Anda di halaman 1dari 64

BAB I

HUBUNGAN AGAMA DAN SAINS

Ketika agama pertama kali berjumpa dengan sains modern pada abad ke-17, perjumpaan itu
bersifat bersahabat. Kebanyakan penggagas revolusi ilmiah adalah orang-orang Kristen taat yang
berkeyakinan bahwa tujuan kerja ilmiah pada hakikatnya adalah mempelajari ciptaan Tuhan. Pada
abad ke-18, beberapa ilmuwan berkeyakinan bahwa Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta bukan lagi
Tuhan yang personal, terlibat aktif dalam kehidupan manusia dan dunia. Pada abad ke-19, sejumlah
ilmuwan mengabaikan agama kendati pun Darwin sendiri masih berkeyakinan bahwa proses evolusi
merupakan kehendak Tuhan itu sendiri.
Sejarah hubungan ilmu dan agama di Barat mencatat bahwa pemimpin gereja menolak Teori
Heliosentris Galileo atau Teori Evolusi Darwin. Pemimpin gereja membuat pernyataan yang berada di
luar kompetensinya. Sebaliknya, Issac Newton dan tokoh-tokoh Ilmu sekuler menempatkan Tuhan
hanya sekedar sebagai penutup sementara lobang kesulitan (to fill gaps) yang tidak terpecahkan dan
terjawab oleh teori keilmuan mereka, sampai tiba waktunya diperoleh data yang lebih lengkap atau
teori baru yang dapat menjawab kesulitan tersebut. Begitu kesulitan iitu terjawab, maka secara
otomatis, intervensi Tuhan tidak lagi diperlukan. Akhirnya Tuhan dalam benak para ilmuan sekuler
hanya ibarat pembuat jam (clock maker). Begitu alam semesta ini selesai diciptakan, Ia tidak peduli lagi
dengan alam raya ciptaan-Nya dan alam semesta pun berjalan sendiri secara mekanis tanpa campur
tangan tujuan agung ketuhanan.
Dalam Islam, hubungan antara sains dan agama bukanlah suatu masalah yang besar.
Soalnya, sains hanyalah sebagian dari limu atau ‘ilm, yang berasal dari kata dasar ‘alama yang berarti
mengetahui. Jadi, secara intrinsic tidak ada pertentangan antar sains dan islam. Sains dalam
pengertiannya yang modern adalah pengembangan dari filsafat alam yang merupakan bagian dari
filsfat yang menyeluruh dalam khazanah keilmuan Yunani. Namun, filsfat Yunani terlalu deduktif, yang
lebih mendasarkan pada pemikiran spekulatif. Karena itu, perlu dilengkapi dengan pengamatan empiris
sebagaimana yang diperintahkan dalam Al-Qur’an.1
Pada abad ke-20, interaksi antara agama dan sains mengambil beragam bentuk. Temuan-
temuan baru dalam sains menantang gagasan-gagasan keagamaan klasik. Sebagai respon atasnya,
beberapa orang berusaha mempertahankan doktrin tradisional, beberapa meninggalkan tradisi, dan
beberapa merumuskan kembali konsep keagamaan secara ilmiah.

1Armahedi Mahzar, 2004. Merumuskan Paradigma Sains dan Teknologi: Revolusi Integralisme Islam. Bandung;

Mizan. Hal. 210

1
Albert Enstein, seorang ilmuan terkemuka pada abad yang telah lalu, dikenal juga dengan
keyakinannya kepada Tuhan. Dia tidak ragu mendukung bahwa sains tidak akan ada tanpa agama.
Sebagaimana yang dikatakannya:
Saya tidak bisa membayangkan ilmuan sejati tanpa kelimuan mendalam. Situasi ini bisa
dinyatakan dengan gambaran: sains tanpa agama akan lumpuh.”2
Sains dan agama sering dipandang bermusuhan atau dalam pertempuran hidup mati. Namun
konflik ini sebenarnya bisa saja dapat dielakkan jika saja sains dan agama bersifat independen,
masing-masing menempati domain yang terpisah dan jarak yang aman satu sama lain. Lazim
dikatakan bahwa sains menulusuri hubungan sebab-akibat antar peristiwa, sedangkan agama mencari
makna dan tujuan hidup. Dua pencarian ini menawarkan perspektif yang saling melengkapi tentang
dunia, masing-masing berdiri sendiri, terpisah, dan tidak terlibat hubungan konflik.
Namun beberapa orang kini berupaya mencari kemitraan yang konstruktif antara keduanya.
Mereka mendapati bahwa sains telah memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa ia jawab
sendiri. Beberapa orang menyadari keterbatasan disiplin mereka dan tidak mengklaim telah
mengantongi seluruh jawaban. Mereka berprinsip bahwa kita dapat belajar satu sama lain. Beberapa
teolog berupaya merumuskan kembali gagasan-gagasan tradisional tentang Tuhan dan manusia
dengan mempertimbangkan temuan-temuan sains sembari berpegang teguh pada ajaran utama
agama mereka.3
Agama selalu mendorong pencarian pengetahuan, terutama pengetahuan tentang dunia, yang
Tuhan ciptakan untuk manusia. Semua agama menekankan bahwa kita harus mangamati hal-hal di
sekeliling kita untuk melihat ayat-ayat Tuhan di mana-mana, karena dunia menampakkan keindahan
dan keagungan, pengetahuan, dan cinta Tuhan. Ini adalah ajaran al-Qur’an, Taurat dan Injil. Di Barat
kini muncul anggapan bahwa Kristen adalah sesuatu yang istimewa, dan bahwa Tuhan mencapai nalar
dan kebebasan pada diri manusia, melalui peristiwa Inkarnasi (Embodiment). Menurut gagasan ini,
Kristen telah membuka jalan bagi sains modern yang kemudian mencul di Barat. Inilah pemahaman
modern teologi Kristen berbeda dengan pemahaman teologi Kristen abad pertengahan. 4
Seperti telah disebutkan di atas, agama mendorong sains. Mereka yang menggunakan akal
dan mengikuti nurani untuk melakukan penelitian ilmiah, akan memperoleh iman yang kuat karena
mereka memahami tanda-tanda Tuhan secara langsung. Mereka dihadapkan pada suatu system tak
bercela dan detail sempurna yang diciptakan Tuhan di tiap tahapan penelitian yang mereka kerjakan,
dan di tiap penemuan yang mereka buat. Seperti dinyatakan Rasulullah Muhammad saw; mereka

2Science, Filosophy and Religion, A Symposium, diterbitkan oleh Confrence on Science, Philosophy and Religion
in Their Relation to the Democratic Way of Life, Inc., New York, 1941
3Ian G. Barbour, 2002. Juru Bicara Tuhan. Bandung; Mizan. Hal. 13-14
4Bruno Guiderdoni, 2004. Membaca Alam Membaca Ayat. Bandung; Mizan. Hal. 43

2
bertindak dengan kesadaran bahwa “Orang yang pergi untuk mencari pengetahuan adalah orang yang
taat (beriman) pada Allah hingga ia kembali.”5
Itulah sebabnya, di tangan ilmuwan muslim, sains berkembang dengan pesat. Pengujian
eksperimental menyebabkan sains menjadi kukuh. Dengan demikian, di tangan ilmuwan muslim, sains
memperoleh karakternya yang rasional objektif selama gelombang pertama peradaban Islam. Namun,
rasionlitas sains tak bias dilepaskan dari rasionalitas religius karena teologi, filsafat, dan sains
merupakan kesatuan integral.6

Empat Pandangan Hubungan Sains dengan Agama


Pada tahun 1990, dalam bab pertama buku Religion in an Age of Science, Barbour
mengusulkan empat tipologi hubungan untuk memetakan berbagai pendekatan yang dipakai dalam
hubungan sains dengan agama.7 Dengan mempertahankan klasifikasi yang sama, tipologi ini
dimodifikasi dalam edisi revisi buku yang sama pada tahun 1997.8 Empat tipologi hubungan antara
sains dan agama tersebut adalah :
1. Konflik
2. Independen
3. Dialog
4. Integrasi

Tiap-tiap pandangan di atas memiliki beberapa varian yang membedakan satu dengan yang
lain, tetapi semua varian itu memilki ciri-ciri umum yang menjadikan mereka dihimpun dalam kelompok
yang sama.

1. Konflik
Pandangan konflik mengemuka pada abad ke-19 melalui dua buku berpengaruh, yakni History
of Conflict between Religion and Science karya J.W. Draper dan A History of the Warfare of Science
with Theology in Christendom karya A.D. White.9 Beberapa ahli sejarahwan mutakhir menunjukkan
bahwa bukti-bukti yang mereka sosdorkan sangan selektif dan pandangan-pandangan alternative

5HR. Tirmidzi 220


6Armahedi Mahzar, 2004. Revolusi Integraslime Islam: Dialog Sains dan Agama: Pendekatan Komparatif
Integralisme Islam. Bandung; Mizan. Hal. 210-211.
7Ian G. Barbour, 1990. Religion in an Age of Science, Gifford Lectures, Jil. ke-1. San Fransisco; Harper San

Fransisco. Bab I
8
Ian G. Barbour, 1997. Religion in an Age of Science: Historical and Contemporary Issues. San Fransisco;
Harper San Fransisco. Bab 4.
9John W. Draper, History of the Conflict between Science and Religion (New York: Appleton, 1874), Andrew

Dickson White, A History of the Warfare of Science and Theology, 2 jil. (New York: Appleton, 1991).

3
tentang hubungan sains dan agama telah dianut secara luas selama berabad-abad. Kini, potret popular
“perang sains melawan agama” dipertajam oleh media karena kontroversi antara materialisme ilmiah
dan literalisme biblikal jauh lebih dinikmati khalayak daripada posisi moderat. Kedua kontroversi ini
ditempatkan dalam hubungan konflik, dua pandangan yang saling asing. Alasannya, metrialisme ilmiah
dan literalisme biblikal sama-sama mengklaim bahwa sains dan agama memberikan pernyataan yang
berlawanan dalam domain yang sama (sejarah alam) sehingga orang harus memilih satu di antara dua.
Mereka percaya bahwa orang tidak akan mempercayai evolusi dan Tuhan sekaligus. Masing-masing
hal tersebut menghimpun penganut dengan mengambil posisi-posisi yang bersebrangan.

a. Materialisme Ilmiah
Materilaisme memandang materi sebagai realita dasar alam semesta. Materialisme merupakan
sebentuk metafisika (sehimpunan klaim tentang karakteristik dan penyusun dasar realitas).
Materialisme ilmiah (scientific materialism) juga meyakini metode ilmiah sabagai satu-satunya metode
pengetahuan yang sahih. Ini merupakan sebentuk epistemologi (sehimpunan klaim tentang hakikat dan
pemerolehan pengetahuan). Dua paham ini saling berkaitan: jika maujud sejati adalah apa yang
ditangani sains, sains adalah satu-satunya jalan pengetahuan yang abash.
Di samping itu, ada jenis metrialisme yang disebut reduksionisme. Reduksionisme
epistemologis mengklaim bahwa semua hukum dan teori dalam sains pada dasarnya dapat direduksi
ke hukum-hukum fisika dan kimia. Reduksionisme metafisis mengklaim bahwa perilaku system
ditentukan oleh komponen-komponennya. Kaum materialis meyakini bahwa semua fenomena pada
kahirnya dapat dijelaskan dalam kerangka aksi komponen-komponen material yang merupakan satu-
satunya sebab efektif di alam semesta. Analisis tentang bagian-bagian system sangatlah bermanfaat di
dunia sains.10

b. Literalisme Biblikal
Jenis konflik yang sangat berbeda muncul dari tafsiran harfiah atas Alkitab. Pada abad ke-20,
Gereja Katolik Roma dan aliran utama Protestan berkeyakinan bahwa kitab suci merupakan kesaksian
manusia atas wahyu yang terjadi dalam kehidupan nabi-nabi khususnya kehidupan dan pengikut
Yesus. Sejumlah kalangan tradisionalis dan penginjil menekankan sentralitas Yesus tanpa
menekankan kemaksuman (infallibility) Alkitab. Namun, gereja fundamentalis dan sebagian besar
denominasi histories di Amerika Serikat (terutama kaum Baptis Selatan) tetap berpendapat bahwa kitab
suci sama sekali bebas dari kesalahan (maksum).

10Ian G. Barbour, 2002. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama. Bandung; Mizan. Hal. 54-

4
2. Independensi
Suatu cara untuk menghindari konflik antara sains dan agama adalah dengan memisahkan
dua bidang itu dalam dua kawasan yang berbeda. Keduanya dapat dibedakan berdasarkan masalah
yang ditelaah, domain yang dirujuk, dan metode yang digunakan. Ini merupakan jenis-jenis pembedaan
yang tegas, tetapi secara keseluruhan mereka membangun independensi dan otonomi dalam kedua
bidang. Jika ada dua wilayah hukum, sains dan agama pastilah cenderung mementingkan dirinya
sendiri dan tidak mencampuri yang lain. Setiap mode penelitian bersifat seleksi dan mempunyai
keterbatasannya sendiri. Pemisahan wilayah ini tidak hanya dimotivasi oleh kehendak untuk
menghindari konflik yang tidak perlu, tetapi juga keinginan untuk mengakui perbedaan karakter setiap
area kehidupan dan pemikiran ini.

a. Dua Domain yang Terpisah


Banyak kaum Kristen Protestan dan konservatif dewasa ini memberikan peran religius
terpenting kepada kitab suci tanpa menekankan literalisme biblikal atau membela sains penciptaan.
Mereka menekankan kematian Kristus Sang Penebus dan konversi orang-orang beriman dalam
menerima Kristus sebagai Penyelamat pribadi. Mereka menyadari daya ubah kitab suci yang tidak
mengancam atau mendukung sains modern. Bagi mereka, sains dan agama merupakan dua aspek
kehidupan manusia yang betul-betul terpisah.11
Kaum protestan yang neo-ortodoksi menyokong pemisahan yang lebih eksplisit antara agama
dan sains. Mereka berupaya memulihkan titik tekan Reformasi Protestan pada kesentralan Kristus dan
keutamaan wahyu sembari menerima sepenuhnya hasil-hasil kesarjanaan biblikal dan sains modern.
Menurut Karl Barth dan para pengikutnya, Tuhan hanya dapat dikenal sebagaimana yang
diwahyukan di dalam Krustus dan diakui di dalama iman. Tuhan adalah transenden, sepenuhnya
berbeda (dengan semua yang lain), tidak dapat diketahui kecuali melalui pemyimgkapan diri.
Keyakinan keagamaan bergantung sepenuhnya pada kehendak Tuhan, bukan pada penemuan
manusia sebagaimana sains. Lingkum utama tindakan Tuhan adalah sejarah dan bukan alam. Saintis
bebas menjalankan kerja mereka tanpa campur tangan teologi, dan begitu pula sebaliknya, kerna
metode dan pokok persoalan keduanya berbeda sama sekali. Sains dibangun berdasarkan
pengamatan dan penalaran manusia, sedangkan teologi berdasarkan wahyu.12
Dalam pandangan ini, Alkitab harus dipandang dengan secara menyuluruh dan serius, tetapi
tidak secara harfiah. Kitab suci bukanlah wahyu itu sendiri, ia merupakan catatan tentang kesaksian

11RichardH. Bube, 1995. Putting It All Together: Seven Patterns for Relating Science and the Christian Faith.
Lanham, NY; University Press of America.
12Sebuah buku pengantar yang bagus, Dogmatics in Outline, karya Karl Bath (New York: Harper & Row, 1949)

5
manusia atas peristiwa pewahyuan. Lokus aktivitas Ilahi bukanlah pendiktean teks, melainkan
kehdupan orang-orang dan komunitas (dalam konteks masyarakat kuno Israel: nabi-nabi, pengikut
Kristus, dan orang-orang generasi awal yang merespons Kristus). Tulisan biblikal mencerminkan
beragam tafsiran peristiwa-peristiwa tersebut.
Langdon Gilkey, dalam tulisan awalnya dan kesaksiannya dalam kasus kreasionisme di
Arkansas, menyatakan beberapa hal tentang tema ini. Dia membuat pemetaan berikut ini: (1). Sains
mencoba menjelaskan data yang bersifat objek, public, dan dapat diulang. Agama berurusan dengan
eksistensi tatanan dan keindahan dunia serta pengalaman kehidupan dakhil (seperti rasa bersalah,
kecemasan, ketidakberartian pada satu sisi, pemaafan, kepercayaan, dan keseluruhan pada sisi lain).
(2). Sains mengajukan pertanyaan “bagaimana” yang objektif. Agama mengajukan pertanyaan
“mengapa” tentang makna dan tujuan serta asal mula dan takdir terakhir. (3). Basis otoritas dalam
sains adalah koherensi logis dan kesesuaian eksperimental. Otoritas tertinggi dalam agama adalah
Tuhan dan wahyu yang diterima oleh orang-orang yang terpilih yang beroleh pencerahan dan wawasan
ruhani dan diyakini melalui pengalaman personal. (4). Sains melakukan prediksi kuantitatif yang dapat
diuji secara eksperimental. Agama harus menggunakan bahasa simbolis dan analogis karena Tuhan
bersifat Transenden.13
Jalan lain untuk memisahkan pernyataan teologis dan pernyataan ilmiah adalah membedakan
kausalitas primer dengan kausalitas sekunder yang lazim ditemukan dalam pemikiran Katolik dan neo-
ortodoks. Tuhan sebagai Sebab Utama (causa prima) dikatakan bekerja melalui sebab sekunder di
dunia alami, dunia yang dikaji sains. Tuhan bersifat Mahakuasa dan menggunakan hokum alam untuk
mencapai tujuan tertentu. Kausalitas primer sama sekali berbeda dengan interaksi di antara maujud-
maujud di dunia.

b. Dua Bahasa dan Dua Fungsi yang Berbeda


Jalan lain untuk memisahkan sains dan agama adalah dengan menafsirkan sains dan agama
sebagai dua bahsa yang tidak saling berkaitan karena fungsi masing-masing benar-benar berbeda. Di
kalangan filosof era 1950-an, kaum positivis logis menetapkan pernyataan keilmuan (scientific
statement) sebagai norm bagi setiap pernyataan kognitif (cognitive assertion) dan menolak pernyataan
apa pun yang tidak berlandaskan verifikasi empiris.
Analisa bahasa sebagai respon atasnya, menekankan bahwa bahasa-bahasa yang berbeda ini
melayani fungsi-fungsi yang berbeda pula dan tidak perlu mereduksi satu sama lain. Setiap “permainan
bahasa” dibedakan berdasarkan fungsinya dalam konteks social. Sains dan agama bekerja sangat

13Langdon Gilkey, Maker of Heaven and Earth (Garden City, NY: Doubleday. 1959) dan Creationism on Trial

(Minneapolis: Winston Press, 1985), hal. 108-116

6
berbeda dan oleh karena itu, satu samalain tidak bisa saling menilai dengan standar masing-masing.
Bahasa ilmiah (scientific language) terutama berfungsi untuk melakukan prediksi dan kontrol. Teori
digunakan untuk menghimpun data, menemukan keteraturan dalam dunia fenomena yang teramati,
dan memproduksi aplikasi teknologis. Sains mengeksplorasi masalah terbatas tentang fenomena alam.
Fungsi utama bahasa keagamaan, menurut analis bahasa adalah menawarkan jalan hidup dan
seperangkat pedoman serta mendorong kesetiaan pada prinsip moral tertentu. Bahasa agama lahir
dari ritual dan praktik umat beriman. Ia juga mengekspresikan dan mengarahkan pengalaman religius
personal. Salah satu kekuatan madzhab bahasa adalah bahwa ia tidak berkonsentrasi pada keyakinan
agama sebagai sistem pemikiran yang abstrak, tetapi melihat fungsi bahasa agama dalam kehidupan
individu dan komunitas.14
Pendekatan “dua bahasa” juga mendapatkan dukungan filososfis dari instrumentalisme. Menurut
instrumentalisme, teori ilmiah bukanlah interpretasi realitas, melainkan perangkat intelektual dan praktis
yang mempunyai nilai guna. Teori merupakan konstruksi manusia, perangkat pengamatan dan
peramalan. Model ilmiah bukanlah gambaran tentang dunia, melainkan fiksi yang berguna yang dapat
dicampakkan setelah digunakan untuk mengonstruksi teori yang akan memprediksi pengamatan. Kaum
ini umumnya menganut pragmetisme, yakni keabsahan suatu pernyataan diukur dari nilai gunanya
dalam kehidupan manusia bukan berdasarkan kesesuaiannya dengan realitas.
Akhirnya, beberapa penulis merujuk sains dan agama sebagai dua perspektif yang saling
melengkapi (komplementer). Pendekatan “dua bahasa” memang mengakui keragaman fungsi bahasa
agama. Agama adalah jalan hidup dan tidak bias disederhanakan sebagai perangkat keyakinan dan
gagasan. Akan tetapi, praktik keagamaan komunitas termasuk peribadatan dan etika, mengandaikan
adanya keyakinan yang unik. Berlawanan dengan instrumentalisme yang memandang teori ilmiah dan
kepercayaan agama sebagai konstruksi manusia untuk tujuan tertentu manusia. Kita tidak boleh
merasa puas dengan pendapat bahwa sains dan agama merupakan dua bahasa yang tidak saling
berkaitan, seolah-olah mereka merupakan dua bahasa yang berbeda tentang dunia yang sama. Jika
berupaya mencari penafsiran koheren atas semua pengalaman, kita tidak bias menghindar dari
mencari pandangan dunia yang lebih terpadu.
Jika sains dan agama benar-benar independent, kemungkinan terjadinya konflik bias dihindari,
tetapi memupus kemungkinan terjadinya dialog konstruktif dan pengayaan di antara keduanya. Kita
menghayati kehidupan bukan sebagai bagian-bagian yang saling lepas. Kita merasakan hidup sebagai
keutuhan dan saling terkait meskipun kita membangun sebagai disiplin untuk mempelajari aspek-aspek
yang berbeda.

14George Lindbeck, The Nature of Doctrine: Religion and Theology in a Postliberal Age (Philadelphia: Westminster

Press, 1982).

7
3. Dialog
Dialog memotret hubungan yang lebih konstruktif antara sains dan agama daripada pandangan
Konflik dan Independensi. Namun, Dialog tidak menawarkan kesatuan konseptual sebagaimana
diajukan pandangan Integrasi. Dialog mungkin muncul dengan mempertimbangkan pra-anggapan
dalam upaya ilmiah, atau mengeksplorasi kesejajaran metode antara sains dan agama, atau
menganalisis konsep dalam satu bidang dengan konsep lain. Dalam membandingkan sains dan
agama, Dialog menekankan kemiripan dalam pra-anggapan, metode, dan konsep. Sebaliknya
Independensi menekankan perbedaan yang ada.

a. Pra-anggapan dan Pertanyaan-Pertanyaan Batas


Para sejarahwan meneliti mengapa sains modern lahir di Barat Judeo-Kristiani di antara seluruh
kebudayaan dunia. Maslah ini bias dijawab dengan menyatakan bahwa doktrin penciptaan telah
merangsang kegiatan ilmiah. Pemikiran Yunani ataupun biblikal menegaskan bahwa dunia ini teratur
dan dapat dipahami. Akan tetapi, orang Yunani berpendapat bahwa keteraturan merupakan
keniscayaan dan dengan demikian, orang dapat menurunkan struktur alam semesta dari prinsip
pertama. Pemikiran biblikal berkeyakinan bahwa Tuhan menciptakan bentuk dan materi yang berarti
bahwa dunia tidak hadir sebagaimana sekarang dan bahwa detail-detail keteraturannya ini riil dan baik
dalam pandangan Alkitab, ia tidak dengan sendirinya berwatak ilahiah sebagaimana dianut oleh
banyak kebudayaan kuno, dan oleh karena itu, manusia diperbolehkan untuk bereksperimen dengan
alam.15
Namun kita tidak boleh gegabah membesar-besarkan peran pemikiran Kristen bagi kebangkitan
sains. Sains Arab melakukan kemajuan luar biasa pada Abad Pertengahan, era ketika Barat lebih
berorientasi kea lam akhirat (meskipun teknologi praktis dan penting dibangun, terutama di lingkaran
gereja). Ketika berkembang di Erpa, sains modern didukung oleh kepentingan humanities dalam
Renaisens, pertumbuhan pertukangan, perdagangan, komersial, pola-pola baru dalam bidang hiburan
dan pendidikan. Akan tetapi, gagasan tentang penciptaan tampaknya memberikan legitimasi religius
bagi eksplorasi ilmiah. Beberapa saintis generasi awal percaya bahwa dalam bekerja, mereka berpikir
tentang pikiran Tuhan.16
Dewasa ini, pertanyaan-pertanyaan batas (limit question) telah diangkat oleh sains, tetapi tidak
dapat dijawab oleh sains itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kadang-kadang disebut

15CristopherKaiser, Creation and the History of Science (Grand Rapids: Eerdmans, 1991)
16IBernard Cohen, Puritanism and the Rise of Modern Science: The Merton Thesis (New Brunswick, NJ: Rutgers
University Press, 1990).

8
“pertanyaan-pertanyaan batas” (boundary question), merujuk ke batas-batas metodologis dan
konseptual serta spasial temporal. Thomas Torrance, teolog asal Skotlandia, berpendapat bahwa sains
telah mengajukan masalah-masalah fundamental yang tidak dapat ia jawab sendiri. Sains
menunjukkan kepada kita tatanan yang rasional dan kontingen (adalah hal yang tidak niscaya tetapi
tidak mustahil adanya dan intelijibilitas mendorong kita untuk meneliti bentuk-bentuk baru dan tak
terduga dari tatanan rasional. Kaum teolog mengatakan bahwa Tuhan adalah landasan kontingen bagi
tatanan yang kontingen dan rasional dari alam semesta. “Korelasi dan rasionalitas itu dalam konteks
Tuhan lebih jauh telah mempertimbangkan sifat misterius dan mengagumkan dari intelijibilitas yang
melekat pada alam semesta, dan menjelaskan perasaan kuat tentang agama yang memanggil kita, dan
yang seperti dikatakan Einstein, menjadi dorongan utama sains”. 17 Teori-teori yang berkaitan dengan
Dentuman Besar dan asal usul alam semesta, khusunya, telah mengangkat berbagai pertanyaan yang
berkaitan dengan batas-batas temporal, spasial, dan konseptual. Mengapa ada alam semesta?

b. Kesejajaran Metodologis dan Konseptual


Pendukung materialisme ilmiah umumnya menganggap sains bersifat objek. Teori sains diuji
dengan criteria yang tegas dan kesesuaiannya dengan data yang bebas teori. Data sains tidak
dipengaruhi oleh kecenderungan individu atau budaya. Sebaliknya, agama sangat subjektif dan
dipengaruhi oleh asumsi individu dan budaya. Sains menuntut pengamatan yang berjarak dan
penalaran yang logis, sedangkan agama menuntut keterlibatan personal dalam tradisi tertentu dan
seperangkat praktik.
Akan tetapi, beberpa ahli sejarah, filosof sains, dan teolog mempertanyakan pembedaan yang
tajam ini. Mereka berargumen bahwa sains tidaklah seobjektif dan agama tidaklah sesubjektif
sebagaimana yang diduga. Ada perbedaan titik tekan antara kedua bidang ini, tetapi pembedaan ini
tidaklah mutlak. Data ilmiah bersifat sarat-teori dan tidak bebas-teori. Asumsi-asumsi teoritis
mengalami pemilahan, pelaporan, dan penafsiran terhadap apa yang dianggap sebagai data. Lebih
dari itu, teori tidak lahir dari analisis data secara logis, tetapi dari tindakan imajinsi kreatif yang di
dalamnya analogi dan model sering berperan. Model-model konseptual membantu kita membayangkan
hal-hal yang tidak bisa diamati secara langsung, terutama di alam yang sangat besar (atronomi) dan
sangat kecil (fisika kuantum).
Karakteristik semacam itu juga ditemukan dalam agama. Data agama meliputi pengalaman
keagamaan, ritual, teks kitab suci. Dat semacam itu lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual.
Metafora dan model juga berperan penting dalam bahasa agama, sebagaimana yang dibahas dalam

17Thomas Torrance, God and the Contingent World, Zygon 14 (1979): 347. Lihat juga dalam Divine and

Contingent Order (Oxford: Oxford University Press, 1981)

9
tlisan Sallie McFague dan Janet Soskice.18 Jelasnya, keyakinan keagamaan tidak mengalami
pengujian empiris secara ketat, tetapi didekati dengan semangat pencarian yang sama sebagaimana
dalam sains. Kriteria sains seperti koherensi, kekomprehensifan, dan kemanfaatan mempunyai
kesejajaran sama dengan pemikiran keagamaan.
Beberapa penulis mengangkat kesejajaran metodologis antara sains dan agama. Semua penulis
ini mengakui bahwa ada perbedaan metode antara sains dan agama. Sains jauh lebih ebjektif daripada
agama dalam setiap hal yang telah disebutkan tadi. Jenis data yang dipakai agama berbeda jauh
dengan data sains, dan kemungkinan untuk menguji keyakinan agama jauh lebih terbatas. Agama lebih
dari sekedar system intelektual karena tujuannya adalah melakukan transformasi personal dan
menawarkan jalan hidup. Akan tetapi, semua penulis ini menekankan bahwa ada kesejajaran metode
yang signifikan dalam kedua bidang ini, termasuk penggunaan criteria konsistensi dan kongruensi
dengan pengalaman. Mereka berpendapat bahwa teologi merupakan upaya kritik dari reflektif yang
dapat membuka wawasan baru, termasuk yang berasal dari sains.
Di samping kesejajaran metodologis, kesejajaran konseptual antara sains dan agama juga
dieksplorasi oleh beberpa penulis. Komunikasi informasi dalam sains, misalnya menawarkan beberapa
kesejajaran yang menarik dengan pandangan biblikal tentang Firman Tuhan dalam penciptaan.
Pendeknya, kesejajaran konseptual dan metodologis seperti halnya pra-anggapan dan pertanyaan-
pertanyaan batas, menawarkan kemungkinan tentang dialog bermakna antara sains dan agama
sembari mempertahankan integritas masing-masing.

4. Integrasi
Beberapa penulis menyerukan perumusan ulang gagasan-gagasan teologi tradisional yang
lebih ekstensif dan sistematis daripada yang dilakukan oleh pendukung dialog. Ada tiga versi berbeda
dalam inegrasi. Dalam natural theology, terdapat kalaim bahwa eksistensi Tuhan dapat disimpulkan
dari (atau didukung oleh) bukti tentang desain alam, yang tentangnya alam membuat kita semakin
menyadarinya. Dalam theology of nature, sumber utama teologi terletak di luar sains, tetapi teori-teori
ilmiah bisa berdampak kuat atas perumusan ulang doktrin-doktrin tertentu, terutama doktrin tentang
penciptaan dan sifat dasar manusia. Dalam sintesis sistematis, sains ataupun agama memberikan
kontribusi pada pengembangan metafisika inklusif, seperti filsafat proses.
a. Natural Theology

18IanG. Barbour, Myths, Models, and Paradigms (New York: Herper & Row, 1974), Sallie McFague, Metaphorical
Theology: Models of God in Religious Language (Philadelphia: Fortress Press, 1982). Janet Soskice, Metaphore and
Religious Language (Oxford: Clarendon Press, 1985)

10
Terdapat beberapa contoh natural theology dari abad-abad lalu. Thomas Aquinas berpendapat
bahwa beberapa sifat Tuhan dapat diketahui hanya dari wahyu dalam kitab suci, tetapi eksistensi
Tuhan itu sendiri dapat diketahui hanya dari nalar. Salah satu bentuk argumen kosmologis
menegaskan bahwa setiap peristiwa harus mempunyai sebab sehingga kita harus mengakui Sebab
Pertama jika hendak menghindari siklus yang tak berujung pangkal. Bentuk argument yang lain
mengatakan bahwa seluruh rantai sebab-sebab natural (terbatas atau tidak terbatas) besifat kontingen
dan bisa jadi sebelumnya tidak demikian. Ia bergantung pada suatu wujud yang mengada secara
niscaya. Argument teleologis (dari telos, bahsa Yunani, berarti tujuan) Aquinas berangkat dari
keteraturan dan intelijibilitas sebagai ciri umum alam semesta, tetapi menunjukkan bukti tentang desain
alam. 19
Pembangun sains modern sering menyatakan ketakjubannya atas koordinasi alam yang
harmonis, yang mereka pandang sebagai karya tangan Tuhan. Newton mengatakan bahwa mata tidak
dapat dirancang tanpa kecakapan yang tinggi dalam bidang optik, dan Robert Boyle mengagumi bukti-
bukti yang melimpah tentang desain di seluruh alam semesta. Pada abad ke-18. dunia dipandang
sebagai mekanisme jam dengan Tuhan sebagai Perancangnya. Akan tetapi, filosof David Hume
melakukan kritik tajam terhadap argumen desain semacam itu. Dia mengamati bahwa ada prinsip-
prinsip pengatur yang bertanggung jawab atas pola-pola di alam. Prinsip-prinsip pengatur tersebut bisa
jadi terkandung di dalam organisme, bukan di luarnya. Dia mengatakan bahwa argumen ini setidak-
tidaknya akan mengarah ke eksistensi Tuhan yang terbatas atau eksistensi tuhan-tuhan yang tidak
mengarah ke eksistensi Pencipta Yang Mahakuasa sebagaimana yang diyakini agama monoteis. Dia
juga mengklaim bahwa adanya kejahatan dan penderitaan di dunia telah melemahkan argumen-desain
tradisional.20
Meskipun ada kritik Hume, argumen desain-ilahi tetap sangat populer. Di antara filosof
kontemporer, Richard Swinburne adalah pembela gigih natural theology. Dia berangkat dari
mendiskusikan teori konfirmasi (confirmation theory) dalam filsafat sains. Dalam perkembangan sains,
bukti-bukti baru ternyata tidak selalu mengukuhkan teori yang sudah ada. Alih-alih suatu teori
mempunyai penerimaan awal karena kesederhanaannya dan potensi kebenarannya akan mengurangi
atau menambahi bukti-bukti tambahan yang diperlukan (teorema Bayes). Swinburne mengatakan
eksistensi Tuhan mempunyai kemasukakalan awal (initial plausibility) karena kesederhanaannya dan
memberikan penjelasan secara terpadu tentang dunia dalam kerangka tujuan pelaku. Dia kemudian
berargumen bahwa bukti-bukti tentang keteraturan dunia memperbesar kemungkinan bagi hipotesis

19Anthony
J.P. Kenny, The Five Ways of St. Thomas Aquinas’ Proofs of God’s Existence (New York: Schocken
Books, 1969)
20David Hume, Dialogues Concerning Natural Religion [1779] (New York: social science publishers, 1948)

11
teistik. Dia juga berpendapat bahwa sains tidak bisa dianggap yang bertanggung jawab atas kehadiran
makhluk berkesadaran di dunia. “Sesuatu di luar jaringan hokum fisika” dibutuhkan untuk menjelaskan
terbitnya kesadaran. Akhirnya, pengalaman keagamaan menyediakan “bukti penting tambahan”.
Swinburne menyimpulkan, “Berdasarkan bukti-bukti yang ada, seisme lebih memungkinkan untuk
diterima daripada tidak.”21
Versi mutakhir argumen-desain adalah Prinsip Antropik dalam kosmologi. Para astrofisikawan
menunjukkan bahwa kehidupan di alam semesta akan menjadi mustahil andaikata beberapa tetapan
fisika dan beberapa kondisi-kondisi lain pada alam semesta dini sedikit berbeda dengan nilai yang kini
diketahui. Alam semesta tampaknya “tertala” (fine-tuned) dengan amat cermat sehingga
memungkinkan munculnya kehidupan. Stephen Hawking menghitung bahwa andaikata laju
pengembangan alam semesta pada satu detik setelah Dentumsn Besar lebih kecil daripada 1 per
100.000.000.000.000.000 (atau 1017), alam semesta akan runtuh kembali sebelum kehidupan dapat
terbentuk.22
Natural theology mempunyai daya tarik kuat di dunia multi-agama karena berangkat dari bukti
ilmiah yang berpotensi untuk mencapai kesepakatan di antara berbagai budaya dan agama. Lebih
lanjut, ia konsisten dengan kekaguman dan keterpesonaan personal yang dirasakan para saintis dalam
kerja mereka. Pendukung argumen-desain kini tidak mengklaim bahwa argumen-desain menawarkan
bukti yang konklusif bagi teisme; mereka menegaskan bahwa semakin sederhana klaim yang
mempercayai Sang Perancang tentulah lebih berterima daripada (atau paling tidak setara dengan)
usulan penafsiran alternative. Ini dapat membantu mengatasi kendala untuk percaya dan dapat
mengarah ke keterbukaan labih besar bagi bentuk-bentuk pengalaman keagamaan dan bagi partisipasi
dalam komunitas keagamaan. Pada sisi lain, keterbatasan dari argument desain-ilahi tetap diakui.
Dipandang secara terpisah, argument-desain paling-paling mengarah ke Tuhan menurut paham
deisme: Sang Perancang yang jauh dari dunia. Bagaimanapun, argumen-desain dapat digabungkan
dengan keyakinan teistik berdasarkan pengalaman keagamaan personal dan tradisi historis.
Pendukung theology of nature dapat menggunakan argumen-desain, tetapi cenderung tidak
memberinya posisi sentral dalam kehidupan dan pemikiran mereka.

b. Theology of nature
Theology of nature tidak berangkat dari sains sebagaimana natural theology. Alih-alih, ia
berangkat dari tradisi keagamaan berdasakan pengalaman keagamaan dari wahyu historis. Akan
tetapi, ia berpendapat bahwa bebrapa doktrin tradisional harus dirumuskan ulang dalam sinaran sains

21Richard Swinburne, The Existence of God (Oxford: Clarendon Press, 1979). Hal. 291
22Stephen W. Hawking, A Brief History of Time, (New York: Bantam Books, 1988). Hal. 291.

12
terkini. Di sini, sains dan agama dipandang sebagai sumber ide-ide yang relative independen, tetapi
bertumpang tindih dalam bidang minatnya. Secara khusus, doktrin tentang penciptaan dan sifat dasar
manusia dipengaruhi oleh temuan-temuan sains. Jika kepercayaan agama hendak diselaraskan
dengan pengetahuan ilmiah, kita mesti melakukan penyesuaian dan modifikasi yang lebih besar
daripada yang dilakukan oleh pendukung tesis Dialog. Dikatakan bahwa teolog harus mengambil
bentangan–luas sains yang telah diterima secara luas, alih-alih beresiko mengadaptasikannya ke teori
terbatas atau spekulatif yang cenderung diringgalkan pada masa mendatang. Doktrin teologi harus
konsisten dengan bukti ilmiah bahkan jika ia tidak dipengaruhi langsung oleh teori sains terkini.
Pandangan kita tentang sifat umum alam mempengaruhi model hubungan Tuhan dengan
alam. Alam kini dipahami sebagai proses evolusioner dinamis dengan sejarah panjang kebaruan yang
muncul yang ditandai oleh kebetulan (chance) dan hukum (law). Karakteristik ini mengubah
representasi dalam hubungan antara Tuhan dan manusia dengan alam bukan manusia. Ini pada
gilirannya mempengaruhi sikap kita terhadap alam dan berimplikasi praktis bagi etika lingkungan.
Problem kejahatan huga dipandang secara berbeda dalam dunia evolusioner daripada dalam dunia
statis.
Bagi Arthur Poacocke, biokimiawan dan teolog, titik berangkat refleksi teologi adalah
pengalaman keagamaan masa lalu dan masa kini dalam komunitas keagamaan yang berkembang.
Keyakinan keagamaan diuji dengan konsensus komunitas dan dengan koherensi, kekomprehensifan,
dan kemanfaatan. Akan tetapi, Poacocke hendak merumuskan ulang kepercayaan tradisional demi
merespons sains terkini. Dia mendiskusikan secara panjang lebar bagaimana kebetulan dan hukum
bekerja bersama-sama dalam kosmologi, fisika kuantum, termodinamika non kesetimbangan, dan
evolusi biologis. Dia menggambarkan munculnya bentuk-bentuk aktivitas yang khas pada tingkat
kompleksitas yang lebih tinggi, dalam hierarki bertingkat dalam kehidupan organis dan pikiran. Dia
memberikan peran positif pada kebetulan dalam eksplorasi dan ekspresi potensialitas pada semua
tingkat. Tuhan mencipta melalui seluruh proses hukum dan kebetulan, tidak dengan mengintervensi
celah-celah proses. Tuhan mencipta di dalam dan melalui proses dunia alami yang disingkap sains.23
Versi mutakhir theology of nature dapat ditemukan di kalangan penulis feminis. Mereka
menunjukkan adanya korelasi di antara dualisme yang begitu melekat dalam pemikiran Barat.
Pikiran/tubuh, nalar/emosi, objektivitas/subjektivitas, dominasi/kepasrahan, kekuatan/cinta. Dalam
setiap kasus, istilah pertama dari setiap pasangan (pikiran, nalar, objektivitas, dominasi, dan kekuatan)
tersebut diidentifikasi dalam budaya kita sebagai bersifat maskulin, sedangkan istilah kedua (tubuh,
emosi, subjektivitas, kepasrahan, dan cinta) sebagai bersifat feminin. Budaya patriarkat secara

23Arthur Peacocke, Theology for a Scientific Age, edisi yang diperluas (Minneapolis: Fortress Press, 1993)

13
histories, lelaki memegang posisi tertinggi dalam kekuasaan, telah melestarikan citra maskulin Tuhan.
Lebih jauh lagi, istilah pertama dadri setiap pasangan tersebut dipandang sebagai karakter sains,
utamanya dalam upayanya untuk mendominasi dan mengendalikan alam. Beberapa feminis
berpendapat bahwa eksploitasi atas perempuan dan alam mempunyai akar ideologis yang sama di
Barat. Ekofeminis yang radikal menengok ke budaya pribumi bagi symbol-feminin ilahiah dan
pemulihan kesucian alam.24 Pada sisi lain, feminis berhaluan reformis percaya bahwa watak patriarkat
dari Kristen historis dapat disisihkan tanpa perlu menolak tradisi secara keseluruhan.25
“Saya percaya bahwa theology of nature harus ditarik dari sains dan agama dalam upaya
untuk merumuskan etika lingkungan yang relevan dengan dunai kontemporer. Hanya sainslah yang
dapat memasok data yang diperlukan untuk mengevaluasi ancaman tehadap lingkungan yang muncul
dari teknologi dan gaya hidup kita. Akan tetapi, kepercayaan agama secara signifikan mempengaruhi
sikap terhadap alam dan motivasi tindakan kita. Pembela lingkungan mengkritik tajam atas Kristen
kalsik atas sikapnya yang menarik garis batas yang tajam antara manusia dan alam bukan manusia,
dan atas penekanannya pada transendensi Tuhan yang melampaui imenensi-Nya.26

c. Sintesis Sistematis
Integrasi yang lebih sistematis dapat dilakukan jika sains dan agama memberikan kontribusi ke
arah pandangan dunia yang lebih koheren yang dielaborasi dalam kerangka metafisika yang
komprehensif. Metafisika adalah pencarian seperangkat konsep umum yang dapat menafsirkan
berbagai aspek realitas (secara terpadu). Skema konseptual yang inklusif diupayakan sedemikian
sehingga dapat mewakili karakteristik fundamental bagi semua fenomena. Metafisik semacam itu
merupakan bidang garapan filosof daripada saintis atau teolog, tetapi dapat berfungsi sebagai arena
refleksi bersama.
Filsafat proses (process philosophy) merupakan kandidat yang menjanjikan untuk menjadi
penengah dewasa ini karena ia sendiri dirumuskan di bawah pengaruh gagasan sains dan agama.
Filsafat proses mengatakan bahwa penyusun dasar realitas bukanlah dua jenis maujud alami (dualisme
pikiran/materi) atau satu jenis maujud abadi (materialisme), melainkan satu jenis peristiwa yang
mempunyai dua aspek atau dua fase. Filsafat ini bersifat monistik dalam memotret karakter umum dari
semua peristiwa, tetapi mengakui bahwa semua peristiwa dapat diorganisasi dengan beragam cara,

24Irene Diamond dan Gloria Feman Orenstein, Reweaving the World: The Emergence of Ecofeminism (San

Francisco: Sierra Club Books, 1990); Judith Plant, peny., Healing the Wounds: The Promise of Ecofeminism (Philadelphia:
New Society Publishers); Carol Adams, peny., Ecofeminism and the Sacred (New York: Continuum, 1993)
25Sallie McFague, Models of God: Theology of an Ecological, Nuclear Age (Philadelphia: Fortress Press, 1987);

Rosemary Radford Ruether, Gaia and God: An Ecofeminism Theology of Earth Healing (San Francisco: Harper San
Francisco, 1992)
26Ian G. Barbour, 2002. Juru Bicara Tuhan: Antara Sains dan Agama. Bandung; Mizan. Hal. 92-93.

14
mengrah ke keragaman pengaturan untuk berbagai tingkat. Semua maujud terorganisasi semacam
organisme (bukan agregat tak terintegrasi seperti batu) yang mempunyai realitas luar dan realitas
dalam, tetapi tiap-tiap maujud tersebut mengambil bentuk yang sangat berbeda pada berbagai tingkat.
Interioritas sangat bervariasi, dari memori, perasaam, daya tanggap, dan antisipasi yang sederhana
pada organisme tingkat rendah hingga kesadaran pada organisme tingkat tinggi yang mempunyai
system saraf pusat. Dipandang dari dalam, interioritas dapat ditafisrkan sebagai suatu momen
pengalaman kendatipun mengalami pengalaman sadar (conscious) hanya terjadi di organisme tingkat
tinggi, dan kesadaran tinggi reflektif menjadi ciri khas manusia. Secara genuine, fenomena baru muncul
dalam sejarah evolusi, tetapi kategori dasar metafisika berlaku untuk semua peristiwa.27
Bagi filosof proses, Tuhan adalah sumber kebaruan dan tatanan. Penciptaan adalah proses
yang panjang dan belum sempurna. Tuhan mendapatkan penciptaan diri dari entitas individual, dan
karena itu memungkinkan munculnya kebebasan dan kebaruan serta tatanan dan struktur. Tuhan
bukanlah kedaulatan transenden sebagaimana yang diyakini Kristen klasik. Tuhan berinteraksi secara
timbal balik dengan dunia, berpengaruh atas semua peristiwa, tetapi tidak pernah menjadi sebab
tunggal untuk semua peristiwa. Metafisika memahami setiap peristiwa baru sebagai produk maujud
masa lau, tindakan diri, dan aksi Tuhan. Di sini, Tuhan mentransendensi dunia, tetapi Dia juga imanen
di dunia dengan cara tertentu dalam struktur setiap peristiwa. Kita tidak mempunyai rentetan peristiwa
alami murni yang diselingi oleh peristiwa yang dikendalikan Tuhan sepenuhnya.
Filsafat proses menolak gagasan terhadap kemahakuasaan Tuhan; mereka percaya pada
ajakan, bukan paksaan, Tuhan dan mempunyai analisis khas tentang kebetulan, kebebasan manusia,
kejahatan dan penderitaan dunia. Filsafat proses juga memberikan sumbangan khas bagi etika
lingungan. Kehidupan manusia dan bukan manusia tidak dapat dipisahkan secara tegas. Jika makhluk
lain sebagai pengalaman, mereka juga mempunyai nilai yang intrinsik dan bukan sekedar instrumental
bagi manusia. Tema proses yang berkaitan dengan dampak lingkungan adalah penekanannya pada
transendensi (meski tak mengabaikan imanensi). Filsafat proses yang cenderung menekankan
imanensi Tuhan di alam raya (tanpa mengabaikan transendensi) akan mendorong penghormatan yang
lebih besar terhadap terhadap alam.
Dalam upaya merumuskan theology of nature, metafisika yang sistematis semacam filsafat
proses ini dapat membantu kita dalam mencari visi yang koheren. Akan tetapi, ini tidak berarti agama
atau sains hendak disamakan dengan sistem metafisika. Ada bahaya jika gagasan-gagasan sains atau
agama diselewengkan demi menyesuaikan diri dengan sintesis yang mengklaim mencakup semua
realita. Kita harus selalu mempertimbangkan keluasan pengalaman manusiawi. Kita mendistorsikannya

27David Yar Griffin, Religion and Scientific Naturalism (Oxford: Oxford University Press, 1999)

15
jika kita memotong-motongnya menjadi ranah-ranah yang terpisah atau penggarisbatasan yang tegas,
tetapi kita juga mendistorsikannya jika kita memaksakannya sesuai dengan sistem intelektual yang
ketat. Visi koheren tentang realitas harus memungkinkan keunikan berbagai pengalaman yang ada.

Ian G. Barbour berbicara tentang adanya spektrum empat hubungan yang mungkin antara
sains dan agama, yaitu konflik, independensi, dialog, dan integrasi sebagaimana telah dijelaskan di
atas.28 Spektrum relasi sains dan agama versi Barbour ini tampaknya juga mencerminkan
perkembangannya secara kronologis begitu warisan sains dari peradaban Islam mengalami
sekulerisasi.
Dalam hubungan konflik agama dan sains saling menegasikan kebenaran yang lain alias
kontradiktif. Hal ini dapat dicontohkan dengan hukuman Galileo Galilei yang diberikan oleh Gereja
Katolik pada abad ke-17. Juga penolakan Gereja Katolik pada abad e-19 terhadap teori evolusi Darwin
merupakan contoh lainnya. Contoh terbaru adalah gerakan Kreasionisme para inteletual Kristen pada
abad ke-20.
Penolakan fundamentalisme religius secara dogmatis ini mengalami perlawanan yang smaa
dogmatisnya di beberapa kalangan ilmuwan yang menganut kebenaran mutlak objektivisme sains.
Namun, tidak semua ilmuwan berpandangan dengan sikap bermusuhan seperti itu. Sebagian besar
justru menganut pandangan independensi di mana agama dan sains dianggap mempunyai
kebenarannya sendiri-sendiri yang terpisah satu sama lain, sehingga dapat hidup berdampingan
secara damai. Mereka yang berpandangan seperti ini menganggap agama mencakup nilai-nilai,
sedangkan sains hanya berhubungan dengan fakta. Pandangan yang seperti inilah yang diyakini oleh
biolog Stephen Jay Gould dalam konsepnya tentang non-overlapping magisteria (NOMA), yaitu dua
urusan yang tak berpotongan. Sebaliknya, kaum agamawan juga menganut ajaran independensi itu
sendiri. Hanya saja, mereka menganggap sumber nilai-nilai itu adalah Tuhan Maha Pencipta semua
alam yang nyata maupun yang gaib.
Mengenai yang pertama dan alam gaib hanya agama yang dapat mengetahuinya melalui
keimanan, sedangkan sains hanya berkaitan dengan alam nyata. Dengan demikian, pandangan
independensi ini walaupun dengan interpretasi yang sedikit berbeda menjamin kedamaian antara
agama dan sains.
Selanjutnya, dalam hubungan dialogis, agama dan sains mempunyai persinggungan yang bisa
didialogkan satu sama lainnya. Barangkali pandangan ini dapat diwakili oleh pendapat fisikawan besar,
Albert Einstein, yang terkenal itu. Einstein mengatakan bahwa “Religion without science is blind;

28Ian G. Barbour, 2002. When Science Meet Religion, Herper San Fransisco.

16
science without religion is lame.” Tanpa sains, agama menjadi buta, dan tanpa agama sains menjadi
lumpuh. Mungkin Einstein mengingat religiusitas para pelopor sains modern, seperti Copernicus,
Keppler, dan Newton.
Belakangan, pendekatan dialog ini telah melahirkan pendekatan yang lebih bersahabat, yaitu
pendekatan integrative. Dalam hubungan integratif, sains dan agama menyadari akan adanya suatu
wawasan yang lebih besar mencakup keduanya sehingga bisa bekerja sama secara aktif. Bahkan,
sains bisa meningkatkan keyakinan umat beragama dengan memberi bukti ilmiah atas wahyu atau
pengalaman mistis.
Pandangan integratif lain yang bekerja pada tataran lebih fundamental. Pandangan ini adalah
pandangan pluralisme epistemologis postmodern. Dalam pandangan ini, baik agama maupun sains
dapat bekerja sama karena keduanya merupakan interpretasi intersubjektif yang berbeda-beda pada
pengalaman manusia, seperti halnya seni, sastra, dan filsafat yang setara satu sama lain. Pandangan
yang banyak dianut para budayawan humaniora ini tentu saja ditolak oleh kebanyakan ilmuwan
kealaman yang menganggap objektivitas sebagai hal yang mutlak. Begitu juga para agamawan
menolaknya karena telah merelatifkan dogma keimanan yang mereka anggap mutlak.
Oleh karena itu, perlu dicari sebuah pandangan fundamental lain bagi dialog interaktif antara
sains dan agama. Menggantikan konsep pluralitas dengan paham konsep integralitas adalah salah
satu upaya untuk mencari landasan bersama bagi dialog itu.29

29
Armahedi Mahzar, 2004. Revolusi Integraslime Islam: Dialog Sains dan Agama: Pendekatan Komparatif
Integralisme Islam. Bandung; Mizan. Hal. 212-214.

17
BAB II
KEILMUAN INTEGRATIF

Islam dewasa ini, dalam kondisi terpuruk, terutama secara psikologis dengan dikaitkannya ulah
sekelompok kecil dari umat Islam dengan terorisme internasional. Di lain pihak, peradaban barat
sedang mengalami transformasi besar. Transformasi ini diawali dengan runtuhnya paradigma atau
filsafat dasar sains modern selama ini. Krisis di dunia Barat itu telah melahirkan pandangan
postmodernisme yang mempunyai dua sayap: a. Sayap kiri, pos-strukturalisme pluralistic dan b. Sayap
kanan, holisme monistik.
Munculnya kedua sayap ini adalah kelanjutan dari terbelahnya kebudayaan modern menjadi
cabang-cabang budaya yang otonom, yaitu seni, sains, dan teknologi. Kelompok yang berkecimpung di
dunia seni biasanya cenderung menganut sayap kiri posmodernisme/pos-strukturalisme pluralistik,
sedangkan yang ilmuan cenderung menganut sayap kanan holisme monistik. Yang menarik dari kedua
sayap itu adalah kendati mempunyai sudut pandang yang bertentangan, mempunyai satu kesamaan,
yaitu mereka pada dasarnya sama-sama mencoba manyatukan apa yang telah dipisahkan oleh budaya
modern atau proses modernisasi sekuler. Keduanya mencoba melalui paradigma modernitas dengan
sejenis kesatuan.
Kesatuan yang diajukan oleh pos-strukturalisme adalah pluralisme, relativisme mutlak, dan
fragmentasi. Sedangkan yang diajukan oleh holisme adalah monodualisme, relativisme kontekstual,
dan integrasi. Pada paradigma posmodernisme, sains dan agama sama-sama menjadi relatifnya
dengan seni. Sedangkan paradigma holisme, sains, agama, dan seni mempunyai kedaulatan sendiri-
sendiri dalam suatu monodualisme di mana sains dan teknologi bersifat objektif, sedangkan agama dan
seni bersifat subjektif. Tentu saja kedua paradigma baru peradaban Barat ini tidak dapat diterima oleh
para ilmuwan dan agamawan.
Wacana tentang integrasi ilmu dan agama telah muncul cukup lama. Meski tak selalu
menggunakan kata integrasi secara eksplisit, di kalangan Muslim modern gagasan perlunya pemaduan
ilmu dan agama, atau akal dan wahyu (iman), telah cukup lama beredar. Cukup popular juga di
kalangan muslim pandangan bahwa pada masa kejayaan sains dalam peradaban islam, ilmu dan
agama telah integrated. Dalam konteks Indonesia, secara lebih khusus ini tampak dalam wacana
mengenai transformasi dari IAIN/STAIN menjadi UIN, dan karena istilah yang digunakan adalah
reintegrasi yang nanti akan didiskusikan lebih lanjut.
Dalam konteks Kristen kontemporer, pendekatan integrasi dipopulerkan oleh Barbour, yang
menyebut salah satu dari empat tipologi hubungan sains-agama dengan integrasi. Teolog Cum
fisikawan Kristen ini dianggap sebagai salah seorang peletak dasar wacana sains dan agama yang

18
berkambang di Barat, tetapi pengaruhnya kini telah amat menyebar berkat penerjemahan buku-
bukunya, termasuk di Indonesia.
Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang mengatakan bahwa “agama”
dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak bisa dipertemukan.30 Keduanya memiliki wilayah sendiri-
sendiri, terpisah antara satu dengan lainnya, baik dari segi objek formal-material, metode penelitian,
kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuan maupun status teori masing-masing bahkan
sampai ke institusi penyelenggara. Dengan ungkapan lain, ilmu tidak mempedulikan agama dan agama
tidak mempedulikan ilmu.31
Bahwa agama mesti diintegrasikan atau dipadukan dengan wilayah-wilayah kehidupan
manusia, tampaknya tak memerlukan penjelasan lebih jauh. Hanya dengan inilah agama bisa
bermakna dan menjadi rahmat bagi pemeluknya, bagi umat manusia, atau bahkan keseluruhan alam
semesta.
Karena itu, tampak alamiah saja ketika dalam memperbincangkan ilmu dan agama, “integrasi”
tampaknya menjadi kata kunci untuk mengungkapkan sikap yang dianggap paling tepat, khususnya
dari sudut pandang umat beragama.32 Secara harfiah, integrasi berlawanan dengan pemisahan, suatu
sikap yang meletakkan tiap-tiap bidang kehidupan ini dalam kotak-kotak yang berlainan. Namun, kita
melihat dalam sejarah, sikap ekspansionis agama maupun sains menolak pengaplingan wilayah ini,
keduanya sulit dipaksa berdiam dalam kotak-kotak tertentu, tetapi ingin memperluas wilayah
signifikansinya ke kotak-kotak lain. Namun, ketika suatu kotak didiami oleh kedua entitas ini, terbukalah
peluang bagi terjadinya konflik antara keduanya.
Integrasi ingin mendayung di antara dua karang itu: membuka kotak yang bermakna antara
agama dan ilmu, tetapi tidak terjebak dalam konflik. Ini cara pertama yang mencirikan integrasi.
Dengan pencirian ini, bagi kaum beragama, integrasi tampaknya telah menjadi suatu sikap yang
religiously correct yakni bahwa memang sudah seharusnya ilmu dan agama dipadukan.
Persoalannya kemudian adalah pemaduan seperti apa yang bisa dilakukan? Bisa diduga,
integrasi tak bermakna tunggal. Dalam wacana tentang ilmu dan agama, integrasi dalam artian
generiknya sebagai upaya memadukan ilmu dan agama memang dapat dan telah dimaknai secara
berbeda-beda. Memadukan tak harus berarti menyatukan atau bahkan mencampuradukan. Identitas

30M. Amin Abdullah menyatakan bahwa konotasi penyebutan “agama” dapat berarti macam-macam. Bisa berupa

kelembagaan agama, ritus-ritus agama, dogma agama, tradisi agama,dan seterusnya. Namun yang dimaksud di sini adalah
nilai-nilai spiritualitas, intelektualitas, moralitas, dan etika yang dibangun oleh agama-agama dunia, khususnya Islam.
31M. Amin Abdullah, 2004. Integrasi Sains-Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains. Yogyakarta;

Suka Press. Hal. 3


32Di sini ilmu memacu setidaknya pada ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Di kalangan muslim khususnya,

digunakan pula ilmu agama, yang dibedakan dari ilmu-ilmu umum (alam dan social). Bisanya keduanya dibedakan secara
metodologis. Ilmu agama bersumber dari otoritas, termasuk wahyu (naqliah), dan mengacu pada disiplin-disiplin ilmu seperti
tafsir, fiqh, penilaian hadis, kalam (teologi), dan sebagainya. Ilmu-ilmu umum bersifat rasional-empiris.

19
dan watak dari kedua entitas itu tak mesti hilang, atau sebagian orang bahkan akan berkata, harus
tetap dipertahankan.
Kebanyakmaknaan integrasi akan makin jelas jika kita melihat bahwa secara logis [andangan
seseorang tentang hubungan sains dan agama niscaya dipengaruhi cara ia memandang sains
(hakikatnya, metodenya, tujuannya) dan cara ia memandang agama. Padahal kita tahu, dari kajian
tentang sains dan agama, bahwa ada beragam pandanagn tentang keduanya. Di samping itu, ada pula
fakta bahwa masing-masing memiliki cukup banyak dimensi. Karenanya, setidaknya secara logis pasti
akan beragam pula cara mempertemukan atau memadukan keduanya.

Mengakhiri Dikotomi Agama dan Ilmu dalam Praktek Kependidikan


Jauh sebelumnya, dalam sejarah kependidikan Islam telah pula berpola pengembangan
keilmuan yang bercorak integralistik-ensiklopedik di satu sisi, yang dipelopori oleh para ilmuwan seperti
Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, berhadapan dengan pola pengembangan keilmuan agama yang
spesifik-parsialitik di sisi lain, yang dikembangkan oleh para ahli hadis dan fiqh. Keterpisahan secara
diametral antara keduanya dan sebab-sebab lain yang bersifat politis-ekonomis, berakibat pada
rendahnya mutu pendidikan dan kemunduran dunia Islam pada umumnya. 33 Dalam ketiga revolusi
peradaban manusia, yaitu revolusi hijau, revolusi industri, dan revolusi informasi, tidak ada satu pun
ilmuwan muslim tercatat namanya dalam lembaran tinta emas pengembang ilmu pengetahuan. 34
Perkembangan dan pertumbuhan ilmu-ilmu sekuler sebagai simbol keberhasilan Perguruan
Tinggi Umum yang tercerabut dari nilai-nilai akar moral dan etik kehidupan manusia di satu pihak,
sementara di lain pihak perkembangan dan pertumbuhan Perguruan Tinggi Agama yang hanya
menekankan ilmu-ilmu keagamaan dan teks-teks keislaman normatif era klasik yang berdampak pada
persoalan penciptaaan tenaga kerja terampil dalam dunia ketenagakerjaan, menjadikan kedua-duanya
mengalami proses pertumbuhan yang tidak sehat serta membawa dampak negatif bagi pertumbuhan
dan perkembangan kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi, sosial-politik, dan sosial-keagamaan di
tanah air.
Dari sini tergambar bahwa ilmu-ilmu sekuler yang dikambangkan di Perguruan Tinggi Umum
dan ilmu-ilmu agama yang dikembangkan di Perguruan Tinggi Agama secara terpisah, yang
sekaranmg ini berjalan, sedang terjangkit krisis relevansi (tidak dapat menyelesaikan banyak
persoalan), mengalami kemndekan dan kebuntuan (tertutup untuk pencarian alternative-alternatif yang

33Menurut laporan pengembangan Mnausia (Human Development Report 2002-UNDP), nilai Human Development
Index (HDI) 2000, Indonesia mendapat nilai 0,688 (urutan 109). Untuk diketahui, HDI adalah indeks campuran yang
merupakan ukuran rata-rata prestasi atas tiga dimensi dasar dalam pengembangan atau pembangunan manusia: a. Long
and healty life, b. Knowledge, c. Kelayakan standar hidup (a decent standard of living)
34Mahatir Muhammad, 2002. Globalization and the New Realities . Selangor; Pelanduk Publication (M) Sdn Bhd.

Hal. 54-61

20
lebih mensejahterakan manusia) damn penuh bias-bias kepentingan (keagamaan, ras, etnis, filosofis,
ekonomis, politik, gender, peradaban). Dari latar belakang seperti itulah gerakan rapprochment
(kesediaan untuk saling menerima keberadaan yang lain dengan lapang dada) antara dua kubu
keilmuan merupakan suatu keniscayaan.gerakan raprochment dapat juga disebut sebagai gerakan
penyatuan atau reintegrasi epistemology keilmuan adalah suatu keniscayaan dan mutlak dipoerlukan
untuk mengantisipasi perkembangan-perkembangan yang serba kompleks dan tak terduga pada
millennium ketiga serta tanggung jawab kemanusiaan bersama secara global dalam mengelola sumber
daya alam yang serba terbatas dan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sebagai khalifah
Allah fil al-ardh.35
Tantangan di era globalisasi menuntut respon yang tepat dan cepat dari system pendidikan
Islam secara keseluruhan. Jika kaum muslim tidak hanya ingin sekedar survive di tengah persaingan
global yang semakin tajam dan ketat, tetapi juga berharap mampu tampil di depan, maka re-orientasi
pemikiran mengenai pendidikan Islam dan rekonstruksi sistem dan kelembagaan merupakan
keniscayaan.36
Agama memang mengklaim sebagai sumber kebenaran, etika, hokum, kebijaksanaan, serta
sedikit pengetahuan. Agama tidak pernah menjadikan wahyu Tuhan sebagai satu-satunya sumber
pengetahuan. Menurut pandangan ini, sumber pengetahuan ada dua macam, yaitu pengetahuan yang
berasal dari Tuhan dan pengetahuan yang berasal dari manusia. Perpaduan antara keduanya disebut
teoantroposentris.
Modernisme dan sekulerisme sebagai hasil turunannya yang menghendaki diferensiasi yang
ketat dalam berbagai bidang kehidupan sudah tidak sesuai lagi dengan semangat zaman, spesialisasi
dan penjurusan yang sempit dan dangkal mempersempit jarak pandang atau horizon berpikir. Pada
peradaban yang disebut pasca modern perlu ada perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah
gerakan resakralisasi, deprivatisasi agama dan ujungnya adalah dediferensiasi (penyatuan dan rujuk
kembali). Kalau diferensiasi menghendaki pemisahan antara agama dan sector kehidupan lain, maka
dideferensiasi menghendaki penyatuan kembali agama dengan sektor-sektor kehidupan lain, termasuk
agama dan ilmu.
Agama menyediakan tolak ukur kebenaran ilmu, bagaimana ilmu diproduksi, tujuan-tujuan
iilmu. Dimensi aksiologi dalam teologi ilmu ini penting untuk digaris bawahi, sebelum manusia keluar
mengembangkan ilmu. Selain ontologi (whatness) keilmuan, epistemologi keilmuan (howness), agama
sangat menekankan aksiologi keilmuan (whyness).

35M. Amin Abdullah, 2004. Integrasi Sains-Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains. Yogyakarta;
Suka Press. Hal. 6-7
36Ibid, Hal. 8

21
Ilmu yang lahir dari induk agama menjadi ilmu yang objektif (mengalami proses objektifikasi).
Dalam arti ilmu tersebut tidak dirasakan oleh pemeluk agama lain, non-agama, dan anti agama sebagai
norma (sisi normativitas), tetapi sebagai gejala keilmuan yang objektif (sisi historisitas-empirisitas)
semata. Ilmu yang berlatar belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan agama yang normatif.
Maka objektifitas ilmu dari orang beriman untuk seluruh manusia, tidak hanya untuk orang beriman
saja, lebih-lebih bukan untuk pengikut agama tertentu saja. Contoh objektivitas ilmu, antara lain dapat
disebutkan: Optik dan aljabar (tanpa harus terlalu dikaitkan dengan budaya Ilsam era Al-Haitami, Al-
Khawarizmi), Mekanika dan astrofisika (tanpa dikait-kaitkan dengan budaya Yudeo-Kristiani), akupuntur
(tanpa harus percaya konsep Yin-Yang Taoisme), pijet urut (tanpa harus percaya konsep animisme
dan dinamisme dalam budaya leluhur), yoga (tanpa harus percaya Hinduisme), khasiat madu lebah
(tanpa harus percaya kepada Al-Qur’an yang memuji lebah), perbankan syari’ah (tanpa harus meyakini
etika islam tentang ekonomi).
Paradigma keilmuan baru yang menyatukan, bukan sekedar menggabungkan wahyu Tuhan
dan temuan pikiran manusia (ilmu-ilmu holistic-integralistik), itu tidak akan berakibat mengecilkan peran
Tuhan (sekulerisme) atau mengucilkan manusia sehingga teraleniasi dari dirinya sendiri, dari
masyrakat sekitar, dan lingkungan hidup sekitarnya. Diharapkan konsep integralisme dan reintegrasi
epistemologi keilmuan sekaligus akan dapat menyelesaikan konflik antar sekularisme ekstrim dan
fundamentalisme negtaif agama-agama yang rigid dan radikal.
Beberapa contoh di bawah ini akan memberikan gambaran mengenai ilmu yang bercorak
integralistik bersama prototip sosok ilmuan integratif yang dihasilkan. Contoh dapat diambil dari ilmu
ekonomi syari’ah, yang sudah nyata ada praktik penyatuan antara wahyu tuhan dan temuan pikiran
manusia.37 Agama menyediakan etika dalam perilaku ekonomi diantaranya adalah bagi hasil
(mudharabah), dan kerjasama (al-musyarakah). Di situ terjadi proses objektifikasi dari etika agama
menjadi ilmu agama yang dapat bermanfaat bagi orang dari semua penganut agama, non-agama, atau
bahkan anti agama. Dari orang beriman untuk seluruh manusia. Ke depan pola kerja keilmuan yang
integralistik dengan basis moralitas keagamaan yang humanistik ini dituntut dapat memasuki wilayah-
wilayah yang lebih luas, seperti psikologi, sosiologi, antropologi, social work, lingkungan, kesehatan,
teknologi, politik, hubungan internasional, hukum dan peradilan, dan seterusnya.
Dalam ilustrasi hubungan jaring laba-laba yang bercorak teoantroposentris-integralistik terlihat
adanya jarak pandang atau horizon keilmuan integralistik begitu luas (tidak myopic) sekaligus terampil
dalam perikehidupan sector tradisional maupun modern karena dikuasainya salah satu ilmu dasar dan
keterampilan yang dapat menopang kehidupan di era informasi-globalisasi. Di samping itu, telihat pula

37Lebih lanjut lihat Cik Mustafa Cik Hasan (penyunting), 2002. Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia.

Kuala Lumpur: Institut Kepahaman Islam Malaysia (IKIM)

22
sosok manusia beragama (islam) yang terampil dalam menangani dan menganalisis isu-isu yang
menyentuh problem kemanusiaan dan keagamaan di era modern dan pasca modern dengan
dikuasainya berbagai pendekatan baru yang diberikan oleh ilmu-ilmu alam (natural science), ilmu-ilmu
sosial (social science), dan humaniora (humanities) kontemporer. Di atas segalanya, dalam setiap
langkah yang ditempuh selalu dibarengi etika moral keagamaan objektif dan kokoh, karena keberadaan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dimaknai secara baru (heurmenetis) selalu menjadi landasan pijak
pandangan hdup (weltanschauung) keagamaan manusia yang menyatu dalam satu tarikan nafas
keilmuan dan keagamaan. Semua itu diabadikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama
tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama, ras maupun golongan.38
Dengan demikian, integrasi sains dan agama dapat dilakukan dengan mengambil inti filosofis
ilmu-ilmu keagamaan fundamental islam sebagai paradigma sains masa depan. Inti filososfis itu
adalaha adanya hierarki epistemologis, aksiologis, kosmologis, dan teologis yang bersesuaian dengan
hierarki integralisme: materi, energi, informasi, nila-nilai, dan sumber. Proses integrasi ini dapat
dianggap sebagai islamisasi sains sebagi bagian dari proses islamisasi peradaban masa depan.39

38Lihat lebih jelas gambar jaring laba-laba yang bercorak teoantroposentris-integralistik dalam buku Integrasi
Sains dan Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains, Yogyakarta; Suka Press.
39Zainal Abidin Bagir, 2005. Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. Bandung; Mizan. Hal. 110.

23
BAB III
ISLAM DAN ILMU BIOLOGI

A. Ilmu Biologi
Biologi memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan ilmu lainnya dalam hal objek,
persoalan dan metodenya. Di dalam struktur keilmuan menurut BSCS persoalan yang dikaji dalam
Biologi meliputi 9 tema dasar yaitu : (1). Biologi (sains) sebagai proses inkuiri/penemuan, (2)
sejarah konsep biologi, (3) evolusi, (4). Keanekaragaman dan keseragaman, (5) genetic dan
keberlangsungan hidup, (6). Organisme dan lingkungan, (7) perilaku, (8) struktur dan fungsi dan (9)
regulasi. 40
Mempelajari biologi dilakukan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah akan menghasilkan produk
ilmiah, yaitu:
1) Fakta : tumbuhan bergerak, hewan beranak
2) Konsep : fotosintesis, pertumbuhan, reproduksi
3) Prinsip : fotosintesis menghasilkan oksigen
4) Prosedur : penggunaan mikroskop, penggunaan thermometer
5) Teori : teori evolusi, teori biogenesis, teori neobiogenesis
6) Hukum dan postulat: Hukum Mendel, hukum Hardy-Weinberg, Postulat Koch. 41
B. Islam dan Biologi
Di dalam Al-Quran ditemukan sangat banyak ayat yang berbicara tentang makhluk hidup yang
menjadi lingkup pembahasan biologi, khususnya tentang manusia. Manusia diungkap Al-Quran
dalam berbagai dimensi, mulai dari asal mulanya, reproduksi, perkembangannya dari lahri hinggi
akhir hayatnya sampai pada kehidupan akhir di akhirat nanti.
Hubungan Islam dan biologi juga banyak terdapat dalam persoalan-persoalannya. Diantaranya
adalah:
B.1. Keanekaragaman dan Keberagaman
Masing-masing dari makhluk hidup memiliki persamaan dan perbedaan dengan makhluk hidup
yang lain. Persamaan dan perbedaan antar makhluk hidup menjadi ciri-ciri untuk membedakannya
dengan yang lain. Ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup merupakan faktor
pembeda dari banyaknya makhluk hidup yang diciptakan oleh Allah SWT.

40
Anonim, 2003, Pedoman Khusus Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Biologi, Depdiknas, Dirjen
Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, hal.2.
41
Ibid, hal. 7

24
Ciri-ciri yang nampak dapat menimbulkan keanekaragaman fenotif (sifat yang tampak pada
individu). Beberapa contoh keanekaragaman morfologis dari makhluk hidup itu misalnya:
- Pada manusia: keanekaragaman dalam sosok tubuh, raut muka, tinggi badan, bentuk
hidung, bentuk bibir, dan sebagainya.
- Pada hewan : keanekaragaman dalam besar tubuh, warna bulu, sifat bertelur atau tidak
dan sebagainya.
- Pada tumbuhan: keanekaragaman warna bunga, bentuk daun, kelebatan buah dan
sebagainya.
Keanekaragaman hewan sudah diterangkan oleh Allah di dalam Al-Quran pada surat An-Nur
ayat 45.
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada
yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki.
Allah juga menerangkan keanekaragaman tumbuhan di dalam surat Abasa ayat 27-32 yang
artinya:
Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaetun dan pohon
kurma, kebun-kebun yang lebat dan buah-buahan serta rumput-rumputan untuk kesenanganmu
dan untuk binatang ternakmu.
Bagi manusia, ciri-ciri seseorang dapat dikenali melalui sidik jarinya. Sidik jari menjadi identitas
yang sangat penting untuk mengenali seseorang.42 Di dalam keunikan ini Allah SWT menerangkan
di dalam surat Al-Qiyamah ayat 4, artinya:
Bukankah demikian, sebenarnya Kami kuasa menyusun ujung-ujung jarinya dengan sempurna.
B.2. Genetika dan Embriologi
Genetika adalah salah satu golongan ilmu biologi yang mempelajari turun-temurunnya sifat-
sifat induk atau orang tua kepada keturunannya. Genetika berkembang pesat sejak permulaan
abad -20. Di bidang kedokteran, genetika mempunyai lingkup sangat luas antara lain membahas
tentang aspek keluarga, antara lain penentuan jenis kelamin bayi.43
Di dalam Al-Quran Allah menerangkan:
Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,
dari air mani apabila dipancarkan. (Q.S. An-Nujum, 53:45-46).
Ilmu genetika yang berkembang dewasa ini membenarkan firman Allah di atas. Kini telah
diketahui manusia bahwa yang berperan dalam penentuan jenis kelamin seorang anak adalah

42
Harun Yahya, 2004, Al-Quran dan Sains, Dzikra. Hal. 95
43
Suryo, Ir. 1984, Genetika Strata 1, UGM Press, hal. xvi

25
orang tua laki-laki. Di dalam penentuan jenis kelamin, kromosom Y yang dimiliki ayah yang akan
berperan.
Manusia mempunyai 46 buah kromosom, terdiri dari 44 (22 pasang) autosom dan 2 (1 pasang)
kromosom kelamin. Seorang perempuan memiliki 22 pasang autosom dan 1 pasang kromosom –X
atau dapat dituliskan formulanya 22AAXX. Seorang laki-laki memiliki 22 pasang autosom, 1
kromosom X dan 1 kromosom –Y, maka formulanya 22AAXY.
Kromosom Y membawa gen-gen yang mengkode sifat kelaki-lakian, sedangkan kromosom X
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan. Pembentukan seorang manusia baru
berawal dari penggabungan silang salah satu kromosom kelamin kedua orang tua. Jadi, dua
kromosom X pada ibu akan berpasangan dengan salah satu kromosom kelamin ayah. Pasangan
tersebut dapat berbentuk XX dan XY. Jika kromosom X dari ibu berpasangan dengan kromosom X
dari ayah (XX) maka anak yang akan lahir adalah anak perempuan dan jika kromosom X dari ibu
berpasangan dengan kromosom Y dari ayah (XY) maka akan lahir anak laki-laki.
Dari penjelasan di atas, keyakinan bahwa penyebab lahirnya anak dengan jenis kelamin
tertentu ditentukan oleh orang tua laki-laki. Seperti yang telah diterangkan Allah bahwa anak tidak
akan lahir kecuali setelah air mani (sperma) dari orangtua laki-laki dipancarkan.
Di dalam embriologi, peran orang tua laki-lai yang menghasilkan sperma dan orang tua
perempuan yang menghasilkan ovum sama pentingnya. Jika di dalam genetika hanya menentukan
jenis kelamin, keilmuan embriologi menerangkan perkembangan janin anak setelah sperma dan
ovum bersatu. Oleh karena itu, setelah penentuan jenis kelamin akan diterangkan juga tentang
perkembangan janin.
Perkembangan janin di dalam rahim seorang ibu dimulai sejak terjadinya pembuahan sel telur
oleh sperma. Peleburan sel telur dengan sperma disebut dengan zigot. Zigot berkembang menjadi
embrio dan embrio menjadi fetus.
Di dalam Al-Quran tahapan-tahapan perkembangan bayi diterangkan di dalam surat Al-
Mukminun, 23: 12-14.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu dari air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

26
Tahapan-tahapan perkembangan manusia tersebut adalah:
1. Nutfah
Kata nutfah secara harfiah berarti setetes cairan. Di dalam Al- Qur’an nutfah adalah cairan
yang dipancarkan ( ke dalam rahim). Cairan yang dipancarkan adalah perpaduan dari dua cairan (
sperma dan ovum). Perpaduan ini disebut sebagai nutfah amsyaj.44 Nutfah amsyaj berkembang
dengan dibekali ciri- ciri dan sifat tertentu.45 Dalam embriologi disebut dengan istilah pra
pembentukan dimana manusia mewarisi gen dari bapak dan ibunya. (Hal 58 - 64)
Spermatozoa yang ditumpahkan tidak semua berhasil membuahi ovum. Hanya satu dari
jumlah besar yang akan membuahi ovum untuk membentuk zigot yang selanjutnya tumbuh
menjadi bayi. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Tidak dari keseluruhan cairan ( yang ditumpahkan) manusia dibuat, tetapi dari sebagian
kecilnya saja.”46
2. Alaqah
Alaqah berarti sesuatu yang melekat kepada sesuatu yang lain. Begitu pembuahan
diselesaikan oleh sperma, ovum yang telah dibuahi segera mengadakan pembelahan secara
berturut- turut, membentuk sel- sel yang lebih kecil yang disebut blastomer. Pada hari ketiga, 12-16
sel seperti ini terbentuk dalam mode seperti mulberi dan karena itu bernama morula, yang tumbuh
dan menjadi terisi dengan cairan dari dalam yang membentuk bola. Struktur seperti ini disebut
blastula dan rongga yang terisi dengan cairan itu disebut blastocoele. ( Hal : 69)
Allah berfirman :
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani ( yang disimpan dalam tempat yang kokoh (
rahim).47
Nutfah yang telah bercampur ( pembuahan) akan disimpan di dalam tempat yang kokoh. Saat
ini tempat itu lebih dikenal dengan sebutan rahim ( uterus).
Blastula mencapai rahim pada hari ke-4 hingga ke-5 dan tinggal bebas di dalam sekresi rahim
selama 2 hari selanjutnya sebelum melekat dan implantasi pada dinding rahim. Proses implantasi
blastosista ke dalam endometrium membutuhkan waktu 5 hari, yaitu dari hari ke-7 hingga ke-12
dan seperti yang dikatakan Keith Moore dalam bukunya The Developing Human: “Implantasi
blastosista adalah sifat khas pada tahap ini.”48

44
Q.S. Surat Al-Insan (76): 2
45
Q.S. Surat ‘Abasa (80): 17-19
46
HR. Muslim
47 Q.S.Al-Mu’minun (23):13
48 Keith Moore, 1982, The Developing Human; Edisi Ke-3, Saundes Company, hal.40

27
Pada hari ke-10 sesudah pembuahan, blastosista cenderung sama sekali bersembunyi atau
menghilang. Ini tepat seperti yang digambarkan Al-Qur’an dimana alaqah menghilang di dalam
rahim. Allah berfirman :
“Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang
kurang sempurna dan bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
3. Mudlghah
Mudigah artinya adalah gumpalan yang telah dikunyah. Setelah embrio memasuki minggu ke-4
bentuknya menyerupai daging yang digigit. Terdapat bekas gigitan yang nyata dipermukaannya. (
Hal 79 - 85)
Pada mudigah terdapat pembentukan somit. Somit, sebagaimana dikatakan Hamilton, Boyd
dan Mossman, adalah gambaran menyolok pada embrio pada periode yang sedang
dipertimbangkan dan mudah dilihat pada kontur permukaan. Somit merupakan dasar yang darinya
sebagian besar tulang rangka aksial dan otot dikembangkan.49
Al-Qur’an membagi mudigah menjadi mudigah mukhallaqah dan ghoiru mukhallaqah,50 yaitu
yang berdiferensiasi dan yang tidak berdiferensiasi. Pada tahap mudigah ini (minggu ke-4 hingga
ke-8) sel embrio mengalami puncak diferensiasi menjadi sejumlah jaringan dan organ spesifik.
Langman mengatakan:
“Semua organ dan sistem organ utama dibentuk selama minggu keempat hingga kedelapan.
Oleh karena itu, periode ini juga disebut periode organogenesis. Itulah saat embrio paling rentan
terhadap faktor- faktor yang menggangu perkembangan dan kebanyakan malformasi kongenital
yang terlihat pada waktu lahir didapatkan asalnya selama periode kritis ini.”
Nabi Muhammad bersabda :
“Ketika 42 hari berlalu setelah nutfah berada di dalam rahim, Allah mengirimkan malaikat untuk
membentuknya dan menciptakan pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulangnya.
Kemudian malaikat bertanya: Wahai Allah, anak laki- laki atau anak perampuan? Allah menentukan
apa yang diinginkan-Nya.”51
Sudah terkenal bahwa peride ini (6 minggu) mengalami puncak organogenesis yang
melaluinya sistem pendengaran, sistem penglihatan, tulang, daging, dan kulit ditetapkan. Hal ini
dengan cepat diikuti oleh diferensiasi gonad menjadi testis dan ovarium.

49 Hamilton, Boyd dan Mossman, 1976, Human Embriology, Edisi ke-4, hal.178
50 Q.S. Surat Al- Hajj (22) : 5
51 H.R. Muslim

28
4. Pembentukan Tulang dan Daging
Somit berkembang menjadi sistem kerangka yang dibalut oleh otot (daging). Somit
berdiferensiasi dan membentuk sklerotom (prekursor tulang) ditetapkan lebih dahulu, diikuti oleh
mitom (prekursor otot). Yang terakhir ditutupi oleh prekursor kulit (dermatom). Al-Qur’an
menggambarkan bahwa pembentukan tulang lebih dulu dari pembentukan daging.
Al-Qur’an menyatakan bahwa pembentukan tulang mendahului otot. Sekali tulang diciptakan,
ia dibalut oleh otot. Allah berfirman :
“Lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.”52
Dalam masa ini embrio ditentukan jenis kelaminnya. Jenis kelamin embrio ditentukan oleh tiga
tingkatan, yaitu :
Pertama, tingkatan gen. Ketika terjadi pembuahan, gamet laki- laki bersatu dengan gamet
betina. Gamet laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bakal embrio. Jika sperma yang
membuahi membawa kromosom Y maka hasilnya adalah anak laki-laki. Jika sperma yang
membuahi membawa kromosom X maka hasilnya adalah anak perempuan. Di dalam Al-Qur’an
diterangkan :
“Dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan,
dari air mani apabila dipancarkan.”53
Kedua, pada tingkatan gonade. Ini ditentukan pada minggu ke-7 dan ke-8. Al-Qur’an telah
membicarakan gonade sejak dahulu. Allah berfirman :
“Maka hendaklah manusia memparhatikan dari apakah dia diciptakan. Dia diciptakan dari air
yang terpancar. Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari
dinampakkan segala rahasia.”54
Ayat di atas dengan jelas telah memberitahukan tempat pembentukan gonade manusia. Ahli
tafsir mengatakan bahwa pembentukan gonade seksual baik laki-laki maupun perempuan berasal
dari tempat di antara tulang belakang dan tulang rusuk, yaitu sulbi. Tonjolan genitalia muncul
pertama kali pada embrio berusia 4 minggu. Titik ini sangat penting karena Nabi Muhammad SAW
menyatakan di dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa malaikat diperintah untuk
menciptakan kelamin embrio pada hari ke-40 hingga ke-42.

52 Q.S. Al-Mu’minun (23) :14


53 Q.S. Surat An-Najm (53): 45 - 46
54 Q.S. Surat At-Thoriq (86):5 - 9

29
Langman55 menyatakan : “ Pada minggu keenam perkembangan, sel-sel awal (germ)
primordial masuk ke tonjolan genitalia. Jika gagal mencapai tonjolan genitalia, gonde tidak
berkembangan di disgenesi gonade adalah sindrom terkenal pada wanita.”
Ketiga, pembentukan alat kelamin luar. Pada akhir minggu ke-6, alat kelamin luar laki-laki
maupun perempuan identik dan tidak mungkin untuk membedakannya. Disinilah pentingnya hadis
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dimana malaikat mauk ke dalam rahim pada
hari ke-40 hingga ke-42 dan bertanya: Wahai Tuhan, apakah anak laki-laki ataukah anak
perempuan? Dan Tuhan menentukan apa yang dikehendaki-Nya.”

55 Langman, 1975, Medical Embriology, Edisi ke-3, hal.175

30
BAB IV
ISLAM DAN ILMU FISIKA

Fisika mengkaji hal-hal yang mendasar, yaitu menegnai perilaku entitas mendasar dalam alam
yang bermuara pada energi, seperti gerakan, ruang dan waktu, gaya dan torka, kerja, materi,
momentum linear dan sudut, spin, daya, suhu, kalor, gelombang, bunyi cahaya, gelombang materi,
paritas, atom, dan inti serta sistem zarah dalam atom, inti dan struktur sub inti.

Fisika sebagai Perintis Sains Dasar dan Paradigmanya


Sebagai salah satu ilmu dasar yang universal, fisika mempunyai visi dan tujuan membongkar
dan mendokumentasikan rahasia alam yang terkait dengan energi dalam segala perwujudannya
(sebagai energi terpendam yang diwujudkan oleh materi, sebagai energi kinetic/gerak dan sebagai
energi intekasi antara penyusun-penyusn materi yang mejnaga keutuhan struktur paduannya) dalam
bentuk aturan-aturan, hokum-hukum dan asas-asas fisika (Enstein, et.al. 1947) sebagai pemaknaan
dan penegasan sunnatullah dengan sifat kauniyyah yang tertuang dalam alam semesta (Al-Kaun).
Bersama-sama dengan teknologi yang didukung oleh fisika, kedua profesi manusia ini memanfaatkan
penemuan-penemuannya untuk memenuhi hasrat dan meningkatkan kualitas kesejahteraan lahiriah
dan batiniah umat manusia serta penghuni lain dunia yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai
khalifatullah fi al-ardh untuk melestarikannya.
Sebagai produk ilmu mendasar, suatu teori fisika yang telah berhasil menjelaskan suatu gejala
alam tertentu (misalnya teori induksi elektromagnet Faraday dan teori gelombang materi de Broglie)
secara memuaskan selanjutnya dikenai generalisasi dalam hal cakupan keabsahan dan terapannya
(menjadi teori Elektromagnetisme dan teori Kuantum) sehingga membuahkan ramalan-ramalan baru
mengenai gejala yang belum pernah teramati maupun penemuan terapan/teknis dengan prospek yang
menjanjikan (PLTA, komunikasi gelombang elektromegnet, peranti elektronik, PLTN). Rantai verifikas-
falsifikasii dan elaborasi yang lebih luas dan canggih akan menghasilkan teori-teori fisika yang lebih
handal serta unggul dan secara serentak memperluas garis-garis depan (frontier) fisika yang
rahasianya telah terungkap.56
Dalam mengimplementasikan ketiga tahapan terpadu metode sains secara sistematik, fisika
menganut tiga paradigma utama berikut yang berkonteks global (bebas terhadap bingkai waktu dan
bidang telah keabsahannya), yaitu SOU sebagai akronim Simetri, Optimalisasi, Unifikasi, amupun
paradigma-paradigma lokal masing-masing dengan cakupan keabsahan yang terbatas dalam wilayah

56Muslim, 2005. Integrasi Ilmu-Ilmu Alam dan Agama Islam di Perguruan Tinggi. Bandung; Mizan. Hal. 168-170

31
dan status penelitian serta bingkai waktu sejauh paradigma itu dapat diterapkan (Muslim, 1999).
Paradigma, suatu istilah kontemporer yang diangkat dari dunia fisika oleh Thomas Kuhn (Kuhn, 1972)
adalah suatu gugus/konstelasi landasan flatform pengetahuan (berupa informasi meliputi keyakinan,
nilai, teknik, dan alat-alat penelitian yang dianut/dimiliki bersama) yang oleh suatu komunitas ilmuwan
disepakati untuk digunaan dalam penelitian mengenai suatu topik tertentu dalam pemaparan
permasalahan serta mencari solusinya diikuti komunikasi dan penyebarlusan hasil-hasilnya ke sesama
ilmuwan atau masyarakat pengguna (Thorne, 1994, hal. 401). Berkaitan dengan substansinya, setiap
paradigma fisika memiliki tiga unsur:
(1). Suatu perangkat informasi teruji dan terbakukan berisi konsep, kaidah, hokum, asas, dan teori
fisika yang terumuskan secara matematik sebagai substansi induk pedoman dan rambu-rambu
keilmuan.
(2). Suatu perangkat wahana/media komunikasi berupa citra pikiran, citra verbal atau
lambing/gambar di atas media tulis, yang memberikita pengertian/wawasan/penghayatan mengenai
butir-butir (1) dan sebagai media yang membantu calon dan para ilmuwan dalam proses penyelesaian
masalah serta membantu komunikasi antar sesama para ilmuwan dan antara mereka dengan
masyarakat pengguna. Perangkat ini telah dibakukan sehingga tak mungkin menimbulkan kesalahan
persepsi dan penafsiran. Menurut kesepakatan, bahsa pengantar yang digunakan adalah bahasa
Inggris.
(3). Seperangkat contoh teruji berupa elaborasi dan perhitungan-perhitungan atau pemecahan
masalah yang telah terselesaikan maupun eksperimen atau aspek terapan yang terdokumentasi seta
mudah diakses, baik dalam bentuk skripsi, tesis, disertasi, buku-buku ajar/acuan ataupun makalah
ilmiah terbitan yang telah disepakati keabsahannya oleh komunitas pakar/peers (local, nasional,
internasional) (Thorne, ibid. hal. 402-411).
Mengingat fisika adalah suatu ilmu yang senantiasa berkembang, maka substansi ketiga
unsur paradigmanya bertambah secara terus menerus. Bahkan, untuk yang bukan paradigma utama,
substansinya dapat saja berubah, misalnya dalam mekanika klasik dikenal paradigma Newton (era
sebelum abad ke-20), paradigma analitis Lagrange-Hamilton serta Hamilton-Jacobi, dalam era pasca
abad ke-20 dikenal paradigma Mekanika Relativistik Enstein; dalam Fisika Kuantum dikenal paradigma
mekanika gelombang Schrodinger, paradigma Mekanika Matriks Heisenberg, dan beberapa paradigma
lain.tulisan ini hanya akan mengupas ketiga paradigma utama saja yang tak bergantung pada bingkai
waktu maupun topik garapannya sehingga pengintegralannya dengan agama tak akan mengalami
permaslahan mengingat hal-hal mendasar yang menyangkut akidah syari’ah agama pun harus bebas
dari bingkai waktu dan wilayah lingkupnya. Selain dapat diterapkan untuk eksplorasi berbagai cabang

32
fisika yang sudah mapan, ketiganya juga berlaku untuk berbagai taraf pengembangan eksplorasi
mencari hukum-hukum dan asas baru.
Menurut unsur-unsur yang terkandung dalam paradigma yang dalam fisika berfungsi sebagai
pedoman dan rambu-rambu keilmuan yang bersifat operasional, terdapat perpadanan dengan
pedoman dan rambu-rambu pengamalan agama islam dengan unsur pertamanya berupa Al-Qur’an Al-
Karim, unsure keduanya berupa kaidah-kaidah, adab/tata cara dan etika untuk membaca mushaf Al-
Qur’an dan menafsirkannya dalam rangka mensosialisasikan isinya ke berbagai umat islam seantero
dunia dengan bahasa Arab sebagai acuannya dan masjid sebagai pusat institusi/media komunikasi,
baik yang bersifat vertikal (sholat dan dzikir) maupun horizontal (dakwah). Dalam unsur ketiga terdapat
teladan yang tertuang dalam hadis Nabi Muhammad Saw. Yang diriwayatkan oleh sahabat-sahabat
Nabi yang sahih. Tentu saja dapat dimasukkan teladan lain yang didasarkan pada fatwa dan teladan
para ulama di berbagai Negara yang terakreditasi oleh instu\itusinya masing-masing. Adanya
perpadanan erat dan dekat seperti dipaparkan di atas menunjukkan adanya keterpaduan yang erat
antara Agama Islam dan sains (fisika) dalam hal yang mendasar maupun dalam spektrum kegiatannya.

SOU sebagai Tiga Paradigma Utama dan Peranan Pokoknya


Paradigma utama Fisika yang pertama, yaitu simetri, mengelaborasi sifat tak berubah suatu
objek, sistem fisis, observabel, hukum ataupun suatu asas fisika, dapat juga konstruksi matematis
terhadap suatu perubahan perlakuan yang dikenakan pada peninjauan objek oleh pengamat, misalnya
simetri terhadap translasi ruang dan waktu, terhadap rotasi atau pencerminan, terhdap boosting global
kerangka acuan (transformasi Lorentz) objek, dan terhadap pergeseran fase secara lokal, serta
terhadap fungsi gelombang objek dalam paradigma kuantum. Simetri diterapkan semenjak kita
melakukan pengamatan terhadap gejala-gejala fisika: kapan dan di mana suatu gejala alam diamati,
dinalar, atau diuji (kesesuaian ramalan hasil-hasil telaah perilakunya), dengan kata lain diperlakukan
secara ilmiah asalkan kondisi objek dan pengamat serta alat pengamatannya sama, hubungan antara
observabel-observabel sistem yang dikenal sebagai hokum fisika akan berbentuk sama atau bersifat
simetrik (setara dengan reproducible). Paradigma utama pertama ini menjamin demokrasi/kesetaraan
antarsesama pengamat (Muslim, 2000). Produk utama paradigma simetri adalah teori Relativitas
Enstein (khusus dan umum) yang mengamati konsep ruang-waktu dan energi-momentum serta
mekanika versi Newton dengan versi barunya yang tertuang dalam Paradigma Mekanika Relativistik.
Paradigma utama fisika yang kedua adalah Optimasi, ialah suatu upaya kolektif alam dalam
mengekspresikan hokum-hukumnya agar terealisasi pilihan terbaik atau keoptimalan bagi suatu entitas
sistem yang relevan. Entitas yang pas untuk dioptimumkan adalah suatu fungsi tindakan berupa
akumulasi terhadap waktu produk entitas energetika dan waktu. Tindakan akan eveketif apabila sistem

33
mempunyai potensi untuk berubah (selisih energi kinetic dan energi potensial) serta rentang waktu
bagian yang signifikan keduanya dengan jumlah yang optimal meliputi seluruh rentang waktu. Dalam
bahasa matematik, pada saat keadaan optimum tercapai, berlaku syarat stationer bagi tindakan total.
Dalam agama, optimasi ini menampilkan kesempurnaan Allah sebagai Sang Khalik yang tentu
saja akan menciptakann sebaik-baik sunnatullah bagi ciptaan-Nya. Oleh karena itu, dalam
mendeduksikan hukum-hukum fisika, agar tercermin sifat Al-karim Sang Pencipta, pendekatan yang
pas adalah melalui optimalisasi tindakan.
Paradigma utama ketiga adalah Unifikasi, yang sudah dimulai sejak Maxwell berhasil
memadukan teori kemagnetan, kelistrikan, elektronika, optika, fisika plasma menjadi teori Maxwell
sebagai substansi pokok paradigma Elektrodinamika Klasik. Unifikasi mengalami perkembangan pesat
pada pertengahan abad ke-20 dalam upayanya menyusun teori bernuansa global yang mampu secara
terpadu menangani deskripsi perilaku kelompok gejala-gejala alam yang memiliki latar belakang sama
(Davies, 1989, hal. 1-6). Aktualisasi pengembangan ketiga unsurnya berlandaskan doktrin Bhineka
Tunggal Ika (Pluribus Unum atau Unity in Diversity) berkembang pesat sejak pertengahan abad ke-20
dengan dimulainya era Fisika Baru dan diluncurkannya Paradigma Medan Terkuantumkan dengan
pemanfaatan utama pada kajian Sistem Banyak Zarah (Georgi, 1989, hal. 425&446; Weinberg, 1996).
Dengan menerapkan paradigma Simetri ditunjang paradigma utama lainnya, fisikawan mampu
mengungkap hukum-hukum yang mengatur keempat interaksi yang terdapat di jagat raya kita ini, yaitu
interaksi elektromegnet, interaksi lemah, interkasi kuat dan intekasi terlemah gravitasi, baik secara
terpisah maupun sebagai bagian dari suatu interaksi terpadu (hanya interaksi terakhir belum dapat
dipadukan secara bersama), pemaduan yang dilakukan dalam wilayah kuantum relativistik sehingga
cukup luas wilayah keabsahannya (Yang, 1991).
Pemaduan tiga jenis interaksi (Elektromegnet, Lemah, Kuat) terjadi pada energi sangat tinggi
sewaktu jagat raya masih berusia sangat muda menurut teori Big-Bang, penciptaan Kosmos rintisan
Gamov, dan mulai pecah (mengalami symmetri breaking) pada tingkatan rapat energi yang lebih
rendah akibat berkembangnya jagat raya telah mencapai umurnya yang sekarang yaitu 100 biliun
tahun.
Bersama-sama ketiga paradigma utama fisika itu tampil secara egaliter dalam Sistem
Internasional Satuan, Kodifikasi, dan Format Penyajian Karya Saintifik yang diterima dan diakui secara
internasional dan dikenal sebagai International System of Units (SI). Sistem ini membakukan dan
mengatur penggunaan berbagai besaran fisika secara tertib meliputi penampilan lambangnya, dimensi,
stuan-satuan yang baku dan prosedur kalibrrasinya, Skema Klasifikasi Pohon, Cabang dan Ranting
ilmu yang tertuang dalam PACS: Physics and Astronomy Classification Scheme. Skema ini mengatur
pembagian dan kodifikasi berbagai cabng fisika secara simetrik, optimal, dan terpadu.

34
Unifikasi dalam agama tertuang dalam sifat universitas agama islam dan kesamaan dalam
akidah serta syariat menjalankan amalan agama yang dilaksanakan secara individual maupun kolektif.
Misalnya, melaksanaan sholat fardu 5 kali sehari pada interval-interval waktu dan tat cara yang
universal, ibadah puasa pada bulan Ramadhan setiap tahun dengan tata cara yang sama, menunaikan
ibadah haji selama selang waktu dan tata cara yang sama di tempat yang sama di Makkah (minimal
sekali seumur hidup), shalat jum’at setiap pekan di masjid, shalat idul fitri dan idul adha pada pagi hari
yang sama secara masal setiap tahun, serta kegiatan-kegiatan syariat kolektif dan individual lainnya.
Dalam agama islam, simetri tertuang dalam firman Allah yang menyamakan derajat semua
manusia di hadapan-Nya (terjadi sewaktu manusia dalam keadaan fitrah/masih balita). Kemudian,
dengan bertambahnya umur diikuti bertambahnya amal dan dosa, derajatnya di hadapan Allah akan
ditentukan oleh kualitas ketakwaan dan amalannya. Jadi, terjadi pemecahan simetri derajat kemuliaan
manusia di hadapan Allah dengan berjalannya waktu.
Keterpaduan lain antara fisika dan agama tampil dalam kasus bagaimana paradigma simetri,
unifikasi, dan optimasi muncul dalam hadis Rasul mengenai penentuan criteria perilaku utama minimal
yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu shiddiq (jujur), amanah (menepati janji/commitment),
tabligh dan fathanah (bijak). Shiddiq terkait dengan simetri luar-dalam: apa yang diucapkan sama
dengan apa yang terkandung dalam pikiran; amanah menampilkan kesaman (simetri) antara apa yang
diucapkan/disanggupi dengan apa yang dilakukan; tabligh menampilkan perilaku unifikasi dalam
kepemilikan informasi seseorang ke individu lain di lingkungannya; sedangkan fathanah menampilkan
kemampuan seseorang yang istimewa dalam memilih tidakan terbaik (optimum) apabila menghadapi
suatu permasalahan.57
Di masa kini, pandangan yang baku di kalangan para kosmolog tentang jagat raya adalah
adanya pengakuan tentang ekspansi semesta yang diawali pada tahapan yang sangat panas dan
padat. Pandangan kosmologis seperti ini disebut sebagai teori Ledakan Besar atau Big Bang.
Selama pengembangan alam semesta ini, terjadi pendinginan dan terbentuklah berbagai jenis
partikel elementer, seperti mislanya elektron dan nukleon, yaitu proton dan neutron. Nukleon
merupakan batu-bata bagi tebentuknya inti atom-atom. Sementara itu, elektron merupakan kulit
pembungkus inti dalam struktur atom yang terbentuk kemudian.
Teori Big Bang itu kini telah diverifikasi dengan baik oleh observasi yang berlimpah. Namun,
dalam sejumlah persoalan yang masih merupakan misteri. Misteri-misteri yang tak terpecahkan ini
sebenarnya berkaitan dengan struktur metafisis dari realitas. Misteri pertama menyangkut ketertalaan
kondisi awal dan konstanta-konstanta universal hukum-hukum alam.

57
Muslim, 2005. Iintegrasi Ilmu dan Agama: Integrasi Ilmu-ilmu Alam dan Agama Islam di perguruan Tinggi.
Bandung; Mizan. Hal. 168-176

35
A. Ilmu Fisika
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang materi, energi dan interaksinya.
Ruanglingkupnya amat luas, mencakup hal-hal seperti: struktur materi, sifat berbagai wujud
materi misalnya benda padat, cair, gas dan plasma (gas terionisasi); hakikat dan sifat berbagai
bentuk energi yaitu kalor (panas), berbagai macam gelombanga, energi listrik, magnet, energi
nuklir dan sebagainya. Interaksi antara materi sehubungan dengan berbagai sifatnya, misalnya
interaksi gravitasi karena massa, interaksi listrik dan magnet karena muatan listrik, dan
interaksi nuklir. Fisika menjadi dasar berbagai ilmu lain dan teknologi, membentuk disiplin-
disiplin baru seperti biofisika, kimia fisika, astrofisika, fisika kedokteran, fisika reactor, fisika
terknik, geofisika dan fisika bangunan dan sebagainya. (Ensiklopedia Indonesia, 2: 1001).
Hal-hal yang berkaitan dengan ilmu fisika di dalam Al-Quran, seperti halnya disiplin ilmu
pada umumnya, tidak spesifik dan detail dijelaskan tentang teori-teori ilmu, tapi lebih pada
penjelasan tentang fenomena alam yang memungkinkan manusia menjalani kehidupan dan
melakukan penghambaan diri kepada Tuhan pencipta dan pengatur alam. Fenomena alam,
interaksi manusia dengan alam lingkungannya membawa pada pengetahuan dan penyelidikan
terhadap segala sesuatu yang menarik perhatian di sekitarnya. Interaksi manusia dengan
benda-benda fisik di sekelilingnya pertama kali direkam Al-Quran ketika Adam mengenalkan
nama-nama benda yang merujuk pada karakter benda itu. Karakter atau sifat benda-benda
berbeda-beda satu salam lain. Perbedaan-perbedaan itu kemudian dipelajari dan diteliti secara
sistematis berdasarkan kaedah-kaedah ilmu pengetahuan yang kemudian kita kenal dengan
ilmu fisika. 58

B. Islam dan Ilmu Fisika


B.1. Penciptaan Alam Semesta
Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam bukanlah sebuah kitab ilmiah tetapi di dalamnya
banyak mengandung petunjuk mengenai berbagai fakta ilmiah. Petunjuk-petunjuk di dalam Al-
Quran diterangkan secara terpisah dan jika dikumpulkan akan menggambarkan secara jelas
mengenai bagaimana waktu mulai dan ke mana akan berjalan.
Di dalam Al-Quran, Allah menjelaskan bahwa Dia menciptakan langit dan bumi dalam
enam hari, dan singgasana-Nya di atas air.
Dia menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, dan singgasana-Nya (‘arsy) di atas air,
agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika kamu berkata kepada

58 Darwis Hude, dkk, 2002, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal. 214.

36
mereka, “sesungguhnya kamu akan dibangkitakan sesudah mati,” niscaya orang-orang kafir itu
akan berkata, “ini tak lain hanyalah sihir yang nyata” (Q.S Al-A’rof,11: 7)
Penciptaan alam semesta dimulai sejak terjadinya ledakan dahsyat yang banyak
dikenalkan oleh teori big bang. Bing bang adalah peristiwa ledakan besar yang terjadi dalam
ketiadaan waktu dan percikan-percikan ledakannya menjadi hamparan alam semesta.
Di dalam Al-Quran digambarkan bahwa bumi dan langit adalah satu pada awalnya.
Kemudian terjadilah pemisahan dan terbentuklah segala sesuatu yang hidup. Allah berfirman
di dalam surat Al-Anbiya, 21: 30
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?
Sekarang diketahui bahwa ruang angkasa tidak kosong seperti pernah diyakini. Dari
observasi para astronom menunjukkan bahwa di angkasa antar-bintang dan di nebula-nebula
ada bahan jernih yang terdiri dari sekitar 99 persen gas (kebanyakan Hidrogen dan Helium)
dan 1 persen debu, yakni asap.
Seperti yang diceritakan di dalam surat Al-A’rof ayat 54 di atas, penciptaan alam semesta
terjadi selama enam hari. Enam hari yang dimaksud adalah enam periode. Periode pertama,
bumi berupa uap yang memisahkan diri dari gugusannya. Periode kedua, cairan itu membeku
dan timbullah gunung-gunung. Periode keempat, timbul zat-zat organik dari air, baik tanaman
maupun hewan. Periode kelima dan keenam terjadinya langit (awan) dan zat uap.

B.2. Astronomi
Astronomi adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari alam semesta. Ia meliptui
segala sesuatu di ruang angkasa, seperti: matahari, bulan, planet, bintang dan galaksi (rasi
bintang). Astronomi adalah ilmu pengetahuan alam yang tertua. Ia mulai dipelajari beberapa
ribu tahun yang lalu, sejak orang-orang mengagumi kelap-kelipnya bintang di angkasa.
Kebanyakan orang-orang yang banyak mempergunakannya adalah para penggembala dan
pemburu yang tidak tahu baca tulis. Mereka menggunakan bintang-bintang sebagai petunjuk
dalam pengembaraannya dan meramal iklim.Asal Astronomi pertama kali diketahui karena ada
catatan para astrolog dan ulama berupa peta bintang di atas meja-mejaan kecil dan dibuat dari
tanah lempung yang berumur kira-kira 3.000 tahun yang lalu di Babilonia.59

59 M. Oetjoep Ilman, dkk, 1974, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Penerbit Widjaya. Hal.50

37
Ilmu Astronomi dalam khazanah Islam dikenal dengan ilmu falak, ialah ilmu yang
mempelajari benda-benda langit. Pengetahuan tentang posisi benda-benda itu merupakan
hasil pengelaman serta pengamatan yang dikerjakan berulang-ulang dengan bantuan berbagai
peralatan.
Salah seorang ulama Islam yang muncul sebagai ahli ilmu falak terkemuka adalah
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (780-850) yang mengarang buku berjudul Mukhtashar fi
Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah sekitar tahun 825 di Baghdad. 60
Pengaruh Islam dalam ilmu falak masih tercatat dan terlihat dengan jelas pada nama-nama
bintang dalam bahasa Arab, seperti al-duburun, mirfak, rijl, zubeneljanubi, markab, ath-thair,
alnoth, kaukab, al-fard, bait al-jauza’, famu al-hut, difda’ dan lain-lain. (Ensiklopedia Islam,
I:330)
Di dalam Al-Quran Allah banyak bercerita tentang ilmu Astronomi. Di dalam surat Yunus,
10: 5 Allah menjelaskan:
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan
dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.
Pengamatan perbintangan masa kini membuktikan bahwa benda-benda langit bergerak
pada bidang edarnya masing-masing (orbit). Bintang, planet, satelit dan bahkan galaksi
berputar sesuai dengan bidang edarnya masing-masing. Di dalam surat Yunus tersebut, orbit
diterangkan sebagai manzilah (tempat). Hasil pengamatan modern dewasa ini tentulah
membenarkan firman Allah yang telah turun sebelum diketahui bahwa benda-benda langit
berputar pada orbitnya masing-masing.
Pada waktu penciptaan langit, terbentuklah berbagai benda langit yang jumlahnya tidak
terhitung. Dari sekian banyak benda-benda yang ada di langit masing-masing berjelan sesuai
dengan tempatnya masing-masing. Hal ini terjadi karena adanya gaya tarik menarik antar
benda (gaya gravitasi). Gaya gravitasi ini menjadi benda-benda angkasa agar selalu harmonis
dan tidak saling bertabrakan.
Adanya gaya tarik menarik antara benda-benda angkasa mengakibatkan terbentuknya
gugusan-gugusan bintang yang dikenal sebagi galaksi atau di dalam bahasa Al-Quran disebut
buruj (Q.S Al-Furqan, 25: 61). Gugusan bintang yang jumlahnya tidak terhitung inilah yang

60 Darwis Hude, dkk, 2002, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus.

38
menjadi patokan orang-orang pengembara pada zaman dahulu, menjadi tanda perubahan
musim bahkan menjadi penentuan dalam pelaksanaan ibadah-ibadah tertentu. Seperti firman
Allah di dalam surat An-Nahl, 16: 16.
Dan Dia menciptakan tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah
mereka mendapat petunjuk.
Dan di dalam surat Luqman, 31: 29 Allah menjelaskan:
Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke
dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan
masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Bumi tempat manusia berada merupakan bagian dari tata surya. Bumi mempunyai satu
satelit yang disebut bulan (luna). Pergerakan bumi meyebabkan pergantian siang dan malam.
Siang dan malam adalah akibat yang tidak dapat dipisahkan dari perputaran bumi pada
porosnya (rotasi). Semua itu sudah ditentukan oleh Allah waktunya.

39
BAB V
ISLAM DAN ILMU KIMIA

A. Ilmu Kimia
Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang khusus mempelajari susunan, bangunan dan
terjadinya zat-zat mati (anorganik), perubahan-perubahan yang dialami zat-zat tersebut serta
kaidah yang timbul darinya. (Ensiklopedi Indonesia, 3:1778). Ruang lingkupnya antara lain kimia
hayati (biokimia), kimia organic, kimia analitik, kimia anorganik, kimia patologi, kimia farmasi, kimia
pertanian, kimia fisik, cyto kimia.
Cabang ilmu kealaman ini berkaitan erat dengan ilmu fisika. Bahkan dapat dikatakan tidak
terdapat garis yang memisahkan antara ilmu kimia dan ilmu kimia. Perubahan kimia tertentu
menarik fisikawan, sedangkan perubahan fisika tertentu menarik kimiawan pula. Oleh sebab itu,
tidak terlalu jelas apakah penyelidikan ilmiah tertentu meruapakn permasalahan kimia atauakah
bidang fisika (Ilmu Pengetahuan Populer, 1986, 4:119).

B. Islam dan Ilmu Kimia


1. Proses Kimia Pada Makhluk Hidup
Proses kimia pada manusia digambarkan oleh Allah di dalam surat Al-Nahl, 16: 66, khusunya
proses terjadinya air susu ibu (ASI) yang menjadi minuman bergizi.
Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami
memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara
tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.(Q.S. An-Nahl, 16:66).
Al-Quran menerangkan bahwa air susu ibu (ASI) diproses di dalam perut (usus) kemudian
mengalir antara kotoran dan darah namun menghasilkan minuman yang sampai saat ini,
berdasarkan penelitian masih dianggap minuman paling baik bagi bayi. Persenyawaan kimiawi
yang terjadi pada kandungan air susu ibu itu sedemikian rupa sangat cocok untuk kehidupan dan
pertumbuhan.61
Dr. Maurice Bucaille dalam menganalisis ayat ini menjelaskan bahwa zat-zat pokok yang
menjamin makanan suatu organisme datang dari transformasi kimia yang terjadi sepnjang anggota-
anggota pencernaan. Zat-zat itu timbul dari unsure-unsur yang tardapat dalam usus. Jika unsur-

61 Darwis Hude, dkk, 2002, Cakrawala Ilmu Dalam Al-Quran, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal. 360

40
unsur dalam usus itu sudah sampai waktunya untuk ditransformasi, unsur-unsur itu menembus
kulit-kulit usus dan mengarah ke alat-alat sirkulasi.
Lebih lanjut, Bucaille mengatakan bahwa unsur-unsur itu keluar dari kelenjar-kelenjar
penyusuan yang mendapat bahan dari kunyahan makanan-makanan yang dibawa oleh darah yang
beredar. Jadi darah itu bertindak sebagai pengumpul dan pembawa bahan-bahan yang berasal dari
makanan untuk dijadikan bahan bagi elenjar-kelenjar penyusuan yang menghasilkan susu atau
dibawa ke anggota-anggota lain. Proses-proses kimia ini baru diketahui jauh hari setelah Al-Quran
turun.

2. Proses Kimia di Alam


Bumi yang kita saksikan saat ini, misalnya telah mengalami proses perubahan yang tak
terbayangkan secara terus menerus. Lapisan tanah, bebatuan, mineral, dan beragai jenis
kandungan bumu secara berkesinambungan mengalami aneka perubahan yang mungkin tanpa
kita sadari. Karena sejak dari penciptaannya sendiri memang mengalami suatu proses perubahan.
Persenyawaan antara zat-zat di ala mini tampaknya memang telah diatur oleh Allah SWT.
Dalam berbagai ayat ditemukan bahwa perubahan dan persenyawaan benda-benda di ala mini
berdasarkan kadar yang telah ditentukan. Ketentuan yang terjadi pada hukum alam yang
mendasari penciptaan dan keteraturan alam makrokosmos ini berlaku tetap dan tidak berubah-
ubah pada hokum dasarnya (tidak ada perubahan pada suinnatullah, lihat surat Al-Isra’/17:77,
surat Al-Fathir/35:43, surat Al-Fath/23:23). Jika tampak ada perubahan dalam persenyawaan kimia
maka perubahan itu terjadi aikbat adanya salah satu zat atau lebih yang sunnatullahnya lebih
dominan, dan begitu seterusnya yang terjadi pada ala mini.
Suatu zat yang terdiri atas unsur-unsur senyawa memilki kadar-kadar tertentu yang
membuatnya utuh. Air murni selalu mempunyai proporsi oksigen dan hydrogen yang sudah tertehtu
dan tetap. Salpeter selalu mempunyai proporsi kalium, nitrogen, dan oksigen yang sudah tertentu,
demikian pula dengan proporsi nitrogen dan hidrogen di dalam amoniak.
Peristiwa kimiawi juga terjadi dan menakjubkan banyak kalangan, apa yang diterangkan dalam
Al-Qur’an surat Yasin/36:80, bagaimana pohon rimbun yang berdaun hijau dapat berubah menjadi
api (terbakar). Sifat panas yang terkandung dalam pohon hijau dari energi matahari yang
diserapnya dan tersimpan di dalam pohon itu dalam keadaan basah kemudian direproduksi ketika
bergesekan, merupakan suatu pengetahuan ilmiah yang dapat menambah keajaiban-keajaiban
alami.62 Demikian pula dengan proses kimia pada pohon-pohon kayu yang tumbang kemudian

62Sayid Qutub, 1971. Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an. Beirut; Dar Al-Ma’rifah. Hal. 38

41
terpendam di dalam perut bumi dan tertutup rapat oleh lapisan tanah yang tebal. Sesudah melalui
masa dan proses yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akhirnya ia berubah menjadi batu
bara.
Dari sedikit uraian di atas dapt disimpulkan bahwa proses kimia terjadi di mana-mana di
bagian dunia kita bertempat tinggal. Bahkan manusia sendiri merupakan bagian dari proses
kimiawi itu. Al-Qur’an dalam berbagai ayat menyebutkan manusia berasal dari saripati tanah.
Menurut Baiquni, bahwa dari unsur-unsur kimiawi hidrogen, karbon, nitrogen, oksigen yang
terkandung di dalam gas-gas yang keluar dari tanah itulah bermula segala kehidupan di bumi
(unsur-unsur kimiawi lain yang berada di tanah seperti fosfor, kalsium, besi dan lainnya ikut
memainkan peranannya). Benda-benda itulah penyusun biomolekul atau molekul-molekul
kehidupan.63 Nyata bahwa semua makhluk hidup termasuk manusia, diciptakan dari unsur-unsur
kimiawi yang ada di belahan bumi ini.

63Ahmad Baiquni, 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta; P.T. Dana Bhakti Prima Yasa.
Hal. 193.

42
BAB VI
ISLAM DAN TEKNOLOGI

Teknologi merupakan totalitas cara-cara yang diciptakan manusia untuk menyuguhkan benda-
benda, materiil, perlatan dan kendaraan demi kenyamanan, kelestarian, dan peningkatan kualitas
kehidupannya. Teknologi lahir sebagai penerapan yang cerdas dan bijaksana dari sains dasar, yaitu
fisika, kimia, geologi, biologi, dan farmasi dengan dukungan tak ternilai dari matematika dan dikelola
oleh bantuan sains terapan dan ilmu teknik (rekayasa) serta di bawah kendali etika sains, dalam
wilayah di mana agama berpotensi melibatkan diri sebagai rahmatan lil-alamin.64
Pengertian paling umum teknologi adalah penerapan sains untuk kesejahteraan manusia.
Berdasarkan pengertian itu teknologi sebenarnya bernilai positif. Namun, dalam kenyataan
pelaksanaannya, teknologi mempunyai sejumlah dampak negatif yang tak diperhitungkan sebelumnya.
Bahkan, semakin maju teknologi, semakin dahsyat dampak negatifnya, tetapi semakin tersembunyi
keterkaitannya. Inilah paradoks teknologi: negativitas dalam positivitas. Hampir dalam setiap positivitas
teknologi terkandung negativitasnya.
Teknologi ialah usaha untuk mengadakan perubahan yang terbaik (Koen, 1987). “Terbaik” ini
menurut persepsi manusia, dan usaha itu dilakukan dalam keadaan yang tidak diketahui sepenuhnya,
lagi pula terkendali oleh berbagai keterbatasan (misalnya dana, waktu, pengetahuan, dan kebebasan).
Ini semua, ditambah dengan belum dicermatinya secara ilmiah kiat-kiat yang juga dipakai
untuk membangunnya, membuat teknologi selalu beresiko. Teknologi dimaksudkan untuk mengatasi
masalah konkrit yang secara aktual dihadapi atau secara potensial dapat diantisipasi manusia. Tetapi,
ia mengatasi masalah sambil menghadirkan masalah baru. Jadi, tidak seperti pegadaian, yang katanya
“mengatasi masalah tanpa masalah”. Masalah baru itu bisa justru lebih besar, dan semula tersembunyi.
Ia baru diketahui kemudian, setelah agak terlambat dan akibat negatifnya sudah cukup parah. 65
Sebenarnya bukan hanya teknologi yang berkembang sebagai aplikasi sains, melainkan sains
modern juga berkembang karena penerapan teknologi. Antara keduanya terjadi hubungan umpan balik
yang positif.
Di samping itu, teknologi juga mempunyai hubungan umpan balik positif dengan ekonomi.
Kedua hubungan umpan balik positif itu menyebabkan kemajuan teknologi bagaikan tak terhindarkan.
Sayangnya, di balik kemajuan teknologi tersembunyi sejumlah bahaya. Semakin maju sebuah

64
Muslim, 2005. Iintegrasi Ilmu dan Agama: Integrasi Ilmu-ilmu Alam dan Agama Islam di perguruan Tinggi.
Bandung; Mizan. Hal. 169
65Lik Wilardjo, 2004. Integrasi Ilmu dan Agama (Interpretasi dan Aksi): Hipotetikalitas: Ketidakpastian dan Pilihan

Etis?. Bandung; Mizan. Hal. 120.

43
teknologi, semakin samar pula bahaya yang dikandungnya. Teknologi pada mulanya diciptakan untuk
memudahkan manusia, tetapi pada akhirnya manusia menderita kebergantungan pada teknologi.
Teknologi sebenarnya diciptakan untuk menghubungkan manusia satu dengan manusia
lainnya, tetapi nyatanya teknologi yang sama membuat banyak manusia berada dalam kondisi
keterasingan: terasing dari manusia lainnya, terasing dari alam, bahkan terasing dari teknologi itu
sendiri. Yang paling parah ialah kenyataan bahwa teknologi yang merupakan bentuk kecerdasan
manusia kini cenderung untk menjadi lebih cerdas dan sebagai konsekuensinya menjadi kekuatan
yang otonom.
Itulah paradoks teknologi. Paradoks teknologi itu akan menjadi lebih parah lagi jika berujung
pada penguasaan teknologi terhadap manusia sebagai balasan terhadap penguasaan manusia
terhadap alam.66
Jika kita belajar dari sejarah, alam bisa dikuasai oleh manusia karena dia mengetahui perilaku
dan hukum-hukum yang berjaln dalam fenomena alam. Dengan demikian, teknologi baru bsa dikuasai
manusia secara total, jika dia mengetahui perilaku hukum-hukum yang berlaku pada teknologi sebagai
fenomena budaya atau peradaban. Itulah sebabnya teknologi, sebagai penghubung manusia budaya
dan alam lingkungannya, perlu dipelajari sebagai objek ilmu yang tersendiri dalam studi teknologi. Studi
teknologi ini akan menjadi cikal bakal sains teknologi. Sains teknologi itu, pada gilirannya akan
diterapkan untuk menaklukkan, menguasai, dan mengendalikan teknologi sebagai upaya manusia
menembus paradoks teknologi yang telah menyengsarakannya.

Konsep Baru Teknologi: Sistem Integral Komperehensif


Sebagai langkah awal, tampaknya kita perlu menyadari bahwa teknologi itu bukanlah sekedar
seperangkat peralatan seperti yang dibayangkan orang awam jika mendengar kata teknologi. Juga
perlu disadari bahwa teknologi bukanlah ilmu untuk membuat dan memanfaatkan peralatan itu, sesuai
dengan namanya yang berakhiran “logi”, dan meletakannya di antara cabang-cabang keilmuan lainnya.
Kedua pandangan sempit itulah yang selama ini telah membutakan manusia akan hakikat teknologi
sehingga terkejut ketika dihadapkan dengan paradoks teknologi yang telah diuraikan terdahulu. Kedua
pandangan itu, pandangan awam dan pandangan akademis sebenarnya merupakan pandangan
parsial tentang teknologi. Itulah sebabnya, diperlukan pandangan yang lebih integral tentang teknologi.
Sebagai bagian dari peradaban, teknologi sebenarnya merupakan suatu sistem integral. Kita
sebut saja dengan nama teknosistem, meliputi subsistem- subsistem yang bersifat structural,
dinamikal, fungsional, dan normatif. Subsistem-subsistem teknosistem itu adalah teknosfera yang

66Armahedi mahzar, 2004. Revolusi Integralisme islam: Menyingkap Koevolusi Sosioteknologi: Menuju Filsafat

Teknologi Integralis. Bandung; Mizan. Hal. 161-162.

44
bersifat material, teknostruktur yang bersifat social energetic, teknologi yang bersifat informatik, dan
teknosofi yang bersifat normatif (Armahedi M, 1983).
Teknologi pada dasarnya adalah alat manusia untuk beradaptasi terhadap alam. Berbeda
dengan hewan lainnya, manusia dianugerahi bahasa simbolis terartikulasi yang memungkinkan
manusia mempunyai pengetahuan kolektif yang diwariskan dan disempurnakan oleh generasi
penerusnya. Penerapan pengetahuan kolektif untuk memanfaatkan alam demi kesejahteraan manusia
inilah yang disebut sebagai teknologi. Karena pengetahuan kolektif manusia terus bertambah, maka
teknologi selalu berkembang, bertambah maju, dan bertambah kompleks.
Dilihat dari perkembangan evolusionernya, baik secara posisional dan fungsional, teknoloi
bergerak dari sekedar perkakas yang merupakan perpanjangan organ manusia menjadi suatu wahana
yang mengantarai manusia dengan lingkungannya; dan berakhir menjadi buana baru yang menjadi
bagian integral dari lingkungan hidupnya.
Kini, teknologi bukanlah sekedar perkakas yang bias ditangani oleh satu orang manusia saja
ataupun sekedar mesin-mesin yang bias ditangani oleh sekelompok orang belaka. Tetapi, teknologi
juga telah menjadi lingkungan hdup baru yang bias ditangani oleh seluruh manusia dalam bentuk kerja
sama peradaban antar institusi social sebagai organ-organ sosial peradaban.

Perkembangan Teknologi Informasi: Menuju Lingkungan Cerdas


Kalau kita memfokuskan pengamatan kita pada teknologi informasi, maka kita juga akan
melihat kesejajaran perkembangannya dengan perkembangan sistem saraf organisme.
Pada mulanya, teknologi informasi merupakan perpanjangan memori manusia berupa catatan-
catatan pada lempung dinding gua yang tersebar dan lepas satu sama lain. Kemudian, informasi lepas-
lepas itu disatukan dalam bentuk kitab-kitab yang terkumpul pada kuil-kuil para pendeta-raja
masyarakat peradaban kuno.
Ketika mesin cetak ditemukan oleh Gutenberg pada abad ke-16 M maka kitab-kitab sebagai
paket informasi bertambah banyak dan tersebar di perpustakaan-perpustakaan umum yang dapat
diakses oleh masyarakat luas.
Media elektronik memungkinkan informasi menjadi lebih meluas tidak hanya dalam bentuk
yang skriptural, tetapi juga audiovisual yang membutuhkan kerja sama organisatorik ketat
antarmanusia.
Kini, kita telah berada pada abad baru dimana informasi tersebar di computer-komputer yang
terpancar di seluruh dunia tetapi terjalin satu sama lain oleh jaringan telekomunikasi satelit global yang
kini kita kenal sebagai internet. Jadi, seperti halnya organ informasi biologis, teknologi berkembang

45
mulai dari bentuk yang sederhana, tersebar, lepas-lepas, menjadi kompleks, menyatu, dan terjalin satu
sama lain.67

Format Pemahaman Islam: Din sebagai Sistem Operasi Supercerdas Ilahiah


Salah satu dampak dari perkembangan teknologi informasi adalah pergeseran paradigma
sains dari pandangan materialistik menuju pandangan yang lebih holistik atau menyeluruh. Kesejajaran
struktural antara komputer dan sistem biologi merupakan bagian yang mengubah pandangan manusia
tentang alam semesta.
Struktur DNA yang mengandung data dan program genetik menyadarkan manusia bahwa
informasi adaah suatu aspek nonfisik independen bagi struktur-proses materi-energi biologis. Sel-sel
hidup kini dapat diibaratkan sebagai pabrik molekuler terkomputer skala nano. Dengan demikian,
dalam tubuh setiap organisme terdapat jaringan nano-komputer bak internet bagi tubuh luar manusia,
yaitu peradaban.
Ekstrapolasi dari gambaran bio-informatik itu adalah pandanagn holistik mengenai alam yang
menganggap alam semesta sebagai sistem bio-informatik raksasa, di mana hukum-hukum alam dilihat
sebagai program-program bagi sistem-sistem material. Sebuah slogan seorang fisikawan terkenal,
John Wheeler, bahkan membuat pepatah baru: it from bit. Tentu saja, muncul sebuah pertanyaan
besar. Kalu alam semestaadalah sebuah komputer, siapakah pembuatnya dan siapakah
pemrogramnya?
Teknologi berkembang sejalan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Tidak ada satu bagian
dari kehidupan kita yang luput dari sentuhan teknologi. Bahkan, segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia mempermudah dan memperlancar aktivitasnya termasuk ke dalam kategori teknologi.
Penggunaan alat untuk tujuan tertentu agar efektif dan efisien, mulai dari yang sederhana sampai
kepada yang paling canggih saat ini, merupakan bagian dari teknologi. Karena itu, lingkup teknologi
amat luas, merambah ke seluruh aspek kehidupan manusia, meliputi semua perkembanagn pola
pemikiran manusia dari suatu teknik ke teknik yang lain.
Dengan bekal akal pikiran yang dimiliki, manusia senantiasa berinovasi menuangkan fantasi
yang ada di dalam benaknya menjadi suatu realita yang berguna bagi kehidupan. Dalam banyak hal,
inovasi teknologi lahir dari sebuah tantangan. Penduduk Negeri Saba’ mampu membuat bendungan
dan irigasi untuk mengairi pertanian yang terhampar luas sehingga menjadi subur. Nabi Daud membuat
baju besi dan berbagai jenis alat perlengkapan perang untuk memlihara kaumnya di dalam
menaklukkan musuh-musuhnya. Memang, tidak selalu inovasi itu merupakan sesuatu yang baru sama

67Ibid, hal. 234

46
sekali, tetapi tidak jarang yang terjadi adalah teknik menghubungkan dua hal yang telah ada menjadi
sesuatu yang baru. Kreativitas manusia dalam menggabung-gabungkan berbagai benda dan alat
menjadi sesuatu yang baru dan memudahkan kegiatan manusia merupakan bagian dari ilmu teknologi,
bahkan memadukan berbagai bibit unggul dalam kehidupan biologi termasuk di dalamnya rekayasa
genetika.
Ayat-ayat Al-Qur’an pada umumnya berbicara tentang teknologi dalam konteksnya dengan
aktivitas lain. Industri kapal diperoleh dari kisah Nabi Nuh membuat kapal besar sebagai upaya
penyelamatan kaum beriman dari banjir bandang, teknologi manufaktur berupa peleburan besi dan
timah untuk berbagai keperluan diperoleh dari informasi sekitar Nabi Nuh dan kisah Dzulqarnain. 68
Berdasarkan informasi Al-Qur’an Surat Hud/11:37 dapat disimpulkan bahwa sejak masa nabi
Nuh telah ada industri kapal yang cukup besar yang dapat memuat banyak orang dan berbagai jenis
hewan. Di dalam Tafsir Al-Bagawi (1987, 2: 382-284) disebutkan bebrapa riwayat tentang pembuatan
kapal dengan teknologi yang didasarkan atas petunjuk Allah. Menurut riwayat Ibnu Abbas,
sebagaimana dikutip Al-BAgawi, kapal itu dibuat selama 2 tahun dengan spesifikasi sebagai berikut:
terdiri atas 3 dek, panjang 300 siku (dzira’), lebar 50 siku, dan tinggi 30 siku. Dengan mencermati
spesifikasi dan waktu yang dibutuhkan serta tonase kapal yang mampu mengangkut sejumlah besar
manusia dan berbagai jenis hewan itu maka dapat dipastikan bahwa kapal itu membutuhkan teknologi
yang memadai untuk bisa berlayar di tengah air bah dan tidak oleng atau karam.
Sejatinya, laut diciptakan oleh Allah dapat dengan mudah dilayari jika manusia mengetahui
ilmu yang berkaitan dengan itu. Beberapa ayat menjelaskan hal tersebut, misalnya surat An-
Nahl/16:14, surat Al-Haj/22:65, surat Al-Jatsiyah/45:12-13. Berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi
lahir setelah manusia berinteraksi dengan laut. Dengan harapan dapat mengambil manfaat dari laut
berupa ikan, manusia mengembangkan teknologi penangkapan ikan dari mulai yang sederhana dan
konvensional sampai pada peralatan yang menggunakan mesin bahkan saat ini telah digunakan jasa
satelit untuk memantau koloni berbagai jenis ikan. Demikian pula teknik dan peralatan penyelaman
untuk memperoleh mutiara dan mineral tertentu di dasar laut hingga harta purbakala (harta karun) yang
memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Atau, teknik pengeboran minyak lepas pantai. Semuanya
memerlukan teknologi dari yang sederhana hingga yang tercanggih.
Teknologi yang juga telah lama dikenal oleh masyarakat adalah teknologi logam, terutama besi
dan timah. Di dalam kisah Nabi Daud, misalnya surat Al-Anbiya/21:80, telah dijelaskan kemajuan
teknologi industri besi. Di masa itu besi telah dapat dilebur menjadi berbagai peralatan perang seperti
baju besi, senjata, dan berbagai keperluan lainnya. Suatu revolusi besar terjadi dalam peradaban

68Darwis Hude, dkk, 2002. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. Jakarta; Pustaka Firdaus. Hal. 577-578

47
manusia setelah ditemukannya besi. Besi dan logam pada umumnya telah memberi manfaat besar
bagi kehidupan manusia. Berbagai peralatan yang kita gunakan sehari-hari baik yang kecil seperti
jarum sampai pada pesawat Hercules terbuat dari logam atau setidaknya mengandung logam. Hal ini
yang ingin dijelaskan oleh surat Al-Hadid/57:25 bahwa besi (logam) adalah benda yang kuat dan
memiliki banyak manfaat. Al-Maraghi (27: h. 183) menjelaskan bahwa besi diciptakan oleh Allah agar
manusia dapat membuat senjata, tombak, baju perang, kapal laut, dan kebutuhan lainnya. Dijelaskan
pula bahwa dengan besi, manusia dapat menumpas orang yang dzalim dan melindungi orang yang
lemah, dan tentu saja bermanfaat untuk membuat alat-alat yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari seperti peralatan kerja dan perabotan rumah tangga (manafi’u linnas).
Dengan teknologi yang tersedia, barang-barang logam yang diperoleh dari dalam tanah diubah
menjadi spons dan bijih besi, kemudian dengan teknik peleburan dibuat berbagai peralatan yang
dibutuhkan oleh manusia. Hal yang sama dikisahkan dalam surat Al-Kahfi/18:96, tentang bagaimana
teknologi besi dan peleburan timah diceritakan dalam kisah Dzulqarnain. Timah panas dapat dipakai
untuk mengecor lubang-lubang besi yang dalam ayat tersebut dimasudkan untuk membuat dinding
penutup dari jalan Ya’juj dan Ma’juj yang dikenal keganasannya.
Kemajuan teknologi dibidang industri kaca dan marmer telah ada, paling tidak, sejak Nabi
Sulaiman. Hal ini dapat diketahui dari kisah Nabi Sulaiman bersama dengan Ratu Balqis, misalnya
dalam surat An-Naml/27:44 yang mengisahkan tentang kunjungan ratu ke istana Sulaiman. Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa oleh pembantu-pembantu Sulaiman dari berbagai spesies bekerja keras membuat
interior istana dengan menyusun kaca khusus putih bening lalu dibawahnya dialirkan air. Di situ
diletakkan singgasana lalu ratu diundang masuk ke dalam untuk menyaksikan raja yang melebihi
kerajaan ratu. Fantastis, ratu tercengang lalu ia mengangkat pakaiannya sampai lutut karena ia
mengira sedang berjalan di atas kolam air jernih, padahal itu adaah teknologi kaca kristal yang didesain
khusus untuk kemegahan istana.
Dari sini dapat disimpulkan bagaimana kemajuan teknologi kaca aquaria pada saat Nabi
Sulaiman begitu pesatnya sampai-sampai orang terpandang dari Negeri Saba kagum dan terkesima,
bahkan dalam ayat itu dikisahkan Ratu Balqis merasa mendzalimi dirinya sendiri karena
kebohongannya. Menurut Al-Maraghi (IX: 145) bahwa ayat ke-44 dari surat An-Naml menunjukkan
bahwa pada zaman Nabi Sulaiman telah ada industri kaca. Hal ini dikuatkan oleh hadits yang artinya
bahwa “Orang yang pertama-tama membuat aquarium adalah Nabi Sulaiman” (Abu Musa Al-Asy’ari).
Teknologi antariksa juga telah kita temukan indikasinya di dalam Al-Qur’an ketika Allah di
dalam surat Ar-Rahman/55:33 menyuruh manusia menjelajahi angkasa luar dengan syarat memilki
kemampuan dan penguasaan ilmu tentang hal tersebut. Dan di dalam surat l-An’am/6:125 tersirat
perbedaan kondisi di bumi dan di luar angkasa. Di luar angkasa manusia tidak dapat bertahan hidup

48
tanpa oksigen dari bumi, yang di dalam ayat itu disebutkan dada akan sesak seperti ketika seseorang
naik ke angkasa (langit). Informasi ini ternyata benar sebagaimana kita menyaksikan para astronot atau
kosmonot senantiasa menggunakan pakaian khusus dan membawa oksigen untuk bisa bertahan hidup
di angkasa luar.69

69Ibid, hal. 586-587

49
BAB VII
E-DAKWAH: DAKWAH MELALUI INTERNET

Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang mengatakan bahwa “agama”
dan “ilmu” adalah dua entitas yang tidak bisa dipertemukan. Keduanya mempuanyai wilayah sendiri-
sendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek formal-material, metode penelitian, kriteria
kebenaran, peran yang dimainkan oleh ilmuwan maupun status teori masing-masing bahkan sampai ke
institusi penyelenggaranya. Dengan lain ungkapan, ilmu tidak mempedulikan agama dan agama tidak
mempedulikan ilmu. Begitulah sebuah gamabaran praktik kependidikan dan aktivitas keilmuan di tanah
air sekaran ini dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan dan dirasakan oleh masyarakat luas.
Oleh karenanya, anggapan yang tidak tepat tersebut perlu dikoreksi dan diluruskan.70
Penyampaian informasi agama-yang dalam studi keislaman biasa disebut dakwah-lebih bayak
dilakukan dengan face-to-face antara penyampai dengan orang yang menerima informasi (mad’u).
Pemanfatan teknologi Internet masih belum banyak dipakai untuk dakwah. Upaya-upaya pemanfaatan
teknologi untuk studi islam perlu dikembangkan terus sehingga informasi tentang islam yang benar
dapat menjangkau seluruh dunia. Batas geografis dan waktu tidak menjadi masalah lagi dalam
berdakwah apabila menginetgrasikan teknologi Internet ini ke dalam wilayah studi keislaman.
A. TEKNOLOGI INTERNET UNTUK DAKWAH
Secara garis besar website tentang Islam dapat dikategorikan menjadi, yaitu portal informasi
tentang Islam dan website organisasi Islam. Selain itu dakwah melalui Internet dapat memanfaatkan
mailing list dan newsgroup.

1. Portal Informasi
Beberapa website yang dapat dikategorikan sebagai portal informasi tentang Islam, baik yang
dikelola muslim Indonesia maupun luar negeri akan dibahas sebagai gambaran tentang pemanfaatan
teknologi Internet untuk dakwah. Kriteria yang dipakai dalam pemilihan contoh adalah “keseriusan”
dalam pengelolaannya, yang dilihat dari terisinya semua link dengan informasi yang relevan dan
kemutakhiran informasi yang disajikan.
a. http://www.al-islam.com
Portal informasi ini dikembangkan dan dikelola oleh Harf Information Technology
(http://www.harf.com) yang berkantor di Kairo, Mesir. Harf adalah sebuah perusahaan yang

70
M.Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2006, hal. 92-93.

50
menerbitkan buku-buku dan media elektronis Islam seperti tafsir dan kumpulan hadits. Portal informasi
http://www.al-islam.com adalah semacam layanan sosial yang diberikan oleh Harf.
Informasi yang ditawarkan oleh website ini sebagian besar berkaitan dengan Al-Qur’an dan
hadits. Kita bisa menemukan klasifikasi ayat Al-Qur’an berdasar subyek, seperti iman, ilmu, Al-Qur’an,
sirah Nabi, ibadah, dan perdagangan.
Pada website ini yang bisa ditampilkan dalam enam bahasa (Arab, Inggris, Perancis, Jerman,
Malaysia (Melayu), dan Indonesia), kita juga bisa mendapatkan terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai
bahasa, yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Malaysia (Melayu), dan Indonesia. Kita yang mempunyai
kesulitan dengan bahasa asing, bisa dengan mudah melakukan navigasi terhadap website yang sudah
ditampilkan dalam bahasa Indonesia.
Kita bisa dengan mudah memilih untuk menampilkan terjemahan sebuah ayat Al-Qur’an
dengan menu yang mudah dan bersahabat (user friendly). Ayat yang ditampilkan dalam bentuk aslinya
(tulisan Arab) dapat langsung kita dengar cara membacanya dengan audio yang dilantunkan oleh dua
orang qari’ dan terjemahannya.
Selain klasifikasi ayat Al-Qur’an berdasar subyek, hal yang sama juga bisa kita temukan dalam
hadits. Selain itu, hadits juga diklasifikasikan berdasar kelas hadits, seperti hadits qudsi, mutawatir,
marfu’, mauquf, dan puisi atau syair yang mungkin selama ini kita anggap sebagai hadits.
Selain itu, website ini juga menawarkan aplikasi berbasis web yang bisa kita gunakan untuk
membuat jadwal sholat berdasar parameter-parameter geografis, dan aplikasi untuk menghitung besar
zakat. Kita juga bisa mendownload program aplikasi pengingat waktu sholat yang mengumandangkan
adzan yang bisa diinstal pada komputer.
Kita yang membutuhkan bantuan terjemahan istilah-istilah modern dari bahasa Arab ke
berbagai bahasa yang disebut di atas (atau sebaliknya), dapat menemukan kamus yang cukup lengkap
di website ini.
Dalam websitenya yang berbahasa Arab, kita bisa menemukan lebih banyak informasi, seperti
tarikh Islam beserta uraiannya yang cukup detail mulai dari kehadiran Islam, zaman kekhalifahan
(khulafa’ur rasyidin, kekhalifahan Abbasiyah, kekhalifahan Umayah), sampai daulah-daulah Islamiyah.
Sayang, informasi ini belum diterjemahkan dalam bahasa lain, sehingga yang berkemampuan bahasa
Arab terbatas, tidak bisa memanfaatkan informasi berharga ini dengan optimal.
Fasilitas untuk mengirimkan kartu ucapan juga kita temukan pada website ini. Fasilitas yang
bisa kita gunakan untuk menjaga dan mengencangkan tali silaturahmi.
b. http://www.islaam.com
website ini hadir dalam dua bahasa : Inggris dan Perancis, namun website dalam bahasa Inggrislah
yang lengkap. Informasi pengelola tidak ditemukan dalam website ini. Namun, pada halaman kontak,

51
terdapat nama lembaga Islam di Amerika Utara, yaitu Islamic Assembly of North America
(http://www.iana.org).
Website ini menawarkan informasi yang sangat beragam, baik dalam bentuk teks maupun
audio. Kita bisa mendapatkan artikel tentang berbagai subyek agama, seperti iman, ilmu, ibadah,
dakwah, Al-Qur’an, As-Sunnah, dan zakat. Kita juga bisa mendengarkan atau mendownload file audio
ceramah dengan topik yang beragam.
Resital Al-Qur’an lengkap juga hadir dalam bentuk audio, yang bisa didengarkan langsung
dengan streaming audio atau didownload. Resital tersebut dibawakan oleh beberapa qari’ yang bisa
kita pilih.
Yang menarik, website ini mempunyai sebuah link dan halaman yang diperuntukkan khusus
pengunjung non-muslim yang masih awan dengan Islam. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan
beberapa buku gratis di sini.
Ingin bergabung menjadi anggota mailing list? Kita bisa dengan mudah melakukannya di
website ini hanya dengan mengisikan alamat e-mail dan kita akan dikirimi e-mail yang berisi hadits
paling banyak empat kali seminggu.
c. http://www.quraan.com
seperti namanya, website ini didedikasikan untuk menampilkan informasi tentang Al-Qur’an. Informasi
tentang pengelola ini tidak ditemukan dalam website ini.
Pada website ini kita bisa menemukan Al-Qur’an lengkap (dalam bahasa Arab) dan
terjemahannya dalam lima bahasa (Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, dan Jepang). Juga dilengkapi
dengan mesin pencari berdasar kata dalam bahasa Arab atau terjemahnya dalam bahasa Inggris.
Audio resital Al-Qur’an lengkap dapat kita dengarkan lewat streaming audio. Selain itu, kita
juga bisa mendengarkan resital ayat per ayat yang sedang ditampilkan. Juga tersedia fitur untuk
mengirimkan sebuah ayat kepada kawan kita lewat e-mail dengan cara yang sangat mudah.
Selain itu, pada website ini kita juga dapat menemukan banyak artikel tentang berbagai subyek
seperti tauhid, tazkiyah, ibadah, sirah Nabi, fiqh, bid’ah, dan lain-lain. Juga, terjemahan lengkap Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Muwatta Imam Malik, 40 hadits qudsi, dan 40 hadits Imam Nawawi.
Terakhir, yang tidak kalah penting adalah fitur untuk membentuk komunitas (jama’ah) dengan
mendaftar menjadi anggota dan kita akan mendapatkan ayat atau hadits dalam e-mail yang dikirim
setiap hari. Sebuah cara sederhana yang memfasilitasi upaya saling menasehati, mengingatkan akan
keberagaman kita, dan meningkatkan pengetahuan tentang agama.
d. http://www.myquran.com
website portal informasi ini adalah salah satu dari website e-dakwah yang dikelola oleh muslim
Indonesia. Website ini mendedikasikan dirinya sebagai fasilitator dakwah virtual.

52
Di website dengan motto “Refresh Your Life!”, kita bisa mendapatkan beragam informasi yang
berkaitan dengan Islam seperti basis data Al-Qur’an, Hadits dan doa, direktori website Islam sebagai
panduan menjelajahi Internet, dan hal-hal lain yang bernuansa Islam seperti musik Islami, dan fasilitas
mengirim kartu ucapan.
Website yang berbahasa Indonesia ini mempunyai misi sebagai wahana pembentukan
komunitas virtual yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam dan menjadi jembatan ukhuwah islamiyah
umat dengan melewati batas ruang dan waktu dengan media Internet.
Sebagai sarana membangun komunitas, pengunjung website ini bisa mendapatkan e-mail
gratis, bergabung dengan mailing list, menggunakan forum diskusi, dan message board. Di website ini
kita juga bisa menemukan beragam link ke website-website e-dakwah lainnya dan link-link lainnya yang
bermanfaat, seperti untuk mengirim SMS gratis dansebagainya.
e. http://www.discover-islam-online.com
Website ini dikelola oleh sebuah organisasi yang berada London, Inggris. Sebagian besar isi
website ini adalah tentang Al-Qur’an dan dakwah. Kita bisa menemukan banyak tulisan yang terkait
dengan Al-Qur’an. Juga terjemahan Al-Qur’an dalam beberapa bahasa : Inggris, Perancis, Jerman,
Italia, Jepang, Rusia, Spanyol, Finland, dan Belanda.
Pada bagian dakwah, diantaranya tedapat informasi tentang kisah muallaf yang baru memeluk
Islam. Informasi seperti ini sangat penting untuk menggugah hati yang masih belum memperoleh
hidayah atau muslim yang ingin “memperbaharui” semangat atau ghiroh keislamannya. Selain itu,
terdapat fasilitas untuk membangun komunitas, seperti forum diskusi online dan mailing list.
f. http://www.eramuslim.com
Website yang berbahasa Indonesia ini menurut pengelolanya dihadirkan sebagai respon
terhadap banyaknya informasi di web yang kering nilai. Menurut informasi yang ditemukan pada
website, terdapat tiga layanan yang ditawarkan oleh website ini :
1). Menerbitkan berbagai hasil liputan peristiwa, artikel, dan data yang ditulis dan dikumpulkan
oleh pengelola website.
2). Menyediakan fasilitas komunikasi, berupa e-mail gratis, ruang bincang-bincang bermanfaat
(chatting), pojok diskusi umat, dan lain-lain.
3). Menjadi pintu gerbang untuk berbagai website Internet Islam lain di Indonesia dan seluruh
dunia.
Disamping fasilitas tanya-jawab soal agama, pengunjung website ini dapat memanfaatkan
layanan konsultasi dalam berbagai bidang yang ditawarkan : aristektur, jurnalitik, keluarga, makanan
halal, dan kesehatan. Selain itu, kita bisa berbelanja online melalui website ini.
g. http://www.islam-qa.com

53
Website ini memfokuskan pada tanya jawab berbagai aspek dalam agama Islam. Jawaban
terhadap pertanyaan yang dikirimkan, diberikan oleh Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid, seorang
ulama dan penulis yang sangat produktif.
Dalam website yang dirintis dan dikelola oleh Sheikh Muhammed Salih Al-Munajjid ini
dituliskan bahwa tujuan website ini adalah untuk :
1). Mengajar dan mengakrabkan muslim dengan beragam aspek dalam agama Islam.
2). Menjadi sumber untuk membimbing manusia ke Islam
3). Merespon pertanyaan dan permintaan pengunjung dengan segenap kemampuan
4). Membantu pemecahan masalah sosial dan pribadi muslim dalam konteks keislaman.
Website ini hadir dalam lima bahasa : Arab, Inggris, Perancis, Jepang dan Indonesia.
Arsip pertanyaan dan jawaban dikelompokkan dalam tema-tema tertentu, mulai dari keimanan
dasar, jurisprudensi atau hukum Islam, dakwah, sampai politik Islam. Selain itu, kita juga bisa
menemukan buku-buku dan tulisan lain yang mengupas berbagai aspek Islam.
h. http://www.hidayatullah.com
Selain memuat berita-berita aktual yang terkait dengan agama Islam atau muslim, website ini
juga mempunyai fitur untuk membentuk komunitas ivirtual dengan mendaftar menjadi anggota. Dengan
menjadi anggota, kita bisa melihat daftar anggota yang ada dan mengirim berita.
Selain itu, website ini juga menyediakan semacam direktori website-website tentang Islam
yang bisa ditambahkan oleh anggota yang terdaftar. Mesin pencari yang disediakan juga sangat
membantu pengunjung menemukan berita tertentu pada arsip berita.
i. http://www.indohalal.com
Sesuai deskripsi pada websitenya, indohalal.com adalah website informasi, sosialisasi, dan
edukasi produk halal yang juga menginformasikan kepada masyarakat luas tentang produk-produk
halal yang sudah mendapat sertifikasi dari LP POM MUI (lembaga resmi nasional yang mengeluarkan
sertifikat halal).
Selain itu, website ini juga menyediakan layanan konsultasi tentang kehalalan sebuah produk
yang diasuh oleh ahli yang kompeten dalam bidang pangan dan syari’ah. Disamping itu, kita juga bisa
mendapatkan informasi atau berita aktual tentang produk halal.
Untuk membentuk komunitas, website ini mempunyai fitur chat dan menawarkan kepada
pengunjung untuk bergabung dengan milis.
j. http://www.cybermq.com
Website ini dikelola oleh MQ Corporation, sebuah lembaga usaha yang dimotori oleh Aa Gym.
Pada website ini kita bisa menemukan banyak hal mulai berita terkini, tausyiah atau nasehat, konsultasi

54
agama, sampai mendengarkan streaming audio lewat radio MQFM dan sampai tulisan-tulisan tentang
kewirausahaan.
2. Organisasi Islam
Pada bagian ini akan dibahas beberapa website organisasi Islam, baik yang berada di
Indonesia maupun di luar negeri. Pemilihan website yang dibahas didasarkan pada kriteria yang sama
dengan yang digunakan dalam pemilihan website portal informasi di atas.
Di http://www.krapyak.org, kita bisa menemukan informasi yang terkait dengan Pesantren
Krapyak. Informasi yang ditawarkan oleh website ini antara lain : informasi akademik yang menjelaskan
berbagai program pendidikan yang ditawarkan dan informasi tentang lembaga-lembaga sosial yang
terkait dengan pesantren (balai kesehatan masyarakat, koperasi santri, majelis ta’lim, dan yayasan
penyantun anak yatim). Website ini juga memuat berita aktual seputar aktivitas santri dan pesantren
serta beberapa artikel.
Website (http://www.usc.edu/dept/MSA) yang dikelola oleh Persatuan Mahasiswa Muslim
Universitas california Utara ini kaya dengan informasi tentang Islam. Selain informasi tentang aktivitas
sosial dan agama yang dilakukan, kita bisa menemukan tulisan tentang beragam topik dalam Islam.
Mulai dari tulisan tentang Allah swt dan Nabi Muhammad saw, Al-Quran, Al-Hadits sampai tulisan –
tulisan yang mengupas beragam aspek kehidupan dari sudut pandang Islam, seperti ekonomi Islam,
politik Islam, dan wanita dalam Islam.
Meskipun website (http://www20.brinkster.com/masjidits) aktifis dakwah kampus ini
menggunakan fitur untuk membuat website gratis, namun dikelola dengan serius. Hal ini terlihat dari
aktualitas informasi yang disajikan. Website ini menyajikan banyak tulisan tentang Islam dan berbagai
aspeknya. Website ini juta digunakan sebagai wahana menulis para aktifis dakwah kampus.
Informasi tentang agenda kegiatan terkait dengan Islam yang dilaksanakan oleh berbagai
institusi juga bisa ditemukan di sini. Website ini juga menampilkan link ke beragam website tentang
Islam. Untuk membentuk komunitas, sebuah layanan e-mail gratis dan pendaftaran menjadi anggota
mailing list bisa didapatkan di sini.
Sebagian besar informasi yang disajikan dalam website Persyarikatan Mushammadiyah
Singapura (http://www.muhammadiyah.org.sg) ini adalah untuk membangun komunitas. Selain mailing
list, e-mail gratis, dan forum diskusi, di website ini kita bisa temukan banyak informasi tentang program
yang ditawarkan kepada anggota persyarikatan. Tulisan tentang berbagai aspek dalam Islam juga bisa
ditemukan disini.
Seperti ditulis dalam websitenya (http://www.isnet.org), the Islamic Network (Isnet) adalah
forum komunikasi untuk menjalin tali persaudaraan Islam dan menambah pemahaman Islam bagi
anggota-anggotanya.

55
Selain sebagai sarana komunikasi untuk para anggotanya yang tersebar di berbagai negara,
website ini juga menyajikan informasi dan arsip diskusi tentang Islam yang sangat bermanfaat. Kita
bisa mendapatkan berbagai tulisan yang dikelompokkan berdasar topik tertentu atau berdasar
pengarangnya. Website ini juga menawarkan mailing list dengan berbagai topik yang bisa diikuti dan
membuka konsultasi tentang beragam aspek dalam Islam.
B. HAMBATAN DAN TANTANGAN DAKWAH MELALUI INTERNET
Upaya mengintegrasikan teknologi Internet dengan studi islam tidak semulus yang
dibayangkan. Ada hambatan dan tantangan berdakwah melalui Internet. Hambatan adalah faktor
internal sedangkan tantangan adalah faktor eksternal.
Secara umum, minimal ada tiga hambatan utama dakwah melalui Internet yang bisa ditemukan
dalam diri umat Islam, yaitu tingkat kecakapan dalam teknologi informasi yang masih rendah, tingkat
akses terhadap Internet yang masih rendah, dan kemungkinan benturan yang kontra-produktif antara
kelompok-kelompok Islam sendiri (Islam mayoritas versus Islam minoritas).
Memang belum data statistik yang pasti, namun jika melihat fenomena yang ada dalam hal
yang terkait dengan teknologi informasi (seperti jumlah penelitian dalam bidang teknologi informasi
yang dipublikasikan dan perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi) peran muslim dalam
perkembangan teknologi informasi masih rendah. Dalam konteks ini, beberapa pertanyaan bisa
diajukan. Mengapa negara-negara yang sebagian besar berpenduduk muslim tertinggal dalam bidang
teknologi informasi? Apa saja faktor yang mempengaruhinya? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah
sekaligus merupakan tantangan yang mesti dijawab.
Memang, untuk dakwah melalui Internet bisa jadi tidak membutuhkan ketrampilan yang sangat
tinggi, namun dalam tataran yang lebih tinggi, ketertinggalan dalam bidang ini tak pelak menimbulkan
masalah. Ketergantungan adalah salah satunya.
Meskipun kecepatan penyebaran Internet di Indonesia sangat luar biasa, namun cakupannya
masih kurang. Statistik pada akhir tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah pengguna Internet di
Indonesia adalah 4,5 juta, sedangkan jumlah penduduk Indonesia melebihi 220 juta, sehingga cakupan
Internet masih di bawah 2% dari semua populasi.71 Masih sedikitnya pengguna Internet di Indonesia,
yang merupakan negara berkembang, disebabkan berbagai faktor. Menurut beberapa penilitian di
beberapa negara berkembang, rendahnya pengetahuan dan tingkat kesejahteraan merupakan faktor
penghambat adopsi Internet.
Hambatan ini di sisi lain juga merupakan tantangan, karena dalam konteks ini dakwah dakwah
melalui Internet dapat diartikan sebagai tantangan memberikan pengetahuan dan pelajaran teknologi

71
Fathul Wahid, opcit, hal. 43

56
informasi kepada masyarakat. Sebab munculnya portal dakwah yang tadinya “hanya” merupakan
pemanfaatan peluang yang ada dengan kehadiran Internet, harus ditingkatkan sebagai sebuah
kesadaran bersama muslim bahwa banyak yang bisa dimanfaatkan dari Internet misalnya: merekatkan
tali silaturahmi dengan membentuk komunitas, meningkatkan intensitas komunikasi dan penggunakan
Internet sebagai sumber informasi yang bermanfaat.
Jika kita hanya melihat persentase cakupan Internet di Indonesia, bisa jadi kita akan
menyimpulkan bahwa dakwah melalui Internet belum mendesak. Namun, jika kita berpikir ke depan
dengan cakupan global, tentu ada banyak pertimbangan mengapa e-dakwah menjadi penting. Inilah
peluang yang bisa dimanfaatkan.
Pertama, peneliti berpendapat bahwa kecepatan penyebaran Internet di Indonesia belum
mencapai tahap stagnan dalam kurva S penyebaran inovasi. Hal ini berarti dalam masa yang akan
datang kemungkinan adopsi Internet oleh masyarakat Indonesia masih sangat besar.
Dalam konteks ini, teori penyebaran inovasi (diffusion of innovation) relevan untuk
didiskusikan. Teori ini akan memberikan acuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi
seseorang terhadap sebuah inovasi atau dalam hal ini Internet. Ada empat elemen dalam penyebaran
inovasi, yaitu (1) karakteristik inovasi itu sendiri, (2) kanal komunikasi yang digunakan untuk
mengkomunikasikan manfaat inovasi, (3) waktu terhitung mulai inovasi dibutuhkan, dan (4) sistem
sosial dimana inovasi menyebar.
Semakin besar dan kompleks inovasi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk diadopsi
atau digunakan. Jangkauan kanal komunikasi juga mempengaruhi tingkat penyebaran inovasi ini.
Penyebaran inovasi akan sangat cepat pada tahap awal dan kemudian menyebar dengan cepat
sampai pada akhirnya sampai pada tahap stagnan atau melambat lagi. Tingkat penyebaran inovasi
juga tergantung kepada homogenitas sistem sosial dimana inovasi menyebar. Sistem sosial yang
homogen akan mempercepat penyebaran inovasi.
Jika elemen-elemen dalam penyebaran Internet di Indonesia bisa dikondisikan dengan baik,
kecepatan adopsi Internet dalam tahun-tahun mendatang masih sangat cepat. Jadi tidak mengagetkan,
jika diramalkan, pada akhir tahun 2003, pengguna Internet di Indonesia mencapai 7,5 juta orang atau
terjadi peningkatan hampir 80% dari jumlah pengguna Internet pada akhir tahun 2002 yang sebesar 4,5
juta72. Dirjen Pos dan Telekomunikasi mencatat bahwa jumlah pengguna Internet potensial di
Indonesia adalah 61 juta dengan yang (akan) menggunakan Internet dari kantor, rumah, warung
Internet, universitas, sekolah, dan pondok pesantren.

72
Ibid, hal 46.

57
Kedua, penggunaan Internet untuk dakwah tidak hanya ditujukan untuk komunitas nasional
saja, baik muslim maupun non-muslim, namun juga untuk komunitas yang lebih luas, yaitu komunitas
global.

Islam mayoritas versus Islam Indonesia


Internet tidak membatasi siapa yang bisa memanfaatkannya. Semua mempunyai hak untuk
memanfaatkan asalkan mmepunyai akses dan ketrampilan untuk itu. Dalam konteks ini, semua
kelompok kepentingan bisa menggunakan Internet untuk menyebarluaskan ajarannya, termasuk apa
yang disebut dengan Islam mayoritas dan Islam minoritas.

Wacana tentang Islam mayoritas dan Islam minoritas ini semakin hangat setelah tragedi 11
September 2001. secara fundamental ajaran, tidak terdapat perbedaan ajaran antara kelompok islam
ini, Tuhannya sama: Allah yang Maha Agung,dan Nabinya sama: Nabi Muhammad saw. Namun,
terjemahan kultural kedua kelompok ini bisa jadi berbeda. Islam yang seharusnya berwajah garang dan
menakutkan. Minimal inilah kesan yang tertangkap oleh umat di luar Islam. Kalau kesan Islam yang
garang dan menakutkan. Minimal inilah kesan yang tertangkap oleh umat di luar Islam. Kalau kesan
Islam yang garang dan menakutkan. Minimal inilah kesan yang tertangkap oleh umat di luar Islam.
Kalau kesan Islam yang garang dan menakutkan yang muncul ke permukaan, berarti peluang Islam
menarik hati umat di luar Islam menjadi tertutup.
Pendekatan yang digunakan oleh kedua kelompok Islam ini mempunyai dasar hukum masing-
masing. Bagaimana misalnya, kesan umat di luar Islam terhadap cara pemerintahan Taliban di
Afganistan. Tidak semua umat Islam sependapat dengan cara yang digunakan. Lebih tegas lagi,
apakah kita semua sepakat dengan apa yang dilakukan oleh teroris yang mengatasnamakan Islam dan
membunuh orang-orang yang tidak bersalah.
Dalam konteks dakwah melalui Internet, hal ini memungkinkan adanya benturan informasi
tentang Islam yang muncul di Internet yang sama-sama mengatasnamakan Islam. Dalam tingkatan
tertentu, tentu saja hal ini menjadi kontra-produktif dalam sebuah proses dakwah, apalagi jika yang
menjadi sasaran dakwah adalah umat di luar Islam. Bagaimana pemecahannya? Atau pertanyaan yang
lebih fundamental, apakah ini menjadi masalah? Bukankah perbedaan seharusnya merupakan rahmat?
Di samping hambatan yang mungkin muncul dari kalangan umat Islam, dakwah melalui
Internet juga mempunyai tantangan yang harus dihadapi. Tantangan ini muncul dari pihak di luar Islam
yang menawarkan ajaran atau gaya hidup yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Tentu saja, hal ini
tidak secara khusus merupakan tantangan e-dakwah, tetapi juga dakwah dalam arti yang lebih luas,
termasuk teledakwah dan dakwah konvensional.

58
Beberapa tantangan yang dihadapi kaitannya dengan e-dakwah adalah informasi anto-Islam,
kemungkinan munculnya Islam gadungan, penyesalan massal, dan maraknya pornografi.
Di Internet kita bisa menemukan informasi tentang Islam yang salah atau kadang lebih tepat
hujatan terhadap Islam. Bagaimana sikap kita? Tentu saja, membalas dengan hujatan bukanlah
tindakan yang bijaksana. Nabi Saw telah mengingatkan kita akan hal ini.
Selain itu, juga dapat ditemukan beberapa mailing list yang bertujuan untuk menjelek-jelekkan
islam. Sebagai contoh, http://groups. Yahoo.com/group/Anti-Islamicsite dan
http://group.yahoo.com/group/anti-islamicapologists. Kedua mailing list ini pun tidak hanya tertutup
untuk anggota. Tanpa menjadi anggota mailing list ini, kita bisa melihat arsip pesan-pesan yang pernah
dikirim sebelumnya. Jika anda berniat mengunjungi mailing ini, pastikan bahwa anda bisa menahan
diri.
Menghujat balik hanya akan menjadikan kita tidak lebih baik daripada mereka (para aktivis
anti-Islam itu), apalagi kalau kita lantas menghujat balik agama non-Islam hanya karena mereka
beragama non-Islam.
Di sinilah, semangat toleransi menjadi penting. Ada yang menyatakan, untuk meningkatkan
semangat ini”melintas batas” (passing over) adalah salah satu cara yang bisa digunakan: mengenal
agama lain lebih dekat dengan tetap menjaga keimanan kita untuk memperkaya
pengalaman”keberagamaan” kita. Apalagi ajaran Islam sendiri mengajarkan sikap toleransi (tasamuh)
ini sepanjang tidak mengotori akidah kita.
Di samping itu, inilah momentum yang bisa digunakan untuk intropeksi diri dan
mempertanyakan: mengapa sampai mereka beranggapan seperti itu? Jangan-jangan umat Islam atau
sebagaian umat Islam kurang tepat menafsirkan ajaran Islam atau malas menyebarkan informasi
tentang Islam.Atau kita bisa menambahkan daftar pertanyaan untuk intropeksi di sini. Intropeksi tetap
dianjurkan meskipun kita merasa sudah benar.
Islam menjadi baik bukan karena menjelekkan atau menghujat agama lain. Islam menjadi baik
karena Islam menganjurkan menjaga nilai-nilai perenial, yang abadi: kedamaian, keindahan,
keharmonisan, dan sebagainya. Nabi Muhammad telah mencontohkan, cara terbaik menghadapinya
adanya dengan mendo’akan semoga diberi petunjuk pleh Allah. Juga dengan tetap memberikan
informasi yang benar tentang Islam, baik kepada muslim maupun kepada non-muslim. Inilah salah satu
bentuk dakwah melalui Internet yang bisa dilakukan.
Meskipun agak sulit menemukan banyak informasi tentang hal ini, namun, karena anonmitas
dalam Internet, pihak-pihak yang tidak senang dengan Islam bisa memberikan informasi tentang Islam
dengan bumbu-bumbu yang pada tingkatan tertentu akan merusak Islam.

59
Misalkan saja kemungkinan munculnya informasi tentang hadits yang ditambah dengan hadits-
hadits palsu, atau bahkan informasi tentang Al-Quran yang keliru atau dipalsukan. Hal tersebut sangat
mungkin terjadi dalam dunia maya yang menjaga anonimitas penggunanya. Hal ini nisa dianalogikan
dengan fenomena peneybaran hadits-hadits palsu melalui media konvensional seperti yang mungkin
kita jumpai sekarang. Internet, juga bisa digunakan untuk maksud serupa;validitas informasi tentang
Islam ditantang dalam konteks ini.
Sebagai contoh, kita bisa mengunjungi http/www.thequran.com73 untuk menemukan berbagai
kajian tentang Islam dengan maksud mendeskreditkan Islam. Sebagai contoh, kita bisa menemukan
informasi tentang kontradiksi yang oleh penulisnya ditemukan dalam Al-Qur’an. Dalam kaitan ini kita
bisa menyikapinya dengan dua pemikiran yang berbeda: tidak mengunjunginya sama sekali atau
mengunjunginya dengan pemikiran kritis dan menjadikannya sebagai sarana berfikir kembali dengan
lebih serius tentang keislaman kita.
Contoh lain adalah munculnya tulisan atau pendapat yang seakan-akan ditilis oleh seorang
muslim dan membela Islam dengan cara-cara yang sangat kasar dan menjadikan citra Islam semakin
jelek. Ada beberapa semacam ini dalam beberapa tulisan yang dapat ditemui di Internet. Namun sekali
lagi, karena sifatnya yang anonim, hal ini sulit untuk dibuktikan.
Pada bulan Juni 1998. ketika Amerika Online (AOL) ditemukan website dengan alamat
http://members.aol.com/suralikeit/ yang dianggap surat-surat palsu Al-Quran muncul diskusi panas
tentang hal ini. Banyak protes keras yang dialmatkan kepada AOL yang akhirnya memang menutup
website tersebut. Namun, ada juga yang menyikapinya dengan lebih tenang. Yang terakhir ini justru
beranggapan kalau kita menyikapinya dengan reaksi berlebihan akan menjadikan citra Islam sebagai
agama yang tidak menghargai kebebasan berpendapat. Diskusi tentang hal ini terdokumentasikan
dengan rapi pada alamat http://dialspace.dial.pipex.com/town/ park/geq96/, termasuk salinan website
yang telah ditutup AOL. Selain itu kita bisa mengikuti diskusi ini pada arsip Usenet newsgroup
soc.religion.islam. Gambar 17 menunjukkan salah satu “surat palsu” tersebut dan terjemahannya dalam
bahasa Indonesia.
Dalam kaitan kasus di atas, kita juga mengambil pelajaran, bahwa informasi yang salah jika
disebarluaskan dengan Internet akan berpotensi untuk menyesatkan secara massal. Karena itulah,
semua informasi tentang Islam yang akan dipublikasikan di Internet harus diperhatikan validitasnya, jika
memang dimaksudnya untuk “mewakili” ajaran Islam. Hal ini menjadi sangat penting jika terkait dengan
informasi yang berhubungan langsung dengan teks-teks Al-Quran dan interpretasinya.

73
Selain, http://www.the quran.com, website-website yang mengatasnamakan Islam berikut http://www.
Answering-islam.org,http:www.aboutislam.com, dan http://www.allahassurance.com diduga kuat dikelola oleh
kelompok Yahudi dengan maksud memberikan informasi yang salah tentang Islam

60
Tantangan ini sebenarnya muncul dari kemungkinan munculnya berbagai penafsiran atas teks-
teks Islam. Ada kelompok yang ingin memonopoli penafsiran dan menganggap bahwa penafsiran
kelompoknyalah yang paling benar, ada juga kelompok yang lebih terbuka dan mencoba memahami
penafsiran kelompok lain dengan lebih arif dan bahkan menganggap perbedaan tersebut sebagai
rahmat. Dalam hal ini sangat mungkin apa yang dianggap oleh sebuah kelompok yang lain. Internet
dapat memfasilitasi penyebaran tafsiran-tafsiran ini tanpa sensor.
Karenanya, sebagai audiens dakwah, kita juga harus mencermati semua informasi yang kita
temukan di Internet dengan kritis dan tidak serta merta menerimanya. Dengan mengetahui pengelola
website, penulis artikel/isi yang ditampilkan, dan sejenisnya seringkali bermanfaat untuk memicu
kehati-hatian kita. Sekali lagi, bukan sikap antipati yang kita munculkan, namun sikap kritis.

Pornografi di Internet barangkali merupakan hal yang paling sering didiskusikan menyangkut
dampak buruk Internet. Meskipun sebenarnya terdapat informasi-informasi lain yang juga berbahaya,
seperti anjuran melakukan kekerasan dan ajakan bergabung dengan neo-Nazi atau kelompok rasis
lainnya. Namun, website-website pornografi inilah yang telah berhasil menarik pengunjung dalam
jumlah dan kecepatan peningkatan yang luar biasa. Pornografi dalam tingkat tertentu akan dapat
mengakibatkan kerusakan mental yang parah.
Anda dapat mencoba ketikan kata kunci “porno” pada mesin pencari seperti yang bisa
ditemukan pada website Yahoo atau Altavista. Jutaan halaman web akan dimunculkan. Laporan tahun
1998 menyebutkan bahwa halaman web yang memuat pornografi hampir mencapai 30% dari halaman
web yang ada di Internet. Meskipun ada juga yang berpendapat bahwa jumlah halaman web yang
memuat pornografi tidak sebanyak itu. Misalnya saja kita ikuti pendapat yang kedua, yang
mempercayai bahwa persentase halaman sejenis ini tidak sangat besar jika dibandingkan dengan
jumlah halaman web yang ada di Internet. Namun, tetaps saja hal ini mengkhawatirkan banyak pihak.
Ini bukanlah masalah teknis dengan hitungan-hitungan matematis namun lebih ke masalah
kecenderungan (termasuk kemungkinan ketagihan dan pelanggaran susila) dan kontrol atas nilai-nilai
yang diyakini oleh pengguna Internet.

Meskipun persentasenya sedikit, namun jika kecenderungan pengguna ke sana, tentu semua
akan sepakat, dari sudut norma agama hal ini menjadi masalah. Seperti halnya, kehadiran wanita tuna
susila dengan segala lasan yang mendasarinya, meskipun hanya segelintir jika dibandingkan dengan
penduduk Indonesia, bukanlah tanpa masalah. Masalah pelanggaran norma tidak bisa dilihat dari
jumlahnya; sedikit atau banyak. Menenggak minuman keras yang jika diminum banyak memabukkan,
tidak berarti kita boleh menenggaknya meskipun hanya sedikit.

61
Setan jika dalam tubuh manusia dapat mencapai semua tempat yang dapat dicapai oleh aliran
darah, sekarang godaan setan dalam masyarakat dalam hadir dengan bantuan aliran bit-bit informasi
dalam Internet. Portal dakwah, dalam konteks ini hadir laksana sel darah putih yang menjaga tubuh
dari bakteri patologis, yang termasuk akidah Islam.

Disamping tantangan-tantangan di atas, Internet yang dijadikan media interaksi antar individu
yang tanpa mengenal batas ruang dan waktu juga membuat sisi gelap yang lain, yaitu munculnya
berbagai kejahatan dan penawaran pola hidup yang bisa dikatakan tidak ‘Islami’. Cyber-crime yang
merupakan pelaksanaan kejahatan melalui Internet merupakan fenomena baru yang muncul seiring
dengan penyebaran Internet. Banyak penipuan yang dilakukan melalui Internet. Pemakaian kartu kredit
orang lain (yang populer disebut carding) untuk membeli barang di Internet adalah contoh kriminalitas-
siber yang banyak dicontohkan dan telah merugikan milyaran rupiah. Dalam konteks ini, diskursus
tentang etika-siber (cyber-ethics) menjadi sangat penting. Dalam etika-siber inilah nilai agama bisa
masuk. Disini mungkin penting dicatat, pemasukan nilai-nilai agama dalam konteks ini tidak harus
diberi label agama.

62
DAFTAR PUSTAKA

Abas, Adel M.A. 2000, Singgasana-Nya di atas Air. Penerbit Lentera.

Abdullah, M. Amin, 2004. Integrasi Sains-Islam: Mempertemukan Epistemologi Islam dan Sains.
Yogyakarta; Suka Press

Al-Baghdadi, Abdurrahman. , 1997, Dakwah Islam & Masa Depan Umat. Jakarta: Al-lzzah.

Anonim, Konsep Dakwah Kultural, diakses dari www.suaramuhammadiyah.com, diakses tanggal 4


Agustus 2005.

Azra, Azzumardi. , 1999, Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam, Jakarta: Paramadina.

Bagir, Zainal A, 2005. Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. Bandung; Mizan.

Barbour, Ian G., 2002. Juru Bicara Tuhan. Bandung; Mizan.

Barbour, Ian G, 2002. When Science Meet Religion, Herper San Fransisco.

Barbour, Ian G., Myths, Models, and Paradigms (New York: Herper & Row, 1974), Sallie McFague,
Metaphorical Theology: Models of God in Religious Language (Philadelphia: Fortress Press,
1982). Soskice, Janet, Metaphore and Religious Language (Oxford: Clarendon Press, 1985)

Bath, Karl, 1949. Dogmatics in Outline. New York; Harper & Row

Baiquni, ahmad, 1997. Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Yogyakarta; P.T. Dana Bhakti
Prima Yasa

Bube, Richard H., 1995. Putting It All Together: Seven Patterns for Relating Science and the Christian
Faith. Lanham, NY; University Press of America.

Darwis Hude, dkk, 2002. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. Jakarta; Pustaka Firdaus.

Diamond, Irene dan Gloria Feman Orenstein, Reweaving the World: The Emergence of Ecofeminism
(San Francisco: Sierra Club Books, 1990); Judith Plant, peny., Healing the Wounds: The
Promise of Ecofeminism (Philadelphia: New Society Publishers); Carol Adams, peny.,
Ecofeminism and the Sacred (New York: Continuum, 1993)

Draper, John W., History of the Conflict between Science and Religion (New York: Appleton, 1874),
Andrew Dickson White, A History of the Warfare of Science and Theology, 2 jil. (New York:
Appleton, 1991)

Guiderdoni, Bruno, 2004. Membaca Alam Membaca Ayat. Bandung; Mizan

Griffin, David Yar, 1999. Religion and Scientific Naturalism. Oxford: Oxford University Press.

63
Hude, Darwis, dkk, 2002. Cakrawala Ilmu dalam Al-Qur’an. Jakarta; Pustaka Firdaus.

Ilman, M. Oetjoep, dkk, 1974, Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta: Penerbit Widjaya

Jasad, Usman, Problematika Dakwah dan Alternatif Pemecahannya, diakses dari


www.suaramuhammadiyah.com , tanggal 4 Agustus 2005.

Lindbeck, George, The Nature of Doctrine: Religion and Theology in a Postliberal Age (Philadelphia:
Westminster Press, 1982).

Machendrawaty, Nanih. & Safei, Agus, 2001, Pengembangan Masyarakat Islam: Dari ldeologi,
Strategis, sampai Tradisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mahzar, Armahedi, 2004. Revolusi Integralisme islam: Menyingkap Koevolusi Sosioteknologi: Menuju
Filsafat Teknologi Integralis. Bandung; Mizan.
Mahzar, Armahedi, 1983. Integralisme sebuah Rekonstruksi Filsafat Islam. Bandung; Pustaka Salman.

McFague, Sallie, Models of God: Theology of an Ecological, Nuclear Age (Philadelphia: Fortress Press,
1987); Rosemary Radford Ruether, Gaia and God: An Ecofeminism Theology of Earth Healing
(San Francisco: Harper San Francisco, 1992)

Muhammad, Mahatir, 2002. Globalization and the New Realities . Selangor; Pelanduk Publication (M)
Sdn Bhd.

Muslim, 2005. Iintegrasi Ilmu dan Agama: Integrasi Ilmu-ilmu Alam dan Agama Islam di perguruan
Tinggi. Bandung; Mizan.

Mustafa, Cik dan Cik Hasan (penyunting), 2002. Ekonomi Islam dan Pelaksanaannya di Malaysia Kuala
Lumpur: Institut Kepahaman Islam Malaysia (IKIM)

Moore,Keith, 1982, The Developing Human; Edisi Ke-3, Saundes Company

Peacocke, Arthur, Theology for a Scientific Age, edisi yang diperluas (Minneapolis: Fortress Press,
1993)

Qutub , Sayid, 1971. Tafsir Fi Zhilalil Al-Qur’an. Beirut; Dar Al-Ma’rifah.

Science, Filosophy and Religion, A Symposium, diterbitkan oleh Confrence on Science, Philosophy and
Religion in Their Relation to the Democratic Way of Life, Inc., New York, 1941

Torrance, Thomas, God and the Contingent World, Zygon 14 (1979): 347. Lihat juga dalam Divine and
Contingent Order (Oxford: Oxford University Press, 1981)

Wahid, Fathul, 2004, e-Dakwah: Dakwah Melalui Internet, Yogyakarta: Gaya Media,

Wilardjo, Lik, 2004. Integrasi Ilmu dan Agama (Interpretasi dan Aksi): Hipotetikalitas: Ketidakpastian
dan Pilihan Etis?. Bandung; Mizan.

64

Anda mungkin juga menyukai