Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
Gastroenteritis akut merupakan salah satu penyebab umum
kematian di dunia. Perkiraan terdahulu menempatkan diare sebagai
penyebab kematian lima teratas di dunia yang sering terjadi pada anak-
anak. Gastroenteritis disebabkan oleh banyak hal meliputi bakteri, virus,
parasit, toksin, dan obat. Penyebab utama yang paling umum adalah virus
dan bakteri. Virus dan bakteri sangat mudah menyebar melalui makanan
dan air yang telah terkontaminasi. Dalam 50% kasus diare, tidak
ditemukan penyebab yang spesifik. Virus menjadi penyebab kasus
kematian denna persentasi yang signifikan pada semua umur.
Faktor utama tingginya kejadian dan tingkat kematian karena
gastroenteritis adalah karena penggunan air yang tidak bersih, sanitasi
yang tidak memenuhi sehingga memungkinkan penyebaran agen
penginfeksi, dan/ atau kondisi fisiologis seperti malnutrisi yang
menebabkan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga memudahkan
proses infeksi oleh agen penginfeksi.
Diseluruh dunia, pengobatan yang tidak memadai bagi penderita
membunuh 5 sampai 8 juta orang per tahun dan menjadi penyebab utama
kematian bayi dan anak dibawah umur. Setidaknya 50% kasis
gastroenteritis yang penyebarannya melalui makanan disebabkan karena

1
infeksi norovirus. Sedangkan 20% nya pada anak-anak disebabkan oleh
rotavirus.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diare akut dehidrasi berat di
rawat inap Eboni RSUD KOTA TANGERANG.

C. Tujuan Masalah
Untuk menganalisis bagaimana asuhan keperawatan pada pasien diare akut
dehidrasi berat di rawat inap Eboni RSUD KOTA TANGERANG

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian
dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh
organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan
oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai
macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil
yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan
mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara
langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara
otomatis.

3
b. Tenggorokan (Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan.
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring
terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung
kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang sangat tinggi dengan
hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian
inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba
yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media
disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian
inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan
laring
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.
Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses
peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –
“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu
dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
etiologi esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

4
d. Lambung
Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa,
submukosa, lapisan otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus
berlipat-lipat atau rugae. Secara anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka,
fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter cardia mengalirkan makanan masuk
ke dalam ventriculus dan mencegah reflux isi ventriculus memasuki
oesophagus kembali. Di bagian pilorus ada sphincter piloricum. Saat
sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum
(bagian usus halus) ke dalam ventriculus.
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel
goblet. Kelenjar bervariasi strukturnya sesuai dengan bagiannya. Pada
bagian cardiac kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan
corpus kelenjar mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan faktor
intrinsik, dan chief cell mensekresi pepsinogen. Bagian pilorus
mengandung sel G yang mensekresi gastrin.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek
erosif asam lambung. Sel mukosa memiliki permukaan apikal spesifik
yang mampu menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat
menetralkan asam di daerah dekat permukaan sel. Prostaglandin E yang
dibentuk dan disekresi oleh mukosa lambung melindungi lambung dan
duodenum dengan merangsang peningkatan sekresi bikarbonat, mukus
lambung, aliran darah mukosa, dan kecepatan regenarasi sel mukosa.
Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia dapat mengurangi ketahanan
mukosa.
Fungsi utama lambung adalah sebagai tempat penampungan
makanan, menyediakan makanan ke duodenum dengan jumlah sedikit
secara teratur. Cairan asam lambung mengandung enzim pepsin yang
memecah protein menjadi pepton dan protease. Asam lambung juga
bersifat antibakteri. Molekul sederhana seperti besi, alkohol, dan glukosa
dapat diabsorbsi dari lambung.
e. Usus Halus

5
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan
air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna).
Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu
usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus
penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Dudenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada
derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam
jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum
akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
2) Usus Kosong (jejenum)

6
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis
yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua
belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan
terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan
plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus
penyerapan secara makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat
jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti
aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti “kosong”.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari
usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
f. Usus Besar
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses.
Usus besar terdiri dari :
1. Kolon asendens (kanan)
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens (kiri)
4. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)

7
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri
didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
h. Umbai Cacing
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung
yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing terbentuk dari caecum
pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar
10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi
apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di
retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di
peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ
vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai
fungsi dalam sistem limfatik.

8
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.
i. Rektum dan Anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja
disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika
kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf
yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi
tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
j. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri
dari 2 jaringan dasar yaitu :
1. Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
2. Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas

9
akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai
saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium
bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara
menetralkan asam lambung.
k. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan
manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan. Organ ini memainkan peran penting dalam
metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk
penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia
juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang
bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari
kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan
pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi
menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang
masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi,
setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam
sirkulasi umum.
l. Kandung Empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan
karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang
dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:

10
1. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
B. Pengertian Gastroentritis
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus
besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan
manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan
abdomen (Arif Muttaqin, 2011). Gastroenteritis didefinisikan sebagai
peningkatan frekuensi, volume, dan kandungan fluida dari tinja. Propulsi yang
cepat dari isi usus melalui hasil usus kecil diare dan dapat menyebabkan defisit
volume cairan serius. Penyebab umum adalah infeksi, sindrom malabsorpsi,
obat, alergi, dan penyakit sistemik.(Black Joyce, Hawks Jane, 2010)

C. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari
gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut :
1. Faktor infeksi :
a. Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli,
salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
b. Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses,
adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak
adalah virus Rotavirus.
c. Jamur : kandida
d. Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan
cyclospora)
2. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a. Alergi makanan, misal susu, protein
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan

11
d. Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan
Sorbital.
e. Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f. Emosional atau stress
g. Obstruksi usus
D. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis,
antara lain :
1. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2. Suhu badan meningkat
3. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4. Timbul diare
5. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
6. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi,
tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir
terlihat kering
9. Berat badan menurun
10. Pucat, lemah

E. Patofisiologi
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan
oleh infeksi dengan melakukan invasi pada mukosa, memproduksi
enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini menghasilkan
peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan
terjadi dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Menurut Diskin (2008) di
buku Muttaqin (2011) adapun mekanisme dasar yang menyebabkan diare,
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap
oleh mukosa intestinal akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam

12
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat
produksi enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan
aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus,
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
a. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran
bertambah)
c. Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain
itu, diare juga dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam
usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme
tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Mikroorganisme memproduksi toksin. enterotoksin yang diproduksi agen
bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek langsung dalam
peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestinal.

13
F. Pathway

G. Komplikasi
Beberapa komplikasi gastroenteritis adalah sebagai berikut :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia

14
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
7. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1) Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada
keadaan syok.
2) Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik
turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan
dalam.
3) Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik
seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran
menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan tinja.
b) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah
astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup, bila
memungkinkan.
c) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui
fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit Intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah

15
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium,
kalsium dan fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan
asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik
I. Penatalaksanaan
1) Terapi Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Jumlah cairan: jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah
muntah PWL ( Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung CWL (Concomitant water losses)
3. Ada 2 jenis cairan yaitu:
1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang
dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter
mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang
dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium
20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30
mEq/L. Ada beberapa cairan rehidrasi oral:
a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl,
KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal
dengan nama oralit.
b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas misalnya: larutan

16
gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di
rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap
2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer
Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal.
Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam
perlu dilakukan evaluasi:
a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan
muntah
b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono,
dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011).
3. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang
diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40%
kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di
indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda
diare infeksi seperti demam, feses berdarah,,
leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan
kontaminasi lingkungan, persisten atau
penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada
pelancong, dan pasien immunocompromised.
Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg
oral (2x sehari, 3–5 hari),Tetrasiklin 500 mg (oral
4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis
tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atau
IV).
4. Obat Anti Diare
Loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan
atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-
60mg 3x sehari, loperamid 2-4 mg/ 3–4x sehari dan
lomotil 5mg 3–4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut

17
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi
cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses
dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan
cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat
mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare
akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini
tidak dianjurkan.

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan : An H
2. Tempat tgl lahir/usia : 2 Mei 2018/0 tahun 6 Bulan
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. A g a m a : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Kp Kelapa Indah RT.003 RW.004
Kelapa Indah Tangerang
Kota Tangerang, Banten
7. Tgl masuk : 12-11-2018
8. Tgl pengkajian : 13-11-2018
9. Diagnosa medik : DADB
10. Rencana terapi : IVFD RL 30 cc/KgBB selama 1 jam
30 x 6,3 = 189 cc selama 1 jam
Selanjutnya 70 cc / kgBB = 441
selama 5 jam
terpasang DC kateter
B. Identitas Orang tua
1. Ayah
a. N a m a : Tn W
b. U s i a : 37 tahun
c. Pendidikan : SMK
d.Pekerjaan/sumberpenghasilan : karyawan swasta
e. A g a m a : islam
f. Alamat : Kp Kelapa Indah RT.003 RW.004
Kelapa Indah Tangerang Kota
Tangerang, Banten

19
2. Ibu
a. N a m a : Ny. L
b. U s i a : 30 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d.Pekerjaan/Sumberpenghasilan : Swasta
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kp Kelapa Indah RT.003 RW.004
Kelapa Indah Tangerang Kota
Tangerang, Banten

C. Identitas Saudara Kandung


No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN
An A 5 Tahun Kaka kandung Baik

II. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit


Diare, muntah-muntah lebih dari 10x cair
III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Diare masih lebih dari 10x BAB cair, tidak ada ampas, muntah 5x.
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
1. Prenatal care
a. Pemeriksaan kehamilan : 1 kali
b. Keluhan selama hamil : perdarahan (-) , PHS (-) , infeksi (-),
ngidam : nempel dikasur tidak mau makan
Muntah-muntah, demam (-), perawatan selama hamil kontrol ke
bidan atau klinik
c. Riwayat : terkena sinar tidak ada , terapi obat tidak ada
d. Kenaikan BB selama hamil 70 Kg
e. Imunisasi TT 1 kali

20
f. Golongan darah ibu (-) Golongan darah ayah (-)
2. Natal
a, Tempat melahirkan : RS (+) RS Tiara , Klinik, C Rumah (-)
b. Lama dan jenis persalinan : spontan (-) forceps (-) operasi (+)
lain-lain (-)
c. Penolong persalinan : dokter (+),bidan (-), dukun (-)
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips (-) , obat perangsang (-)
e. Komplikasi waktu lahir : robek perineum (-), infeksi nifas (-)
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB lahir 2,9 kilo gram, PB 50 cm
b. Apakah anak mengalami : penyakit kuning (-) , kebiruan (-)
, kemerahan (-) problem menyusui (-), BB tidak stabil (Untuk
semua Usia)
¤ Penyakit yang pernah dialami : Batuk (-) , demam (-) ,diare (+) kejang
,lain-lain
¤ Kecelakaan yang dialami : jatuh (-) ,tenggelam (-) ,lalu lintas (-)
¤ ,keracunan : makanan (-), obat–obatan (-) ,zat/subtansi kimia (-) textil (-)
¤ Komsumsi obat-obatan bebas (-)
¤ Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat (-), sama (-)
cepat (+)
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
¤ Penyakit anggota keluarga : alergi (-) , asma (-), TBC (-) hipertensi (-),
penyakit jantung (-), stroke (-) anemia (-), hemofilia (-), artritis (-), migrain (-)
DM (-), kanker (-), jiwa (-)

21
¤ Genogram

22
IV. Riwayat Immunisasi
NO Jenis immunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG Usia 1 bulan -
2. DPT (I,II,III) Sudah lengkap panas
3. Polio (I,II,III,IV) Sudah lengkap -
4. Campak 4 minggu 9 bulan panas
5. Hepatitis Belum Belum

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan ; 6,25
2. Tinggi badan : 50
3. Waktu tumbuh gigi belum tumbuh, Tanggal gigi belum tumbuh tahun.
B. Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat
1. Berguling : 5 bulan
2. Duduk : belum
3. Merangkap : 5 bulan
4. Berdiri : belum
5. berjalan : belum
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : belum
7. bicara pertama kali : belum
8. Berpakaian tanpa bantuan: belum
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :saat baru lahir
2. Cara pemberian : Setiap kali menangis (+), terjadwal (+)
3. Lama pemberian masih ASI tahun
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : karna tidak keluar asi
2. Jumlah pemberian : lebih dari 5botol
3. Cara pemberian : dengan dot (+) ,send (-)

23
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1. 0 – 4 Bulan ASI 5 bulan
2. 4 – 12 Bulan ASI dan Susu Formula Sampai anak tidak lagi ingin minum
3. Saat ini ASI dan susu Formula susu

VII. Riwayat Psikososial


a. Apakah anak tinggal di : apartemen (-) , rumah sendiri (+), kontrak (-)
b. Lingkungan berada di : kota (-), setengah kota (-), desa (+)
c. Apakah rumah dekat : sekolah (-), ada tempat bermain (-), punya kamar
tidur sendiri (+)
d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya (-), Apakah anak punya ruang
bermain (-)
e. Hubungan antar anggota keluarga ; harmonis (+), berjauhan (-)
f. Pengasuh anak : Orang tua (+), Baby sister (-), pembantu (-),
nenek/kakek (-)

VIII. Riwayat Spiritual


a. Support sistem dalam keluarga : keluarga selalu mendoakan dan
mendukung anaknya dengan memberikan kasih saying, perhatian dan
menjaganya saat dirumah sakit
b. Kegiatan keagamaan : Diadzanin

IX. Reaksi Hospitalisasi


A. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Mengapa ibu membawa anaknya ke RS : karena anak saya sudah BAB
dari 10 kali serta muntah-muntah 5 kali
- Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : Ya (+) , tidak (-)
- Bagaimana perasaan orang tua saat ini : Cemas (+), takut(-)
,Khawatir (-), biasa (-)
- Apakah orang tua akan selalu berkunjung : Ya (+), kadang-kadang (-)
, tidak (-)

24
- Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah (+), Ibu (+) , Kakak (-) ,
Lain-lain

B. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap


- Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke RS ? Karena saya sakit,
BAB terus
- Menurutmu apa penyebab kamu sakit ? Tidak tahu
- Apakah dokter menceritakan keadaanmu ? Ya
- Bagaimana rasanya dirawat di RS : bosan (+) , Takut (+), Senang (-), Lain-
lain

X. Aktivitas sehari-hari
A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Selera makan Nafsu Nafsu
2. Menu makan ASI, susu formula & ASI, susu formula &
bubur bubur
3. Frekuensi makan 3-5 kali 3-8 kali
4. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
5. Pembatasan pola Tidak ada Tidak ada
makan
6. Cara makan Menyusui dan disuapi Menyusui dan disuapi
7. Ritual saat makan Tidak ada Tidak ada

B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis minuman ASI dan susu formula ASI dan susu formula
2. Frekuensi minum 10 kali 15 kali
3. Kebutuhan cairan ASI, susu formula, air ASI, susu formula, air
putih putih dan cairan infuse
4. Car pemenuhan Menyusui dan disuapi Menyusui, disuapi dan

25
cairan infuse dimasuki
melalui pembuluh
darah vena

C. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
BAB (Buang Air Besar ) :
1. Tempat pembuangan Popok Popok
2. Frekuensi (waktu) 3 kali >10 kali
3. Konsistensi Padat Cair dan berampas
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
BAK (Buang Air Kecil) :
1. Tempat Popok Popok
pembuangan
2. Frekuensi 3- 5 kali 5-10 kali
3. Warna dan Bau Kuning dn tidak Kuning pekat dan tidak
berbau berbau
4. Volume 300 gr 800 gr
5. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang Jam 10.00 Tidak tentu
- Malam Jam 19.00 Tidak tentu
2. Pola tidur Teratur Tidak teratur
3. Kebiasaan sebelum Minum susu Minum susu
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

E. Olah Raga

26
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Program olah raga Tidak ada Tidak ada
2. Jenis dan frekuensi Tidak ada Tidak ada
3. Kondisi setelah Tidak ada Tidak ada
olah raga

F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Mandi
- Cara Di lap Di lap
- Frekuensi 2 kali 1 kali
- Alat mandi Sabun, lap, dan ember Lap dan baskom
2. Cuci rambut
- Frekuensi 2 hari sekali Belum
- Cara Di lap Belum
3. Gunting kuku
- Frekuensi Seminggu sekali Belum
- Cara Di potong Belum
4. Gosok gigi
- Frekuensi 2 kali sehari Belum
- Cara Dilap Belum

G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Kegiatan sehari-hari Tidak ada Tidak ada
2. Pengaturan jadwal harian Tidak ada Tidak ada
3. Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
aktifitas Tidak ada Tidak ada
4. Kesulitan pergerakan
tubuh

H. Rekreasi

27
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan saat Tidak ada Tidak ada
sekolah
2. Waktu luang Tidak ada Tidak ada
3. Perasaan setelah Tidak ada Tidak ada
rekreasi
4. Waktu senggang Tidak ada Tidak ada
keluarga
5. Kegiatan hari libur Tidak ada Tidak ada

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum klien
Baik (+) , Lemah (-) , Sakit berat (-)
B. Tanda-tanda vital
a. S u h u : 39 C
b. N a d i : 130 x/menit
c. Respirasi : 24 x/menit

C. Antropometri
a. Tinggi Badan : 64 cm
b. Berat Badan : 6 kg
c. Lingkar lengan atas : 14.5 cm
d. Lingkar kepala : 42 cm
e. Lingkar dada : 45 cm
f. Lingkar perut : 40 cm
g. Skin fold : Tidak terkaji

D. Sistem pernapasan
a. Hidung : simetris (+), pernapasan cuping hidung (-), secret (-), polip
(-)
b. Epistaksis (-)
c. Leher : pembesaran kelenjar (-) , tumor (-)
d. Dada

28
 Bentuk dada normal (+), barrel (-), pigeon chest (-)
 Perbandingan ukuran AP dengan transversal
 Gerakan dada : simetris (+), terdapat retraksi (+), otot Bantu
pernapasan (+)
 Suara napas : VF (-), Ronchi (-), Wheezing (-), Stridor (-), Rales
(-)
e. Apakah ada Clubbing finger (-)

E. Sistem Cardio Vaskuler


a. Conjunctiva anemia/tidak, bibir pucat/cyanosis, arteri carotis:
kuat/lemah
b. Tekanan vena jugularis : meninggi/tidak
c. Ukuran jantung : Normal (+), membesar (-), IC/apex (-)
d. Suara jantung : S1 (+), S2 (+), Bising aorta(-), Murmur (-), gallop (-)
e. Capillary Refilling Time 3 detik

F. Sistem Pencernaan
a. Sklera : Ikterus/tidak, bibir : lembab (-), kering (+), pecah-pecah (-),
labio skizis (-)
b. Mulut : Stomatitis (-), palato skizis (+) Jml gigi (-), Kemampuan
menelan : baik /sulit
c. Gaster : kembung (+), nyeri (-), gerakan peristaltic (-)
d. Abdomen : Hati : teraba (+), lien (-), ginjal (-), faeces (+)
e. Anus : lecet (-), haemoroid (-)

G. Sistem indra
1. Mata
- Kelopak mata (+), bulu mata (+), alis (+)
- Visus (gunakan Snellen chard)
- Lapang pandang baik
2. Hidung
- Penciuman (+), perih dihidung (-), trauma (-), mimisan (-)

29
- Sekret yang menghalangi penciuman (-)
3. Telinga
- Keadaan daun telinga (+), kanal auditoris : bersih (+), serumen (-)
- Fungsi pendengaran : Baik
H. Sistem saraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental : Oreintasi (+), daya ingat (-), perhatian &
perhitungan (-)
b. Bahasa (-)
c. Kesadaran : Eyes 4, Motorik 6, Verbal 5, dengan GCS 15
d. Bicara ekspresif (-), Resiptive (-)

2. Fungsi cranial
a. N I (Normal)
b. N II : Visus (Normal), lapang pandang(Normal)
c. N III, IV, VI : Gerakan bola mata (Normal), pupil : isoskor (-),
anisokor (-)
d. N V : Sensorik (Normal), Motorik (Normal)
e. N VII : Sensorik (Normal), otonom (Normal), motorik (Normal)
f. N VIII : Pendengaran (Normal), keseimbangan(Normal)
g. N IX : (Normal)
h. N X : Gerakan uvula (Normal), rangsang muntah/menelan (Normal)
i. N XI : Sternocledomastoideus (Normal), trapesius(Normal)
j. N XII : Gerakan lidah (Normal)

3. Fungsi motorik : Massa otot (Normal), tonus otot (Normal), kekuatan


otot (Normal)

4. Fungsi sensorik : Suhu (Normal), Nyeri (-), getaran (-), posisi (-),
diskriminasi (-)

5. Fungsi cerebellum : Koordinasi (-), keseimbangan (-)

30
6. Refleks : Bisep (Normal), trisep (Normal), patella (-), babinski (-)

7. Iritasi meningen : Kaku kuduk (-), laseque sign (-), Brudzinki I /II (-)

I. Sistem Muskulo Skeletal


1. Kepala : Bentuk kepala (Normal), gerakan (Normal)
2. Vertebrae : Scoliosis (-), Lordosis (-), kyposis (-) , gerakan (-),
ROM (-), Fungsi gerak : Baik
3. Pelvis : Gaya jalan (Belum), gerakan (Belum), ROM (Belum),
Trendelberg test (-), Ortolani/Barlow (-)
4. Lutut : Bengkak (-), kaku (-), gerakan (-), Mc Murray tes (-).
Ballotement test (-)
5. Kaki : bengkak (-), gerakan (+), kemampuan jalan (-), tanda tarikan (-)
6. Tangan : bengkak (-), gerakan (+), ROM (-)

J. Sistem Integumen
1. Rambut : Warna (Hitam), Mudah dicabut (-)
2. Kulit : Warna (putih), temperature (hangat), kelembaban (+), bulu kulit
(+), tai lalat (+), ruam (-), teksture (halus)
3. Kuku : Warna (pink), permukaan kuku (lonjong), mudah patah (-),
kebersihan (+)

K. Sistem Endokrin
Kelenjar thyroid :
1. Ekskresi urine berlebihan (-), poldipsi (-), poliphagi (-)
2. Suhu tubuh yang tidak seimbang (-), keringat berlebihan (-)
3. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut (-)

L. Sistem Perkemihan
1. Oedema palpebra (-), moon face (-), oedema anasarka (-)
2. Keadaan kandung kemih (-)
3. Nocturia (-), dysuria (-), kencing batu (-)

M. Sistem Reproduksi

31
1. Wanita
- Payu dara : Putting (-), aerola mammae (-), besar (-)
- Labia mayora & minora bersih (-), secret (-), bau (-)
2. Laki-laki
- Keadaan glans penis : uretra , kebersihan
- Testis sudah turun
- Pertumbuhan rambut : kumis , janggut , ketiak
- Pertumbuhan jakun , perubahan suara
N. Sistem Imun
1. Alergi (cuaca (-), debu (-), bulu binatang (-), zat kimia (-)
2. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu (-),urticaria(-),
lain-lain

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


A. 0 – 6 Tahun
Dengan menggunakan DDST
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
B. 6 tahun keatas
1. Perkembangan kognitif
2. Perkembangan Psikoseksual
3. Perkembangan Psikososial
XII. Test Diagnostik
= Laboratorium
1. Makroskopik:
- Warna Kuning (coklat)
- Konsistensi seperti bubur (lembek)
- Darah (Negatif)
- Lendir (Positif)

32
2. Mikroskopik
- Eritrosit 0-2/LPB
- Leukosit 35-40/LPB
- Epitel 0-1/LPB
3. Hematologi
- Trombosit 678 × 103/µl
- Eritrosit 5,75 × 103/µl
- Eosinofal 0%
- Glukosa 126 mg/dl

= Foto Rotgen
= CT Scan
= MRI, USG, EEG, ECG dll
XIII. Terapi saat ini
- VFD RL 70 cc/ kg BB selama 5 jam
- Lanjut KA-EN-IB 24 tetes mikro
- Zinc 1×10 mg
- Lacto B 1×1
- Injection Ceftriaxon 2×75 mg

33
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisa Data

Inisial klien : An H
Ruangan : Eboni
Umur : 5 Bulan

DATA (DS & DO) MASALAH


Ds : Domain 2 : Nutrisi
- ibu pasien Kelas 1 : Makan
mengatakan ASI 00216 – Ketidakcukupan ASI
tidak keluar
- dan ibu pasien
mengatakan ASI
tidak ada produksi
Do :
- pasien tampak
rewel dan sering
menangis
- glukosa stick 126
Mg/dL normal 70-
120Mg/dL

Ds : Domain 2 : nutrisi
- ibu pasien Kelas : Hidrasi
menggatakan 0027 – Kekurangan Volume Ciran
anaknya rewel
Do :
- pasien tampak
rewel dan sering
menangis
- mukosa bibir

34
tampak kering

Ds : Domain 3 : Eleminasi dan Pertukaran


- ibu pasien Kelas2 : Fungsi gastrointestinal
mengartakan BAB 00013 : Diare
lebih dari 10x
- ibu pasien
mengatakan BAB
cair tidak ada
ampas
Do :
- ibu pasien tampak
cemas
- pasien tampak
rewel

B. Prioritas Masalah/Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Domain 3 : Eleminasi dan Pertukaran
Kelas2 : Fungsi gastrointestinal
00013 : Diare
2. Domain 2 : Nutrisi
Kelas : Hidrasi
0027 – Kekurangan Volume Cairan
3. Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Makan
00216 – Ketidakcukupan ASI

35
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Inisial Klien : An H
Diagnose Medis : DADB
Ruangan : Eboni
Tanggal : 13-11-2018

Diagnosa
NOC NIC
keperawatan
Domain 3 : Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : Fisiologis Dasar
Eleminasi dan keperawatan Manajemen Diare Kelas B : Manajemen Eliminasi
Pertukaran selama 15 menit atau kurang 0460 : Manajamen Diare
Kelas2 : Fungsi dihrapkan masalah diare dapat - Ambil tinja untuk pemeriksaan
gastrointestinal teratasi dengan kriteria hasil kultur dan sensitivitas bila diare
00013 : Diare Domai II : Kesehatan Fisiologi berlanjut
Kelas f : Eliminasi - Instruksikan pasien atau anggota
0501 : Eliminasi usus keluarga untuk mencatat warna,
- 050101 pola eleminasi 1-3 volume, frekunsi dan konsistensi
- 050103 warna feses 3-5 tinja
- 050105 feses lembut dan - Monitor kulit perineum terhadap
berbentuk 3-5 adanya iritasi dan userasi
- 050111 diare 3-5 - Ukur diare atau output pencernaan

Domain 2 : nutrisi Setelah dilakukan tidakan Domain 2 : Fisiologi Komplek


Kelas : Hidrasi keperawatan Pemberian Makan Kelas N : Manajemen Perfusi Jaringan
0027 – Kekurangan dengan Botol dalam waktu 31-45 4120 – Manajemen Cairan
Volume Cairan menit diharapkan masalah dapat - Monitor status hidrasi
teratasi - Jaga intake atau asupan yang akurat
Dengan kriteria hasil dan catat output
Domain II : Kesehatan Fisiologi - Monitor tanda tanda vital
Kelas K : Pencernaan Dan Nutrisi

36
1020 : Status Nutrisi Bayi
- 102001 : intake nutrisi 1-3
- 102008 ; glukosa darah 1-3
Domain 2 : Nutrisi - 102002 : intake makanan Domain 5 : Keluarga
Kelas 1 : Makan lewat makanan 1-3 Kelas 2 : Perawatan Membesarkan
00216 – Ketidak - 102003 : intake cairan lewat Anak
Cukupan ASI mulut 1-3 1052 : Pemberian Makan Melalui Botol
- Kontrol intake cairan dengan
mengatur kelembutan dot
- Monitor intake cairan
- Edukasi pasien atau pengasuh
tentang teknik strerilidasi alat alat
menyusui

D. Implementasi

NO DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

37
KEPERAWATAN
1. Domain 3 : Eleminasi Selasa 13 - Mengambil tinja S : Ibu pasien
dan Pertukaran November untuk pemeriksaan mengatakan
Kelas2 :Fungsi 2018 kultur dan BAB lebih dari
gastrointestinal 10:00 sensitivitas bila 10 kali
00013 : Diare diare berlanjut. O : Pasien
- Menginstruksikan tampak lemas
pasien atau dan rewel
anggota keluarga A : Masalah
untuk mencatat keperawatan
warna, volume, Diare belum
frekunsi dan teratasi BAB
konsistensi tinja. lebih dari 10 kali
P : Lanjutkan
Intervensi
- Monitor kulit
perineum
terhadap
adanya iritasi
dan userasi
2 Domain 2 : nutrisi 12:00 - Memonitor status S : Ibu pasien
Kelas : Hidrasi hidrasi mengatakan
0027 – kekurangan - Menjaga intake atau anaknya rewel
volume cairan asupan yang akurat O : mukosa
dan catat output mulut tampak
kering
A : Masalah
keperawatan
Kekurangan
volume cairan
belum teratasi
P : Intervensi di

38
lanjutkan
- Memonitor
tanda-tanda
vital

3 Domain 2 : Nutrisi 14:00 - Mengontrol intake S : Ibu pasien


Kelas 1 : makan cairan dengan mengatakan ASI
00216 – mengatur tidak keluar
ketidakcukupan asi kelembutan dot O : anak tampak
rewel dan
menangis
A : Masalah
keperawatan
Ketidakcukupan
ASI belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
- Memonitor
intake cairan

4 Domain 3 : Eleminasi Rabu 14 - Menginstruksikan S : Ibu pasien


dan Pertukaran November pasien atau anggota mengatakan
Kelas2 :Fungsi 2018 keluarga untuk BAB lebih dari 5
gastrointestinal 15:00 mencatat warna, kali
00013 : Diare volume, frekunsi dan O : Pasien
konsistensi tinja tampak lemas
- Memonitor kulit A : Masalah
perineum terhadap keperawatan
adanya iritasi dan Diare teratasi
userasi sebagian
P : Lanjutkan
Intervensi

39
- Ukur diare
atau output
pencernaan
5 Domain 2 : nutrisi 17:00 - Menjaga intake atau S : Ibu pasien
Kelas : Hidrasi asupan yang akurat mengatakan
0027 – kekurangan dan catat output anaknya rewel
volume cairan - Memonitor tanda- O : mukosa
tanda vital mulut tampak
kering
A : Masalah
keperawatan
Kekurangan
volume cairan
belum teratasi
P : Intervensi di
lanjutkan
- Menjaga
intake atau
asupan yang
akurat dan
catat output

6. Domain 2 : Nutrisi 20:00 - Memonitor intake S: ibu pasien


Kelas 1 : makan cairan mengatakan
00216 – anaknya di bantu
ketidakcukupan asi susu formula

O: klien tampak
meminum susu
formula

A: masalah

40
keperawatan
ketidakcukupan
asi teratasi
sebagian

P: lanjutkan
intervensi
- Edukasi
pasien atau
pengasuh
tentang
teknik
strerilidasi
alat alat
menyusui
7. Domain 3 : Eleminasi Kamis , 15 - mengukurdiare S: ibu pasien
dan Pertukaran november atau output mengatkan
Kelas2 :Fungsi 2018 pencernaan anaknya sudah
gastrointestinal 20:00 tidak lagi bab
00013 : Diare
O: pasien tampak
sudah tidak
rewel

A: masalah
keperawatan
diare teratasi

P: hentikan
intervensi
8. Domain 2 : nutrisi 22:00 - Menjaga intake S: ibu klien
Kelas : Hidrasi atau asupan yang anaknya sudah

41
0027 – kekurangan akurat dan catat tidak rewel lagi
volume cairan output
O: klien tampak
sehat dan cairan
sudah tercukupi

A: masalah
keperawatan
kekurangan
volume cairan
teratasi

P: hentikan
intervensi
9. Domain 2 : Nutrisi 06:00 - mengedukasi S: ibu klien
Kelas 1 : makan pasien atau mengatakan
00216 – pengasuh tentang anaknya sudah
ketidakcukupan asi teknik strerilidasi tidak rewel dan
alat alat menyusui ibu klien
mengatkan sudah
tau bagaimana
cara teknik
membersihkan
botol susu
dengan benar

O: mukosa bibi
klien sudah tidak
kering dan klien
tidak rewel

A: masalah

42
keperawatan
kekurangan
volume cairan
teratasi

P: hentikan
intervensi

43
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan praktik S1 keperawatan di RSUD Kota tangerang yang
dilaksanakan di ruang cendana 1 pada tanggal 05 november 2018 sampai
dengan 11 november 2018 dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengenal secara global tentang aplikasi asuhan
keperawatan pada tatananya khususnya sistem pencernaan dan
endokrin.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pasien dengan gangguan
kesehatan diarea asuhan keperawatan khususnya sistem pencernaan
dan endookrin.
3. Mahasiswa mampu menentukan tindakan – tindakan keperawatan dan
memberikan rasional dengan tepat dalam mengatasi masalah
B. Saran
1. Bagi STIKes YATSI
Diharapkan dalam pengarahan untuk praktik lebih di tingkatkan.
2. Bagi RSUD Kota Tangerang
Diharapkan dalam penyusunan peralatan di ruang cendana 1 dapat
tertata dengan rapih dan mudah di temukan agar mempermudah
melakukan tindakan.

DAFTAR PUSTAKA

44
Carpenito L.J. 2009. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Praktek Klinis. Edisi IX.
Alih Bahasa: Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC
Hawks JH, Black JM. 2010. Medical Surgical Nursing. Winsland house: Elsevier
Inc.
Muttaqin A. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Priyanta A. 2008. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika

45

Anda mungkin juga menyukai