STEP 1
a. Tonsil T2/T2
Klasifikasi pembesaran pada tonsil.
T2: tonsil membesar batas media tonsil melewati ¼ pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior
uvula
STEP 2
1. Mengapa pasien mengalami nyeri saat menelan tanpa disertai sesak napas dan serak?
2. Mengapa pasien mengeluh adanya bengkak di area leher?
3. Mengapa ditemukan membran berwarna putih keabu-abuan dan mudah berdarah ketika dilepas?
4. Apa hubungan pasien sebelumnya mengalami demam dan batuk dengan keluhan pasien saat ini?
5. Apa hubungan riwayat imunisasi tidak lengkap dengan keluhan pasien saat ini?
6. Bagaimana alur diagnosis?
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus di skenario?
8. Bagaimana grading klasifikasi tonsil?
9. Bagaimana patofisiologi dari kasus di skenario?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus di skenario?
STEP 3
1. Mengapa pasien mengalami nyeri saat menelan tanpa disertai sesak napas dan serak?
Ada perbesaran di tonsil curiga adanya suatu inflamasi nyeri saat menelan
Yang menyebabkan Nyeri telan:
- Faringitis
-
Pembesaran tonsil tidak menutupi saluran pernapasan, masih ada lubang untuk masuk daerah
laring tidak sesak napas
Pembesaran tonsil tidak menutupi plika tidak serak
Kemungkinan terjadi pembesaran: tonsil palatina, karena tidak mengobstruksi jalan napas
Posisi anatomi tonsila palatina dan plika vokalis
2. Mengapa pasien mengeluh adanya bengkak di area leher?
- Tonsila palatina merupakan imunitas dalam tubuh, di dalamnya ternapat limfonoduli,
inflamasi area sekitarnya terdapat pembesaran
- Riwayat imunisasi tdk lengkap saat lahir (hepatitis B) kmgkinan tdk dapat DPT terkena
difteri menghasilkan toksin menyebar mll limfatik di leher banyak nodulus limfatikus
toksin sampai area nodulus limfatikus di leher
3. Mengapa ditemukan membran berwarna putih keabu-abuan dan mudah berdarah ketika dilepas?
Kuman masuk mll mukosa/kulit melekat di sal napas atas produksi toksin menyebar mll
pembuluh limfe dan darahprotein fragmen A dan B (membantu melekat) fragmen A masuk ke
dalam sel inaktivasi enzim translokase sel inang tidak terjadi translokasirangkaian
polipeptida kurang sel mati (nekrosis) di daerah yg ada kolonisasi kuman bercak eksudat
mulanya mudah dilepas toxin makin banyak daerah infeksi makin lebar terbentuk eksudat
fibrin membran melekat erat terdiri dr fibrin, sel radang, sel epitel dilepas perdarahan.
Proses penyembuhan: membran lepas sendiri
Bisa tidak membrannya sampai ke faring?
Perbedaan penularan droplet di mukosa dan kulit? (mekanisme)
4. Apa hubungan pasien sebelumnya mengalami demam dan batuk dengan keluhan pasien saat ini?
Antigen masuk mll sal napas silia di sal napas akan mendorong antigen ke arah atas (faring)
reflek spasmus antigen dikeluarkan. Reflek gagal antigen menetep rusak lapisan epitel dan
mukosa iritasi batu kering.
Adanya proses inflamasi karena adanya antigen mediator inflamasi demam
5. Apa hubungan riwayat imunisasi tidak lengkap dengan keluhan pasien saat ini?
Riwayat imunisasi tdk lengkap saat lahir (hepatitis B) kmgkinan tdk dapat DPT terkena
difteri
Difteri mengeluarkan toxin. Imunisasi difteri sebagai antitoxin jika tidak imunisasi maka mudah
terserang difteri
Etiologi: Corynebacterium difteri (bakteri gram positif),
- bakteri bisa tahan musim panas atau dingin
- toxin tidak tahan panas atau cahaya
sifat Corynebacterium difteri
6. Bagaimana alur diagnosis?
Anamnesis
- Serak
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri menelan
- Adanya tanda obstruksi sal napas atas
- Riwayat imunisasi tidak lengkap
- Riwayat kontak langsung dengan orang yang pernah terkena difteri
PF
- Ditemukan pseudomembran atau selaput di tempat infeksi berwarna putih keabuan, mudah
berdarah bila diangkat, pada keadaan berat: pembesaran pada leher (bullneck) krn
ekstravasasi cairan
Struktur saluran pernapasan bagian atas
- Muka tampak pucat sampai ada tanda2 shock bila stadium berat
PP
- Tes kultur / PCR. Sampel diambil pada hari ke 1, 2, 7, diambil pada daerah pseudomembran.
Sampel: pseudomembran.
Hari ke 1,2,7 : (apakah harus pada ketiga hari tersebut?)
- untuk melihat gejala difteri, pseudomembran muncul ketika ada koloni, diambil
pseudomembran hilang. Untuk mengamati benar-benar koloni difteri atau bukan
- hari ke 7 utnuk melihat tatalaksana yang diberikan sesuai atau tidak
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus di skenario?
Diagnosis: tonsilitis difteri (C. difteri gram positif, paling sering pada anak2 usia < 10 tahun)
Terapi: antidifteri serum (harus menunggu hasil kultur) dosis: 20.000-100.000 Unit tergantung usia,
penisilin 25-50 mg/kgBB
DD:
- Tonsilitis bakteri
Krn Streptococcus betahemolitikus grup A: masa inkubasi 2-4 hari, gejala: nyeri tenggorokan,
nyeri menelan, demam, tidak nafsu makan, otalgia, nyeri alih. PF: tonsil bengkak, hiperemis,
biasanya membentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri mati, epitel yang lepas) bercak
kuning.
- Adenoiditis
Termasuk tonsilitis
Adenoid: makin bertambah usia makin hilang, di posterior nasofaring
Tonsil: fossa tonsil, kedua sudut orofaring
Gambar adenoid, tonsil
8. Bagaimana grading klasifikasi pembesaran tonsil?
Dibagi dari uvula
T1: pembesaran ¼
T2: pembesaran ¼ - ½
T3: pembesaran ½-3/4
T4: pembesaran > ¾
Klasifikasi berdasarkan brodsky: berdasarkan rasio orofaring dari medial ke lateral
T0: tidak ada pembesaran, tonsil di fossa tonsil
T1: pembesaran < 25%
T2: pembesaran 25-50%
T3: pembesaran 50-75%
T4: pembesaran > 75%
9. Bagaimana patofisiologi dari kasus di skenario?
Blm mendapat imunisasi : Kuman masuk mll mukosa/kulit melekat di sal napas atas produksi
toksin menyebar mll pembuluh limfe dan darahprotein fragmen A dan B (membantu
melekat) fragmen A masuk ke dalam sel inaktivasi enzim translokase sel inang tidak terjadi
translokasirangkaian polipeptida kurang sel mati (nekrosis) di daerah yg ada kolonisasi
kuman bercak eksudat mulanya mudah dilepas toxin makin banyak daerah infeksi makin
lebar terbentuk eksudat fibrin membran melekat erat terdiri dr fibrin, sel radang, sel epitel
dilepas perdarahan. Proses penyembuhan: membran lepas sendiri
10. Bagaimana penatalaksanaan dari kasus di skenario?
- antidifteri serum (harus menunggu hasil kultur) dosis: 20.000-100.000 Unit tergantung usia.
- penisilin 25-50 mg/kgBB/hari
- eritromicin25-50 mg/kgBB/hari
- kortikosteroid 1,2 mg/kgBb/hari
- profilaksis: orang terdekat pasien antibiotik Benzinpenisilin IM 600.000 Unit untuk usia < 6
tahun, > 6 tahun: 1.200.000 Unit
- terapi tambahan, algoritma tatalaksana
- pembedahan (tonsilectomy)
indikasi:
a. absolut
pembengkakan tonsil menyebabkan obstruksi jalan napas
abses peritonsil tidak membaik setelah pengobatan dan drainase
b. relatif
3 episode atau lebih infeksi per tahun setelah diberi antibiotik adekuat
Tonsilitis kronik / berulang krn streptococcus setelah resisten antibiotik
Fisiologi tonsil, faring, laring
11. apa saja komplikasi dari kasus di skenario?
STEP 7
1. Mengapa pasien mengalami nyeri saat menelan tanpa disertai sesak napas dan serak?
Ada perbesaran di tonsil curiga adanya suatu inflamasi nyeri saat menelan
Yang menyebabkan Nyeri telan:
- Faringitis (nasofaring, orofaring, hipofaring)
Pembesaran tonsil tidak menutupi saluran pernapasan, masih ada lubang untuk masuk daerah
laring tidak sesak napas
PP
- Tes kultur / PCR. Sampel diambil pada hari ke 1, 2, 7, diambil pada daerah pseudomembran.
Sampel: pseudomembran.
Hari ke 1,2,7 : (apakah harus pada ketiga hari tersebut?)
Masa inkubasi: 2-5 hari.
- untuk melihat gejala difteri, pseudomembran muncul ketika ada koloni, diambil
pseudomembran hilang. Untuk mengamati benar-benar koloni difteri atau bukan
- hari ke 7 utnuk melihat tatalaksana yang diberikan sesuai atau tidak
- ureum dan kreatinin: bila curiga komplikasi pada ginjal
- EKG: toksin sudah ke jantung atau belum. Pada hari pertama perawatan, kecuali kalau ada
indikasi miokarditis bisa dilakukan hingga 2 kali per minggu
7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus di skenario?
Diagnosis: tonsilitis difteri (C. difteri gram positif, paling sering pada anak2 usia < 10 tahun)
Terapi: antidifteri serum (harus menunggu hasil kultur) dosis: 20.000-100.000 Unit tergantung usia,
penisilin 25-50 mg/kgBB
DD:
- Tonsilitis bakteri
Krn Streptococcus betahemolitikus grup A: masa inkubasi 2-4 hari, gejala: nyeri tenggorokan,
nyeri menelan, demam, tidak nafsu makan, otalgia, nyeri alih. PF: tonsil bengkak, hiperemis,
biasanya membentuk detritus (kumpulan leukosit, bakteri mati, epitel yang lepas) bercak
kuning.
- Adenoiditis
Termasuk tonsilitis
Adenoid: makin bertambah usia makin hilang, di posterior nasofaring
Tonsil: fossa tonsil, kedua sudut orofaring
Gambar adenoid, tonsil
8. Bagaimana grading klasifikasi pembesaran tonsil?
Dibagi dari uvula
T1: pembesaran ¼
T2: pembesaran ¼ - ½
T3: pembesaran ½-3/4
T4: pembesaran > ¾
Klasifikasi berdasarkan brodsky: berdasarkan rasio orofaring dari medial ke lateral
T0: tidak ada pembesaran, tonsil di fossa tonsil
T1: pembesaran < 25%
T2: pembesaran 25-50%
T3: pembesaran 50-75%
T4: pembesaran > 75%
T0 : Post Tonsilektomi
T1 : Tonsil masih terbatas dalam Fossa Tonsilaris
T2 : Sudah melewati pillar anterior belum melewati garis paramedian (pillar post)
T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median
T4 : Sudah melewati garis median
Garis median garis paramedian