26110170127
Tugas Pendahauluan Modul 4 dan 5
b. Diazepam
Diazepam merupakaan jenis obat golongan benzodiazepine yang mempengaruuhi
sistem saraf otak serta menyebabkan efek penenang. Mekanisme diazepam yaitu
dengan bekerja pada sistem GABA, dengan memperkuat hambatan neuron GABA.
Adanya interaksi benzodiazepin, meningkatkan afinitas GABA terhadap reseptornya,
yang akan mengakibatkan kerja GABA meningkat. Jika reseptor GABA aktif maka
saluran ion klorida akan terbuka menyebabkan ion Cl akan lebih banyak masuk ke
dalam sel. Menyebabkan meningkatnya jumlah ion klorida akan menyebabkan
hiperpolarisasi sel, yang mengakibatkan kemampuan sel berkurang (Katzung, 2002).
Asetilkolin
Asetilkolin (ACh) berfungsi penting dalam sistem saraf otonom. Sistem ini
mempunyai fungsi dalam mengatur kebutuhan serta aktivitas tubuh. Sistem saraf ini
berperan penting pada sel saraf motorik visceral yang mempersarafi otot polos organ
dalam, kelenjar eksokrin, serta otot jantung (Sukohar, 2015).
Dalam sitoplasma, ACh disintesis dari Acetyl-CoA dan Choline dengan proses
katalisis oleh enzim choline acetyltransferase atau dapat disingkat menjadi ChAT.
Disintesis Acetyl-CoA di mitokondria yang berjumlah banyak di ujung-ujung saraf
(nerve ending). Dari cairan ekstraseluler, choline ditranspor ke neuron terminal oleh Na-
dependent carrier membrane. Hemicholinium adalah kelompok obat yang dapat
memblok carier ini. Dari sitoplasma, ACh yang telah disintesis akan ditranspor ke
vesikel-vesikel oleh antiporter yang bertugas memindahkan proton (carrier B).
Vesamicol dapat memblok transporter ini. ACh dibuat dalam jumlah yang banyak, yaitu
dapat mencapai 1000-50000 molekul dalam satu vesikel (Sukohar, 2015).
(Sukohar, 2015).
Norepinefrin
Norepinefrin berperan sebagai neuromodulator di CNS dan hormon di aliran
darah. Norepinefrin adalah salah satu neurotransmiter di dalam sistem saraf peripheral.
Dopamin mensintesis norepinefrin disintesis dengan dibantu oleh enzim dopamin β
hidroksilase (DBH) serta kofaktor yaitu Cu, oksigen, dan vitamin C. Apabila sitoplasma
adalah tempat sintesis dopamin, maka norepinefrin akan disintesis di tempat
penyimpanan vesikel neurotransmitter (Wulandari dan Hendarmin, 2015). Norepinefrin
yang disintesis akan disimpan di dalam vesikel hingga terjadi stimulasi. Tetapi,
norepinefrin ada yang disimpan juga pada sitoplasma (Sukohar, 2015). Sel
membutuhkan epinefrin (adrenalin) yang dapat disintesis dari norepinefrin dengan
dibantu oleh enzim phentolamine N-methyltransferase (PNMT) (Wulandari dan
Hendarmin, 2015).
Dopamin
Serotonin
Ada tujuh jenis reseptor serotonin, yaitu 5HT1 - 5HT7. 5HT1 mempunyai 6
subtipe yaitu 5HT1A - 5HT1F. Biasanya, reseptor 5HT merupakan reseptor yang
mempunyai pengaruh terhadap protein G, kecuali 5HT3 karena 5HT3 adalah reseptor
kanal ion. Pada prasinaps ataupun pasca sinaps dapat ditemukan beberapa reseptor 5HT
(Wulandari dan Hendarmin, 2015).
Serotonin dan reseptornya ada di sistem saraf pusat ataupun perifer dan ada juga
ditemukan di sistem kardiovaskuler, usus, dan darah (Setiawati, 2013).
Target kerja obat-obatan anestesi seperti propofol, thiopental, dan etomidat adalah
reseptor GABA. Obat anestesi ini akan saluran ion klorida apabila dalam konsentrasi
tinggi. Apabila obat-obat ini dalam konsentrasi rendah, maka sensitifitas reseptor
terhadap GABA eksogen akan meningkat (Pradnyawati dan Sucandra, 2017).
Glisin
Glutamat
Glutamat dibentuk di siklus intermediat asam sitrat dari α-ketoglutarat. Ada dua
jalur dalam pembentukan glutamat. Jalur pertama adalah dengan dibantu oleh enzim
glutamat dehidrogenase yang akan mereduksi ketoglutarat membentuk glutamat dengan
ditambah gugus amonia. Amonia didapatkan dari degradasi asam amino ataupun
neurotransmiter, serta dapat juga dari amonia bebas yang akan berdifusi dengan
melewati blood-brain barrier. Jalur kedua adalah glutamat dibentuk dari glutamin
dengan dibantu oleh enzim glutaminase. Pada sel glial, banyak terdapat glutamin. Dalam
vesikel, disimpan glutamat dan pelepasannya bergantung pada Ca2+ (Wulandari dan
Hendarmin, 2015).
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., Jane. B.R., Lawrence, G.M. 2004. Biologi. Edisi 5, Jilid 3. Jakarta : Erlangga.
Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Penerbit Salemba Medika, Jakarta.
Maughan RJ dan Griffin J. 2003. Caffeine ingestion dan fluid balance: A review. Human
nutrition dietetics. London : London Press.
Nash, J dan Nutt, D. 2007.. Specific Treatment and Disorders Antidepressant. Psychiatry Vol 6
(7)
Orru M., Guitart X., Karcz KM., Solinas M., Justinova Z, Barodia SK. 2013. Psychostimulant
pharmacological profile of paraxanthine, The main metabolite of caffeine in humans.
Neuropharmacology. 67: 476-84.
Pradnyawati, N.P.W., dan I Made, A.K.S. 2017. Neurofisiologi. Diakses secara online di
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/38a9
7117b59e84c098ce44b92e040968.pdf [Diakses pada 3 April 2019].
Setiawati, A. 2013. Suatu Kajian Molekuler Ketergantungan Nikotin. Jurnal Farmasi Sains dan
Komunitas, Vol. 10 (2) : 118-127.
Wulandari, E., dan Laifa, A.H. 2015. Integrasi Biokimia dalam Modul Kedokteran. Jakarta : UIN
Syarif Hidayatullah Press.