Anda di halaman 1dari 5

CARA MEMBUAT TUJUAN PEMBELAJARAN DALAM RPP

Walaupun pada Permendikbud No. 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan
Dasar dan Menengah, yang didalamnya tercantum format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tidak mengharuskan dicantumkannya tujuan pembelajaran atau bersifat opsional
namun tujuan pembelajaran tetap dibutuhkan untuk mengukur perilaku spesifik peserta didik
dan sebagai indikator atau penanda tercapainya tujuan proses belajar mengajar apakah peserta
didik sudah menerima pesan pembelajaran yang terkandung dalam materi yang dismpaikan
guru atau tidak.
Tujuan dalam pembelajaran dapat dipakai guru untuk memandu dalam pembuatan soal
karena dalam setiap tujuan terkandung perilaku peserta didik yang akan diukur sesuai dengan
materi dan kompetensi dasar yang sudah disampaikan. Jadi guru kalau membuat item soal
tidak perlu lagi mengobok-obok materi kesana-kemari.
Arti penting tujuan pembelajaran dapat ditunjukkan dalam ilustrasi berikut ini :
Ilustrasi 1 : Seorang ayah memberikan anaknya uang Rp.150.000,00 kemudian sang Ayah
berangkat ke Kantor, sang Anak sangat senang karena ia akan membeli sebuah mainan yang
sangat diidam-idamkannya yaitu mobil-mobilan remote control dan satu keping CD Game
favoritnya. Sepulangnya dari Kantor sang Ayah bertanya kepada anaknya dibelikan apa uang
yang Rp.150.000,00 tadi. Mendengar jawaban anaknya yang tidak tepat atau kurang tepat
langsung sang ayah marah.
Dalam ilustrasi di atas sang Ayah tidak memiliki tujuan dalam memberikan si Anak uang, si
Anak sulit untuk memprediksi apa maksud ayahnya memberikan uang sehingga si Anak
membelanjakannya menurut kemuannya sendiri secara bebas.
Ilustrasi 2 : Sang Ayah menyuruh anaknya membelikan sabun mandi, sampai di Pasar sang
Anak kebingungan sabun mandi apa yang akan dibelinya karena ayahnya tidak
memberitahukan nama Sabunnya. Namun sang Anak tetap membeli sabun untuk sang Ayah,
ternyata sampai di Rumah sabun yang dibeli si Anak bukan sabun yang dimaksud oleh sang
Ayah. Sekali lagi sang Ayah kecewa dengan perilaku anaknya.
Dalam ilustrasi yang ke dua ini sang ayah sudah memiliki tujuan namun tidak spesifik masih
umum sehingga sang Anak hanya sebatas membeli sabunnya saja, bukan sabun kesukaan
sang Ayah. Tindakan sang Anak tidak bisa dianggap keliru yang keliru adalah tujuan sang
Ayah yang tidak spesifik atau masih umum.
Dari kedua ilustrasi diatas menunjukkan bahwa tujuan adalah penting dalam mencapai target
perilaku dalam kehidupan termasuk dalam proses belajar dan mengajar. Tujuan
pembelajaran yang baik adalah yang terukur dan operasional, mengandung satu perilaku
peserta didik yang akan diukur bukan dua atau lebih perilaku yang diukur. Terkadang masih
ada rumusan tujuan pembelajaran yang mengandung lebih dari satu tingkah laku dari peserta
didik yang akan diukur. Untuk memudahkan perumusan tujuan yang diharapkan sebaiknya
berpedoman pada rumus ABCD yaitu audience, behaviour, conditioning, degree. Dengan
tujuan yang jelas dan operasional akan menjadikan guru maupun peserta didik memiliki
kejelasan apa yang harus dicapai, apa yang harus dilakukan untuk mencapainya, materi yang
bagaimana yang akan disiapkan seorang guru serta bagaimana menyampaikannya akan
tergambar jelas dalam tujuan yang spesifik tersebut. Merumuskan tujuan yang demikan itu
tidak mudah.
A. Pembahasan
Menurut Lukmanul Hakiim (2008) yang dimaksud dengan tujuan pembelajaran adalah arah
atau sasaran yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Dalam setiap kegiatan sepatutnya
mempunyai tujuan. Karena tujuan menuntun kepada apa yang hendak dicapai, atau sebagai
gambaran tentang hasil akhir dari sesuatu kegiatan. Dengan mempunyai gambaran jelas
tentang hasil yang hendak dicapai itu dapatlah diupayakan berbagai kegiatan ataupun
perangkat untuk mencapainya.
Selanjutnya Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008) dalam perumusan tujuan haruslah
memiliki ketentuan sebagai berikut :
a. Leraner Oriented, yaitu berpatokan kepada perilaku siswa bukan perilaku guru. Sehingga
dalam perumusannya kata-kata siswa secara eksplisit harus dituliskan. Selain itu perilaku
yang diukur harus mungkin dapat dilakukan siswa bukan perilaku yang tidak mungkin
dilakukan siswa.
Contohnya : Setelah menyimak penjelasan guru, siswa kelas XII MA dapat membuat berita
berdasarkan rumus 5 W + 1 H.
Atau : Setelah melakukan diskusi kelompok, siswa kelas XI MA dapat menafsirkan makna
yang terkandung pada pasal 3 kode etik jrnalistik.
b. Operational, yaitu rumusan tujuan harus dibuat secara spesifik dan operasional sehingga
mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Dalam hal ini tidak terlepas dari
penggunaan kata kerja operasional menurut Bloom dan Anderson. Sebab penggunaan kata
yang masih umum (banyak penafsiran) akan menghasilkan perilaku siswa yang umum dan
demikian sebaiknya penggunaan kata kerja yang khusus akan menghasilkan perilaku yang
khusus pula.
Contoh penggunaan kata yang bersifat umum :
Setelah menyimak penjelasan guru, siswa kelas X MA dapat memahami cara membuat
berita berdasarkan rumus 5 W + 1 H. Kata memahami adalah kata yang bersifat umum
karena masih memerlukan kata kerja operasional lain sebagai indikator untuk menentukan
bahwa siswa memahami, misalnya membuat berita, menyusun berita, menulis berita, dan
lainnya.
Contoh yang lebih spesifik :
Setelah mengkaji berbagai sumber belajar, siswa kelas XI MA dapat mengemukakan tiga
contoh pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Formula ABCD (Adience, Behaviour, Conditioning, Degree)
Menurut Baker (1971) yang dikutip dari Rudi Susilana dan Cepi Riyana (2008) bahwa tujuan
pembelajaran yang baik adalah mengandung unsur Adience, Behaviour, Conditioning,
Degree, biasanya unsur Conditioning (C) berada diawal kalimat tujuan, baru diikuti unsur
yang lain.
Adapun penjelasan dari Formula Baker sebagai berikut :
Audience, artinya sasaran sebagai pembelajar yang perlu
A dijelaskan secara spesifik agar jelas untuk siapa tujuan
tersebut diberikan.
Misalnya: Siswa kelas V MI, Kelas IX MTs, Kelas XII
MA, dan lainnya.
Behaviour, adalah perilaku spesifik yang diharapkan
dilakukan atau dimunculkan siswa setelah pembelajaran
B berlangsung. Behaviour ini dirumuskan dalam bentuk
kata kerja operasional.
Misalnya: Merinci, Membedakan, Mengidentifikasi,
Mengklasifikasikan, dan lainnya.
Conditioning, yaitu keadaan yang harus dipenuhi atau
dikerjakan siswa pada saat dilakukan pembelajaran.
C Misalnya: Dengan cara mengamati, Dengan berdiskusi,
Dengan menyimak penjelasan guru, Dengan membaca
buku sumber, Dengan menggunakan kamus, Dengan
menggunakan internet, dan lainnya.
Degree, adalah batas minimal tingkat keberhasilan
terendah yang harus dipenuhi dalam mencapai perilaku
D yang diharapkan. Penentuan ini tergantung jenis materi,
dan penting tidaknya materi.
Misalnya: 3 contoh, 4 jenis, minimal 4 macam, dan
lainnya.
Berikut ini adalah contoh-contoh rumusan tujuan pembelajaran yang memenuhi formula
ABCDE:
1. “Setelah mengkaji berbagai sumber belajar, siswa kelas XII MA dapat menguraikan kembali
proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara”
Audience Siswa kelas XII MA
Behaviour Menguraikan
Conditioning Setelah mengkaji berbagai sumber belajar
Degree Proses perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara
2. “Setelah mengamati tayangan video, siswa kelas VII MTs dapat menjelaskan proses
metamorfosis kupu-kupu”
Audiensce Siswa kelas VII MTs
Behaviour Menjelaskan
Conditioning Setelah mengamati tayangan video
Degree Proses metamorfosis Kupu-kupu
3. “Setelah mempelajari Peta Wilayah Indonesia, siswa kelas III MI dapat menyebutkan 5
pulau besar di Indonesia”
Audience Siswa kelas III MI
Behaviour Menyebutkan
Conditioning Setelah mempelajari Peta Wilayah
Indonesia
Degree 5 pulau besar di Indonesia
B. Kesimpulan
Penggunaan kata kerja operasional dalam merumuskan tujuan pembelajaran adalah mutlak
dan guru harus jeli memilih KKO agar tepat sesuai dengan materi dan perilaku yang akan
diukur pada peserta didik dapat dicapai dan terlihat. Dengan kata kerja yang lebih spesifik itu
juga akan memudahkan guru dalam pengorganisasian materi ajar, metode yang akan dipakai,
maupun model pembelajaran yang akan digunakan sehingga pesan pembelajaran yang
disampaikan terhadap peserta didik dapat dicapai dengan optimal sesuai dengan indikator
atau penanda yang dijabarkan dari Kompetensi Dasar.
Dalam merumuskan tujuan pembelajaran akan lebih mudah bagi guru jika menggunakan
rumus ABCD (Audience, Behaviour, Conditioning, Degree) sehingga setiap rumusan tujuan
pembelajaran mengandung empat unsur perilaku yang terukur dari setiap diri peserta didik.
Daftar Kepustakaan
1. Permendikbud No. 103 Tahun 2004 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Menengah.
2. Hakiim, Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung : CV Wacana Prima.
3. Susilana, Rudi. dan Cepi Riyana. 2008. Hakekat, Pegembangan, Pemanfaatan, dan
Penilaian. Bandung : CV Wacana Prima.

Anda mungkin juga menyukai