SKRIPSI
SYAHRIR
L221 13 507
i
APLIKASI HORMON rEIGH (recombinant growth hormone) PADA PAKAN GEL
DALAM MEMACU LAJU PERTUMBUHAN IKAN NILA
GIFT JANTAN (Oreochromis niloticus) HASIL SEX REVERSAL
Oleh:
Syahrir
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pada
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
i
ii
RIWAYAT HIDUP
iii
ABSTRAK
Kata kunci : Hormon pertumbuhan, Dosis, Ikan nila gift jantan, Pakan gel,
Pertumbuhan.
iv
ABSTRACT
This study aims to analyze the efficiency of gel feed as a carrier agent for
recombinant growth hormone (rEIGH ) on survival rate, relative growth rate, food
convertion ratio (FCR), feed consumption rate, and condition factor of sex
reversed male tilapia gift. The research was conducted in April-May 2017 at Fish
Hatchery of Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University,
Makassar. The test animals were 57 days old tilapia seed stocked with density of
22 individu/aquarium with size of 37x40x34 cm. The test feed given was gel feed
containing different doses of the hormone rEIGH. The parameters measured
were survival rate, relative growth, food conversion ratio (FCR), feed
consumption rate, and condition factor. This study used a Completely
Randomized Design (RAL) with 4 treatments and 3 replications. The gel feed
contains rEIGH at doses of 0.015, 0.030, and 0.045 g/kg of feed, with control
(without rEIGH) administered three times daily for 1 month rearing period. The
result of ANOVA showed that test feed with different doses of hormone rEIGH
had no significant effect (p> 0,05) on the survival rate, relative growth, FCR, feed
consumption rate, and average condition of fish test.
Keywords : Growth hormone, Doses, Male tilapia gift, Gel feed, Growth.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
dalam membawa penerangan jalan dan petunjuk tentang kehidupan Dunia dan
Alhamdulillah atas izin dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa, Penulis
Gel Dalam Memacu Laju Pertumbuhan Ikan Nila Gift Jantan (Oreochromis
niloticus) Hasil Sex Reversal”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan pada Fakultas Ilmu Kelautan dan
besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dan memberikan bantuan serta
awal sampai akhir selama dalam proses penelitian dilaksanakan. Terima kasih
1. Bapak Dr. Ir. Dody Dh. Trijuno, M.App.Sc selaku Pembimbing Utama dan
Bapak Dr. Ir. Edison Saade, M.Sc selaku pembimbing anggota, yang
penelitian ini.
vi
2. Bapak Dr. Ir. Edison Saade, M.Sc selaku penasehat akademik yang
penelitian ini.
3. Bapak Dr. Ir. Irfan Ambas, M.Sc, ibu Prof. Dr. Ir. Haryati Tandipayuk, M.Si
dan ibu Andi Aliah Hidayani, S.Si.M.Si selaku Penguji yang telah
6. Kepada kedua orang tua Penulis, Ayahanda Baso Dg. Tawang dan
S.Pi., Nurlia S.Pi., dan Agustina S.Pi. yang selalu menemani dalam suka
9. Terima kasih yang tak terhingga buat teman-teman Six University Initiative
vii
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi
penyusunan ataupun tata bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, Penulis
meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun guna melengkapi dalam
pihak, Penulis ucapkan banyak terima kasih. Semoga laporan skripsi ini dapat
Syahrir
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ iii
ABSTRAK ........................................................................................................ iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan dan manfaat .............................................................................. 3
ix
- Pemberian pakan ....................................................................... 30
- Pengukuran kualitas air .............................................................. 30
3. Perlakuan dan rancangan percobaan .............................................. 31
4. Parameter yang diukur ..................................................................... 31
- Sintasan ..................................................................................... 31
- Laju pertumbuhan bobot relatif .................................................. 31
- Rasio konversi pakan (FCR) ...................................................... 32
- Konsumsi pakan ......................................................................... 32
- Faktor kondisi ............................................................................. 33
5. Analisis data ..................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Kebutuhan nutrisi ikan nila ….................................................................... 9
7 Sintasan ............................................................................................... 34
9 FCR ..................................................................................................... 38
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1 Morfologi ikan nila gift ............................................................................. 4
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1 Sintasan rata-rata ikan uji yang diberi pakan uji dengan dosis
hormon rEIGH yang berbeda .............................................................. 52
2 Laju pertumbuhan bobot relatif rata-rata ikan uji yang diberi pakan
gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda .................................. 53
3 Laju konversi pakan rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel dengan
dosis hormon rEIGH yang berbeda ..................................................... 54
5 Tingkat konsumsi pakan ikan uji yang diberi pakan gel dengan dosis
hormon rEIGH yang berbeda .............................................................. 56
6 Hasil perhitungan faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi pakan
gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda .................................. 57
xiii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) berasal benua Afrika dan pertama kali
didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1996. Ikan nila disebarluaskan keseluruh daerah Indonesia melalui
masa penelitian dan adaptasi (Arifin, 2008). Ikan nila gift sangat mudah dalam
proses pertumbuhan menjadi lambat dan benih yang dihasilkan berukuran kecil
culture), yakni hanya memelihara ikan nila jantan, karena memiliki pertumbuhan
yang relatif lebih cepat, memiliki daging yang empuk, serta ukurannya yang lebih
besar jika dibandingkan ikan nila betina (Suyanto, 1994 dan Fitzsimmons, 2004).
Secara biologis laju pertumbuhan ikan nila gift jantan jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan jenis ikan nila betina (sexual dimorphism) (Popma &
populasi tunggal kelamin (monosex) jantan pada kegiatan usaha budidaya akan
memberikan dampak produksi yang lebih baik jika dibandingkan dengan proses
1
rekombinan (recombinant growth hormone, rEIGH). Pemberian rEIGH telah diuji
ikan, baik pada spesies yang sama dengan sumber gen yang digunakan (Acosta
et al., 2007) maupun pada spesies yang berbeda (Alimuddin et al., 2010 dan
ikan nila gift jantan apabila dikombinasikan dalam formulasi pakan gel.
Salah satu pakan buatan yang dikembangkan saat ini dan bisa dicobakan
yaitu pakan gel. Pakan gel adalah pakan buatan yang diformulasi dari beberapa
dan dibuat dengan cara pemasakan serta memiliki kandungan air sekitar 50-70%
(Saade et al., 2013). Selain itu, pakan gel juga memiliki aroma yang cepat
untuk mengetahui efektivitas pakan gel sebagai “carrier agent” hormon dalam
memacu laju pertumbuhan ikan nila gift (O. niloticus) jantan hasil sex reversal.
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rujukan
dalam merangsang pertumbuhan ikan nila jantan menjadi lebih cepat agar
sesuai yang dikemukakan oleh Arie (2003) menjadi di bawah 3 bulan masa
2
B. Tujuan dan Manfaat
pertumbuhan relatif, rasio konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, dan faktor
kondisi rata-rata ikan nila gift jantan hasil sex reversal yang diberi perlakuan
hormon rEIGH dengan menggunakan pakan gel pada dosis yang berbeda.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
budidaya agar dapat meminimalisir tingkat konsumsi pakan serta lama proses
pemeliharaan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
generasi ke-3 dan ke-6 yang diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1994 dan
1996 dari Philipina, melalui Balai Penelitian Perikanan Air Tawar (Balitkanwar)
Bogor sebagai salah satu anggota INGA (International Network for Genetics in
Aquaculture). Nila GIFT merupakan ikan nila unggul yang dihasilkan dari
perbaikan mutu genetika ikan nila dari 8 negara (Taiwan, Mesir, Thailand,
Ikan nila gift (O. niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam
kondisi lingkungan yang berbeda dari habitat aslinya karena ikan nila gift memiliki
toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah. Secara sepintas, nila gift dan
nila lokal agak sulit dibedakan, baik dari segi warna ataupun organ tubuh,
dilihat agak lebih dekat. Dilihat dari samping, tubuh ikan nila ini memanjang
4
dengan perbandingan dan tinggi 2 : 1. Sementara perbandingan tinggi dan lebar
tubuh 4 : 1. Ini menunjukkan bahwa nila gift bentuk tubuhnya lebih tebal, berbeda
dengan nila lokal yang tubuhnya lebih memanjang karena memiliki perbandingan
panjang dan tinggi 2,5 : 1. Ketebalannya hanya memiliki perbandingan tinggi dan
lebar 3 : 1 sehingga bentuk tubuhnya lebih tipis. Tanda lainnya yang dapat dilihat
dari nila gift adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian bawah
tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal berwarna putih agak
kehitaman. Sisik pada nila gift kasar dan tersusun rapi. Sepertiga bagian sisik
belakang menutupi sisik bagian depan. Tubuhnya memiliki garis linea lateralis
yang terputus antara bagian atas dan bawahnya. Linea lateralis pada bagian
atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung.
Sementara linea lateralis bagian bawah memanjang mulai dari bawah sirip
punggung hingga pada bagian pangkal sirip ekor. Kepalanya relatif kecil dengan
mulut berada di ujung kepala serta memiliki mata yang agak besar (Arie, 2003).
Secara jelas bagian-bagian tubuh ikan nila gift dapat dilihat pada gambar 2.
5
Keterangan bagian-bagian tubuh pada ikan nila gift, yaitu: (a) Celah mulut
(rima oris), (b) Mata (organon visus), (c) Tutup insang (apparatus opercularis),
(d) Sirip punggung (pinna dorsalis), (e) Sirip dada (pinna pectoralis), (f) Sirip
perut (pinna abdominalis), (g) Sirip belakang (pinna analis), dan (h) Sirip ekor
pemangsa segala jenis makanan alam baik berupa lumut-lumut, plankton, dan
sisa-sisa bahan organik maupun makanan seperti dedak, bungkil kelapa, bungkil
kacang, ampas tahu dan sebagainya (Sugiarto, 1988). Menurut Santoso (1996),
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Bangsa : Percomorphii
Famil : Chiclidae
Marga : Oreochromis
ikan nila dengan melihat urogenital papillae dan telah diuji oleh beberapa peneliti
Hickling (1963); Meschkat et al. (1967) Mukti (1998) dalam Andri (2013). Pada
betina terdapat 2 lubang, sedangkan pada jantan terdapat 1 lubang. Lovshin dan
Da Silva (1975) serta Mukti (1998) dalam Andri (2013), mengatakan bahwa
memisahkan benih ikan berdasarkan jenis kelamin kurang efisien karena boros
6
waktu dan tenaga. Kegiatan pemilihan tergantung pada keterampilan petani
dapat mencapai 10%. Adapun perbedaan jenis kelamin jantan dan betina pada
Gambar 3. (a) alat kelamin jantan terlihat ada tonjolan, dan (b) alat kelamin
betina terlihat ada cekungan (Sumber: Anonim, 2016).
Ciri-ciri yang dapat menjadi pembeda antara benih ikan nila jantan dan
betina adalah sebagai berikut: Sisik nila jantan lebih besar dari pada sisik nila
betina, alat kelamin jantan berupa satu lubang di papilla yang berfungsi sebagai
muara urine dan sperma, sedangkan alat kelamin betina terdiri dua lubang yang
juga terletak di papilla, salah satu lubang untuk muara urine dan lubang lain
untuk pengeluaran telur, dan sisik di bawah dagu dan perut nila jantan berwarna
7
C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Nila Gift
tersebut berasal dari nutrien yang dikonsumsi oleh ikan. Menurut Lovell (1989)
dalam Anonim (2016), faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrien pada ikan
diantaranya adalah jumlah dan jenis asam amino esensial, kandungan protein
yang dibutuhkan, kandungan energi pakan dan faktor fisiologis ikan. Campuran
yang seimbang dari bahan baku dalam penyusunan pakan serta kecernaan
pakan merupakan dasar untuk penyusunan formulasi pakan yang sesuai dengan
kebutuhan nutrisi ikan (Cho & Watanabe, 1985 dalam Anonim, 2016).
seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan serat. Nutrisi pada
pakan merupakan sumber energi utama bagi metabolisme ikan. Sebagai hewan
yang hidup di lingkungan perairan dimana sumber karbohidrat lebih sedikit dari
pada di darat yang merupakan sumber energi bagi metabolisme ikan. Ikan
beradaptasi dengan menggunakan energi yang berasal dari protein dan lemak.
ukuran ikan, suhu perairan, kadar pemberian pakan, kandungan energi dalam
pakan yang dapat dicerna, serta kualitas protein yang terkandung (Furuichi, 1988
dalam Anonim, 2016). Ikan yang sesuai kandungan nutrisinya di dalam pakan
konsumsi lokal umumnya berukuran 150-250 g dan untuk ekspor 500 g. Untuk
8
pembesaran biasanya lebih lama dibandingkan pendederan, yaitu sekitar 3-6
yang dikonsumsi dalam pakan pada pertambahan protein tubuh. Retensi protein
perlu mendapat perhatian secara khusus untuk melihat kontribusi protein yang
dikonsumsi dalam pakan terhadap pertambahan bobot tubuh ikan. Nilai retensi
semakin tinggi nilai retensi protein maka kualitas pakan akan semakin baik.
Adapun kebutuhan nutrisi ikan nila gift dapat dilihat pada Tabel 1.
9
D. Pertumbuhan dan Hormon Pertumbuhan
dengan peningkatan jumlah sel-selnya, dan juga dapat terjadi sebagai akibat
peningkatan jumlah dan ukuran sel. Pada organisme, agar pertumbuhan dapat
terjadi maka laju sintesis molekul yang kompleks dari organisme misalnya protein
organik (asam amino, asam lemak, gliserol, dan glukosa) yang diambil oleh
pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam (internal) dan
faktor luar (eksternal). Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol
seperti sifat genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor luar adalah
protein yang diproduksi oleh bioreaktor seperti bakteri Escherichia coli yang
diantaranya seperti rGH ikan salmon (Sekine et al., 1985), rGH ikan flounder (Jeh
et al., 1988), rGH ikan mas “rCcGh”, rGH ikan gurame “rOgGH”, dan rGH ikan
kerapu kertang “rEIGH” (Alimuddin et al., 2010). Peran growth hormone (GH)
10
lemak bebas, meningkatkan sistem glukoneogenesis, dan meningkatkan
keseimbangan positif Ca, Mg, dan P pada ikan. Peran GH berlangsung hampir
pada semua proses fisiologis dalam tubuh termasuk regulasi ion, keseimbangan
tulang rawan, reproduksi, dan fungsi imun (Reinecka et al., 2005). Mekanisme
dan lemak (Moriyama dan Kawauchi, 2001). Menurut Bolander (2004) dalam
Fitriadi et al. (2014), menyatakan bahwa mekanisme kerja tidak langsung adalah
growth hormone receptor (GHR) pada beberapa organ target terutama hati untuk
pertumbuhan, Food Convertion Ratio (FCR), dan kelulus hidupan ikan tidak
dapat terpisahkan karena proses yang terjadi dalam tubuh yang disebabkan oleh
growth hormone releasing hormone (GH-RH). Selain itu ada juga hormon yang
11
memiliki fungsi berlawanan dengan GH-RH, yaitu hormon pelepas yang sifatnya
oleh kelenjar pituitari akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dari ikan itu
yang diproduksi lebih banyak maka pertumbuhan yang dihasilkan akan menjadi
yang berkualitas tinggi baik berupa pakan alami atau pakan buatan, yang berarti
bahwa pakan harus memenuhi kebutuhan nutrisi atau kebutuhan gizi bagi ikan.
perkembangan budidaya ikan secara intensif maupun semi intensif, baik ikan air
tawar, ikan air payau, maupun ikan air laut (Komariyah dan Indra, 2009 dalam
Habibullah, 2015). Pakan adalah salah satu unsur penting dalam kegiatan
sekitar 60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang
12
memperbaiki nilai nutrisi pakan, yakni dengan salah satu cara pembuatan pakan
Pakan gel adalah salah satu pakan buatan tipe basah atau lembab bagi
kultivan (hewan air yang dipelihara) yang terbuat dari beberapa bahan baku
pengental (thickening agent) dengan kandungan air antara 50-70% dan dibuat
dengan pemasakan atau tanpa mesin pellet. Kelebihan pakan gel adalah (i)
pembuatannya sangat praktis dan murah serta ramah lingkungan, (ii) diyakini
bahwa semua orang dewasa bisa membuatnya, (iii) alat yang dibutuhkan untuk
panci dan talang (iv) tidak membutuhkan perawatan alat (mesin pencetak pakan)
media air sehinga keberadaannya cepat dideteksi oleh kultivan atau nilai
atraktanitasnya (daya pikat) tinggi, (vi) mudah diterima dan dikonsumsi oleh
kelompok kultivan yang sulit menerima pakan buatan, dan (vii) mikro organisme
dan kotoran yang melekat pada bahan baku pakan mampu disterilkan melalui
gel adalah untuk membantu para pembudidaya ikan (budayan) baik dalam skala
(ekstensif) dan semi intensif adalah 90% dari total jumlah budayan nasional, dan
Pakan gel merupakan salah satu pakan buatan yang praktis diberikan untuk
kultivan karena bahan baku yang dipakai dalam formulasi pakan gel mudah
didapat dan diperoleh serta tidak membutuhkan waktu yang lama atau efisien
13
F. Kelangsungan Hidup (sintasan)
merupakan persentase ikan uji yang hidup pada akhir pemeliharaan dari jumlah
ikan uji yang ditebar pada saat pemeliharaan dalam suatu wadah. Effendie
Kelangsungan hidup ikan nila sangat ditentukan oleh pakan dan kondisi
lingkungan sekitar. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup
respons pertumbuhan dan pemanfaatan pakan pada ikan nila strain SULTANA
ukuran bobot badan 3,5 ± 0,25 g (perlakuan A), 12,5 ± 0,40 g (perlakuan B), dan
rEIGH yang dicampur ke dalam pakan komersil (kadar protein 32%) dengan
dosis 3 mg/kg pakan. Dipelihara dalam hapa ukuran 2x1x1 m3, kedalaman air
0,75 m dengan padat tebar 50 ekor. Ikan dipelihara selama delapan minggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan nila
yang diberi perlakuan rEIGH dan kontrol tidak berbeda nyata untuk semua
ukuran ikan yakni berkisar antara 90,67–96,67% (p>0,05). TKH yang sama
14
G. Pertumbuhan Bobot Relatif
Pengukuran waktu yang baik sehubungan dengan pertumbuhan pada ikan yakni
sebagai persentase pertumbuhan pada tiap interval waktu, atau dengan kata lain
ialah perbedaan ukuran pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu
awal interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval. Umumnya
pertambahan dalam berat jauh lebih banyak digunakan karena mempunyai nilai
cukup besar. Peningkatan pertumbuhan ikan memberi manfaat yang besar untuk
nila merah (Oreochromis sp.) yang diberi pakan mengandung rElGH pada dosis
dengan kepadatan 25 ekor dan diberikan pakan komersil (pellet) yang dicampur
dengan hormon rEIGH. Dosis perlakuan hormon yang digunakan adalah 0.03,
0.3, dan 3 mg/kg pakan dan kontrol tanpa rEIGH. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pertumbuhan ikan nila merah yang diberi rEIGH mampu terpacu
pertumbuhannya dibandingkan dengan kontrol. Bobot tubuh ikan nila yang diberi
respons pertumbuhan antara ikan yang diberi rEIGH dengan kontrol terlihat mulai
15
minggu kedua hingga minggu kedelapan pemeliharaan. Pada dosis 0.03, 0.30,
24.07%, 27.66%, dan 31.67% dibanding dengan ikan kontrol. Hasil percobaan ini
mengindikasikan bahwa pemberian rEIGH secara oral pada dosis 0.03 sampai
3.00 mg/kg pakan memberikan respons pertumbuhan yang sama (p>0.05) dan
berdasarkan analisis ekonomi yang diperoleh diketahui bahwa rEIGH pada dosis
16
Penggunaan GH dapat dilakukan melalui beberapa metode, yaitu melalui
Hardiantho et al., 2012). Alimuddin et al. (2010), telah berhasil membuat protein
hormon pertumbuhan rekombinan (rGH) ikan gurami, ikan mas, dan ikan kerapu
kertang. Pemberian rGH yang berbeda pada ikan nila melalui teknik penyuntikan
meningkatkan bobot 20,94% (rGH ikan kerapu kertang), 18,09% (rGH ikan mas),
dan 16,99% (rGH ikan gurami). Acosta et al. (2007), melaporkan perendaman
(2006) yang meneliti tentang “Pertumbuhan jantan dan betina 24 famili ikan nila
dilakukan dalam hapa yang dipasang di kolam tanah dan masing-masing famili
diseleksi atau diambil 100 ekor pada saat rata-rata populasi yang berukuran 5 cm
dalam kolam tanah selama 3 bulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa
pertumbuhan jenis jantan (15,9 di kolam dan 21,4 di danau) lebih cepat
dibandingkan dengan jenis betina (8,2 di kolam dan 15,0 di danau). Beberapa
penelitian terdahulu juga melaporkan hasil yang serupa (Jangkaru et al., 1988;
Subagyo et al., 1993; Popma dan Masser, 1999 dalam Gustiano et al. 2006).
17
memiliki pertumbuhan diatas rata-rata populasi untuk perbedaan jenis kelamin
Kematangan gonad pada ikan betina berlangsung lebih cepat jika dibandingkan
pada ikan jantan. Energi yang dihasilkan oleh metabolisme tidak semua
gonad. Astutik (2004) dalam Ariyanto et al. (2010), diketahui pertumbuhan ikan
nila jantan lebih cepat 20% dibandingkan dengan ikan nila betina, komposisi
diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi
pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik, sebaliknya apabila
konversi pakan besar, maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik.
pakan yang dicapai. Baik tidaknya suatu kualitas pakan tidak hanya dilihat dari
nilai konversi pakan, tetapi juga dapat ditunjukkan dari nilai efisiensi pakan. Nilai
tubuh ikan dengan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan selama masa
pemeliharaan. Semakin besar nilai efisiensi pakan, berarti semakin efisien ikan
Hardy (2001) dalam Iskandar dan Elrifadah (2015), menyatakan bahwa nilai rasio
konversi pakan dipengaruhi oleh protein pakan, protein pakan yang sesuai
18
Selain itu dipengaruhi oleh jumlah pakan yang diberikan, dengan semakin sedikit
(rGH) melalui metode oral dengan interval waktu yang berbeda terhadap
perlakuan dan 3 ulangan, dimana setiap perlakuan diberikan dosis hormon rGH
tanpa rGH), B (ikan diberi pakan rGH setiap 3 kali sehari), C (ikan diberi pakan
rGH setiap 4 kali sehari), dan perlakuan D (ikan diberi pakan rGH setiap 5 kali
sehari). Hasil rasio konversi pakan (FCR) ikan nila larasati terbaik yang diperoleh
adalah perlakuan B (0,68) yang memiliki nilai FCR terkecil, sehingga dapat
Menurut DKPD (2010), nilai FCR yang baik yakni berkisar antara 0-8-1,6 dalam
mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi rEIGH melalui pakan
25 ekor per perlakuan dipelihara selama 50 hari dalam hapa berukuran 2x1x1 m 3
yang dipasang dalam kolam beton ukuran 20x10x1 m3 . Ikan diberi pakan secara
pertumbuhan rekombinan diberikan 2 kali perminggu pada hari senin dan kamis.
Bobot pakan harian ditimbang untuk menentukan nilai konversi pakan. Hasil
19
tidak memiliki pengaruh signifikan (p>0,05). Kinerja pertumbuhan perlakuan
maupun FCR pakan diperkaya rEIGH dengan kadar protein 20% dan 15% tidak
berbeda nyata.
I. Konsumsi Pakan
metabolik ini dikenal sebagai “specific dynamic action (SDA)” dari pakan yang
dilepaskan pada umumnya terjadi karena deaminasi asam amino. Apabila laju
pencernaan asam amino lebih besar dari laju penggunaannya dalam proses
pakan pada saat merasa lapar (nafsu makan tinggi) dan jumlah pakan akan
merupakan pusat pengatur dan pengontrol tingkah laku pakan pada teleostei.
Pemberian pakan yang berlebihan akan mengakibatkan adanya sisa pakan yang
20
J. Faktor Kondisi
(2002) dalam Nugroho et al. (2013), faktor kondisi merupakan penunjuk keadaan
baik ikan yang dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival atau reproduksi.
Faktor kondisi atau indeks ponderal sering disebut faktor K. Faktor kondisi dapat
populasi ikan maka dapat diprediksi kondisi fisik ikan tersebut (kurus atau
arti kualitas dan kuantitas daging yang tersedia. Jadi, kondisi ini dapat
Menurut Mayekiso dan Hecht (1990), secara umum faktor kondisi ikan
jantan lebih besar dibandingkan ikan betina karena energi yang diperoleh ikan
seekor ikan dapat diukur dari pertambahan panjang badan dan kenaikan
ikan itu, setiap kali sebelum menebar, dan setiap kali mengambil hasil akhir yang
diukur ialah panjang standar, yaitu panjang antara ujung moncong sampai
pangkal sirip ekor. Bila ikan tumbuh normal atau baik, bobotnya akan bertambah
sesuai dengan pertambahan panjangnya. Makin panjang ikan itu, makin beratlah
tetap. Dalam hal ini, dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan
pangkat tiga dari panjangnya dan berlaku untuk ikan kecil atau besar. Bila
terdapat berat tanpa diikuti oleh perubahan panjang atau sebaliknya, akan
21
K. Kualitas air
Kualitas air adalah semua variable baik fisik, kimia, dan biologi yang
hewan kultivan. Menurut Boyd (1981), kualitas air untuk keperluan budidaya ikan
1. Suhu air
metabolisme di dalam tubuh ikan, sehingga pada batas-batas suhu air terendah
kadang-kadang menyebabkan ikan tidak mau makan. Untuk ikan yang berukuran
kecil konsumsi makanan harus lebih banyak dari pada ikan yang berukuran
penyakit serta suhu dapat mempengaruhi dalam batasan tertentu, dimana laju
merupakan faktor terpenting dalam pemberian makanan. Pada suhu tinggi ikan
daging dibanding pada suhu rendah (Zonneveld et al., 1991). Djarijah (2002),
menyatakan suhu optimal untuk kehidupan ikan nila berkisar antara 25–30 0C.
Oksigen terlarut sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air
tawar lainnya. Apabila oksigen terlarut dalam air sangat rendah, maka perairan
tersebut tidak baik untuk kehidupan ikan dan makhluk lainnya. Kandungan
22
Handayani (2006), menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut yang
konsentrasi CO2 dan senyawa bersifat asam. Phytoplankton dan tanaman air
lainnya akan mengambil CO2 dari air selama proses fotosintesa sehingga
mengakibatkan pH air meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari.
pH air yang lebih rendah dari 5,0 menyebabkan penggumpalan lendir pada ikan
sehingga ikan akan mati lemas sedangkan pH yang lebih tinggi dari 9,0 akan
protein (Zonneveld et al., 1991). Oleh sebab itu, agar ikan dapat tumbuh dengan
23
III. METODE PENELITIAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
24
No Alat Spesifikasi Kegunaan
Mengukur panjang dan
15 Mistar Aluminium
ketinggian akuarium
16 Tetrimetris Metode titrasi Mengukur kadar oksigen terlarut
17 Serok Mesh size 0,5 inci Pengambilan ikan saat sampling
18 Tabung gas 3 kg Pengisi gas kompor
19 Waring ± 1 mm Penutup wadah ikan uji
20 Kantong plastik 12 sheet Penutup badan akuarium
Penyimpanan sementara ikan
21 Bak Fiber glass
uji
Petanda pada akuarium dan
22 Spidol Snowman
plastik sampel
23 Plastik sampel Plastik Menyimpan ikan uji yang mati
Penyimpanan pakan ketika
24 Talang plastik 40 x 30 x 10 cm
masak
Pencampuran hormon ke dalam
25 Spoit 2 ml
adonan pakan
Pompa type Memompa air pemeliharaan ke
26 12 buah dalam wadah penyaringan
AQUILA (P) 3800
Penyaring kotoran dan sisa-sisa
27 Kapas filter Ketebalan 1,5 cm
pakan
20 buah per Tempat bekteri pengurai amonia
28 Bioball duri
akuarium dan penjernih air tumbuh
25
Tabel 4. Bahan yang digunakan dalam penelitian
No Bahan Spesifikasi Kegunaan
1 Ikan nila GIFT O. niloticus Sebagai ikan uji
2 Air media Air tawar Sebagai media ikan uji
Pemberi tanda pada wadah
3 Label Kertas
ikan uji dan wadah pakan uji
4 Perlengkapan ATK Buku tulis & pulpen Mencatat kegiatan penelitian
5 Pakan Gel Sebagai pakan uji
Hormon rEIGH (recombinant Sebagai bahan uji dalam
6 memacu pertumbuhan
pertumbuhan growth hormone)
Pelarut pada hormon
7 Larutan fisiologis Cair
pertumbuhan
C. Prosedur Penelitian
1. Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan nila Gift
jantan hasil sex reversal yang diperoleh dari pembudidaya ikan nila di Balai
Kabupaten Maros, yang dipijahkan secara alami. Total benih yang digunakan
adalah 264 ekor, pada duabelas akuarium dengan ukuran 37x40x34 cm pada
ketinggian air ± 27 cm dengan volume air ± 40 liter yang diisi ikan uji sebanyak
22 ekor setiap wadah. Untuk bobot rata-rata awal ikan uji yang digunakan
2. Pakan Uji
Pakan uji yang digunakan adalah pakan gel dengan komposisi bahan
baku tersaji pada Tabel 5. Tepung ikan lokal diperoleh dari ikan-ikan yang
bernilai ekonomis rendah, ampas tahu diperoleh dari industri tahu, dan tepung
26
Tahapan penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahapan yaitu tahapan persiapan dan
baku, pembuatan pakan uji, persiapan alat dan wadah penelitian, aklimatisasi
ikan uji. Sedangkan tahapan pelaksanaan terdiri dari pemeliharaan ikan uji,
pemberian pakan uji, dan pengukuran kualitas air. Pengamatan bobot dan
pengukuran benih ikan nila Gift (O. niloticus) dilakukan setiap 10 hari sekali saat
sampling.
1) Persiapan penelitian
Produk akhir pengolahan bahan baku pakan adalah terciptanya bahan baku
dalam bentuk tepung halus dengan diameter partikel kurang dari 0,5 mm.
27
Komposisi nutrisi
dicampur dari bahan baku dengan persentase terkecil hingga terbesar. Mikro
mix, minyak jagung, dan hormon dicampur dalam satu wadah, tetapi terlebih
fisiologis dan dihomogenkan dengan cara mengocok botol yang berisi hormon
tersebut sekitar ± 10 menit hingga diyakini homogen yang ditandai dengan tidak
ada gumpalan pada bagian pinggir botol. Setelah itu botol yang berisi 2 ml
perlakuan, kontrol sebanyak (0 ml), dosis 0,015 sebanyak (0,3 ml), dosis 0,030
sebanyak (0,6 ml), dan dosis 0,045 sebanyak (0,9 ml), kemudian ditambahkan
setelah adonan matang atau sekitar 5-10 menit setelah api kompor dimatikan.
dengan nyala api yang kecil dan untuk menjamin bahwa bahan baku tercampur
28
pengadukan dihentikan bila suhu adonan mencapai 700C atau mulai terlihat asap
dan gelembung keluar dari dasar panci. Pencetakan, dituang ke dalam talang
kamar hingga berbentuk puding. Pemotongan (sesuai ukuran bukaan mulut ikan
uji). Penyimpanan, (freezer suhu -5oC) agar tahan lama hingga siap digunakan.
pada suatu tempat yang aman agar penelitian dapat berjalan semestinya.
Wadah yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis wadah yaitu
wadah penyimpanan pakan berupa kotak plastik dan wadah pemeliharaan benih
ikan nila berupa akuarium yang dilengkapi dengan peralatan aerasi yang
dosis 0.2 ppm dan natrium tiosulfat dengan dosis 0.2 ppm.
Benih ikan nila gift jantan yang digunakan dalam penelitian ini terlebih
penelitian dan pakan uji selama 10 hari di bak penampungan, tergantung tingkat
kejinakan dan penerimaan ikan uji terhadap pakan uji yang diberikan. Kemudian
2) Pelaksanaan penelitian
dengan air bersih yang telah diendapkan selama 24 jam sebelumnya. Agar
29
media air pemeliharaan tetap layak pakai hingga akhir penelitian maka dilakukan
penutup akuarium dengan maksud agar kotoran dari luar akuarium tidak masuk
– Pemberian pakan
Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari pagi (08.00), siang (12.00), dan
sore (16.00) dengan metode satiasi. Untuk mengetahui jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh ikan uji, maka baik sebelum maupun sesudah pemberian pakan
dilakukan penimbangan pada kotak pakan yang berisi pakan uji terlebih dahulu.
Parameter lingkungan yang penting pada habitat ikan nila yaitu suhu, DO,
amoniak, dan pH. Kelebihan maupun kekurangan nilai dalam standar parameter
tersebut dapat menyebabkan kematian pada ikan. Oleh karena itu, pada
penelitian ini dilakukan pengukuran kualitas air untuk menjaga lingkungan ikan
sesuai nilai standar yang dibutuhkan ikan tersebut untuk hidup, lebih jelas dapat
berlangsung dapat dilihat pada spesifikasi pengukuran kualitas air di bawah ini.
30
3. Perlakuan dan Rancangan Percobaan
empat perlakuan dan tiga ulangan. Dengan demikian penelitian ini terdiri atas
adalah:
A2 A3 A1 B1 D1 D2
C2 B3 D3 C1 B2 C3
Sintasan
31
Keterangan: RG = Pertumbuhan relatif (%)
FCR = F
(Wt + D) – W0
Konsumsi pakan
keseluruhan pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji mulai dari awal hingga akhir
masa penelitian. Adapun total perhitungan konsumsi pakan yang dihitung, yaitu
wet basis (berat basah) dan dry basis (berat kering), dimana :
32
Faktor kondisi
W = Bobot (g).
L = Panjang (cm).
5. Analisis data
relatif, rasio konversi pakan, tingkat konsumsi pakan, dan faktor kondisi ikan uji
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
konsumsi pakan, dan faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi pakan uji selama
A. Sintasan
Sintasan rata-rata ikan uji selama 30 hari pemeliharaan dapat dilihat pada
Tabel 7. Sintasan rata-rata ikan uji yang diberi pakan uji dengan dosis hormon
rEIGH yang berbeda.
Dosis hormon (%) Sintasan rata-rata (%) ± SD
A (0) 80,30 ± 22,42
B (0,015) 81,82 ± 7,87
C (0,030) 87,88 ± 13,12
D (0,045) 89,39 ± 2,62
Sintasan rata-rata ikan uji pada setiap perlakuan berkisar antara 80,30–
pertumbuhan rEIGH yang berbeda pada pakan uji tidak memberikan pengaruh
yang nyata (p>0,05) terhadap sintasan rata-rata ikan uji. Sintasan yang sama
pada penelitian ini menunjukkan bahwa semua pakan uji memiliki kontribusi
nutrient yang sama dalam mempertahankan kelangsungan hidup ikan uji. Pada
penelitian ini, pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali sehari dan diberikan
secara satiasi (sampai kenyang), sehingga kebutuhan ikan uji terhadap pakan uji
dapat tercukupi. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Bachtiar (2002), yang menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan untuk ikan
nila adalah tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore. Jumlah pakan yang
dikonsumsi pada ikan uji antara 610,41–632,13 g/akuarium (Wet basis = dalam
bobot basah) (Lampiran 5). Nilai sintasan rata-rata yang diperoleh pada
34
penelitian ini cukup tinggi. Hal tersebut diduga ketersediaan pakan secara
menguji respons pertumbuhan dan pemanfaatan pakan pada ikan nila strain
hasil penelitian menunjukkan tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan nila yang
diberi perlakuan rEIGH dan kontrol tidak berbeda nyata untuk semua ukuran ikan
yakni berkisar antara 90,67–96,67% (p>0,05). Selain itu, kualitas air selama
penelitian berada dalam kondisi yang optimal untuk kehidupan ikan uji, hal ini
sesuai dengan pendapat Boyd (1981), yang menyatakan bahwa dalam suatu
perairan jika ketersediaan pakan cukup dan didukung oleh kualitas air yang
normal maka ikan dapat hidup dengan baik. Disamping itu, salah satu hal yang
berpengaruh pada sintasan ikan uji yaitu kepadatan dan kualitas air. Seperti
pada penelitian yang dilakukan oleh Hardiantho et al. (2012), kepadatan yang
bahwa ketersediaan makanan yang cukup dan kualitas air yang menunjang
tinggi akan menyebabkan tingkat persaingan makanan dan ruang menjadi tinggi
penebaran pada penelitian ini yaitu 22 ekor/37x40x27 cm2 untuk setiap akuarium
dengan volume air ± 40 liter dan kepadatan 1 ekor/m2. Sintasan rata-rata ikan uji
35
B. Pertumbuhan Bobot Relatif
Tabel 8. Laju pertumbuhan relatif rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel dengan
dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Dosis hormon (%) Laju pertumbuhan relatif (%) ± SD
A (0) 79,77 ± 12,71
B (0,015) 80,17 ± 18,91
C (0,030) 78,11 ± 6,51
D (0,045) 66,04 ± 3,03
berbeda pada pakan uji tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju
35
30
25
20 A;
D;
C; 20,88
19,69
B; 19,68
18,54
15
10
5
0
10 20 30
A 11,23 33,64 20,88
B 12,43 35,23 18,54
C 16,36 27,78 19,68
D 11,05 25,15 19,69
36
Berdasarkan grafik hasil di atas bahwa pada 20 hari masa pemeliharaan
terjadi peningkatan pertumbuhan relatif rata-rata ikan uji yang tertinggi pada
Diduga bahwa pada masa pemeliharaan dari hari 20-30 terjadi akumulasi
hormon di dalam tubuh ikan yang memacu hormon GH-IH (growth hormone
inhibiting hormone) bereaksi yang sifatnya menghambat. Hal ini sesuai dengan
RH). Selain itu ada juga hormon yang memiliki fungsi berlawanan dengan GH-
RH, yaitu hormon pelepas yang sifatnya menghambat yaitu growth hormone
inhibiting hormone (GH-IH) yang juga dihasilkan oleh Hyphothalamus. Dalam hal
ini, rGH berdifusi ke dalam tubuh ikan dan dapat diterima oleh reseptor sehingga
terjadi mekanisme secara tidak langsung dengan bantuan dari IGF-1 untuk
Moriyama dan Kawauchi (2001), Wong et al. (2006), dan Debnanth (2010),
ikan. Faktor lain yang berperan dalam mekanisme ini yaitu reseptor GH (GHr),
GH binding proteins (GHBPs), IGF reseptor (IGFr), IGF binding proteins dan
37
Hasil penelitian lainnya yang memberikan menampilkan pertumbuhan
“Respons pertumbuhan ikan nila merah yang diberi pakan mengandung hormon
respons pertumbuhan antara ikan yang diberi rEIGH dengan kontrol terlihat mulai
minggu kedua hingga minggu kedelapan pemeliharaan. Pada dosis 0.03, 0.30,
sebesar 24.07%, 27.66%, dan 31.67% dibandingkan dengan ikan kontrol (tanpa
rEIGH secara oral pada dosis 0.03 sampai 3.00 mg/kg pakan memberikan
respons pertumbuhan yang sama (p>0,05). Dalam hal ini, pertumbuhan yang
perbedaan pertumbuhan yang terjadi akibat pakan uji yang berbeda dimana
pakan komersil (pellet) yang bereaksi antara minggu kedua sampai minggu
kedelapan pemeliharaan. Sedangkan pada penelitian ini, pakan gel yang diujikan
dapat meningkatkan laju pertumbuhan untuk setiap perlakuan pada 20 hari masa
pemeliharaan dan menurun setelahnya pada dosis GH yang relatif lebih tinggi.
C. FCR
dapat dilihat pada Tabel 9, sedangkan nilai konversi pakan keseluruhan disajikan
pada Lampiran 3.
Tabel 9. Laju konversi pakan rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel dengan
dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Dosis hormon (%) FCR (%) ± SD
A (0) 2,99 ± 0,40
B (0,015) 3,11 ± 0,37
C (0,030) 3,23 ± 0,45
D (0,045) 3,91 ± 0,47
38
Laju konversi pakan rata-rata ikan uji pada setiap perlakuan berkisar
berbeda pada pakan uji tidak memberikan pengaruh yang signifikan (p>0,05)
diberikan dengan jumlah bobot ikan yang dihasilkan. Semakin kecil nilai konversi
pakan berarti tingkat efisiensi pemanfaatan pakan lebih baik, sebaliknya apabila
konversi pakan besar maka tingkat efisiensi pemanfaatan pakan kurang baik.
Menurut Iskandar dan Elrifadah (2015), yang menyatakan bahwa baik tidaknya
suatu kualitas pakan tidak hanya dilihat dari nilai konversi pakan, tetapi juga
dapat ditunjukkan dari nilai efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan diperoleh dari
hasil perbandingan antara pertambahan bobot tubuh ikan dengan jumlah pakan
yang dikonsumsi oleh ikan selama masa pemeliharaan. Semakin besar nilai
efisiensi pakan, berarti semakin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan yang
yang bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan ikan nila yang diberi rEIGH
melalui pakan dengan kadar protein berbeda, melaporkan bahwa pakan yang
per minggu pada hari senin dan kamis, menunjukkan hasil penelitian terhadap
laju konversi pakan tidak memiliki pengaruh signifikan (p>0,05). Dalam hasil
penelitian ini yang menggunakan dosis hormon yang berbeda antara 1,5-4,5
mg/kg pakan kurang efisien dalam memberikan pengaruh yang signifikan untuk
menekan laju konversi pakan, hasil penelitian lainnya juga dikemukakan oleh
mg tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai FCR ikan nila.
39
D. Konsumsi Pakan
dapat dilihat pada Tabel 10, sedangkan nilai konsumsi pakan keseluruhan
Tabel 10. Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan uji yang diberi pakan gel
dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Konsumsi Pakan (g) ± SD
Dosis hormon (%)
Berat Basah Berat Kering
a
A (0) 619,40 ± 11,25 129,21 ± 2,35
B (0,015) 619,03 ± 1,85a 130,86 ± 0,39
C (0,030) 619,50 ± 6,81a 127,56 ± 1,40
D (0,045) 613,46 ± 3,66a 147,54 ± 0,88
Tingkat konsumsi pakan rata-rata pada ikan uji berkisar antara 613,46–
619,50 g (berat basah) dan 127,56–147,54 g (berat kering). Hasil analisis ragam
berbeda pada pakan uji tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat
konsumsi pakan rata-rata ikan uji. Proses makan pada ikan dimulai dari tingkat
dan penangkapan pakan. Apabila rasa pakan sesuai dengan keinginan ikan,
maka pakan tersebut akan dikonsumsi. Sebaliknya jika rasa pakan tidak enak,
maka pakan tersebut akan dibiarkan atau tidak dimakan. Tingkat konsumsi
pakan rata-rata antara setiap perlakuan yaitu hampir sama dan tidak jauh
diberikan memiliki daya pikat yang sama untuk dikonsumsi oleh ikan baik pakan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan pakan
yakni tidak hanya mengutamakan nilai nutrisi pakan pada saat formulasi namun
40
juga harus mempertimbangkan jumlah pakan yang akan dimakan. Perbedaan
tingkat konsumsi pakan dapat dipengaruhi oleh kandungan dan karakteristik fisik
pakan seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, rasa, dan aroma. Tingkat konsumsi
pakan yang hampir sama pada setiap perlakuan diindikasikan bahwa setiap
pakan yang mengandung hormon ataupun tidak memiliki daya aktraktanitas yang
sama, sehingga dapat dikatakan pula bahwa baik tidak diberikan perlakuan
hormon daya pikat pakan uji (gel) yang diujikan memiliki daya rangsangan yang
tinggi untuk dimakan. Sesuai dengan pernyataan Saade et al. (2014), yang
menyatakan bahwa pakan gel memiliki aroma yang cepat menyebar ke media
atraktanitasnya (daya pikatnya) tinggi serta mudah diterima dan dikonsumsi oleh
E. Faktor Kondisi
Faktor kondisi rata-rata ikan uji selama 30 hari pemeliharaan dapat dilihat
pada Tabel 11, sedangkan nilai faktor kondisi keseluruhan disajikan pada
Lampiran 6.
Tabel 11. Faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel dengan dosis
hormon rEIGH yang berbeda.
Dosis hormon (%) FK (%) ± SD
A (0) 31,56 ± 0,84
B (0,015) 32,68 ± 2,09
C (0,030) 33,49 ± 2,05
D (0,045) 33,35 ± 0,88
pada pakan uji tidak memberikan pengaruh yang nyata (p>0,05) terhadap faktor
41
Faktor kondisi dihitung untuk menilai kesehatan ikan secara umum,
produktivitas, dan kondisi fisiologis dari suatu populasi ikan. Faktor kondisi ini
pertumbuhan ikan (Bister et al., 2000; Rypel & Richter, 2008; Froese, 2006;
Stevenson & Woods, 2006 dalam Mulfizar et al., 2012). Faktor kondisi
ikan tersebut di dalam suatu perairan atau wadah pemeliharaan. Faktor kondisi
dapat memberikan penjelasan tentang keadaan ikan yang dipelihara baik secara
diketahuinya faktor kindisi fisik ikan maka dapat menggambarkan keadaan tubuh
Dari hasil penelitian di atas yang menunjukkan bahwa faktor kondisi rata-
rata ikan uji pada setiap perlakuan menurun seiring bertambahnya ukuran ikan,
diindikasikan bahwa seiring bertambahnya ukuran ikan uji maka faktor kondisi
rata-rata ikan uji akan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie
(1997) dalam Iskandar dan Elrifadah (2015), yang mengemukakan bahwa ikan
yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif tinggi kemudian menurun ketika
kondisi yang sama yaitu sesuai pernyataan Tuegeh et al. (2012) yang mengamati
menyatakan bahwa nilai rata-rata faktor kondisi individu jantan berada pada nilai
yang kurang baik. Menurut Anderson dan Neuman (1996) dalam Nasir et al.
(2016), menjelaskan bahwa jika nilai faktor kondisi rata-rata berada dibawah
angka 100 menunjukkan faktor kondisi ikan kurang baik, sebaliknya jika berada
diatas angka 100 hal ini menunjukkan faktor kondisi ikan dalam keadaan baik.
42
F. Kualitas Air
Kisaran hasil analisis parameter kualitas air meliputi suhu, pH, amoniak,
pengontrolan, agar kualitas air tetap dalam kondisi yang optimal, sehingga
pemeliharaan berlangsung suhu tercatat antara 25-29°C. Hal ini sesuai dengan
yaitu 7, hal ini sesuai dengan pernyataan Djarijah (2002), yang menyatakan
bahwa ikan nila di alam hidup optimal pada perairan yang memilik pH antara 7-8.
(2006), oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan yaitu 3,59–9,65 mg/L. Kadar
amoniak selama masa pemeliharaan masih dalam batas toleran. Cholik et al.
(1986), menyatakan bahwa kandungan amoniak dalam air tidak boleh melebihi
43
0,3 mg/L. Selama pemeliharaan parameter kualitas air menunjukan dalam
kondisi yang baik dan tidak mempengaruhi parameter media pemeliharaan ikan
uji. Sehingga dapat dikatakan bahwa parameter kualitas air selama penelitian
masih dalam keadaan optimal untuk pemeliharaan mulai dari awal sampai akhir
penelitian.
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
konsumsi pakan, dan faktor kondisi rata-rata Ikan nila GIFT yang diberikan
perlakuan hormon rEIGH berbeda dalam pakan gel menunjukkan tidak ada
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan relatif, FCR, tingkat konsumsi pakan, dan
faktor kondisi rata-rata Ikan nila GIFT yang dipelihara selama 30 hari
B. Saran
pertumbuhan rEIGH pada pakan gel agar perlu diukur absorbsi kandungan
hormon di dalamnya serta perlu diteliti kembali pada dosis yang relatif lebih tinggi
dari sebelumnya untuk melihat pengaruh yang lebih baik sebagai carrier agent
hormon pertumbuhan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Abdullatif, Z. 2014. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila yang Diberi Pakan Dengan
Kadar Protein Berbeda dan Diperkaya Hormon Pertumbuhan
Rekombinan Ikan Kerapu Kertang. Departemen Budidaya Perairan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Acosta, J., Morales, R., Morales, A., Alonso, M., and Estrada, MP. 2007. Pichia
patoris expressing recombinant tilapia growth hormone accelerated the
growth of Tilapia. Biotechnol. Lett. 29: 1671-1676.
Alimuddin, Lesmana I., Sudrajat AO., Carman O., and Faizal I. 2010. Production
and bioactivity potential of three recombinant growth hormone of farmed
fish. Indonesian Aquaculture Journal, 5(1):11-16.
Alimuddin., Lesmana, I., Sudrajat, A.O., Carman, O., and Faizal, I. 2011.
Production and Bioactivity Potential of Three Recombinant Growth
Hormones of Farmed Fish. Indonesian Aquaculture Jour 5: 11-17.
Anathy, VT., Venogupal, R., Koteeswaran, TJ., Pandian, and Mathavan, S. 2001.
Cloning, sequencing and expression cDNA encoding growth hormone
from Indian catfish Heteropneustes fossilis. Journal of Bioscience 26: 315-
324.
Andri, 2013. Budidaya Ikan Gurami, Nila, dan Lele. Pinang Merah Publisher.
Yogyakata.
Anonim. 2016. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Kepala Ikan
Teri Pada Pakan Dengan Proporsi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan
Ikan Nila GIFT Oreochromis niloticus. http://www.google.co.id. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2016 pada pukul 20.00 Wita.
Arifin. 2008. Budidaya Ikan Nila. (Materi Pelatihan dan Praktek). Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Tawar Bogor.
Asnawi, S.1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Karamba, 81. PT. Gramedia. Jakarta.
Ballestrazzi, RD., Lannari ED agoro, and Mion, A. 1994. The effect of dietary
protein level and source on growth and body composition, total ammonia,
and relative phosphate excretion of growing sea bass Dicentrarchuss
labrax. Aquaculture 127: 197–206.
46
Boyd, C.E. 1981. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Department
of Fisheries and Allied Aquaculture. Aurburn University Alabama.
Agricultural Experiment Station. 318 page. C.E. 1982. Water Quality
Management For Fish Bond Culture. Elsevier Amsterdam.
Dinas Kelautan dan Perikanan (DKPD). 2010. Petunjuk Teknis Pembenihan dan
Pembesaran Ikan Nila. Dinas Kelautan dan Perikanan, Sulawesi Tengah.
2 hlm.
Djarijah, A.S. 2002. Nila Merah, Pembenihan dan Pembesaran Secara Intensif.
Kanisius. Yogyakarta. 85 hal.
Fitriadi, M.W., Basuki F., dan Nugroho R.A. 2014. Pengaruh Pemberian
Recombinant Growth Hormone (rGH) Melalui Metode Oral Dengan
Interval Waktu Yang Berbeda Terhadap Kelulushidupan Dan
Pertumbuhan Larva Ikan Gurame var Bastard (Osphronemus gouramy
Lac, 1801). Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan.
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Diponegoro.
Semarang.
Gustiano, R. 2006. Perbaikan Mutu Genetik Ikan Nila. Makalah Bidang Riset
Perikanan Budidaya. Simposium Kelautan dan Perikanan. Jakarta, 6 hlm.
Gustiano, R., Arifin, O. Z., Widiyanti A., dan Winarlin L. 2006. Pertumbuhan
Jantan dan Betina 24 Famili Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Umur
6 Bulan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.
Haetami, K. 2012. Konsumsi dan Efisiensi Pakan Dari Ikan Jambal Siam yang
Diberi Pakan Dengan Tingkat Energi Protein Berbeda. Jurnal Akuatika
Vol. III No. 2. Staf Pengajar FPIK, Universitas Padjadjaran. Bandung.
47
Handayani, S. 2006. Studi Efisiensi Pemanfaatan Karbohidrat Pakan bagi
Pertumbuhan Ikan Gurame (Osphronemus goramy Lac.) Sejalan dengan
Perubahan Enzim Pencernaan dan Insulin. Desertasi. Institut pertanian
Bogor. Bogor.
Handoyo B, Alimuddin, dan Utomo NBP. 2012. Growth, feed convertion and
retention, and proximate of eel juvenile treated by immersion of
recombinant giant grouper growth hormone. Jurnal Akuakultur Indonesia,
11(12):132-140.
Iskandar, R. dan Elrifadah, N. 2015. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis Kiambang.
Fakultas Pertanian Universitas Achmad Yani. Banjarbaru.
Mayekiso, M., and Hecht, T. 1990. The Feeding and Reproductive Biology of a
South African Anabantid Fish Sandelia bainsii. Hydrobiol. Trop. 23(3):
219-230.
Muhammad. 2014. Respons Pertumbuhan dan Reproduksi Ikan Nila yang Diberi
Pakan Mengandung Hormon Pertumbuhan Rekombinan (rEIGH) Ikan
Kerapu Kertang. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulfizar, Muchlisin, ZA., dan Dewiyanti, I. 2012. Hubungan Panjang Berat dan
Faktor Kondisi Tiga Jenis Ikan Yang Tertangkap Di Perairan Kuala
Gigieng, Aceh Besar. Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Nasir, M., Muchlisin, ZA., dan Muhammadar, AA. 2016. Hubungan Panjang Berat
dan Faktor Kondisi Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) Di Sungai Ulim
Kabupaten Pidie jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan.
Fakultas Kelautan dan Perikanan. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
48
Ninef, M.C.H. 2002. Pengaruh Padat Penebaran Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Juvenil Abalon (Holiotis Spp.) yang
Dipelihara Dalam Kurungan Apung. Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Perikanan. Uht. Surabaya.
Nugroho, E.S., Efrizal, T., dan Zulfikar, A. 2013. Faktor Kondisi dan Hubungan
Panjang Berat Ikan Selikur (Scomber australasicus) Di Laut Natuna yang
Didaratkan Di Pelantar Kud Kota Tanjungpinang. Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan FIKP. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Riau.
Popma, T.J. & Masser, M. 1999. Tilapia: Life History and Biology. SRAC Publ.
No. 283, 4 pp.
Reinecke, M., Bjomsson, BT., Dickoff, WW., McCormick, SD., Navarro, I., and
Power, DM. 2005. Growth Hormone and Insulin-Like Growth Factors In
Fish: where we are and where to go. Gen Comp Endocrinol 142: 20-24.
Saade, E., D.D. Trijuno, Haryati, dan Zainuddin. 2014. Pengaruh Tingkat
Kekerasan Pakan Gel yang Menggunakan Tepung Rumput laut,
Euchema cottoni sebagai Bahan Pengental terhadap Dispersi Padatan,
Daya Pikat dan Tingkat Kelezatan pada Ikan Koi, Cyprinus carpio
haematopterus. Simposium Nasional I Kelautan dan Perikanan 2014
"Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Berbasis Ekosistim".
Makassar, 3 Mei 2014.
Saade, E., Zainuddin, S. Aslamyah, dan R. Bohari. 2013. Studi tentang Kualitas
Fisik Pakan Basah Tipe Puding yang Menggunakan Tepung Rumput Laut
Euchema cottoni sebagai Bahan Pengental pada Dosis Berbeda.
Prosiding Internasional Conference and Seminar National Climate
Change Triangle. Faculty of Marine Science and Fisheries. Hasanuddin
University. Makassar-Indonesia, 11 September 2013.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Nila. Penerbit CV. Simplex (Anggota
IKAPI). Jakarta.
49
Tuegeh, S., Tilar, F.F., dan Manu, G.D. 2012. Beberapa Aspek Biologi Ikan
Baronang (Sigganus vermiculatus) Di Perairan Arakan Kecamatan
Tatapan Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1.
Wong, A.O.L., Hong, Z., Yonghua, J., and Wendy, K., Ko, W. 2006. Feedback
Regulation of Growth Hormone and Secretion in Fish and the Emerging
Concept of Intrapituitary Feedback Loop (Review). Comparative
Biochemistry and Physiology, 144: 284-305.
Zonneveld, W., Huisman, G., dan Boon J.H., 1991. Prinsip-Prinsip dan Budidaya
Ikan. Gramedia. Jakarta, 318 halaman.
50
51
Tabel Lampiran 1. Sintasan rata-rata ikan uji yang diberi pakan uji dengan dosis
hormon rEIGH yang berbeda.
Hasil analisis ragam (ANOVA) sintasan rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel
dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 175.583 3 58.528 .313 .816
Galat 1494.667 8 186.833
Total 1670.250 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
52
Tabel Lampiran 2. Laju pertumbuhan relatif rata-rata ikan uji yang diberi pakan
gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Hasil analisis ragam (ANOVA) laju pertumbuhan spesifik rata-rata ikan uji yang
diberi pakan gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 393.000 3 131.000 .918 .475
Galat 1142.000 8 142.750
Total 1535.000 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
53
Tabel Lampiran 3. Laju konversi pakan rata-rata ikan uji yang diberi pakan gel
dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Hasil analisis ragam (ANOVA) laju konversi pakan rata-rata ikan uji yang diberi
pakan gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 1.583 3 .528 1.583 .268
Galat 2.667 8 .333
Total 4.250 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
54
Tabel Lampiran 4. Hasil Analisis Uji Kualitas Air
55
Tabel Lampiran 5. Tingkat konsumsi pakan ikan uji yang diberi pakan gel
dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Dosis hormon Konsumsi pakan (g)
Ulangan
(%) Berat basah Berat kering
1 615,28 128,35
2 610,80 127,41
0
3 632,13 131,86
Rata-rata 619,40 129,21
1 619,64 130,99
2 620,50 131,17
0,015
3 616,95 130,42
Rata-rata 619,03 130,86
1 612,04 126,02
2 621,08 127,88
0,030
3 625,38 128,77
Rata-rata 619,50 127,56
1 617,51 148,51
2 612,45 147,29
0,045
3 610,41 146,80
Rata-rata 613,46 147,54
- Berat Basah
Hasil analisis ragam (ANOVA) tingkat konsumsi pakan rata-rata ikan uji yang
diberi pakan gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 79.583 3 26.528 .545 .665
Galat 389.333 8 48.667
Total 468.917 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
- Berat Kering
Hasil analisis ragam (ANOVA) tingkat konsumsi pakan rata-rata ikan uji yang
diberi pakan gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 772.917 3 257.639 154.583 .000
Galat 13.333 8 1.667
Total 786.250 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
56
Tabel Lampiran 6. Hasil perhitungan faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi
pakan gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Hasil analisis ragam (ANOVA) faktor kondisi rata-rata ikan uji yang diberi pakan
gel dengan dosis hormon rEIGH yang berbeda.
Sumber
JK Db KT F Sig.
keragaman
Perlakuan 9.583 3 3.194 1.095 .405
Galat 23.333 8 2,917
Total 32.917 11
Keterangan: tidak berpengaruh nyata (p>0,05).
Komposisi (%)
No Kode sampel Protein Lemak Serat
Air BETN Abu
kasar kasar kasar
1 Pakan ikan (A) 79,14 34,01 0,58 13,54 30,15 21,74
2 Pakan ikan (B) 78,86 35,99 1,20 15,06 22,40 25,36
3 Pakan ikan (C) 79,41 35,25 0,88 13,21 29,14 21,51
4 Pakan ikan (D) 75,95 30,74 0,87 14,07 33,14 21,18
Keterangan: 1. Kecuali Air, Semua Fraksi Dinyatakan Dalam Bahan Kering
2. BETN = Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen.
57