Anda di halaman 1dari 3

Tikus; salah satu vektor utama musuh KKP

Pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), tikus merupakan salah satu
icon penting yang menjadi pusat perhatian. Hal itu tercermin dalam kegiatan-kegiatan di KKP untuk
mengawasi dan mengendalikan populasi tikus, seperti trapping (pemasangan perangkap untuk
mendeteksi, mengurangi dan mengendalikan kepadatan tikus dan pinjal), pengawasan fumigasi
(pengasapan/pengegasan dengan zat kimia untuk membasmi vektor penyakit di kapal terutama tikus),
pengawasan sertifikat bebas tindakan sanitasi kapal (SSCEC), yang dulunya dikenal dengan istilah
sertifikat bebas hapus tikus, dan pengawasan terhadap PHEIC (Public Health Emergency of International
Concern) yang di dalam IHR 2005 beberapa item penyakit yang berpotensi menimbulkan wabah
merupakan penyakit yang ditularkan oleh tikus, seperti demam lassa (lassa fever) dan pes (plague).
Mengapa tikus menjadi salah satu musuh yang harus diperangi di KKP?

Tikus merupakan hewan liar dari golongan mamalia dan dikenal sebagai hewan pengganggu dalam
kehidupan manusia. Hewan pengerat dan pemakan segala jenis makanan (omnivora) ini sering
menimbulkan kerusakan dan kerugian dalam kehidupan manusia antara lain dalam bidang pertanian,
perkebunan, pemukiman dan kesehatan. Tikus sudah mampu beradaptasi dengan baik serta
menggantungkan dirinya pada kehidupan manusia dalam hal pakan dan tempat tinggal. Selain itu, tikus
dapat membahayakan manusia karena mampu menularkan penyakit pada manusia. Tikus mampu
menularkan penyakit pada manusia dengan membawa benih penyakit, pinjal, kutu, bakteri dan parasit.
Binatang dari suku Murides ini dikenal sebagai sumber beberapa penyakit zoonosis. Beberapa jenis
penyakit yang ditularkan oleh tikus antara lain Pes/Plaque, Leptospirosis, Scub Typhus, Murine Thypus,
Rat Bite Fever, Salmonellosis, Lymphatic Chorionmeningitis, Hantavirus Pulmonary Syndrome dan Lassa
Fever. Penyakit-penyakit tersebut ditularkan tikus melalui cara bervariasi mulai dari gigitan tikus,
kencing tikus, kotoran tikus, maupun yang ditularkan secara tak langsung melalui hewan lain yang
tertular penyakit dari tikus maupun makanan/minuman, air, atau benda yang terkontaminasi.

Tikus termasuk binatang pengerat. Ciri khas binatang ini adalah rahang atas dan bawahnya mempunyai
gigi seri yang terus tumbuh dan kuat, sehingga dapat digunakan sebagai alat pemotong atau pengerat.
Tikus pada umumnya mempunyai tempat tinggal berupa lubang di tanah, kayu, tumpukan batu, atau
tumpukan sampah baik di dalam maupun di luar rumah. Kebiasaan tinggal tikus berbeda menurut
spesiesnya. Tikus mempunyai kemampuan adaptasi dan daya tahan hidup yang sangat baik, hal itu
ditandai dengan kemampuan tikus untuk hidup dilingkungan yang padat dan kumuh, memanfaatkan
makanan apa saja untuk dimakan serta cerdik dalam mencari makan. Tikus mempunyai sifat Neofobi
(takut terhadap hal-hal yang baru), sehingga tikus sangat berhati-hati terhadap sesuatu yang baru dan
selalu mengawasi perubahan yang terjadi di sekitarnya, bahkan jalan yang ditempuh tikus dari suatu
tempat ke tempat lainpun cenderung sama/monoton. Tikus adalah binatang malam (nokturnal)
sehingga memerlukan kepandaian khusus untuk mencari makanan, jalan dan menghindari musuh.
Indera mata tikus kurang berkembang dengan baik, tetapi walaupun demikian mata tikus masih
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap cahaya. Bentuk benda masih dapat dikenali pada jarak sekitar
sepuluh meter.

Tikus mempunyai alat penciuman yang tajam. Untuk membantu tikus berkeliaran maka pada saat
berjalan tikus biasanya mengeluarkan urin atau kencing, hal ini bertujuan agar tikus bisa kembali ke
sarangnya atau tidak tersesat karena jalur tikus tadi terbuat dari kencing tikus itu sendiri. Padahal jika
kencing tikus itu menempel dilingkungan atau mengkontaminasi air yang kita pergunakan, maka hal itu
sangat berpotensi menularkan penyakit ke dalam tubuh manusia. Selain penciuman, tikus juga
mempunyai alat peraba yang sangat sensitif, yaitu berupa kumis (misae) dan bulu yang panjang diantara
rambut pada badannya yang berfungsi untuk menyentuh benda disekitarnya sehingga dapat
mengetahui arah jalan dalam kegelapan. Alat pendengar pada tikus yang tajam dapat menangkap suara
ultrasonik yang tidak dapat didengar manusia. Suara tertentu merupakan alat komunikasi diantara
mereka. Indera perasa tikus berupa lidah yang sangat peka dalam mendeteksi racun pada makanan.

Tikus mempunyai kemampuan untuk menggali 0,5 m pada tanah keras atau 2-3 m pada tanah gembur.
Penggalian sarang biasanya membentuk suatu sistem terowongan yang spesifik. Di dekat rumah, tikus
senang membuat sarang di dasar bangunan. Tikus yang tinggal berdampingan dengan manusia pada
umumnya pandai memanjat. Pada waktu memanjat mereka dibantu oleh benjolan pada telapak kaki,
cakar dan ekornya. Selain memanjat, tikus got dapat melompat sampai setinggi 70 cm. Kemampuan
tikus yang sangat merugikan manusia adalah kemampuannya untuk mengerat dengan giginya yang
tajam. Tikus mampu mengerat bahan bangunan yang keras seperti aluminium, aspal, tembok, dll.

Tikus juga pandai berenang terutama tikus got yang sangat menyukai tempat basah. Bahkan tikus juga
dapat menyelam selama 3 detik sehingga mereka mampu masuk ke dalam rumah melalui saluran
jamban yang selalu basah. Tikus berenang dengan menggunakan kaki belakang bergantian dan menurut
hasil penelitian kecepatan berenangnya sekitar 1,4 km/jam. Perlu diketahui, bahwa perkembang biakan
tikus sangatlah cepat. Anak tikus dapat menjadi dewasa dalam waktu 2,5 bulan. Tikus betina dapat
beranak hanya dalam 21 hari masa kehamilan terus melahirkan 6-9 ekor setiap kali melahirkan.
Sedangkan tikus biasa melakukan perkawinan sesaat setelah melahirkan dan pejantan mampu kawin
bergatian dengan 20 tikus betina dalam waktu 6 jam. Jadi bisa dibayangkan betapa cepatnya
pertambahan populasi tikus dari waktu ke waktu dan susah untuk mengalami kepunahan.

Selain menimbulkan berbagai penyakit, banyak kerugian yang ditimbulkan oleh tikus khususnya di
lingkungan Pelabuhan/Bandara. Kerugian itu antara lain mengurangi/menyusutkan komoditas terutama
makanan baik makanan mentah maupun makanan jadi. Tikus juga dapat menimbulkan bau tidak sedap,
lingkungan terlihat jorok, dan tentu saja dapat merusak pemandangan sehingga dapat berdampak pada
menurunnya image suatu Pelabuhan/Bandara dan wilayah sekitarnya di mata wisatawan baik asing
maupun domestik yang berpotensi menurunkan kunjungan wisata suatu daerah. Tikus juga dapat
merusak alat-alat, sarana dan prasarana yang ada di Pelabuhan/Bandara. Dan yang lebih bahaya lagi,
tikus mempunyai kebiasaan menggigit benda-benda keras apa saja yang ada disekitarnya, termasuk
kabel-kabel listrik. Bisa dibayangkan, apabila di Kapal, Pesawat, Pelabuhan, Bandara, maupun di rumah-
rumah disekitarnya banyak dihuni tikus, maka sangat berpotensi menimbulkan korsleting yang dapat
menimbulkan kebakaran maupun rusaknya sistem keamanan dan navigasi di Kapal/Pesawat. Dan yang
pasti, dengan adanya keberadaan tikus, dapat menjadi indikator buruknya sanitasi di suatu tempat dan
identik dengan lingkungan yang tidak sehat yang penuh dengan bibit penyakit.

Ada berbagai macam spesies tikus. Untuk menentukan spesies tikus biasanya dikenali melalui
identifikasi antara lain warna bulu tubuh dan ekor, panjang ekor, bentuk dan ukuran tengkorak, panjang
kepala dan tubuh, panjang total dari kepala sampai ekor, panjang telapak kaki belakang, panjang telinga,
berat badan, dan jumlah puting susu pada tikus betina di dada dan di perut. Jenis tikus yang ada di
Indonesia antara lain Rattus Norvegicus (tikus riol/got), Rattus Argentiventer (tikus sawah), Rattus
Tiomanicus (tikus semak-semak/belukar), Rattus Tanezumi (tikus rumah), Rattus Exulans (tikus ladang),
Bandicota Indica (tikus wirok), Rattus Niviventer (tikus hutan/pegunungan), dan Mus Musculus (mencit).
Keberadaan tikus dapat diketahui melalui adanya kotoran (faeces), jejak (track), bekas gigitan tikus pada
barang/makanan, adanya lubang-lubang disekitar rumah/bangunan, jalan tikus, suara tikus, dan bau
yang ditimbulkan oleh tikus baik dari tubuh tikus, urine, maupun kotoran tikus.
Untuk mengendalikan populasi tikus (baik mencegah maupun memberantas) dilakukan dengan
beberapa cara seperti perbaikan lingkungan (habitat control) yaitu dengan menciptakan sanitasi yang
baik dan bangunan aman tikus (rodent proof). Secara biologis dapat dilakukan dengan menggunakan
predator tikus (seperti kucing dan ular). Jebakan pada tikus dapat menggunakan perangkap dengan
umpan, maupun jebakan lem. Penolak tikus/rat repeller dapat menggunakan gelombang suara dan sinar
ultra violet. Untuk pemberantasan kimiawi menggunakan gas fumigan dan anti koagulan/rodentisida. Di
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), pengendalian tikus yang lazim dilakukan adalah memasang
perangkap tikus di willayah perimeter (dalam) dan buffer (pemukiman sekitar) Pelabuhan/Bandara,
melakukan fumigasi di kapal dengan zat aktif CH3Br (methyl bromida), serta melakukan pengawasan
sanitasi kapal dan pesawat agar tercipta sanitasi yang baik dan terhindar dari perkembang biakan tikus.
(Ariyanto, SKM)

Contoh jenis tikus Bandicota Indica (kiri) dan Rattus Tanezumi (kanan)

Trapping, pemasangan perangkap tikus di pemukiman sekitar Pelabuhan

Pemeriksaan Sanitasi Kapal oleh Petugas KKP Semarang

Persiapan Fumigasi Kapal di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Anda mungkin juga menyukai