T
T
2 TERHADAP
KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN
PADA PENGELASAN
ABSTRAK
Pengelasan adalah suatu proses pengelasan dua logam sejenis yang dilaksanakan dalam keadaan
cair.Tujuan Untuk mengetahui suatu hasil pengelasan perlu di lakukan suatu pengujian hasil pengelasan
bisa menggunakan metode nondestruktif (tidak merusak) contoh uji kekerasan, uji mikro struktur, dan
metode desrtruktif (pengujian merusak) contoh uji tarik, uji bending. perumusan masalah dalam hal ini
adalah untuk mengetahui bagaimana sifat mekanik baja ST 60 terhadap kekuatan tarik dan kekerasan
dengan menggunakan eletroda RB 3,2 mm dan RB 2,6 mm. Hasil penelitian uji tarik dengan elektroda RB
3.2 mm adalah 680,1273(MPa) dan elektroda RB 2,6 mm adalah 622,0353 (MPa), jadi dapat disimpulkan
penggunaan pada pengelasan terhadap nilai kekuatan tarik(MPa) menggunakan elektroda 3,6 lebih besar
nilai kekuatan tarik dengan penggunaan elektroda RB 2,6 mm. Pengujian kekerasan(HVN) terhadap baja
ST 60 dengan menggunakan elektroda RB 3,2 mm adalah 314,2 (HVN) dan elektroda RB 2,6 mm adalah
233(HVN), jadi dapat disimpulkan penggunaan pada pengelasan terhadap nilai kekerasan(HVN) pada
baja ST 60 lebih besar nilai kekerasan dengan penggunaan elektroda RB 3,2 mm.
1
: Ada pengaruh penggunan elektroda RB 2.6 dan Elektroda jenis ini dapat menghasilkan
RB 3.2 terhadap kekuatan kekerasan penembusan las sedang dan teraknya mudah dilepas
: Tidak ada pengaruh penggunan elektroda RB 2.6 dari lapisan las. Selaput elektroda terutama
dan RB 3.2 terhadap kekekeutan tarik mengandung oksida besi dan mangan. Cairan terak
: Ada pengaruh penggunan elektroda RB 2.6 dan yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan
pada pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah
RB 3.2 terhadap kekuatan tarik
tangan atau datar pada las sudut.
Tujuan dan Mamfaat
Elektroda las
Dalam pelaksanaan pengujian disini membahas
Elektroda las yang bnyak dipergunakan pada las
tentang kekuatan tarik dan kekerasan pada benda uji,
busur listrik adalah busur elektroda yang terbungkus
memiiki beberapa tujuan antara lain adalah
yang memepunyai komposisi kawat inti maupun
1. Untuk mengetahui perbedaan dari las listrik
selaput atau fluks yang berbeda.
dengan elektroda RB 2.6 dan RB 3.2 tersebut.
Standarisasi elektroda baik dalam JIS maupun
2. Untuk mencari kekerasan dengan kekuatan
dalam ASTM didasar pada jenis fluks, posisi
tertinggi dari dan RB 26 dan RB 3,2 tersebut
pengelasan dan arus las. Walaupun dalam
Klasifikasi Elektroda
memeberikan symbol agak berbeda antara kedua
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah
system standar tersebut tetapi pada dasarnya adalah
untuk las busur listrik manurut klasifikasi AWS
sama. Huruf D dalam JIS dan huruf E dalam ASTM
(American Welding Society) dinyatakan dengan tanda
keduanya berarti bahwa elektroda yang dimaksud
E 6013 yang artinya sebagai berikut:
adalah elektroda terbungkus dua angka pertama baik
6 Menyatakan elaktroda busur listrik
JIS maupun ASTM menunjukan kekeutan terendah
60 (dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik
dari logam las, hanya saja dalam JIS menggunakan
deposit las dalam 60.000 Ib/m2 atau 42kg/m2.
satuan kg/mm, sedang dalam ASTM satuannya
1 (angka ketiga) menyatakan posisi pangelasan.
adalah psi. dua angka terakhir dalam kedua sistem
angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2
standar menunjukan jenis fluks dan posisi
untuk pengelasan posisi datar di bawah tangan
pengelasan.
3 (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis
Dalam busur elektroda terbungkus fluks
arus yang cocok dipakaiuntuk pengelasan AC daya
memegang peranan penting karena fluks berfungsi
tembus lemah dan kadar serbuk besi 0-10%.
sebagai :
Elektroda Baja Lunak
- Pemantapan busur dan penyebab kelancaran
a. E 6010 dan E 6011
pemindahan butiran cairan logam.
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput
- Sumber gas dan terak dan gas yang dapat
selulosa yang dapat dipakai untuk pengelesan dengan
melindungi logam cair terhadap udara sekitar.
penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada
- Memungkinkan dipergunakannya posisi pengelasan
segala posisi dan terak yang tipis dapat dengan
yang berbeda.
mudah dibersihkan. Deposit las biasanya mempunyai
Jenis Fluks
sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk
Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
pekerjaan dengan pengujian Radiografi. Selaput
fluks tersebut adalah dari oksidasi-oksidasi logam,
selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu
karbonat, silikat, florida, zat organik, baja paduan dan
pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011
serbuk besi. Adapun jenis bahan fluks yang
mengandung Kalium untuk mambantu menstabilkan
digunakan adalah sebagai berikut:
busur listrik bila dipakai arus AC.
1. Jenis Oksida Titan
b. E 6012 dan E 6013
Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan berisi
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil
banyak Ti O2 didalamnya. Busurnya dihasilkan oleh
yang dapat manghasilkan penembusan sedang.
elektroda yang terbungkus denga fluks. Jenis ini tidak
Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala
terlalu kuat, penetrasi atau penembusan cairan
posisi, tetapi kebanyakan jenis E 6013 sangat baik
logamnya dangkal dan menghasilkan manik yang
untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah. Jenis E
halus. Karena itu jenis ini tepat untuk pengelasan
6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang
pelat-pelat tipis atau untuk pengelasan terakhir pada
relatif lebih tinggi dari E 6013. E 6013 yang
pengelasan pelat tebal.
mengandung lebih benyak Kalium memudahkan
2. Jenis Titania Kapur
pemakaian pada voltagemesin yang rendah.
Jenis ini mengandung rutil dan kapur. Disamping
Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
punya sifat seperti jenis oksida titan, akan tetapi jenis
untuk pangelasan pelat tipis.
ini menghasilkan manik yang halus walaupun
c. E 6020
penetrasinya dangkal. Hasil pengelasannya
mempunyai sifat mekanis yang baik. Pengelasan ini
2
dapat dilakukan pada semua posisi, terutama tegak - Alumunium Nikel, Mangan dan Tungsten.
dan posisi diatas kepala. Elektroda las
3. Jenis Ilmenit Elektroda las yang bnyak dipergunakan pada las
Jenis ini terletak diantara jenis elektroda busur listrik adalah busur elektroda yang terbungkus
diatasnya, bahan fluks utamanya adalah Ilmenit (Fe yang memepunyai komposisi kawat inti maupun
Ti O2). Busur-busur yang dihasilkan sangat kuat selaput atau fluks yang berbeda.
sehingga penetrasinya dalam. Derajat dari terak Standarisasi elektroda baik dalam JIS maupun
cukup tinggi sehingga dapat menghasilkan dalam ASTM didasar pada jenis fluks, posisi
sambungan dengan sifat mekanis yang tinggi. Karena pengelasan dan arus las. Walaupun dalam
sifat-sifatnya yang mencakup penggunaan yang luas, memeberikan symbol agak berbeda antara kedua
maka elektroda ini dianggap sebagai elektroda serba system standar tersebut tetapi pada dasarnya adalah
guna. sama. Huruf D dalam JIS dan huruf E dalam ASTM
4. Jenis Hidrogen Rendah keduanya berarti bahwa elektroda yang dimaksud
Nama lain dari jenis ini adlah jenis kapur, Karena adalah elektroda terbungkus dua angka pertama baik
bahan utamanya adalah kapur dan fluorat. Jenis ini JIS maupun ASTM menunjukan kekeutan terendah
menghasilkan sambungan dengan kadar nitrogen dari logam las, hanya saja dalam JIS menggunakan
rendah sehingga ketangguhannya baik. Digunkan satuan kg/mm, sedang dalam ASTM satuannya
untuk konstruksi yang memerluakan tingkat adalah psi. dua angka terakhir dalam kedua sistem
pengamanan tinggi, seperti untuk konstruksi pelat- standar menunjukan jenis fluks dan posisi
pelat tebal dan bejana tekan. pengelasan.
5. Jenis Selolusa Dalam busur elektroda terbungkus fluks
Bahan ini berisi 30 % bahan organik yang dapat memegang peranan penting karena fluks berfungsi
menghasilkan gas dengan volume yang besar. sebagai :
Busurnya kuat dan penetrasinya dalam, terak yang
terbentuk hanya sedikit akan tetapi manik yang - Pemantapan busur dan penyebab kelancaran
dihasilkan kurang halus. pemindahan butiran cairan logam.
6. Jenis Oksidasi Besi - Sumber gas dan terak dan gas yang dapat
Bahan utama adalah oksidasi besi. Busur yang melindungi logam cair terhadap udara sekitar.
dihasilkan terpusatkan dan penetrasinya dalam, - Memungkinkan dipergunakannya posisi pengelasan
karena itu baik untuk pengelasan sudut horizontal. yang berbeda
7. Jenis Serbuk Oksidasi
Bahan utamanya meliputi 15 - 50 % silicon dan 2. METODE PENELITIAN
serbuk besi. Pemindahan butir-butir cairan berupa
semburan halus dan tidak banyak percikan, kecepatan Material Penelitian
pengisian sangat tinggi, banyak digunakan untuk Spesifikasi Bahan (logam induk)
pengelasan sudut horizontal dan pengelasan gaya Jenis bahan : Pelat baja karbon (ST 60)
berat. Type : BUDERUS 1730
8. Jenis Serbuk Besi Titania DIN EN 4957 : CK45/C45 U
Bahan jenis ini adalah serbuk besi dan titania. AISI : SAE 1045
Busur yang sedang menghasilkan manik yang halus. Buatan : Buderus Edelstahl
Efisiensi pengelasan tinggi dan sangat baik untuk Komposisi kimia: - C = 0.45 % - P = 0.020 %
pengelasan sudut horizontal satu lapis - S = 0.005 % - Si = 0.30 %
Elektroda yang di lapisi bahan terak fluks - Mn = 0.70 %
digunakan pada pengelasan dan paduan bukan besi. Peralatan Penelitian
Berupa paduan tidak stabildan bila tidak dilindungi
akan oksidasi. Lapisan yang tebal memberikan - Current range : 25-250 A
peluang mengunakan elektroda yang lebih besar, - Tegangan maksimum : 350 Volt
- Unsur pembentuk terak : Si, Mn, FeO, Al, kadang - Frekuensi : 3-60 Hz
digunakan tetapi menurunkan stabilitas busur. - Buatan : UAS, Cleveland-ohio
- Unsur yang meningkatkan busur : NaO, CaO, MgO
dan TiO.
- Unsur oksidasi : Grafit alumunium dan serbuk.
- Bahan pengikat : Natrium silikat, kalium silikat dan
Asbes.
- Unsur panadium silicon, Magnesium, kobal,
Molebdenium,
3
(Sumber : Institut Teknologi Nasional
Malang)
Tempat Penelitian
Pengujian : pembuatan spesimen uji tarik dan
kekerasan
Tempat : Institut Teknologi Nasional Malang)
Waktu :19 oktober 2013
Pengujian : uji tarik dan kekerasan
Gambar mesin las Tempat : Institut Teknologi Nasional Malang)
(Sumber : Institut Teknologi Nasional Waktu : 23 oktober 2013
Malang)
4
pemotongan dengan menggunakan alat brender
(pemotong bakar) dan finising menggunakan alat
grinda untuk meratakan permukaan.
6. Setelah di lakukan pemotongan di lanjutkan proses
pembuatan spesimen uji tarik dengan alat mesin
pres untuk membuat sudut dan mesin skrap
meratakan permukaan yang tidak rata dan di
lanjutkan proses finising menggunakan grinda
panjang spesimen uji tarik 200 mm lebar plat uji
tarik 13 mm dan tebal 10 mm.
5
(1500 HV) tanpa mengganti gaya tekan /beban. itu dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah
Beasarnya gaya tekan yang digunakan dapat dipilih varian kedua kelompok yang diuji sama atau tidak.
antar 1 kg sampai dengan 120 kg tergantung pada Dimana dua kelompok tersebut dikenai 2 buah
kekerasan/ketebalan bahan yang akan di uji. perlakuan yang berbeda. Sehingga peneliti
memperoleh 2 macam data sampel, yaitu data dari
perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua.
a. Formulasi H0 dan H1
H 0 : RB2,6mm RB3,6mm
artinya bahwa tidak ada perbedaan nilai kekerasan
(HVN) dengan menggunakan elektroda RB 2,6 mm
Gambar alat uji Vickers Hardnes dan nilai kekerasan (HVN) dengan menggunakan
(Sumber : Institut Teknologi Nasional Malang) elektroda RB 3,2 mm
H1 : RB2,6mm RB3,6mm
artinya bahwa nilai nilai kekerasan (HVN) dengan
menggunakan elektroda RB 2,6 mm lebih kecil dari
pada nilai kekerasan (HVN) dengan menggunakan
elektroda RB 3,2 mm
b. Menentukan Level Of Significance ( taraf
keyakinan)
α = 5%,
DIAGRAM ALIR c. Menentukan Alternatif Pengujian yaitu :
Menggunakan pengujian satu sisi kiri
d. Menentukan Kriteria Pengujian
- H0 diterima apabila thitung ≥ - 2,132
- H0 ditolak apabila thitung < - 2,132
e. Menghitung Nilai tHitung :
Elektroda
Elektroda RB 3,2
No RB 2,6 mm mm
1 236 320
2 228 313
3 236 317
4 234 315
5 231 306
3. Hasil penelitian
Untuk mengetahui perbedaan variasi kedua
kelompok data dianalisis dengan Uji t. Oleh karena
6
Tabel 4.2 : Perbandingan Nilai Kekerasan (HVN)
Pada Pengelasan Dengan Menggunakan
Elektroda RB 2,6 mm Dan Dengan Menggunakan
Elektroda RB 3,2 m
Elektroda
Elektroda RB 3,2
n
di - 406
No RB 2,6 mm mm
d i 1
-81,2
n 5
1 617,303 670,345
1 n 1
sd (d d ) 2
n 1 i 1 5 1
(60,8) 3,89872 2 621,442 684,769
3 627,361 685,268
d 81,2 81,2
t hitung 46,5714
S d 3,89872 3,89872
n 5 2,23607
Hasil : Karena thitung < ttabel yaitu – 46,5714 < - 2,132 Tabel 4.4 : Perbandingan Nilai Kekuatan Tarik
maka H0 ditolak, artinya bahwa nilai nilai kekerasan (MPa) Pada Pengelasan Dengan Menggunakan
(HVN) dengan menggunakan elektroda RB 2,6 mm Elektroda RB 2,6 mm Dan Dengan Menggunakan
lebih kecil dari pada nilai kekerasan (HVN) dengan Elektroda RB 3,2 mm
menggunakan elektroda RB 3, 2mm
d i
- 174,276
d i 1
-58,092
n 3
7
1 n
1 dibandingkan dengan menggunakan RB 2,6 mm,
sd
n 1 i 1
(d d ) 2
3 1
(52,94195 ) 5,144995
yaitu dengan besar elektroda RB 2.6 mm rata-rata
nilai 622,0353 (MPa) dan elektroda RB 3.2 mm.
mempunyai rata- rata dengan nilai 680,1273 (MPa)
d - 58,092 - 58,092 Terlihat juga pada gambar grafik 4.2 yang
t hitung -19,5565 menunjukan Nilai Kekuatan Tarik Elektroda RB 3,2
S d 5,144995 5,144995
mm lebih Kuat dibandingkan dengan Elektroda Rb
n 3 1,732051 2,6 mm
Daftar Pustaka
Hasil : Karena thitung < ttabel yaitu – 19,5565 < - 2.920
maka H0 ditolak berarti bahwa nilai kekuatan tarik Prof.Dr.Ir.Harsono Wiryosumarto. Teknologi
(MPa) pengelasan memakai elektroda RB 2,6 mm pengelasan Logam. Penerbit Pradnya
lebih kecil daripada dengan memakai elektroda RB Paramita,Jakarta 2000.
3,2 mm
Ir.Dines Ginting. 1985.Dasar – dasar pengelasan.
Grafik Perbandingan Antara Nilai Kekuatan penerbit Erlangga,Jakarta.
Tarik (MPa) Pada Pengelasan Dengan
Menggunakan Elektroda RB 2,6 mm Dan Nilai Drs Hari Amanto ,Drs Haryanto. Ilmu Bahan
Kekuatan Tarik (MPa) Dengan Menggunakan Penerbit PT BUMI AKSARA, Jakarta 1999.
Elektroda RB 3,2 mm
Sri Widharto,Petunjuk Kerja Las.penerbit PT
Pradnya Paramita,Jakarta 1996.