Anda di halaman 1dari 24

I.

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian kanker kandung kemih
Menurut Mansa (2016) kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak
normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan
dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian.
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015) kandung kemih atau yang biasa
disebut buli-buli (bladder) adalah sebuah kantung yang berfungsi menampung
urin yang terdiri dari otot halus. Kandung kemih memiliki beberapa lapisan
jaringan otot yang paling dalam , memanjang di tengah, dan melingkar yang
disebut detrusor. Lapisan tengah jaringan otot berbentuk lingkaran bagian
dalam yang terdapat pada dasar kandung kemih atau biasa disebut sebagai
otot lingkar berfungsi menjaga saluran antara kandung kemih dan uretra,
sehingga uretra dapat menyalurkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh.
Menurut Muttaqin (2012) kanker kandung kemih adalah suatu infiltrasi
sel-sel ganas di dinding atau di dalam lapisan kandung kemih.
Menurut Nursalam (2006) kanker kandung kemih atau yang bisa disebut
kanker buli-buli adalah kanker yang mengenai kandung kemih dan
kebanyakan menyerang laki-laki berusia diatas 50 tahun.
Kanker kandung kemih adalah suatu sel kanker yang menyerang kandung
kemih baik didalam lapisan kandung kemih, di jaringan ikat maupun lapisan
otot kandung kemih, dimana sel kanker tersebut dapat mengganggu fungsi
dari kerja kandung kemih.

B. Etiologi penyakit kanker kandung kemih


Menurut Muttaqin (2012) penyebab pasti dari kanker kandung kemih
masih belum dapat di ketahui, 80% dari kasus kanker kandung kemih
berhubungan dengan paparan lingkungan. Merokok adalah resiko yang paling
sering dikaitkan dan menyumbang sekitar 50% dari semua penyebab kanker
kandung kemih. Kanker kandung kemih juga berhubungan dengan paparan

1
industri untuk aromatik, pewarna, cat, pelarut, debu, tinta, produk
pembakaran, karet, dan tekstil.
Dalam sistem TNM, kanker kandung kemih memiliki bbeerapa
stadium sebagai berikut :
Tumor Primer ( T )
CIS Sel-sel kanker yang terdeteksi hanya pada lapisan paling
dalam dari lapisan kandung kemih.
Ta Kanker hanya dilapisan paling dalam dari lapisan kandung
kemih.
T1 Kanker telah mulai tumbuh menjadi jaringan ikat dibawah
lapisan kandung kemih.
T2 Kanker telah berkembang melalui jaringan ikat kedalam
otot.
T2a Kanker telah tumbuh menjadi otot superfisialis .
T2b Kanker telah berkembang menjadi otot yang lebih dalam.
T3 Kanker telah berkembang melalui otot ke lapisan lemak.
T3a Kanker pada lapisan lemak hanya dapat dilihat dibawah
mikroskop.
T3b Kanker pada lapisan lemak dapat dilihat pada tes atau
dirasakan oleh dokter selama pemeriksaan dibawah
anestesi.
T4 Kanker telah menyebar ke luar kandung kemih.
T4a Kanker telah menyebar ke rahim, prostat, atau vagina.
T4b Kanker telah menyebar ke dinding panggul atau perut.

C. Tanda dan gejala


Menurut Senduk & Rotty
1. Hematuria (kencing darah)
Hematuria atau kencing darah dikarenakan ulserasi tumor yang
menyebabkan pendarahan. Jumlah darah yang dikeluarkan bisa sedikit,
atau banyak. Jika jumlah darah yang terdapat pada urin cukup banyak,

2
dapat dilihat dengan mata tetapi jika sedikit hanya dapat dilihat dengan
menggunakan mikroskop.
2. Mengeluh urgensi
Bisa disebabkan oleh kelainan neurologis, obstruksi saluran keluar
kandung kemih, infeksi, dan peradangan.
a. Frekuensi Urine
b. Disuria
c. Nyeri saat berkemih biasanya berhubungan dengan
peradangan akut kandung kemih, uretra, atau prostat.
d. Nyeri pinggul saat kencing.

D. Pemeriksaan diagnostik
(Menurut Purnomo, 2011 yang disitasi oleh Selvia, dkk, 2014)
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalis
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Makroskopik: dengan menilai warna, bau dan berat jenis
urin
2) Kimiawi: meliputi pemeriksaan derajat kesamaan/pH,
protein, dan gula dalam urin.
3) Mikroskopik: mencari kemungkinan adanya sel-sel merah
secara signifikan (lebih dari 2 per lapang pandang)
menunjukkan adanya sedera pada sistem saluran kemih
dan didapatkannya leukositoria (>5/lpb) menunjukkan
adanya proses inflamasi pada saluran kemih.

b. Pemeriksaan darah
1) Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas: pepemriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit,
dan hitung trombosit.

3
2) Faal ginjal
Beberapa tes faal ginjal yang sering digunakan adalah
pemeriksaan kadar kreatinin, kadar ureum/BUN (Blood Urea
Nitrogen) dan klirens kreatinin.
3) Faal hepar
Pemeriksaan faal hepar ditujukan untuk mencari adanya
metastasis atau suatu keganasan, atau juga digunakan untuk
melihat ungsi hepar secara umum.
4) Β- Human Chorionic Gonadotropin
Β – HCG digunakan untuk menunjukkan adanya
peningkatan metastase tumor kandung kemih. (Oliver, et.al.
1989 yang disitasi oleh Selvia, dkk, 2014)
5) Cell survey antigen study
Pemeriksaan laboratorium untuk mencari sel aantigen
terhadap kanker, bbahan yang digunakan adalah darah vena
(Nursalam&Batticaca, 2009 yang disitasi oleh Selvia, dkk,
2014)
c. Kultur urin
Digunakan untuk memeriksa adanya infeksi pada saluran kemih
(ISK)

d. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan patologi anatomic
yang diambil melalui biopsi jaringan atau melalui operasi. Dari
pemeriksaan ini dapat ditemukan jaringan normal, jaringan yang
mengalami proses inflamasi, pertumbuhan benigna atau terjadi sel
maligna, selain itu pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk
menentukan stadium patologik ataupun derajat diferensiasi suatu
keganasan.

4
e. Sitologi
Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin
kebanyakan memiliki nilai negatif tinggi, maka untuk hasil yang
akurat pasien dapat diminta beraktivitas terlebih dahulu sebelum
melakukan tes, dengan harapan lebih banyak sel urotelium yang
terlepas di urin. Derajat perubahan sel dibagi dalam lima tahap,
mulai dari sel normal, sel yang mengalami perubahan, sel atipik,
sel yang diduga menjadi sel ganas dan sel yang sudah mengalami
perubahan morfologi menjadi sel ganas.

2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto polos abdomen (BOF, BNO, KUB)
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah
foto skinning untuk pemeriksaan kelainan urologi (Purnomo, 2011
yang disitasi oleh Selvia, dkk, 2014)

b. USG
Sebelum dilakukan pemeriksaan USG, pasien akan dipuasakan
untuk meminimalkan gas di usus yang dapat menghalangi
pemeriksaan. Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang
tidak invasive yang dapat menilai bentuk dan kelainan dari buli
(Mutaqin, 2011 yang disitasi oleh Selvia, dkk, 2014)

c. Sitoskopi
Prosedur pemeriksaan ini merupakan inspeksi langsung uretra dan
kandung kemih dengan menggunakan alat sitoskopi (merupakan
suatu alat yang mempunyai lensa optic pada ujung selang/kabel,
sehingga dapat digunakan untuk melihat kondisi organ yang dituju
secara langsung). Menurut Mutaqqin (2011) yang disitasi oleh
Selvia, dkk (2014) pemeriksaan sitoskop juga memungkinkan ahli

5
urologi untuk mendapatkan spesimen urin dari setiap ginjal guna
mengevaluasi fungsi dari ginjal.

d. Pielogram Intravena/IVP
Menurut Price dan Wilson (2005) yang disitasi oleh Selvia,
dkk (2014) IVP dapat digunakan untuk melihat keberadaan posisi
ginjal, serta menilai bentuk dan ukuran ginjal. IVP juga dapat
menilai efek berbagai penyakit terhadap kemampuan ginjal untuk
memekatkan dan mengekskresi zat warna. Prosedur untuk
pemeriksaan IVP adalah foto polos radiologi abdomen yang akan
dilanjutkan dengan penyuntikan media kontras intravena. Jika
BUN>70 (azotemia bberaat) maka tidak dilakukan pemeriksaan
IVP karena GFR-nya rendah dan menyebabkan zat warna tidak
dapat diekskresi dan pielogram sulit dilihat.

e. Arteriogram ginjal
Menurut Price dan Wilson (2005) yang disitasi oleh Selvia,
dkk (2014) Areteriogram adalah tindakan memasukkan kateter
melalui arteri femoralis dan aorta abdominalis sampai setinggi
arteri renalis, selanjutnya media kontras disuntikkan. Tindakan ini
dapat digunakan untuk melihat pembuluh darah pada neoplasma.

3. Biopsi
Menurut American Cancer Society (2012) yang disitasi oleh
Selvia, dkk (2014) biopsy dapat digunakan utnuk memastikan
penyebaran kanker keluar kandung kemih seperti jaringan sekitar
kandung kemih, kelenjar limfa atau organ tubuh lain, jika dicurigai ada
sel kanker yang telah menyebar pada test pencitraan

6
E. Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2012) :

F. Komplikasi CA Vesica Urinaria


1. Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
Infeksi bisa terjadi akibat penatalaksanaan diversi urin, dimana
terdapat stoma yang rentan terhadap kuman yang dapat
menyebabkan infeksi, selain itu perawatan yang kurang baik
terhadap luka pasca operasi juga dapat memungkinkan adanya
infeksi.

7
2. Retensi urine
Struktur uretra dapat seara total menghalangi aliran urin,
menyebabkan retensi urin akut. Retensi urin adalah ketidakmampuan
seseorang dalam mengeluarkan urin sesuaai keinginan, sehingga urin
menumpuk di kandung kemih dan melebihi batas maksimal. retensi
urin dapat terjadi bila tumor mengadakan infasi ke bladder neck.
3. Hidroneprosis
Hidroneprosis adalah pembesaran pada salah satu atau kedua ginjal
yang disesbabkan oleh terhalangnya aliran urin karena ureter
mengalami okslusi.
4. Inkontunensia urine.
5. Anemia, striktur uretra
6. Masalah seksual (NHS N.D.)
a. Disfungsi ereksi terjadi pada pria setelah radikal sistektomi dan
dapat diobati dengan inhibitor phosphodiesterase tipe 5.
b. Penyempitan vagina abibat radioterapi dan sistektomi yang
menyebabkan vagina memendek dan menyempit.
(Menurut Selvia, dkk, 2014)

G. Penatalaksanaan penyakit kandung kemih


Menurut Muttaqin (2012) :
Terapi :
1. Operasi
a. Reseksi transurethal zuntuk single/multiple papiloma
b. Dilakukan pada stage 0, A, B1 dan grade I – II – low grade
c. Total cystotomy dengan pengangkatan kelompok prostate atau
urinari diversion untuk:
1) Transurethal sel tumor pada grade 2 atau lebih
2) Aquamosa cal Ca pada stage B-C

8
Menurut Selvia, dkk (2014) terdapat dua jenis cystectomi :
1) Cystectomi parsial
Cystectomi parsial akan dilakukan jika kanker telah
menyerang lapisan otot dinding kandung kemih, maka
untuk mengobatinya dilakukan penghapusan bagian
kandung kemih yang pada bagian itu terdapat sel kanker,
dan lubang didinding kandung kemih kemudian ditutup.

2) Cystectomi radikal
Cystectomi radikal akan dilakukan jika kanker lebih besar
dari kandung kemih atau terdapat di lebih dari satu daerah
di dalam kandung kemih. Dengan tindakan ini kelenjar
getah bening didekatnya juga akan dihapus, bersama
dengan prostat (pada pria) dan ovarium, tuba fallopi, rahim
dan sebagian kecil dari vagina (bagi wanita)

2. Radioterapi
a. Diberikan pada tumor yang radiosensistiv seperti
undifferentiated pada grade III – IV dan stage B2-C
b. Radiasi diberikan sebelum operasi selama 3 – 4 minggu, dosis
3000-4000 Rads. Penderita di evaluasi selama 2 – 4 minggu
dengan interval cystocopy, foto thorax dan IVP, kemudian 6
minggu setelah radiasi direncanakan operasi. Post operasi
radiasi tambahan 2000 – 3000 Rads selama 2 – 3 minggu.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat-obatan yang membunuh
sel kanker. Beberapa obat kemoterapi dapat disuntikkan
langsung ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan kanker
kandung kemih awal untuk mencegah kambuhnya kanker,
sedangkan untuk pasien yang sel-selnya telah meneyebar ke

9
seluruh tubuh obat kemoterapi dapat disuntikkan melalui
pembuluh darah untuk memperlambat pertumbuhan kanker.

Obat-obat anti kanker :


1) Citral, 5 fluoro urasil
2) Topical chemoterapi yaitu Thic-TEPA, kemoterapi
merupakan paliatif. 5 – Fluorouracil (5-FU) dan
doxorubicin (adriamycin) merupakan bahan yang paling
sering dipakai. Thiotepa dapat dimasukkan ke dalam
buli- buli sebagai pengobatan topikal. Klien dibiarkan
menderita dehidrasi 8-12 jam sebelum pengobatan
dengan theotipa dan obat dibiarkan dalan buli – buli
selama 2 jam.

10
BAB II

Tinjauan Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Usia: Menurut Brunner & Suddarth (2004) yang disitasi
oleh Indah, Kanker kandung kemih lebih sering terjadi
pada usia dewasa, usia rata-rata terjadi pada saat 65
tahun. Pada periode tersebut sekitar 75% dari kanker
kandung kemih terlokalisasi pada kandung kemih, 25%
telah menyebar ke kelenjar getah bening regional/lebih
jauh.
b. Jenis Kelamin: Pria memiliki resiko 3x lipat lebih besar
dibandingkan dengan wanita (Menurut Brunner &
Suddarth, 2004 yang disitasi oleh Indah)
c. Pekerjaan: Pekerja dipabrik bahan kimia, pewarna,
minyak bumi, industri kulit, dan percetakan memiliki
resiko tinggi. Karsinogenik yang spesifik meliputi
benzidine beta naphthylamine. Perkembangan tumor
dapat berlangsung lama (Emil Tanagho & Jack W.
McAninch, 2007 yang sitisasi oleh Indah).

2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama: Klien akan mengeluhkan hematuria.
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Kencing sedikit, hematuria,
pancaran melemah, frekuensi urine, urgensi, nokturia
(jarang), disuria.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu: Orang-orang yang
memiliki riwayat kanker kandung kemih, infeksi saluran
kencing dan infeksi dari parasit memiliki kemungkinan
untuk kembali memiliki kembali penyakit yang sama

11
(National Cancer Institute, 2010 yang disitasi oleh
Indah)
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Keluarga yang memiliki
riwayat kanker kandung kemih maupun kanker kolon
dan kanker ginjal akan menimbulkan resiko kanker
kandung kemih (National Cancer Institute, 2010 yang
disitasi oleh Indah).
e. Riwayat psikososial dan spiritual.
f. Kondisi lingkungan
Pada area industri dengan penduduk padat yang
memungkinkan lingkungan terpapar oleh karsinogen
tertentu, seperti tembakau dan nitrat yang diketahui
sebagai faktor predisposisi tumor sel transisional (Joan
dan Lyndon, 2014 disitasi oleh Indah).
g. Kebiasaan sehari-hari.
Konsumsi 4 P (pemanis, pewarna, pengawet, penyedap
rasa), merokok, dan kopi
.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan head to toe : (menurut Selvia, dkk, 2014)
a. Kepala : normal
b. Mata :
inspeksi : konjungtiva anemis
c. Hidung normal
d. Dada dan aksila normal
e. Pernafasan normal (16 x/menit)
f. Sirkulasi jantung
Terjadi peningkatan aliran darah ke kandung kemih karena
poliferasi sel meningkat
g. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen

12
Palpasi : nyeri tekan pada abdomen
h. Genitouary
Inspeksi : hematuria
Palpasi : teraba ada massa pada daerah suprasimfisis
abdomen kuadran bawah
i. Ekstremitas (integument dan muskulokeletal)
Inspeksi : terdapat kemerahan/iritasi pada daerah genitalia,
kulit tampak pucat
Palpasi : turgor kulit idak elastis
j. Peningkatan tekanan darah dikarenakan ada gangguan pada
fungsi aldosteron yang menyebabkan vasokontriksi
pembuluh darah yang berakibat pada hipertensi,
hiperventilasi atau peningkatan RR dikarenakan terjadi
penurunan HB yang berakibat pada penurunan oksigen
k. Pemeriksaan per sistem
1) B1 (Breathing): bisa di temui pernafasan cuping
hidung penggunaan otot bantu nafas, retraksi dada
yang di sebabkan karena hiperventilasi
2) B2 (Blood): fungsi renal terganggu dapat
menyebabkan gangguan pada fungsi aldosteron
yang menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
yang berakibat pada hipertensi saat terjadi
hematuria maka banyak darah yang di keluarkan
dan tubuh kekurangan HB lalu berdampak pada
anemia.
3) B3 (Brain): kepala dan wajah tidak ada kelainan,
pucat, mata (sklera ikterus,konjungtiva pucat, pupil
isokor) vena tekanan vena jugularis normal.
4) B4 (Bladder)
Inspeksi :
Obstruktif :

13
a) Kencing sedikit
b) Hematuria
c) Pancaran melemah
iritatif :
a) Frekuensi
b) Urgensi
c) Nokturia (jarang)
d) Disuria
e) Urge inkontinensia
auskultasi : arteri renalis ada bruit atau tidak
palpasi : teraba massa supra sympisis, diameter
10x10 cm, keras, fixed.
5) B5 (Bowl): mulut dan tenggorokan kering agak
merah atau iritasi di sebabkan karena adanya mual
muntah pada klien kangker kandung kemih.
6) B6 (Bone): gangguan pada renin-angiostensin yang
berakibat pada gangguan pompa natrium dan
kalium sehingga natrium tidak dapat di keluarkan
yang menyebabkan edema pada ekstermitas.

14
B. Diagnosa & Perencanaan

No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Cemas/takut Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan pengalaman 1. Data-data yang mengenai
berhubungan dengan keperawatan selama 1x 24 klien sebelumnya terhadap pengalaman klien sebelumnya
situasi krisis jam cemas klien berkurang penyakit yang dideritanya akan memberikan dasar untuk
(preoperasi) dengan kriteria hasil : penyuluhan dan menghindari
- Klien dapat megurangi adanya duplikasi
rasa cemasnya . 2. Berikan informasi tentang 2. Pemberian informasi dapat
- Rileks dan dapat prognosis secara akurat membantu klien dalam
melihat dirinya secara memahami proses penyakitnya
obyektif .
- Menunjukkan koping 3. Jelaskan pengobatan, 3. Membantu klien dalam
yang efektif serta tujuan dan efek samping memahami kebutuhan untuk
mampu berpartisipasi pengobatan dan efek
dalam pengobatan . sampingnya
4. Anjurkan untuk
mengembangkan interaksi 4. Agar klien memperoleh
dengan suport sistem dukungan dari orang yang

15
terdekat atau keluarga
2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Tentukan riwayat nyeri, 1. Memberikan informasi yang
berhubungan dengan keperawatan 1x24 jam nyeri lokasi, durasi, dan diperlukan untuk merencanakan
proses penyakit klien berkurang dengan intensitas. asuhan.
(penekanan atau kriteria hasil :
kerusakan jaringan - Klien mampu 2. Menganjurkan teknik 2. Meningkatkan kontrol diri atas
saraf, infiltrasi sistem mengontrol rasa nyeri penanganan stress (teknik efek samping dengan
suplay syaraf, obstruksi melalui aktivitas relaksasi, fisualisasi, menurunkan stress dan ansietas.
jalur syaraf, inflamasi), - Melaporkan nyeri bimbingan), gembira dan
efek samping terapi yang dialaminya berikan sentuhan
kanker ditandai dengan - Mengikuti program terapeutik.
klien mengatakan pengobatan 3. Berikan pengalihan seperti 3. Meningkatkan kenyamanan
nyeri, klien sulit tidur - Mendemontrasikan reposisi dan aktivitas klien dengan mengalihkan
tidak mampu teknik relaksasi dan menyenangkan seperti perhatian klien dari rasa nyeri.
memusatkan perhatian, pengalihan rasa nyeri mendengarkan musik atau
ekspresi nyeri, melalui aktivitas yang nonton TV
kelemahan. mungkin. 4. Kolaborasi penanganan 4. Memberikan terapi yang tepat
nyeri dengan dokter sasaran

16
3. Perubahan eliminasi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau proses 1. Mengembangkan intervensi dini
urin berhubungan keperarawatan 3x24 jam pola penyembuhan luka insisi terhadap kemungkinan
dengan peradangan eliminasi urin membaik pada ostomi komplikasi
kandung kemih, pasca- dengan kriteria hasil : 2. Ganti kantong ostomi 2. Memberi kesempatan dan
diversi urine - Secara obyektif sesuai kebutuhan penguatan terhadap prosedur
berpartisipasi dalam mengganti kantong dan
aktivitas yang mengevaluasi stoma
berhubungan dengan 3. Intervensi prosedur endo-urologi
3. Siapkan klien dan bantu
perawatan stoma untuk menghilangkan
prosedur endoskopi
4. Menurunkan kecemasan dan
4. Anjurkan klien
ketakutan terhadap kemampuan
mengunjungi seseorang
beradaptaasi.
yang telah mengalami
ostomi
5. Sarankan klien untuk
5. Menurunkan resiko infeksi
mencegah kontak urin
dengan kulit, untuk
mencegah iritasi kulit
akibat diversi urin.

17
Bersihkan stoma dengan
sabun dan air lalu
keringkan pada setiap
penggantian kantung urin

4. Risiko tinggi infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji jenis pembedahan, 1. Mengindentifikasi kemajuan
berhubungan dengan keperarawatan 3x24 jam nyeri hari pembedahan dan atau penyimpanan dari
penurunan imunitas klien berkurang dengan apakah adanya order tujuan yang diharapkan.
pasca kemoterapi dan kriteria hasil : khusus dari tim dokter
radiasi, port de entree - Tidak terjadi infeksi. bedah dalam melakukan
luka pasccabedah. - TTV normal ( TD : perawatan luka.
110/70-120/80 mmHg, 2. Lakukan mobilisasi miring 2. Mencegah penekanan

suhu : 36,5 - 37,5˚C, kanan – kiri setiap 2 jam setempat yang berlanjut pada
nekrotis jaringan lunak
nadi 60 – 100 x/menit,
3. Ajarkan klien dan keluarga 3. Dapat mencegah infeks
RR : 16-20 x/menit).
untuk sering mengalirkan
- Tidak ada tanda dan
kantong untuk mencegah

18
gejala ISK. refluks
4. Bersihkan bekas sisa 4. Antiseptic iodium providum
iodine providum dengan mempunyai kelemahan
alcohol 70% atau normal dalam menurunkan proses
saline dengan carra epitelisasi jaringan sehingga
swabbing dari arah dalam memperlambat pertumbuhan
keluar luka, maka harus dibersihkan
dengan alkohol atau normal
saline.

19
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

KANKER VESIKA URINARIA

KASUS :

Seorang laki-laki, 65 tahun dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan


utama saat ini: nyeri pada pelvis dan keluar darah saat berkemih. Hasil pengkajian
perawat didapatkan: saat dipalpasi terdapat massa pada bagian abdomen,
konjungtiva: pucat.

Hasil laboratorium : urine : tampak keruh, BUN : 25 mg/dl, Hb : 10


g/dL,hasil dari cystoscopy : ada lesi dan massa pada kandung kemih. Pasien
direncanakan akan dilakukan pembedahan radical cystectomy. Pasien merupakan
perokok berat dan bekerja di pabrik jaket kulit dibagian pewarnaan.

1. Data yang harus dikaji pada pasien kanker kandung kemih :


a. Pengkajian
b. Riwayat keperawatan :
1) Riwayat penyakit yang pernah diderita (yang berhubungan
dengan kanker kandung kemih, seperti : gagal ginjal, riwayat
pembedahan sistem perkemihan, batu ginjal, dll.)
2) Riwayat kesehatan keluarga (apakah keluarga ada yang
memiliki riwayat penyakit terkait sistem perkemihan, apakah
karena kebiasaan keluarga yang kurang baik dalam menjaga
kebersihan, dll)
3) Psikososial dan spiritual
c. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Perkusi
3) Auskultasi
4) Mengukur tanda-tanda vital pasien (meliputi tekanan darah,
nadi, pernafasan, suhu)

20
A. Pengkajian

DS DO
Pasien mengeluh nyeri pada Terdapat massa pada bagian
pelvis. abdomen.
Pasien mengeluh keluar darah Konjungtiva pucat
saat berkemih.
Pasien mengatakan ia seorang Hasil laboratorium :
perokok berat. - Urine : tampak keruh.
- BUN : 25 mg/dl.
- Hb : 10 g/dl.
Pasien mengatakan bekerja di Hasil dari cystoscopy : ada lesi
pabrik jaket kulit dibagian dan massa pada kandung kemih.
pewarnaan.

B. Analisa Data

Masalah
No Data Faktor yang berhubungan
Keperawatan

1. DS: Nyeri Pasca Trauma karna


- Pasien mengeluh nyeri kronis gangguan
pada pelvis.
- Pasien mengeluh keluar
darah saat berkemih
DO:
- Terdapat massa pada
bagian abdomen.

21
C. Diagnosis keperawatan

No Tanggal Diagnosa Keperawatan TTD

Nyeri kronis berhubungan dengan


pasca trauma karna gangguan
ditandai dengan
DO: terdapat massa pada bagian
1. 26 Oktober 2017 abdomen
DS : Pasien mengeluh nyeri pada
pelvis
Pasien mengeluh keluar darah saat
berkemih

22
D. Perencanaan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Nyeri kronis Setelah di lakukan tindakan 1. Monitor penerimaan pasien 1. Pasien mampu mengontrol
selama 2x24 jam masalah nyeri tentang manajemen nyeri nyeri tahu penyebab,
pasien teratasi dengan kriteria mampu mengurangi rasa
hasil : nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Lakukan pengkajian nyeri 2. Pasien mampu mengenali
(teknik non farmakologi secara komprehensif termasuk kualitas nyeri (skala,
untuk mengurangi nyeri) lokasi, karakteristik, durasi, intensitas, frekuensi)
2. Mampu mengenali nyeri frekuensi.
(skala nyeri, frekuensi, 3. Ajarkan tentang teknik non 3. Memberikan rasa nyaman
tanda nyeri) farmakologi
3. Menyatakan rasa nyaman 4. Kolaborasikan dengan dokter 4. Dapat di tindak lanjuti lebih
setelah nyeri berkurang jika ada keluhan dan tindakan lanjut dengan terapi
nyeri tidak berhasil farmakologi

23
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto,G, Riyanto,B, dkk. (2009). Panduan Praktis Diagnosa dan


Tatalaksana Penyakit Syaraf. Jakarta : EGC.
Hartono,A. (2016). Terapi GIzi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC.
Hidayat,A dan Uliyah,M. (2015). Pengantar KDM. Jakarta : Salemba
Medika.
Mutaqqin,A dan Sari,K. (2012). Askep Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika.

Nuraris,A dan Kusuma.H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis NIC


NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Nursalam,D. (2006). Askep pada Sistem dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika

24

Anda mungkin juga menyukai