Anda di halaman 1dari 16

TASAWUF DAN MODERNITAS

(Mengikis Kesalahpahaman Masyarakat Awam Terhadap Tasawuf)

Muh. Gitosaroso

ABSTRAK

Sampai sejauh ini, masih banyak orang yang salah dalam memahami tasawuf.
Kesalahpahaman itu berakibat buruk bagi citra tasawuf di masyarakat. Artikel ini
mencoba mengetengahkan tentang fakta bahwa tasawuf tidak seperti yang dipikirkan
oleh sementara orang secara negatif. Tasawuf adalah dimensi esoterik dalam Islam. Ia
lahir dari tiga pilar ke-Islam-an melalui sisi Ihsan. Bertasawuf, berarti berupaya
mewujudkan al-Ihsan, “Beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya; ketika tidak
bisa, maka yakin bahwa Allah melihat kita”. Sementara itu modernitas bukan hanya
menunjuk pada suatu periode, melainkan juga suatu bentuk kesadaran yang terkait
dengan kebaruan (Inggris: Newness), karena itu istilah perubahan, kemajuan, revolusi,
pertumbuhan dan lain-lain adalah istilah-istilah kunci kesadaran modern. Melalui
kesadaran spiritual, tasawuf berhasil menyelesaikan berbagai persoalan spiritual
masyarakat, sedangkan modernitas mampu menyelesaikan persoalan materialnya.
Kedua istilah ini (tasawuf dan modernitas), merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, saling membutuhkan dan saling melengkapi, bukannya saling bertentangan.
Oleh karena itu, kesalah-pahaman itu harus segera dikikis habis di era yang terus
berubah ini.

Kata Kunci: Tasawuf, Modernitas dan Salah-Paham

A. Pendahuluan dengan kehidupan yang penuh dengan


kemiskinan, kumuh dan jauh dari
Tidak sedikit orang yang salah
kemapanan finansial1. Ringkasnya,
faham terhadap tasawuf. Sebagian
orang mengindentikkan tasawuf dengan
1
Hal ini terjadi ketika orang awam melihat bahwa
orang-orang yang hidupnya anti dunia, para Sufi (baca: Penganut Tarekat), banyak
anti kekayaan bendawi, anti komunitas menghabiskan waktunya untuk berdzikir dan
berdiam diri di padepokan atau di rumah, seolah
sosial, dan lain sebagainya. Sementara hanya dengan berdzikir rezeki akan datang
dengan sendirinya meski tanpa harus bekerja
lainnya, bahkan ada pula yang lebih keras. Atau ketika melihat para pencari
ekstrim, yaitu ketika tasawuf didekatkan ketenangan jiwa yang berbondong-bondong
pergi ke sebuah masjid untuk tinggal dan

﴾ 106 ﴿
tasawuf dipandang sebagai “ancaman” kental dalam kehidupan mereka. Pada
bagi gaya hidup (life style) modern yang zaman Rasulullah SAW hidup, semua
saat ini digandrungi mayoritas orang menjadi shufi, yaitu keluar dari
masyarakat. Tasawuf dikira sebagai budi perangai yang tercela dan masuk
suatu kehidupan yang tidak boleh ke dalam budi perangai yang terpuji.
mengikuti perkembangan zaman, miskin, Baik Nabi dan sahabatnya yang
terasing, dan beribadah tanpa henti berempat atau yang beribu-ribu itu
(seperti Puasa, Shalat, Dzikir dan semuanya berakhlak tinggi, berbudi
sebagainya dalam waktu dan porsi yang mulia, sanggup menderita lapar dan
tidak terbatas). Sehubungan dengan haus, dan jika mereka beroleh kekayaan,
salah pemahaman seperti di atas, maka tidaklah kekayaan itu lekat ke dalam
banyak orang awam yang anti terhadap hatinya sehingga melukakan hati itu jika
2
tasawuf . terpisah3. Selanjutnya istilah sufi dikenal
Pemahaman tersebut tentu saja luas setelah abad ke-3 Hijriyah. Istilah ini
pemahaman yang keliru. Tasawuf dikenal sejak Abu Hasyim al-Kufi al-Sufi
memang tidak ada sejak awal Islam di (w. 250 H), dengan meletakkan nama
masa Rasulullah SAW dan para ‘Al-Sufi’ di belakang namanya. Meskipun
Sahabat, akan tetapi praktik sufistik telah sudah banyak orang yang ahli di
bidangnya, seperti pemikiran Zuhud,
berdiam diri beberapa hari di sana. Mereka
menganggap seperti itulah ajaran tasawuf. Atau Khauf, Raja’, Mahabbah dan Wara’ dan
mereka membaca sejarah, bahwa sebagian besar
para sufi terkemuka harus meregang nyawa di
Tawakkal, namun dialah yang digelari al-
tiang gantungan, bahkan dibakar hidup-hidup Sufi4.
(seperti kisah Suhrawardi dan Hamzah Fansuri).
Suhrawardi meninggal atas kekejaman fitnah Jika dilihat dalam lembaran
para Fuqaha dalam rezim Salahuddin al-Ayubi
sejarah, ada banyak sufi yang bergerak
(1191 M). Lihat: Henry Corbin, Imajinasi
Kreatif Sufisme Ibn Arabi (Yogyakarta: LKiS, membela Islam dengan Pedang dan
2002), hlm. 19.
2
Terutama di era modern seperti sekarang ini, Pena, seperti pengikut Tarekat
semakin banyak orang yang salah dalam
Naqsyabandiyah, Syamil Daghestani,
memahami tasawuf. Banyak yang berpendapat
bahwa tasawuf bertentangan dengan ajaran yang berjuang melawan pasukan Rusia
Islam dan tidak ada dasarnya dalam syari’at,
baik al-Qur’an maupun Sunnah. Sebab lain di Kaukasia pada abad kesembilan
adalah munculnya sufi gadungan (pseudo-sufi), belas; Sayyid Abdullah al-Somali
yang mengingkari keberadaan syari’at dan
membuat aturan-aturan sendiri serta mengklaim
memiliki otoritas agung yang ahistoris dan tak
3
berakar pada pendahulu manapun. Syeikh Hamka, Tasauf Modern (Jakarta:Pustaka
Muhammad Hisyam Kabbani, Ensiklopedia Panjimas,1990), hlm. 15.
4
Akidah Ahlusunah: Tasawuf dan Ihsan, M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: Sufisme
Antivirus Kebatilan dan Kezaliman (Jakarta: PT dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21
Serambi Semesta, 2007), hlm. 21. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 7.

﴾ 107 ﴿
(Shahiliyah) yang memimpin umat Islam B. Memahami Ajaran Tasawuf
melawan pasukan Inggris dan Italia di
Tasawuf atau Sufisme adalah
Somalia (1899-1920); Usman ibn Fodi
salah satu cabang keilmuan dalam
(Qadiriyah ) yang memimpin jihad di
Islam, yang secara keilmuan merupakan
Nigeria Utara (1804-1808); Abdul Qadir
hasil kebudayaan Islam yang lahir
al-Jazairi (Qadiriyah) melawan Prancis
kemudian sepeninggal Rasulullah SAW.
(1832-1847); Haji Muhammad al-Ahrasy
Jika dilihat dari akar pemikirannya, maka
(Darqawiyah) berperang melawan
tasawuf berasal dari konsep Ihsan. Ihsan
pasukan Prancis di Mesir; Haji Umar Tall
sendiri merupakan semua tingkah laku
(Tijaniyah) di Senegal, dan lain
Muslim, baik tindakan lahir maupun
sebagainya hingga revolusi kebudayaan
batin, dalam ibadah maupun muamalah.
di Cina. Ini menunjukkan bahwa tasawuf
Ihsan adalah jiwa atau roh dari Iman dan
sama sekali tidak mendorong manusia
Islam6.
untuk berdiam diri, melarikan diri dari
Secara ringkas tasawuf adalah
dunia, dan merintangi kemajuan
suatu norma, aturan, dan ilmu
masyarakat, tetapi jusru mendorong
bagaimana orang bisa mendidik jiwa dan
nilai-nilai sosial serta pengkajian agama
hatinya untuk bisa berakhlakul karimah,
dan ilmu serta tak kenal lelah melawan
beribadah, dan selalu mendekatkan diri
ketidak adilan sosial5.
kepada Allah serta selalu mencari ridha-
Persoalannya kemudian adalah
Nya. Oleh karena itu tasawuf adalah
bagaimana memahamkan dan
jalan yang harus ditempuh oleh setiap
mengamalkan tasawuf, terutama pada
individu yang ingin mencari keselamatan
zaman modern yang banyak tantangan
hidup di dunia dan akhirat, baik oleh
dan tuntutan? Oleh karena itu
orang-orang yang hidup di masa lalu,
pembahasan tentang tasawuf dan
masa kini maupun yang akan datang.
modernitas sangat perlu dan menarik
untuk dibahas, agar pembaca tidak salah
1. Pengertian Tasawuf
faham lagi dan alergi dengan tasawuf.
Secara etimologi, terdapat
Selain itu, pembahasan ini dapat
sejumlah kata atau istilah yang
dijadikan solusi dalam menghadapi
berkenaan dengan tasawuf yaitu ahlu
problematika hidup di abad ini.
suffah (sekelompok orang di masa
Rasulullah SAW yang hidupnya banyak
5 6
Syeikh Muhammad Hisyam Kabbani, M. Amin Syukur, Tasawuf Sosial (Yogyakarta:
Ensiklopedia Akidah…, hlm. 20. Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 3-5.

﴾ 108 ﴿
berdiam di serambi-serambi masjid), langsung pada Tuhan). Kejernihan batin
shafa (bersih atau suci), shaf (barisan (safa al-qalb) merupakan sarana,
shalat) dan shuf (bulu domba atau wool). sedang musyahadah merupakan derajat
Kata-kata tersebut bisa-bisa saja makrifatullah yang tertinggi11. Tasawuf
dihubungkan dengan tasawuf7. Ada juga adalah jalan untuk memasuki pintu Allah
yang mengatakan bahwa kata tasawuf dengan mengikhlaskan
berasal dari kata Sovia yang artinya ubudiyah/pengabdian hanya semata-
kebijaksanaan, Sufanah yaitu sejenis mata untuk Allah yang tiada sekutu bagi-
buah-buahan kecil dan berbulu yang Nya12. Tasawuf ialah sebuah tuntunan
banyak tumbuh di tanah Arab yang yang dapat menyampaikan manusia
mencerminkan pakaian kaum sufi yang kepada makrifatullah, dengan tariqah
sederhana8. yang sebaik-baiknya dan akhlak yang
Secara terminology, menurut seindah-indahnya13. Tasawuf disebut
Muhammad Amin Al-Kurdy tasawuf ilmu isyarah, karena kesaksian hati
adalah suatu ilmu yang dengannya (musyahadah) dan pengungkapan
14
dapat diketahui hal-ihwal kebaikan dan rahasia (mukasyafah) .
keburukan jiwa, cara membersihkannya Dengan demikian, dapat
dari sifat-sifat yang buruk dan dimaknai bahwa tasawuf adalah norma
mengisinya dengan sifat-sifat yang atau aturan agar orang berakhlak mulia,
terpuji, cara melakukan suluk, memerangi nafsu syahwat,
melangkah menuju keridhaan Allah dan membersihkan dan mempertinggi rohani
meninggalkan larangan-Nya menuju dalam rangka mendekatkan diri kepada
kepada perintah-Nya9. Tasawuf ialah Allah dan mencari ridha-Nya. Tasawuf
usaha mengisi hati dengan hanya ingat adalah jalan yang mesti ditempuh siapa
kepada Allah yang merupakan landasan saja yang ingin mencari keselamatan
lahirnya ajaran al-hub atau cinta Illahi10. hidup di dunia dan akhirat, baik orang-
Tasawuf merupakan safa (kejernihan
11
batin) dan musyahadah (persaksian Ibn Taimiyah, Pemberontakan Tasawuf,
(Surabaya: JP. Book, 2007), hlm. 229.
12
Abdul Halim Mahmud, Hal Ihwal Tasawuf,
7
M. Sholihin dan Rosihon Anwar, Kamus (Terjemah Al-Munqidz min al-
Tasawuf (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Dhalal/Penyelamat dari Kesesatan, T.Tp: Daru
hlm. 208-209. al-Ilhya’, tth), hlm. 13.
8 13
Rosihon Anwar, AkhlakTasawuf (Bandung: Abu Bakar Aceh, Pengantar Sejarah Sufi dan
PustakaSetia, 2010), hlm. 143. Tasawuf, (Semarang: Ramadhani, 1984), hlm.
9
Mustofa, AkhlakTasawuf …, hlm. 203. 36.
10 14
A.Rivay Siregar,Tasawuf dari Sufisme Klasik Abdu Al-Tawwab Abdul Hadi, Lambang-
ke Neo-Sufisme (Jakarta: Raja Grafindo lambang Sufi dalam Al-Qur’an, (Bandung:
Persada, 1999), hlm. 34 Pustaka, 1995), hlm. 2.

﴾ 109 ﴿
orang yang hidup masa lalu, kini maupun b. Pemenuhan fana16 dalam realitas
yang akan datang. Tapi yang menjadi mutlak. Maksudnya orang yang
persoalan adalah bagaimana bertasawuf bisa menfana’kan/
mengamalkan tasawuf tersebut, menghilangkan sifat-sifat buruk dalam
terutama pada zaman modern sekarang dirinya dan tertanam sifat-sifat
yang banyak memiliki tantangan dan keilahian sehingga terwujud sikap
tuntutan sesuai dengan kebutuhan ihsan dalam kehidupan;
zaman? c. Pengetahuan intuitif langsung17.
Ketika orang bertasawuf telah mampu
2. Ciri, Tujuan dan Faedah Tasawuf mengendalikan nafsu yang jelek
menuju nafsu yang diridhai Allah
Sebelum sampai pada
bagaimana mengamalkan tasawuf,
terlebih dahulu harus dipahami telah dilakukan secara kontinyu atau terus-
menerus sehingga mentradisi dalam kehidupan
mengenai ciri umum tasawuf, sehingga seseorang. Perbuatan itu adalah perbuatan yang
tidak menjadikan kesalahan dalam mulia. Abudin Nata, Akhlak,…, hlm. 10.
16
Fana’ dalam tasawuf diartikan sebagai keadaan
memahami apa dan bagaimana ajaran moral yang luhur. Hilangnya semua keinginan
hawa nafsu seseorang, tidak ada pamrih dari
tasawuf itu. Berikut ini adalah ciri-ciri
segala perbuatannya, sehingga ia kehilangan
umum tasawuf yang sebenarnya dalam segala perasaannya dan dapat membedakan
segala sesuatu secara sadar, dan hilangnya
Islam: segala kepentingan ketika melakukan sesuatu.
Hilangnya sifat-sifat tercela dan tetap
a. Memiliki nilai-nilai moral. Artinya
terpeliharanya sifat-sifat terpuji. Fana’ terbagi
bahwa dalam bertasawuf harus ada menjadi tiga derajat, yaitu: (1) Transpormasi
moral jiwa melalui pelenyapan hawa nafsu; (2)
peningkatan moralitas, maksudnya Abstraksi mental dari semua objek persepsi,
siapapun yang menekuni tasawuf pikiran, tindakan dan perasaan melalui
konsentrasi pada pemikiran akan Tuhan,
berefek pada Akhlaqul Karimah15; khususnya sifat-sifat-Nya; dan, (3) Berhentinya
semua pemikiran sadar kecuali kesadaran itu
sendiri (fana’ al-Fana’). M. Solihin dan Rosihon
15
Akhlaq adalah ilmu yang berisi pembahasan Anwar, Kamus Tasawuf (Bandung: Pustaka
dalam upaya mengenal tingkah laku manusia, Rosda Karya, 2002), hlm. 46-47.
17
kemudian memberikan nilai atau hukum kepada Menurut Ibnu Arabi, pengetahuan intuitif atau
perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk. Lihat: pengetahun esoteric adalah jenis pengetahuan
Abudin Nata, Akhlak,…, hlm. 8. Akhlak adalah yang paling penting, sekaligus merupakan inti
tabiat atau sifat seseorang, keadaan jiwa yang filsafat mistis. Lihat: Elmansyah Al-Haramain,
telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut Paradigma Peradaban Tasawuf: Sebuah
benar-benar telah melekat sifat sifat yang Pemaparan Awal (Pontianak: STAIN Pontianak
melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah Press, 2014), hlm. 145. Pengetahuan ini sering
dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan- disebut sebagai pengetahuan Ladunni, atau
angan lagi. Ahmad Mustofa, Akhlak Tasawuf pengetahuan yang dipancarkan langsung oleh
(Bandung: Pustaka Setia, 2014), hlm. 15. Tuhan ke lubuk hati manusia tanpa melalui
Dengan demikian, akhlaq karimah adalah belajar atau argumentasi-argumentasi ilmiah.
perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan M. Solihin dan Rosihon Anwar, Kamus, …,
kemauan sebenarnya, mendarah-daging dan hlm. 91.

﴾ 110 ﴿
maka hidupnya akan mendapatkan
bimbingan dari Allah. Berdasarkan ciri umum tasawuf
d. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai di atas, dapat dipahami bahwa tasawuf
karunia Allah SWT. Sebagai akibat itu jelas tidak bertentangan dengan
orang yang hidupnya bertasawuf akan ajaran Islam, jauh dari kesesatan,
selalu dalam bimbingan Allah apalagi menghambat modernitas yang
sehingga terjauh dari dosa dan sedang berkembang. Tasawuf
kesalahan maka hidup dalam merupakan sisi esoterik dalam Islam
18
kebahagiaan . yang mengajarkan cara untuk
e. Penggunaan simbol-simbol mendekatkan diri kepada Allah SWT,
pengungkapan yang biasa dengan memperbaiki akhlak, menjauhi
mengandung pengertian harfiah dan sifat-sifat buruk, mengendalikan nafsu,
tersirat. Tidak menutup kemungkinan dan mencari ridho Allah SWT.
ketika seseorang betul-betul Cara-cara tersebut diajarkan
melakukan tasawuf dan diperoleh sedemikian rupa dalam tasawuf agar
rasa kedekatan dengan Allah akan seseorang yang berjalan di dalamnya
muncul rasa penyatuan dengan sang dapat meraih tujuan utamanya. Tujuan
Khalik. Sehingga pengalaman utama tasawuf dapat diuraikan sebagai
spiritualnya jika diungkapkan dengan berikut: a) Menyelamatkan diri dari
bahasa lisan atau tulisan muncul akidah syirik dan bathil; b) Melepaskan
simbol-simbol pengungkapan. Maka diri (takhalli) dari penyakit- penyakit hati.
berhati-hatilah dalam membahasakan Pertama, penyakit hati yang tidak
dan memahaminya19. dirasakan oleh pemiliknya secara
langsung yaitu penyakit kebodohan,
18
Kebahagiaan merupakan tujuan kehidupan syubhat dan keraguan. Ini adalah
manusia. Menurut Ibnu Miskawaih, kebaikan
adalah tujuan antara, sedangkan kebahagiaan penyakit yang paling berbahaya. Kedua,
adalah tujuan akhir. Kebaikan pada hakikatnya
penyakit hati yang secara langsung
ada yang mulia, ada yang terpuji dan ada yang
bermanfaat. Kebaikan yang dapat mengangkat dapat dirasakan seperti rasa cemas,
martabat (kemuliaan) adalah hikmah
(kebijaksanaan), kebaikan yang terpuji adalah
aktifitas yang baik dan terpuji, dan kebaikan nasip yang tragis. Misalnya, Suhrawardi Al-
yang bermanfaat adalah sesuatu yang menjadi Maqtul harus meregang nyawa di tiang
sarana, bukan hakikatnya, yaitu kaya, pangkat, gantungan akibat desakan para fuqoha. Amroeni
dan sebagainya. M. Amin Syukur, Study Akhlak Drajat, Kritik Falsafah Peripatetik (Yogyakarta:
(Semarang: Lembaga Bimbingan dan LKiS, 2005), hlm. 37. Hamzah Fansuri, Al-
Konsultasi Tasawuf/Lembkota, 2010), hlm. 45- Hallaj, Al-Jili, bahkan di Indonesia terdengar
46. kabar Syeikh Siti Jenar. Semuanya harus harus
19
Persoalan inilah yang sering muncul di dihukum karena ungkapan-ungkapan mereka
kalangan sufi, sehingga ia harus mengalami yang cenderung syatahiyat.

﴾ 111 ﴿
gelisah, sedih dan amarah. Penyakit – pangkal yang mulia. Menurut Abudin
penyakit seperti itu kadang kala dapat Nata, maqamat adalah jalan panjang
disembuhkan dengan obat – obatan yang harus ditempuh oleh seorang sufi
alamiah20; c) Menghiasi diri (tahalli) untuk meraih posisi sedekat-dekatnya
dengan akhlak Islami; d) Menggapai dengan Allah SWT21. Maqam adalah
derajat ihsan dalam ibadah (tajalli); e) beragam mu’amalat (interaksi) dan
Menstabilkan akidah shuhbah ilahiyah mujahadah (perjuangan batin) yang
(persahabatan ketuhanan); dan, f) dilakukan oleh seorang hamba di
Menggapai kekuatan iman yang dulu sepanjang waktunya. Jika seorang sufi
pernah dimiliki sahabat Nabi SAW, menjalankan salah satu dari maqam itu,
menjalankan ilmu-ilmu syariat dan maka itulah maqamnya, sehingga ia
meniupkan ruh kehidupan yang Islami. berpindah ke maqam yang lebih tinggi22.
Ketika seseorang benar-benar Setiap ulama sufi berbeda dalam urutan
mempelajari, memahami dan maqam yang ditetapkannya, misalnya
mengamalkan tasawuf, maka akan Muhammad al-Kalabadzi, maqamat
diperoleh faedah yang luar biasa dalam diurutkan sebagai berikut: Taubat,
dirinya. Adapun faedah-faedahnya Taqwa, Tawakkal, Ridha, Mahabbah dan
antara lain: 1) Membersihkan hati dalam Makrifah. Sedangkan Abu Nasr Saraj al-
berhubungan dengan Tuhan; 2) Thusi, menyebutkan maqamat sebagai:
Membersihkan diri dari pengaruh materi; Taubat, Wara’, Zuhud, Faqir, Sabar,
3) Menerangi jiwa dari kegelapan; 4) Tawakal dan Ridha. Lain lagi dengan al-
Memperteguh dan menyuburkan Imam Al-Ghazali, ia mengurutkan
keyakinan beragama; dan, 5) maqamat sebagai: Taubat, Sabar, Faqir,
Mempertinggi akhlak. Zuhud, Tawakal, Makrifat dan Ridha23.
Terlepas dari urutan mana yang
3. Inti Ajaran Tasawuf paling benar atau sering digunakan oleh
para sufi, yang terpenting adalah bahwa
Inti ajaran tasawuf terletak pada
maqamat merupakan inti ajaran tasawuf.
dua istilah penting dalam terminologi
Praktik riyadhah berupa maqamat inilah
tasawuf, yaitu: Maqamat dan Ahwal.
Maqamat adalah jama’ dari maqam, 21
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 193.
yang berarti tempat orang berdiri atau 22
Abdul Fatah, Tasawuf: Antara Al-Ghazali dan
Ibnu Taimiyah (Jakarta: Khalifah, 2005), hlm.
108.
20 23
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Nasruddin, Historisitas dan Normatifitas
Permukniaannya (Jakarta: Pustaka Panjimas, Tasawuf (Jakarta: Aksi Media, 2008), hlm. 63-
1984), hlm. 112. 64.

﴾ 112 ﴿
yang menjadi ciri khas para sufi yang Jika ditilik dari sejarah, maka
sedang menjalani kehidupan tasawuf. tidak dapat dipungkiri bahwa pada awal
Melalui praktik ini pula, para sufi akan munculnya gerakan tasawuf, para ulama
memperoleh ahwal (suatu keadaan memang mencoba menarik diri dari hal-
sebagai pemberian Tuhan), sebagai hal duniawi: politik, ekonomi, bahkan
bagian dari tanda kedekatan diri dengan sosial dan budaya, akibat situasi dan
Tuhan-nya. Belumlah dianggap sufi kondisi yang sangat tidak
seseorang, ketika ia belum menjalani memungkinkan. Oleh karena itu,
maqamat dan memperoleh ahwal. kehidupan para ulama sufi pada
umumnya dalam kesederhanaan,
4. Sebab-sebab Anti Tasawuf banyak menghabiskan waktu untuk
beribadah, dan terlihat selalu asyik
Ada banyak sebab orang salah
dengan zikirnya yang panjang, seolah
paham terhadap tasawuf, sehingga
tanpa peduli dengan sekitar25.
memunculkan pemahaman negatif dan
Barangkali karena persoalan
anti terhadap sufisme. Menurut M. Amin
kenyataan sejarah itulah, yang membuat
Syukur, pandangan negatif terhadap
masyarakat awam menjadi berfikiran
tasawuf disebabkan oleh adanya
negatif terhadap tasawuf, karena yang
pemahaman ulama klasik, bahwa yang
dilihat hanya permukaannya saja. Jika
namanya tasawuf adalah
digabungkan dengan pandangan-
mengisolasikan diri dari keramaian
pandangan modern terhadap tasawuf,
dunia, termasuk di dalamnya masalah
maka dapat disimpulkan bahwa
harta, pangkat atau jabatan.
Pemahaman ini didorong oleh faktor
25
pemahaman sepihak terhadap nash Gerakan tasawuf (baca: Zuhud) muncul pada
masa Islam dalam kondisi yang sangat
yang cenderung mendeskreditkan dunia. memprihatinkan di masa kekhalifahan Bani
Selain itu, situasi dan kondisi pada saat Umayyah (Yazid: 61-64 H atau 680-683 M), di
mana Yazid dikenal sebagai khalifah yang tidak
munculnya gerakan tasawuf – sekitar mempedulikan ajaran-ajaran agama, jauh dari
teladan Rasulullah SAW. Karenanya, para
abad II-III Hijriyah – menuntut para ulama mengambil jalan protes dengan cara
ulama klasik menarik diri dari keramaian menyerukan masyarakat untuk hidup zuhud,
sederhana, saleh, dan tidak tenggelam dalam
dunia24. buaian hawa nafsu. Salah satunya adalah Abu
Dzar al-Ghifari. Sebelumnya, sudah ada
gerakan yang sama yang dilakukan oleh
kelompok Tawwabin, dipimpin oleh Mukhtar
bin Ubaid al-Tsaqafi (terbunuh tahun 68 H).
24
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf: Sufisme Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam Jilid V
dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21 (Jakarta: PT Ichtiar Baru - Van Hoeve, 2003),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. v. hlm. 81-82.

﴾ 113 ﴿
pandangan negatif anti tasawuf bendawi itu dimasuki oleh Allah SWT
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: ketika hilang sifat kebendaannya.
a. Adanya Penggunaan Istilah-istilah Doktrin ini sangat dalam, tidak mudah
Tasawuf Tidak pada Tempatnya.
mengungkapkannya dengan kata-
Tasawuf memiliki khazanah kata, kecuali sesorang itu
terminologi yang kaya, dalam dan mengalaminya sendiri. Demikian juga
penuh makna. Beberapa terminologi dengan pemahaman atas Nur
tasawuf yang acap menjadi polemik Muhammadi dan Wahdat al-Adyan.
antara hulul, wahdat al-wujud, nur Selain itu, istilah-istilah dalam tasawuf
muhammadi, mukasyafah, dan lain kelihatan mudah diucapkan, akan
sebagainya. Istilah ini memiliki tetapi sulit untuk dilakukan.
pengertian filsafati yang sangat Karenanya, penggunaan istilah-istilah
mendalam, tidak bisa hanya dipahami tasawuf yang tidak pada tempatnya,
sekilas, misalnya istilah hulul: lalu akan melahirkan ekses negatif
dipahami bahwa Allah merasuki terhadap tasawuf itu sendiri.
tubuh-tubuh manusia tertentu,
kemudian bersemayam di dalamnya. b. Adanya Oknum yang mengafiliasikan
diri pada tasawuf padahal bukan.
Itu artinya menyamakan Tuhan
sebagai makhluk, sehingga wajar Saat ini banyak orang yang
dianggap sesat. nampaknya terafiliasi ke dalam ajaran
Doktrin hulul memang muncul tasawuf tertentu, akan tetapi mereka
dari pemahaman Abu Mansyur al- tidak menjalani kehidupan tasawuf
Hallaj, sebagaimana Nur Muhammadi secara baik dan benar. Kasus-kasus
dan Wahdat al-Adyan. Hulul berarti penyimpangan ajaran tasawuf,
mengisi/menempati, di sini Allah SWT terutama dalam aliran-aliran tarekat
mengisi/menempati tubuh manusia tertentu yang mengaku memiliki garis
yang telah hilang sifat kesufian yang jelas, akan tetapi
kemanusiaannya melalui proses sesungguhnya tidak lebih dari
fana’. Jadi, ketika manusia telah sekedar ilmu kebatinan yang
mampu menghilangkan sifat cenderung menyesatkan. Oknum
kemanusiaannya, sebagaimana seperti ini, biasanya memang pernah
manusia terdiri dari 2 unsur (jasmani berafiliasi ke aliran tarekat tertentu,
dan ruhani), jasmani bersifat bendawi, namun keluar dari aliran tersebut dan
ruhani bersifat ilahi, maka tubuh yang membentuk aliran tersendiri.

﴾ 114 ﴿
Umumnya karena motif ekonomi dan ditanya tentang dirinya, malah
nafsu duniawi yang dengan menjawab dirinya adalah Tuhan.
banyaknya pengikut, berharap Mirip seperti seorang pemuda
memperoleh keuntungan finansial. yang tengah jatuh cinta, ketika
Terkadang ajarannya aneh dan ditanya tentang kekasihnya, ia
sangat jauh dari tasawuf. menjawab bahwa dirinya dan
Karena ajarannya kekasihnya adalah satu, “Dia adalah
menyimpang dan diketahui oleh Aku dan Aku adalah Dia”. Jika melihat
khalayak, maka nama tasawuf tasawuf dari sudut pandang
menjadi tercemar. Itulah sebabnya syatahiyat semacam ini, tentu akan
mengapa kemudian muncul lembaga- melahirkan pandangan-pandangan
lembaga yang mengurusi masalah yang berbeda, aneh, di luar akal
tarekat, misalnya: JATMAN (Jama’ah sehat dan menyesatkan. Itulah
Ahli Thariqah Mu’tabarah Al- sebabnya, jika hanya melihat tasawuf
Nahdliyah) dan JATMI (Jama’ah Ahli dari ungkapan syatahat, maka akan
Thariqah Mu’tabarah Indonesia). terlihat bahwa tasawuf itu berlebihan
Lembaga ini berusaha menjamin dan tanpa dasar.
keabsahan tarekat yang berkembang,
baik di kalangan Nahdlatul Ulama d. Hanya Melihat Praktek-praktek dari
Doktrin Sufisme yang Disalahgunakan
(NU), maupun di Indonesia pada
umumnya. Ada beberapa kekhasan
dalam ajaran tasawuf, khususnya
c. Hanya Melihat Ungkapan-ungkapan tarekat. Praktek-praktek tarekat
Syathahat Para Sufi.
sangat mungkin disalah-gunakan,
Ungkapan-ungkapan syatahat misalnya: Doktrin Tawajjuh
adalah ungkapan meracau yang (Membayangkan wajah sang guru
kadang keluar dari seorang sufi yang ketika hendak beribadah); Bai’at
sedang “dimabuk” cinta kepada (mengambil sumpah untuk taat pada
Tuhannya. Umumnya orang yang guru); dan lain sebagainya. Jika
sedang jatuh cinta, maka ungkapan tawajuh disalahgunakan dari ajaran
yang keluar dari bibirnya ataupun utamanya yaitu upaya melatih
tulisannya akan terlihat aneh bagi konsentrasi menjadi hal-hal lain,
orang lain. Seperti kasus Al-Jilli yang maka tasawuf akan tercemar dan
dianggap mengada-ada tanpa dasar

﴾ 115 ﴿
hukumnya. Atau doktrin bai’at pemahaman-pemahaman terakhir ini,
disalahgunakan oleh Mursyid, maka orang menunjuk pada tumbuhnya sains,
anggapan miring terhadap ajaran teknik dan ekonomi kapitalistis sebagai
tasawuf tidak bisa dielakkan. ciri-ciri masyarakat modern26.
Celakanya, banyak doktrin- Modernitas hampir sama dengan
doktrin semacam ini disalahgunakan istilah modernism, hanya saja
oleh oknum-oknum tertentu, sehingga modernism lebih dimaknai sebagai
menambah buram wajah tasawuf di sesuatu yang berada pada tataran
masyarakat. Karenanya, jika konseptual; ideologi, sedangkan
masyarakat awam hanya melihat modernitas lebih mengarah pada tataran
ajaran tasawuf yang telah praktis atau konkretisasi dari ideology
disalahgunakan, maka barang pasti modernism tersebut. Akan tetapi
bahwa tasawuf akan menjadi sangat keduanya adalah sama, yaitu
buruk dalam pandangan. menyampaikan realitas kemodernan.
Kata modern sebetulnya sangat
C. Tantangan Modernitas menyingkap suatu kesadaran diri yang
historis, dari orang tertentu atau zaman
Istilah modernitas diderivasikan
tertentu serta menandai adanya
dari istilah modern. Istilah modern
perbedaan antara kondisi masa
pertama kali muncul pada abad ke-16
sekarang dengan kondisi masa lalu.
(sekitar tahun 1500-an di Eropa), berasal
Oleh karena itu, istilah modernitas di sini
dari bahasa Latin ‘moderna’ yang artinya
dapat dimaknai sebagai wujud nyata dari
sekarang, baru, atau saat kini. Melalui
realitas kemodernan yang terjadi saat ini
istilah inilah kata modernitas itu muncul.
di masyarakat27.
Modernitas bukan hanya menunjuk pada
Modern adalah sikap dan cara
suatu periode, melainkan juga suatu
berfikir dan bertindak sesuai dengan
bentuk kesadaran yang terkait dengan
tuntutan zaman. Menurut Deliar Noer,
kabaruan (Inggris: Newness), karena itu
sebagaimana dikutip oleh Abudin Nata,
istilah perubahan, kemajuan, revolusi,
pertumbuhan adalah istilah-istilah kunci
kesadaran modern. Pemahaman tentang
26
F. Budi Hardiman, Filsafat Modern Dari
modernitas sebagai suatu bentuk Machiavelli sampai Nietzsche: Suatu Pengantar
kesadaran itu, lebih mendasar dari pada dengan Teks dan Gambar (Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2007), hlm. 19.
pemahaman-pemahaman yang bersifat 27
Emanuel Wora, Perenialisme: Kritik atas
Modernisme dan Postmodernisme (Jakarta:
sosiologis ataupun ekonomis. Dalam Penerbit Kanisius, 2006), hlm. 37.

﴾ 116 ﴿
ciri-ciri masyarakat modern adalah Masyarakat modern selalu berfikir
sebagai berikut28: bahwa waktu sangat berharga dan
1. Bersifat Rasional dimanfaatkan secara maksimal. Ada
Masyarakat modern lebih istilah ‘waktu adalah uang’, sehingga
mengutamakan pendapat akal pikiran, mereka tidak ingin menyia-nyiakan
dari pada pendapat emosi. Mereka waktu untuk sesuatu yang belum jelas
mengedepan pendapat yang dapat untung ruginya. Waktu yang ada
diterima oleh akal. Logis dan empiris. dimanfaatkan sebaik mungkin,
Karenanya, mereka tidak percaya pada terprogram dan dilaksanakan sesuai
tahayul dan kegaiban-kegaiban yang di schedule yang telah disusun
luar nalar, meskipun mereka juga sering sebelumnya.
menjumpainya sebagai pengalaman. 4. Bersikap Terbuka
Bersifat rasional berarti segala Masyarakat modern bersikap
sesuatunya bersifat logis, sistematis dan terbuka (open minded), artinya siap
kritis sebagai hasil dari berfikir rasional29; menerima masukan, saran, kritikan dan
2. Berfikir Futuristik apapun bentuknya dari siapapun demi
Masyarakat modern bersifat perbaikan hidup dan kehidupan; dan,
futuristik. Mereka berfikir untuk masa 5. Berfikir Obyektif
depan yang lebih baik, terprogram. Tidak Masyarakat modern melihat
hanya berfikir saat ini atau keperluan segala sesuatu dari sudut fungsi dan
saat ini saja, melainkan mempersiapkan kegunaannya.
strategi untuk masa depan; Sedangkan menurut Atho’
3. Menghargai Waktu Muzhar, masyarakat modern ditandai
oleh lima hal: Pertama, berkembangnya
Mass Culture. Kedua, tumbuhnya sikap-
28
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., hlm. 279-280. sikap yang lebih mengakui kebebasan
29
Berfikir Rasional merupakan salah satu ciri
bertindak manusia menuju perubahan
awal pemikiran filsafat. Berfikir rasional
bermula dari berfikir kritis. Berfikir kritis masa depan. Ketiga, tumbuhnya berfikir
berarti membakar kemauan untuk terus menerus
mengevaluasi argument-argumen yang rasional. Keempat, tumbuhnya sikap
mengklaim diri benar. Seseorang yang berfikir hidup yang materialistik. Kelima,
kritis tidak akan mudah menggenggam sesuatu
yang dianggap benar sebelum benar-benar meningkatnya laju urbanisasi30.
dipersoalkan dan diuji hingga terbukti
kebenarannya. Berfikir rasional harus dibarengi
30
dengan berfikir logis, sistematis dan kritis M. Atha Muzhar, Guru Pendidikan Agama
sebagai ciri utamanya. Jan Hendrik Rapar, Islam dalam Perspektif Tantangan Hidup
Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Penerbit Bergama di Masa Depan (Jakarta: Balai
Kanisius, 1996), hlm. 23-24. Pustaka, 1993), hlm. 11-12.

﴾ 117 ﴿
Melihat karakteristik masyarakat dan ketentraman hidupnya, melainkan
modern seperti di atas, tentu saja akan sebaliknya yaitu menimbulkan
melahirkan berbagai problem kehidupan, kegelisahan hidupnya karena
sekaligus tantangan bagi tasawuf dan mengalami krisis spiritual. Untuk
keagamaan. Problematika masyarakat mengatasi hal tersebut tidak ada jalan
modern, menurut Abuddin Nata lain menurut Hossein Nasr harus kembali
disebutkan bahwa sebab kehadiran ilmu kepada agama melalui tasawuf.
pengetahuan dan tehnologi telah Mengutip pendapat Komarudin
menghadirkan sejumlah problematika Hidayat mengapa sufisme perlu
masyarakat modern antara lain31: a) dikembangkan/ dimasyarakatkan:
Disintegrasi Ilmu Pengetahuan; b) Pertama, turut serta terlibat
Kepribadian yang terpecah; c) dalam berbagai peran dalam
Penyalahgunaan Iptek; d) Pendangkalan menyelamatkan kemanusiaan dari
iman; e) Pola hubungan matrialistik; f) kondisi kebingungan akibat hilangnya
Menghalalkan segala cara; dan, g) Stres nilai-nilai spiritual. Kedua,
dan frustasi. memperkenalkan literatur atau
Masyarakat modern adalah pemahaman tentang aspek esoteris
masyarakat yang cenderung menjadi (kebatinan) Islam. Ketiga, untuk
sekuler. Hubungan antara anggota memberikan penegasan kembali bahwa
masyarakat tidak lagi atas dasar atau sesungguhnya aspek esoteris Islam,
prinsip tradisi atau persaudaraan, tetapi yakni sufisme, adalah jantung ajaran
pada prinsip-prinsip fungsional Islam, sehingga jika wilayah ini kering
pragmatis. Masyarakatnya merasa dan tidak berdenyut, maka keringlah
bebas dan lepas dari kontrol agama dan aspek-aspek lain ajaran Islam. Nilai-nilai
pandangan dunia metafisis. Ciri-cirinya Spiritual yang harus dicapai dalam
yang lain adalah penghilangan nilai-nilai menghadapi abad modern ini adalah
sakral terhadap dunia, meletakkan hidup hidup yang bersungguh-sungguh,
manusia dalam konteks sejarah dan bersyukur, bisa menghargai waktu,
penisbian nilai-nilai. Masyarakat modern berfikir positif, silaturrahmi, berjiwa
menyimpan problem hidup yang sulit di besar, belajar dan mengajar, bertobat
pecahkan. Rasionalisme, sekularisme, jika telah melakukan dosa dan
materialisme dan lain sebagainya kesalahan dan jangan lupa berdoa
ternyata tidak menambah kebahagiaan kepada Allah SWT.

31
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf..., hlm. 289-293.

﴾ 118 ﴿
Untuk menyelesaikan persoalan dipenuhi dzikrullah, tidak mustahil bila
tersebut tasawuf punya metode yaitu hidupnya dipenuhi kearifan dan dalam
dengan jalan menempuh Maqamat dan bimbingan Allah, maka hidupnya selamat
ahwal. Maqomat adalah jama’ dari dan bahagia dunia dan akherat.
maqom yang mengandung arti
kedudukan, yakni kedudukan hamba D. Kesimpulan
dalam pandangan Allah, menurut apa
Berdasarkan uraian di atas, dapat
yang diusahakan menurut Ibadah,
disimpulkan beberapa hal berikut:
perjuangan, latihan dan perjalanan
1. Tasawuf adalah salah satu dimensi
menuju Allah SWT. sedangkan ahwal
ke-Islam-an yang dibangun dari pilar
adalah jama dari hal yang berarti sifat
Ihsan untuk menguatkan Iman dan
atau keadaan sesuatu yakni keadaan
Islam. Tasawuf bergerak dari sisi
atau kondisi psikologis yang dirasakan
esoterik, terfokus pada dimensi
ketika seseorang mencapai maqam
ruhaniah. Tasawuf memberikan
tertentu.
makna atas hakikat keimanan
Maqam-maqam yang harus di
seseorang yang dilakukan dengan
jalani yaitu: Tobat, Zuhud, Faqir, Sabar,
tetap menjunjung tinggi syari’at.
Syukur, Ridha, dan Tawakkal. Jika
Orang yang menjalankan syari’at
maqamat telah dilakukan dengan
dengan tanpa diiringi dengan hakikat
sungguh, benar dan istiqamah maka
(tasawuf), maka ibadahnya akan
ahwal yang akan diperoleh di antaranya:
menjadi formalitas belaka, tanpa
Muhasabah dan muraqabah (Waspada
esensi yang dapat dirasakan, baik
& mawas diri), Hubb (cinta), Khauf dan
bagi diri sendiri maupun bagi sekitar.
Raja’ (takut & berharap), Syauq (rindu),
Ia akan terjebak pada formalisme
Uns (intim), Thuma’ninah (tentram),
yang kaku tanpa makna. Namun di
Musyahadah (penyaksian), dan Yaqin
sisi lain, jika hanya tasawuf (hakikat)
(percaya). Selain melalui tahapan-
tanpa syari’at, ibadah seseorang akan
tahapan maqamat dan ahwal tersebut
tersesat pada jalan yang salah yang
untuk memperoleh ketinggian spiritual
tidak diridhai oleh Allah SWT.
dan ma’rifat maka seseorang harus
2. Modernitas adalah kesadaran akan
melakukan upaya-upaya tertentu, yaitu:
perubahan yang senantiasa terjadi di
Riyadhah dan mujahadah; Tafakur;
masyarakat modern. Modernitas
Tadzkiyatun nafs; dan, Dzikrullah. Jika
berarti penerapan atas ideologi
totalitas jiwa dan hatinya telah suci dan
modern. Modernitas, bukan berarti

﴾ 119 ﴿
tanpa masalah. Modernitas membawa Kemajuan dan kemakmuran
persoalan-persoalan kehidupan yang masyarakat dunia telah tercukupi di
pelik, akibat adanya perubahan- era modern, dari hasil penemuan-
perubahan yang terjadi di penemuan yang terus berkembang.
masyarakat: a) Terjadinya pemisahan Sementara itu tasawuf merupakan
atas ilmu pengetahuan (Umum dan sarana pemenuhan atas kebutuhan
Agama; Sains dan Sosial; dan lain manusia dari sisi ruhaniah.
sebagainya); b) Pecahnya Persoalan-persoalan masyarakat
kepribadian masyarakat akibat modern, seperti pecahnya
benturan kepentingan (untung-rugi, kepribadian, penyalahgunaan iptek,
pragmatism, hedonisme berlebihan, pendangkalan iman, materialistis, dan
dan lain sebagainya); c) Maraknya frustasi, dapat diselesaikan dengan
Penyalahgunaan Iptek (cyber crime, tasawuf. Tasawuf dengan tarekat
prostitusi, narkoba dan lain-lain; d) (metode)-nya, selama ini terbukti
Banyaknya kasus pendangkalan iman mampu menyelesaikan persoalan-
(akibat teknologi informasi yang persoalan masyarakat modern.
banyak berisi informasi hoax); e) Pola
hubungan matrialistik (berasaskan E. Daftar Pustaka
kapitalisme); f) Menghalalkan segala
cara (yang penting berhasil); dan, g) Aceh, Abu Bakar. Pengantar Sejarah
Sufi dan Tasawuf, (Semarang:
Stres dan frustasi.
Ramadhani, 1984).
3. Kesalahpahaman atas tasawuf Al-Haramain, Elmansyah. Paradigma
Peradaban Tasawuf: Sebuah
Banyak faktor yang menyebabkan
Pemaparan Awal (Pontianak:
kesalahpahaman terhadap tasawuf, STAIN Pontianak Press, 2014).
Anwar, Rosihon. AkhlakTasawuf
antara lain: a) Karena hanya melihat
(Bandung: PustakaSetia, 2010).
tasawuf dari sisi tarekat yang Corbin, Henry. Imajinasi Kreatif Sufisme
Ibn Arabi (Yogyakarta: LKiS,
menyimpang; b) Karena hanya
2002).
melihat tasawuf dari oknum yang Drajat, Amroeni. Kritik Falsafah
Peripatetik (Yogyakarta: LKiS,
menyimpang; dan, c) Karena hanya
2005).
melihat tasawuf dari sisi pendapat Fatah, Abdul. Tasawuf: Antara Al-
Ghazali dan Ibnu Taimiyah
ulama atau orang atau kelompok
(Jakarta: Khalifah, 2005).
yang menentang. Hadi, Abdu Al-Tawwab Abdul. Lambang-
lambang Sufi dalam Al-Qur’an,
4. Tasawuf di era modern.
(Bandung: Pustaka, 1995).

﴾ 120 ﴿
Hamka, Tasauf Modern (Jakarta:Pustaka Penyusun, Tim. Ensiklopedi Islam Jilid V
Panjimas,1990). (Jakarta: PT Ichtiar Baru - Van
Hamka, Tasawuf Perkembangan dan Hoeve, 2003).
Permukniaannya (Jakarta: Pustaka Rapar, Jan Hendrik. Pengantar Filsafat
Panjimas, 1984). (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
Hardiman, F. Budi. Filsafat Modern Dari 1996).
Machiavelli sampai Nietzsche: Sholihin, M. dan Anwar, Rosihon. Kamus
Suatu Pengantar dengan Teks dan Tasawuf (Bandung: Remaja
Gambar (Jakarta: Gramedia Rosdakarya, 2002).
Pustaka Utama, 2007). Siregar, A.Rivay. Tasawuf dari Sufisme
Kabbani, Syeikh Muhammad Hisyam. Klasik ke Neo-Sufisme (Jakarta:
Ensiklopedia Akidah Ahlusunah: Raja Grafindo Persada, 1999).
Tasawuf dan Ihsan, Antivirus Syukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf:
Kebatilan dan Kezaliman (Jakarta: Sufisme dan Tanggung Jawab
PT Serambi Semesta, 2007). Sosial Abad 21 (Yogyakarta:
Mahmud, Abdul Halim. Hal Ihwal Pustaka Pelajar, 2007).
Tasawuf, (Terjemah Al-Munqidz Syukur, M. Amin. Menggugat Tasawuf:
min al-Dhalal/Penyelamat dari Sufisme dan Tanggung Jawab
Kesesatan, T.Tp: Daru al-Ilhya’, Sosial Abad 21 (Yogyakarta:
tth). Pustaka Pelajar, 2012).
Mustofa, Ahmad. Akhlak Tasawuf Syukur, M. Amin. Study Akhlak
(Bandung: Pustaka Setia, 2014). (Semarang: Lembaga Bimbingan
Muzhar, M. Atho. Guru Pendidikan dan Konsultasi Tasawuf/Lembkota,
Agama Islam dalam Perspektif 2010).
Tantangan Hidup Bergama di Syukur, M. Amin. Tasawuf Sosial
Masa Depan (Jakarta: Balai (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Pustaka, 1993). 2004).
Nasruddin, Historisitas dan Normatifitas Taimiyah, Ibn. Pemberontakan Tasawuf,
Tasawuf (Jakarta: Aksi Media, (Surabaya: JP. Book, 2007).
2008). Wora, Emanuel. Perenialisme: Kritik atas
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf (Jakarta: Modernisme dan Postmodernisme
PT Raja Grafindo Persada, 2000). (Jakarta: Penerbit Kanisius, 2006).

﴾ 121 ﴿

Anda mungkin juga menyukai