Anda di halaman 1dari 10

Latar belakang

Indonesia memiliki kedudukan strategis dan dianugerahi sumber daya alam yang
melimpah, merupakan potesi atau modal dasar menjadi negara maju. Namun, hal ini
belum sepenuhnya dapat dipenuhi. Berbagai kendala masih dihadapi Indonesia, salah
satunya adalah lambatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Menurut BPS (2017), Indeks Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (IP-
TIK) Indonesia tahun 2016 sebesar 4,34, meningkat dibanding IPTIK tahun 2015 sebesar
3,88. Dari 176 negara, posisi Indonesia mengalami peningkatan dari rangking 114 pada
tahun 2015 menjadi 111 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan masih minimnya kualitas
keahlian (5,54%), akses dan infrastruktur (4,88%) dan penggunaan (3,19%). Untuk itu,
menurut Dahuri (2018)1 ada empat pendekatan rantai suplay terintegrasi sebagai jurus
untuk mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi dan daya saing, salah satunya
adalah penggunaan teknologi mutakhir.
Memasuki abad ke-21, perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia semakin
pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya internet (interconnected-networking) pada awal
tahun 1990-an. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII, 2017)2, pertumbuhan pengguna internet mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Hingga di tahun 2017 terdapat 143,26 pengguna internet
(54,68%) dari populasi penduduk Indonesia sebanyak 262 juta orang.

Sumber: APJII, 2017

1
Dahuri, Rokhim. 2018. https://monitor.co.id/daerah/sumatera/guru-besar-ipb-paparkan-kunci-
keberhasilan-pembangunan-di-kabupaten-indragiri-hulu/. Diakses tanggal 25 Mei 2018.
2
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2017. Penetrasi dan Prilaku Pengguna Internet
Indonesia.
Selain itu, alat komunikasi juga mengalami perkembangan. Dimulai dari
munculnya telepon koin, telepon genggam (Handphone), hingga di zaman modern ini
dikenal dengan istilah smartphone atau gadget. Gadget merupakan perangkat yang paling
banyak digunakan untuk mengakses internet. Berdasarkan jumlah pengguna internet,
yang menggunakan smartphone/gadget sebanyak 44,16%, sedangkan yang menggunakan
komputer/laptop sebanyak 4,49% serta yang menggunakan kedua-duanya sebanyak
39,28% (APJII, 2017). Hal ini menandakan bahwa gadget bukan lagi barang mahal, tapi
sudah menjadi kebutuhan primer di saat pengguna mampu memanfaatkan fitur-fitur yang
ada untuk mendukung aktivitas kehidupannya.
Melalui gadget, begitu banyak manfaat yang diperoleh untuk mendukung
pembangunan Indonesia. Manfaat tersebut antara lain di bidang ekonomi, bidang layanan
publik, bidang edukasi, bidang gaya hidup, bidang sosial-politik dan bidang kesehatan.
Namun, hadirnya internet dan gadget ikut pula membawa pegaruh negatif bagi
penggunanya jika digunakan secara kontinu hingga menjadi kecanduan. Liputan6.com
(2017)3 menyatakan dampak negatif penggunaan smartphone tidak hanya mempengaruhi
kesehatan fisik, tapi juga psikologis. Hal ini didukung fakta bahwa sejak Desember lalu
ditemukan dua orang pasien berstatus pelajar SMP dan SMA Bondowoso mengalami
kecanduan smartphone akut di Poli jiwa RSUD Dokter Koesnadi, Bondowoso
(Liputan6.com, 2018)4.
Fenomena di atas merupakan potret nyata dampak penggunaan gadget. Namun,
tidak mungkin untuk menolak dan menghindari modernisasi teknologi. Maka dari itu,
diperlukan benteng untuk mengantisipasi dampak negatif gadget, yakni melalui
pendidikan karakter. Menurut Nurhisam (2017)5 berkaitan dengan fenomena dekadansi
moral yang semakin meningkat dan beragam, pendidikan karakter menjadi isu penting
dalam dunia pendidikan. Hal senada juga disampaikan Hamid dalam Republica.co.id
(2013)6 pendidikan karakter berperan penting sebagai landasan moral dan integritas untuk
menyiapkan pemimpin bangsa di masa depan dengan memberikan contoh dalam

3
https://www.liputan6.com/tekno/read/3057991/ini-3-dampak-negatif-terlalu-lama-pakai-smartphone.
Diakses tanggal 25 Mei 2018.
4
https://www.liputan6.com/news/read/3230086/kecanduan-smartphone-2-pelajar-di-bondowoso-alami-
gangguan-jiwa. Diakses tanggal 25 Mei 2018
5
Nurhisam, Luqman. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Dekadansi Moral Anak
Bangsa. Elementary, Vol. 5, No. 1.
6
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/13/12/25/mycr3e-pendidikan-karakter-solusi-
kikis-permasalahan-bangsa. Diakses tanggal 25 Mei 2018.
mengaplikasikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter dalam penggunaan
gadget diperlukan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya sebagai hakikat dari
pembangunan nasional Indonesia.

Urgensi masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi urgensi masalah
dalam tulisan ini adalah:
1. Apakah pendidikan karakter diperlukan untuk membangun manusia Indonesia
seutuhnya?
2. Apakah penggunaan gadget mampu meningkatkan pembangunan Indonesia?
3. Apakah penting pendidikan karakter ditanamkan dalam penggunaan gadget?

Tujuan penulisan
Berdasarkan urgensi masalah yang diutarakan, maka tujuan penulisan ini adalah
untuk mengetahui:
1. Perlunya pendidikan karakter untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya..
2. Penggunaan gadget mampu meningkatkan pembangunan Indonesia.
3. Pentingnya pendidikan karakter ditanamkan dalam penggunaan gadget.

Pembahasan
1. Perlunya Pendidikan Karakter untuk Membangun Manusia Indonesia
Seutuhnya.
Membangun manusia Indonesia seutuhnya merupakan hakikat pembangunan
nasional Indonesia. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, manusia adalah
komponen utama yang harus disiapkan agar pembangunan masyarakat dapat terwujud.
Manusia merupakan makhluk yang berakal budi7. Manusia juga merupakan makhluk
hidup yang paling sempurna, memiliki potensi jasmani dan rohani. Selain itu, manusia
memiliki fitrah kalbu, akal dan nafsu. Agar mencapai kesempurnaan tersebut, hendaklah
manusia mampu menempatkan fitrah kalbu, akal budi, dan nafsunya ke arah perbuatan
yang baik.

7
https://kbbi.web.id/manusia
Perbuatan yang baik tercipta dari sebuah karakter yang baik. Karakter yang baik
dapat terbentuk melalui kegiatan pendidikan. Pendidikan yang baik menghasilkan
karakter yang baik pula, demikian pula sebaliknya. Sejarah mencatat, bahwa Nabi
Muhammad SAW tercatat sebagai Nabi yang sukses dalam membina dan merubah
karakter bangsa Arab yang sebelumnya dikenal sebagai yang suka bertikar, berjudi,
meminum khamar, berbuat zina, mempraktekkan riba, memperbudak manusia,
mengurangi timbangan, bahkan membunuh bayi perempuan. Nabi Muhammad SAW
merupakan pribadi yang berakhlak mulia dan diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia. Karakter masyarakat yang tidak baik tersebut kemudian berubah menjadi
karakter yang bersaudara, tolong menolong, kasih sayang, simpati, empati, sebagaimana
yang diperlihatkan oleh orang Anshar terhadap kaum Muhajirin8.
Pendidikan karakter berasal dari dua kata, yakni pendidikan dan karakter.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.9 Sedangkan karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.10
Pendidikan karakter dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi
lulusan pada satuan pendidikan.11 Dengan demikian, pendidikan karakter menurut Zainul,
2012 dalam Nurhisam (2017) adalah usaha sadar dan aktif untuk membentuk kebiasaan
(habit) sehingga akan menjadi perilaku yang terukir sejak dini agar dapat mengambil
keputusan dengan baik dan bijak serta dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-

8
Al-qur’an dan terjemahannya. 2006. Q.S. al-Hasyr, 59:9. Maghfirah Pustaka
9
UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
10
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter, Jakarta: Remaja Rosdakarya
11
Mulyasa, H.E., 2012. Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta:Bumi Aksara, cet. I. hal. 1
sehari.12 Untuk mewujudkannya, pendidikan karakter membutuhkan sebuah konsep yang
saling berhubungan sebagai satu kesatuan.
Lickona (2013) memberikan gagasan tiga prinsip pendidikan karakter yang saling
berhubungan yakni pengetahuan moral (kognitif), perasaan moral (afektif), dan perbuatan
moral (psikomotorik). Ketiga komponen ini mengarah pada kehidupan moral dan
membentuk kedewasaan moral. Kedewasaan moral membentuk kemampuan menilai apa
yang benar, sangat peduli dengan apa yang benar, dan kemudian malakukan apa yang
diyakini benar meskipun berhadapan dengan godaan dan tekanan dari luar, baik melalui
pendidikan formal, non formal dan informal13.
Moral knowing adalah tahapan penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Yang
termasuk dalam dimensi ini antara lain: kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan
tentang nilai (knowing moral values), pengambilan perspektif (perpective taking),
penalaran nilai (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making),
pengenalan diri (self knowledge).
Moral loving atau cinta kebaikan merupakan pendamalan dan pengetahuan aspek
emosi untuk menjadi manusia yang berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan sikap
kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (confidence), kepekaan terhadap orang
lain (empathy), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), dan
kerendahan hati (humility).
Moral doing merupakan perbuatan atau tindakan yang merupakan hasil (outcome)
dari dua prinsip karakter lainnya. Untuk mengetahui apa yang mendorong sesorang dalam
berbuat baik (act morally) maka harus dilihat dari tiga aspek lain dari karakter yaitu
kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit)14.
Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa pendidikan karakter dalam
kehidupan berbangsa merupakan upaya menanamkan, membiasakan, menyontohkan, dan
melatihkan tentang praktik pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang
berkaitan dengan karakter bangsa. Karakter tersebut menjadi jati diri dan identitasnya.

12
Nurhisam, Luqman. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Dekadansi Moral Anak
Bangsa. Elementary, Vol. 5, No. 1.
13
Lickona, Thomas. 2013. Educating for Character, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, terjemahan
Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara
14
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, cet. ke-2, Bandung: Alfabeta
Nilai-nilai pendidikan karakter bangsa tersebut dijabarkan dan dielaborasi dari
ideologi dan falsafat hidup bangsa Indonesia yakni Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945. Karakter bangsa yang terbentuk dapat dilihat dari kecintaan dan kesungguhannya
dalam memajukan bangsa Indonesia pada umumnya, dan khususnya membangun
manusia seutuhnya. Dengan demikian, sangat diperlukan pendidikan karakter untuk
mewujudkan hakikat pembangunan nasional.

2. Penggunaan Gadget Mampu Meningkatkan Pembangunan Indonesia.


Lambatnya perkembangan IPTEK di Indonesia merupakan salah satu faktor
Indonesia masih dikategorikan sebagai negara berkembang, dimana pada tahun 2016.
Indonesia berada pada peringkat 111 dari 176 negara. Di bidang teknologi informasi
dan komunikasi, internet masih belum merata dirasakan penduduk Indonesia. Pengguna
internet di Indonesia baru mencapai 143, 26 juta jiwa atau 54,68% dari total penduduk
Indonesia 262 juta orang. Berdasarkan wilayah, pengguna internet tinggal di Pulau Jawa
mencapai 58,08%, diikuti Pulau Sumatera dengan 19.09%, Kalimantan 7,97%,
Sulawesi 6,73%, Bali-Nusa 5,63% dan Maluku-Papua 2,49%.15
Berbagai upayapun dilakukan untuk meningkatkan jumlah pengguna internet.
Upaya tersebut antara lain dengan meningkatkan infrastruktur yang merata dan
ketersediaan perangkat mobile/jaringan internet semakin banyak dan terjangkau. Selain
itu, penggunaan aplikasi asing yang masih mendominasi harus segera tergantikan
dengan tersedianya aplikasi lokal. Dengan demikian, hadirnya internet dapat
memberikan manfaat dalam pembangunan Indonesia.
Pemanfaatan internet melalui perangkat gadget yang paling banyak digunakan
pengguna yakni 44,16%, komputer/laptop hanya 4,49%, kedua-duanya 39,28% dan
lainnya 12,07%.16 Fenomena ini memberikan indikasi bahwa gadget bukan lagi barang
mewah dan mahal.17 Namun, hadirnya gadget dalam kehidupan modern telah
memberikan dampak positif dalam membangun negeri.

15
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2017. Penetrasi dan Prilaku Pengguna Internet
Indonesia
16
_____________, 2017.
17
Hasil survei APJII (2017), pengguna yang menggunakan 1 unit gadget sebanyak 95,75% dibandingkan
komputer/laptop sebanyak 82,80%,
Manumpil, dkk (2015)18 mengartikan gadget adalah sebuah teknologi yang
berkembang pesat dan memiliki fungsi khusus diantaranya smartphone, i phone, dan
blackberry. Gadget merupakan barang canggih yang diciptakan dengan berbagai aplikasi
yang dapat menyajikan berbagai media jejaring sosial, berita, hobi, bahkan hiburan
(Widiawati dan Sugiman, 2014)19. Senada hal tersebut menurut Jati dan Herawati
(2014)20 gadget merupakan alat komunikasi modern dan semakin mempermudah
kegiatan komunikasi manusia.
Sebagai alat komunikasi, gadget telah memberikan berbagai kemudahan dalam
mengakses jaringan internet. Survei yang dilakukan APJII (2017) menunjukkan
pemanfaatan internet di segala bidang kehidupan, baik di bidang ekonomi, pelayan
publik, edukasi, gaya hidup, sosial-politik, dan kesehatan.
Di bidang ekonomi, pengguna memanfaatkan internet untuk mencari harga
(45,14%), membantu pekerjaan (41,04%), informasi membeli (37,82%), beli online
(32,19%), mencari pekerjaan (26,19%), transaksi perbankan (17,04%) dan jual online
(16,83%). Hal ini dapat dilihatnya munculnya ojek online, travel online, hotel online, e-
billing, dan e-commerce. Salah satu contoh tahun 2015 hingga 2021, secara rata-rata
pertumbuhan nilai transaksi melalui e-commerce di Indonesia mencapai 21% per
tahunnya. Nilai penjualan ritel e-commerce Indonesia di tahun 2016 mencapai 5,65
milyar USD, meningkat dari 4,61milyar USD di tahun 2015.21
Pemanfaatan internet bidang pelayanan publik sebanyak 16,17% mengakses
informasi undang-undang/peraturan, informasi administrasi (12,51%), pendaftaran
KTP/SIM/Paspor/BPJS (11,78%), lapor pajak (11,12%) dan laporan pengaduan (9,58%).
Kota Pontianak dapat dijadikan percontohan dalam pelayanan publik dengan
menggunakan gadget. Aplikasi smart police diciptakan untuk menekan angka
kriminalitas. Dengan menggunakan Panic Button masyarakat dengan mudah meminta

18
Manumpil. M.Dkk. 2015. Hubungan Penggunaan Gadget dengan Tingkat Prestasi Siswa di SMA Negeri
9 Manado. Ejoural Keperawatan, (Online), Vol. 3, No. 2, dalam http://ejournal.unsrat.ac.id, diakses 25
Mei 2018
19
Widiawati, I., Sugiman, H., & Edy. 2014. Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Daya Kembang Anak.
Jakarta : Universitas Budi Luhur. http://stmikglobal.ac.id/wpcontent/uploads/2014/05/ARTIKELIIS.
Pdf, diakses 25 Mei 2018
20
Jati dan Herawati. 2014. Segmentasi Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi UAJY dalam
Menggunakan Gadget. Dalam http://e-journal.UAJY.ac.id>jurnal, diakses 25 Mei 2018.
21
Wardhani, Sitadan dan Nastiti, C. A. D. 2017. Perkembangan E-commerce di Indonesia,
http://validnews.co/Perkembangan-E-commerce-di-Indonesia--2--GOrYt, diakses 25 Mei 2018.
bantuan kepolisian jika mengalami tindakan kejahatan. Selain itu, ada aplikasi GENCIL
yang menyajikan informasi harga pangan setiap hari.22
Di bidang edukasi, internet memberi manfaat kepada pegguna untuk membaca
artikel (55,30%), melihat video tutorial (49,67%), share artikel/video edukasi (21,73%),
kursus online (17,85%) dan daftar sekolah (14,63%). Dalam metode pembelajaran sudah
berkembang pembelajaran online/e-learning dengan berkembangnya pembelajaran
dengan metode blended learning dan daring.
Di bidang gaya hidup, media sosial yang paling banyak dimanfaatkan pengguna
internet yakni sebesar 87,13% dan paling sedikit adalah mencari berita olahraga yakni
sebesar 50,48%. Di bidang sosial-politik, pemanfaatan internet untuk mencari berita
sosial/artikel (50, 26%), membaca informasi agama (41,55%), berita politik (36,94%) dan
kegiatan amal (16,31%).
Di bidang kesehatan, pengguna memanfaatkan internet untuk mencari informasi
kesehatan sebanyak 51,06% dan konsultasi dengan ahli kesehatan sebanyak 14,05%.
Dengan memanfaatkan media internet, masyarakat menjadi semakin mudah mencari dan
menemukan solisi terkait dengan masalah kesehatan.
Gambaran pemanfaatan gadget untuk mengakses internet benar-benar nyata
dirasakan dalam segenap bidang kehidupan. Dengan demikian, masyarakat akan semakin
cerdas dalam mencari informasi dan menemukan solusi sehinnga akan berdampak pada
pembangunan masyarakat pada umumnya.

3. Pentingnya Pendidikan Karakter Ditanamkan Dalam Penggunaan Gadget.


Gadget merupakan alat elektronik yang memiliki fungsi komunikasi, fungsi
sosial dan fungsi pendidikan menyediakan berbagai fitur dan aplikasi yang menarik
untuk dimanfaatkan penggunanya. Namun, dapat berdampak buruk apabila digunakan
secara terus-menerus hingga menimbulkan kecanduan. Apalagi pengguna internet
masih anak-anak dan remaja23, akan berdampak buruk bagi kesehatan fisiknya, terutama
mata (Suwarsi dalam Chusna, 2017)24.

22
Warta Kota. 2017. Majalah Ekslusif Kota Pontianak.
23
Hasil survei APJII tahun 2016, pengguna internet usia 10-15 tahun sebanyak 768ribu dan usia 15-19
tahun sebanyak 12,5 juta pengguna.
24
Chusna, Puji Asmaul. 2017. Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak, Dinamika
Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan, Vol. 17, No. 2.
Selain itu, tidak adanya pengawasan dari orang tua dan lemahnya proteksi
terhadap situs-situs pornografi, merangsang rasa keingintahuan anak-anak dan remaja
mengakses konten orang dewasa dan mempraktikkannya. Hal ini dapat memicu
terjadinya tindakan kriminal atau asusila. Selain itu, sederet kasus seperti ketidakadilan,
korupsi, pelanggaran HAM dan kasus demoralisasi menjadi bukti telah terjadi krisis jati
diri dan karakteristik pada bangsa ini.25
Krisis jati diri dan karakteristik bangsa dapat diselesaikan melalui proses
pendidikan. Pendidikan bertujuan menciptakan dan mewujudkan peserta didik yang
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Penggunaan gadget yang tidak dibekali dengan pendidikan karakter akan
berdampak buruk bagi penggunanya, baik dari segi kesehatan fisik, psikologis dan
lingkungannya. Implementasi pendidikan karakter memerlukan pendekatan atau metode
berikut: (1) internalisasi nilai,26 (2) pembelajaran berbuat,27 (3) pembudayaan,28 (4)
pembiasaan,29 (5) keteladanan,30 (6) pembinaan disiplin,31 dan (7) pelibatan seluruh
warga sekolah dan orang tua.32
Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemendiknas, 2010) mencakup empat kriteria yaitu: Agama, Pancasila, Budaya dan
Tujuan Pendidikan Nasional. Keempat sumber nilai tersebut diperinci menjadi 18 nilai
karakter yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai
Prestasi, Bersahabat/komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan,
Peduli Sosial dan Tanggung Jawab.
Dari nilai-nilai di atas, nilai agama memiliki peranan penting dalam membentuk
karakter manusia yang beradab dan berakhlak mulia. Timbulnya kesadaran bahwa dalam

25
Nurhisam, Luqman. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter Sebagai Solusi Dekadansi Moral Anak
Bangsa. Elementary, Vol. 5, No. 1
26
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter, cet. ke-3, Jakarta: Bumi Aksara.
27
Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai; Mengumpulkan yang Terserak, Menyambung
yang Terputus, dan Menyatukan yang Tercerai, Bandung: Alfabeta
28
Fitri, Agus Zaenul. 2012. Reinventing Human Character: Pendidikan Karakter Berbasis Nilai Dan
Etika Di Sekolah, Jogjakarta: ArRuzz Media
29
Mulyasa. 2013. Manajemen Pendidikan Karakter, cet. ke-3, Jakarta: Bumi Aksara.
30
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, cet. ke-2, Bandung: Alfabeta
31
_________________.
32
Lickona, Thomas. 2012. Character Matters, Terj. Juma Abdu Wamaungo & Jean Antunes Rudolf Zien,
Jakarta: Bumi Aksara
penggunaan gadget selalu diawasi oleh Tuhan, maka dampak buruk yang diakibatkan
lajunya arus globalisasi dan modernisasi dapat diminimalisir. Dengan demikian,
pengguna akan lebih selektif dalam memanfaatkan gadget dan aplikasinya, untuk
menunjang kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan (1) Bahwa sangat perlu
menanamkan pendidikan karakter dengan tujuan untuk membangun manusia Indonesia
pada khususnya dan membangun bangsa Indonesia pada umumnya, (2) Penggunaan
gadget untuk mengakses internet ternyata mampu meningkatkan pembangunan
Indonesia, dengan memberikan berbagai manfaat dalam setiap bidang kehidupan.
Manfaat tersebut dapat dirasakan antara lain pada bidang ekonomi, pelayan publik,
edukasi, gaya hidup, sosial-politik, dan kesehatan, dan (3) Pentingnya menanamkan
pendidikan karakter pada usia dini, terutama nilai-nilai agama, mengingat begitu banyak
dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan gadget secara kontinu.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa untuk mewujudkan pembangunan
Indonesia adalah dengan menguasai IPTEK. Namun, yang pertama dan utama adalah
pentingnya menanamkan pendidikan karakter bagi pengguna. Sehingga, penguasaan
IPTEK akan memberikan dampak positif bagi pembangunan karakter setiap insan dan
bangsa Indonesia.

Rekomendasi
Penulisan ini memberikan rekomendasi kepada berbagai pihak, sebagai berikut:
1. Orang tua. Hendaknya orang tua menanamkan pendidikan karakter di rumah mulai
sejak usia dini dan tidak memberikan fasilitas gadget di saat anak-anak belum
membutuhkannya.
2. Lembaga pendidikan. Dunia pendidikan hendaknya membuat sebuah kurikulum
yang mengakomodir nilai-nilai karakter, sehingga dapat menjadi sarana yang efektif
dalam menghasilkan insan yang berakhlak mulia.
3. Pengguna. Menanamkan kesadaran kepada pengguna bahwa gadget berdampak
positif dan negatif. Untuk itu, diperlukan kecerdasan dalam memilih dan memilah
konten dan aplikasi yang membawa perubahan prilaku yang positif, bukan malah
mengikuti arus.

Anda mungkin juga menyukai