisipasi dalam usaha penyediaan
Pembangunan infrastruktur dan pengelolaan tenaga listrik.
ketenagalistrikan menjadi prioritas program
pemerintah. Dalam pembangunan infrastruktur Permintaan tenaga listrik diperkirakan terus
ketenagalistrikan, pergerakan nilai tukar rupiah meningkat tiap tahunnya dengan pertumbuhan
dan harga minyak dunia memiliki pengaruh yang rata-rata sekitar 9,5% per tahun. Untuk mengejar
sangat signifikan, sedangkan kenaikan harga minyak tingginya permintaan tersebut, dilakukan upaya
dunia menjadi indikator yang sangat dominan antara lain menyelesaikan pembangunan proyek
pengaruhnya terhadap perhitungan harga biaya 10.000 MW Tahap I (untuk penggantian bbm
pokok pembangkitan. ke non bbm) dan Tahap II (untuk peningkatan
pemanfaatan EBT), menyelesaikan pembangunan
Sarana penyediaan tenaga listrik meliputi pembangkit milik PLN dan IPP dalam program
pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik. reguler, menyelesaikan pembangunan PLTP dan PLTA
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang dalam upaya pemanfaatan energi baru terbarukan
No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan bahwa dan energi setempat, mendorong pembangunan
penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara yang PLTU Mulut Tambang dalam upaya pemanfaatan
penyelenggaraannya dilakukan oleh Pemerintah dan potensi batubara kalori rendah yang berlimpah,
Pemerintah Daerah berlandaskan prinsip otonomi mempercepat alokasi dan pengadaan gas untuk
daerah dimana pelaksanaan usaha penyediaan pembangkit dalam upaya untuk mengurangi
tenaga listrik oleh Pemerintah dan Pemerintah konsumsi BBM, mendorong pembangunan PLTU
Daerah dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara berteknologi ultra super critical berkapasitas 1.000
dan Badan Usaha Milik Daerah. Disamping itu badan MW.
Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik Pengembangan sarana distribusi tenaga listrik
diarahkan pada pertumbuhan yang realistis, dan diarahkan untuk dapat mengantisipasi pertumbuhan
diutamakan untuk menyelesaikan krisis penyediaan penjualan tenaga listrik, mempertahankan tingkat
tenaga listrik yang terjadi di beberapa daerah, keandalan yang diinginkan dan efisiensi serta
mendukung kecukupan ketersediaan tenaga meningkatkan kualitas pelayanan.
listrik untuk pelaksanaan Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional,
(MP3EI) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN), penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya
meningkatkan cadangan dan terpenuhinya margin semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero),
cadangan dengan mengutamakan pemanfaatan tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta,
sumber energi baru dan terbarukan serta membatasikoperasi, dan BUMD. Usaha penyediaan tenaga
rencana pengembangan pembangkit BBM. listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau
BUMD tersebut diantaranya adalah membangun
Pengembangan sistem transmisi tenaga listrik dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga
diarahkan kepada pertumbuhan sistem, peningkatan listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN
keandalan sistem dan mengurangi kendala pada (Persero) atau lebih dikenal dengan pembangkit
sistem penyaluran serta adanya pembangunan swasta atau Independent Power Producer (IPP)
pembangkit baru. atau membangun dan mengoperasikan sendiri
pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik
secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual 1. Penetapan kebijakan untuk mendukung
langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha pembangunan secara makro di bidang
khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit ketenagalistrikan;
terintegrasi atau Private Power Utility (PPU). 2. Penyusunan rencana umum ketenagalistrikan
nasional;
Pembangkitan tenaga listrik merupakan faktor 3. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga
terpenting yang mempengaruhi biaya penyediaan pendidikan dan sertifikasi tenaga profesional/
tenaga listrik. Oleh karena itu, Pemerintah secara ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
berkesinambungan berupaya untuk memperbaiki 4. Pembinaan dan pengawasan atas
energy mix pembangkitan tenaga listrik dengan penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
menekan secara maksimal penggunaan BBM dalam pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,
pembangkitan tenaga listrik. Pangsa pemakaian arahan, dan supervisi di bidang ketenagalistrikan;
energi primer ditetapkan dalam UU APBN sebagai 5. Penetapan pedoman pengelolaan dan
asumsi dalam penetapan subsidi listrik. Pangsa perlindungan sumber daya alam di bidang
energi primer BBM untuk pembangkitan listrik ketenagalistrikan;
secara umum turun dari tahun ketahun. Pada tahun 6. Pengaturan penerapan perjanjian atau
2010 pangsa BBM mencapai 22% dan pada tahun persetujuan internasional yang disahkan atas
2012 berhasil ditekan sehingga turun menjadi nama negara di bidang ketenagalistrikan;
14,97% (Gambar 3). Upaya yang dilakukan untuk 7. Penetapan standar pemberian izin oleh daerah
menekan penggunaan BBM antara lain: melalui di bidang ketenagalistrikan;
program diversifikasi bahan bakar pembangkit dari 8. Penetapan kebijakan sistem informasi nasional
BBM ke Non BBM (Program percepatan tahap 1 dan di bidang ketenagalistrikan;
2); larangan pembangunan pembangkit baru yang 9. Penetapan persyaratan kualifikasi usaha jasa di
menggunakan BBM dan mendorong pengembangan bidang ketenagalistrikan;
pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan 10. Penyelesaian perselisihan antar propinsi di
melalui kebijakan Feed in Tariff. bidang ketenagalistrikan;
11. Pengaturan pembangkit, transmisi, dan
B. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal distribusi ketenagalistrikan yang masuk
Ketenagalistrikan dalam jaringan transimisi (grid) nasional dan
pemanfaatan pembangkit listrik tenaga nuklir,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta pengaturan pemanfaatan bahan tambang
dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Presiden radio aktif;
Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000 tentang 12. Penetapan kebijakan intensifikasi, diversifikasi,
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan konservasi, dan harga energi, serta kebijakan
Organisasi, dan Tata Kerja Departemen. Sesuai jaringan transmisi (grid) nasional/regional listrik
Keputusan Presiden tersebut di atas, Direktorat dan gas bumi;
Jenderal Ketenagalistrikan mempunyai tugas 13. Penetapan penyediaan dan tarif dasar listrik di
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan dalam negeri;
standarisasi teknis di bidang ketenagalistrikan. 14. Kewenangan lain yang melekat dan telah
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 18 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja, perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan C. Struktur Organisasi
menyelenggarakan fungsi: Sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang
a. Penyiapan rumusan kebijakan bidang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi
ketenagalistrikan; dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Ketenagalistrikan dan membawahi 4(empat) unit
ketenagalistrikan; Eselon II yang terdiri dari:
c. Penyusunan standar, norma, pedoman, kriteria,
dan prosedur di bidang ketenagalistrikan; 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Listrik dan
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi; Pemanfaatn Energi;
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal 2. Direktorat Pembinaan Program Ketenagalistrikan;
Ketenagalistrikan. 3. Direktorat Pembinaan Pengusahaan
Ketenagalistrikan;
Dalam menyelenggarakan fungsinya, Direktorat 4. Direktorat Teknik dan Lingkungan
Jenderal Ketenagalistrikan mempunyai kewenangan: Ketenagalistrikan.
1. Meningkatkan Rasio Elektrifikasi dan Desa listrik; pemilihan jenis teknologi yang lebih
Berlistrik efisien; optimalisasi penggunaan dan biaya bahan
bakar pada pembangkit listrik; serta mendorong
Adapun program-program yang dilakukan adalah : rasionalisasi biaya pokok penyediaan tenaga listrik.
meningkatkan kapasitas pembangkit, transmisi dan
distribusi tenaga listrik; mendorong pemanfaatan 4. Menerapkan Tingkat Komponen Dalam Negeri
sumber energi setempat untuk penyediaan tenaga (TKDN)
listrik; meningkatkan sambungan listrik ke konsumen
rumah tangga; meningkatkan listrik perdesaan di Dalam rangka mendorong peningkatan TKDN di
daerah belum berkembang, daerah terpencil, dan bidang ketenagalistrikan, program-program yang
daerah perbatasan antar Negara; serta mendorong telah ditempuh adalah meningkatkan kemampuan
peran serta pemerintah daerah dalam penyediaan usaha penunjang tenaga listrik serta monitoring
dan pengeiolaan tenaga listrik. atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan
tentang TKDN.
2. Mengembangkan Iklim Investasi dan Pendanaan
dalam Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. 5. Menerapkan Ketentuan Keselamatan
Ketenagalistrikan
Pengembangan iklim investasi dilakukan melalui
program penyempurnakan produk regulasi yang Adapun program-program yang dilakukan
mendorong investasi; pemberian insentif baik fiskal untuk menerapkan ketentuan keselamatan
maupun non fiscal; serta pemanfatan semaksimal ketenagalistrikan adalah melalui penerapan standar
mungkin pendanaan yang bersumber dari dalam peralatan dan pemanfaat tenaga listrik; mewajibkan
negeri dan sumber dari luar negeri. sertifikasi laik operasi bagi instalasi tenaga listrik;
mewajibkan sertifikasi bagi peralatan dan pemanfaat
3. Meningkatkan Efisiensi Penyediaan Tenaga tenaga listrik; mewajibkan sertifikasi kompetensi
Listrik bagi tenaga teknik; mewajibkan sertifikasi dan
Kebijakan ini dilakukan melalui program penurunan registrasi bagi Badan Usaha Jasa Penunjang tenaga
susut jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik; penerapan standar baku mutu lingkungan;
penerapan standar instalasi tenaga listrik terhadap
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meninjau program listrik hemat dan murah (listrik gratis untuk masyarakat tidak mampu)dalam PAmeran Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Nasional 2013
rasio elektrifikasi baru mencapai 76,56 % dan pada diarahkan pada pertumbuhan yang realistis, dan
tahun 2013 rasio elektrikasi meningkat sebesar 3,95 diutamakan untuk menyelesaikan krisis penyediaan
% dibandingkan dengan tahun 2012. Pencapaian tenaga listrik yang terjadi di beberapa daerah,
pada akhir tahun 2013 tersebut lebih tinggi dari pada mendukung kecukupan ketersediaan tenaga
target yang ada di dalam RPJM Nasional sebesar listrik untuk pelaksanaan Masterplan Percepatan
76,80%. Pencapaian luar biasa ini tentunya akan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia
terus dilakukan secara berkesinambungan sehingga (MP3EI) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN),
pada tahun 2014, rasio elektrikasi mencapai 81,51%. meningkatkan cadangan dan terpenuhinya margin
Untuk mendorong peningkatan rasio elekrifikasi cadangan dengan mengutamakan pemanfaatan
khususnya di daerah Perdesaan, Pemerintah sumber energi baru dan terbarukan serta membatasi
telah memprogramkan listrik perdesaan. Program rencana pengembangan pembangkit BBM.
ini merupakan penugasan Pemerintah kepada Dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik nasional,
PLN untuk melistriki masyarakat perdesaan penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya
yang pendanaannya diperoleh dari APBN, dan semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero),
diutamakan pada Provinsi dengan rasio elektrifikasi tetapi juga dilakukan oleh pihak lain seperti swasta,
yang masih rendah. Anggaran untuk program listrik koperasi, dan BUMD. Usaha penyediaan tenaga
perdesaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal listrik yang telah dilakukan oleh swasta, koperasi atau
ini menunjukkan keseriusan Pemerintahan untuk BUMD tersebut diantaranya adalah membangun
meningkatkan aksesibilitas tenaga listrik khususnya dan mengoperasikan sendiri pembangkit tenaga
bagi daerah perdesaan. listrik yang tenaga listriknya di jual kepada PT PLN
(Persero) atau lebih dikenal dengan pembangkit
Selain itu, sejak tahun 2012, Pemerintah juga telah swasta atau Independent Power Producer (IPP)
meluncurkan pembangunan listrik murah dan atau membangun dan mengoperasikan sendiri
hemat atau instalasi listrik gratis bagi masyarakat pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik
tidak mampu dan nelayan, dimana realisasi pada secara terintegrasi yang tenaga listriknya dijual
tahun 2013 telah dibangun 94.230 Rumah Tangga langsung kepada konsumen di suatu wilayah usaha
Sasaran (RTS). khusus yang dikenal dengan istilah pembangkit
2. Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan terintegrasi atau Private Power Utility (PPU).
2.1. Pembangkit Tenaga Listrik Pada tahun 2012 kapasitas terpasang pembangkit
tenaga listrik adalah 45.253 MW. Kapasitas
Pengembangan kapasitas pembangkit tenaga listrik pembangkit tenaga listrik ini naik menjadi 47.438MW
10 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
pada tahun 2013. Tambahan pembangkit yang pembebasan lahan, impor barang, pendanaan)
diselesaikan tahun 2013 tersebut antara lain : maupun masalah konstruksi (material/equipment,
• Program 10.000 MW tahap I sebesar 1.867 MW, lack of management, eskalasi), penyelesaian proyek
yang berasal dari 5 proyek pembangkit; yaitu FTP 1 mengalami keterlambatan dari target yang
PLTU Sulsel-Barru #2 (50 MW), PLTU Kalsel – telah ditetapkan. Pada tahun 2009 pembangkit
Asam-asam (2x65 MW), PLTU 1 Jatim – Pacitan yang dapat diselesaikan sebesar 300 MW, dan pada
(2x315 MW), PLTU 2 Jabar – Pelabuhan Ratu tahun 2010 bertambah sebesar 300 MW. Namun
(3x350 MW), dan PLTU Kepri – Tj. Balai Karimun demikian Pemerintah terus berupaya mendorong
#2 (7 MW). penyelesaian FTP 1 dengan terus memonitor dan
• Program PLN Reguler yaitu PLTMG Sembakung memfasilitasi penyelesaian masalah-masalah yang
(8 MW) dan PLTU Tj Kasam (2x55 MW) PPU PT dihadapi PLN. Pada tahun 2011 proyek yang selesai
PLN Batam. makin meningkat, bertambah lagi 2.560 MW, tahun
2012 telah COD pula 1.350 MW. Tahun 2013 telah
2.1.1. Program Percepatan Pembangunan diselesaikan 2.067 MW, dan sisa proyek FTP 1
PembangkitTahap I (FTP I) sebesar 3550 MW akan selesai semua pada akhir
2014. Sampai dengan Oktober 2013, total proyek
Program percepatan pembangunan pembangkit FTP 1 yang telah COD mencapai 6.377 MW (64,2%).
tahap I atau yang biasa disingkat dengan FTP 1
merupakan proyek pembangunan PLTU dalam 2.1.2.
Program Percepatan Pembangunan
jumlah besar yang pertama yang dilaksanakan oleh Pembangkit Tahap II
PLN dalam waktu bersamaan dan harus diselesaikan
dalam waktu bersamaan, dimana pada tahun 2006 FTP 2 dicanangkan oleh Pemerintah sebagai upaya
sebanyak 37 proyek dengan total kapasitas 9.975 untuk mempercepat diversifikasi energi untuk
MW ditargetkan selesai seluruhnya pada tahun pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak
2009. Mengingat berbagai kendala yang dihadapi (BBM), mengoptimalkan pemanfaatan potensi
dalam pelaksanaannya seperti: permasalahan panas bumi dan tenaga air dan sekaligus memenuhi
engineering (desain/drawing, komisioning), non- kebutuhan tenaga listrik yang terus meningkat.
engineering (perijinan/rekomendasi, pengadaan/
CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 11
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
Realisasi Target
6.377 MW (64,2%) 3.550 MW (35,8%)
SUMATERA
• PLTA : 453 MW KALIMANTAN
• PLTP : 2.725 MW • PLTU : 500 MW SULAWESI
• PLTU : 400 MW • PLTG : 280 MW • PLTA : 200 MW
TOTAL : 3.578 MW TOTAL : 780 MW • PLTP : 195 MW MALUKU
• PLTU : 200 MW • PLTP : 35 MW
TOTAL : 595 MW TOTAL : 35 MW
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan proyek-proyek infrakstruktur di Kabupaten Pacitan, Rabu (16/10).
2.2. Transmisi dan Gardu Induk atau tidak), termasuk penggunaan tegangan 70
Pengembangan saluran transmisi dan gardu induk kV sebagai saluran distribusi ke pelanggan besar,
secara umum diarahkan kepada tercapainya ditentukan oleh manajemen unit melalui analisis
keseimbangan antara kapasitas pembangkitan di sisi dan pertimbangan keekonomian jangka panjang
hulu dan permintaan daya pada distribusi di sisi hilir dan pencapaian tingkat mutu pelayanan yang lebih
secara efisien dengan kriteria keandalan tertentu. baik, dengan tetap memenuhi standard SNI atau
Disamping itu pengembangan saluran transmisi SPLN yang berlaku.
juga dimaksudkan sebagai usaha untuk mengatasi
bottleneck penyaluran, perbaikan tegangan Penambahan jaringan distribusi tenaga listrik selama
pelayanan dan fleksibilitas operasi. kurun waktu 2004 s.d. 2012 adalah sepanjang
134.201 kms, yaitu 31.762 kms pada tahun 2004-
Penambahan transmisi tenaga listrik selama kurun 2009 (masa Pemerintahan KIB I), dan 102.449
waktu 2004 s.d. 2012 adalah sepanjang 7.302 kms, kms selama kurun waktu tahun 2009-2012 (masa
yaitu 4.155 kms pada tahun 2004-2009 (masa Pemerintahan KIB II);. Target penambahan panjang
Pemerintahan KIB I), dan 3.147 kms selama kurun jaringan distribusi dari tahun 2004 sampai dengan
waktu tahun 2009-2012 (masa Pemerintahan KIB II). akhir tahun 2014 adalah 174.202 kms
Target penambahan panjang transmisi pada tahun
2013 melalui pendanaan APBN adalah 1.949 kms, Target penambahan panjang jaringan distribusi
namun hanya terealisasi sepanjang 360 kms. Hal pada tahun 2013 melalui pendanaan APBN adalah
ini akibat banyaknya kendala dalam pembebasan 9.256,74 kms, namun terealisasinya lebih besar
tanah. yaitu 12.702,6 kms. Hal ini mengingat adanya
pemanfaatan anggaran sisa pelelangan.
2.3. Jaringan Gardu Distribusi
Fokus pengembangan dan investasi sistem distribusi 4. Investasi bidang ketenagalistrikan
(jaringan dan gardu distribusi) secara umum
diarahkan pada 4 hal, yaitu: perbaikan tegangan Pada tahun 2012 realisasi investasi sektor
pelayanan, perbaikan SAIDI dan SAIFI, penurunan Ketenagalistrikan mencapai US$ 7,41 miliar,
susut teknis jaringan, dan rehabilitasi jaringan sedangkan tahun 2013 ini investasi sektor
yang tua. Kegiatan selanjutnya adalah investasi Ketenagalistrikan dari target US$ 6.42 miliar hanya
perluasan jaringan untuk melayani pertumbuhan tercapai US$ 3,87 miliar atau sekitar 60,35%. Tidak
dan perbaikan sarana pelayanan. tercapainya rencana investasi tahun 2013 disebabkan
oleh terkendalanya proyek-proyek ketenagalistrikan
Pemilihan teknologi seperti jenis tiang (beton, akibat adanya permasalahan-permasalahan seperti
besi atau kayu), jenis saluran (saluran udara, kabel pengadaan lahan, perizinan daerah, dan kendala
bawah tanah), sistem jaringan (radial, loop atau teknis pembangkit, serta terlambatnya penerbitan
spindle), perlengkapan (menggunakan recloser DIPA SLA.
Menteri ESDM Jero Wacik menyaksikan penandatanganan MOU antara PLN dan mitra kerja untuk meningkatkan investasi di sektor ketenagalistrikan.
Menteri ESDM Jero Wacik bersama para SOE Leader bidang energi negara-negara ASEAN dalam the 31st ASEAN SOME, Juni 2013.
untuk membuka peluang interkoneksi antar benua para Menteri Energi di kawasan ASEAN dan dengan
Australia – Asia melalui Indonesia, interkoneksi lintas mitra wicaranya. Seluruh rangkaian pertemuan
batas negara yang menggunakan pembangkitan berlangsung pada tanggal 23 – 27 September
energi terbarukan. 2013 di Nusa Dua, Bali. dalam pertemuan tersebut
dibahas sejumlah pencapaian kerjasama energi
B. Kerjasama Regional dan Multilateral di kawasan ASEAN oleh sepuluh negara anggota
ASEAN, dan kerjasama dengan mitra wicara dan
1. Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) organisasi internasional.
Kerjasama energi ASEAN merupakan backbone
menuju pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN
(ASEAN Economic Community) dan Komunitas
ASEAN (ASEAN Community) pada tahun 2015.
Kerjasama energi ASEAN telah berlangsung lebih
dari tiga dekade berkembang dan mengalami
sejumlah pasang surut.
Untuk mengukur pencapaian dan kendala dalam
pelaksanaan kerjasama energi, maka disepakati
dokumen APAEC (ASEAN Plan of Action on Energy
Cooperation) sebagai panduan. Saat ini, APAEC 2010-
2015 sebagai hasil pertemuan the 28th AMEM, Viet
Nam, 23 Juli 2010, di mana saat ini telah dilakukan
Mid-Term Review APAEC 2010-2015 dan telah
dilaporkan kepada para Menteri Energi ASEAN pada
pertemuan the 31st AMEM 2013 Bali, dan APAEC Kronologis Pelaksanaan APG di Indonesia
2016-2020 saat ini dalam proses inisiasi.
Menteri ESDM Jero Wacik membuka the 31st ASEAN SOME di Nusa Dua, Bali.
Serang Mill dan Tangerang Mill Dengan demikian, selain pembangkit tenaga listrik
PT DSS merupakan salah satu anak perusahaan yang dikembangkan oleh PLN, terdapat proyek
PT Indah Kiat Pulp & Paper yang didirikan khusus pembangkit tenaga listrik yang saat ini dalam tahap
untuk mengelola pembangkit tenaga listrik dalam pembangunan.
kelompok perusahaan tersebut, yaitu di Kabupaten Dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 35
Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tahun 2013 tentang Tata Cara Perizinan Usaha
Serang. Ketenagalistrikan, disebutkan bahwa Pemegang IUPL
wajib menyelesikan pembangunan instalasi tenaga
a. PT Dian Swastatika Sentosa – Serang Mill listrik sesuai dengan yang disyaratkan dalam IUPL.
Penetapan wilayah usaha PT Dian Swastatika Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembang
Sentosa– Serang Mill ditetapkan melalui Keputusan pembangkit tenaga listrik yang telah melakukan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor kontrak dengan PT PLN (Persero) memiliki IUPL
954 K/20/DJL.3/2013 tanggal 1 Agustus 2013, yaitu harus segera melaksanakan pembangunan setelah
meliputi Wilayah Pabrik PT Indah Kiat Pulp & Paper memperoleh IUPL.
di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Adapun mekanisme permohonan IUPL sesuai dengan
Pasal 6 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
b. PT Dian Swastatika Sentosa – Tangerang Mill Mineral Nomor 35 Tahun 2013 tentang Tata Cara
Penetapan wilayah usaha PT Dian Swastatika Perizinan Usaha Ketenagalistrikan adalah bahwa
Sentosa– Tangerang Mill ditetapkan melalui pemohon mengajukan permohonan IUPL secara
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tertulis kepada Menteri Energi dan Sumber Daya
Nomor 1136 K/20/DJL.3/2013 tanggal 23 Oktober Mineral melalui Direktur Jenderal Ketenagalistrikan
2013, yaitu meliputi Wilayah Pabrik PT Indah Kiat dengan formulir adalah sebagaimana terlampir
Pulp & Paper di KotaTangerang Selatan Provinsi pada Lampiran I Peraturan Menteri ESDM Nomor
Banten. 35 Tahun 2013 tersebut, dengan melampirkan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis
5. Wilayah Usaha PT Tunas Energi yang diperlukan sesuai dengan jenis usahanya.
Persyaratan administrasi yang harus dilampirkan
PT Tunas Energi merupakan perusahaan penyedia oleh pemohon IUPL meliputi:
tenaga listrik yang berlokasi di Kawasan Industri a. Identitas pemohon;
Tunas (Tunas Industrial Estate) Kota Batam. Wilayah b. Pengesahan sebagai badan hukun Indonesia
usaha PT Tunas Energi ditetapkan melalui Keputusan bagi badan usaha milik negara, badan usaha
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor milik daerah, badan usaha swasta, dan koperasi;
1260 K/20/DJL.3/2013 tanggal 20 Desember 2013, c. Pengesahan sebagai badan hukum Indonesia
yaitu meliputi Kawasan Industri Tunas di Kota Batam. bagi swadaya masyarakat yang berbentuk badan
Dari keseluruhan penetapan wilayah usaha hhukum;
penyediaan tenaga listrik yang telah ditetapkan, d. Profil perusahaan;
rata-rata waktu yang dibutuhkan kurang dari 8 e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan
(delapan) hari setelah persyaratan diterima secara f. Kemampuan pendanaan
lengkap dan benar.
Persyaratan administrasi tersebut di atas harus
dipenuhi oleh pemohon Koperasi, BUMD dan swasta,
2. Pelayanan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sedangkan untuk pemohon lembaga swadaya
masyarakat dan perorangan kewajiban untuk profil
Pemerintah berupaya agar tenaga listrik senantiasa perusahaan (c) tidak berlaku.
tersedia dalam jumlah yang cukup. Oleh karena itu, Persyaratan teknis yang harus dilampirkan oleh
selain pengembangan tenaga listrik oleh PT PLN, pemohon IUPL meliputi:
pemerintah juga membuka kesempatan kepada a. Studi kelayakan usaha Penyediaan Tenaga Listrik;
sektor swasta untuk ikut berpartisipasi dalam usaha b. Lokasi instalasi kecuali untuk Usaha Penjualan
penyediaan tenaga listrik melalui skema jual beli Tenaga Listrik;
tenaga listrik Independent Power Producer (IPP). c. Izin lokasi dari instansi yang berwenang kecuali
Terbukanya kesempatan untuk berpartisipasi untuk Usaha Penjulan Tenaga Listrik
mendapat sambutan yang baik dari kalangan d. Diagram satu garis (single line diagram);
dunia usaha, terbukti dengan telah diterbitkannya e. Jenis dan kapasitas usaha yang akan dilakukan;
sejumlah izin usaha bagi pengembang listrik f. Jadwal pembangunan;
swasta yang akan menjual tenaga listriknya ke PLN. g. Jadwal pengoperasian; dan
Sejumlah proyek listrik swasta telah dikembangkan h. Persetujuan harga jual tenaga listrik atau sewa
dalam berbagai tahapan yaitu tahap operasi, Jaringan Tenaga Listrik dari Menteri, dalam hal
pembangunan, pendanaan maupun tahap negosiasi. permohonan Izin Usaha Penyediaan Tenaga
22 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Listrik diajukan untuk Usaha Pembangkitan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik selaku calon
Tenaga Listrik, Usaha Transmisi Tenaga Listrik, pembeli tenaga listrik atau penyewa Jaringan
atau Usaha Distribusi Tenaga Listrik. Tenaga Listrik untuk Usaha Pembangkitan
Tenaga Listrik, Usaha Transmisi Tenaga Listrik,
Apabila persyaratan tersebut dipenuhi oleh atau Usaha Distribusi Tenaga Listrik.
pemohon IUPL, maka IUPL dapat diberikan untuk
jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) tahun. Proses pemohonan hingga diterbitkannya IUPL atau
IUPL-Sementara adalah paling lama 20 (dua puluh)
Khusus untuk usaha pembangkitan tenaga listrik atau hari kerja sejak diterimanya permohonan IUPL atau
usaha transmisi, sebelum IUPL dikeluarkan, terlebih IUPL-Sementara secara lengkap. Artinya, pemohon
dahulu dikeluarkan IUPL-Sementara bagi koperasi IUPL atau IUPL-Sementara diminta kesadarannya
dan Badan Usaha lain (BUMD, swasta, swadaya untuk melengkapi terlebih dahulu dokumen-
masyarakat dan perorangan) yang telah memenuhi dokumen yang diminta sebelum mengajukan secara
persyaratan administrasi dan persyaratan teknis resmi permohonan IUPL atau IUPL-Sementara
untuk IUPL Sementara. Pertimbangan ini diberikan kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
mengingat bahwa proses pembangunan pembangkit cq. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan agar proses
tenaga listrik atau transmisi membutuhkan waktu permohonan tersebut dapat diproses secara cepat.
yang cukup lama, padat modal dan penuh resiko Adanya kekurangan atau ketidakbenaran di dalam
sehingga umumnya pemberi pinjaman uang pemberian data akan menyebabkan terlambat dan
(Lender) kurang yakin untuk memberikan pinjaman terhambatnya proses permohonan IUPL atau IUPL-
uang untuk investasi di bidang usaha ini jika belum Sementara itu sendiri. Sehingga dalam hal ini, Menteri
bisa dipastikan bahwa kegiatan ini telah disetujui Energi dan Sumber Daya Mineral cq. Direktorat
pembangunannya oleh Pemerintah yang dalam hal Jenderal Ketenagalistrikan harus memberitahukan
ini adalah dikeluarkannya IUPL. Oleh karena itu, secara tertulis disertai dengan alasan paling lambat
untuk memberikan kepastian kepada Lender bahwa 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima
pembangunan pembangkit atau transmisi tersebut apabila menolak permohonan IUPL atau IUPL-
secara prinsip disetujui oleh Pemerintah dan Sementara tersebut.
sambil pengembang juga melengkapi persyaratan-
persyaratan IUPL lainnya, Pemerintah mengeluarkan IUPL Sementara dapat dilakukan perpanjangan
terlebih dahulu apa yang disebut dengan IUPL- dengan mengajukan permohonan perpanjangan
Sementara. IUPL paling lambat 60 hari sebelum IUPL tersebut
berakhir. Permohonan perpanjangan Izin Usaha
Adapun mekanisme permohonan IUPL-Sementara Penyediaan Tenaga Listrik sementara harus
yaitu bahwa pemohon mengajukan permohonan dilengkapi dengan:
IUPL-Sementara tersebut secara tertulis kepada 1. Persyaratan administratif dan teknis;
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan dengan formulir 2. Rekomendasi dari calon pembeli tenaga listrik
adalah sebagaimana terlampir pada Lampiran dan/atau penyewa Jaringan Tenaga Listrik; dan
I Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 3. Laporan pelaksanaan Izin Usaha Penyediaan
2013 tersebut dengan melampirkan persyaratan Tenaga Listrik Sementara.
administratif dan persyaratan teknis yang diperlukan
sesuai dengan jenis usahanya. IUPL dapat saja dialihkan kepada pihak lain, tetapi
Persyaratan administrasi yang harus dilampirkan harus mendapatkan persetujuan tertulis dari
oleh pemohon IUPL-Sementara meliputi: Direktur Jenderal Ketenagalistrikan atas nama
1. Identitas pemohon; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Dimana
2. Profil perusahaan; dan untuk mendapatkan persetujuan tertulis atas
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). pengalihan IUPL tersebut, pihak lain tersebut
yang akan mengambil alih IUPL harus memenuhi
Persyaratan administrasi tersebut di atas harus persyaratan administrasi dan persyaratan lain sesuai
dipenuhi oleh pemohon Koperasi, BUMD dan perundang-undangan.
swasta, sedangkan untuk pemohon lembaga
swadaya masyarakat dan perorangan kewajiban Realisasi pelaksanaan kegiatan pelayanan publik
untuk melengkapi akta pendirian perusahaan (a) di Subdit Pelayanan dan bimbingan usaha tenaga
dan profil perusahaan (b) tidak berlaku. listrik meliputi pelayanan Izin usaha penyediaan
Persyaratan teknis yang harus dilampirkan oleh tenaga Listrik (IUPL) dan IUPL-sementara. Jumlah
pemohon IUPL Sementara meliputi: penerbitan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
1. Studi kelayakan awal (pre-feasibility study); (IUPL) Sementara untuk Tahun 2013 adalah
2. Surat penetapan sebagai calon pengembang sebanyak 47 izin dan jumlah IUPL yang terbit tahun
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dari pemegangn 2013 sebanyak 34 Izin.
CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 23
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
subsidi listrik. Pangsa energi primer BBM untuk
pembangkitan listrik secara umum turun dari tahun
ketahun. Pada tahun 2004 pangsa BBM mencapai
39% dan capaian realisasi pada tahun 2013 menurun
menjadi 12,54 % (Target APBN-P 2013 adalah
10,87%) dan ditargetkan pada tahun 2014 sebesar
9,70% (Gambar 3). Upaya yang dilakukan untuk
menekan penggunaan BBM antara lain: melalui
program diversifikasi bahan bakar pembangkit dari
BBM ke Non BBM (Program Percepatan Tahap 1 dan
2); larangan pembangunan pembangkit baru yang
menggunakan BBM dan mendorong pengembangan
pembangkit tenaga listrik dari energi terbarukan,
salah satunya melalui kebijakan Feed in Tariff.
Gambar Perkembangan Energy Mix Pembangkit Tenaga Listrik
Dalam rangka mengurangi konsumsi BBM secara
nasional termasuk BBM pada pembangkitan tenaga
listrik, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan
Menteri ESDM NO. 25 Tahun 2013 tentang tentang 5. Susut Jaringan
Perubahan atas Permen ESDM Nomor 32 Tahun
2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Di dalam suatu sistem tenaga listrik terdapat
Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai suatu faktor yang dinamakan faktor rugi rugi atau
Bahan Bakar Lain. Berdasarkan Peraturan tersebut, susut jaringan. Susut jaringan ini dapat ditemui
pembangkit tenaga listrik yang masih menggunakan di berbagai tempat pada jaringan tenaga listrik,
BBM wajib menggunakan bahan bakar nabati mulai dari pembangkitan, transmisi, sampai dengan
sebagai campuran BBM, pada tahun 2013 minimal kepada distribusi kepada konsumen. Susut jaringan
7,5% untuk biodiesel dan 1% untuk minyak nabati merupakan kehilangan energi listrik pada proses
murni. Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan penyaluran tenaga listrik yang sifatnya tidak dapat
mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan dihindari, namun dapat diminimalkan terutama
pengawasan pelaksanaan mandatori pemanfaatan susut yang disebabkan oleh masalah non teknis.
BBN untuk pembangkit tenaga listrik milik PLN. Besar kecilnya susut jaringan mencerminkan efisiensi
Ditjen Ketenagalistrikan mendorong PLN melakukan dalam pengelolaan penyaluran tenaga listrik.
upaya-upaya dalam rangka implementasi mandatori Semakin kecil susut jaringan, semakin tinggi efisiensi
pemanfaatan BBN, yaitu: penyaluran tenaga listrik dan sebaliknya. Dengan
• Telah melakukan ujicoba penggunaan biodiesel susut yang kecil, berarti semakin sedikit energi listrik
pada PLTD hingga komposisi 100% biodiesel. yang hilang dan semakin banyak energi listrik yang
• Telah melakukan ujicoba penggunaan PPO pada dapat disalurkan/dijual kepada konsumen.
PLTD hingga kandungan 80% PPO dan 20% HSD.
• Sedang melakukan ujicoba penggunaan PPO Pemerintah bersama PT PLN (Persero) terus
pada PLTG BPPT dan PLTG Pauhlimo Padang berupaya agar susut jaringan ini dapat diminimalkan
(bekerja sama dengan BPPT). dengan melakukan upaya-upaya perbaikan jaringan
• Merencanakan ujicoba penggunaan biodiesel di tenaga listrik dan investasi pembangunan sarana
PLTG Tello Makassar. ketenagalistrikan. Upaya yang dilakukan Pemerintah
• Memanfaatkan campuran biodiesel-HSD yang dalam menurunkan susut jaringan cukup berhasil,
dipasok oleh Pemasok Utama pada PLTD. ini tampak dari data realisasi susut jaringan yang
• Memanfaatkan campuran PPO-HSD pada PLTD. menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012
• Melakukan negosiasi dengan Pemilik Pembangkit Susut Jaringan berada pada angka 9,24%, dan
Sewa untuk penggunaan minyak nabati. pada tahun 2013 dapat diturunkan lagi pada angka
• Menyusun standarisasi peralatan tambahan 9,05%. Upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan
yang dibutuhkan untuk pengoperasian mesin secara berkelanjutan dalam rangka menekan susut
pembangkit menggunakan minyak nabati. jaringan antara lain: meningkatkan kualitas jaringan
• Menghubungi produsen-produsen minyak distribusi; penambahan trafo distribusi sisipan
nabati untuk kerjasama jangka panjang. baru; meningkatkan penertiban pemakaian listrik,
termasuk Penerangan Jalan Umum dan pemakaian
listrik ilegal; dan mendorong penggunaan listrik
prabayar. Selain itu, untuk mendukung upaya
penurunan susut jaringan, Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan telah menerbitkan Peraturan Dirjen Pada tahun 2013 dilaksanakan penyesuaian tarif
Ketenagalistrikan Nomor 1257 K/20/DJL.3/2013 tenaga listrik secara bertahap sesuai dengan
tentang Tata Cara Permohonan dan Penetapan Peraturan Menteri ESDM Nomor 30 Tahun 2012
Realisasi Susut Jaringan Tenaga Listrik pada PT PLN tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh
(Persero). PT PLN (Persero). Pada akhir tahun 2013 terdapat
4 (empat) golongan tarif yang diterapkan tarif
6. Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik dan Subsidi Listrik non subsidi yaitu golongan pelanggan Rumah
Tangga Besar (R-3 daya 6.600 VA ke atas), golongan
Untuk dapat mewujudkan subsidi listrik yang pelanggan Bisnis Menengah (B-2 daya 6.600 VA s.d
tepat sasaran dengan menentukan jenis golongan 200 kVA), golongan pelanggan Bisnis Besar (B-3
pelanggan yang seharusnya mendapatkan subsidi daya di atas 200 kVA), dan golongan pelanggan
listrik dan memisahkan dengan pelanggan yang Kantor Pemerintah Sedang (P-1 daya 6.600 VA s.d
mampu. Kondisi saat ini, seluruh golongan pelanggan 200 kVA). Untuk keempat golongan pelanggan tarif
mendapatkan subsidi listrik. Kedepannya nanti non subsidi tersebut pada tahun 2014 direncanakan
diharapkan subsidi listrik dapat diberikan hanya akan diterapkan tarif adjustment yang dilakukan
untuk golongan pelanggan yang tidak mampu. dengan mengacu pada perubahan indicator
Untuk mengendalikan besaran subsidi listrik, ekonomi makro yaitu Kurs, ICP dan inflasi.
Pemerintah bersama PT PLN (Persero) melakukan
langkah-langkah upaya penurunan Biaya Pokok Semenjak berlakunya kebijakan subsidi diperluas,
Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik. Tarif Tenaga Listrik alokasi anggaran dan realisasi subsidi listrik sangat
(TTL) disesuaikan secara bertahap menuju harga berfluktuasi dan cenderung meningkat. Akibatnya,
keekonomian. komposisi subsidi listrik dari total subsidi dalam
APBN mengalami peningkatan dan menjadi salah
Sedangkan untuk meningkatnya efektifitas satu penyebab berkurangnya ruang fiskal. Kenaikan
pemberian subsidi listrik kepada pelanggan yang harga bahan bakar yang melampaui harga normal
tidak mampu yaitu seiring meningkatnya Biaya Pokok seperti kejadian tahun 2008 mengakibatkan
Penyediaan tiap tahunnya, maka subsidi listrik bagi pembengkakan subsidi yang cukup besar sehingga
semua golongan akan meningkat tapi kedepannya menimbulkan risiko kerentanan fiscal sustainability.
nanti pemberian subsidi listrik hanya akan diberikan Keberhasilan pencapaian sasaran ini diukur
kepada pelanggan yang tidak mampu sehingga bagi melalui pencapaian indikator kinerja sasaran yang
pelanggan mampu akan diterapkan tarif sesuai dikembangkan dari indikator kinerja program/
dengan harga biaya pokok penyediaannya. Dengan kegiatan rencana kinerja tahun 2013.
adanya pemberian subsidi listrik bagi pelanggan Tahun 2013 sesuai dengan APBN-P besaran
yang tidak mampu, maka subsidi dapat dikurangi subsidi listrik ditargetkan sebesar Rp 87,24 triliun.
dan menjadi nilai tambah untuk kesejahteraan Subsidi listrik diberikan kepada pelanggan dengan
masyarakat. golongan tarif yang HJTL (Harga Jual Tenaga Listrik)
26 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
rata-ratanya lebih rendah dari BPP (Biaya Pokok 7. Konsumsi Energi Listrik
Penyediaan) tenaga listrik. Formula perhitungan
subsidi saat ini adalah berdasarkan biaya pokok Tenaga listrik merupakan salah satu faktor yang
penyediaannya, sementara pengendalian biaya menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan
didasarkan dibagi ke dalam allowable dan non- nasional dan penggerak roda perekonomian negara.
allowable. Hal ini menyebabkan permintaan akan tenaga
listrik yang terus meningkat. Pertambahan jumlah
Komponen BPP (Allowable cost) penduduk, pertumbuhan ekonomi, perkembangan
1. pembelian tenaga listrik termasuk sewa industri, kemajuan teknologi, dan meningkatnya
pembangkit standar kenyamanan hidup di masyarakat telah
2. biaya bahan bakar menyebabkan konsumsi energi listrik terus
3. biaya pemeliharaan, meliputi material dan jasa meningkat.
borongan
4. biaya kepegawaian Konsumsi energi listrik meningkat dari tahun ke
5. biaya administrasi tahun. Pada tahun 2013 konsumsi listrik mencapai
6. penyusutan atas aktiva tetap operasional 188 TWh dimana masih didamoniasi oleh sektor
7. beban bunga dan keuangan yang digunakan Rumah Tangga sebesar 41%, Industri 34%, Komersial
untuk penyediaan tenaga listrik 19%, dan Publik 6%.
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
dengan tahun 2013 terlihat pada tabel dibawah ini :
Gambar Konsumsi Energi Listrik
Selain 23 RSNI tersebut, atas permintaan dan 4 Pemutus sirkit arus sisa IEC 61008-
fasilitasi Badan Standardisasi Nasional (BSN), Panitia tanpa proteksi arus lebih 2-2
Teknis Bidang Ketenagalistrikan juga melakukan terpadu untuk pemaka- ed 1.0
ian rumah tangga dan se- (1990-12)
adopsi IEC terhadap 8 (delapan) RSNI bidang jenisnya (RCCB) - Bagian
ketenagalistrikan, yang diperlukan dalam rangka 2-2: Penerapan persyara-
harmonisasi standar ASEAN. Hasil adopsi IEC tan umum RCCB yang
terhadap rumusan 8 RSNI tersebut telah mendapat berfungsi tergantung dari
tegangan saluran
persetujuan dalam Forum Konsensus menjadi RSNI-
3 untuk diusulkan penetapannya menjadi SNI (Tabel Residual current oper-
4.2). Dengan demikian, secara keseluruhan hasil ated circuit-breakers
perumusan Rancangan Standar Nasional Indonesia without integral over-
current protection for
(RSNI) bidang ketenagalistrikan pada tahun 2013 household and similar
sebanyak 31 RSNI. uses (RCCB’s). Part 2-2: ICS
Applicability of the 29.120.50
Tabel RSNI Program Nasional Perumusan Standar (PNPS) general rules to RCCB’s
functionally dependent
untuk Ditetapkan Menjadi SNI on line voltage
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Tahun Anggaran 2013
5 Insulasi Seleksi dan dimensi Revisi IEC/TS
STA- Listrik dari insulator tegangan SNI 60815-1
NO PANTIS JUDUL RSNI ACUAN/ICS (PTIS) PT tinggi yang dimaksudkan 7611: ed 1.0
TUS
29-03 untuk digunakan dalam 2011 (2008-10)
(1) (2) (3) (4) (5)
kondisi berpolusi - Bagian
1 Istilah Kosakata elektroteknik – Baru IEC 60050- 1: Definisi, informasi dan
Teknik Bagian 195: Pembumian 195 Ed 1.0 prinsip-prinsip umum
Ketenagalis- dan proteksi terhadap (1998-08) Selection and dimen-
trikan (PTIT) kejut listrik sioning of high-voltage
PT 01-02 insulators intended for ICS
International Electro- use in polluted condi- 29.080.10
technical Vocabulary ICS tions - Part 1: Definitions,
– Part 195: Earthing 01.040.29 information and general
and protection against principles
electric shock
6 Seleksi dan dimensi dari Baru IEC/TS
2 Sistem Tingkat proteksi yang Revisi IEC 60529 insulator tegangan tinggi 60815-2
Ketenagalis- diberikan oleh selungkup SNI 04- Ed 2.1 yang dimaksudkan untuk ed 1.0
trikan (PTSK) (Kode IP) 0202- Consol. with digunakan dalam kondisi (2008-10)
PT 29-01 1987 am1 berpolusi - Bagian 2: In-
Degrees of protection (2001-02) sulator keramik dan kaca
provided by enclosures untuk sistem a.b.
(IP Code) ICS 29.020 Selection and dimension-
ing of high-voltage insula-
3 Perleng- Rakitan perlengkapan Baru IEC 61439-3
tors intended for use in ICS
kapan dan hubung bagi dan kendali ed 1.0
polluted conditions - Part 29.080.10
Sistem Pro- – Bagian 3: Papan panel (2012-02)
2: Ceramic and glass insu-
teksi Listrik yang dimaksudkan untuk
lators for a.c. systems
(PTSP) PT dioperasikan oleh orang
29-02 biasa
7 Jaringan Kinerja Arus Searah Ter- IEC/TR
Low-voltage switchgear Trans- Tegangan Tinggi (ASTT) jema- 60919-3
and controlgear assem- ICS misi dan Sistem dengan konverter han ed 2.0
blies - Part 3: Distribution 29.130.20 Distribusi saluran terkomutasi – Cover- (2009-10)
boards intended to be Tenaga Lis- Bagian 3: Kondisi dinamis sheet
operated by ordinary trik (PTTD) Performance of high- RSNI 4
persons (DBO) PT 29-04 voltage direct current IEC/TR
(HVDC) systems with 60919-3 ICS
line-commutated con- 29.240.99
verters - Part 3: Dynamic
conditions
8 Transforma- Transformator tenaga Revisi IEC 60076-2 14 Mesin Listrik Mesin listrik berputar Baru IEC 60034-
tor – Bagian 2 : Kenaikan SNI 04- ed 3.0 (PTMS) - Bagian 2-2: Metode 2-2
(PTTR) PT suhu pada transformator 6954.2- (2011-02) PT 29-09 khusus untuk menen- ed. 1.0
29-05 terendam cairan 2004 tukan loses terpisah (2010-03)
Power transformers ICS 29.180 pada mesin besar dari
- Part 2: Temperature uji – Penambahan SNI IEC
rise for liquid-immersed 60034-2-1
transformers
Rotating electrical ma-
chines - Part 2-2: Specific ICS 29.160
9 Instalasi dan Atmosfer gas ledak Baru IEC 60079-17
methods for determin-
Keandalan – Bagian 17: Inspeksi ed 4.0
ing separate losses of
Ketenagalis- instalasi listrik dan peme- (2007-08)
large machines from
trikan liharaan
tests - Supplement to IEC
(PTIK) PT Explosive atmospheres
60034-2-1
29-06 - Part 17: Electrical instal- ICS
lations inspection and 29.260.20
maintenance
15 Mesin listrik berputar - Baru IEC 60034-4
Bagian 4: Metode untuk ed. 3.0
10 Kabel dan Kabel berinsulasi karet Baru IEC 60245-4
menentukan kuantitas (2008-05)
Konduktor tegangan pengenal sam- ed 3.0
mesin sinkron dari uji
Listrik pai dengan 450/750 V (2011-09)
(PTKK) PT Bagian 4 : Kabel kord dan
Rotating electrical ma-
29-07 fleksibel
chines - Part 4: Methods ICS 29.160
Rubber insulated cables ICS
for determining synchro-
- Rated voltages up to 29.060.20
nous machine quantities
and including 450/750 V -
from tests
Part 4: Cords and flexible
cables
16 Keselama- Pegangan dan kap lampu Baru IEC 60061-1
11 Lengkapan Tusuk kontak dan kotak Revisi IEC 60884-1
tan Peman- yang menyatu dengan Ed. 3.4
Listrik kontak untuk keperluan SNI IEC ed3.1 Consol
faat Tenaga pengukur kontrol pertu- Consol with
(PTLK) rumah tangga dan sejenis 60884-1 with am 1
Listrik karan dan keselamatan – amd. 1-4
PT 29-08 – Bagian 1: Persyaratan :2009 (2006-07)
(PTSM) PT Bagian 1 : Kap lampu (2005-01)
umum
13-02
Plugs and socket-outlets
Lamp caps and holders
for household and similar ICS
together with gauges for ICS
purposes - Part 1: Gen- 91.140.50
the control of inter- 29.140.10
eral requirements
changeability and safety
- Part 1: Lamp caps
17 Pegangan dan kap lampu Baru IEC 60061-2
12 Tusuk kontak dan kotak Baru IEC 60884-
yang menyatu dengan Ed. 3.4
kontak untuk keper- 2-1 ed. 2.0
pengukur kontrol pertu- Consol with
luan rumah tangga dan (2006-10)
karan dan keselamatan amd. 1-4
sejenis –
– Bagian 2 : Pegangan (2005-01)
Bagian 2-1: Persyaratan
lampu
khusus untuk tusuk
Lamp caps and holders
sekering
together with gauges for ICS
Plugs and socket-outlets ICS
the control of inter- 29.140.10
for household and similar 91.140.50
changeability and safety
purposes - Part 2-1:
- Part 2: Lampholders
Particular requirements
for fused plugs 18 Turbin listrik Turbin hidrolik, Revisi IEC 60609
(PTTB) PT pompa penyimpanan dan SNI 04- ed1.0
13 Tusuk kontak dan kotak Baru IEC 60884- 27-02 pompa-turbin – Evaluasi 1706- (2004-11)
kontak untuk keper- 2-2 ed. 2.0 lubang kavitasi – Bagian 1989
luan rumah tangga dan (2006-10) 1: Evaluasi pada turbin
sejenis – reaksi, pompa penyim-
Bagian 2-2: Persyaratan panan dan pompa-turbin
khusus kotak kontak
untuk peranti Hydraulic turbines, stor-
age pumps and pump- ICS 27.140
Plugs and socket-outlets ICS turbines - Cavitation
for household and similar 91.140.50 pitting evaluation - Part
purposes - Part 2-2: 1: Evaluation in reaction
Particular requirements turbines, storage pumps
for socket-outlets for and pump-turbines
appliances
19 Pengujian Arester surja - Bagian 5: Revisi IEC 60099-5 Tabel RSNI adopsi IEC Program Fasilitasi BSN 2013 untuk
tegangan Rekomendasi pemilihan SNI 04- ed1.1 Ditetapkan Menjadi SNI
tinggi dan dan penerapan 6289.5- Consol with
perpetiran 2002 amd. 1
(PTUP) PT (2000-03) NO Kode PT Judul RSNI yang Difasilitasi Standar
19-03 Surge arresters - Part 5: ICS Internasional
Selection and application 29.240.10 yang diadopsi
recommendations 1 Perlengkapan Sekering voltase rendah –Bagian IEC 60269-1,
20 Persyaratan Instalasi listrik tegangan Aman- IEC 60364-4- dan Sistem 1: Persyaratan umum Ed.4.0
Umum rendah – Bagian 4-42: demen 42 ed3.0 Proteksi Lis- (2006-11)
Instalasi Proteksi keselamatan – PUIL (2010-10) trik (PTSP) “Low-voltage fuses – Part 1:
Listrik Proteksi terhadap efek 2011 ICS PT 29-02 General requirements”
(PUIL) termal Bagian 91.140.50; 2 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-1,
PT 91-03 Low-voltage electrical 4-42 13.260 proteksi arus lebih terpadu Ed.3.1
installations - Part 4-42: untuk pemakaian rumah tangga (2012-04)
Protection for safety dan sejenis (RCBO) – Bagian 1:
- Protection against Aturan umum
thermal effects
21 Instalasi listrik tegangan Aman- IEC 60364-5- “Residual current operated
rendah – Bagian 5-54: demen 54 ed3.0 circuit-breakers with integral
Pemilihan dan pemasan- PUIL (2011-03) overcurrent protection for
gan peralatan listrik – 2011 household and similar uses (RC-
Pengaturan pembumian Bagian BOs) – Part 1: General rules”
dan konduktor pelindung 5-54 ICS 3 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-2-1,
Low-voltage electrical 91.140.50; proteksi arus lebih terpadu Ed.1.0
installations - Part 5-54: 13.260 untuk pemakaian rumah tangga (1991-07)
Selection and erection dan sejenis (RCBO) – Bagian
of electrical equipment 2-1: Penerapan aturan umum
- Earthing arrangements untuk RCBO yang berfungsi tak
and protective conduc- tergantung dari voltase lin
tors
22 Meter Listrik Meter listrik - Sistem Tejema- IEC 62055-31 “Residual current operated
(PTML) pembayaran - Bagian han Edition 1.0 circuit-breakers with integral
PT 17-03 31: Persyaratan khusus - Cover- (2005-09) overcurrent protection for
Meter pembayaran statis sheet household and similar uses
untuk energi aktif (kelas SNI IEC (RCBOs) – Part 2-1: Applicability
1 dan 2) 62055- of the general rules to RCBO’s
Electricity metering - Pay- 31 functionally independent of line
ment systems - Part 31: ICS voltage”
Particular requirements 17.220.20
- Static payment meters 4 Gawai proteksi arus sisa dengan IEC 61009-2-2,
for active energy (classes proteksi arus lebih terpadu Ed.1.0
1 and 2) untuk pemakaian rumah tangga (1991-07)
dan sejenis (RCBO) – Bagian 2-2:
23 Meter listrik - Sistem Tejema- IEC 62055-51 Penerapan aturan umum untuk
Pembayaran - Bagian han Edition 1.0 RCBO yang berfungsi tergantung
51: Spesifikasi Standar Cover- (2007-05) dari voltase lin
Transfer (STS) - pro- sheet
tokol lapisan fisik untuk SNI IEC “Residual current operated
numerik satu arah dan 62055- circuit-breakers with integral
kartu magnetik pembawa 51 overcurrent protection for
token household and similar uses
Electricity metering - (RCBOs) – Part 2-2: Applicability
Payment systems - Part ICS of the general rules to RCBO’s
51: Standard transfer 17.220.20 functionally dependent of line
specification (STS) - voltage”
Physical layer protocol
for one-way numeric 5 Keselamatan Perkakas listrik genggam diop- IEC 60745-2-1,
and magnetic card token Pemanfaat erasikan motor – Keselamatan Ed.2.0
carriers Tenaga Listrik – Bagian 2-1: Persyaratan khusus (2003-01)
(PTSM) untuk bor dan bor tumbuk
PT 13-02
“Hand-held motor-operated
electric tools – Safety - Part 2-1:
Particular requirements for drills
and impact drills”
6 Perkakas listrik genggam diop- IEC 60745-2-3, lingkungan hidup dan atau pertimbangan ekonomis,
erasikan motor – Keselamatan Ed.2.0 instansi teknis dapat memberlakukan secara wajib
– Bagian 2-3: Persyaratan khusus (2006-02) sebagaian atau keseluruhan spesifikasi teknis dan
untuk gerinda, pemoles dan
ampelas jenis cakram atau parameter dalam Standar Nasional Indonesia.
“Hand-held motor-operated Sampai dengan tahun 2013, telah diberlakukan
electric tools – Safety - Part SNI wajib produk bidang ketenagalistrikan meliputi
2-3: Particular requirements for produk Sakelar, Tusuk-kontak dan Kotak-kontak,
grinders, polishers and disk-type
sanders” Pemutus sirkit (MCB), Kipas angin, Balast elektronik,
luminer dan RCCB.
7 Perkakas listrik genggam diop- IEC 60745-2-4,
erasikan motor – Keselamatan Ed.2.0 2. Sertifikasi Tenaga Teknik Bidang Ketenagalistrikan
– Bagian 2-4: Persyaratan khusus (2002-07)
untuk ampelas dan pemoles
selain jenis cakram
Sertifikasi kompetensi terhadap tenaga kerja di sektor
ketenagalistrikan bertujuan untuk mewujudkan
“Hand-held motor-operated tenaga teknik yang memiliki kompetensi. Tenaga
electric tools – safety - Part tenik ketenagalistrikan yang kompeten diperlukan
2-4: Particular requirements
for sanders and polishers other
dalam mendukung terpenuhinya ketentuan
than disk type” keselamatan ketenagalistrikan sebagaimana yang
tercantum pada Pasal 44 ayat (6) Undang-Undang
8 Perkakas listrik genggam diop- IEC 60745-2-5, Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan
erasikan motor – Keselamatan Ed.5.0 dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012
– Bagian 2-5: Persyaratan khusus (2010-07) Tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
untuk gergaji bundar
“Hand-held motor-operated
Pasal 47 ayat (1) yang menyatakan bahwa Setiap
electric tools – Safety - Part tenaga teknik dalam usaha ketenagalistrikan wajib
2-5: Particular requirements for memiliki sertifikat kompetensi.
circular saws” Capaian terhadap target sertifikat kompetensi
terpenuhi sebanyak 2949 dari target 2293 sertifikat
yaitu sebesar 2949 (orang) yang telah tersertifikasi
(memiliki sertifikat Kompetensi) berdasarkan bidang
1.2. Pengawasan Pemberlakukan Standar Nasional pekerjaan tenaga teknik sampai dengan tahun 2013
Indonesia (SNI) Wajib Ketenagalistrikan dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut :
Tabel
Jumlah Sertifikasi Kompetensi
NO Sertifikat Jumlah Sertifikasi
Kompetensi
Tenaga Teknik 2001 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(Bidang) s.d.
2007
1 Pembangkitan 2809 2236 1427 1519 1167 1307
Tenaga Listrik
2 Transmisi 666 268 12 0 80 120
Tenaga Listrik
8211
3 Distribusi 1133 1650 415 968 966 755
Tenaga Listrik
4 Instalasi 89 531 91 123 216 111
Pemanfaatan
Tenaga Listrik
7565 2027 5139 4245 1977 2703 2949
Dalam rangka memenuhi ketersediaan standar Jenis Instalasi Tenaga Jumlah Sertifikat
kompetensi sebagaimana dimaksud di atas maka Listrik
2009 2010 2011 2012 2013
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan membentuk Instalasi Pembangkit TL 146 192 597 451 410
Panitia Teknik Perumusan Standar Kompetensi
Instalasi Transmisi & 799 612 1178 693 631
sektor ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud Distribusi TL
dalam Pasal 4, Pasal 5, dan Pasal 6 Keputusan Menteri
Instalasi Pemanfaatan 255 271 1363 1919 1834
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 2052 K/40/ TL
MEM/2001 tentang Standardisasi Kompetensi
Tenaga Teknik Ketenagalistrikan sebagaimana Grafik
telah diubah dengan Peraturan Menteri Energi dan Rekapitulasi Sertifikat Laik Operasi
Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2007.
1. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang 4. Konsep Rancangan Standar Kompetensi Bidang
Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik Sub Bidang
Pembangkitan Tenaga Listrik: Asesor sebanyak 12 unit kompetensi;
a. Sub Bidang Pengoperasian sebanyak 39 unit 4. Penerapan Ketentuan Regulasi Bidang Instalasi
kompetensi; Ketenagalistrikan
b. Sub Bidang Pemeliharaan sebanyak 78 unit
kompetensi;
34 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
5. Sertifikat laik operasi instalasi tenaga listrik 1. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral tentang Tata Cara Perizinan Usaha Jasa
Dasar pelaksanaan sertifikasi laik operasi di
Indonesia mengacu kepada : Penunjang Tenaga Listrik
1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan
Ketenagalistrikan mengenai tata cara perizinan untuk melakukan usaha
2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005 jasa penunjang tenaga listrik, berdasarkan hasil
tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga
Listrik. pembahasan digabung dengan konsep Peraturan
3. Peraturan Menteri ESDM Nomor 0045 Tahun Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha
2005 sebagaimana telah diubah sebagian Penyediaan Tenaga Listrik menjadi Peraturan
dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 0046 Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha
tahun 2006 tentang Instalasi Ketenagalistrikan. Ketenagalistrikan.
Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik
dilakukan terhadap instalasi yang selesai dibangun Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan
dan dipasang, direkondisi, dilakukan perubahan Menteri ESDM tentang Tata Cara Perizinan Usaha
kapasitas atau direlokasi. Jasa Penunjang Tenaga Listrik, yaitu:
Pemeriksaan dan pengujian di atas dilakukan baik
untuk instalasi penyediaan tenaga listrik untuk a. Sebagai panduan dalam pelaksanaan pemberian
kepentingan umum maupun untuk kepentingan Izin Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik dan
sendiri dilakukan oleh lembaga inspeksi teknik yang penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 62
telah terakreditasi dan dilaporkan kepada Dirjen/ Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang
Gubernur/Bupati sesuai kewenangannya. Tenaga Listrik;
Sertifikat laik operasi diterbitkan apabila instalasi b. Untuk mempercepat proses pemberian Izin
tenaga listrik telah dilakukan pemeriksaan dan Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik yang
pengujian serta memenuhi kesesuaian standar yang sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan-
berlaku. peraturan di bidang ketenagalistrikan; dan
c. Sebagai pelaksanaan reformasi birokrasi dengan
Jumlah Sertifikat Laik Operasi yang sudah terbit
sampai November tahun 2013 adalah 2875 . Hal pelayanan kepada masyarakat melalui prosedur
tersebut masih memenuhi target yaitu sebesar 1200, pemberian izin yang transparan.
meskipun jumlahnya menurun dibandingkan tahun
2012 yaitu sebesar 3063. Penurunan ini disebabkan 2. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
oleh adanya beberapa pemerintah daerah yang Mineral tentang Tata Cara Akreditasi dan Sertifikasi
sudah memiliki kewenangan menerbitkan sertifikat
laik operasi karena telah memiliki regulasi yang Ketenagalistrikan.
cukup dan jelas.
Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan
6. Usaha penunjang tenaga listrik mengenai tata cara akreditasi usaha jasa penunjang
Dalam rangka mewujudkan keselamatan
tenaga listrik untuk Lembaga Inspeksi Teknik, listrik untuk kepentingan Telematika yang diberikan
Lembaga Sertifikasi Kompetensi, dan Lembaga kepada pemegang izin usaha penyediaan tenaga
Sertifikasi Badan Usaha, serta sertifikasi Instalasi listrik atau izin operasi sebagai pemilik jaringan
Tenaga Listrik, Sertifikasi Kompetensi Tenaga Teknik tenaga listrik.
Ketenagalistrikan, dan Sertifikasi Badan Usaha.
Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan Maksud dan tujuan penyusunan Peraturan
Menteri ESDM tentang Tata cara Akreditasi dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang
Sertifikasi Ketenagalistrikan, yaitu: Pemanfaatan jaringan Tegangan Listrik Untuk
Kepentingan Telematika, yaitu:
a. Sebagai panduan dalam pelaksanaan akreditasi
dan sertifikasi ketenagalistrikan dan penerapan a. Dalam rangka memenuhi amanat yang
Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 terkandung dalam UU Nomor 30 Tahun 2009
tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik; tentag Ketenagalistrikan;
b. Mendorong tercapainya badan usaha penunjang b. Mengatur ketentuan tentang perizinan
tenaga listrik yang independen dan professional; pemanfaatan jaringan untuk kepentingan
c. Mendorong pengembangan sumber daya telematika agar fungsi utama jaringan sebagai
manusia untuk peningkatan tenaga teknik penyalur tenaga listrik tidak terganggu.
yang kompeten melalui lembaga sertifikasi
kompetensi. Capaian terhadap target konsep Permen ESDM
tersebut terpenuhi dan diharapkan pelaksanaannya
3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya sesuai dengan yang diharapkan.
Mineral tentang Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang
Tenaga Listrik. 7. Badan usaha penunjang tenaga listrik
Dasar pelaksanaan pembinaan badan usaha
Konsep Peraturan Menteri ini mengatur ketentuan penunjang tenaga listrik di Indonesia mengacu
mengenai Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga kepada :
Listrik yang ditetapkan berdasarkan tingkat
kemampuan usahanya dan keahlian kerja orang 1. Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang
perseorangan yang dipekerjakannya. Ketenagalistrikan.
Maksud dan tujuan penyusunan konsep Peraturan 2. Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik.
Kualifikasi Usaha Jasa Penunjang Tenaga Listrik,
yaitu: Badan usaha penunjang tenaga listrik saat ini
dituntut untuk bekerja secara profesional, hal
a. Dalam rangka memenuhi amanat yang ini karena badan usaha penunjang tenaga listrik
terkandung dalam PP Nomor 62 Tahun 2012; memegang peranan yang sangat penting dalam
b. Mewujudkan kondisi tertib administrasi perizinan menunjang usaha penyediaan tenaga listrik untuk
dan pembentukan badan usaha jasa penunjang mewujudkan ketersediaan tenaga listrik yang andal,
yang berkualitas, profesional, berkompeten dan aman dan akrab lingkungan.
mampu melakukan bidang usaha berdasarkan Peningkatan jumlah dan mutu badan usaha
kriteria klasifikasi dan kualifikasinya. penunjang tenaga listrik pada tahun 2013
terjadi untuk jasa konsultansi, pembangunan
4. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya dan pemasangan, pemeriksaan dan pengujian,
Mineral tentang Pemanfaatan Jaringan Tenaga pengoperasian, serta pemeliharaan instalasi tenaga
Listrik Untuk Kepentingan Telematika. listrik.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 7. PT D & C No. 521 K/20/ a. BUPTL Jasa Konsultansi
Engineering DJL.4/2013 Instalasi Tenaga Listrik,
2009 tentang Ketenagalistrikan, pembagian Company Tgl. 18 Maret 2013 Bidang Pembangkitan
wewenang dalam pemberian izin usaha Subbidang PLTU, Bidang
Transmisi Sub Bidang
ketenagalistrikan sudah dipisah antara pemerintah TT/TET;
b. BUPTL Jasa Pembangu-
pusat dan daerah. Pembagian wewenang tersebut nan dan Pemasangan
berdasarkan kepada kepemilikan saham badan Instalasi Tenaga Listrik,
Bidang Pembangkitan
usaha tersebut. Jika badan usaha tersebut mayoritas Subbidang PLTU, Bidang
kepemilikan sahamnya adalah asing dan/atau Transmisi Sub Bidang
TT/TET;
BUMN, maka perizinan dikeluarkan oleh Menteri. c. BUPTL Jasa Pemeli-
haraan Instalasi Tenaga
Akan tetapi jika badan usaha tersebut mayoritas Listrik, Bidang Pembang-
kepemilikan sahamnya adalah dalam negeri, maka kitan Subbidang PLTU,
Bidang Transmisi Sub
perizinannya dilakukan oleh Bupati/Walikota. Bidang TT/TET;
d. BUPTL Jasa Pengop-
erasian Instalasi Tenaga
Semenjak Undang-undang Nomor 30 Tahun Listrik, Bidang Pembang-
kitan Subbidang PLTU,
2009 tentang Ketenagalistrikan diterbitkan, telah Bidang Transmisi Sub
dikeluarkan 12 (dua belas) izin usaha jasa penunjang Bidang TT/TET.
e. (Kualifikasi Usaha
tenaga listrik sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi BESAR).
dan sertifikat yang dimiliki oleh badan usaha. 8. PT Navigat No. 671 K/20/ a. BUPTL Jasa Pembangu-
Energy DJL.4/2013 nan dan Pemasangan
Tgl. 15 April 2013 Instalasi Penyediaan
Tabel Tenaga Listrik, Bidang
BUJPTL sesuai dengan klasifikasi, kualifikasi dan sertifikat yang Pembangkitan Sub-
bidang PLTG;
dimiliki b. BUPTL Jasa Pengop-
erasian Instalasi Tenaga
Nomor dan
Listrik, Bidang Pembang-
No Badan Usaha Tanggal SK Keterangan
kitan Subbidang PLTG;
Menteri
c. BUPTL Jasa Pemeli-
1. PT CHD Power No. 381- BUPTL Pengoperasian dan haraan Instalasi Tenaga
Plant Opera- 12/20/600.1/2010 Pemeliharaan Instalasi Listrik, Bidang Pembang-
tion Indonesia Tgl. 26 Juli 2010 Tenaga Listrik Golongan I kitan Subbidang PLTG.
(Kualifikasi Usaha BESAR).
2. PT Cirebon No. 577- BUPTL Pengoperasian dan
Power Services 12/20/600.4/2010 Pemeliharaan Instalasi 9. PT Biro Klasifi- No. 1157 K/20/ BUPTL Jasa Pemeriksaan dan
Tenaga Listrik Golongan I kasi Indonesia DJL.4/2013 Pengujian Instalasi Tenaga
(Persero) Tgl. 4 November Listrik, Bidang Pembangkitan
3. PT Komipo No.800- BUPTL Pengoperasian dan 2013 Subbidang PLTP; (Kualifikasi
Pembangkitan 12/20/600.4/2011 Pemeliharaan Instalasi Usaha BESAR).
Jawa Bali Tgl. 30 Nopember Tenaga Listrik Golongan I
2011
4. PT JBCS No. 642- BUPTL Konsultansi Tenaga
Indonesia 12/20/600.4/2010 Listrik Golongan I
Grafik
Tgl. 31 Desember Jumlah Lembaga Inspeksi Teknik
2010
5. PT Indra Karya No. 460- BUPTL Konsultansi Tenaga
12/20/600.4/2011 Listrik Golongan I
Tgl. 12 Juli 2011
6. PT DEC Indo- No. 1230- Klasifikasi Usaha: Jasa
nesia 12/20/600.4/2011 Konsultansi Perencanaan dan
Tgl. 10 Desember Pengawasan Tenaga Listrik,
2012 Bidang Pembangkitan, Sub
Bidang PLTA.
(Kualifikasi Usaha BESAR).
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo bersama Direktur Jenderal Ketenagalistrikan jarman melakukan inspeksi di ruang kontrol P3B JB, Gandul Cinere.
10 PT Akuo Energy No. 1188 K/20/ BUPTL Jasa Konsultansi 4 Pembangunan dan Pema- - - - 2
Indonesia DJL.4/2013 Instalasi Penyediaan Tenaga sangan instalasi penyediaan
Tgl. 18 November Listrik, Bidang Pembangkitan tenaga listrik
2013 Subbidang PLTEBT; (Kualifikasi
Usaha BESAR). 5 Pemeriksaan dan Pengujian - - - 2
instalasi tenaga listrik
11. PT PLN (Persero) No. 1189 K/20/ BUPTL Jasa Pemeriksaan dan
DJL.4/2013 Pengujian Instalasi Tenaga Jumlah 4 4 1 12
Tgl. 18 November Listrik:
2013 • Bidang Pembangkitan
Subbidang PLTU, PLTD, Dilihat dari grafik tersebut di atas bahwa badan
PLTGU, PLTG, PLTP, PLTA,
dan PLTEBT; usaha penunjang yang izinnya telah dikeluarkan oleh
• Bidang Transmisi Sub- Menteri antara tahun 2012 dengan 2013 jumlahnya
bidang Jaringan TT/TET
dan Gardu Induk; naik dan melampaui target yatu 12 (dua belas) BUPTL
• Bidang Distribusi Sub-
bidang Jaringan TM;
dari yang ditargetkan 5 (lima) BUPTL. Hal ini terjadi
(Kualifikasi Usaha BESAR). karena pelaku usaha dan instansi terkait di bidang
jasa penunjang tenaga listrik telah memahami
12. PT Consoli- No. 1193 K/20/ a. BUPTL Jasa Pengopera-
dated Electric DJL.4/2013 sian Instalasi Tenaga regulasi di subsektor ketenagalistrikan, khususnya
Power Asia Tgl. 20 November Listrik, Bidang Pem- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang
2013 bangkitan Subbidang
PLTGU; dan Ketenagalistrikan serta Peraturan Pemerintah No. 62
b. BUPTL Jasa Pemeli- Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Tenaga
haraan Instalasi Tenaga
Listrik, Bidang Pem-
bangkitan Subbidang
PLTGU.
(Kualifikasi Usaha BESAR).
Tabel
Perbandingan pemberian izin usaha jasa penunjang tenaga
listrik tahun 2010 - 2013
Jenis Usaha Jasa Penunjang Jumlah Pemberian Izin
Tenaga Listrik 2010 2011 2012 2013
1 Konsultansi tenaga listrik 2 2 1 2
2 Pengoperasian instalasi tenaga 2 2 - 3
listrik
3 Pemeliharaan instalasi tenaga 2 2 - 3
listrik
Direktur Jenderal KetenagalistrikanJarman melakukan inspeksi teknik ke PLTGU Jaka Baring, Sulawesi Selatan.
Listrik, dampak dari sosialisasi dan koordinasi yang Tabel Penunjukan Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) Tahun 2013
selama ini dilakukan pemerintah. NO Lembaga Inspeksi Teknik Nomor dan tanggal SK Keterangan
1 PT Pelita Hati No. 1076 K/20/ Instalasi Dis-
DJL.4/2013 tribusi Tenaga
Pemeriksaan dan pengujian instalasi tenaga listrik Tgl. 30 September Listrik (TM),
yang dalam pelaksanaannya pemerintah menunjuk 2013 Pemanfaatan
Tenaga Listrik
Lembaga Inspeksi Teknik (LIT) sebagai badan usaha (TM).
penunjang tenaga listrik cenderung menurun.
Tahun 2013 terdapat penambahan baru sebanyak
1 (satu) LIT, perpanjangan penunjukan sebanyak Tabel
10 (sepuluh) LIT, serta terdapat beberapa LIT yang Jumlah LIT yang baru ditunjuk pada masing-masing tahun
tidak memperpanjang dan/atau belum memenuhi
2009 2010 2011 2012 2013
persyaratan untuk perpanjangan penunjukan,
4 20 5 2 1
sehingga sampai akhir tahun 2013 terdapat 19
(sembilan belas) Lembaga Inspeksi Teknik. Penurunan Tabel
tersebut juga terkait dengan baru ditetapkannya Jumlah total LIT pada masing-masing tahun
Peraturan Pemerintah No. 62 Tahun 2012, sehingga
beberapa persyaratan belum dilengkapi oleh badan 2009 2010 2011 2012 2013
usaha pemohon, seperti izin usaha jasa penunjang 4 24 29 31 19
ketenagalistrikan dari pemerintah daerah.
Usaha tenaga listrik merupakan kegiatan yang Pembinaan bidang teknis lingkungan
memproduksi listrik yang saat ini telah menjadi ketenagalistrikan secara instensif dilaksanakan
salah satu kebutuhan primer dan menjadi salah satu dengan menekankan tingkat kepatuhan terhadap
indikator dari kemajuan dari suatu bangsa. Seiring regulasi-regulasi lingkungan hidup, baik dari
dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan maupun
listrik saat ini maka pembangunan instalasi tenaga dari instansi terkait lainnya. Sedangkan bentuk
listrik akan semakin meningkat. Sebagaimana prinsip dari pembinaan yang dilaksanakan dapat berupa
pembangunan berkelanjutan maka pembangunan kunjungan langsung ke lokasi dengan melihat tingkat
instalasi ketenagalistrikan juga harus mampu kepatuhan dari pelaku usaha terhadap regulasi
memenuhi tidak hanya kebutuhan saat ini namun bidang lingkungan yang berlaku.
juga kebutuhan ataupun keberlangsungan di masa
yang akan datang. Pemenuhan keberlangsungan Selain melalui kunjungan langsung kegiatan
di masa akan datang tersebut dilaksanakan salah pembinaan dan pengawasan teknis bidang
satunya melalui pengelolaan dan pemantauan lingkungan ketenagalistrikan, dilaksanakan juga
lingkungan lingkungan hidup. dengan mengevaluasi dokumen RKL/RPL dari unit
CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 41
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
No Nama Perusahaan Jenis Industri Provinsi Kabupaten/ Kota Peringkat 2011 -2012 Peringkat 2012 -2013
1 Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit PLTP Jawa Barat Kab. Garut EMAS EMAS
Panas Bumi Darajat
2 PT. Jawa Power PLTU Jawa Timur Kab. Probolinggo HIJAU EMAS
3. Star Energy Geothermal PLTP Jawa Barat Kab. Bandung EMAS HIJAU
(Wayang Windu) Ltd.
4. PT. PLN (Persero) Pembangkit Tanjung Jati B PLTU Jawa Tengah Kab. Jepara BIRU HIJAU
Jepara
5. PT. Indonesia Power UBP PLTGU Jawa Timur Kab. Pasuruan BIRU HIJAU
Perak - Grati PLTGU Grati
6. PT. PLN (PERSERO) Pembangkit Sumatera PLTD Aceh Kota Banda Aceh BIRU BIRU
Bagian Utara Unit Sektor Pembangkit Lueng
Bata
7. PT. Paiton Energy Company PLTU Jawa Timur Kab. Probolinggo BIRU BIRU
8. PT. PLN (Persero) Sektor Kapuas Unit PLTD PLTD Kalimantan Kab. Singkawang BIRU BIRU
Sei Wie Barat
9. PT. PLN Persero Sektor Kapuas Area PLTD dan PLTD Kalimantan Kota Pontianak BIRU BIRU
PLTG Siantan Barat
10. PT. PLN (PERSERO) Wilayah PLTD Kalimantan Kab. Hulu MERAH BIRU
Kalimantan Selatan dan Selatan Sungai Tengah
Kalimantan Tengah sektor
Barito Unit PLTD Barabai
11. PT. PLN (PERSERO) Wilayah PLTD Kalimantan Kota BIRU BIRU
Kalimantan Selatan dan Selatan Banjarmasin
Kalimantan Tengah sektor Barito Unit PLTD/G
Trisakti
12. PT. PLN (Persero) PLTU Wilayah Kalselteng PLTU Kalimantan Kab. Tanah Laut BIRU BIRU
Sektor Asam-Asam Selatan
13. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor PLTD Kalimantan Kota Samarinda BIRU BIRU
Mahakam Proyek Kegiatan MFO-Nisasi PLTD Timur
Karang Asam
14. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor PLTD Kalimantan Kota Samarinda MERAH BIRU
Mahakam Proyek Kegiatan MFO-Nisasi PLTD Timur
Keledang
15. PT. PLN (Persero) Wilayah Kaltim Sektor PLTG Kalimantan Kab. Kutai MERAH BIRU
Mahakam PLTGU Sambera Timur Kartanegara
16. PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkitan Pe- PLTD Riau Kota Pekanbaru BIRU BIRU
kanbaru Unit PLTD/PLTG Teluk Lembu
17. PT PLN (Persero) Pembangkit PLTD Sumatera Kab. Ogan Ilir BIRU BIRU
Sumbagsel sektor pembangkit keramasan- Selatan
Pusat Listrik Indralaya
18. PT. PLN (Persero) PLTD Sumatera Kota Palembang BIRU BIRU
Pembangkit Sumbagsel Selatan
sektor pembangkit
keramasan-Pusat Listrik
Kramasan
19. PT. PLN (Persero) Sektor PLTD Kalimantan Kota BIRU MERAH
Mahakam - PLTD Balikpapan Timur Balikpapan
20. PT. PLN (Persero) Wilayah PLTG Kalimantan Kab. Kutai BIRU MERAH
Kaltim Sektor Mahakam Timur Kartanegara
PLTGU Tanjung Batu
21. PT. PLN (Persero ) Sektor PLTG Pauh Limo PLTD Sumatera Kota Sawah BIRU MERAH
Barat Lunto
22. PT. PLN (Persero) Sektor PLTU Sumatera Kota Sawah BIRU MERAH
Pembangkitan Ombilin Barat Lunto
Dapat dilihat dari tabel tersebut terjadi peningkatan tenaga listrik yang andal, aman, akrab lingkungan
peringkat penilaian untuk beberapa unit pembangkit dan efisien serta harga yang terjangkau merupakan
hasil binaan sebesar 27% akan tetapi juga terdapat bagian yang penting untuk menghasilkan barang dan
penurunan pada beberapa unit pembangkit. jasa. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah
memberikan prioritas utama pada pembangunan
Penurunan yang terjadi biasanya terdapat pada sektor ketenagalistrikan. Tanpa adanya energi listrik
PLTD karena beberapa PLTD tersebut terdapat akan menghambat dan menghentikan aktivitas
pembangkit sewa yang melekat pada penilaian PLTD masyarakat, bahkan dapat mengakibatkan stagnasi
milik PT. PLN (Persero) tersebut. Meskipun demikian pembangunan.
jumlah peningkatan dengan penurunan masih tinggi
jumlah penigkatan peringkat PROPER. Meskipun pelaksanaan pembangunan di
bidang ketenagalistrikan sangat diperlukan,
Dari data-data yang disajikan di atas dapat terlihat pengusaha bidang ketenagalistrikan tidak boleh
bahwa kegiatan Pembinaan dan Pengawasan mengesampingkan masyarakat di sekitar usaha
teknis bidang Lingkungan Ketenagalistrikan dapat ketenagalistrikan. Besar atau kecilnya kegiatan
dikatakan berhasil dalam mewujudkan sasaran untuk yang dilakukan akan membawa dampak terhadap
meningkatnya ketaatan pengelolaan lingkungan masyarakat sekitarnya. Untuk itu diperlukan suatu
hidup subsektor ketenagalistrikan. kegiatan sosial sebagai tanggung jawab pengusaha
ketenagalistrikan terhadap masyarakat di sekitarnya.
9. Pelaksanaan Community Development Subsektor
Ketenagalistrikan Dasar hukum yang melandasi kegiatan Community
Development dalam bidang ketenagalistrikan
Kebutuhan energi listrik di Indonesia terutama memang belum ada dan masih bersifat partisipatif,
di pulau Jawa yang berfluktuasi dan cenderung akan tetapi sudah terdapat regulasi yang melandasi
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi kegiatan yang hampir sama dengan Community
tersebut Pemerintah membangun pembangkit Development namun dengan istilah yang berbeda
listrik. Hal ini dikarenakan tenaga listrik merupakan CSR (Corporate Social Responsibility). Berikut ini
kebutuhan vital untuk mendukung pembangunan adalah regulasi yang melandasi CSR :
ekonomi yang secara tidak langsung diharapkan
dapat meningkatkan taraf hidup penduduk. Pesatnya • Pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang
kemajuan di bidang ekonomi mendorong semakin Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
bertambahnya kebutuhan energi listrik. Keberadaan Terbatas yang mewajibkan implementasi CSR
dan keberdayaan energi listrik merupakan sebuah (Corporate Social Responsibility).
keharusan sebagai motor penggerak roda kehidupan • Meneg BUMN melalui Permen Nomor PER-
dan ekonomi pada sebuah bangsa. Ketersediaan 05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan
44 | CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
Sejak Tahun 2012, Ditjen Ketenagalistrikan selalu mengundang para pemangku kepentingan di sektor ketenagalistrikan dalam acara coffee morning untuk
mensosialisasikan peraturan-peraturan terbaru.
Sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Energi Dan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun
Nomor 165 Tahun 2000 tentang Kedudukan, 2010 tentang Daftar Proyek-Proyek Percepatan
Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
dan Tata Kerja Departemen, Direktorat Jenderal Menggunakan Energi Terbarukan, Batubara dan Gas
Ketenagalistrikan mempunyai tugas merumuskan serta Transmisi Terkait.
serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis
di bidang ketenagalistrikan. Dalam menjalankan Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,
tugas tersebut Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan maka diperlukan tambahan kapasitas pembangkit
telah merumuskan berbagai peraturan-peraturan di sebesar 4.000 MW s.d 5.000 MW per tahun. Untuk
Sub Sektor Ketenagalistrikan. memenuhi tambahan kapasitas pembangkit tenaga
listrik tersebut, Pemerintah telah melaksanakan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Program Percepatan Pembangunan Pembangkit
Ketenagalistrikan telah diundangkan pada tanggal Tahap II dengan daftar proyek-proyek sebagaimana
23 September 2009. Sesuai amanah undang-undang diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 15
tersebut, Pemerintah Menerbitkan tiga Peraturan tahun 2010 yang telah diubah dalam Peraturan
Pemerintah di sub sektor ketenagalistrikan, yaitu Menteri ESDM Nomor 01 tahun 2012 tentang
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Energi Dan
Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Peraturan Sumber Daya Mineral Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2012 tentang Jual Daftar Proyek-Proyek Percepatan Pembangunan
Beli Tenaga Listrik Lintas Negara, serta Peraturan Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan
Pemerintah Nomor 62 Tahun 2012 tentang Usaha Energi Terbarukan, Batubara dan Gas serta Transmisi
Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Terkait.
Pada tahun 2013, Menteri ESDM menerbitkan empat Memperhatikan kesiapan pengembangan proyek-
Peraturan Menteri di sub sektor ketenagalistrikan, proyek pembangkit tenaga listrik yang terdapat
yaitu : dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 tahun
2012 dan sebagai antisipasi kemunduran jadwal
1. Peraturan Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2013 operasi beberapa proyek pembangkit tenaga
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri listrik tersebut serta adanya perubahan pada
CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN TAHUN 2013 | 47
DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN
rencana pengembangan sistem ketenagalistrikan sertifikasi produk peralatan listrik, sertifikasi tenaga
sebagaimana dinyatakan dalam RUPTL PT PLN teknik dan sertifikasi badan usaha.
(Persero) 2012-2021, maka daftar proyek pada 3. Peratuan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun 2013
Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2012 tentang Tata Cara Permohonan Izin Pemanfaatan
diubah kembali dengan menerbitkan Peraturan Jaringan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan
Menteri ESDM Nomor 21 Tahun 2013. Telekomunikasi, Multimedia dan Informatika.
Perubahan pada Peraturan Menteri ESDM Nomor Pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 36 Tahun
21 tahun 2013 tersebut adalah bahwa kapasitas 2013, diatur tatacara pemanfaatan jaringan
pembangkit tenaga listrik yang akan dikembangkan tenaga listrik untuk kepentingan Telekomunikasi,
berubah dari 10.047 MW menjadi 17.918 MW. Multimedia dan Informatika (Telamatika) tanpa
Dalam daftar proyek tersebut, Pemerintah tetap menganggu kelangsungan penyediaan tenaga listrik
memperhatikan penggunaan Energi Baru Terbarukan dengan memanfaatkan penyangga dan/atau jalur
khususnya Panas Bumi (PLTP) dan Air (PLTA) sebesar sepanjang jaringan, serat optik, konduktor dan kabel
6.768 MW (38%), sedangkan PLTU Batubara dan PLTG pilot. Izin Pemanfaatan Jaringan untuk Telematika
menjadi 11.150 MW (62%). Selain itu, pengembang diberikan kepada Pemegang Izin Usaha Penyediaan
swasta diberikan kesempatan yang lebih luas untuk Tenaga Listrik.
mengembangkan proyek-proyek pembangkit tenaga
listrik tersebut dengan total kapasitas sebesar 4. Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun 2013
12.169 MW (68%), dan sisanya menjadi tugas PT tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan
PLN (Persero) sebesar 5.749 MW (32%). Tanaman yang Berada di bawah Ruang Bebas Saluran
Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Udara Tegangan
2. Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 Ekstra Tinggi.
tentang Tata Cara Perizinan Usaha Ketenagalistrikan.
Pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 38 Tahun
Peraturan Menteri ESDM Nomor 35 Tahun 2013 2013, diatur mengenai pemberian kompensasi
ini mengatur mengenai tata cara perizinan untuk yang pada prinsipnya kompensasi diberikan tanpa
usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi melepaskan hak kepemilikan atas tanah, bangunan
usaha pembangkitan, transmisi, distribusi dan dan tanaman. Penilaian harga pasar atas tanah,
penjualan tenaga listrik dengan skema untuk bangunan dan tanaman dilakukan pihak independen.
kepentingan umum dan kepentingan sendiri. Selain Berdasarkan penilaian tersebut, dimasukan ke dalam
itu, diatur juga mengenai tatacara perizinan untuk formula penghitungan kompensasi yang ditetapkan.
usaha jasa penunjang tenaga listrik yang meliputi Dengan menggunakan skema tersebut, besaran nilai
jasa konsultansi, pembanguan dan pemasangan, kompensasi yang diterima masyarakat akan lebih
pemeriksaan dan pengujian, pemeliharaan, baik dari besaran nilai kompensasi sebelumnya.
pengoperasi, penelitian dan pengembangan,
pendidikan dan pelatihan, laboratorium pengujian,
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jarman membuka Forum Konsensus XIV Standar Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan, 3 Desember 2013