com/2008/11/standar-pelayanan-minimal-
tatalaksana.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu tiga dekade terakhir dapat diikuti perkembangan penyakit serebrovaskuler
cukup pesat seiiring dengan berkembangnya masalah penyakit vaskuler dan obat-obatan yang
terkait.
Penyakit serebrovaskular yang paling sering kita jumpai adalah stroke. Stroke sendiri telah
dikenal sejak sebelum jaman Hippocrates, bahkan Soranus dan Ephesus sudah mengamati
berbagai fakor yang menyebabkan terjadinya stroke.
Salah satu penyakit saraf yang cukup memprihatinkan dan senantiasa membutuhkan perhatian
kita bersama adalah stroke, karena penyaki ini juga disebut sebagai serangan otak atau brain
attack yang merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung dan kanker,
serta merupakan penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia lebih dari 45 tahun.
B. TUJUAN
Tujuan ditulisnya makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang stroke terutama
bagaimana penatalaksanaannya pada fase akut maupun prevensi sekunder serta dimaksudkan
untuk memenuhi persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Saraf RSUD Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Definisi
• Definisi WHO
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi cerebral, baik fokal maupun global, yang
berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskuler.2
• Stroke
Adalah gangguan fungsi otak akut yang disebabkan terhentinya suplai darah ke otak dimana
terjadi secara mendadak dan cepat dengan gejala sesuai dengan daerah fokal di otak yang
mengalami gangguan.4
II. 2. Epidemiologi
Setiap tahunnya, 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa mendeita stroke, dan menyebabkan
kematian 275.000 – 300.000 orang Amerika. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia,
jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO) mencapai urutan tertinggi dari seluruh
penderita rawat inap.2
Insidensi GPDO menurut umur bisa mengenal semua umur, tetapi secara keseluruhan mulai
meningkat pada usia dekade kelima. Insidensi juga berbeda menurut jenis GPDO. Perdarahan
subarachnoid primer sudah mudah timbul pada usia dasawarsa ketiga sampai kelima dan setelah
usia 60 tahun. Perdarahan intraserebral mulai didapati pada dekade kelima sampai kedelapan
usia orang Amerika.2
Sedangkan trombosis lebih sering pada usia lima puluhan hingga tujuh puluhan. GPDO pada
anak muda juga banyak didapati akibat infark karena emboli, yaitu mulai dari usia dibawah 20
tahun dan meningkat pada dekade keempat hingga keenam dari usia.2
Yang dimaksud dengan faktor risiko disini adalah faktor-faktor atau keadaan yang
memungkinkan terjadinya stroke. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi :
Pada dasarnya stroke itu mempunyai 2 tipe yaitu Stroke Perdarahan (Stroke Hemorrhagic) dan
Stroke Sumbatan (Stroke Ischemic/Stroke non Hemorrhagic).
Berdasarkan perjalanan klinisnya, stroke non hemorrhagic dikelompokkan menjadi :
Stroke tipe ini disebut juga stroke sepintas karena kejadiannya berlangsung sementara waktu,
beberapa detik hingga beberapa jam, tapi tidak lebih dari 24 jam.
1. Aterotrombotik
Yaitu penyumbatan pembuluh darah otak karena plaque
2. Kardioemboli
Yaitu penyumbatan pembuluh darah otak karena pecahan plaque dari pembuluh darah jantung.
3. Arteritis
Yaitu pembuluh darah yang mengalami infeksi
II. 5. ETIOLOGI
Ada beberapa etiologi yang menyebabkan terjadinya stroke non hemorrhagic, antara lain :
1. Aterosklerosis
Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya
berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan yang terbentuk menyebabkan penyempitan lumen
pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah. Selain dari endapan lemak, aterosklerosis
ini juga mungkin karena arteriosklerosis, yaitu penebalan dinding arteri (tunika intima) karena
timbunan kalsium yang kemudian mengakibatkan bertambahnya diameter pembuluh darah
dengan atau tanpa mengecilnya pembuluh darah.4
2. Emboli
Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya benda asing ini
berasal dari trombus yang terlepas dari perlekatannya dalam pembuluh darah jantung, arteri atau
vena.4
3. Infeksi
Peradangan juga dapat menyebabkan menyempitnya pembuluh darah, terutama yang menuju
otak.4
4. Obat-obatan
Ada beberapa obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke seperti amfetamin dan kokain
dengan jalan mempersempit umen pembuluh darah otak.4
5. Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak,
yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat
parah dan menahun.4
Selain faktor-faktor diatas, penyebab lain bisa karena viskositas darah, sistem pompa darah dan
penyakit jantung (penyakit jantung katup, miocard infark, penyakit jantung ischemic.5
II. 6. PATOFISIOLOGI 2
Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara :
• Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah.
• Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus dan perdarahan aterom
• Dapat terbentuk trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli
• Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis
sehingga dapat dengan mudah robek.
Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak :
• Keadaan pembuluh darah
• Keadaan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat oksigenasi otakaliran
darah ke otak jadi lebih lambat, anemia berat menurun.
• Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan
intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun
ada perubahan tekanan perfusi otak.
menyebabkan menurunnya curah jantung dan karena lepasnya embolus sehingga menimbulkan
ischemia otak.• Kelainan jantung
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Gejala utama stroke ischemic akibat
trombosis cerebri adalah timbulnya defisit neurologik yang mendadak, didahului dengan gejala
prodromal, terjadi saat istirahat atau bangun pagi dengan kesadaran yang menurun.
II. 8. DIAGNOSIS
A. Penemuan Klinis
1. Anemnesis
• Terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik secara mendadak
• Tanpa trauma kepala
• Adanya faktor risiko GPDO
2. Pemeriksaaan Fisik
• Adanya defisit neurologikal fokal
• Ditemukan faktor risiko
B. Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
C. Pemeriksaan Lain-lain
• Pemeriksaan yang menentukan faktor risiko : Hb, Ht, leukosit, eritrosit, LED, hitung jenis, bila
perlu gambaran darah
• Komponen kimia darah, gas, elektrolit
• Doppler, ECG.
II. 9. PENATALAKSANAAN
• Rehabilitasi Dini
Rehabilitasi baru mungkin dilakukan bila kondisi pasien sudah stabil. Rehabilitasi ini dilakukan
dengan 2 cara, yaitu :
Posisi berbaring
Posisi duduk
• Terapi Preventif
Mencegah mengobati dan menghindari faktorterulangnya atau timbulnya serangan risiko
seperti pengobatan hipertensi, hiperglikemia, tidak merokok, menghindari stress, obesitas dan
harus banyak olah raga.
BAB III
KESIMPULAN
• Stroke merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kecacatan dan kematian
paling banyak ketiga di dunia, setelah jantung dan kanker.
• Stroke juga merupakan penyebab kecacatan utama di Indonesia pada kelompok usia diatas 45
tahun.
• WHO 1995 Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke disebabkan oleh 2 hal utama:
• Stroke Sumbatan (Ischemic/Non Hemorrhagic)
• Stroke Perdarahan (Hemorrhagic)
Stroke Non Hemorrhagic atau Ischemic adalah stoke yang disebabkan karena suplai glukosa
dan oksigen ke otak berkurang sumbatan pada arteri kematian sel/jaringan otak yang di suplai.
Klasifikasi
• Transient Ischemic Attack (TIA)
• Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
• Stroke in Evolution/Stroke Progressive
• Complete Stroke/Permanent Stroke
Diagnosis
• Terjadi mendadak
• Tanpa trauma sebelumnya
• Adanya faktor resiko
Pemeriksaan fisik :
• Ditemukan defisit neurologi
• Ditemukan tanda faktor resiko
sistoleHT Berat dan menetap > 220 mmHg atau diastole > diberikan Anti HT120 mmHg
evaluasi EKG• Monitoring fungsi jantung
• turunkan sampai 140 hiperglikemia Monitoring metabolisme glukosa mg% (atau
pertahankan 100-200mg%) jika > insulin sliding250mg% scale
2-4 l/menit• Pertahankan saturasi oksigen
Rehabilitasi Dini
memperbaiki fungsi neurologis• Dilakukan segera setelah kondisi pasien stabil
• Ada 2 cara :
Posisi berbaring
Posisi duduk.
Terapi Preventif
mengobati dan menghindari faktor resiko.Mencegah terulangnya atau timbulnya serangan
DAFTAR PUSTAKA
Pendahuluan
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global),
yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa
ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.1
Pembedaan menjadi 2 macam stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat
perbedaan dalam hal patologi, faktor resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya. 3 Dalam referat kali ini
kami akan membahas tentang strok non hemoragik.
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara patologis, sebagai
kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat.8
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat kegiatan metabolisme pada
bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah tersebut.
Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah sepasang arteria karotis interna dan sepasang
arteria vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk kolateral yang
disebut sirkulus Willisi. Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-pembuluh yang berada di
dalam jaringan otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan bermuara ke
dalam sinus duramatris.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang cukup, sedangkan
anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit. Pembuluh darah dari arteri permukaan yang
menembus/memasuki jarigan otak, secara fungsional dapat dianggap sebagai end artery.
Sistem Karotis
Pembuluh utama ialah arteri carotis kommunis yang mempercabangkan selain arteria karotis
eksterna juga arteri karotis interna yang akan banyak mendarahi bangunan intrakranial terutama
dalam hal ini ialah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar arteria karotis interna adalah: a.
oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior, a. serebri anterior, a. komunikans
anterior, a. serebri media.3
Sistem Vertebrobasiler
Dengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu menjadi arteri basilaris, akan
mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga kelompok arteri yakni: median, paramedian,
dan arteri sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang a. serebri
posterior.1,3
Insiden
Etiologi 1,6,7,8
§ Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit, fibrin, sel
eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut
embolus.
§ Emboli
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi didapatkan bahwa
sekitar 50 % dari semua serangan iskmik otak, apakah yang permanen atau yang transien,
diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan kelainan dari
arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil
di intyrakranial dan 20 % oleh emboli jantung.
Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor,
metastase, bakteri, benda asing
Patofisiologi 1,2,3
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan berbagai macam sel yang
terdapat di dalamnya. Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak ialah 50-60
ml/100 gram otak/menit atau 700-840 ml/menit.
A. Faktor Ekstrinsik
* Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya TDS tidak
mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
* Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada pembuluh darah terkecil.
Bila lumen menyempit 70%, maka akan mengganggu ADO.
* Kualitas darah
o Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah akan meningktya pula, resistensi
serebrovaskuler juga naik sehingga ADO menurun.
o Eritrosit, terjadi peningkatan agregasi eritrosit dan penurunan deformabilitas eritrosit.
o Platelet
B. Faktor intrinsik
* Autoregulasi
Yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk mempertahankan ADO meskipun terjadi
perubahan pada tekanan perfusi otak. Autoregulasi akan berfungsi dengan baik, bila tekanan
sistolik 60-200 mmHg dan tekanan diastolik 60-120 mmHg.
* Faktor Biokimiawi
o Karbon dioksida (CO2)
Peningkatan tekanan CO2 akan menyebabkan vasodilatasi, sehingga resistensi serebral turun,
akibatnya ADO akan meningkat.
o Oksigen (O2)
Bila tekanan O2 turun kurang dari 50 mmHg akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
sehingga ADO meningkat dan sebaliknya.
o Pengaruh ion H+
Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah iskemik akan berubah jadi infark.
o Ion K+
Ion K mencapai ruang ekstraseluler saat aktivasi kortikal dan mencapai otot-otot pembuluh darah
melalui difusi dan ini bertanggung jawab terhadap peningkatan perfusi regional.
Rangsang sistem simpatis servikal akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah otak,
sehingga ADO turun.
Iskemia Otak 3
Iskemia Otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang membahayakan fungsi neuron tanpa
perubahan yang menetap. Bila ADO turun pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka
akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel. Daerah otak dengan
keadaan ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi masih viable.
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada substansia
grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium pada
substansia alba, sehingga memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
Infark otak 3
Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok merupakan faktor terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi dari perubahan tunika intima dengan
penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula perubahan pada
tunika media di pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada
saat aliran darah lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan (trombosis). Untuk
pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis yang dapat mengakibatkan
mikroinfark.
b. Melalui ADP
Emboli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal kolesterol dalam a. karotis dan a. vertebralis
yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran darah akan menimbulkan emboli arteri
intrakranium, yang akhirnya menyebabkan iskemia otak. Adanya kelainan katup jantung baik
kogenital maupun karena infeksi, atrial fibrilasi merupakan faktor resiko terjadinya embolisasi.
Gejala Klinik 1
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat
ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Gejala utama GPDO iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya defisit neurologik secara
mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Pada pungsi
lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan
CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan infark/iskmik dan edema.
GPDO akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan pada waktu aktif.
Sumber emboli berasal dari berbagai tempat yakni kelainan jantung atau ateroma yang terlepas.
Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup besar. Likuor serebrospinalis adalah normal.
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasilar.
Gangguan pada sistem karotis menyebabkan :3
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
1. Ganguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital
2. Gangguan nervi kranialais bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Gnggguan koordinasi
5. Drop attack
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan sensorik kortikal, muka
dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh., eye deviation, hemipareses yang disertai
kejang. 3
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan tungkai
(tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna. 3
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-tanda serebelar,
nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan, deviasi lidah.
3
Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan sensoris dan keringat sesuai
tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi. 3
Diagnosis 1
Ditetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan neurologis dimana didapatkan gejala-gejala yang
sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya dan gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah
pendarahan pembuluh darah otak tertentu. Dimana menurut perjalanan penyakitnya terdiri dari :4
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak yang
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
Gejala neurologik yeng timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak
lebih dari seminggu.
Anamnesis3
Gejala-gejala
Perdarahan
Infark
Onset
Saat onset
Nyeri Kepla
Kejang-kejang
Muntah
Kesadaran Menurun
mendadak
sedang bergiat
+++
+++
mendadak
istirahat
§ Usia
§ Jenis kelamin
§ Ras
§ Genetik
§ Hipertensi
§ Diabetes Melitus
§ Penyakit Jantung
§ Merokok
§ Kolesterol tinggi
§ Dartah kental
§ Obesitas
Pemeriksaan neurologis3
Tanda
Perdarahan
Infark
Bradikardi
++
Udem papil
sering +
Kaku kuduk
+++
Tanda-tanda tersebut merupakan tanda dari adanya tekanan intra kranial yang meningkat, yang
ini ada pada stroke hemoragik, pada NHS juga ada udem serebri tetapi timbulnya tidak seketika
tetapi perlahan-lahan yang akhirnya mencapai puncaknya pada hari ke 4-7.
* Tanda kernig, Brudzinski, kaku kuduk
Tanda-tanda tersebut tidak lain merupakan manifestasi klinis dari adanya rangsang meningeal.
Pemeriksaan
Perdarahan
Infark
Funduskopi
Pungsi Lumbal
Tekanan :
Warna :
Eritrosit :
meningkat
merah
normal
jernih
Arteriografi
ada shift
oklusi
CT-Scan
lesi hiperdens
lesi hipodens
Penatalaksanaan
Pengobatan Umum3
1. Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik. Pengobatan dengan
oksigen hanya perlu bila kadar oksigen darah berkurang.
2. Brain
Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi udem otak, dapat dilihat
dari keadaan penderita yang mengantuk, adanya bradikardi atau dengan pemeriksaan funduskopi,
dapat diberikan manitol. Untuk mengatasi kejang-kejang yag timbul dapat diberikan
Diphenylhydantoin atau Carbamazepin.
3. Blood
Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak. Pengobatan
hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru akan menambah iskemik
lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk metabolisme otak. Pemberian infus
glukosa harus dicegah karena akan menambah terjadinya asidosis di daerah infark yang ini akan
mempermudah terjadinya udem. Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
4. Bowel
Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan membuat
pasien gelisah. Nutrisi harus cukup. Bila pelu diberikan nasogastric tube.
5. Bladder
Miksi dan balance cairan harus diperhatikan. Jangan sampai terjadi retentio urinae. Pemasangan
kateter jika terjadi inkontinensia.
Pengobatan khusus3
Pada fase akut pengobatan ditujukan untuk membatasi kerusakan otak semaksimal mungkin.
Untuk daerah yang mengalami infark kita tidak bisa berbuat banyak. Yang penting adalah
menyelamatkan daerah disekitar infark yang disebut daerah penumbra.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan tetapi tidak dapat
berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus diselamatkan agar
dapat berfungsi kembali.
1. Hematokrit
2. Plasma fibrinogen
3. Rigiditas eritrosit
4. Agregasi trombosit
Rehabilitasi3
· Adaptasi mental; sosial dari penderita strke, sehingga hubungan interpersonal menjadi normal.
Prognosis
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran status neurologiknya stelah
dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan maturasi iskemi otak. Infark luas yang
menimbulkan hemiplegi dan penurunan kesadaran 30-40 %.3 Sekitar 10 % pasien dengan stroke
iskemik membaik dengan fungsi normal. 5 Juga dipermasalahkan apakah seseorang akan
mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan kegagalan jantung kongestif
dan penyakit jantung koroner. Penyebab utama kematian setelah jangka panjang adalah penyakit
jantung. 3
Daftar Pustaka
1. Aliah A, Kuswara F.F, Limoa RA, Wuysang. Gangguan Peredaran Darah Otak. Dalam:
Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2003:79-102
2. Fisher M. The Pathophysiology of Ischemic Sroke. In: Cerebrovascular Disorders.
Mosby-Year bokk Europe, England, 1994:8-16
3. Hadinoto S, Setiawan, Soetedjo. Stroke Non hemoragis. Dalam: Pengelolaan Mutakhir
Stroke, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 1992: 1-46
4. Hacke W, Hennerici M, Gelmers HJ, Kramer G. Epidemiology and Classification of
Strokes. In: Ischemia. Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, Germany, 1991:40-8
5. Ischemic Stroke. Available From : www.merck.com. Accessed February 2005: 1-3
6. Ischemic Stroke. Available From : www.strokecenter.com. Accessed February 2005:
1-2
7. Ischemic Stroke. Available From : www.strokeandserebrovascularcenter.com
Accessed February 2005: 1
8. Lumbantobing, SM. Stroke. Dalam: Neurogeriatri. FKUI, Jakarta, 2001:93-101
9. Leys D, Vehier FM. Stroke Prevention. In: Cerebrovascular Disease, Current
Medicine, Philadelphia, 1996: 13-5
10. Stroke. Available from : www.yastroki.or.id. Accessed February 2005: 1-3
11. Stroke: Warning and Tips for Prevention. Available from: www.familydoctor.org.
Accessed February 2005 1-2
http://sitampansakti.blogspot.com/2010/09/patofisiologi-stroke-non-hemoragik.html
Stroke iskemik terjadi karena hilangnya suplai darah ke salah satu bagian otak dan mengakibatkan
terjadinya ischemic cascade. ischemic cascade adalah suatu rangkaian reaksi biokimia yang terjadi
setelah sel atau jaringan aerob mengalami iskemi. Iskemi sangat berbahaya bagi sel dan jaringan,
terutama sel syaraf yang tidak memiliki cadangan energi yang banyak. Jaringan otak akan berhenti
berfungsi jika tidak mendapat oksigen lebih dari 60-90 detik. Ketika pembuluh darah serebral
terhambat, otak akan kekurangan energi, sehingga harus melakukan respirasi anaerob di tempat
terjadinya iskemi. Proses ini menghasilkan sedikit energi dan asam laktat yang dapat mengiritasi sel.
Keseimbangan asam basa yang ada di otak akan terganggu dengan adanya asam laktat. Area iskemi ini
disebut "ischemic penumbra".
ATP tidak dapat diproduksi pada sel otak yang kekurangan oksigen dan glukosa sehingga sel tidak
melaksanakan proses yang seharusnya dilakukan seperti contohnya pompa ion yang penting untuk
kehidupan sel. Hal tersebut menyebabkan ketidakseimbangan jumlah neurotransmiter glutamat dan
kalsium yang merupakan salah satu penyebab kerusakan sistem saraf. Konsentrasi glutamat di luar sel
saraf seharusnya terjaga dalam jumlah yang kecil yang dipengaruhi oleh pompa ion. Pompa ion yang
tidak dapat bekerja mengakibatkan reuptake glutamat tidak berjalan dengan lancar. Glutamat bekerja
pada reseptor (terutama NMDA reseptor) di sel saraf untuk menghasilkan influks kalsium ke dalam sel.
Kalsium di dalam sel dapat mengaktifasi enzim yang bisa menghancurkan protein, lipid, dan materi
nuklear sel. Influks kalsium juga akan mengganggu mitokondria sehingga sel semakin kehilangan energi
dan memicu kematian sel melalui apoptosis. Iskemi juga menginduksi produksi radikal bebas oksigen
dan zat reaktif lain. Zat-zat tersebut dapat bereaksi dan merusak berbagai sel dan jaringan, termasuk
jaringan endotelium pembuluh darah.
Proses tersebut sama pada berbagai iskemi jaringan. Namun, jaringan otak sangat rentan terhadap
proses tersebut karena sel otak tidak memiliki cadangan nutrisi yang banyak dan sangat tergantung
pada respirasi aerob. Selain mengakibatkan kerusakan sel otak, iskemi dan infark dapat merusak
struktur dari jaringan otak, sawar darah otak, dan pembuluh darah melalui pelepasan matrix
metalloprotease yang merupakan enzim yang tergantung pada zinc dan kalsium yang dapat
menghancurkan kolagen, asam hialuronat, dan berbagai elemen dari jaringan konektif. Adanya zat-zat
yang bisa menghancurkan jaringan sangat berbahaya bagi sawar darah otak. Sawar darah otak yang
rusak bisa mengalami kebocoran sehingga molekul ukuran besar seperti albumin dapat masuk ke dalam
otak. Albumin dapat menarik air ke jaringan otak dari pembuluh darah melalui osmosis yang disebut
juga vasogenic edema. Edema ini akan menyebabkan kerusakan otak lebih lanjut melalui tekanan pada
jaringan otak. Zat lain yang muncul saat terjadi iskemi adalah radikal bebas yang juga berbahaya bagi sel.
Sistem imun juga akan teraktifasi oleh infark serebral dan dapat memperparah cedera yang disebabkan
infark.
Deb P, Sharma S, Hassan KM. "Pathophysiologic mechanisms of acute ischemic stroke: An overview with
emphasis on therapeutic significance beyond thrombolysis". Pathophysiology. January 12, 2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20074922
http://www.ninds.nih.gov/disorders/stroke/detail_stroke.htm
Background
Stroke is characterized by the sudden loss of blood circulation to an area of the brain, resulting in
a corresponding loss of neurologic function. Also previously called cerebrovascular accident
(CVA) or stroke syndrome, stroke is a nonspecific term encompassing a heterogeneous group of
pathophysiologic causes.
Broadly, however, strokes are classified as either hemorrhagic or ischemic. Acute ischemic
stroke refers to stroke caused by thrombosis or embolism and is more common than hemorrhagic
stroke. (Prior literature indicated that only 8-18% of strokes are hemorrhagic, but a retrospective
review from a stroke center found that 40.9% of 757 strokes included in the study were
hemorrhagic.[1] )
Based on the system of categorizing stroke developed in the multicenter Trial of Org 10172 in
Acute Stroke Treatment (TOAST), ischemic strokes may be divided into the following 3 major
subtypes[2] :
Large artery infarction: Thrombotic strokes are caused by in situ occlusions on atherosclerotic
lesions in the carotid, vertebrobasilar, and cerebral arteries, typically proximal to major
branches.
Small-vessel, or lacunar, infarction
Cardioembolic infarction: Cardiogenic emboli are a common source of recurrent stroke. They
may account for up to 20% of acute strokes and have been reported to have the highest 1-
month mortality. (See Pathophysiology.)
The National Institute of Neurologic Disorders and Stroke (NINDS) recombinant tissue-type
plasminogen activator (rt-PA) stroke study group first reported that the early administration of rt-
PA benefited carefully selected patients with acute ischemic stroke.[3] The trial’s outcome led to
the long-standing goal of t-PA administration within a 3-hour window for a patient deemed
likely to benefit from thrombolytic intervention. Encouraged by this breakthrough study and the
subsequent approval by the US Food and Drug Administration (FDA) of the use of t-PA in acute
ischemic stroke, many medical professionals now consider acute ischemic stroke to be a medical
emergency that may be amenable to treatment.
Thrombolytic therapy administered between 3 and 4.5 hours after the onset of symptoms was
found to be efficacious in improving neurologic outcomes in the European Cooperative Acute
Stroke Study III (ECASS III), suggesting a wider time window for the administration of
thrombolytics.[4] Based on this and other data, in May 2009, the American Heart Association and
the American Stroke Association guidelines for the administration of rt-PA were revised to
expand the treatment window from 3 to 4.5 hours.[5] This indication has not yet been FDA
approved.
Understanding of the pathophysiology, clinical presentation, and evaluation of the stroke patient
is essential, as is knowledge of the therapeutic armamentarium currently available to treat acute
ischemic stroke, which includes supportive care, treatment of neurologic complications,
antiplatelet therapy, glycemic control, blood pressure control, prevention of hyperthermia, and
thrombolytic therapy. (See Treatment and Management.) See the images below.
Anatomy
The brain is the most metabolically active organ in the body. While representing only 2% of the
body's mass, it requires 15-20% of the total resting cardiac output to provide the necessary
glucose and oxygen for its metabolism.
Knowledge of cerebrovascular arterial anatomy and the territories supplied by each is useful in
determining which vessels are involved in acute stroke. Atypical patterns that do not conform to
a vascular distribution may indicate a diagnosis other than ischemic stroke, such as venous
infarction.
Arterial distributions
The cerebral hemispheres are supplied by 3 paired major arteries, specifically, the anterior,
middle, and posterior cerebral arteries.
The anterior and middle cerebral arteries carry the anterior circulation and arise from the
supraclinoid internal carotid arteries. The anterior cerebral artery (ACA) supplies the medial
portion of the frontal and parietal lobes and anterior portions of basal ganglia and anterior
internal capsule. The middle cerebral artery (MCA) supplies the lateral portions of the frontal
and parietal lobes, as well as the anterior and lateral portions of the temporal lobes, and gives rise
to perforating branches to the globus pallidus, putamen and internal capsule.
The posterior cerebral arteries arise from the basilar artery and carry the posterior circulation.
The posterior cerebral artery (PCA) gives rise to perforating branches that supply the thalami and
brainstem and the cortical branches to the posterior and medial temporal lobes and occipital
lobes. The cerebellar hemispheres are supplied inferiorly by the posterior inferior cerebellar
artery (PICA) arising from the vertebral artery, superiorly by the superior cerebellar artery, and
anterolaterally by the anterior inferior cerebellar artery (AICA) from the basilar artery.
The cerebral vasculature is seen in the images below. The images after Table 1 demonstrate
cerebral artery infarction.
Frontal view of a cerebral angiogram with selective injection of the left internal
carotid artery illustrates the anterior circulation. The anterior cerebral artery consists of the A1 segment
proximal to the anterior communicating artery with the A2 segment distal to it. The MCA can be divided
into 4 segments: the M1 (horizontal segment) extends to the limen insulae and gives off lateral
lenticulostriate branches, the M2 (insular segment), M3 (opercular branches) and M4 (distal cortical
Anterior Cerebral Artery Cortical branches: medial frontal and parietal lobe
Middle Cerebral Artery Cortical branches: lateral frontal and parietal lobes lateral and anterior
temporal lobe
Anterior Choroidal Artery Optic tracts, medial temporal lobe, ventrolateral thalamus, corona
radiata, posterior limb of the internal capsule
Posterior Circulation
(Vertebrobasilar)
Posterior Cerebral Artery Cortical branches: occipital lobes, medial and posterior temporal and
parietal lobes
Pathophysiology
Acute ischemic strokes are the result of vascular occlusion secondary to thromboembolic disease
(see Etiology). Ischemia results in cell hypoxia and depletion of cellular adenosine triphosphate
(ATP). Without ATP, energy failure results in an inability to maintain ionic gradients across the
cell membrane and cell depolarization. With an influx of sodium and calcium ions and passive
inflow of water into the cell, cytotoxic edema results.[6, 7, 8]
An acute vascular occlusion produces heterogeneous regions of ischemia in the affected vascular
territory. The quantity of local blood flow is made up of any residual flow in the major arterial
source and the collateral supply, if any.
Regions of the brain with CBF lower than 10 mL/100g of tissue/min are referred to collectively
as the core, and these cells are presumed to die within minutes of stroke onset.
Zones of decreased or marginal perfusion (CBF < 25 mL/100g of tissue/min) are collectively
called the ischemic penumbra. Tissue in the penumbra can remain viable for several hours
because of marginal tissue perfusion.
Ischemic cascade
On the cellular level, the ischemic neuron becomes depolarized as ATP is depleted and
membrane ion-transport systems fail. The resulting influx of calcium leads to the release of a
number of neurotransmitters, including large quantities of glutamate, which in turn activates N -
methyl-D-aspartate (NMDA) and other excitatory receptors on other neurons. These neurons
then become depolarized, causing further calcium influx, further glutamate release, and local
amplification of the initial ischemic insult. This massive calcium influx also activates various
degradative enzymes, leading to the destruction of the cell membrane and other essential
neuronal structures.[9]
Free radicals, arachidonic acid, and nitric oxide are generated by this process, which leads to
further neuronal damage.
Ischemia also directly results in dysfunction of the cerebral vasculature, with breakdown of the
blood-brain barrier occurring within 4-6 hours after infarction. Following the barrier’s
breakdown, proteins and water flood into the extracellular space, leading to vasogenic edema.
Vasogenic edema produces greater levels of brain swelling and mass effect that peaks at 3-5 days
and resolves over the next several weeks with resorption of water and proteins.[10, 11]
Within hours to days after a stroke, specific genes are activated, leading to the formation of
cytokines and other factors that, in turn, cause further inflammation and microcirculatory
compromise.[9] Ultimately, the ischemic penumbra is consumed by these progressive insults,
coalescing with the infarcted core, often within hours of the onset of the stroke.
Infarction results in the death of astrocytes as well as the supporting oligodendroglia and
microglia cells. The infarcted tissue eventually undergoes liquefaction necrosis and is removed
by macrophages with the development of parenchymal volume loss. A well-circumscribed region
of cerebrospinal fluid–like low density is eventually seen, consisting of encephalomalacia and
cystic change. The evolution of these chronic changes may be seen in the weeks to months
following the infarction.
Although significant cerebral edema can occur after anterior circulation ischemic stroke, it is
thought to be somewhat rare (10-20%).[18] Edema and herniation are the most common causes of
early death in patients with hemispheric stroke.
Seizures occur in 2-23% of patients within the first days after stroke.[18] A fraction of patients
who have experienced stroke develop chronic seizure disorders.
Etiology
Ischemic strokes result from events that limit or stop blood flow, such as extracranial or
intracranial thrombosis embolism, thrombosis in situ, or relative hypoperfusion. As blood flow
decreases, neurons cease functioning, and irreversible neuronal ischemia and injury begin at
blood flow rates of less than 18 mL/100 g of tissue/min.
Risk factors
Risk factors for ischemic stroke include modifiable and nonmodifiable etiologies. Identification
of risk factors in each patient can uncover clues to the cause of the stroke and the most
appropriate treatment and secondary prevention plan.
Age
Race
Sex
Ethnicity
History of migraine headaches
Sickle cell disease
Fibromuscular dysplasia
Heredity
Among the types of cardiac disease that increase stroke risk are atrial fibrillation, valvular
disease, mitral stenosis, and structural anomalies allowing right-to-left shunting, such as a patent
foramen ovale and atrial and ventricular enlargement.
TIA can result from the aforementioned mechanisms of stroke. Data suggest that roughly 10% of
patients with TIA suffer stroke within 90 days and half of these patients suffer stroke within 2
days.[20, 21]
Evidence continues to accumulate to suggest important roles for inflammation and genetic
factors in the process of atherosclerosis and, specifically, in stroke. According to the current
paradigm, atherosclerosis is not a bland cholesterol storage disease, as previously thought, but a
dynamic, chronic, inflammatory condition caused by a response to endothelial injury. Traditional
risk factors, such as oxidized low-density lipoprotein (LDL) and smoking, contribute to this
injury. It has been suggested, however, that infections may also contribute to endothelial injury
and atherosclerosis.
Host genetic factors, moreover, may modify the response to these environmental challenges,
although inherited risk for stroke is likely multigenic. Even so, specific single-gene disorders
with stroke as a component of the phenotype demonstrate the potency of genetics in determining
stroke risk.
For more information, see Genetic and Inflammatory Mechanisms in Stroke. In addition,
complete information on the following metabolic disease and stroke can be found in the main
articles:
Flow disturbances
Stroke symptoms can result from inadequate cerebral blood flow due to decreased blood pressure
(and specifically, decreased cerebral perfusion pressure) or as a result of hematologic
hyperviscosity due to sickle cell disease or other hematologic illnesses, such as multiple
myeloma and polycythemia vera. In these instances, cerebral injury may occur in the presence of
damage to other organ systems.
Large-artery occlusion
Lacunar strokes
Lacunar strokes represent 13-20% of all ischemic strokes. They occur when the penetrating
branches of the MCA, the lenticulostriate arteries, or the penetrating branches of the circle of
Willis, vertebral artery, or basilar artery become occluded. (See the image below.)
Microatheroma
Lipohyalinosis
Fibrinoid necrosis secondary to hypertension or vasculitis
Hyaline arteriosclerosis
Amyloid angiopathy
Embolic strokes
Valvular thrombi (eg, in mitral stenosis or endocarditis or from use of a prosthetic valve)
Mural thrombi (eg, in myocardial infarction [MI], atrial fibrillation [AF], dilated cardiomyopathy,
or severe congestive heart failure [CHF])
Atrial myxoma
MI is associated with a 2-3% incidence of embolic strokes, of which 85% occur in the first
month after MI.[22] Embolic strokes tend to have a sudden onset, and neuroimaging may
demonstrate previous infarcts in several vascular territories or calcific emboli.
Risk factors include atrial fibrillation and recent cardiac surgery. Cardioembolic strokes may be
isolated, multiple and in a single hemisphere, or scattered and bilateral; the latter 2 types indicate
multiple vascular distributions and are more specific for cardioembolism. Multiple and bilateral
infarcts can be the result of embolic showers or recurrent emboli. Other possibilities for single
and bilateral hemispheric infarctions include emboli originating from the aortic arch and diffuse
thrombotic or inflammatory processes that can lead to multiple small-vessel occlusions.[23, 24]
(See the image below.)
Thrombotic strokes
Thrombogenic factors may include injury to and loss of endothelial cells, exposing the
subendothelium, and platelet activation by the subendothelium, activation of the clotting cascade,
inhibition of fibrinolysis, and blood stasis. Thrombotic strokes are generally thought to originate
on ruptured atherosclerotic plaques. Arterial stenosis can cause turbulent blood flow, which can
increase the risk for thrombus formation, atherosclerosis (ie, ulcerated plaques), and platelet
adherence; all cause the formation of blood clots that either embolize or occlude the artery.
Intracranial atherosclerosis may be the cause in patients with widespread atherosclerosis. In other
patients, especially younger patients, other causes should be considered, including the
following[25, 6] :
Hypercoagulable states (eg, antiphospholipid antibodies, protein C deficiency, protein S
deficiency, pregnancy)
Watershed infarcts
Vascular watershed, or border-zone, infarctions occur at the most distal areas between arterial
territories. They are believed to be secondary to embolic phenomenon or due to severe
hypoperfusion, such as in carotid occlusion or prolonged hypotension.[26, 27, 28]
Stroke is the leading cause of disability and the third leading cause of death in the United
States.[29]
More than 700,000 persons per year suffer a first-time stroke in the United States, with 20% of
these individuals dying within the first year after the stroke. If current trends continue, this
number is projected to reach 1 million per year by the year 2050.[30]
In the United States, blacks have an age-adjusted risk of death from stroke that is 1.49 times that
of whites.[31]
Hispanics have a lower overall incidence of stroke than whites and blacks but more frequent
lacunar strokes and stroke at an earlier age.
Men are at higher risk for stroke than women; white males have a stroke incidence of 62.8 per
100,000, with death being the final outcome in 26.3% of cases, while women have a stroke
incidence of 59 per 100,000 and a death rate of 39.2%.
Although stroke often is considered a disease of elderly persons, one third of strokes occur in
persons younger than 65 years.[30] Risk of stroke increases with age, especially in patients older
than 64 years, in whom 75% of all strokes occur.
Prognosis
The prognosis after acute ischemic stroke varies greatly, depending on the stroke severity and on
the patient’s premorbid condition, age, and poststroke complications.[2]
In the Framingham and Rochester stroke studies, the overall mortality rate at 30 days after stroke
was 28%, the mortality rate at 30 days after ischemic stroke was 19%, and the 1-year survival
rate for patients with ischemic stroke was 77%.
In the United States, 20% of individuals die within the first year after a first-time stroke, as
previously mentioned.
Cardiogenic emboli are associated with the highest 1-month mortality in patients with acute
stroke.
In stroke survivors from the Framingham Heart Study, 31% needed help caring for themselves,
20% needed help when walking, and 71% had impaired vocational capacity in long-term follow-
up.
The presence of CT scan evidence of infarction early in presentation has been associated with
poor outcome and with an increased propensity for hemorrhagic transformation after
thrombolytics.[3, 32, 33]
Acute ischemic stroke has been associated with acute cardiac dysfunction and arrhythmia, which
then correlate with worse functional outcome and morbidity at 3 months.
Data suggest that severe hyperglycemia is independently associated with poor outcome and
reduced reperfusion in thrombolysis, as well as extension of the infarcted territory.[34, 35, 36]
To see complete information on Motor Recovery in Stroke, please go to the main article by
clicking here.