Disetujui Oleh :
Diketahui Oleh :
(Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS) (Ns. Jack Amidos Pardede, S.Kep, Sp.KJ)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalh kelompok sebagaimana mestinya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pembimbing yang memberikan bimbingan dan
masukan dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami ingin berterima kasih kepada
Direktur Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi
Sumatra Utara yang telah memperkenankan kami praktik di RSJ Prof. Dr.
MUHAMMAD ILDREM Medan Provinsi Sumatra Utara . Adapun yang terdapat dalam
makalh ini mengenai sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan sosial dan
bertujuan untuk melatih kognitif pasien.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalh ini masih ada
kekurangan, maka dengan kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan kedepannya dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................ 2
1. Tujuan Umum........................................................................... 2
2. Tujuan Khusus........................................................................... 3
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 3
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 43
A. Pengkajian...................................................................................... 43
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 44
C. Perencanaan................................................................................... 44
D. Pelaksanaan.................................................................................... 45
E. Evaluasi.......................................................................................... 46
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 47
A. Kesimpulan.................................................................................... 47
B. Saran.............................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan perilaku dan
koping individu efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Johnsons, 1997 dalam Videback 2008). Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana
seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya (UU Kesehatan Jiwa, 2014).
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13% dari
penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25%
di tahun 2030. Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 0,46 %,
dengan kata lain dari 1000 penduduk Indonesia empat sampai lima diantaranya
menderita gangguan jiwa berat. Kondisi diatas mengambarkan prevalensi
masalah kesehatan jiwa baik gangguan jiwa ringan sampai berat cukup tinggi
dan membutuhkan penanganan yang serius serta berkesinambungan. Salah satu
gangguan jiwa berat yang dialami oleh klien adalah skizofrenia (Nyumirah, S.,
2013)
Studi yang dilakukan oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 1995 di
beberapa Negara menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang yang
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa sebesar 8,1 %. Angka ini jauh lebih
tinggi dari pada dampak yang disebabkan penyakit tuberculosis(7,2%),
kanker(5,8%), penyakit jantung (4,4%) maupun malaria (2,6%). Namun pada
kenyataannya berdasarkan data Riskesdas 2007, ternyata terdapat sekitar 13.000-
24.000 orang penderita gangguan jiwa di Indonesia yang diabaikan oleh
keluarganya. Sedangkan di Jawa Tengah berdasarkan data dari Kabupaten/Kota
sampai dengan Juni 2011 tercatat 3 tidak kurang 200 orang penderita gangguan
1
jiwa tidak dibawa ke RSJ. Hasil penghitungan data jumlah pasien pada tahun
2010 di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang dengan rumus jumlah
diagnosa / jumlah gangguan jiwa x 100% (jumlah gangguan jiwa: 3914). Pasien
yang mengalami perilaku kekerasan sebanyak 1534 jiwa atau sekitar 39,2%,
pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi sebanyak 1606 jiwa atau
sekitar 41%, pasien yang mengalami isolasi sosial : menarik diri sebanyak 457
jiwa atau sekitar 11,7%, pasien yang mengalami waham sebanyak 111 jiwa atau
sekitar 2,8%, pasien yang mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah
yaitu sebanyak 82 jiwa atau sekitar 2,1%, kemudian pasien yang mengalami
depresi sebanyak 662 jiwa atau sekitar 16,9%, pasien yang ingin melakukan
percobaan bunuh diri sebanyak 116 jiwa atau sekitar 2,3%, pasien yang sudah
pulang dan kambuh lagi ada 4452 jiwa atau sekitar 11,5%, pasien skizofrenia
sendiri ada 3912 jiwa atau sekitar 99,99%, kemudian jumlah pasien laki-laki
sekitar 2357 jiwa, sedangkan pasien yang perempuan sebanyak 1557 jiwa
(Arfian, 2010).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan dan fenomena diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: bagaimana asuhan keperawatan pada Tn.D
dengan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial : Menarik Diri
C. Tujuan
1. Tujuan umum :
Untuk memberikan gambaran nyata tentang pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan masalah utama Isolasi Sosial : Menarik Diri.
2. Tujuan khusus :
a. Menggambarkan hasil pengkajian keperawatan pada Tn.D dengan
Isolasi Sosial : Menarik Diri
b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial
: Menarik Diri
c. Dapat menyusun perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah
Isolasi Sosial : Menarik Diri pada Tn. D
2
d. Mendiskripsikan implementasi pada pasien dengan Dapat mengevaluasi
tindakan keperawatan yang dilakukan dengan Isolasi Sosial : Menarik
Diri
e. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn.D dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Responden
Hasil penulisan ini dapat digunakan untuk penderita agar mempercepat
penyembuhan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan atau kebijaksanaan untuk mengatasi masalah-masalah
yang berkaitan dengan kejiwaan khususnya dalam memberikan tindakan
pada pasien dengan Isolasi Sosial : Menarik Diri
3. Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan khususnya
tentang asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan Isolasi Sosial :
Menarik Diri
4. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada pasien Isolasi
Sosial : Menarik Diri
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Ruang Lingkup, Tujuan
Penulisan dan Sistematika Penulisan
BAB II : Landasan Teoritis, meliputi:
1. Teori medis yaitu defenisi, jenis-jenis halusinasi, rentang
respon dan penatalaksanaannya
2. Teori keperawatan yaitu data Pengkajian, Diagnosa
Keperawatan, Perencanaan Keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus meliputi : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Rencana Keperawatan, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
BAB IV : Pembahasan tentang : Faktor Penghambat Dan Penunjang Serta
Kesenjangan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan
3
Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan (Implementasi) Dan
Evaluasi.
BAB V : Penutup meliputi : Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFENISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Klien mungkin merasa di tolak, tidak di terima, kesepian dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yosep, 2011).
Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami, atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat dalam aktivitas
bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya (Lynda Juall C., 2009).
Isolasi sosial adalah keadaan seorang induividu yang mengalami penurunan atau
4
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain. pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Budi Keliat Anna, dkk., 2011).
B. ETIOLOGI
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu
tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis,
putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa
tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi
dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan
kegiatan sehari-hari terabaikan (Ade Herman S.D.,2011 ).
C. MANISFESTASI KLINIS
1) Kurang spontan
2) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3) Ekspresi wajah kurang berseri
4) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
5) Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
6) Mengisolasi diri
7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
8) Asupan makanan dan minuman terganggu
9) Retensi urin dan feses
10) Aktifitas menurun
11) Kurang energi (tenaga)
12) Rendah diri
13) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
5
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi
sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan.
Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi
D. RENTANG RESPON
Pattern of Ineffective coping Lack of Stessor Internal
parenting (Pola (Koping Individu Development task and External
Asuh) Tidak Efektif) (Gangguan Tugas (Stres Internal
Perkembangan) dan Eksternal)
6
menyebabkan keluarga menarik diri dariketergantungan padadengan orang
mengeluarkan lingkungan, terlaluorang tua, rendahnyaterdekat, hilangnya
komentar-komentar tingginya self idealketahanan terhadappekerjaan atau orang
negatif, merendahkan, dan tidak mampuberbagai kegagalan. yang dicintai.
menyalahkan anak. menerima realitas
dengan rasa syukur.
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma,
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini
adalah sikap yang termasuk respon adaptif.
1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah terjadi di lingkungan sosialnya
2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,
pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama
lain.
4. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon maladaptif
7
Respon maladaptif adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan
kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif :
1. Menarik diri, merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu
sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
4. Curiga, seseorang yang mengembangkan rasa curiga terhadap orang lain.
(Stuart dan Sundeen, 1998).
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada klien dengan isolasi sosial adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak
tergolongkan maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan
dimana arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2
elektrode yang ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan
kanan). Arus tersebut menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung
25-30 detik dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya di
otak menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a) Depresi mayor
Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada
perhatian lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat
badan yang berlebihan dan adanya ide bunuh diri yang
menetap.
Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan
respon membaik pada ECT.
Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan
antidepresan atau klien tidak dapat menerima antidepresan.
b) Maniak
8
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain
atau terapi lain berbahaya bagi klien.
c) Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi
bermanfaat pada skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam
melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang (Dalami,
dkk., 2009).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama (Keliat, 2004)
Tujuan : Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta
mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004)
9
c. Prinsip Perawatan Isolasi Sosial
1. Psikoterapeutik
a) Bina hubungan saling percaya :
1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada
waktu interaksi dan tujuan.
2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk
menunjukan penghargaan yang tulus.
3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak
akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan
10
b) Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
c) Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan
hubungan dengan pasien.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Isolasi Sosial Menarik Diri
G. FOKUS INTERVENSI
Pasien
SP 1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang
lain
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang - bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP 2
SP 3
11
SP 4
Keluarga
SP 1
SP 2
SP 3
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. D
Tanggal Pengkajian : 23 September 2015
Umur : 34 Tahun
MR No : 02.47.67
Informan : Klien dan Status Klien
Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang lalu dan sudah 2 kali
dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun 2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga
setelah dirumah klentidak dikontrol ke rsj dan juga tdk terarut mengkomsumsi
obat sehingga klen kambuh lagi dirumah lalu klien kembali lagi dirawat dan
sampai sekarang ini klien masih berada di RSJ
13
Klien pernah dituduh mencuri sepeda motor dilingkungannya sehingga klien
di amuk massa (dicemoohkan lingkungannya)
Masalah Keperawatan : Koping Individu Inefektif
Harga diri rendah
IV. FISIK
1. Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg, N : 96 x/I, S : 37 0 C, P : 20 x/i
2. Ukur :
TB : 163 cm, BB : 45 Kg
3. Keluhan Fisik : Klien tidak memiliki keluhan fisik
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
: Satu Rumah
: Laki – Laki
: Wanita
: Klien
14
Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa klien merupakan anak ke
4 dari 8 bersaudara, tidak ada riwayat keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai keseluruhan bagian tubuhnya.
b. Identitas Diri : Klien anak ke 4 dari 8 bersaudara.
c. Peran : Klien tidak memiliki peran dan ingin cepat
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : Keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Selama di Rumah
sakit Klien tidak pernah mengikuti kegiatan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien tidak mau
berhubungan dengan orang lain dan tidak mau bergaul dengan teman –
temannya sekamar maupun selingkungannya dan sering menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial :Menarik Diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.
15
4. Alam perasaan : Klien tampak sedih karena berada di Rumah Sakit Jiwa
dan berpisah dengan keluarga.
5. Afek : Saat diwawancara klien menunjukkan ekspresi
wajah
datar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
6. Interaksi Selama Wawancara : Klien tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang, memalingkan wajah kearah lain, sering menunduk.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
7. Persepsi : Klien pernah mendengar suara suara tidak jelas dan sesekali
mau senyum-senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Resiko halusinasi Pendengaran.
8. Proses Pikir : Baik. Karena klien dapat berbicara dengan perawat sesuai
dengan topik pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
9. Isi Pikir : Tidak dijumpai pada klien isi pikir (waham).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
10. Tingkat Kesadaran : Composmentis (sadar)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
11. Memori : Masih baik. klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu hingga
sekarang, dan dapat menceritakannya kepada perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
14. Daya tilik diri : Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.
16
Transportasi :
Tempat tinggal :
Uang :
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah.
b. Nutrisi
- Klien puas dengan pola makanannya.
- Klien tidak mau makan bersama teman-temannya lebih suka mengasingkan
diri.
- Frekuensi makan : 3x sehari.
- Nafsu makan : biasa.
- Berat badan : 50 kg.
- Tinggi badan : 160 cm.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
c. Tidur
- Klien mengatakan tidak ada masalah dalam tidurnya.
- Klien merasa tenang saat bangun tidur.
- Klien mengatakan selalu tidur siang.
- Waktu tidur malam kurang lebih 8 jam.
- Waktu bangun pukul 6 pagi.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
17
Keluarga : Mendukung kesembuhan klien.
Profesionalisme/terapis : Melakukan terapi kepada klien berkolaborasi dengan
tim medis.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
18
2. Resiko halusinasi.
3. Harga Diri Rendah
4. Klien melakukan eliminasi BAB/BAK secara mandiri
5. Klien mandi 2x sehari secara mandiri
6. Klien berpakaian secara mandiri dan rapi
7. Klien memiliki pola tidur siang dimulai dari jam 13.30- 14.30 WIB dan pada
malam hari klien memiliki pola tidur jam 22.00-06.00 WIB. Kualitas tidur
klien terganggu karena klien sering terbangun pada malam hari.
8. Klien mengkonsumsi obat dengan oleh perawat
9. Klien masih memerlukan perawatan lanjutan dan perawatan pendukung
untuk proses pemulihan klien
10. Klien menjaga kebresihan tempat tidur dan lingkungan sekitar.
11. Klien tidak memiliki kegiatan di luar rumah karena klien dalam proses
perawatan.
Data Subjek:
Klien tidak mau berhubungan
dengan orang lain dan tidak mau
bergaul dengan teman – temannya. Isolasi sosial : Menarik Diri
sehingga klien tampak menyendiri
Data Objektif:
Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
19
Klien tampak sedih
Klien suka melamun
Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
Resiko Tinggi : Halusinasi
mendengar suara suara.
Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum
Data Subjektif:
Klien merasa tidak berarti
Harga diri rendah
dikeluarga terlebih di
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya
Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat
20
Regiment Isolasi Sosial : Menarik Diri
21
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA
22
dengan perawat. dengan orang lain
3. Klien dapat Tanyakan pada klien kenapa tidak ingin bergabung dengan
Klien dapat menyebutkan 2 dari teman-temannya
mengenal perasaan 3 manfaat
3. Anjurkan pasien bersosialisasi dengan teman-teman nya
yang menyebabkan berhubungan dengan Anjurkan klien untuk bercakap-cakap dengan teman
perilaku menarik orang lain. temannya
diri. Bawa klien untuk berkenalan dengan temannya
4. Klien dapat
menyebutkan cara
Klien dapat 4. Jelaskan pada pasien keuntungan bersosialisasi dengan teman-
berhubungan dengan
mengetahui teman nya
orang lain. Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman
keuntungan
berhubungan dan bergaul akrab dengan mereka
Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan
dengan orang lain.
Klien dapat tidak bergaul dengan orang lain.
berhubungan
23-9- dengan orang lain
2015 secara SP II
bertahap 1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimilikinya dan
23
Klien dapat Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
menjadwalkan kegiatan
kegiatan yang telah di latih.
yang dilakukannya. Beri pujian atas kegiatan yang di latih
Beri pujian atas aktifitas yang dapat di lakukan klien setiap
2. Klien dapat
berinteraksi dengan 2. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
orang lain berkenalan dengan satu orang
3. Klien dapat Berikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara
berhubungan berkenalan dengan satu orang
Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
dengan orang lain
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
25-9- secara bertahap
Jelaskan cara berkenalan dengan orang lain.
2015 Bila klien sudah menunjukkan kemajuan tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua orang atau lebih
Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
24
Tujuan Umum: dilakukan oleh klien.
Beri dorongan agar klien tetap semangat meningkatkkan
Klien dapat
interaksinya.
berhubungan dengan
orang lain dan
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang - bincang
lingkungan sehingga
dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
pasien tidak menarik
05-9- Bantu pasien memasukkan kegiatan berbincang- bincang
diri.
2015 dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian
Tujuan Khusus :
SP III
4. Klien dapat
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
melakukan kegiatan Diskusikan dengan klien kemampuan ketiga yang
yang terjadwal
5. Klien dapat dimilikinya
Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
berinteraksi dengan
orang lain kegiatan yang telah di latih.
Klien dapat Beri pujian atas kegiatan yang di latih
Beri pujian atas aktifitas yang dapat di lakukan klien setiap
berhubungan
dengan orang lain hari. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi
secara bertahap dan perubahan setiap aktivitas.
Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan hari
25
Tujuan Umum:
2. Memberikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan orang
Klien dapat
atau lebih
berhubungan dengan
Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua
orang lain dan
orang atau lebih di depan perawat
lingkungan sehingga
pasien tidak menarik
diri.
Tujuan Khusus :
SP IV:
Klien dapat
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
melakukan kegiatan Beri kesempatan kepada klien untuk memperagakan
yang terjadwal
kegiatan yang telah di latih.
Klien dapat
Beri pujian atas kegiatan yang di latih
mengetahui prinsip Berikan kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua
5 benar dalam
orang atau lebih
meminum obat 2. Jelaskan kegunaan obat.
Beri penjelasan mengenai obat yang diminum setiap hari
seperti nama obat, kegunaan obat dan efek samping obat
26
4. Anjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Latih klien dengan yang sudah dipilih klien sesuai dengan
kemampuan klien dan klien dapat menjadwalkan kegiatan
yang sudah dilatih.
27
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN
28
pertemuan selanjutnya.
P:
29
dengan temannya
Membawa klien untuk berkenalan
dengan teman-temannya satu
ruangan
30
untuk berbagi dan saling tolong
menolong.
RTL :
31
5oktober Pukul 11.00 S: Senang
2015, Jam
Sp 2 isolasi sosial :
10.00
WIB 1. Mengevaluasi jadwal kegitatan O :
pasien
Mendiskusikan dengan klien Klien mampu melakuan latihan bercakap-
cakap dengan orang lain
kemampuan yang Klien mampu melakukan kegiatan
dimilikinya dan disukainya berbincang - bincang dengan orang lain.
Memberi kesempatan kepada
kegiatan hari
2. Memberikan kesempatan
kepada pasien mempraktekkan
cara berkenalan dengan satu
orang
Memberikan kesempatan
kepada pasien
mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu
37
orang
Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang- bincang
dengan orang lain sebagai
salah satu kegiatan harian
Mengajari klien cara
berkenalan dengan orang
lain.
Mengajari klien sambil
membawanya untuk
berkenalan lebih dari 2
orang
Memberi pujian pada klien
karena sudah berkenalan
dan berinteraksi pada orang
lain lebih dari 2 orang.
Menyuruh klien supaya
bersemangat untuk
berbincang-bincang dengan
oarang lain
3. Membantu pasien
memasukkan kegiatan
berbincang - bincang dengan
orang lain sebagai salah satu
kegiatan harian
Menulis dan memasukkan
kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan
harian klien
38
RTL : Sp 3 isolasi sosial :
Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
39
yang dikerjakannya sudah (mengepel), 1 x1 hari
Latihan Minum obat secara teratur dengan
bagus
prinsip 5 Benar
Memberikan kesempatan
lebih
Menganjurkan klien
40
setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh
klien.
Memberi dorongan agar
klien tetap semangat
meningkatkkan
interaksinya.
3. Menganjurkan klien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
41
SP IV : S : Senang
42
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn.D dengan dengan Isolasi
Sosial : Menarik Diri di ruang Pusuk Buhit RSJD PROVSU, maka penulis pada BAB
ini akan membahasan kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
A. Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan keperawatan
dengan pemberian terapi generalis pada klien isolasi sosial. Pembahasan
menyangkut analisis hasil penerapan terapi generalis terhadap masalah keperawatan
isolasi sosial . Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis
keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan sebagai berikut.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang mengunjungi pasien di rumah
sakit jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien.
43
sosial. Selain itu terdapat faktor predisposisi maupun presipitasi yang menyebabkan
kekambuhan penyakit yang dialami oleh Tn.D.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus tetapi tidak terdapat pada teori
adalah isolasi sosial: menarik diri. Diagnosa isolasi sosial: menarik diri dijumpai
pada kasus karena klien kurang kooperatif dan klien terkadang memalingkan wajah
dan sering menunduk. merasa malu saat diwawancarai. Diagnosa gangguan konsep
diri: harga diri rendah dijumpai pada kasus karena klien merasa tidak berarti
dikeluarga dan dilingkungan tempat tinggalnya semenjak suaminya pergi merantau
dan tidak pernah pulang dan tidak pernah menafkahinya, klien tampak sedih dan
malu karena penyakitnya.
C. Tahap perencanaan
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan
sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal mungkin dan didukung
dengan tersedianya sarana ruangan perawat yang baik dan adanya bimbingan dan
petunjuk dari petugas kesehatan dari rumah sakit jiwa yang diberikan kepada
kelompok.
44
- Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
- Menjelaskan cara menjaga kebersihan diir
- Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
- Menjelaskan cara makan yang baik
- Menjelaskan cara eliminasi (BAB/BAK) yang baik
- Menjelaskan cara berdandan
D. Tahap Implementasi
Pada setiap diagnosa keperawatan, tahap implementasi baik antara tinjauan teoritis
dan tinjauan kasus tidak ada kesenjangan. Implementasi merupakan perwujudan dari
perencanaan yang merupakan serangkaian tindakan, disini perawat menjelaskan
rencana tindakan untuk diagnosa keperawatan : deficit perawatn diri. Dari setiap
diagnosa keperawatan implementasi yang dilakukan sebagai berikut, membina
hubungan saling percaya, menjelaskan pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara
menjaga kebersihan diri, membantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri, menjelaskan cara makan yang baik, menjelaskan cara eliminasi
(BAB/BAK) yang baik, menjelaskan cara berdandan. Untuk melakukan implementsi
pada keluarga, pada tahap-tahap diagnosa tidak dapat dilaksanakan karena penulis
tidak pernah berjumpa dengan keluarga klien (keluarga tidak pernah berkunjung).
E. Tahap evaluasi
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga dengan menjadikan
status klien sebagai sumber informasi yang dapat mendukung data-data
pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat mengunakan komunikasi
terapeutik serta membina hubungan saling percaya antara perawat-klien. Pada
kasus Tn.D, diperoleh bahwa klien sering menyendiri,tidak mau berkomunikasi
dengan orang lain , murung, kadang-kadang berbicara sendiri, tertawa sendiri
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.D sebanyak 5 yang meliputi:
Halusinasi pendengaran, isolasi sosial, koping individu inefektif, regimen terapi
inefektif, harga diri rendah. Tetapi pada pelaksanaannya, penulis fokus pada
masalah utama yaitu halusinasi pendengaran.
3. Perencanaan dan implementasi keperawatan disesuaikan dengan strategi
pertemuan pada pasien isolasi sosial.
4. Evaluasi diperoleh bahwa terjadi peningkatan kemampuan klien dalam
mengendalikan isolasi sosial yang dialami serta dampak pada penurunan gejala
isolasi sosial yang dialami.
B. Saran
1. Bagi Perawat
46
Diharapkan dapat meenrapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi
pertemuan 1-3 pada klien dengan isolasi sosial sehingga dapat mempercepat
proses pemulihan klien
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Jenny, dkk.(2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. USU Press : Medan, 65-80.
Kusumawati, Farida. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Salemba Medika : Jakarta
\
LAMPIRAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
LATAR BELAKANG
Terapi aktivitas kelompok ( TAK) adalah upaya untuk memfasilitasi kemampuan
sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Manusia adalah makhluk sosial yang harus membina hubungan interpersonal yang
positif untuk mencapai kegiatan positif. Hubungan interpersonal yang sehat terjadi jika
individu yang terlihat di dalamnya saling merasakan berdekatan, sementara identitas
pribadi masih tetap dipertahankan. Membina perasaan saling tergantung yang
merupakan keseimbangan ketergantungan dan kemandirian .
Kelompok dalam perkumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang
lain, sering bergantungn dan mempunyai norma yang sama. Kelompok mungkin datang
dari berbagai latar belakang dengan keadaan yang berbeda. kelompok berfungsi tempat
berbagai pengalaman dan sering menjadi tempat persatuan satu sama lain, untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
1. Topik
Isolasi sosial
2. Tujuan
Tujuan Umum
Melatih klien untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya.
Tujuan Khusus
a. Mampu berkonsentrasi dengan permainan yang diberikan
b. Mampu mengikuti kegiatan yang diberikan dengan tepat waktu
c. Mampu melaksanakan kegiatan sesuai dengan intruksi yang diberikan
d. Melatih kesabaran klien.
3. Kriteria hasil
Klien kooperatif
Klien mampu berinteraksi dengan yang lain.
Klien mampu mengendalikan perasaannya
6. Pengorganisasian
Waktu dan Tempat
Tanggal : 9 september 2015
Hari : kamis
Jam : 10.00 wib
Tempat : perpustakaan
Team Therapy
1. Leader : Widya Rosintan
Tugas :
Menyusun Rencana TAK
Membuka dan memulai permainan
Mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan
Menjelaskan topic dan lamanya kegiatan
Memimpin pelaksanaan TAK
Mengantisipasi masalah yang mungkin timbul
Memotivasi anggota selama TAK berlangsung
3. Observer :
1. Eliza putri
Tugas :
Mengikuti jalanya kegiatan selama TAK
Mengobservasi respon selama kegiatan berlangsung
Mengatur jalannya kegiatan
Mencatat semua kasus yang terjadi dan melaporkan
Mengumumkan pemenang TAK
4. Fasilitator :
1. Dwi Rahayu
2. Fitriani Br Ginting
3. Dedi Susanto Gultom
4. Hasma Warni Diva
Tugas :
Menyediakan alat yang digunakan
Memberikan dukungan kepada klien
Mengantisipasi klien dalam kegiatan TAK
Membantu kelompok dalam berperan aktif dalam TAK
Membantu menghidupkan music
Mengikuti jalannya permainan.
7. Langkah-Langkah Kegiatan
a) Tahap persiapan
Mengingatkan kontrak dengan klien yang akan mengikuti TAK
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b) Tahap Orientasi
1. Salam Traupetik
Leader membuka acara dengan memberi salam kepada pembimbing
Leader memperkenalkan diri dan meminta anggota atau tim untuk
memperkenalkan diri.
Memberi kesempatan pada peserta atau klien untuk memperkenalkan
diri masing-masing.
2. Penjelasan tujuan dan aturan main
Leader menjelaskan topic, waktu dan tujuan kegiatan
Leader atau co leader menanyakan apakah klien sudah siap
mengikuti TAK
Leader atau co leader menanyakan kepada klien apakah ada yang
kurang jelas.
Leader atau co leader menjelaskan antara kegiatan yang diperagakan
fasilitator
Observer menjelaskanpenilaian.
c) Tahap Kerja
Fasilitator mempersiapkan klien di area permainan membagi menjadi 3
kelompok
Fasilitator rmempersiapkan alat permainan berupa speaker , laptop , huruf-
huruf dan music.
Fasilitator mempraktekkan cara menyusun kata/ huruf- huruf yang benar
Leader mempersiapkan untuk memulai kegiatan dengan memberikan aba-
aba satu, dua, tiga
Observer menilai ketepatan waktu, mengamati dan memperhatikan jalanya
kegiatan.
Fasilitator mengantisipasi klien
Leader dan co leader mengamati dan memperhatikan kegiatan agar
berjalan dengan lancar
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk menceritakan
pengalamanya.
Observer mengumumkan pemenang dan memberi hadiah .
d) Tahap terminasi
Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi kesempatan pada klien/peserta untuk mengungkapkan isi hatinya
selama mengikuti TAK
Memberikan pujian atas kehadirannya.
Leader mengumumkan hal-hal yang penting selama kegiatan berlangsung.
Leader menutup kegitan saat melakukan TAK
e) Kriteria Penilaian
1. Hal-hal yang dinilai
Kekompakan kelompok
Ketepatan kata-kata
Ketepatan jawab pertanyaan
Ketepatan gerakan dari pertanyaan yang diajukan
2. Hadiah
Diberikan kepada peserta TAK
3. Peserta TAK
Terdiri dari 1 kelompok 5 orang
Kelompok 1
1. ..
2. ..
Kelompok 2
1. ..
2. ..
Kelompok 3
1. ..
2. ..
Juara
Juara I
Juara II
Juara III
SETTING
Fasilitato fasilitato
r r
pasien pasien
leader Co
leader
pasien pasien
observ
er
Aniaya seksual :
Penolakan :
Kekerasan dalam-
keluarga :
Tindakan kriminal :
Jelaskan : Gangguan jiwa ini sudah dialami klien sejak 4 tahun yang
lalu dan sudah 2 kali dirawat di RSJ terakhir di rawat tahun
2014 lalu di bawa pulang oleh keluarga setelah dirumah
klientidak dikontrol ke RSJ dan juga tidak teratur
mengkonsumsi obat sehingga klien kambuh lagi dirumah,
lalu klien kembali lagi dirawat dan sampai sekarang ini
klien masih berada di RSJ.
Masalah Keperawatan : Regiment terapeutik inefektif.
Koping keluarga inefektif.
XXIII. PSIKOSOSIAL
9. Genogram
Keterangan :
: Klien
Jelaskan : Berdasarkan genogram di atas, dapat dilihat bahwa orangtua klien
sudah meninggal, klien merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara, tidak ada
riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
12. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien menganut agam islam. Klien yakin akan
agamanya.
b. Kegiatan ibadah : Klien sekali-kali mau sholat diruangan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
XXIV. STATUS MENTAL
11. Penampilan : Klien mampu mengenakan pakaian dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
12. Pembicaraan : Klien masih dapat berbicara dengan baik sesuai dengan
topik yang dibicarakan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
13. Aktivitas motorik : Klien melakukan aktifitas sehari-hari dengan baik.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
14. Alam perasaan : Klien tampak sedih karena berada di Rumah Sakit Jiwa dan
berpisah dengan keluarga.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
15. Afek : Saat diwawancara klien menunjukkan ekspresi wajahdatar.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
16. Interaksi SelamaWawancara :Klien tampak kurang kooperatif, kontak mata
kurang, memalingkan wajah kearah lain, sering menunduk.
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial : Menarik Diri.
17. Persepsi : Klien pernah mendengar suara suara tidak jelas dan sesekali mau
senyum-senyum sendiri.
Masalah keperawatan : Resiko Tinggi Halusinasi Pendengaran.
18. Proses Pikir :Baik. Karena klien dapatberbicara dengan perawat sesuai dengan
topik pembicaraan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
19. Isi Pikir :Tidak dijumpai pada klien isi pikir (waham).
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
20. Tingkat Kesadaran : Composmentis (sadar)
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
21. Memori :Masih baik. klien masih dapat mengingat kejadian masa lalu hingga
sekarang, dan dapat menceritakannya kepada perawat.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
22. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien masih dapat berhitung dengan
hitungan sederhana tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah.
23. Kemampuan Penilaian : Klien mampu mengambil keputusan bila diberi pilihan
baik dan buruk.
Masalah keperawtaan : Tidak ada masalah.
24. Daya tilikdiri :Klien menyadari bahwa dia sedang sakit dan sedang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa.
Masalah keperawatan : Tidak ada Masalah.
Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan Minimal Bantuan total
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
Maladaptif
- Minum alkohol : Dulu pasien minum tuak.
- Reaksi lambat/berlebihan : Pasien bereaksi lambat.
- Bekerja berlebihan : Tidak terlalu kooperatif.
- Menghindar : Klien selalu menghindar dari teman-temannya.
- Menciderai diri : Klien menciderai dirinya.
Jelaskan :Klien masih ingin berbicara dengan orang lain walaupun tidak sering.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah.
Data Subjek:
Klien tidak mau berhubungan
Isolasi sosial : Menarik Diri
dengan orang lain dan tidak mau
bergaul dengan teman – temannya.
sehingga klien tampak menyendiri
Data Objektif:
Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
Klien tampak sedih
Klien suka melamun
Data Subjek:
- Klien mengatakan pernah sekali
Resiko Tinggi: Halusinasi
mendengar suara suara.
Data Objektif:
- Klien tampak menyendiri saat
berada diruangan
- Klien suka melamun
- klin terlihat mau sekali-sekali
senyum
Data Subjektif:
Klien merasa tidak berarti
Harga diri rendah
dikeluarga terlebih di
lingkungannya karena dicemooh
karena dituduh mencuri sepeda
motor di lingkungannya
Data Objektif:
Klien menunduk saat menjawab
pertanyaann perawat